Anda di halaman 1dari 9

Analisis Minyak Bumi

Analisis minyak bumi dan produknya merupakan serangkaian metode pengujian sifat dan
karakteristik minyak bumi dan produknya. Hasil analisis tersebut berupa serangkaian data yang
menunjukkan sifat dan karakter minyak bumi yang dapat memberikan gambaran
karakteristik tersebut. Batasan-batasan nilai dari sifat dan karakteristik minyak bumi serta
produknya terdapat dalam spesifikasi. Untuk spesifikasi produk migas di Indonesia diatur dan
ditetapkan oleh Dirjen Migas. Di dalam spesifikasi tersebut tercantum berbagai sifat, metode uji,
dan batasan nilai yang harus dipenuhi oleh suatu produk supaya dapat dipasarkan.
Dalam melakukan analisis minyak bumi dan produk-produknya, terdapat 4 faktor yang harus
terpenuhi agar hasil pengujian/analisis validitasnya terjamin.

1. Pengukuran
Proses pengukuran sifat dan karakteristik minyak bumi dan produknya dilakukan dengan
sasaran menghasilkan hasil pengukuran dengan kualitas hasil yang tinggi. Pengukuran sifat dan
karakter minyak bumi tersebut mengikuti prosedur standar yang telah ditetapkan. Pengkondisian
baik itu sampel dan aparatus pengujian serta penggunaan metode pengujian yang tepat
merupakan kunci pengukuran yang baik.

2. Akurasi
Akurasi dalam pengukuran menunjukkan seberapa dekat hasil pengukuran dengan nilai
sebenarnya sifat yang diukur. Akurasi juga dapat dinyatakan sebagai bias atau deviasi antara
nilai hasil pengukuran dengan nilai yang sebenarnya. Untuk menganalisis akurasi hasil
pengukuran dapat dilakukan dengan memplotkan dalam grafik maupun dengan analisis deviasi
menggunakan metode statistik.

3. Presisi
Presisi hasil pengukuran ditunjukkan oleh variasi hasil pengukuran dengan sampel dan metode yang
sama. Presisi suatu pengukuran dinyatakan dengan pengulangan (repeatability) dan reproduktivitas
(reproducibility). Pengulangan atau interval pengulangan (r) merupakan deviasi maksimum yang
diizinkan dari dua hasil pengujian sampel yang sama di laboratorium yang sama.



Reproduktivitas atau interval reproduktivitas (R) merupakan deviasi maksimum yang diizinkan
dari dua hasil pengujian sampel yang sama di laboratorium yang berbeda.



Interval pengulangan maupun reproduktivitas secara statistik dinyatakan dengan tingkat
probabilitas sebesar 95%. Artinya, dalam 100 kali pengujian, deviasi yang diizinkan tidak lebih
dari 5 kali.

(http://refiners-notes.blogspot.com/2013/06/analisis-minyak-bumi-dan-produknya.html)


Analisis Minyak Bumi dengan GC

ASTM D-4815 mengatur prosedur untuk menentukan
kandungan ethers dan alcohols dalam gasolines dengan menggunakan Gas Chromatography (GC).
Secara spesifik, jenis senyawa yang ditentukan meliputi methyl tert-butylether (MTBE), ethyl tert-
butylether (ETBE), tert-
amylmethylether (TAME), diisopropylether (DIPE),methanol, ethanol, isopropanol, n-
propanol, isobutanol, tert-butanol, sec-butanol, n-butanol dan tert-pentanol(tert-amylalcohol).
Rentang pengukuran yang ditangani oleh standard ini adalah Ethers: 0.1 s/d 20.0 mass % dan
Alcohols: 0.1 s/d 12.0 mass %.

Konfigurasi GC. Konfigurasi GC yang disyaratkan dalam standard ini adalah: Injection System, bisa
berupa Splitting-type injection system, jika menggunakan capillary column atau FID detector. Atau
bisa menggunakan on-column injector & autosampler sejauh dapat memenuhi batasan sample size,
efisiensi dan detector linearity. Atau bisa juga menggunakan microlitre syringes yang dilengkapi
dengan automatic syringe injectors dan liquid sampling valve.
Oven, (Main) oven berisi nonpolar column dan polar column serta valve. Bisa juga dilengkapi
auxiliary oven yang digunakan untuk menempatkan polar column dan valve (untuk kasus ini, main
oven hanya berisi nonpolar column).
Column, terdiri dari polar column dan nonpolar column. Polar column, digunakan untuk pra-separasi
oxygenates terhadap volatile hydrocarbons. Polar column berupa TCPE micro-package column 560
mm, 1.6 mm outside diameter, 0.76 mm inside diameter, SS tube package with 0.14-0.15 g of 20%
TCEP on 80% mesh chromosorb P (AW). Nonpolar column atau analytical colum, terbuat dari WCOT
Methyl silicone column (capilary), 30-m long, 0.53 mm inside diameter fused silica WCOT column with
2.6 micron film thicness of cross-linked methyl silixane.
Control system, terdiri dari flow control & indicator, pressure regulator dan automatic valve switching
& backflushing valve.
Detector, berupa TCD atau FID, dengan spec sensitivity min 2 mm.
Data aquisition, bisa berupa computer, recorder, analog electronic atau secara manual.
Berikut adalah contoh GC untuk aplikasi ASTM D-4815 dari beberapa vendor.


(http://ashadisasongko.staff.ipb.ac.id/2012/03/16/analisis-minyak-bumi-dengan-gc/)

Sumber lain : http://www.lmfeui.com/data/Analisis%20Industri%20Minyak.pdf
Analisa Kimia Minyak Bumi
Tujuan utama pengolahan crude oil adalah untuk memisahkan minyak dari gas,
air dan lumpur.
Gambaran umum proses crude oil sebagai berikut (mungkin berbeda di tiap
plant). Dari sumur minyak, crude oil masuk ke unit Chemical Electric Heater
Treater, di sini selain dipanaskan sampai 160
0
F, juga diinjeksikan bahan kimia
pemecah emulsi minyak, sehingga akan terpisah antara fraksi minyak, gas,air
dan lumpurnya. Gas yang terpisah bertekanan sangat rendah di kirim ke unit
compressor gas untuk di proses bersama gas yang berasal dari sumur gas
lainnya. Air dan lumpur yang terpisah akan keluar dibawah unit ini yang
selanjutnya dialirkan ke WWTP untuk pengolahan lebih lanjut. Setelah keluar
dari unit Chemical Electric Heater Treater crude oil dialirkan ke unit Degassing
boot untuk memastikan tidak ada lagi gas di dalam crude oil, bila masih ada gas,
gas akan terpisah dan dialirkan ke flare untuk dibakar. Setelah itu baru crude oil
dimasukkan ke Tangki Penampung untuk dicampur dengan condensate stabil
dengan tujuan agar menghasilkan blending crude oil sesuai spesifikasi yang
diharapkan.
Uji khusus untuk penentuan kualitas minyak bumi/crude oil biasanya adalah API
Gravity, BSW, RVP, TVP (tidak semua), Pour Point, Viskositas, Flash Point, dan
Sulphur Content serta trace element logam terutama Nikel, Besi Tembaga, dan
Vanadium.

BSW TEST
BSW = Basic Sediment And Water. ASTM D-4007 (D-96, D-1796).
Tujuan untuk penggolongan mutu, mengetahui banyaknya produksi minyak dan
persoalan2 corrosion.
BSW Test adalah untuk melihat pemisahan antara minyak bumi dengan
pengotor lumpur dan air.
Tekhnik pengerjaan: Sampel crude oil dimasukan ke dalam tabung centrifuge
ditambahkan xylena dan demulsifier, lalu sampel distabilkan pada suhu 140
0
F
selama 15 menit setelah itu dimasukan ke dalam alat sentrifuge dan diputar
dengan kecepatan 1600 rpm selama 10 menit dengan suhu centrifuge 140
0
F,
pemutaran dilakukan sebanyak 2x, nanti akan terlihat terpisah antara fraksi
minyak dan fraksi lumpur dan airnya, baca skala pada tabung centrifuge untuk
mendapat % BSW.

API GRAVITY TEST
API = American Petroleum Institue. API Gravity Test ASTM D-287.
API Gravity adalah fungsi khusus dari Specific Garvity 60/60
0
F.
API Gravity = 141.5 - 131.5
SG 60/60
0
F
Test ini sama seperti test SG tapi dengan menggunakan Hydrometer khusus
skala API.

RVP TEST
RVP = Raid Vapour Pressure. RVP = Raid Vapour Pressure Test ASTM D-323.
Untuk mengukur tekanan uap dari oil/condensate, dengan tujuan untuk
mengetahui penggolongan mutu (spesifikasi), faktor keamanan waktu
transportasi, dan penyimpanan dari cairan yang mudah menguap.
Vapour Pressure/tekanan uap adalah tekanan yang disebabkan oleh uap agar
tetap berada dalam kesetimbangan dengan cairan, dengan kata lain tekanan ini
dibutuhkan untuk mencegah menguapnya larutan.
Test dilakukan dengan menggunakan alat vapour pressure. Sampel dimasukkan
dalam chamber dibawah gauge alat RVP, Dilakukan pengocokan chamber
sebanyak 8 kali lalu dimasukan ke dalam bath yang bersuhu 100
0
F. Pengocokan
lalu diulangi 5x dalam interval waktu tak kurang dari 2 menit. Ketuk gauge
untuk memastikan tidak ada jalur buntu, lalu baca skala gauge. Test dianggap
selesai sampai di dapat pembacaan yang konstan dalam waktu 20 menit.
Yang harus diperhatikan adalah pengambilan sampel pada suhu 32
0
-34
0
F atau
sedingin mungkin. Maka dari itu pengambilan sampel harus dengan
menggunakan coil yang baik, temperature bath juga harus terkalibrasi sebab
vapour pressure sepenuhnya tergantung dari temperature.

POUR POINT TEST
Pour Point = suhu terendah yang dinyatakan sebagai pengulangan 5
0
F saat
minyak terlihat mengalir bila didinginkan dan diperiksa pada kondisi tertentu.
ASTM D-97. Menggunakan Thermometer yang disebut LOW & HIGH CLOUD
POUR POINT THERMOMETER (ASTM 5F dan 6F).
Sampel dimasukan ke dalam tabung Pour point sampai batas garis tabung
sampel. Lalu masukan Thermometernya dengan 1/8 atau 3 mm thermometer
(bagian Mercury) tenggelam dalam sampel. Berturut-turut tabung sampel
dilakukan pendinginan bertahap didalam Cooling Bath 1 (suhu 0
0
F), Cooling Bath
2 (suhu -17
0
F), Cooling Bath 3 (suhu -34
0
F), dan Cooling Bath 4 (suhu -51
0
F),
dengan langkah-langkah sbb:
Saat awal test, tabung dipanaskan dulu sampai 115
0
F, lalu didinginkan di udara
sampai suhunya turun 95
0
F. Lalu dimasukkan kedalam Cooling Bath 1. Di
amati, bila sampai suhu 50
0
F sampel belum beku, dipindahkan ke Cooling Bath
2. Di amati, bila sampai suhu 20
0
F sampel belum beku, dipindahkan kedalam
Cooling Bath 3. Di amati, bila sampai suhu 0
0
F belum beku juga pindahkan ke
Cooling Bath 4 yang merupakan Cooling Bath maksimal. Pengamatan dilakukan
tiap 5
0
F dengan cara memiringkan tabung test sampai posisi horizontal.
Suhu saat sampel beku + 5
0
F = Pour Point

Untuk analisa Viskositas, Flash point, dan sulphur content tidak ada yang
khusus, semua tergantung dari alat yang dipakai. Untuk pemeriksaan trace
element logam menggunakan AAS, yang nanti akan saya bahas tersendiri di
tulisan mengenai AAS ini.

Karena tempat saya bekerja dulu bukan kilang minyak tapi sebatas pengolahan
crude oil, condensate dan natural gas, maka uji Destilasi, Angka oktan (ON), uji
Performace Number, Angka Cetana (CN), Aniline Point, Nilai kalor ghv/nhv,
Smoke Pont tidak saya tampilkan mengingat saya belum berpengalaman
melakukannya baru hanya sebatas pengetahuan tambahan saja.

ANALISA GAS ALAM/NATURAL GAS
Gas alam yang terperangkap bersama dengan minyak bumi di sebut associated
gas, sedangkan yang terpisah disebut non associated gas. Tujuan utama
pengolahan gas yaitu untuk memisahkan gas dari air dan condensate. Biasanya
ada Satellite sebagai stasiun pengumpul dari beberapa sumur gas sebelum
diproses. Proses pengolahan Gas adalah Separation (untuk memisahkan gas
dengan air/condensate), Dehydration (memastikan gas benar-benar kering, gas
dilewatkan ke Tower yang berisi Glycol), lalu Compression (menaikkan tekanan
gas agar bisa di kirim melalui jalur pipa). Di Kaltim umumnya gas dialirkan
melalui pipa gas berdiameter 36 dan 42.

Hal terpenting dalam analisa komposisi Natural Gas tersebut yaitu untuk melihat
kandungan C
1
-C
5
, dan C
6+
serta Sulphur Content. Kandungan gas diperiksa
dengan menggunakan alat Gas Chromatography (akan saya bahas ditulisan
selanjutnya) dan Sulphur Content dengan alat Sulphur Analyzer. Sebenarnya
ada metode konvensional dari analisa Sulphur Content ini yaitu dengan metode
CdSO
4
secara Titrimetri dengan Titrant Tiosulphat (ASTM 2385), tapi
kemungkinan saat ini sudah ditinggalkan mengingat Cadmium sangat bersifat
toxic dan umumnya perusahaan-perusahaan migas saat ini sudah beralih
menggunakan alat Sulphur Analyzer.

(http://benysatyahadi.blogspot.com/2010/10/minyak-dan-gas-bumi.html)

Sumber lain : (file:///C:/Users/TOSHIBA/Downloads/gerbang_122_1.pdf)

Anda mungkin juga menyukai