BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia industri banyak dijumpai bahan-bahan yang mempunyai sifat tertentu,
misalnya campuran yang non volatil, volatilitas komponen dalam campuran hampir sama dan
mudah rusak pada suhu yang relatih tinggi. Bahan yang memiliki sifat tersebut tidak dapat
dipisahkan secara distilasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses pemisahan komponen
berdasarkan kelarutan komponen dalam larutan tertentu. Salah satu proses pemisahan yang
sering digunakan untuk sifat bahan seperti yang disebutkan sebelumnya yaitu proses ekstraksi.
Alternatif ekstraksi dipilih bila komponen-komponen yang diekstraksi mempunyai sifat
antara lain: relatif non-volatile, volatilitas komponen hampir sama, dan larutan akan rusak
pada suhu dan tekanan yang relatif tinggi.
Pada proses ekstraksi arus silang rafinat dari suatu stage dikontakkan dengan pelarut
murni pada stage berikutnya, sehingga diperlukan solvent dalam jumlah banyak. Ekstrasi arus
silang ini dipilih karena fase ekstrak dan rafinat dapat dianalisis. Setelah masing-masing stage
mencapai keseimbangan sehingga dapat diketahui pada stage ke berapa ekstraksi telah
mencapai efisiensi stage overall optimum. Pengetahuan tentang efisiensi stage sangat
diperlukan terutama berkaitan dengan perancangan model fisis dari suatu stage di dalam
prakteknya di dunia industri. Selain itu efisiensi stage berkaitan dengan analisis ekonomi.
Karena semakin banyak jumlah stage yang digunakan, maka biaya operasinya pun semakin
banyak.
Jika dua fase dikontakkan secara terus menerus dalam waktu yang sangat lama akan
tercapai keadaan setimbang (tidak terjadi perubahan konsentrasi pada kedua fasenya). Dalam
industri sebenarnya tidaklah menguntungkan untuk membiarkan dalam kontak yang lama
sampai dicapai kondisi kesetimbangan. Oleh karena itu melalui efisiensi stage, dapat diketahui
seberapa jauh stage sebenarnya dapat melaksanakan perubahan komposisi sebesar yang
dilakukan oleh stage teoritis (stage setimbang).
Ekstraksi cair-cair atau sering disebut ekstraksi saja adalah proses pemisahan
komponen yang terlarut dalam larutan cair dengan menggunakan pengekstrak cair, di mana di
antara kedua pelarut itu tidak saling melarutkan satu sama lain atau kelarutannya terbatas.
Mengingat penggunaan proses ekstraksi dalam dunia industri makin luas, penting untuk
mengetahui dan menguasai prinsip proses ekstraksi. Dari percobaan ini dapat diketahui nilai
persentase recovery dan efisiensi stage overall.
B. Tujuan Percobaan
C. Tinjauan Pustaka
Proses pengontakan berulang pada operasi ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu: cara arus lawan arah (counter-current multiple contact) dan cara arus silang (cross-
current multiple contact). Ekstraksi arus lawan arah sering digunakan dalam industri karena
pelarut yang digunakan relatif sedikit dan konsentrasi solute dalam ekstrak cukup tinggi.
Sedangkan ekstraksi arus searah membutuhkan pelarut yang cukup banyak dan selalu segar,
dan konsentrasi solute dalam ekstrak sangat encer, lagi pula kebanyakan operasi arus silang
dilakukan secara batch sehingga dari segi penghematan waktu belum efisien (Treybal, 1981).
Ekstraksi dilakukan dalam suatu tempat yang disebut ekstraktor yang dapat berupa
mixer settler, baffle plate column, spray column, perforated plate column dan sieva plate
column. Pemilihan jenis ekstraktor tergantung pada jenis bahan yang diekstraki dan pada
pertimbangan ekonomis (Brown,1950).
Pada keadaan ideal, diluent dan solvent tidak saling melarutkan, namun dalam
kenyataannya ada sedikit diluent yang larut dalam solvent sehingga dalam ekstrak sebenarnya
terdapat juga diluent yang larut dalam jumlah sedikit. Karena diluent dan solvent tidak saling
melarut, maka akan terbentuk dua lapisan. Lapisan atas merupakan diluent dengan solute yang
tersisa disebut rafinat, lapisan bawah mengandung solvent dengan solut yang terambil serta
diluent dalam jumlah sedikit (yang larut dalam solvent) disebut ekstrak layer. Diluent memiliki
densitas yang lebih kecil daripada solvent, sehingga fase rafinat terdapat di atas dan ekstrak
berada di bawah (Foust,1980).
Peralatan untuk ekstraksi dengan konsep stage ideal cair-cair adalah stage. Stage
adalah tempat dimana dua fase, umpan, dan solven dikontakkan, pada stage terjadinya
transfer massa diantara fase-fase yang dikontakkan dan setelah itu dipisahkan.
Konsep stage ideal dapat digunakan untuk memperkirakan hasil pemisahan suatu
campuran. Konsep stage ideal menggunakan dasar bahwa arus-arus yang keluar dari stage
dalam keadaan setimbang atau telah terjadi kesetimbangan fase. Pada kenyataannya, untuk
mencapai keadaan setimbang diperlukan waktu yang lama sehingga ada kemungkinan fase-
fase yang dikontakkan dipisahkan sebelum keadaan seimbang tercapai.
Untuk mencapai hasil yang diinginkan, operasi ekstraksi dilakukan dalam stage yang
jumlahnya lebih dari satu (multistage) dalam susunan seri. Pada ekstraksi multistage hasil yang
diperoleh dari satu stage setimbang dikontakkan dari stage berikutnya. Pengontakkan
berulang pada proses ekstraksi dapat dilakukan dengan cara arus lawan arah (counter current
multiple contact) atau arus silang (cross current multiple contact). Pada proses ekstraksi arus
lawan arah, solven dan umpan masuk pada ujung yang berlawanan dari rangkaian stage yang
berlawanan dan dikontakkan secara kontinyu. Pada proses ekstraksi arus berlawanan akan
didapatkan ekstraksi dengan konsentrasi yang tinggi, tetapi ekstrak yang terambil sedikit. Pada
ekstraksi arus silang rafinat dari suatu stage dikontakkan dengan solven yang segar, demikian
seterusnya untuk stage berikutnya. Pada proses ini didapatkan ekstrak yang banyak tetapi
kemurnian tidak tinggi.
Untuk titrasi, indikator yang digunakan adalah phenol phtalein yang bekerja pada
daerah pH 8,2-10. Pemilihan indikator ini cocok karena garam yang terbentuk pada titrasi ini
adalah garam CH3COONa atau garam basa sehingga pHnya di atas 7, dan otomatis indikator pp
yang kisarannya 8,2-10 cocok untuk titrasi ini. Perubahan warna yang terjadi adalah dari
bening ke merah muda. Volume larutan NaOH untuk menitrasi ekstrak dipakai untuk
menghitung normalitas solute dalam ekstrak sehingga dapat dihitung berat solute dalam
ekstrak.
Pemilihan aquadest sebagai solvent didasarkan pada :
1. Aquadest tersedia dalam jumlah relatif banyak karena ekstraksi yang dilakukan adalah arus
silang yang membutuhkan solvent dalam jumlah yang banyak.
2. Aquadest cukup stabil secara kimia dan cenderung inert terhadap komponen lain dalam
sistem.
3. Kelarutan aqudest dalam diethyl ether sangat kecil sehingga kemungkinan aquadest untuk
dipungut kembali dalam bentuk ekstraksi besar.
4. Densitas aquadest lebih besar daripada densitas diethyl ether sehingga pemungutan
sebagai fasa ekstrak relatif mudah.
Pemilihan asam asetat sebagai solute didasarkan pada :
1. Asam asetat dapat larut dalam aquadest dan diethyl ether sehingga harus dipilih kombinasi
solvent dan diluent sedemikian rupa sehingga asam asetat lebih larut dalam solvent
daripada diluent.
2. Asam asetat merupakan larutan yang kurang volatil dalam suhu lingkungan dan suhu
percobaan.
Dalam percobaan ini isoprophyl ether diganti dengan diethyl ether, dengan
pertimbangan sifat-sifatnya hampir sama.
Pemilihan isoprophyl ether sebagai diluent berdasarkan pada:
1. Kelarutan isoprophyl ether pada aquadest sekitar 2000 ppm, (Perry, 1984).
Jika dibandingkan dengan kelarutan asetat dalam aquadest dikatakan sangat kecil sehingga
bisa diabaikan.
2. Asam asetat cenderung lebih larut dalam aquadest dibanding dalam isoprophyl ether,
sehingga agar pemisahan terjadi fraksi massa asam asetat dalam isoprophyl ether selalu
lebih kecil dari pada fraksi massa asam asetat dalam aquadest.
3. Densitas isoprophyl ether lebih kecil daripada densitas aquadest sehingga sebagai rafinat,
diisopropil eter tinggal pada bagian atas supaya pemisahan ekstrak dan rafinat mudah.
4. Kemungkinan isoprophyl ether menguap juga kecil pada suhu percobaan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih solvent antara lain :
1. Selektivitas
Menyatakan efektivitas dari solvent dalam memisahkan komponen dari umpan. Dengan
selektivitas harus lebih dari satu, semakin besar semakin baik. Jika selektivitas bernilai satu
maka tidak ada pemisahan (plait point).
2. Koefisien Distribusi
Menyatakan rasio fraksi berat solute dalam ekstrak dan rafinat pada kesetimbangan. Nilai
koefisien yang besar sangat diharapkan karena berarti diperlukan solvent dalam jumlah
sedikit.
3. Ketidaklarutan solvent
Solvent yang tidak larut akan lebih berguna, karena tidak akan terlarut dalam campuran
yang dipisahkan.
4. Recoverability
Solvent sebaiknya dapat diambil lagi untuk digunakan lagi (recover), biasanya dilakukan
dengan proses distilasi setelah ekstraksi.
5. Densitas
Semakin besar perbedaan densitas, semakin baik, karena pemisahan semakin mudah
dilakuakn antara ekstrak dan rafinat.
6. Tegangan antar muka
Antara fase ekstrak dan rafinat harus mempunyai tegangan yang besar, sehingga masing-
masing fase dapat menahan gaya tarik dan membentuk lapisan pemisah antara ekstrak dan
rafinat.
7. Kereaktifan
Solvent harus stabil (inert) terhadap komponen lain dalam sistem dan juga terhadap bahan
konstruksi dari tempat ekstraksi.
8. Viskositas, tekanan uap dan titik beku
Ketiganya harus bernilai rendah untuk memudahkan penanganan dan penyimpanan.
Viskositas yang rendah akan mempermudah transportasi zat, tekanan uap rendah
menandakan solvent tidak mudah menguap (titik didih tinggi), dan titik beku yang rendah
mempermudah penyimpanan dan transportasi.
9. Murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun
Memperbesar efisiensi pemisah (terutama bila solvent diperlukan dalam jumlah besar),
mengurangi resiko terbakar, dan juga tidak mencemari hasil ekstraksi (terutama dalam
produksi makanan dan minuman (Treybal,1981).
D. Hipotesis
Percobaan ini dapat menunjukkan bahwa semakin banyak stage yang digunakan dalam
percobaan maka persen recovery solut akan semakin besar.
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
A. Bahan
1. Asam asetat
Asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH dengan berat molekul 60,059 g/gmol.
Pada kondidi standar titik didihnya 118,1 oC dan titik bekunya 16,7 oC. Kelarutan asam
asetat dalam aquadest maupun diisopropil eter adalah tak terhingga (dapat larut dalam
segala perbandingan),(Perry,1984). Asam asetat dipakai sebagai solute diperoleh daari
Laborataorium Operasi Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada.
2. Dietil eter
Dietil eter mempunyai rumus kimia (C2H5CH2)2O dengan berat molekul 102,17 g/gmol. Pada
kondisi atmosferis mempunyai titik didih pada 91oC dan titik beku pada -122 oC.
Kelarutannya dalam air 0,2 g/100 g air. Bahan ini digunakan sebagai pelarut pada fase
umpan (diluent), diperoleh dari Laborataorium Operasi Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Gadjah Mada.
3. Aquadest
Aquadest mempunyai rumus kimia H2O. Rapat massa pada suhu 25oC adalah 0,997045 g/ml
(Perry, 1984). Pada kondisi standar (tekanan 1 atm) mempunyai titik didih pada 100 oC dan
titik beku 0 oC . Aquadest digunakan sebagai solvent, diperoleh dari Laborataorium Operasi
Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada.
4. NaOH
NaOH digunakan dalam titrasi larutan ekstrak dan asam asetat, diperoleh dari
Laborataorium Operasi Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada.
5. Asam Oksalat
Asam oksalat digunakan dalam strandardisasi larutan NaOH, diperoleh dari Laborataorium
Operasi Teknik Kimia, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Gadjah Mada.
B. Alat
Corong pemisah sebagai mixer dan settler.
1
Keterangan :
1. Corong pemisah
2
2. Rafinat
5 3
3. Ekstrak
4. Gelas beker
5. Statif
4
C. Cara Percobaan
Membuat larutan umpan dengan cara mencampur asam asetat dengan dietil eter
dengan perbandingan 25 : 50 (25 ml asam asetat dan 50 ml diethyl ether). Larutan umpan
ditambah aquadest sebanyak 45 ml di dalam corong pemisah. Kemudian dikocok selama 15
menit (saat ini corong pemisah sebagai mixer) dan didiamkan selama 10 menit (saat ini corong
pemisah sebagai settler) sampai terbentuk dua lapisan yaitu lapisan ekstrak dan lapisan rafinat.
Lapisan ekstrak dipisahkan, volumenya diukur, dan kadar asam asetatnya (solute) ditentukan
dengan cara titrasi. Pada fase rafinat stage pertama ditambahkan lagi aquadest (solvent)
sebanyak 25 ml. Dikocok, didiamkan, dan dipisahkan fase ekstrak dan fase rafinatnya. Lapisan
ekstrak diukur volumenya. Kemudian ditambahkan lagi aquadest pada fase rafinat stage kedua
sebanyak 25 ml. Dikocok, didiamkan, dan dipisahkan fase ekstrak dan fase rafinatnya, masing-
masing ditentukan volume dan kadar asam asetat.
Standarisasi larutan NaOH dengan larutan H2C2O4 2N dilakukan dengan mengambil 5
mL larutan H2C2O4 2N. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali. Titrasi sampel dari ekstrak pada
setiap stage dengan larutan NaOH 1N dilakukan sebanyak 2 kali. Masing-masing sampel
ekstrak dari tiap stage diambil 5 mL dan ditambahkan indikator phenolphtalein(pp).
Titrasi untuk menentukan kadar asam asetat terlebih dahulu dilakukan dengan
mengambil 1 mL asam asetat pekat lalu ditambahkan indikator phenolphtalein (pp), dan
dititrasi dengan larutan NaOH 1 N. Titrasi dilakukan 2 kali untuk menstandarisasi larutan NaOH
1 N.
D. Analisis
1. Menentukan Densitas Larutan Umpan, dan Rafinat Akhir
Densitas aquadest pada suhu percobaan dapat dilihat pada literatur.
Berat aquadest = (berat piknometer + aquadest) (berat piknometer kosong) (1)
Berat larutan umpan = (berat piknometer + umpan) (berat piknometer kosong) (2)
Berat rafinat akhir = (berat poknometer + rafinat akhir)(berat piknometer kosong) (3)
larutan umpan = x aquadest (4)
rafinat akhir = x aquadest (5)
mgrek
NH2C2O 4 : volume larutan H2C2O4 , ml
Ve . Ne = VNaOH . NNaOH
( )
Ne = ()
(8)
Karena tittasi dilakukan lebih dari satu kali, maka yang dipakai adalah normalitas rerata.
Nererata =
n : jumlah stage
BM asam asetat = berat molekul asam asetat , = 60,05
6. Menentukan Jumlah Stage Teoritis Secara Grafis dan Komposisi Rafinat Akhir
S1 S2 S3
Y0 Y0 Y0
Y0 Y0
F R1 R2
R3
XF X1 X2
X3
X3
E1 E2 E3
Y1 Y2 Y3
Y1 Y2 Y3
Gambar 2. Skema Ekstraksi Cross-Current Multistage
0.9
0.8
Fraksi Massa Aquadest (Xc,Yc)
0.7
y1
0.6
0.5
tie line z1
0.4
0.3
0.2
0.1 x
0 1
xF
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Fraksi Massa Asam Asetat (Xa,Ya)
0.5
Fraksi Masa Asam Asetat dalam Aquadest (Ya)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Fraksi Massa Asam Asetat dalam Dietil Eter (Xa)
= 100% (20)
BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Penentuan efisiensi stage overall bermanfaat untuk menentukan berapa banyak stage
yang harus digunakan untuk mendapatkan kadar dalam ekstrak tertentu karena efisiensi stage
overall merupakan perbandingan jumlah stage teoritis dengan jumlah stage sesungguhnya.
Dari hasil perhitungan diperoleh :
1. Efisiensi stage overall () sebesar 100 %
2. Percent recovery ( R ) sebesar 99,3486 %
Keberhasilan suatu operasi ekstraksi dapat dilihat dari efisiensi stage overall dan
percent recovery. Semakin besar efisiensi stage overall dan percent recovery operasi ekstraksi
dapat dikatakan baik.
Asumsi-asumsi yang diambil dalam percobaan ini adalah :
1. Komposisi yang keluar stage dalam keadaan setimbang.
Karena pada kenyataannya kesetimbangan diperoleh dalam waktu lama, sehingga
komposisi yang keluar stage sering diasumsikan dalam keadaan setimbang.
2. Zat pelarut tidak mengalami penguapan atau mendifusi terlalu banyak ke udara.
3. Solven dan diluen tidak mengalami penguapan dan tidak saling bercampur.
LAMPIRAN 1
HASIL PERCOBAAN
Suhu percobaan : 28 oC
Berat piknometer kosong : 19,8405 gram
Berat piknometer + aquadest : 44,6751 gram
Larutan Umpan
Asam asetat : 25 mL
Dietil eter : 50 mL
Berat piknometer + umpan : 40,9936 gram
Volume aquadest tiap stage : 1. 40 mL
2. 20 mL
3. 20 mL
Volume rafinat akhir : 17,5 mL
Berat piknometer + rafinat akhir: 32,0228 gram
1 62,0
2 31,0
3 20,0
Daftar IV.Data Hubungan antara Titrasi Larutan Asam Asetat dengan Larutan NaOH
LAMPIRAN 2
PERHITUNGAN
gram
= 0,6961
ml
= 1,9231 mgrek/mL
5 x 2 /
NNaOH1-2 =
5,2
= 1,9231 mgrek/mL
5 x 2 /L
NNaOH1-3 =
5,1
= 1,9608 mgrek/mL
1,9231 + 1,9231 + 1,9608
NNaOH1 rata-rata =
3
= 1,9356 mgrek/mL
= 4,4908 mgrek/mL
11,6 x 1,9356 /
Ne12 =
5
= 4,4908 mgrek/mL
4,4908 + 4,4908
NEkstrak 1 rata-rata =
2
= 4,4908 mgrek/mL
c. Menentukan Konsentrasi Solut dalam Ekstrak 2 (Stage 2)
7,6 x 1,9356 /
Ne21 =
5
= 2,9421 mgrek/mL
7,6 x 1,9356 /
Ne22 =
5
= 2,9421 mgrek/mL
2,9421 + 2,9421
NEkstrak 3 rata-rata =
2
= 2,9421 mgrek/mL
d. Menentukan Konsentrasi Solut dalam Ekstrak 3 (Stage 3)
7,6 x 1,9356 /
Ne31 =
5
= 2,9421 mgrek/mL
7,5 x 1,9356 /
Ne32 =
5
= 2,9034 mgrek/mL
2,9421 + 2,9034
NEkstrak3 rata-rata =
2
= 2,9227 mgrek/mL
= 17,4204 mgrek/mL
8,9 x 1,9356 /
NCH3COOH 2 =
1
= 17,3326 mgrek/mL
17,4204 +17,2268
NCH3COOH rata-rata =
2
= 17,3236 mgrek/mL
b. Menentukan Mol Asam Asetat
25 17,3236
mol CH3COOH =
1
= 433,0900 mmol
c. Menentukan Massa Asam Asetat
Wasamasetat = 433,0900 mmol x 60,05.10-3 gram/mmol
= 26,0071 gram
V umpan = 75 mL
=
26,0071
=
0,8485 75
= 0,4087
b. Fraksi Massa Solut dalam Rafinat
Massa rafinat = (26,0071 25,7067) gram
=0,3004 gram
rafinat = 0,6961 gram/mL
V rafinat = 17,5 mL
=
0,3004
=
0,6961 17,5
= 0,0247
S1 S2 S3
Y0 Y0 Y0
F R1 R2
R3
XF X1 X2
X3
E1 E2 E3
Y1 Y2 Y3
a. Stage 1
F =
0,8485
= 75
= 63,6375 gram
S1 =
0,996233
=
40
= 39,8493 gram
XF = 0,4087
1 = F + S1
= (63,6375 + 39,8493) gram
= 103,4868 gram
F XF
Z1 =
1
63,6375 0,4087
= 103,4868
= 0,2513
dari grafik diperoleh:
X1 = 0,1550
Y1 = 0,3175
R1 = 1 E1
= 103,4868 E1
Neraca Massa komponen:
R1.X 1 E1.Y 1 1.Z1
[( 103,4868 E1 ) x 0,1550] + (0,3175 x E1 ) = 103,4868 x 0,2513
E1 = 61,3278 gram
R1 = 42,1590 gram
b. Stage 2
S2 =
0,996233
= 20
= 19,9247 gram
2 = R1 + S2
= (42,1590 + 19,9247) gram
= 62,0837 gram
1 1
2 =
2
42,1590 0,1550
=
62,0837
= 0,1053
dari grafik diperoleh:
X2 = 0,0575
Y2 = 0,1625
R2 = 2 E2
= 62,0837 E2
Neraca massa komponen:
R2.X 2 E 2.Y 2 2.Z 2
[(62,0837 E2) x 0.0575] + (0.1480 x E2) = 62,0837 x 0,1053
E2 = 28,2629 gram
R2 = 33,8208 gram
c. Stage 3
S2 =
0,996233
= 20
= 19,9247 gram
3 = R2 + S3
= (33,8202 + 19,9247) gram
= 53,7455 gram
2 2
3 =
3
33,8208 0,0575
=
53,7455
= 0,0362
dari grafik diperoleh:
X3 = 0,0165
Y3 = 0,0560
= 2,8000
= x 100%
2,8000
= x 100%
3
= 93,3333 %
8. Menentukan Persentase Recovery
= x 100%
25,7067
= x 100%
26,0071
= 98,8449 %
1
Y
0.9 3
Y2
0.8
Fraksi Massa Aquadest (Xc,Yc)
0.7
Y
0.6 1
0.5
0.4
Z
Z
3 Z2 1
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 X3 X 0.2 X1 0.3 0.4 0.5
2
Fraksi Massa Asam Asetat (Xa,Ya)
0.5
Fraksi Masa Asam Asetat dalam Aquadest (Ya)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Fraksi Massa Asam Asetat dalam Dietil Eter (Xa)
KESIMPULAN
1. Ekstraksi adalah operasi pemisahan larutan menjadi komponen-komponen berdasarkan
beda daya larut komponen terhadap pelarut yang ditambahkan.
2. Semakin banyak stage maka jumlah solut terambil untuk setiap kenaikan jumlah stage
berkurang tetapi jumlah solut terserap dan persentase recovery meningkat.
3. Percent recovery dapat diperbesar dengan pertimbangan jumlah stage dan lamanya
penggojogan.
4. Jumlah stage teoritis yang didapat dari percobaan ini adalah 2,8000.
5. Efisiensi stage overall percobaan sebesar 93,3333 %.
6. Persen recovery hasil percobaan sebesar 98,8449 %.
7. Ekstraksi multistage mengambil lebih banyak solut daripada ekstraksi singlestage.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G.,1950, Unit Operations, pp.297-298, 301-305, John Willey and Sons,Inc.,
New York.
Foust, A.S., Wanzel, L.A., Clump, C.W., Maus, L., and Andersen, L.B.,1980, Principle
of Unit Operations, 2 ed., pp. 24-25, 38-44, 49-57, 61-68, John Willey and
Sons,Inc., New York.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1984, Perrys Chemical Engineers HandBook, 6 ed.,
pp. 3-71, 3-82, 3-88, 3-92, 3-137, Mc. GrawHill Book Company, Inc., New York.
Purwono, S. dkk, 2005, Pengantar Operasi Stage Setimbang, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Treybal, R.E., 1981, Mass Transfer Operation, 3 ed., pp. 483-484, 488-489, Mc.Graw
Hill Book Company, Inc., Tokyo.