Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dari waktu ke waktu permintaan masyarakat akan gula terus meningkat.


Hal ini disebabkan perkembangan penduduk dan semakin maraknya industri
yang menggunakan bahan baku gula. Meningkatnya konsumsi masyarakat
akan gula hendaknya disertai dengan meningkatnya produksi gula.Barbagai
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan produksi gula. Salah satu caranya
adalah dengan menggunakan mesin-mesin dalam proses pembuatan gula.
Dengan adanya mesin-mesin ini pembuatan gula tidak lagi dilakukan secara
tradisional.
Seiring dengan semakin berkembangnya mesin-mesin pembuat gula, maka
produksi gula pun semakin meningkat.Produksi gula dewasa ini jauh lebih
baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas bila dibandingkan dengan
produksi gula pada waktu sebelum adanya mekanisasi. Industri gula yang
menggunakan tebu sebagai bahan bakunya.Gula merupakan satu dari sembilan
bahan pokok (sembako) di Indonesia. Bahan pokok yang dikategorikan ke
dalam sembilan bahan pokok diantaranya beras, telur, terigu, minyak goring,
gula, kedelai dan sebagainya. Bahan-bahan pokok ini dalam produksi dan
pendistribusiannya senantiasa mendapat pengaturan dan perlindungan dari
pemerintah.Alasan kebijakan semacam ini diterapkan adalah demi
kepentingan masyarakat.Melihat terjadinya peningkatan jumlah masyarakat
yang meningkat pesat menyebabkan permintaan akan sembako pun meningkat
juga. Hal ini menyebabkan mekanisme pasar harus diatur sedemikian rupa
agar jumlah yang dinutuhkan masyarakat dapat terpenuhi dengan harga
yang terjangkau.
Pada kesempatan kali ini kami menyusun makalah demi memenuhi tugas
mata kuliah Perpindahan Massa Diffusional. Makalah ini kami buat dengan
sebaik-baiknya namun kami menyadari masih adanya kekurangan maka dari

1
itu kritik dan saran kami terima dengan lapang dada demi memperbaiki tugas
ini.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari perpindahan massa?
b. Apa saja jenis dan pengertian dari perpindahan massa?
c. Bagaimana mekanisme perpindahan massa yang terjadi di PTPN VII
(Persero) Pabrik Gula Cinta Manis Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk memahami pengertian dari perpindahan massa
b. Untuk mengetahui jenis dan pengertian dari perpindahan massa
c. Untuk memahami mekanisme perpindahan massa yang terjadi di PTPN
VII (Persero) Pabrik Gula Cinta Manis Kabupaten Ogan Ilir Sumatera
Selatan

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai perpindahan massa
yang terjadi di PTPN VII (Persero) Pabrik Gula Cinta Manis Kabupaten
Ogan Ilir Sumatera Selatan
b. Dapat digunakan sebagai referensi belajar perpindahan massa

2
BAB II
PEMBAHASAN

Pabrik Gula Cinta Manis (PG) merupakan salah satu dari 27 Unit Usaha
Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara VII yang
mengusahakan komoditi tebu dan pabrik gula. Di Pabrik Gula Cinta Manis ini
terdiri dari dua massa kerja, yakni :
1. DMG (Dalam Massa Giling)
2. LMG (Luar Massa Giling)
Pada proses Dalam Massa Giling (DMG) inilah terjadi proses penggilingan
yaitu proses pengolahan tebu hingga menjadi produk gula Kristal Putih(GKP).
Proses penggilingan ini terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Pada bulan-bulan
tersebut biasanya terjadi musim kemarau, dimana kemasakan tebu optimal pada
musim tersebut serta memudahkan dalam sistem TMA (Tebang Muat Angkut)
tebu dari lahan tebu menuju ke pabrik(pendistribusian tebu). Sedangkan pada Luar
Massa Giling (LMG) terjadi proses perbaikan atau penggantian alat-alat produksi
dalam pabrik.

2.1 Bahan Baku


2.1.1 Bahan Baku Produksi

Bahan baku pembuatan gula dapat berupa bahan-bahan yang mengandung


sukrosa, misalnya tebu, kelapa, aren dan sebagainya. Namun, di PG ini
menggunakan bahan utama berupa tebu (Saccharum officinarum). Di karenakan
tanaman ini dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini juga termasuk
jenis rumput-rumputan (Gramineae). Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa
dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Bagian lain dari tanaman ini, seperti
daunnya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan bahan baku pembuatan
pupuk hijau atau kompos. Ampas tebu digunakan oleh pabrik gula itu sendiri
untuk bahan bakar, selain itu biasanya dipakai oleh industri pembuatan kertas
sebagai campuran pembuatan kertas.

3
2.1.2 Bahan Pembantu Pengolahan

Bahan pembantu ialah bahan kimia yang ditambahkan untuk membantu proses
pengolahan tebu menjadi gula dan menunjang kualitas gula yang dihasilkan.

Adapan jenis-jenis bahan pembantu tersebut antara lain :

1. Kapur/susu kapur
2. Flokulan jenis Chefloc 27982
3. Flokulan jenis Superfloc A2120 (anionik)
4. H3PO4 untuk menurunkan tegangan permukaan.
5. BNT-881 untuk sanitasi dan higienitas.
6. NT-Prer. Untuk sanitasi dan higienitas Karmand JS 5050. Karmand JS
9010. Dan Karmand JS 1000, untuk membersihkan kerak yang terdapat di
dalam evaporator.
7. Aktivator, sama fungsinya seperti Karmand.

2.2 Proses Produksi

Proses produksi gula merupakan aktivitas utama yang berlangsung di PG


Unit Usaha Cinta Manis. Aktivitas ini merupakan serangkaian kegiatan untuk
mengolah nira dari tebu menjadi gula kristal putih (GKP) dengan menggunakan
proses pemurnian sulfitasi. Secara umum proses produksi dimulai dari
penebangan bahan baku berupa tebu di lahan tebu. Selanjutnya, nira dalam tebu
akan diekstrak dan diolah dengan melewati serangkaian stasiun pendahuluan dan
stasiun pengolahan, diantaranya ialah sebagai berikut :

1. Stasiun Timbangan dan Cane Yard (Halaman Tebu)


2. Stasiun Mill (Gilingan)
3. Stasiun Pemurnian
4. Stasiun Evaporator (Penguapan)
5. Stasiun Kristalisasi (Masakan)
6. Stasiun Finishing (Penyelesaian)

4
Kemudian untuk kelancaran operasional pada bagian pengolahan terdapat juga
bagian-bagian pendukung, antara lain :
1. Power House atau Stasiun Listrik
2. Instrument
3. Stasiun Besaii atau workshop
4. Boiler atau ketel uap
5. Laboratorium WTP atau Unit Pengolahan Air

2.2.1 Stasiun timbangan dan cane yard

Stasiun timbangan dan cane yard tidak terjadi perpindahan massa


karena yang terjadi hanya proses penimbangan serta membongkar, menyusun, dan
mengumpan tebu ke proses gilingan secara kontinyu.

Stasiun timbangan dan cane yard merupakan stasiun pendahuluan pada


semua pabrik gula. Pada pabrik gula Unit Usaha Cinta Manis terdapat 3
timbangan yang terdapat pada stasiun timbangan. Dari ke 3 timbangan tersebut
memiliki kegunaan dan fungsinya masing-masing dengan spesifikasi yang
berbeda-beda. Timbangan 1 dan 2 merupakan timbangan Bruto yang mempunyai
kapasitas 60 ton. Digunakan untuk menimbang tebu dan bahan tambahan (umum)
seperti kapur, asam phosfat, sulfur dll yang akan masuk dalam cane yard atau pun
pabrik. Kemudian timbangan 3 merupakan timbangan Netto yang mempunyai
kapasitas 20 ton. Digunakan untuk menimbang truk atau alat transportasi lain
yang akan keluar dari cane yard atau pabrik.

5
(a) (b)

Gambar 1. (a) Timbangan bruto (b) Timbangan netto

Sebelum kendaraan pengangkut tebu masuk dalam stasiun timbangan,


kendaraan pengangkut di semprot terlebih dahulu pada bagian bawah kendaraan
menggunakan air guna mengurangi kotoran (tanah) yang akan ikut tertimbang dan
masuk dalam cane yard. Kendaraan pengangkut tebu ditimbang (bruto) dengan
tanpa pengendara di dalamnya guna menghindari penambahan berat pada
timbangan tebu yang dibawa. Berat tebu yang tertimbang secara otomatis masuk
dalam komputer yang telah diatur sebagai alat pencatat hasil timbangan berserta
kode kendaraan pengangkut dengan satuan kwintal. Untuk bahan tambahan
(umum) yang masuk, tertimbang dengan satuan kg. Setelah ditimbang maka
kendaraan pengangkut tebu masuk dalam cane yard untuk melakukan
pembongkaran tebu yang telah diangkut. Jika telah selesai maka kendaraan
pengangkut tebu kembali pada stasiun timbangan untuk ditimbang (netto) berat
kendaraan yang digunakan. Dengan sistem yang sama, maka diperoleh berat
kendaraan pengangkut tanpa tebu (kosong). Hasil yang diperoleh digunakan untuk
pembagi berat kotor tebu yang telah tertimbang dan tercatat. Sehingga diperoleh
berat bersih tebu yang dibawa dan masuk oleh kendaraan pengangkut tersebut.
Semua bahan yang melewati stasiun timbangan akan ditimbang terlebih dahulu
kecuali gula. Dalam stasiun timbangan semua data hasil timbangan akan direkap
per jam/per harinya.
Pada setiap kendaraan pengangkut yang membongkar muatan tebunya

6
pada cane yard, diambil 2 ikat tebu oleh petugas pada cane yard. Tebu yang
diambil digunakan untuk analisa Trash (%). Analisa trash terdiri dari Sogolan
(tebu ruas ≤ 10 ruas), Pucuk Tebu, Daduk (daun tebu), Tebu Mati, dan Tanah.
Pada Unit Usaha Cinta Manis toleransi trash maximal 5% pada setiap kendaraan
pengangkut. Jika lebih maka kendaraan pengangkut tersebut dikenakan pinalty
berupa pengurangan bobot tebu yang telah dibawa yaitu:
Berat Tebu x (% Trash Kendaraan Pengangkut – Max % Trash)
Pada cane yard Unit Usaha Cinta Manis menggunakan sistem FIFO dalam
proses kerjanya. Dimana tebu yang pertama masuk maka akan pertama pula di
giling. Cane yard Unit Usaha Cinta Manis memiliki kapasitas 8000-9000 ton
tebu. Dalam cane yard terdapat tiga alat untuk membantu memasukkan tebu
kedalam meja gilingan tebu yaitu Cane Lifter, Tipler, dan Cane Stacker
(grounded) yang dioperasikan oleh operator. Cane lifter merupakan alat pembantu

untuk memasukkan tebu kedalam meja gilingan tebu yang diangkut oleh NCT.
Kemudian tipler, yang digunakan untuk memasukkan tebu kedalam meja gilingan
tebu tebu yang diangkut oleh truk besar maupun kecil. Pada Unit Usaha Cinta
Manis terdapat 3 tipler yang digunakan. Dua tipler besar yang dapat digunakan
untuk truk besar dan kecil serta satu tipler kecil yang digunakan untuk truk kecil.
Selanjutnya cane stacker atau grounded dapat digunakan oleh truk besar, truk
kecil, dan NCT.

(a) (b) (c)

Gambar 2. (a) Cane lifter (b) Tipler (c) Grounded

7
Terdapat 3 jenis potongan tebu yang masuk dalam cane yard yaitu
Manual, dimana tebu ditebang dan diangkut ke atas kendaraan pengangkut oleh
penebang secara manual dengan daya tahan tebu maksimal 30 jam pada cane
yard. Selanjutnya Semi Mekanis, dimana tebu ditebang oleh penebang dan
diangkut oleh mesin/traktor ke dalam kendaraan pengangkut dengan daya tahan
tebu maksimal 30 jam. Dan yang terakhir adalah dengan cara Mekanis, dimana
tebu di tebang dan diangkut oleh mesin/traktor dengan panjang potongan tebu 20 -
30 cm. Tebu hasil tebangan secara mekanis harus langsung digiling tanpa
menunggu terlebih dahulu pada cane yard karena lebih mudah rusak. Selain dari 3
jenis potongan tebu diatas, biasanya terdapat tebu bakar yang masuk pada cane
yard. Tebu bakar ada, karena adanya unsur ketidaksengajaan seperti terbakar dan
lain-lain. Tebu bakar juga memiliki waktu maksimum pada cane yard yaitu tidak
lebih dari 24 jam. Jika lebih maka tebu bakar akan rusak karena mikroba dan
jamur.
Cane yard merupakan aspek penting dalam kelancaran proses produksi
gula pada Unit Usaha Cinta Manis. Hal ini disebabkan karena pada cane yard
terdapat stok bahan baku/ tebu yang diatur jumlahnya sesuai dengan kapasitas
pabrik. Ada kalanya stok bahan baku/tebu pada cane yard dilebihkan guna
menangulangi terjadinya keterlambatan penebangan tebu dan pengangkutan tebu
menuju cane yard/pabrik. Sehingga pabrik tetap dapat berproduksi dan tidak
berhenti beroperasi. Cane yard beroperasi selama 24 jam dengan 3 kali sift
sebanyak 6 jam.

2.2.2 Stasiun Penggilingan

Stasiun Penggilingan tidak terjadi perpindahan massa karena pada stasiun


penggilingan hanya proses penggilingan tebu yang besar menjadi ukuran yang
lebih kecil.
Penggilingan Tebu yang telah mengalami bongkar muat dari kendaraan
pengangkut pada cane yard, selanjutnya akan mengalami 2 proses, yaitu
penumpukan sebagai proses transisi dalam kegiatan pengantrian sebelum masuk
pada meja tebu atau langsung dimasukkan ke meja tebu tanpa proses

8
penumpukan. Hal ini dilakukan tergantung kondisi yang terjadi pada stasiun Mill
(Gilingan).
Tebu yang telah masuk pada meja tebu akan di bawa oleh cane carrier
yang dijalankan oleh operator menuju ke mesin pemotong tebu (cane preparation)
dengan nilai Preparation Indeks (PI) 85%.

Pada Unit Usaha Cinta Manis terdapat 3 tahap pemotongan tebu (cane
preparation) menjadi beberapa ukuran. Tahap pertama, pemotongan
menggunakan mesin Cane Cutter I dengan hasil potongan tebu 30 cm. Kemudian
masuk dalam mesin Cane Cutter II dengan hasil potongan tebu 10 cm. Dan yang
terakhir menggunakan Semi Hammer Shredder (SHS) dengan hasil potongan 2,5
cm. Pemotongan bertahap ini bertujuan untuk mempermudah mesin giling untuk
menggiling potongan tebu sehingga mudah terekstrasi dan meminimumkan energi
yang digunakan untuk mesin penggiling tebu.

(a) (b)
Gambar 3. (a) Hasil potongan Cane preparation (b) Cane carrier mini

Hasil potongan tebu pada mesin pemotong kemudian dibawa oleh cane
carrier mini dari cane preparation menuju mesin penggiling untuk digiling dan
menghasilkan nira mentah. Pada Unit Usaha Cinta Manis terdapat 5 mesin giling
dalam proses pemerahan nira. Gilingan 1 dan 5 yang terdiri dari 5 roda penggiling
dan gilingan 2,3, dan 4 terdiri dari 4 roda penggiling. Adanya perbedaan jumlah
roda penggiling ini memiliki fungsi yang berbeda. Pada gilingan 1 diharapkan

9
tebu yang digiling sebanyak mungkin nira keluar dari potongan tebu, sedangkan
pada gilingan 5 diharapkan sekering mungkin ampas tebu yang dihasilkan dari
gilingan. Gilingan 2, 3, dan 4 mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk
mengektraksi nira dari potongan tebu sisa gilingan 1.

(a) (b)

Gambar 4. (a) Roda penggiling (b) Air imbibisi

Pada proses penggilingan, ditambahkan Air Imbibisi dengan suhu 70-90ᵒC


sebanyak 30% berat tebu pada gilingan 5 yang bertujuan untuk mempermudah
pengeluaran nira yang tersisa pada potongan tebu yang digiling serta mencegah
terjadinya inversi (kerusakan) karena banyak nya mikroba yang mati pada suhu
tinggi. Namun penambahan air imbibisi dengan suhu tinggi (>90ᵒC) juga
mempunyai kekurangan yaitu dapat menyebabkan kerusakan sukrosa dan
melarutkan bahan-bahan non gula dalam nira (seperti zat lilin dll). Selain itu pada
gilingan 1 dan 5 terdapat proses penambahan bahan-bahan tambahan berupa
enzim amilase untuk mendegradasi amilum yang dihasilkan dari nira tebu hasil
gilingan sebanyak 20-25 ppm dan bioinsektisida serta susu kapur dengan
kekentalan 3ᵒBe. Larutnya bahan non gula (zat lilin) akan mengakibatkan roda
penggiling terjadi slip karena licin terlapisi oleh zat lilin. Potongan tebu yang
masuk pada gilingan 1 akan menghasilkan nira gilingan 1 dan ampas gilingan 1
yang akan diteruskan sebagai bahan baku pada gilingan 2. Ampas pada gilingan 2
akan diteruskan sebagai bahan baku gilingan 3. Ampas gilingan 3 akan diteruskan
sebagai bahan baku gilingan 4. Ampas gilingan 4 akan diteruskan sebagai bahan
baku gilingan 5 dan ampas gilingan 5 akan diangkut menuju stasiun Boiler

10
dengan menggunakan bagasse carrier. Sebagian dari jumlah bagasse yang
dihasilkan tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar boiler yang terdiri dari tiga
unit dapur dan sebagian lagi digunakan untuk bahan pencampur nira kotor pada
stasiun pemurnian. Diharapkan ampas yang dihasilkan mengandung pol < 2% dan
Zat Kering Ampas mencapai 49-50%. Nira hasil gilingan 5 dipompa dan
dimasukkan kembali sebagai pembasah ampas tebu pada gilingan 4. Nira hasil
gilingan 4 dipompa dan di masukkan kembali sebagai pembasah ampas tebu pada
gilingan 3. Serta nira hasil gilingan 3 di pompa dan dimasukkan kembali sebagai
pembasah ampas tebu pada gilingan 2. Sehingga semua nira hasil gilingan
terkumpul pada tangki pengumpulan nira gilingan 1 dan 2.

imbibisi

CP ampa
s
nira
nira
Tangki nira
penampung
Ampas Nira (Ke stasiun Pemurnian)
Screenter

Gambar 5. Alur penggilingan

Nira yang telah terkumpul dalam tangki penampung, dipompa menuju


Rotary Chvs. Rotary Chvs berfungsi untuk memisahkan nira dengan ampas yang
terbawa oleh nira. Nira yang telah tersaring dipompa menuju stasiun pemurnian.
Sedangkan ampas yang tersaring dimasukkan pada gilingan 2 untuk di giling
kembali.
Stasiun mill (Gilingan) diharapkan dapat menghasilkan pol extraction
sebesar 93%. Untuk mencapai target maka dibutuhkan energi yang besar untuk
menjalankan mesin gilingan tersebut.

11
2.2.3 Stasiun Pemurnian Nira

Stasiun Pemurnian Nira terjadi perpindahan massa karena atas dasar


perbedaan suhu dan kecepatan. Perpindahan massa atas dasar perbedaan suhu
terjadi di alat Juice Heater dan Sulfur Tower karena pada alat tersebut
memerlukan suhu yang optimum sehingga mendapatkan produk yang lebih murni.
Perpindahan massa atas dasar perbedaan konsentrasi terjadi di alat Single Tray
Clarifier karena pada alat tersebut memisahkan antara nira yang kotor dengan nira
yang jernih sehingga memerlukan flokulan dalam mempercepat proses
pembentukan flok sehingga terjadi pengendapan.

Unit pemurnian ialah suatu unit proses yang bertujuan untuk memisahkan
bahan-bahan bukan gula baik yang terlarut maupun yang tidak larut kecuali gula
reduksi tanpa merusak gula. Nira hasil perahan pada unit mill bersifat keruh dan
bewarna cokelat karena adanya bahan terlarut maupun yang tidak terlarut. Proses
pemurnian nira yang digunakan pada Unit Usaha Cinta Manis ialah proses
sulfitasi dengan sistem penambahan susu kapur dan sulfitasi dengan sistem
penambahan gas SO2. Tahap yang dilakukan pada proses pemurnian meliputi
penimbangan nira mentah + penambahan asam phosfat, pemanasan I, defekasi
(pre liming dan second liming), sulfitasi, pemanasan II, pembuangan gas terlarut,
pemisahan nira (jernih dan kotor), serta pembuangan blotong. Parameter yang
mempengaruhi pada proses pemurnian ialah nilai Harkat Kemurnian (brix dan
pol) serta pol blotong (%).
Nira mentah dari stasiun mill memiliki kadar kapur sebesar 320-360
dengan HK 780 ditimbang menggunakan timbangan nira dengan kapasitas
maksimum 5 ton yang memiliki suhu 40ᵒC. Prinsip kerja dari timbangan nira
seperti bandul sederhana. Dimana larutan nira akan masuk pada tabung nira
kosong. Ketika tabung nira penuh maka tabung akan turun karena berat nira yang
tertampung. Kemudian nira yang telah di timbang masuk dalam tangki
penampung WJT (weight juice tank) dan ditambahkan asam phosfat yang telah
dilarutkan dengan air (pengenceran 20 kali). Penambahan asam phosfat bertujuan
untuk meningkatkan kandungan asam phosfat dalam cairan nira. Nira mentah dari

12
stasiun mill memiliki kandungan asam phosfat sebesar 250 ppm. Sehingga perlu
ditambahkan larutan phosfat untuk meningkatkan kandungan phosfat sebanyak
30-50 ppm dalam nira agar mencapai 300 ppm.

Gambar 6. Timbangan nira


Larutan nira yang telah tercampur dengan asam phosfat dipompa menuju
juice heater I atau pemanas I dengan suhu 75ᵒC. Sumber panas yang digunakan
pada pemanas I adalah uap yang dihasilkan dari proses penguapan atau evaporasi.
Panas dialirkan dengan sistem Heat Exchanger secara konduksi dan konveksi
(Shell & tube heat exchanger) pada nira sehingga nira memperoleh panas dengan
suhu 75ᵒC. Pemanasan akan disertai dengan uap air. Maka air yang tidak
digunakan pada pemanas I (kondensat) akan dialirkan kembali untuk digunakan
dalam proses selanjutnya dan mengandung sedikit amoniak. Pada Unit Usaha
Cinta Manis terdapat 4 juice heater yang digunakan dalam pemanas I. Tujuan
dilakukan pemanasan pendahuluan dengan suhu 75ᵒC adalah untuk mendukung
proses penggumpalan koloid pada proses defekasi.

Gambar 7. Juice heater

13
Setelah proses pemanasan I, nira dipompa menuju tangki proses defekasi
(penambahan susu kapur) dengan melalui 2 tahap, yaitu pre liming dan second
liming. Kapur dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas sebelum di pompa dan
dimasukkan pada tabung pre liming dan second liming oleh operator melalui alat
pengatur pH. Larutan susu kapur ini memiliki konsentrasi mencapai 6,0-8,0ᵒ Be
dengan tujuan untuk membantu proses pengendapan koloid pada nira mentah.
Pada pre liming, pH nira dinaikkan menjadi 7,0-7,2 selama 3 menit, sedangkan
pada second liming pH nira dinaikkan menjadi 8,5-10,5 selama 30 detik agar tidak
terjadi perubahan warna pada nira. Kebutuhan kapur dalam proses defekasi ini
mencapai 1,2-1,4 kg/ ton tebu.

(a) (b)

Gambar 8. (a) Pre liming dan Second liming (b) Sulfur tower

Nira dari second liming menuju sulfur tower untuk melalui proses sulfitasi.
Proses sulfitasi adalah proses penambahan gas SO2 pada nira, yang dihasilkan
dari proses pembakaran sulfur dengan menggunakan Rotary SulfurFurnance
(RSF) pada suhu < 400ᵒC. Proses sulfitasi ini menggunakan metode Counter
Current guna memperbesar waktu kontak agar reaksi lebih sempurna. Nira
disemprotkan langsung dari atas tabung sulfur tower agar kontak langsung dengan
gas SO2 dari bawah sulfur tower melalui 9 tray yang terdapat pada sulfur tower.
Gas yang tidak bereaksi dengan nira maka akan dikeluarkan melalui saluran
pembuangan. Semakin cepat gas yang dikeluarkan, maka semakin baik pula nira
yang dihasilkan dari proses sulfitasi. Nira yang telah tersulfitasi memiliki pH 7,0

14
(netral) dan selanjutnya ditampung pada tangki penampungan (drawing tank).
Kebutuhan sulfur/belerang untuk proses sulfitasi sebanyak 40 kg/100 ton tebu.
Kemudian nira yang tertampung pada drawing tank dipompakan kembali
menuju pemanas II (juice heater II) dengan suhu mencapai 105-110ᵒC guna
proses pemanasan lanjut. Pemanasan lanjut ini berfungsi untuk membantu proses
pengendapan. Proses pemanasan II berlangsung selama 30 detik dengan jumlah
juice heater sebanyak 3 buah. Uap panas yang digunakan pada pemanas II berasal
dari uap nira hasil proses penguapan pada evaporator. Nira hasil pemanasan II
dialirkan pada flash tank yang berguna untuk memisahkan gas yang larut dalam
nira, guna mempermudah proses pengendepan pada Clarifier. Prinsip kerja flash
tank adalah dengan sistem turbulen dan defleksi. Dimana cairan nira ditabrakkan
secara flash pada sebuah deflektor sehingga gas akan naik dan keluar melalui
lubang pembuangan. Nira dari flash tank memiliki suhu 100ᵒC.

(a) (b)
Gambar 9. (a) Flash tank (b) Feed box

Selanjutnya nira dialirkan pada feed box dan second box menuju Single
Tray Clarifier (STC). Main box digunakan untuk melihat sampel nira yang
mengendap pada STC. Pada tangki STC, nira mengalami proses pengendapan
dengan adanya penambahan flokulan. Flokulan berfungsi untuk menyelubungi
koloid yang ada pada nira agar lebih kompak dan mudah mengendap. Nira
jernih/nira encer hasil pengendapan secara perlahan keluar dari STC dan masuk
dalam pemanas III (juice heater III) guna melalui proses penguapan (evaporasi)
dengan HK sebesar 825 dan suhu 95ᵒC serta memiliki kandungan kapur 480-520.
Sedangkan nira kotor dari STC bagian bawah dipompakan menuju mud mixer
(cyclon) dengan penambahan ampas halus/bagasecylo. Nira kotor dan ampas

15
halus dicampur hingga homogen yang selanjutnya dialirkan pada Rotary Vakum
Filter (RVF).

Gambar 10. Rotary vacuum filter

Prinsip kerja RVF yaitu menggunakan sistem vakum guna memisahkan


nira tapis dengan blotong. Sistem vakum yang digunakan melalui dua tahap yaitu
low vakum, digunakan untuk menarik blotong agar menempel pada permukaan
RVF dengan entalpi sebesar 20-30 dan high vakum yang digunakan untuk
mengurangi kadar air serta gula yang terkandung dalam blotong dengan entalpi
sebesar 25-40. RVF dilengkapi dengan siraman air yang berada diatas RVF
berfungsi untuk mengurangi jumlah pol dari blotong. Pada RVF menghasilkan
blotong dan nira tapis. Blotong kemudian dibawa menggunakan belt conveyor
menuju tempat penampungan blotong yang nantinya akan diangkut oleh truk
penampung.

Unit Usaha Cinta Manis memiliki 3 rotary vakum filter yang masing-
masing memiliki ketebalan blotong mencapai 0,5-1,0 cm. Selain blotong hasil
pemisahan dari RVF berupa nira tapis dengan HK sebesar 621 yang di pompakan
kembali menuju timbangan nira dan bercampur kembali dengan nira mentah yang
berasal dari stasiun mill.

2.2.4 Stasiun Penguapan Nira


Stasiun Penguapan Nira terjadi perpindahan massa karena atas dasar
konsentrasi. Perpindahan massa yang terjadi ialah proses evaporasi. Karena di
dalam proses ini dengan cara menguapkan air yang berada di dalam nira.

16
Evaporator merupakan alat utama yang digunakan dalam stasiun
penguapan. Tujuan proses penguapan ialah untuk menguapkan air yang berada
didalam nira encer atau nira jernih. Nira encer dari stasiun pemurnian (juice
heater III) dipompa ke bejana penguapan/evaporator yang bekerja secara paralel
dan seri. Proses penguapan nira encer pada Unit Usaha Cinta Manis menggunakan
sistem Quadruple Effect, artinya dengan satu kali diberikan uap pemanas
mengalami empat kali proses penguapan. Dimana setiap 1 kg uap yang diberikan
untuk penguapan, maka dapat menguapkan 4 kg air yang terdapat pada nira encer.
Selain itu pemilihan sistem quadruple effect oleh Unit Usaha Cinta Manis
mempunyai maksud untuk menjaga kestabilan pasokan uap untuk evaporator dan
ketergantungan vakum yang digunakan sesuai dengan kapasitas uap yang dapat
dihasilkan oleh stasiun boiler dan lain-lain.

Gambar 11. Evaporator


Unit Usaha Cinta Manis mempunyai 8 buah evaporator yang dibagi
menjadi 4 badan penguap yang terdiri dari Badan Penguap I (evaporator 1A, 1C,
dan 1D), Badan Penguap II (evaporator 1B dan 2), Badan Penguap III
(evaporator 3 dan 4), dan Badan Penguap IV (evaporator 5) yang mempunyai luas
penampang 1500 (5 buah evaporator) dan 1200 (3 buah evaporator).
Nira encer dari juice heater III dengan konsentrasi 11ᵒbrix masuk pada
badan penguap I secara paralel pada evaporator 1A, 1C, 1D kemudian melalui
pipa-pipa calandria nira dipanasi dengan uap bekas secara tak langsung dari
stasiun mill dan power house yang ditampung dalam LPSH dengan tekanan

bejana 0,8-1,0 kg/cm3 dan luas penampang 1500 m2LP. Disini nira mendidih
pada suhu 120ᵒC.

17
Kemudian nira dari badan penguap I mengalir ke badan penguap II secara
seri pada evaporator 1B dan 2. Melalui pipa-pipa calandria nira dipanasi dengan
uap nira badan penguap I secara tak langsung. Nira mendidih pada suhu 80-100ᵒC

dengan tekanan bejana 1,033 kg/cm3 dan luas penampang 1500 m2LP. Selain itu
uap nira yang dihasilkan olah badan penguap I untuk memanaskan nira
pada badan penguap II, juga digunakan untuk juice heater II dan stasiun
masakan/proses.
Nira badan penguap II mengalir ke badan penguap III secara seri pada
evaporator 3 dan 4. Melalui pipa-pipa calandria nira dipanasi dengan uap nira
badan penguap II secara tak langsung. Nira mendidih pada suhu 70ᵒC dengan

tekanan bejana 0,734 kg/cm3, dan luas penampang 1200 m2LP serta
memiliki tekanan vakum 15 cmHg pada evaporator 4. Uap nira hasil badan
penguap II yang digunakan untuk memanaskan nira badan penguap III, juga
digunakan untuk juice heater I pada stasiun pemurnian.
Selanjutnya nira dari badan penguap III mengalirkan ke badan penguap IV
secara seri pada evaporator 5. Melalui pipa-pipa calandria nira dipanasi dengan
uap nira badan penguap III secara tak langsung. Nira mendidih pada suhu 65ᵒC

dengan tekanan bejana 0,259 kg/cm3, dan luas penampang 1200 m2LP
serta memiliki tekanan vakum 64cmHg pada evaporator 5. Nira badan penguap IV
dikeluarkan melalui kondensor. Pada kondensor terdapat suatu alat yang disebut
ver clicker yang berfungsi sebagai sistem screen dengan memerangkap uap yang
mengandung gula. Nira yang keluar dari badan IV disebut nira kental. Nira kental
adalah nira yang mengandumg zat kering terlarut (brix) 64ᵒ brix.

18
(a) (b)
Gambar 12. (a) Kondensor (b) Sulfur tower

Nira kental yang warnanya gelap sebelum diolah lebih lanjut pada stasiun
kristalisasi, dipucatkan dahulu warnanya dengan proses sulfitasi nira kental. Yaitu
dengan menghembuskan gas SO2 sehingga mencapai pH 5,6-5,8. Gas SO2 dapat
menyerap warna supaya dihasilkan gula yang putih. Nira kental yang telah
tersulfitasi kemudian dialirkan ke reaction tank dan tangki aerasi. Nira kental
yang dihasilkan akan berbuih dan dipisahkan pada alat yang disebut Talo Dora.
Pada talo dora nira kental dipisahkan dari busa dengan pompa berpengaduk
sehingga busa akan muncul kepermukaan dan terpisah masuk dalam tangki
penampungan busa nira kental (penambahan flokulan kationik).

Gambar 13. Talo dora


Flokulan ditambahkan kembali pada talo dora untuk membantu proses
pemisahan busa yang tersisa dari proses sulfitasi dan lainnya dengan cara
dilarutkan dalam air. Busa (scum) nira kental yang tertampung pada tangki
selanjutnya dipompa kembali menuju tangki nira mentah dan nira kental akan
dialirkan menuju stasiun masakan untuk diproses lebih lanjut.

19
PP 2 &
MASAKAN KONDENS
1 1 OR
C D KONDENS
UB AT

NIRA 1 1 2 3 4 5
ENCER A B

N
K

PP
1

Gambar 14. Skema proses penguapan

Setiap evaporator menghasilkan uap dan air. Air yang dihasilkan


dikeluarkan melalui tangki air kondensat. Air kondensat diuji pada setiap jam nya
untuk mengetahui kandungan gula yang terdapat didalamnya. Air kondensat yang
mengandung gula maka akan digunakan untuk kebutuhan proses. Sedangkan air
kondensat yang tidak mengandung gula digunakan untuk air kebutuhan stasiun
boiler.

Gambar 15. Tangki kondensat

Dari 8 unit evaporator yang dimiliki oleh Unit Usaha Cinta Manis, hanya
dioperasikan sebanyak 7 unit. Hal ini disebabkan 1 unit evaporator akan dilakukan
skrap/jadwal pembersihan rutin untuk setiap unit evaporator. Skrap dilakukan
untuk membersihkan kotoran yang terbawa oleh nira dan tertinggal dalam
evaporator pada saat proses penguapan dengan air serta bahan asam (Karmand).
Skrap dibagi menjadi 2 jenis yaitu skrap cepat dan lambat. Skrap cepat hanya

20
membutuhkan waktu 1 hari dalam proses pembersihannya, sedangkan skrap
lambat membutuhkan waktu lebih dari 1 hari dan tergantung banyaknya kotoran
yang ada dalam evaporator. Bila tidak dilakukan skrap secara rutin maka akan
mempengaruhi proses penguapan nira pada evaporator.

2.2.5 Stasiun Kristalisasi Nira


Stasiun Kristalisasi Nira terjadi perpindahan massa atas dasar perbedaan
konsentrasi. Perpindahan massa yang terjadi di alat Kristalisasi ini untuk
menjadikan kristal gula yang dari proses penguapan menjadi ukuran yang
diinginkan melalui pembesaran kristal tanpa menimbulkan kerusakan gula dengan
mutu yang optimal.

Zat gula yang terlarut didalam nira kental yang sudah dipucatkan, diolah
lebih lanjut di bagian kristalisasi atau dimasak dengan cara bertingkat. Tujuan
dari proses kristalisasi adalah agar kristal gula nantinya mudah dipisahkan dari
kotorannya dalam putaran sehingga diperoleh hasil kemurnian yang tinggi dan
mengubah gula serta larutan menjadi kristal, sehingga pengambilan gula dapat
diperoleh semaksimal mungkin dan sisa gula dalam tetes seminimal mungkin.
Tingkat masakan yang biasa dilakukan di Unit Usaha Cinta Manis adalah
A, C, dan D. Bejana masakan yang digunakan berupa vacuum pan dengan desain
calandria. Bahan pemanas yang digunakan dapat berupa uap bekas atau uap nira.
Adapun jumlah vacuum pan masakan yang digunakan adalah 4 vacuum pan untuk
masakan A (vacuum pan A, A1, A2, A3), 1 vacuum pan untuk masakan C
(vacuum pan C), dan 3 vacuum pan untuk masakan D (vacuum pan D, D1, D2).
Untuk masakan D, terdapat Crystallizer yang berfungsi sebagai palung pendingin

tempat berlangsungnya kristalisasi lanjutan. Setiap vacuum pan berukuran 60 m3


dengan kapasitas yang digunakan maksimal 80% ukuran vacuum pan.

21
Gambar 16. Vacuum pan

Proses pada stasiun masakan berawal dari pembuatan bibit kristal pada
masakan D3, melalui penambahan fondan dan umpan utama bagi masakan D3
adalah stroop A. Jumlah stroop A yang ditambahkan sesuai dengan kebutuhan.
Hasil dari masakan D3 merupakan massecuite yang telah mengandung butiran-
butiran kristal yang nantinya akan diperbesar pada masakan D1. Sebelum
dijadikan sebagai bibitan bagi vacuum pan masakan lain, maka butiran-butiran
kristal disimpan dalam Receiver D (70ᵒC) dan dialirkan pada Crystallizer untuk
proses pengkristalan lebih lanjut dengan cara didinginkan dan dipanaskan secara
bergantian (50-62ᵒC) yang kemudian masuk Reheater untuk dipanaskan kembali
dengan suhu 55ᵒC. Setelah dipanaskan, butiran-butiran kristal nira kental
kemudian masuk dalam putaran LGF D dan menghasilkan gula D1(masakan D1)
dengan HK 91 dan tetes dengan HK 33. Hasil masakan D1 (gula D1) akan
mengalami putaran pada stasiun putaran 2 dan menghasilkan magma D dengan
HK 93.

(a) (b)

22
Gambar 17. (a) Receiver (b) Crystallizer

Untuk masakan D, umpan yang ditambahkan berupa stroop A (HK 68) dan
fondan, untuk vacuum pan D2 serta stroop C (HK 55) dan hasil dari vacuum pan
D2 untuk vacuum pan D1. Selanjutnya tekanan vacuum pan dinaikkan dari
kondisi normal hingga 62 cmHg. Kemudian dimasak hingga terbentuk butiran-
butiran kristal yang di ikuti dengan penambahan hasil vakum pan D1. Selanjutnya
dilakukan proses pemanasan dengan suhu 100-110ᵒC pada calandria dan
pemanasan dengan suhu > 70ᵒC pada badan vacuum pan selama 3-4 jam. Proses
pemasakan pada masakan D dihentikan ketika terbentuk butiran-butiran kristal
dengan ukuran ± 0,3 mm. Masakan D mempunyai konsentrasi zat kering terlarut
97ᵒbrix dan HK 58-60.
Kemudian untuk masakan C, umpan yang ditambahkan berupa stroop A
dan masakan dari gula D2 berupa magma D. Umpan yang telah bercampur
kemudian mengalami proses pemasakan berlangsung dengan suhu 100-110ᵒC
pada calandria dan pemanasan dengan suhu > 70ᵒC pada vacuum pan serta
tekanan 62 cmHg selama 2-3 jam. Selanjutnya butiran-butiran kristal masuk
dalam receiver C dan feed mixer C agar bahan lebih homogen. Setelah homogen
hasil masakan C akan mengalami proses putaran stasiun putaran LGF C sehingga
menghasilkan stroop C dan gula C(HK 94). Masakan C mempunyai konsentrasi
zat kering terlarut 94ᵒbrix dan HK 74-75. Proses pemasakan pada vacuum pan C
dihentikan ketika telah terbentuk butiran-butiran kristal dengan ukuran ± 0,6 mm.
Terakhir adalah masakan A, umpan yang ditambahkan adalah hasil gula C,
nira kental, dan klare SHS (HK 96) hasil dari proses putaran II pada masakan A
serta nira kental. Proses pada masakan A diawali dengan menarik magma C.
Selanjutnya ditambahkan nira kental (HK 80) serta klare SHS. Selanjutnya
dilakukan proses pemasakan hingga terbentuk butiran-butiran kristal dengan
ukuran 0,9-1,1 mm. Lama waktu memasak 1-2 jam, maka setelah itu hasil
masakan dialirkan ke receiver A, feed mixer A, serta stasiun putaran HGF (fore
worker) menghasilkan stroop A dan gula A (HK 98) serta stasiun putaran HGF
(after worker) untuk mendapatkan klare SHS dan GKP (Gula Kristal Putih).

23
Masakan A mempunyai konsentrasi zat kering terlarut 93ᵒbrix dan HK >84.

2.2.6 Stasiun Penyelesaian

Stasiun Penyelesaian ini terjadi perpindahan massa karena di alat ini hanya
terjadi pengangkutan gula dalam hal ini menggunakan pompa dan diangkut untuk
proses selanjutnya yaitu proses pengemasan.

Stasiun penyelesaian/putaran merupakan bagian yang berfungsi untuk


memisahkan kristal gula dari larutannya baik stroop maupun molasses (tetes).
Berdasarkan fungsinya, stasiun penyelesaian/putaran dibagi dalam dua kelompok,
yaitu HGF (High Grade Centrifugal) dan LGF (Low Grade Centrifugal). Prinsip
kerja HGF dan LGF adalah denga menggunakan gaya centrifugal. Dengan adanya
gaya centrifugal maka stroop/molasses akan terlempar ke dinding (screen) yang
memiliki ukuran lubang lebih kecil dari ukuran kristal sehingga kristal akan
tertahan pada screen dan stroop/molasses akan menerobos lubang screen menuju
penampung untuk diproses ulang diunit kristalisasi, karena di dalamnya masih
terkandung gula. Masquite merupakan kristal gula yang bercampur dengan larutan
induknya. Untuk lebih menyempurnakan pemisahan kristal-stroop/molasses
ditambahkan air siraman berupa air panas dan untuk putaran produk atau HGF A
(curing A) diberikan steam untuk membantu pengeringan gula (kristal).

(a) (b)
Gambar 18. (a) High grade centrifugal (b) Low grade centrifugal

Bagian utama dari HGF/LGF adalah sebuah basket yang berbentuk


silinder dan dirancang sedemikian rupa sehingga dengan adanya gaya centrifugal

24
akibat perputarannya maka akan membuat mascuite yang masuk ke alat putaran
ini akan mendapat gaya tekan ke dinding basket tersebut. Untuk mengeluarkan
stroop/molasses dari dalam basket, pada dinding basket diberi lubang-lubang yang
berderet sejajar. Untuk menahan agar kristal gula tidak ikut keluar bersama
stroop/molasses, pada dinding dalam basket diberi lapisan saringan. Lapisan
saringan ini ada yang satu lapis, yaitu: saringan working screen, adalah saringan
sesungguhnya dimana gula dan stroop/molasses dipisahkan pada saringan ini.

(a) (b)
Gambar 19. (a) Basket HGF (b) Basket LGF

Bagian stasiun penyelesaian, terdiri dari beberapa bagian yaitu: palung


pendingin masakan (receiver & crystallizer), pemutaran gula (HGF & LGF),
pengeringan dan pendinginan gula, pengemasan dan penggudangan gula, serta
penampungan tetes. Dari hasil proses kristalisasi, baik pola masakan A, C, dan D
yang berupa kristal bercampur larutan induk (mascuite) A, C, dan D akan
mengalami urutan proses sebagai berikut:
Yang pertama adalah pendinginan masakan. Pendinginan masakan
berlangsung pada Receiver, dimana mascuite A, C, dan D yang sudah jadi
kemudian diturunkan ke masing-masing palung pendingin sesuai dengan tempat
yang telah disediakan. Mascuite A dan C akan mengalami pendinginan selama 1-2
jam, sedangkan untuk mascuite D akan mengalami pendinginan selama 11-12
jam. Proses pendinginan masakan bertujuan agar molekul sukrosa didalam larutan
induk dapat menempel lagi pada inti kristal yang ada, sehingga sisa sukrosa/gula
yang ada pada larutan induk seminimal mungkin.
Terutama pada masakan D dengan HK yang cukup rendah 58-60%

25
dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk proses kristalisasi lanjutan pada palung
pendingin. Larutan induk pada masakan D disebut tetes, yang diharapkan
mengandung sukrosa/gula serendah mungkin dengan HK 32-33% sukrosa. Oleh
karena itu, pada proses pendinginan masakan D memerlukan perlakuan khusus
yaitu: masakan D diturunkan terlebih dahulu ke palung penampungan. Dari
palung penampungan secara bertahap diturunkan pada palung kristalisasi
sebanyak 6 unit. Palung kristalisasi unit 1 sampai dengan unit 5 dilengkapi dengan
elemen air dingin agar terjadi penurunan suhu massecuite secara perlahan dengan
rincian suhu yaitu sebagai berikut: palung unit 1 (63ᵒC), palung unit 2 (59ᵒC),
palung unit 3 (56ᵒC), palung unit 4 (53ᵒC), dan palung unit 5 (50ᵒC). Pada palung
kristalisasi unit 6 dilengkapi dengan elemen air panas agar suhu mascuite naik
menjadi 54ᵒC untuk persiapan pemutaran.
Alat pemutar gula/putaran dibagi menjadi 2 tipe yaitu kontinue berupa
Low Grade Centrifugal (LGF), dibagi menjadi 2 jenis yaitu LGF untuk
massecuite C dan LGF untuk massecuite D. LGF untuk pemutaran mascuite C
yang diturunkan dari receiver C, akan menghasilkan gula C/magma C (HK 94)
dan stroop C (HK 55). LGF untuk pemutaran massecuite D yang diturunkan dari
crystallizer, akan menghasilkan gula D/magma D(HK 93) dan tetes (HK 33).
Kemudian diputar pada LGF D2 yang hasilnya berupa gula D2 dan klare D.
Kemudian alat pemutar discontinue berupa High Grade Centrifugal
(HGF), dimana dalam satu siklus terputus proses kerjanya terdiri dari: pengisian
(0-500 rpm), penyiraman (500-1000 rpm), dan pengsteaman serta penyekrapan
(1000-1500 rpm). HGF dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: HGF fore worker dan HGF
after worker. HGF fore worker berfungsi untuk memutar mascuite A dari receiver
A, dan menghasilkan gula A/magma A (HK 98) serta stroop A(HK 68).
Sedangkan HGF after worker berfungsi untuk memutar magma A hasil dari
putaran HGF fore worker, dan menghasilkan gula SHS dan klare SHS (HK 96).

Tetes dari putaran mascuite D kondisinya sangat pekat atau kental,


berwarna hitam, mengandung zat kering terlarut ± 90%, sukrosa ± 27% tercampur
dalam bentuk senyawa organik dan an organik sehingga mudah terjadi reaksi
fermentasi yang dapat menyebabkan suhu menjadi tinggi serta mudah terbakar.

26
Untuk mengendalikan kenaikan suhu, biasanya tangki penampungan tetes
hanyan berisi 50% agar adanya sirkulasi pada tanngki tetes. Unit Usaha Cinta
Manis memiliki 4 unit tangki penampung tetes dengan kapasitas masing-masing
yaitu, 2 unit tangki dengan kapasitas 4000 ton, 1 unit tangki dengan kapasitas
2000 ton dan 1 unit tangki pelayanan dengan kapasitas 150 ton.
Selanjutnya adalah pengeringan dan pendinginan gula produk. Gula
produk/gula SHS setelah turun dari HGF after worker kondisinya masih cukup
basah atau kadar airnya ± 2% maka perlu dilakukan proses pengeringan dan
pendinginan agar kadar air turun menjadi 0,02 %. Prinsip kerja proses
pengeringan dan pendinginan gula adalah gula SHS dilewatkan terlebih dahulu
pada Grashopper Conveyor (talang getar). Kemudian gula SHS memasuki unit
pengeringan dan pendingin dimana gula dihembuskan udara panas dengan suhu
70ᵒC. Selanjutnya dihembuskan udara dingin supaya suhu gula turun menjadi 38-
40ᵒC.

(a) (b)
Gambar 20. (a) Pengeringan & pendinginan (b) Talang getar

Setelah mengalami proses pengeringan dan pendinginan kemudian gula


dilewatkan saringan getar dengan alat vibrating screen untuk sortasi. Sortasi ini
dilakukan berdasarkan ukuran dari gula yang dihasilkan. Ada 3 jenis ukuran gula,
yaitu normal dengan diameter ± 1mm dan halus serta kasar. Gula halus dan kasar
dilebur kembali dan dikembalikan kebagian masakan.
Gula yang telah tersaring dan tersortasi di vibrating screen kemudian
dibawa menggunakan belt conveyor menuju ke sugar bin (penampungan gula).

27
Pada sugar bin, gula ditimbang dengan kapasitas 50 kg per karung, dan dijahit
serta ditumpuk dalam gudang gula.

2.3 Bagian Pendukung (Utilitas)

2.3.1 Water Treatment


Unit Usaha Cinta Manis dalam memproduksi gula kristal putih (GKP)
membutuhkan air guna mencukupi kebutuhan air untuk kegiatan proses produksi
dan kebutuhan sehari-hari bagi semua karyawannya. Water treatment ini
dilakukan sistem reuse, recycle dan recovery dalam pelaksanaannya pada
sebagian air yang digunakan dalam proses produksi GKP. Ada beberapa sistem
pengadaan air untuk mencukupi kebutuhan Unit Usaha Cinta Manis dalam
kegiatan industrinya yaitu Air Sungai dan Air Jatuhan (Kondensor).
Air sungai merupakan salah satu sumber air yang digunakan oleh Unit
Usaha Cinta Manis dalam mencukupi kebutuhan air dalam kegiatan proses dan
kehidupan sehari-hari untuk kebutuhan karyawannya. Air sungai ini diperoleh dari
Sungai Ogan yang merupakan salah satu sungai terbesar di Provinsi Sumatera
Selatan dan terletak pada Kabupaten Ogan Ilir. Air sungai ini ditarik
menggunakan pompa besar menuju pabrik tempat berlangsungnya proses water
treatment melalui pipa-pipa besar yang ditanam dalam tanah. Air yang telah
terpompa pada water treatment kemudian dialirkan menuju bak-bak beton dengan
ukuran yang berbeda guna mengendapkan kotoran seperti pasir, lumpur, dan lain-
lain yang terbawa oleh air. Selain itu, terdapat pemberian bahan kimia seperti
Tawas untuk membantu proses pengendapan dan penjernihan air. Setelah itu, air
yang telah memperoleh perlakuan ini disaring menggunakan alat saring. Alat
saring ini berjumlah 3 buah dengan komponen didalamnya terdiri dari batu krikil,
pasir, dan lain-lain untuk proses penyaringan lanjut. Air yang tersaring kemudian
digunakan untuk kebutuhan air imbibisi pada stasiun mill dan stasiun boiler serta
untuk kebutuhan sehari-hari karyawan Unit Usaha Cinta Manis.

28
(a) (b)
Gambar 21. (a) Bak-bak pengendapan (b) Alat penyaring air

Air yang digunakan selanjutnya adalah air jatuhan (kondensor). Air


jatuhan merupakan air yang diperoleh dari stasiun evaporasi (evaporator) dan
kristalisasi (vacuum pan) hasil dari proses vakum. Proses vakum terjadi, dimana
air dialirkan dengan kuat dari atas kondensor guna menciptakan kondisi vakum
pada evaporator dan vacuum pan sehingga uap panas terperangkap pada air yang
telah dialirkan tersebut. Air tersebut menjadi panas karena menangkap panas yang
dihasilkan oleh uap evaporator dan vacuum pan. Kemudian air yang panas ini

dialirkan melalui parit-parit khusus menuju ke rawa dan dipompakan ke cooling


tower serta springer poud. Pada rawa tersebut terdapat pompa yang berfungsi
menarik kembali air di rawa untuk di digunakan kembali sebagai air injeksi pada
kondensor evaporator dan vacuum pan.

Gambar 22. Cooling tower

29
2.3.2 Boiler
Pabrik gula Unit Usaha Cinta Manis untuk menjalankan semua proses
kegiatan produksinya atau giling membutuhkan sumber tenaga berupa tenaga uap.
Tenaga uap ini diperoleh dari 3 unit boiler atau ketel yang masing-masing ketel
memiliki kapasitas 60 ton/jam dengan merek Yoshimine. Ketel berfungsi sebagai

pembangkit tenaga uap bertekanan menengah yaitu 22 kg/cm2. Bahan bakar yang
digunakan oleh ke 3 unit boiler adalah ampas sisa penggilingan pada stasiun mill
atau bagasse, kayu, bungkil kelapa sawit maupun residu. Uap yang dihasilkan
memiliki suhu 325ᵒC.
Sedangkan sumber air yang digunakan untuk pengisian ketel berupa air
embun atau air kondensat dari uap bekas pada pemanasan pendahuluan maupun
evaporator. Jika kebutuhan air kondensat tidak mencukupi maka digunakan air
dari water treatment. Air tersebut tidak boleh mengandung gula.
Uap dari ketel kemudian di distribusikan ke 4 bagian yaitu bagian ketel,
bagian listrik, bagian gilingan, dan bagian bagian pengolahan. Pada bagian ketel
digunakan untuk penggerak turbin penghisap dan penghembusan udara
pembakaran berupa Induce Fan dan Force Draf Fan. Kemudian bagian listrik
digunakan untuk penggerak turbin generator. Selanjutnya bagian gilingan
digunakan untuk penggerak turbin gilingan 1-5, untuk penggerak cane cutter 1,
cane cutter 2, dan semi hammer shredder. Dan yang terakhir digunakan pada
pengolahan yaitu pada putaran.

30
TURBIN GENERATOR I/II

UAP
TURBIN MILL BEKAS

TURBIN HDHS

UAP
BARU TURBIN CC I

TURBIN CC II LPS
AIR
H EMBUN

KETEL PROSES

Gambar 23. Skema produksi uap ketel

2.3.3 Work Shop (Besali)

Pada Unit Usaha Cinta Manis terdapat bagian Work Shop yang berfungsi
sebagai pelayanan umum pabrik dan pembuatan spare part tertentu yang meliputi
pekerjaan-pekerjaan antara lain, pembubutan, skrap, pengeboran, pengerolan, dan
las listrik. Work shop memiliki mesin atau alat pendukung kegiatannya berupa 4
unit mesin bubut, 1 unit mesin bor, 2 unit mesin skrap, plasma cutting, mesin roll
plate dan las listrik.

2.3.4 Power House (Pembangkit Tenaga Listrik)

Power house merupakan salah satu elemen penting guna menyediakan


energi pada suatu industri terutama pabrik gula yang berfungsi sebagai
pembangkit listrik (generator). Unit Usaha Cinta Manis memiliki 2 jenis generator
yaitu, Diesel Generator dan Turbin Generator.

31
Diesel generator pada Unit Usaha Cinta Manis digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik pada saat pabrik tidak menggiling tebu, sehingga
menggunakan bahan bakar berupa bahan bakar solar. Pada Unit Usaha Cinta
Manis terdapat 4 unit diesel generator yang dapat menghasilkan tenaga listrik
masing-masing sebesar 300 KVA sebanyak 3 unit dan sebesar 1000 KVA
sebanyak 1 unit.

(a) (b)
Gambar 24. (a) Diesel generator (b) Turbin generator

Selain diesel generator, juga terdapat Turbin Generator yang digunakan


oleh Unit Usaha Cinta Manis sebagai pembangkit tenaga listrik. Turbin generator
digunakan pada masa giling karena digerakkan dengan tenaga uap yang memiliki

tekanan 18 kg/cm2. Terdapat 2 unit turbin generator yang dapat menghasilkan


tenaga listrik masing-masing sebesar 4500 KVA.
Tenaga listrik yang dihasilkan oleh diesel generator dan turbin generator
ditampung dalam 2 unit High Tension Distributor A dan B. Tenaga listrik yang
telah tertampung kemudian disuplai ke seluruh area pabrik untuk kelangsungan
proses produksi serta keperluan utility sebesar 3250 KVA dan untuk kebutuhan
tenaga listrik perumahan Unit Usaha Cinta Manis sebesar 550 KVA.

2.3.5 Instrument (Unit Pengontrolan)

Pada setiap industri terdapat mesin atau alat yang digunakan sebagai
pendukung untuk menjalankan proses produksi baik secara otomatis maupun semi
otomatis. Mesin atau alat tersebut tentunya membutuhkan pengontrolan agar

32
mesin atau alat tersebut bekerja sesuai dengan yang diharapkan. Pada Unit Usaha
Cinta Manis pengontrolan ini dilakukan oleh suatu unit pengontrolan yang disebut
dengan Instrument.

Instrument berfungsi sebagai bagian pelayanan peralatan kontrol automatis


maupun semi atomatis dengan sistem pneumatik lop udara dari kompressor dan
elektrik dengan tegangan (voltage) 220/110. Fungsi dari kontrol pneumatik ini di
distribusikan untuk bagian ketel, bagian mill, dan bagian boiling. Bagian ketel
meliputi flow meter, level, temperatur, tekanan. Untuk bagian mill meliputi flow
meter, belt, mini carier, serta bagian boiling meliputi flow meter, level, density,
tekanan, dan pH meter. Untuk kontrol elektrik dengan tegangan 110 volt
digunakan pada boiler untuk panel kontrol dan tegangan 220 volt digunakan pada
boiling untuk high grade fugal, pH meter, dan level.
Untuk memenuhi keakuratan peralatan instrumentasi maka secara berkala
dilakukan kalibrasi untuk alat-alat kontrol yang terdiri dari kontroller, transmitter,
kontrol valve, G.O motor, manometer, dan pressure switch.

33
34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perpindahan massa adalah perpindahan massa dari satu lokasi, biasanya
berupa aliran, fasa, fraksi, atau komponen, ke lokasi lainnya. Perpindahan massa
muncul pada banyak proses, seperti absorpsi, evaporasi, adsorpsi, pengeringan,
presipitasi, filtrasi membran, distilasi, dan lain sebagainya. Perpindahan massa
digunakan oleh berbagai ilmu sains untuk proses dan mekanisme yang berbeda-
beda, namun frasa ini banyak digunakan pada ilmu teknik untuk proses fisika
yang melibatkan difusi molekuler dan transport konveksi suatu speses kimia
dalam sistem.
Beberapa contoh sederhana proses perpindahan massa adalah evaporasi air
ke atmosfer, penjernihan darah pada ginjal dan liver, serta distilasi alkohol. Pada
proses industri, operasi perpindahan massa termasuk pemisahan komponen kimia
pada kolom distilasi, adsorber seperti scrubber, adsorber seperti activated carbon
bed, dan ekstraksi liquid-liquid. Perpindahan massa pada umumnya digabungkan
dengan proses perpindahan untuk penerapannya seperti pada menara pendingin
industri.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa penulis masih banyak kekurangan dalam
penulisan, untuk kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam
menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

35
DAFTAR PUSTAKA

- https://www.scribd.com/doc/225611384/Laporan-PL-PG-Cinta-Manis
- https://id.wikipedia.org/wiki/Perpindahan_massa
- Putri, Maharani Rizki. 2014. Laporan Kerja Praktik, Palembang. Pabrik Gula
Cinta Manis.

36

Anda mungkin juga menyukai