Anda di halaman 1dari 69

F-1

LAMPIRAN F

TUGAS KHUSUS REAKTOR NITROSASI (R-201)

Fungsi : Tempat bereaksinya C6H11COOH dengan NOHSO4 membentuk

(CH2)5CONH

Temperatur : 80oC

Tekanan : 1 atm

Tipe : Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR)

Bahan : Stainless Steel 316

Jumlah : 1 buah

Perancangan : Bejana vertikal dengan tutup dan dasar reaktor dipilih bentuk

torispherical dished head, dilengkapi dengan pengaduk

Dasar pemilihan reaktor :

a. Dasar pemilihan jenis reaktor dan perancangannya yaitu :

1. Reaksi berlangsung pada fase cair-cair

2. Reaksi bersfiat eksotermis, dimana dengan menggunakan CSTR, suhu

lebih mudah dikontrol

3. Dipilihnya untuk perancangan berupa silinder tegak dengan torispherical

dished head sebagai tutup atas dan bawah, karena tangki proses ini
F-2

dioperasikan pada kisaran tekanan 15 - 200 psi (Brownell and Young,

1959)

b. Dasar pemilihan pengaduk yaitu :

Dipilih pengaduk tipe marine propeller dengan three blade, dengan

pertimbangan pengaduk jenis ini dapat digunakan untuk viskositas rendah yaitu

< 3000 cp.

c. Dasar pemlihan koil pemanas dan perancangannya yaitu :

1. Luas perpindahan panas yang dibutuhkan lebih besar dari luas

perpindahan panas yang tersedia

2. Koil langsung bersinggungan dengan fluida, sehingga transfer panas

dapat lebih efektif.


4

1 5
3
6
2

9
7

10
Htotal = 4,500 m

11

12 13
14
Hleg = 4,079 m

hbottom = 0,574 m

15
L = 1,829 m

16

5/16"

17

Gambar F.1 Reaktor Nitrosasi (R-201)


F-3

Tabel F.1. Nama bagian reaktor


No. Nama Bagian Reaktor

1 Nozzle Umpan C6H11COOH

2 Nozzle Umpan NOHSO4

3 Nozzle Umpan H2SO4.SO3

4 Motor Pengaduk

5 Nozzle Umpan C6H11COOHrecycle

6 Nozzle Produk Gas CO2

7 Manhole

8 Flange and Bolt

9 Nozzle Air Pendingin Masuk

10 Lug Support

11 Koil pendingin

12 Nozzle Air Pendingin Keluar

13 Nozzle Produk Liquid

14 Pengaduk

15 Leg Support

16 Base Plate

17 Pondasi
F-4

F.1 Neraca Massa Reaktor Nitrosasi (R-201)


F11
F17
F10
F9 F13

R-201 F12

Gambar F.2 Aliran massa masuk dan keluar reaktor nitrosasi (R-201)

Dimana :

F9 : Laju alir masuk C6H11COOH, C6H5COOH

F10 : Laju alir masuk NOHSO4

F11 : Laju alir masuk katalis H2SO4.SO3

F12 : Laju alir keluaran produk

F13 : Laju alir keluaran gas CO2

F17 : Laju alir masuk C6H11COOHrecycle

Neraca massa total :

F9 + F10 + F11 + F17 = F12 + F13

Reaktor nitrosasi (R-201) beroperasi secara continue, neraca massa di reaktor (R-

201) adalah sebagai berikut :

Aliran masuk reaktor nitrosasi (R-201)

Tabel F.2 Komponen masuk reaktor nitrosasi (R-201)

Komponen Massa (Kg/jam) Massa (Kmol/jam)

Aliran F9

C6H11COOH 6.551,949 51,187


F-5

Tabel F.2 Komponen masuk reaktor nitrosasi (R-201) (Lanjutan)

Komponen Massa (Kg/jam) Massa (Kmol/jam)

C6H5COOH 5,939 0,049

Aliran F10

NOHSO4 13.001,254 102,374

Aliran F11

H2SO4.SO3 2.738,318 15,384

Aliran F17

C6H11COOH 6.551,949 51,187

H2O 8,677 0,482

Total 28.858,355 220,663

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

H2SO4.SO3
C6H11COOH(l) + NOHSO4(l) (CH2)5CONH(l) + H2SO4(l) + CO2(g)

Konversi : 50% (Ullmann, 2005)

Stoikiometri reaksi :

C6H11COOH(l) + NOHSO4(l) (CH2)5CONH(l) + H2SO4(l) + CO2(g)

Mula-mula 102,374 102,374 - - -

Bereaksi 51,187 51,187 51,187 51,187 51,187

Sisa 51,187 51,187 51,187 51,187 51,187


F-6

Aliran keluar reaktor nitrosasi (R-201)

Keluaran dari reaktor nitrosasi (R-201) terdiri dari dua aliran, yaitu aliran produk

cair (F12) dan aliran gas CO2 (F13) yang komposisinya adalah sebagai berikut :

Aliran F12

Massa (CH2)5CONH terbentuk = 51,187 kmol/jam x 113 kg/kmol

= 5.784,143 kg/jam

Massa H2SO4 terbentuk = 51,187 kmol/jam x 98 kg/kmol

= 5.016,336 kg/jam

Massa C6H11COOH sisa = 51,187 kmol/jam x 128 kg/kmol

= 6.551,949 kg/jam

Massa NOHSO4 sisa = 51,187 kmol/jam x 127 kg/kmol

= 6.500,762 kg/jam

Massa C6H5COOH = 5,939 kg/jam

Aliran F12

Massa CO2 terbentuk = 51,187 kmol/jam x 44 kg/kmol

= 2.252,232 kg/jam

Katalis

Massa H2SO4.SO3 = 2.738,318 kg/jam

Tabel F.3 Neraca Massa di Reaktor Nitrosasi (R-201)

Input (Kg/jam) Output (Kg/jam)


Komponen
F9 F10 F11 F17 F12 F13

C6H11COOH 6.551,949 - - 6.551,949 6.551,949 -

C6H5COOH 6,131 - - - 5,939 -


F-7

Tabel F.3 Neraca Massa di Reaktor Nitrosasi (R-201) (Lanjutan)

Input (Kg/jam) Output (Kg/jam)


Komponen
F9 F10 F11 F17 F12 F13

NOHSO4 - 13.001,524 - - 6.500,762 -

H2SO4.SO3 - - 2.738,318 - 2.738,318 -

(CH2)5CONH - - - - 5.784,143 -

H2SO4 - - - - 5.016,336 -

CO2 - - - - - 2.252,232

H2O - - - 8,677 8,677 -

Total 6.557,888 13.001,524 2.738,318 6.560,626 26.606,123 2.252,232

F.2 Neraca Energi Reaktor Nitrosasi (R-201)

Kondisi operasi :

Temperatur : 80oC

Tekanan : 1 atm

Reaktor yang digunakan adalah Reaktor Alir Tangki Berpengaduk yang

dioperasikan secara isotermal, sehingga temperatur umpan, di dalam dan keluar

reaktor adalah sama, yaitu 80oC (353,15K).

Dalam menghitung neraca energi di reaktor nitrosasi, digunakan langkah

perhitungan seperti pada gambar berikut :

Reaktan pada Produk pada


T = 80ºC HoR HoP T = 80ºC

∆Hof25oC
F-8

Entalpi pada keadaan standar (298,15K)

Menghitung panas reaksi pada keadaan standar ∆HR 298,15K

ΔH0f298 = Σ n. ΔH0f298 produk – Σ n. ΔH0f298 reaktan

= ((∆Hf CH2)5CONH) + (∆Hf H2SO4) +(∆Hf CO2)) –

((∆Hf C6H11COOH)+(∆Hf NOHSO4))

= -450,040 kJ/mol

Menghitung panas reaksi

Menghitung entalpi reaksi (∆Hreaksi)

353,15

  Cp
298
produk   Cp reak tan dT
= 7.797,747 – 34.440,978

= -26.643,231 J/mol

= - 26,643 kJ/mol

Sehingga didapatkan panas reaksi :

Qreaksi = ∆Hreaksi = ∆H298 +  Cp dT


Tref

= -450,040 kJ/mol + (-26,643) kJ/mol

= -476,683 kJ/mol

Panas yang dihasilkan pada reaksi pembentukan (CH2)5CONH adalah :

Qreaksi = 51,187 kmol/jam x -476,683 kJ/mol x 1000

= -2.440.003,308 kJ/jam

Panas yang dibawa umpan (Qin)

Tin = 80oC
F-9

Tabel F.4 Panas yang dibawa umpan (Q14, Q18, Q23)

Laju alir Laju alir CpdT


Komponen Q14 (kJ/jam)
(kg/jam) (kmol/jam) (kJ/kmol)
C6H11COOH 6.551,949 51,187 15.036,051 769.651,969

C6H5COOH 5,939 0,049 12.597,995 612,225

NOHSO4 13.001,524 102,374 53.845,905 -

C6H11COOH(recycle) 6.551,949 51,187 15.036,051 -

H2O 8,677 0,482 4.136,371 -

Total 26.120,038 205,279 - -

Tabel F.4 Panas yang dibawa umpan (Q14, Q18, Q23) (Lanjutan)

Laju alir
Komponen Q18 (kJ/jam) Q23 (kJ/jam)
(kg/jam)
C6H11COOH 6.551,949 - -

C6H5COOH 5,939 - -

NOHSO4 13.001,524 5.512.431,628 -

C6H11COOH(recycle) 6.551,949 - 769.651,868

H2O 8,677 - 1.994,035

Total 26.120,038 5.512.431,628 771.645,903

Panas dibawa katalis (Q16)

Tin = 80oC

Tabel F.5 Panas yang dibawa katalis (Q16)

Laju alir Laju alir CpdT


Komponen Q16 (kJ/jam)
(kg/jam) (kmol/jam) (kJ/kmol)
H2SO4.SO3 2.738,318 15,384 181.759,371 2.796.151,043
F-10

Panas dibawa produk liquid (Q19)

Tout : 80oC

Tabel F.6 Panas yang dibawa produk liquid (Q19)

Laju alir Laju alir CpdT


Komponen Q19 (kJ/jam)
(kg/jam) (kmol/jam) (kJ/kmol)
C6H11COOH 6.551,949 51,187 15.036,051 769.651,868

C6H5COOH 5,939 0,049 12.597,995 613,225

NOHSO4 6.500,762 51,187 53.845,905 2.756.215,814

(CH2)5CONH 5.784,143 51,187 13.327,624 682.202,471

H2SO4 5.016,336 51,187 7.905,559 404.662,647

H2O 8,677 0,482 4.136,371 1.994,035

H2SO4.SO3 2.738,318 15,384 181.759,371 2.796.151,043

Total 26.606,123 220,663 - 7.411.491,103

Panas dibawa produk gas (Q20)

Tout : 80oC

Tabel F.7 Panas yang dibawa produk gas (Q20)

Laju alir Laju alir CpdT


Komponen Q20 (kJ/jam)
(kg/jam) (kmol/jam) (kJ/kmol)
CO2 2.252,232 51,187 2160,058 110.567,125

Menghitung kebutuhan pendingin

Reaksi yang terjadi adalah eksotermis, yaitu reaksi yang melepas panas. Untuk

menjaga tempeatur di reaktor tetap 80oC, maka dibutuhkan fluida pendingin yang

berfungsi sebagai pendingin.

Qpendingin = Qumpan+ Qreaksi – Qproduk


F-11

= (9.850.493,668 + 2.440.003,308 – 7.522.058,228) kJ/jam

= 4.768.438,748 kJ/jam

Untuk pendingin dipakai pendingin jenis air dengan :

Tin = 30oC (303,15 K)

Tout = 45oC (318,15 K)

Cpin = 4,181 kJ/kmol

Cpout = 4,182 kJ/kmol

Maka, kebutuhan pendingin adalah :

Q
m =
Cp × (∆T)

4.768.438,748
m =
4,182 × 318,15 −(4,181 × 303,15)

m = 75.649,698 kg

Tabel F.8 Neraca Panas Reaktor Nitrosasi (R-201)

Panas Masuk Panas Keluar


Aliran
(kJ/jam) (kJ/jam)
Q14 770.265,094 -

Q16 2.796.151,043 -

Q18 5.512.431,628 -

Q19 - 7.411.491,103

Q20 - 110.567,125

Q23 771.645,903 -

Qreaksi 2.440.003,308 -

Qpendingin - 4.768.438,748

Total 12.290.496,976 12.290.496,976


F-12

F.3 Menentukan Volume Reaktor Nitrosasi (R-201)

Reaksi nitrosasi adalah sebagai berikut :

C6H11COOH(l) + NOHSO4(l) (CH2)5CONH(l) + H2SO4(l) + CO2(g)

a. Menentukan densitas umpan

Tabel F.9 Hasil perhitungan densitas umpan

xi . ρi
Komponen F (kg/jam) F (kmol/jam) xi ρi (kg/m3)
(kg/m3)
C6H11COOH 13.103,898 102,374 0,464 1.017,075 471,861

C6H5COOH 5,959 0,049 0,000 1.126,757 0,249

NOHSO4 13.001,524 102,347 0,464 1.712,976 794,717

H2SO4.SO3 2.738,318 15,384 0,070 1.715,605 119,606

H2O 8,677 0,482 0,002 975,494 2,131

Total 28.858,355 220,663 1,000 - 1.388,563

Massa masukan total ke reaktor = 28.858,355 kg/jam

Volume larutan dapat dicari dengan :

m 28.858,355 kg /jam
Volume larutan = = = 20,783 m3
ρ 1.388,563 kg /m 3

n 102,374 kmol
CA0 = = = 4,926 kmol/m3
v 20,783 m3

n 102,374 kmol
CB0 = = = 4,926 kmol/m3
v 20,783 m 3

Konversi = 50%

C6H11COOHbereaksi = CA0 . X

= 4,926 kmol/m3 x 0,5

= 2,463 kmol/m3

Sehingga,
F-13

CA = CA0 - CA0 . X

= 4,926 kmol/m3 - 2,463 kmol/m3

= 2,463 kmol/m3

CB = CB0 -0,8 CA0 . X

= 4,926 kmol/m3 - 2,463 kmol/m3

= 2,463 kmol/m3

b. Menghitung Volume Reaktor

Neraca massa:

Rate of Input – Rate of Output – Rate of Reaction = Rate of Accumulation

karena proses steady state maka rate of accumulation = 0.

V X dX
= X 0 −r A
(Fogler, 1999)
FA 0

Persamaan laju reaksi dalam reaksi ini adalah :

-rA = k . CA . CB

dimana :

r = laju reaksi

k = konstanta laju reaksi, mol/L.menit

CA= konsentrasi larutan C6H11COOH, kmol/m3

CB = konsentrasi larutan NOHSO4, kmol/m3

Menentukan nilai k

Berdasarkan jurnal Nitrosation kinetics of cyclohexane-carboxylic acid with

nitrosylsulfuric acid (Zhaohui, 2005), didapat :

T = 80oC
F-14

P = 1 atm

Konversi = 50%

Dalam hal ini, konstanta laju reaksi didapatkan dengan metode Runge Kutta

yang diaplikasikan dan diselesaikan dengan bantuan software. Persamaan

yang diperoleh dalam pemodelan ini merupakan persamaan diferensial biasa.

Berikut ini M-file :

 File name : subsimulasi_nitrosasi_jur


1 function SSE=subsimulasi_nitrosasi_jur(kr);
2 %menyelesaikan PD ordiner simultan
3 k = kr(1);
4 X0= [0];
5 %interval waktu
6 tspan=[0:1:5];
7 [t,Y]=ode45('subsimulasi_nitrosasi_jur',tspan,X0,[],k);
8 XAhitung = Y(:,1)
9 XAdata=[0;0.5;0.5;0.5;0.5;0.5];
10 SSE=sum(XAhitung-XAdata)^2
11 plot(tspan,XAdata,'*b',tspan,XAhitung,'-.ob');
12 title('grafik X vs waktu');
13 xlabel('waktu');
14 ylabel('X');
15 legend('XAdata','XAhitung')

 File name : sub_subsimulasi_nitrosasi_jur


1 function dXdt=sub_subsimulasi_nitrosasi_jur(t,X,flag,k);
2 XA=X(1);
3 Ca0=0.5;
4 Cb0=4.926;
5 dXdt = ((k*(Ca0-(ca0*X))*(Cb0-(Ca0*X)))/Ca0);
6 dXdt = dXdt'

 File name : simulasi_nitrosasi_jur


1 function simulasi_nitrosasi_jur
2 %Program optimasi parameter2 pada proses
3 clc
4 clear
5 %tebakan awal
6 kr = [0.3];
7 [khit]=fminsearch('subsimulasi_nitrosasi_jur',kr,optimse
t('TolX',1e-3))

Hasil output program adalah :

khit = 0,2316

SSE = 7,5546e-07
F-15

Selain metode diatas, nilai k dapat dicari dengan menggunakan metode grafik

berdasarkan data pada jurnal Nitrosation kinetics of cyclohexane-carboxylic

acid with nitrosylsulfuric acid (Zhaohui, 2005) untuk reaktor batch, dimana

dengan metode grafik didapatkan persamaan diferensial sebagai berikut :

(-)dCA/dt = -(28 . 10-6 t3 – 0 t2 + 0,054t - 0,425)

Dengan mendefinisikan persamaan laju reaksi menggunakan logaritma,

didapatkan nilai k sebesar 0,253.

Sehingga volume reaktor dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :

X
dX
V = FA0
X 0 k CA CB

X
FA0 dX
V=
k X0 (CA0 − CA0 X) (CB0 − CA0 X)

0,5
FA0 dX
V=
k X0 4,926 − 4,926X 4,926 − 4,926X

0,5
FA0 dX
V=
k X0 (24,264 − 24,264X − 24,264X + 24,264X 2 )

0,5
FA0 dX
V=
k X0 (24,264 − 48,527X + 24,264X 2 )

Penyelesaian integral dilakukan dengan pendekatan Simphson Rules sebagai

berikut :

1
𝑓(x) = dX
(24,264 − 48,527X + 24,264X 2 )
3
𝑓 x dX = h 𝑓 X0 + 3𝑓 X1 + 3𝑓 X 2 + 𝑓 X3
8

Dimana :

X3− X0
h =
3
F-16

X3 = 0,5

X0 = 0

Maka :

0,5− 0
h =
3

= 0,167

X1 = x0 + h

= 0 + 0,167

= 0,167

X2 = x0 + 2h

= 0 + (2 × 0,167)

= 0,333

1
𝑓(x0 ) =
(24,264 − (48,527 × X0 ) + (24,264 × X0 2 ))

1
=
(24,264 − (48,527 × 0) + (24,264 × 02 ))

= 0,041

1
𝑓(x1 ) =
(24,264 − (48,527 × X1 ) + (24,264 × X1 2 ))

1
=
(24,264 − (48,527 × 0,167) + (24,264 × 0,1672 ))

= 0,059

1
𝑓(x2 ) = dX
(24,264 − (48,527 × X2 ) + (24,264 × X2 2 ))

1
=
(24,264 − (48,527 × 0,333) + (24,264 × 0,3332 ))

= 0,093
F-17

1
𝑓(x3 ) = dX
(24,264 − (48,527 × X3 ) + (24,264 × X3 2 ))

1
=
(24,264 − (48,527 × 0,5) + (24,264 × 0,52 ))

= 0,165

3
𝑓 x dX = h 𝑓 X0 + 3𝑓 X1 + 3𝑓 X 2 + 𝑓 X3
8
3
= 8 × 0,167 0,041 + 3 0,059 + 3 0,093 + 0,165

= 0,041

Sehingga didapatkan :

FA 0
V = 𝑓(x)
k

102,374
= × 0,041 × 1000
0,232

= 18.296,574 L = 18,297 m3

c. Menghitung Dimensi Reaktor

Menentukan space time

V
τ=
v0

dimana τ = waktu reaksi, jam

v0 = kecepatan volumetrik umpan, m3/jam

V = volume cairan dalam reaktor, m3

18,297
Maka : τ = = 0,880 jam = 52,822 menit
20,783

Sehingga,

V = 18,297 m3

Over design = 20%


F-18

Vreaktor = V + (20% x V)

= 18,297 + (20% x 18,297)

= 21,956 m3 = 775,366 ft3

Reaktor berupa vessel dengan tutup atas dan bawah berbentuk torispherical,

dipilih ukuran reaktor, tinggi (H) = diameter dalam tangki (ID).

Vcairan = Vsilinder

775,366 ft3 = ¼ π ID2 H

775,366 ft3 = ¼ π ID3

775,366 ft 3
ID3 = = 987,727 ft3
¼ × 3,14

ID = 9,959 ft = 3,035 m

ID = H = 9,959 ft = 3,035 m

Maka digunakan :

IDstandar = 10 ft = 3,048 m

Hstandar = 10 ft = 3,048 m

Vreaktor = Vsilinder + ( 2 x Vtorispherical head)

dimana Vtorispherical head = 0,000049 ID3 (Pers. 5.11, Brownell &Young)

Maka ;

Vreaktor = Vsilinder + ( 2 x 0,000049 ID3)

= 775,366 ft3+ (2 x (0,000049 x 103 ft3)

= 775,464 ft3 = 21,959 m3

Vruang kosong = Vreaktor – VL

= 21,959 m3– 18,297 m3 = 3,662 m3


F-19

4 V 𝑠𝑕 𝑒𝑙𝑙 kosong
Hshell kosong =
π D2

4 ×3,662
=
3,14 × 3,048 2

= 0,502 m

Hliquid = Hshell – Hshell kosong

= 3,048 m – 0, 502m = 2,546 m

Faktor keamanan untuk menghindari meluapnya cairan keluar reaktor ketika

pengadukan, maka tinggi silinder (shell) reaktor dibuat over design sebesar

10%.

H’ = 1,1 x H

= 1,1 x 3,048 m = 3,353 m

Menghitung volume gas yang keluar

Massa off gas, CO2 = 2.252,232 kg/jam

Densitas gas, ρ = 1,518 kg/m3

F total 𝑜𝑓𝑓 𝑔𝑎𝑠


Voff gas = = 1,483 m3
ρ total 𝑜𝑓𝑓 𝑔𝑎𝑠

Sehingga, dapat dipastikan bahwa volume ruang kosong reaktor cukup untuk

menampung off gas, dimana volume off gas sebesar 1,483 m3, sedangkan

volume ruang kosong sebesar 3,662 m3

Menghitung tebal shell

Direncanakan :

Bahan = Stainless Steel 316

Allowable stress (f) = 22.500


F-20

Efisiensi pengelasan = 0,85

Faktor korosi (C) = 0,125 per 10 tahun

(Tabel 13-1, Brownell &Young)

Poperasi = Pstandar + Phidrostatik


g 
Dimana Phidrostatik =   g  H L dengan gc = 9,81 dan ρ = 1.241,950 kg/m3
 c
144

= 5,995 psig

Pstandar = 14,696 psig

Sehingga, Poperasi = Pstandar + Phidrostatik

= 14,696 psig + 5,995 psig

= 20,691 psig

Karena faktor keamanan 10%, maka :

Poperasi = 1,1 x 20,691 psig = 22,760 psig

Tebal shell dihitung dengan menggunakan persamaan 13.1 Brownell &

Young :
P.ri
ts  C
f .E  0,6 P
Dimana,
ts = tebal shell, in
P = tekanan desain, psi
ri = jari-jari dalam, in
f = tekanan maksimum yang diijinkan, psi
E = efisiensi pengelasan
C = faktor korosi

(22,760 )(60)
ts   0,125
(22.500)(0,85)  0,6(22,760)
ts = 0,196 in
F-21

dipilih tebal shell standar ¼ in (Tabel 5.6, Hal 88, Brownell & Young 1959)

Menghitung head

Tutup dan dasar reaktor dipilih bentuk “torispherical dished head” dengan

bahan konstruksi stainless steel 316.

OD

b = tinngi
icr dish
OA

B A
sf

ID t
a
r

Gambar F.3 Head

Keterangan :

icr = inside corner radius

sf = straight langed

r = radius

OD = outside diameter

ID = inside diameter

OA = overall diameter

a = inside diameter

b = dept of dish inside

Dicari nilai OD,


F-22

OD = ID + 2 ts

OD = 120 + (2 x 0,25)

= 120,500 in

Menghitung tebal head

1 rc
w = 4 (3 + ) (Pers. 7.76, Brownell & Young, 1959)
icr

dimana
icr
 6%
rC

rc = 120,500 in

icr = 7,23 in

maka :

1 120,500
w= 3+
4 7,23

w = 1,711

P.rw
th  C
2 f .E  0,2 P
(22,760 )(120,500)(1,711)
th   0,125
2(22.500)(0,85)  0,2(22,760)

th = 0,252 in, dipilih th standar = 5/16 in

Menghitung tinggi head

Hubungan dimensi head :


ID 120
a = = = 60 in
2 2
ID
AB = − icr = 60 in – 7,23 in = 52,770 in
2

BC = r – icr =120,500 in – 7,23 in = 113,270 in


F-23

AC = BC2 − AB2 = 113,270 in − 52,770 2 in = 100,227 in

b = r – AC = 120,500 in – 100,227 in = 20,273 in

tinggi head (OA) dapat dicari dengan persamaan :

Tinggi head (OA) = th + b + sf

= 5/16 in + 100,227 in + 2 in

= 22,586 in

= 1,882 ft = 0,574 m

Menghitung tinggi reaktor total

T = tinggi shell + (2 x tinggi head)

= 11 ft + (2 x 1,882 ft)

= 14,764 ft = 4,500 m

F.4 Rancangan Pengadukan

Pemilihan jenis impeller (pengaduk) menggunakan parameter volume dan

viskositas cairan.

Volume cairan = 20.782,893 L = 5.490,258 galon

Viskositas umpan = 1,682 cp = 0,0016 kg/m.s

Untuk cairan dengan viskositas rendah yaitu < 3000 cp, dapat digunakan

pengaduk jenis propeller. Maka, pengaduk yang dipilih adalah jenis marine

propeller dengan jumlah blade 3 dan dilengkapi dengan 4 baffle yang dipasang

paralel dengan jarak yang sama.

Gambar F.4 Three Blade Marine Propeller


F-24

a. Menentukan dimensi pengaduk

1. Diameter impeller (Da)

Da/Dt = 0,5 (Walas, 1990 : 287)

Da = 0,5 x 120 in

= 60 in = 5 ft = 1,524 m

2. Lebar impeller (W)

W = 1/8 Da (Walas, 1990 : 288)

= 1/8 x 60 in

= 7,5 in = 0,625 ft = 0,190 m

3. Lebar baffle (J)

J = 1/12 Dt (Walas, 1990 : 288)

= 1/12 x 120 in

= 10 in = 0,833 ft = 0,254 m

4. Tebal baffle (tb)

tb = 0,5 J `

= 0,5 x 10 in

= 5 in = 0,417 ft = 0,127 m

5. Offset top (jarak baffle pada bagian atas)

Offset top = 1/5 Hl pada shell

= 1/5 x 100,231 in

= 20,122 in = 1,671 ft = 0,509 m

6. Offset bottom (jarak baffle dari dasar reaktor)

Offset bottom = OA (Walas, 1990 : 568)

= 22,586 in = 1,882 ft = 0,574 m


F-25

7. Panjang baffle

Panjang baffle = Hl - offset bottom (Walas, 1990 : 568)

= 100,231 in – 22,586 in

= 77,645 in = 6,470 ft = 1,972 m

8. Jarak pusat impeller dari dasar tangki (Zi)

Zi = 1/3 Dt + offset bottom

= (1/3 x 120 in) + 22,586 in

= 62,586 in = 5,215 ft = 1,590 m

9. Clearance (jarak antara baffle dan dinding tangki)

Clearance = 0,15 J

= 0,15 x 10 in

= 1,5 in = 0,125 ft = 0,038 m

10. Diameter batang penyangga impeller (Dd)

Dd = 2/3 Da

= 2/3 x 60 in

= 40 in = 3,333 ft = 1,016 m

b. Menentukan jumlah pengaduk

1. Menentukan specific gravity


 mix
Sg =
 air
dimana :

ρcampuran = 1.388,560 kg/m3

ρair = 991,749 kg/m3

maka sg = 1,400

2. Menentukan water equivalent liquid head (WELH)


F-26

WELH = Z (Hl) x sg

= 100,231 in x 1,400

= 140,334 in = 11,695 ft = 3,564 m

3. Menentukan jumlah pengaduk

WELH
Ni =
D

11,695
=
10

= 1,169

Menurut Dickey 1984 dalam Walas 1990 hal 288, kriteria jumlah impeller

yang digunakan didasarkan pada viskositas liquid dan rasio ketinggian

WELH terhadap diameter tangki (D). Rasio WELH/D maksimum untuk

penggunaan 1 buah impeller adalah 1,4 untuk viskositas liquid < 25000 cp

dan rasio WELH/D = 1,169, maka digunakan jumlah pengaduk 1 buah.

4. Menentukan kecepatan putaran pengaduk


 600  WELH
  
N =    Da  2  Da

=  600   11,169
 3,14  5  25
= 41,328 rpm = 0,689 rps

c. Menentukan power pengadukan

1. Menentukan reynold number


Da  N   mix
2
NRe =
mix
Keterangan :

Da = diameter impeller, m = 1,524

N = putaran pengaduk, rps = 0,689

ρcampuran = densitas campuran, kg/m3 = 1.388,560


F-27

µcampuran = viskositas campuran, kg/m.s = 0,003

sehingga didapatkan :

NRe = 687.764,238

Dari fig 477, Brown : 507 untuk harga NRe = 687.764,238, diperoleh Np =

0,7

2. Menentukan kebutuhan daya teoritis


N p  Da  N 3   mix
5
Pteoritis =
gc
dimana :

Da = diameter impeller, ft = 5

N = putaran pengaduk, rps = 0,689

ρcampuran = densitas campuran, lb/ft3 = 86,685

Np = power number = 0,7

gc = percepatan gravitasi, lbm.ft/lbf.s = 32

Maka Pteoritis = 1.936,500 ft.lbf/s

= 3,486 hp

3. Menentukan daya yang hilang

Ploss = 10% Pteoritis

= 10% x 3,486 hp

= 0,349 hp

4. Menentukan daya yang dibutuhkan

Pinput = Pteoritis + Ploss

= 3,486 hp + 0,349 hp

= 3,834 hp

5. Menentukan daya pengadukan


F-28

Ditentukan efisiensi motor yang digunakan, η = 80%


Pinput
Ppengadukan =

3,834
= = 4,793 hp
80%

Digunakan Pstandar = 5 hp

d. Menentukan sumbu pengaduk

1. Panjang batang sumbu pengaduk

L = H + Zm – Zi

Dimana :

H = tinggi total reaktor, ft = 14,764

Zm = jarak dari motor ke bagian atas bearing, ft = 1

Zi = jarak pengaduk dari dasar tangki, ft = 5,215

Maka L = 10,549 ft = 3,215 m

2. Diameter sumbu pengaduk


Zp 16
d3 =

a. Menghitung momen putaran, Tc
P  75  60
Tc =
2 π N
Dimana :

P = daya pengadukan, hp = 5

N = kecepatan putaran pengaduk, rpm = 41,238

Maka Tc = 86,692 kg.m

b. Menghitung torsi maksimum, Tm

Torsi maksimum yang digunakan yaitu 1,5 atau 2,5.

diambil Tm = 1,5
F-29

Tm = 1,5 Tc

= 1,5 x 86,692 kg.m = 130,038 kg.m = 13.003,824 kg.cm

c. Menghitung Zp

Tm
Zp =
fs

Dimana :

Tm = torsi maksimum, kg.cm = 13.003,824

Fs = section of shaft cross, kg/cm2 = 550

Maka Zp = 23,643 cm

Sehingga didapatkan diameter sumbu pengaduk :

d3 = 120,475 cm3

d = 4,939 cm

Digunakan diameter sumbu = 5 cm

e. Menghitung bending moment equivalent


1 2
= 2 M  M  Tm 
2
Me

dimana M = Fm x L
Tm
dan Fm =
0.75 x R b
Keterangan :

Fm = bending moment (kg)

Rb = jari-jari impeller, m = 1/2 Di = 0,762

L = panjang sumbu pengaduk, m = 3,215

Tm = torsi maksimum, kg.m = 130,038

Maka didapatkan :

Fm = 53,925 kg
F-30

M = 173,384 kg.m

Me = 195,057 kg.m = 19.505,736 kg.cm

f. Tegangan yang disebabkan oleh bending moment equivalent


Me
f =. = 1.590,277 kg/cm2
 d3 
  
 32 

F.5 Menentukan Rancangan Koil

Reaksi yang berlangsung dalam reaktor bersifat eksotermis, sehingga harus

melepas panas agar tidak menyebabkan perubahan temperatur. Koil yang dialiri

fluida pendingin berupa air pendingin digunakan untuk menjaga temperatur

reaktor agar konstan pada temperatur 80oC. Pertimbangan menggunakan koil

karena luas perpindahan panas yang dibutuhkan lebih besar dari luas perpindahan

panas yang tersedia. Selain itu, koil langsung bersinggungan dengan fluida,

sehingga transfer panas dapat lebih efektif.

Fluida panas, produk

Laju alir W = 28.858,355 kg/jam = 63.621,792 lb/jam

Tmasuk, T1 = 80oC = 176oF

Tkeluar, T2 = 80oC = 176oF

Fluida dingin, Air pendingin

Laju alir w = 75.649,698 kg/jam = 166.779,057 lb/jam

Tmasuk, t1 = 30oC = 86oF

Tkeluar, t2 = 45oC = 113oF


F-31

1. Menghitung ∆LMTD

Fluida panas (oF) Fluida Dingin (oF) Δt (oF)

176 Temperatur Tinggi 113 63,000

176 Temperatur Rendah 86 90

0,000 Difference 27 -27,000

∆LMTD = T  t   T  t  75,699oF
1 2 2 1

ln
 T1  t 2 
T2  t1 
2. Menentukan luas perpindahan panas yang dibutuhkan

Q = 4.768.438,748 kJ/jam

= 4.519.598,093 btu/jam

Dari tabel.8 hal. 840 (Kern, 1965), didapatkan : Design Overall Coefficient =

UD = 5-75 (Heavy organic - water), dipilih UD = 75


Q
A = 796,063 ft2
Ud.T , LMTD

3. Menentukan luas perpindahan panas yang tersedia

Ar = Luas selimut silinder + luas bottom

= (π × OD × HLS) + (π.a.b)

= (3,14 x 10 x 8,353) + (3,14 x 5 x 1,689)

= 289,887 ft2

Ar < A, luas area perpindahan panas yang tersedia tidak mencukupi sehingga

harus menggunakan koil.

Sifat fisis pendingin :

Pendingin = Air Pendingin

Massa = 75.649,698 kg/h = 166.778,837 lb/h


F-32

Tin = 30oC = 303,15K

Tout = 45oC = 318,15K

Tav = 37,5oC = 310,65K

ρ = 1.015,958 kg/m3 = 63,424 lb/ft3

Cp = 4,425 kJ/kg.K = 1,053 btu/lboF

k = 0,622 W/m.K = 0,360 btu/h.ft.oF

µ = 0,697 mPa.s = 0,288 lb/ft.h

4. Menentukan diameter koil

Digunakan D = 2 – 8 in (Moss, 2004), dipilih D = 2 in

Dari Tabel 11. Kern,1983. Hal 844 dipilih ukuran pipa standar :

NPS = 2 in = 0,167 ft

OD = 2,38 in = 0,198 ft

ID = 2,067 in = 0,172 ft

at” = 0,622 ft2/ft

a’ = 3,35 in2/tube = 0,023 ft2

5. Fluks Massa Pendingin Total (Gtot)


w
Gtot =
a"

Dimana :

w = Massa pendingin, lb/jam = 163.582,694

a’ = Flow area, ft2 = 0,023


w
maka Gtot =
a"

166.778,837
= = 7.169.005,331 lbm/ft2.h
0,023
F-33

6. Fluks Massa Tiap Set Koil

Gi = ρc × vc

Dimana :

ρc = densitas medium pendingin, lb/ft3 = 63,424

vc = kecepatan medium pendingin, ft/s = 2,5

Kecepatan medium pendingin di dalam pipa umumnya berkisar 1,5 - 2,5 m/s

dan maksimal 4 m/s.

Sehingga Gi= 63,424 × 2,5

= 520,212 lb/s.ft2 = 1.872.762,363 lb/h.ft2

7. Jumlah Set Koil (Nc)

G c ,tot
Nc =
Gi

7.169.005,331
= = 3,828 set koil = 4 set koil
1.872.762,363

8. Koreksi Fluks Massa Tiap Set Koil (Gi,kor)

G c ,tot
Gi,kor =
Nc

7.169.005,331
= = 1.792.251,333 lb/h.ft2
4

9. Cek Ketepatan Medium Pendingin (Vc,cek)

Gi
Vc,cek =
ρc

1.792.251,333
= = 28.258,155 ft/h = 2,393 m/s
63,424

(masuk dalam range/memenuhi standar 1,5 - 2,5 m/s)

10. Beban Panas Tiap Set Koil (Qci)

Asumsi : beban panas terbagi merata pada tiap set koil


F-34

Qc = 4.768.438,748 kJ/h = 4.519.607,309 btu/h

Qc
Qci =
Nc

4.519.607,309
= = 1.129.901,827 btu/h
4

11. Luas Perpindahan Panas Tiap Set Koil

Q ci
Aci =
U D × ∆LMTD

1.129.901,827
= = 195,202 ft2
75 × 75,699

12. Jarak Antar Pusat Koil (Jsp)

Jsp = 2 × ODkoil

= 2 × 0,198 = 0,397 ft

13. Panjang Satu Putaran Heliks Koil (Lhe)

Lhe = ½ putaran miring + ½ putaran datar

= ½ π rhe + ½ π dhe

= ½ π (dhe2 + Jsp2) ½ + ½ π dhe

Diameter spiral atau heliks koil = 0,7 - 0,8 Dv (Rase, 1977)

Dspiral (dhe)= 8 ft

Maka Lhe = 25,135 ft

14. Panjang Koil Tiap Set (Lci)

A ci
Lci =
a"

199,016
= = 319,962 ft = 97,524 m
0,622

15. Jumlah Putaran Tiap Set Koil

L ci
Npc =
L he
F-35

319,962
= = 12,730 putaran = 13 putaran
25,135

16. Koreksi Panjang Koil Tiap Set

Lci, kor = Npc × Lhe

= 13 × 25,135 = 326,761 ft = 99,597 m

17. Tinggi Koil (Hc)

Hc = Jsp × Npc

= 0,397 × 13 = 5,157 ft = 1,572 m

18. Volume Koil (Vk)

Vk = Nc (π/4 (OD2) Lci)

= 85,183 ft3 = 2,412 m3

19. Cek Tinggi Cairan Setelah ditambah Koil (HL)

Tinggi koil harus lebih kecil daripada tinggi cairan setelah ditambah koil agar

seluruh koil tercelup dalam cairan.

V cairan + V koil
HL = π
4
D 2𝑣𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙

= 3,341 m = 10,962 ft

HL > Hc , berarti semua koil tercelup semua di dalam cairan.

F.6 Rancangan Sambungan Head dan Shell

Sambungan antara tutup bejana dengan bagian shell menggunakan sistem flange

dan baut. Flange pada shell untuk dibolehkan untuk melakukan pembongkaran,

pembersihan pada bagian dalam. Flange juga digunakan sebagai sambungan pada

pipa dan nozzle (Brownell and Young, 1959 : 210). Gasket merupakan lapisan

yang digunakan untuk mengencangkan beban baut pada flange sebelum


F-36

digunakan untuk internal pressure untuk reaktor (Brownell and Young, 1959 :

224).

Data perancangan :

Tekanan desain : 22,760 psia

Temperatur desain : 80oC

Material flange : ASTM-201, Grade B

Bolting steel : ASTM-198, Grade B7

Material gasket : Asbestos composition, stainless steel

Diameter luar shell : 120,5 in

Ketebalan shell : 0,25 in

Diameter dalam shell : 120 in

Tegangan dari material flange: 15.000 psia

Tegangan dari bolting material: 20.000 psia

Tipe flange : Optional loose type

1. Perhitungan Lebar Gasket Minimum

Untuk menghitung lebar gasket, digunakan persamaan 12.2, Brownell and

Young, 1959.
do y  p.m

di y  p(m  1)
Keterangan :

do = diameter luar gasket, in

di = diameter dalam gasket, in

y = yield stress, lb/in2 = 6.500

(Fig. 12.11, Brownell and Young, 1959)

p = internal pressure, psia = 22,760


F-37

m = faktor gasket = 3,5

do
maka = 1,002
di

Asumsi bahwa diameter dalam gasket, di sama dengan diameter luar shell

yaitu 120,5 in, maka :

do = 120,714 in
 d  di 
Lebar gasket minimum =  o 
 2 
=  120,714  120,5  = 0,107 in
 
 2 
Jadi digunakan gasket dengan lebar standar, N = ½ in

Diameter gasket rata-rata, G = di + lebar gasket

= 120,5 + ½

= 121 in

N 0,5
bo = = = ¼ in
2 2

Berdasarkan fig. 12.12, Brownell and Young 1959, lebar efektif gasket (b)

yaitu :

b = bo , jika bo ≤ ¼

bo
b = , jika bo ≥ ¼
2

karena bo ≤ ¼ , maka diperoleh b = ¼ in

2. Perhitungan Beban Baut (Bolt)

1. Beban terhadap seal gasket

Wm2 = Hy = b π G y (Pers 12.89, Brownell and Young 1959)

Keterangan :

Hy = beban berat bolt maksimum, lb


F-38

b = effective gasket, in = ¼

G = diameter gasket rata-rata, in = 121

y = yield stress, lb/in2 = 6.500

maka Wm2 = 617.402,500 lb

2. Beban untuk menjaga joint tight saat operasi

Hp =2bπGmP (Pers 12.90, Brownell and Young 1959)

Keterangan :

Hp = beban join tight, lb

m = faktor gasket = 3,5

b = effective gasket, in = 0,25

G = diameter gasket rata-rata, in = 121

P = tekanan operasi, psia = 22,760

maka Hp = 15.133,060 lb

3. Beban dari tekanan internal


π G2
H = p (Pers 12.89, Brownell and Young 1959 : 240)
4
3,14  1212
= 22,760
4
= 261.585,755 lb

4. Beban operasi total

Wm1 = H + Hp (Pers 12.91, Brownell and Young 1959)

= 261.585,755 lb + 15.133,060 lb

= 276.718,816 lb

3. Perhitungan Luas Baut Minimum (Minimum Bolting Area)

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh Wml lebih kecil dari pada Wm2,

sehingga beban pengontrol berada pada Wm2 = 617.402,500 lb


F-39

Luas minimum bolt dapat dihitung dengan persamaan 12.92, Brownell and

Young 1959 : 240.


Wm2
Am2 =
fa
617.402,500
=
15.000
= 41,160 in2

Berdasarkan tabel 10.4 , Brownell and Young, 1959 : 188, dipilih baut

dengan ukuran 3 in dan diperoleh data sebagai berikut :

Root area = 5,621 in2

Bolt spacing standard (Bs) = 6,25

Minimal radian distance (R) = 3,625

Edge distance (E) = 2,875

Am 2
Jumah baut minimum =
𝑟𝑜𝑜𝑡 𝑎𝑟𝑒𝑎
2

41,160
=
5,621

= 7,323 buah

Digunakan jumlah baut sebanyak 8 buah

4. Perhitungan Diameter Flange Luar

Bolt circle diameter (BC) = ID + 2 (1,415 go + R)

= 120 + (2 x ((1,145 x 0,25) + 3,625))

= 127,823 in

Flange OD (A) = Bolt circle diameter + 2E

= 127,823 in + (2 x 2,875)

= 133,573 in
F-40

5. Cek Lebar Gasket

1. Luas baut aktual

Ab aktual = jumlah baut x root area

= 8 x 5,621 in2

= 44,968 in2

2. Lebar gasket minimum


A b actual f allaw
Nmin =
2yπG
44,968  20.000
=
2  6.500  3,14  121
= 0,182 in

Karena in < 0,5 in, maka lebar gasket minimum memenuhi.

6. Perhitungan Momen

1. Untuk bolting up condition (no internal pressure)

Beban desain

Beban desain dihitung dengan persamaan 12.91, Brownell and Young 1959

: 240

W = ½ (Ab + Am) fa

Keterangan :

W = berat beban, lb

Am = luas baut minimum, in2 = 44,160

Ab = luas aktual baut, in2 = 44,968

fa = allowable stress, psi = 20.000

Sehingga didapatkan W = 861.281,667 lb


F-41

Hubungan leverm arm

Hubungan lever arm dihitung dengan persamaan 12.101, Brownell and

Young 1959.

hG = ½ (BC – G)

Keterangan :

hG = tahanan radian circle, in

BC = bolt circle diameter, in = 127,823

G = diameter gasket rata-rata, in = 121

Sehingga didapatkan hG = 3,411 in

Flange Moment

Ma = W hG

= 861.281,667 x 3,411

= 2.938.047,085 lb-in

2. Untuk kondisi beroperasi

W = Wm1 (Pers. 12.95, Brownell and Young 1959)

= 276.718,815 lb-in

Untuk HD

HD = 0,785 B2 p (Pers. 12.96, Brownell and Young 1959)

Keterangan :

HD = hydorstatic and force pada area dalam flange, lb

B = diameter dalam flange / OD shell, in = 120,5

p = tekanan operasi, psi = 22,760

Sehingga didapatkan HD = 259.428,356 lb


F-42

The leverm arm

hD = ½ (BC – B) (Pers. 12.100, Brownell and Young 1959)

= ½ (127,823 – 120,5)

= 3,661 in

Moment, MD

MD = HD x h D (Pers. 12.96, Brownell and Young, 1959)

= 259.428,356 x 3,661

= 949.832,069 lb-in

HG

HG =W–H (Pers. 12.98, Brownell and Young, 1959)

= 861.281,667 – 261.585,755

= 599.695,911 lb

Hubungan lever arm

Hubungan lever arm dihitung dengan persamaan 12.101, Brownell and

Young 1959.

hG = ½ (BC – G)

= ½ (127,823 – 121)

= 3,411 in

Moment

MG = H G x hG (Pers. 12.98, Brownell and Young, 1959)

= 599.695,911 x 3,411

= 2.045.712,678 lb-in

Nilai HT

HT = H – HD
F-43

= 261.585,755 – 259.428,356

= 2.157,399 lb

Hubungan lever arm

hT = ½ (hD – hG) (Pers. 12.102, Brownell and Young, 1959)

= ½ (3,661 – 3,411)

= 0,125 in

Moment

MT = HT x h T (Pers. 12.97, Brownell and Young, 1959)

= 2.157,399 x 0,125

= 269,675 lb-in

Jumlah moment untuk kondisi beroperasi

Mo = MD + M G + M T (Pers. 12.99, Brownell and Young, 1959)

= (949.832,069 + 2.045.712,678 + 269,675) lb-in

= 2.995.814,422 lb-in

Jadi moment saat beroperasi sebagai pengontrol,Mmax = 2.995.814,422 lb-in

7. Perhitungan Tebal Flange

Untuk menghitung tebal flange dapat digunakan pers. 12.85, Brownell and

Young 1959 :
Y M max
t =
fa B
dimana :

A = flange (OD), in = 133,573

B = shell (OD), in = 120,5

Berdasarkan fig, 12.22, Brownell and Young 1959, dengan K = 1,108, maka :
F-44

1 k 2 log 10 K
Y = K−1 0,66845 − 5,71690 k 2 −1

= 3,396

t = 2,373

digunakan flange standar dengan ketebalan 2,5 in (Megyesy 1950 : 352).

F.7 Detail Perpipaan dan Nozzle

a. Pipa umpan reaktor, C6H11COOH

Diameter optimum, d = 260 G0,52 ρ-0.37 (Coulson, 1983)

Laju alir massa, G = 6.557,888 kg/jam

Densitas cairan, ρmix = 1.017,184 kg/m3

Viskositas cairan,μmix = 0,00048 kg/m.s

= 0,482 cp

Gdesain, 10% = 7.213,676 kg/jam

= 2,004 kg/s

Diameter optimum, d = 260 x 2,0040,52 x 1.017,184-0,37

= 28,787 mm

= 1,134 in

Dari Tabel 11. Kerm 1965, dipilih spesifikasi pipa standar sebagai berikut :

Pipa dengan NPS = 1,5 in

Sch. No. Pipa = 40

ID = 1,61 in = 0,041 m

OD = 1,9 in = 0,048 m

4G
Bilangan reynold, NRe =
πμd
F-45

4 ×2,004
= = 129.421,217
3,14 × 0,00048 × 0,041

Spesifikasi nozzle standar (App. F item 1, Brownell and Young 1959 : 349) :

Size : 1,5 in

OD of pipe : 1,9 in

Diameter hole on in reinforcing plate, DR : 2 in

Distance, shell to flange face, outside, J : 6 in

Distance, shell to flange face, inside, K : 6 in

Distance from bottom of tank to center of nozzle

Type H : 6 in

Type C : 3 in

b. Pipa umpan reaktor, NOHSO4

Diameter optimum, d = 260 G0,52 ρ-0.37 (Coulson, 1983)

Laju alir massa, G = 13.001,524 kg/jam

Densitas cairan, ρ = 1.712,976 kg/m3

Viskositas cairan,μ = 0,0026 kg/m.s

= 2,595 cp

Gdesain, 10% = 14.301,676 kg/jam

= 3,973 kg/s

Diameter optimum, d = 260 x 3,9730,52 x 1.712,976-0,37

= 33,885 mm

= 1,335 in

Dari Tabel 11. Kerm 1965, dipilih spesifikasi pipa standar sebagai berikut :

Pipa dengan NPS = 1,5 in

Sch. No. Pipa = 40


F-46

ID = 1,61 in = 0,041 m

OD = 1,9 in = 0,048 m

4G
Bilangan reynold, NRe =
πμd

4 ×3,973
= = 47.688,605
3,14 × 0,0026 × 0,041

Spesifikasi nozzle standar (App. F item 1, Brownell and Young 1959 : 349) :

Size : 1,5 in

OD of pipe : 1,9 in

Diameter hole on in reinforcing plate, DR : 2 in

Distance, shell to flange face, outside, J : 6 in

Distance, shell to flange face, inside, K : 6 in

Distance from bottom of tank to center of nozzle

Type H : 6 in

Type C : 3 in

c. Pipa umpan katalis H2SO4.SO3

Diameter optimum, d = 260 G0,52 ρ-0.37 (Coulson, 1983)

Laju alir massa, G = 2.738,318 kg/jam

Densitas cairan, ρ = 1.715,605 kg/m3

Viskositas cairan,μ = 0,0036 kg/m.s

= 3,636 cp

Gdesain, 10% = 3.012,149 kg/jam

= 0,837 kg/s

Diameter optimum, d = 260 x 0,8370,52 x 1.715,605-0,37

= 15,065 mm
F-47

= 0,594 in

Dari Tabel 11. Kerm 1965, dipilih spesifikasi pipa standar sebagai berikut :

Pipa dengan NPS = 1,5 in

Sch. No. Pipa = 40

ID = 1,61 in = 0,041 m

OD = 1,9 in = 0,048 m

4G
Bilangan reynold, NRe =
πμd

4 ×0,837
= = 7.167,887
3,14 × 0,0036 × 0,041

Spesifikasi nozzle standar (App. F item 1, Brownell and Young 1959 : 349) :

Size : 1,5 in

OD of pipe : 1,9 in

Diameter hole on in reinforcing plate, DR : 2 in

Distance, shell to flange face, outside, J : 6 in

Distance, shell to flange face, inside, K : 6 in

Distance from bottom of tank to center of nozzle

Type H : 6 in

Type C : 3 in

d. Pipa umpan reaktor, C6H11COOHrecycle

Diameter optimum, d = 260 G0,52 ρ-0.37 (Coulson, 1983)

Laju alir massa, G = 6.560,626 kg/jam

Densitas cairan, ρmix = 1.016,687 kg/m3

Viskositas cairan,μmix = 0,00048 kg/m.s

= 0,480 cp
F-48

Gdesain, 10% = 7.216,689 kg/jam

= 2,005 kg/s

Diameter optimum, d = 260 x 2,0050,52 x 1.016,687-0,37

= 28,799 mm

= 1,135 in

Dari Tabel 11. Kerm 1965, dipilih spesifikasi pipa standar sebagai berikut :

Pipa dengan NPS = 1,5 in

Sch. No. Pipa = 40

ID = 1,61 in = 0,041 m

OD = 1,9 in = 0,048 m

4G
Bilangan reynold, NRe =
πμd

4 ×2,005
= = 130.209,456
3,14 × 0,00048 × 0,041

Spesifikasi nozzle standar (App. F item 1, Brownell and Young 1959 : 349) :

Size : 1,5 in

OD of pipe : 1,9 in

Diameter hole on in reinforcing plate, DR : 2 in

Distance, shell to flange face, outside, J : 6 in

Distance, shell to flange face, inside, K : 6 in

Distance from bottom of tank to center of nozzle

Type H : 6 in

Type C : 3 in

e. Pipa produk liquid

Diameter optimum, d = 260 G0,52 ρ-0.37 (Coulson, 1983)


F-49

Laju alir massa, G = 26.606,123 kg/jam

Densitas cairan, ρmix = 1.463,707 kg/m3

Viskositas cairan,μmix = 0,005 kg/m.s

= 4,691 cp

Gdesain, 10% = 29.266,735 kg/jam

= 8,130 kg/s

Diameter optimum, d = 260 x 8,1300,52 x 1.463,707-0,37

= 52,119 mm

= 2,053 in

Dari Tabel 11. Kerm 1965, dipilih spesifikasi pipa standar sebagai berikut :

Pipa dengan NPS = 2 in

Sch. No. Pipa = 40

ID = 2,067 in = 0,053 m

OD = 2,38 in = 0,060 m

4G
Bilangan reynold, NRe =
πμd

4 ×8,130
= = 42.052,172
3,14 × 0,005 × 0,053

Spesifikasi nozzle standar (App. F item 1, Brownell and Young 1959 : 349) :

Size : 2 in

OD of pipe : 2,38 in

Diameter hole on in reinforcing plate, DR : 2,5 in

Distance, shell to flange face, outside, J : 6 in

Distance, shell to flange face, inside, K : 6 in

Distance from bottom of tank to center of nozzle


F-50

Type H : 7 in

Type C : 3,5 in

f. Pipa produk gas

Diameter optimum, d = 260 G0,52 ρ-0.37 (Coulson, 1983)

Laju alir massa, G = 2.252,232 kg/jam

Densitas cairan, ρ = 1,518 kg/m3

Viskositas cairan,μ = 0,000017 kg/m.s

= 0,017 cp

Gdesain, 10% = 2.477,456 kg/jam

= 0,688 kg/s

Diameter optimum, d = 260 x 0,6880,52 x 1,518-0,37

= 183,430 mm

= 7,227 in

Dari Tabel 11. Kerm 1965, dipilih spesifikasi pipa standar sebagai berikut :

Pipa dengan NPS = 8 in

Sch. No. Pipa = 40

ID = 7,981 in

OD = 8,625 in

4G
Bilangan reynold, NRe =
πμd

4 ×0,688
= = 248.496,725
3,14 × 0,000017 × 0,203

Spesifikasi nozzle standar (App. F item 1, Brownell and Young 1959 : 349) :

Size : 8 in

OD of pipe : 8,625 in
F-51

Diameter hole on in reinforcing plate, DR : 8,75 in

Distance, shell to flange face, outside, J : 8 in

Distance, shell to flange face, inside, K : 6 in

Distance from bottom of tank to center of nozzle

Type H : 13 in

Type C : 10,125 in

g. Nozzle pendingin masuk dan keluar

Dari Tabel 11. Kerm 1965, dipilih spesifikasi pipa standar sebagai berikut :

Pipa dengan NPS = 2 in

Sch. No. Pipa = 40

ID = 2,067 in = 0,053 m

OD = 2,38 in = 0,060 m

Spesifikasi nozzle standar (App. F item 1, Brownell and Young 1959 : 349) :

Size : 2 in

OD of pipe : 2,38 in

Diameter hole on in reinforcing plate, DR : 2,5 in

Distance, shell to flange face, outside, J : 6 in

Distance, shell to flange face, inside, K : 6 in

Distance from bottom of tank to center of nozzle

Type H : 7 in

Type C : 3,5 in

8. Nozzle pengaduk

Diameter sumbu = 5 cm = 1,969 in

Spesifikasi nozzle standar (App. F item 1, Brownell and Young 1959 : 349) :
F-52

Size : 2 in

OD of pipe : 2,38 in

Diameter hole on in reinforcing plate, DR : 2,5 in

Distance, shell to flange face, outside, J : 6 in

Distance, shell to flange face, inside, K : 6 in

Distance from bottom of tank to center of nozzle

Type H : 7 in

Type C : 3,5 in

F.8 Manhole

Manhole adalah lubang pemeriksaan yang diperlukan pada saat pembersihan

atau pemeriksaan pada bagian dalam kolom. Direncanakan manhole di

pasang pada kolom bagian atas reaktor. Spesifikasi manhole menurut

rekomendasi API Standard 12 C, Brownell and Young, Appendix F, item 4 ,

1959 adalah :

Tebal shell : 0,25 in

Weld A : 0,188 in

Weld B : 0,250 in

Panjang sisi : 45,500 in

Lebar reinforcement (W) : 54,250 in

Diameter manhole, ID : 22,500 in

Maksimum diameter lubang, Dp : 24,500 in

Diameter plat penutup, Dc : 28,750 in

Diameter bolt circle, DB : 26,250 in


F-53

Ukuran : 20 in

F.9 Berat Komponen Reaktor

1. Berat vessel dan perlengkapan

a. Berat shell

Diameter dalam shell (ID) = 120 in

Ketebalan shell (ts) = ¼ in

Diameter luar shell (OD) = 120,5 in

Tinggi shell (Hs) = 132 in

Densitas shell (ρbahan) = 489 lb/ft3 (Foust, Appendix. D-10)

Volume shell = ¼ π x Hs x (OD2 – ID2)

= ¼ x 132 x (120,52 – 1202)

= 12.460,305 in3

= 7,211 ft3

Berat shell total = volume shell x ρbahan

= 7,211 ft3 x 489 lb/ft3

= 3.526,095 lb

= 1.599,084 kg

b. Berat dish head

ID dish = 120 in

Volume dish = 2 x 0,000049 ID3

= 2 x (0,000049 x 1203)

= 0,098 ft3

Berat dish = 2 x (volume dish x ρbahan)


F-54

= 2 x (0,098 ft3 x 489 lb/ft3)

= 95,488 lb

= 43,465 kg

c. Berat koil

OD = 0,198 ft

ID = 0,172 ft

at” = 0,622 ft2/ft

Panjang koil = 326,761 ft

ρbahan = 489 lb/ft3

Volume koil = 10,090 ft3

Berat koil = volume koil x ρbahan

= 10,090 ft3 x 489 lb/ft3

= 4.934,001 lb

= 2.237,570 kg

d. Berat opening

1. Berat manhole

Berat manhole = 783 lb (Tabel 2-21, Moss, 2004 : 100)

= 355,091 kg

2. Berat nozzle

Tabel F.10 Berat Nozzle

Nozzle Nom. Size Berat (lb)

Umpan C6H11COOH 1,5 4

Umpan NOHSO4 1,5 4

Umpan katalis 1,5 4


F-55

Tabel F.10 Berat Nozzle (Lanjutan)

Nozzle Nom. Size Berat (lb)

Umpan C6H11COOHrecycle 1,5 4

Produk liquid 2 6

Produk gas 8 39

Koil masuk 2 6

Koil keluar 2 6

Pengaduk 2 10

Total - 83

3. Berat opening total

Berat opening total = berat manhole + berat nozzle

= 783 lb + 83 lb

= 866 lb

= 392,731 kg

e. Berat sistem pengaduk

1. Berat impeller

Diameter impeller, Da = 5 ft

Lebar impeller, w = 0,625 ft

Ketebalan impeller, ti = 1 ft

ρbahan = 489 lb/ft3

Berat total impeller = volume impeller x densitas impeller

= 3 (r w t ρ)

= 3 x (2,5 x 0,625 x 1 x 489)


F-56

= 2.292,185 lb

= 1.039,718 kg

2. Berat sumbu

Panjang sumbu = 10,549 ft

Diameter sumbu = 0,160 ft

ρbahan = 489 lb/ft3

Berat sumbu = ¼ π d2 L ρ

= ¼ x 3,14 x 0,1602 x 10,549 x 489

= 103,663 lb

= 47,021 kg

Berat sistem pengaduk total = 2.292,185 lb + 103,663 lb

= 2.395,847 lb

= 1.086,738 kg

f. Berat baffle

Jumlah baffle =4

Panjang baffle = 6,470 ft

Lebar baffle = 0,833 ft

Tebal baffle = 0,417 ft

Berat baffle = jumlah baffle x panjang baffle x lebar baffle x

tebal baffle

= 4 x 6,470 x 0,833 x 0,417

= 8,987 lb

= 4,076 kg
F-57

2. Berat fluida dalam reaktor

a. Berat bahan

Volume cairan = 21,956 m3

Densitas cairan = 1.388,563 kg/m3

Berat cairan = volume cairan x densitas cairan

= 30.487,112 kg

= 67.212,498 lb

b. Berat pendingin

Volume pendingin = 2,412 m3

Densitas pendingin = 1.015,958 kg/m3

Flow area coil = 0,002 m2

Lc = 99,597 m

Berat pendingin = flow area coil x Lc x ρ

= 0,002 x 99,597 x 1.015,958

= 218,692 kg

= 482,132 lb

Berat fluida total = Berat cairan + berat pendingin

= 30.487,112 + 218,692

= 30.705,804 kg

= 67.694,630 lb

3. Berat mati reaktor

Berat mati reaktor = berat vessel dan perlengkapan + berat fluida

= 36.069,468 kg

= 79.519,471 lb
F-58

Over design = 20%

Berat perancangan = 36.069,468 + (20% x 36.069,468)

= 43.283,362 kg

= 95.423,365 lb

F.10 Sistem Penyangga

a
A

h
thp

1/2 H

tbp

Gambar F.5 Sistem Penyangga

Reaktor disangga dengan 4 kaki. Kaki penyangga dilas ditengah-tengah

ketinggian (50% dari tinggi total reaktor). Digunakan kaki (leg) tipe I-beam

dengan pondasi dari cor atau beton.

1. Leg Planning

a. Menghitung ketinggian kaki (Hleg)

Karena kaki dilas pada pertengahan ketinggian reaktor, maka ketinggian

kaki adalah :
F-59

Hleg = ½ Hr + L

dimana :

Hr = Tinggi total reaktor, ft = 14,764

L = Jarak antara bottom reaktor ke pondasi, ft = 6

Maka Hleg = ½ x 14,764 + 6

= 13,382 ft

= 4,079 m

b. Pemilihan ukuran beam

Digunakan I-beam = 15 in

(App. G, item 2, Brownell and Young, 1959)

Kedalaman beam = 15 in

Lebar flange (B') = 5,64 in

Web thickness = 0,55 in

Ketebalan rata-rata flange = 0,622 in

Area of section (A) = 14,59 in2

Berat/ft = 50 lb

Peletakan dengan beban eksentrik (axis 1-1)

l = 481,1 in4

S = 64,2 in3

r = 5,74 in

Peletakan tanpa beban eksentrik (axis 2-2)

l = 16 in4

S = 5,7 in3

r = 1,05 in
F-60

Cek terhadap peletakan sumbu axis 1-1 maupun axis 2-2

Axis 1-1

l/r = 27,977 (l/r < 120, memenuhi)

1. Stress kompresi yang diijinkan (fc)


P
fc = (Pers. 4.21, brownell and Young, 1959)
a
18.000
fc =
1  (l /18.000 . r 2 )
2

18.000
=
1  (481,12 /18.000 . 5,74 2 )
= 12.947,048 fc <15000 psi , sehingga memenuhi.

Jarak antara center line kolom penyangga dengan center line shell (a)

a = ½ x lebar flange + 1,5

= ½ x 5,64 + 1,5

= 4,32 in

y = ½ x lebar flange

= ½ x 5,64

= 2,82 in

z = l/y

= 481,1/2,82

= 170,603 in3

2. Beban kompresi total maksimum tiap leg (P)


4 Pw (H  L) Σ W
P =  (Pers. 10.76, Brownell and Young, 1959)
n D bc n
Dimana :

Pw = Beban angin total pada permukaan yang terbuka, lb

H = Tinggi reaktor diatas pondasi, ft

L = Jarak dari pondasi ke bagian bawah reaktor, ft


F-61

Dbc = Diameter anchor-bolt circle, ft

n = Jumlah penyangga = 4

ΣW = Berat untuk perancangan, lb = 95.423,365

Umumnya vessel dengan penyangga lug atau lug supported memiliki

ketinggian yang lebih rendah dibandingkan skirt supported vessel,

sehingga wind load sangat minor pengaruhnya. Wind load cenderung

mempengaruhi vessel jika vessel dalam keadaan kosong. Berat vessel

dalam keadaan terisi oleh cairan cenderung stabil (Brownell and Young,

1959 : 197). Jadi, nilai Pw = 0, sehingga persamaan diatas menjadi :


ΣW
P =
n
= 95.423,365
4
= 23.855,841 lb

3. Luas penampang lintang

Menghitung beban eksentrik dengan persamaan sebagai berikut :


P. a
fec = (Pers. 10.98, Brownell and Young, 1959)
Z
= 23.855,841 4,32
170,603
= 604,077 lb/in2

f = fc – fec

= 12.947,048 – 604,077

= 12.342,971 lb/in2

maka luas penampang lintang :

A = P (Pers. 10.98, Brownell and Young, 1959)


f
= 23.855,841
12.342,971
= 1,900
F-62

1,933 < 14,59, sehingga luas penampang lintang yang dimiliki oleh beam

15 in dapat digunakan.

Axis 2-2

l/r = 152,939 (l/r > 120, tidak memenuhi)

2. Lug Planning

a. Menentukan ukuran baut

Masing-masing penyangga memiliki 4 baut.

Beban maksimum tiap baut :


P
Pbolt =
nb
= 3.855,841
2
4
= 5.963,960 lb

Luas lubang baut adalah :


Pbolt
Abolt =
f bolt
dimana fbolt adalah tekanan maksimum yang dapat ditahan oleh setiap

baut 12.000 psi, maka :

Abolt = 5.963,940
12.000
= 0,497 in2

digunakan baut standar dengan diameter 1 in.

b. Menentukan ketebalan plat horizontal


6 My
thp = f allow (Pers.10.4, Brownell and Young, 1959)

dengan

My 
β3t 2 P B R 2 3 1 μ2 

12 1  μ 2 A h
dan

β4
R2 t2
Keterangan :
F-63

thp = tebal plat horizontal, in

My = bending moment maksimum sepanjang sumbu radial, in-lbm

fallow = tekanan yang diijinkan, psi = 12.000

t = tebal shell, in = 0,25

P = beban baut maksimum, lb = 5.963,960

B = lebar flange = 5,64

R = jari-jari luar shell = 60,25

μ = paisson ratio = 0,3

A = panjang kompresi plat yang digunakan = 10

h = tinggi gusset, in = 16,667

sehinga didapatkan :

β = 0,439 in2

My = 354,217 lb-in

thp = 0,421 in

Digunakan tebal plat standar ½ in.

c. Ketebalan plat vertikal

tg = 3/8 thp (Pers.10.47, Brownell and Young, 1959)

= 3/8 x ½ in

= 0,188 in

Dipilih tebal plat standar 3/16 in.

3. Base Plate Planning

Base plate direncanakan berbentuk empat persegi panjang dengan bahan

konstruksi carbon steel yang ditempatkan di atas beton. Perhitungan base

plate pada reaktor yang diletakkan di dasar penyangga meliputi :


F-64

a. Menghitung base plate area (Abp)

Pb
Base plate area (Abp) = (Pers. 10.35, Brownell and Young, 1959)
f

dimana :

Pb = base plate loading = berat 1 leg + P

f = kapasitas bearing = 1.000 psi (untuk cor)

digunakan I-beam dengan ukuran = 15 in

Panjang kaki (Hleg) = 160,586 in

= 13,382 ft

Jadi berat satu leg = 13,382 x 50 lb

= 669,107 lb

Maka didapatkan Pb = 669,107 lb + 5.963,960 lb

= 6.633,067 lb

Sehingga didapatkan Abp = 6,633 in2

b. Menentukan tebal base plate

Tebal base plate, tbp = (0,00015 x pa x n2)1/2

Dimana pa = tekanan aktual

Pb
=
A bp baru

Untuk posisi leg 1-1

Abp = lebar (le) x panjang (pa)

= (0,8 b + 2n)(0,95 h + 2m)

Keterangan :

b = lebar flange = 5,64

h = kedalaman beam = 15
F-65

m = n (asumsi awal)

Trial nilai n = -1,936

Maka :

le = 0,8b + 2n

= (0,8 x 5,64) + (2 x -1,936)

= 0,640 in

pa = 0,95h + 2m

= (0,95 x 15) + (2 x -1,936)

= 10,378 in

Umumnya dibuat le = pa, maka pa = le = 10,378 in

Maka didapatkan :

nbaru = 2,933 in

mbaru = -1,936 in

Abp baru = 107,695 in2

pa = 61,591 psia

tbp = (0,00015 x pa x n2)1/2

= (0,00015 x 61,591 x 2,9332)1/2

= 0,282 in

digunakan tebal standar 5/16 in

F.11 Pondasi

Perancangan pondasi dengan sistem konstruksi pondasi beton K-225 terdiri dari

semen : kerikil : pasir, dengan perbandingan 1 : 1,8 : 2,8 (Departemen pekerjaan


F-66

umum, 2007). Direncanakan pondasi berbentuk limas terpancung, dianggap hanya

gaya vertikal dari berat kolom yang bekerja pada pondasi.

1. Menentukan Dimensi Pondasi

a. Menentukan beban pondasi

Berat yang diterima pondasi = berat reaktor + berat I beam

Dimana :

Berat reaktor = 23.855,841 lb

Berat I beam = 6.633,067 lb

maka :

berat yang diterima pondasi = 23.855,841 lb + 6.633,067 lb

= 30.488,909 lb

= 13.829,536 kg

b. Luas bagian atas (a)

Beton yang digunakan adalah beton K-225, dengan pertimbangan beton

jenis ini biasa digunakan untuk pembangunan pondasi.

Daya dukung beton K-225 = 225 kg/cm2

berat total pondasi per 1 kaki


Luas bagian atas (a) =
daya dukung beton

13.829,536
=
225

= 61,465 cm2

Over design = 20%

Luas bagian atas (a) = 61,465 + (20% x 61,465)

= 73,758 cm2

Sehingga didapatkan p = l = 8,588 cm


F-67

karena lebar flange i beam = 14,326 cm

maka digunakan panjang dan lebar beton standar = 20 cm

sehingga didapatkan luas bagian atas (a) baru = 400 cm2

c. Luas bagian bawah (b)

Digunakan di lahan dengan asumsi tanah sedang, dengan daya dukung 2-

5 kg/cm2

Daya dukung tanah sedang = 3 kg/cm2

berat total pondasi per 1 kaki


Luas bagian bawah (b) =
daya dukung tanah

13.829,536
=
3

= 4.609,845 cm2

Over design = 20%

Luas bagian bawah (b) = 4.609,845 + (20% x 4.609,845)

= 5.531,815 cm2

Sehingga didapatkan p = l = 74,376 cm

maka digunakan panjang dan lebar beton standar = 75 cm

sehingga didapatkan luas bagian bawah (b) baru = 5.625 cm2

d. Tinggi pondasi

Tinggi pondasi diasumsikan sama dengan lebar pondasi bawah = 75 cm

e. Menentukan volume pondasi

Volume pondasi, V = 1/3 × tinggi pondasi × ((a + b) + (a ×b)1/2)

= 1/3 × 75 × ((400 + 5.625) + (400 × 5.625)1/2)

= 188.125 cm3 = 0,188 m3 = 6,644 ft3


F-68

2. Menentukan berat pondasi

Densitas beton, ρ = 145,145 lb/ft3

Berat pondasi, W =V×ρ

= 6,644 ft3 × 145,145 lb/ft3

= 964,283 lb

= 437,391 kg

3. Menentukan berat total yang diterima tanah

Berat yang diterima tanah, Wtot = berat yang diterima pondasi + berat

pondasi

= 30.488,909 + 964,283

= 31.453,191 lb

= 14,267 ton

F.12 Vibrasi

1. Menentukan berat pondasi


1
 H  w D 
2
T  2.65 10  
5
 (Pers. 9.68, Brownell and Young, 1959 : 167)
 D  t 
Dimana :

H = tinggi total reaktor (termasuk penyangga), ft = 13,382

D = diameter reaktor, ft = 10,042

W = berat reaktor, lb/ft = 95.423,365

t = tebal shell, in = 0,25

maka T = 0,069 detik

2. Menentukan periode maksimum vibrasi


WH
Ta  0,80 
Vg
F-69

dengan V = C x W

dimana :

W = Total shear, lb = 95.423,365

H = Tinggi reaktor termasuk penyangga, ft = 13,382

C = koefisien seismic = 0,05 (Tabel 9.3, Brownell and Young, 1959)

g = percepatan gravitasi, ft/s2 = 32,2

maka Ta = 2,306 detik

3. Cek vibrasi

Periode vibrasi yang dihasilkan lebih rendah daripada periode vibrasi

maksimum (T < Ta), sehingga periode vibrasi diijinkan

Anda mungkin juga menyukai