Oleh:
Nama Fikri Ahmad
Mahasiswa Haekal
NIM 181420006
Program Teknik
Studi Pengolahan
Migas
Bidang Refinery
Minat
Tingkat I (satu)
I. TUJUAN
3. Mahasiswa dapat menetukan End Point (EP) atau Final Boiling Point (FBP).
2. Bila menggunakan peralatan bertenaga listrik, lihat terlebih dahulu tegangan jaringan
listrik yang ada.
A. Bahan
1. Pertamax
B. Peralatan
1. Labu Distilasi 125 mL
3. Thermometer 7 oC atau 8 oC
V. LANGKAH KERJA
1. Siapkan labu distilasi volume 125 mL. Bila labu kotor (ada karbon residu) pada bagian
dasar labu bersihkan dengan cara dibakar dengan nyala api burner.
2. Siapkan termometer (ASTM 7 oC atau ASTM 8 oC) sesuai dengan contoh yang akan
diuji.
3. Siapkan penyangga labu, dengan ukuran yang sesuai dengan contoh yang akan diuji.
Dan pasang pada alat pemanas.
Untuk contoh group 1 dan 2, diameter lobang 38 mm.
4. Siapkan gelas ukur bersih dan kering dengan skala 0 s/d 100 mL.
5. Bak kondensor diisi air, suhunya diatur sesuai jenis contoh yang akan diuji.
Contoh group 1, 2 dan 3 bak kondensor diisi air (suhu 0 s/d 5oC).
Contoh group 4, bak kondensor diisi air panas (suhu 0 s/d 60 oC).
6. Bersihkan / hilangkan cairan pada tabung kondensor dengan cara mengelap / menyerap
dengan kolok yang diberi kain.
2. Pasang labu distilasi yang berisi contoh, sehingga ujung labu masuk ke dalam tabung
kondensor serapat mungkin. Posisi labu tegak sehingga pipa uap labu masuk ke dalam
tabung kondensor dalam jarak 1 s/d 2 inchi.
3. Naikkan dan atur penyangga labu hingga pas dengan dasar labu distilasi.
2. Pasang Nyalakan pemanas dan atur kecepatannya sehingga mencapai IBP (initial boiling
point):
Untuk grup 1 s/d 3 dalam waktu 5 – 10 menit.
3. Atur pemanasan dari IBP sampai 5 % volume dalam waktu 60 – 70 detik atau dengan
kecepatan tetesan 4 – 5 mL / menit. Setelah IBP terbaca, gelas ukur digeser sehingga ujung
kondensor menempel dinding gelas.
4. Baca dan catat suhu setiap kenaikan 10 % volume.
5. Atur pemanasan sehingga dari 95 % volume sampai FBP (final boiling point) waktunya 3
– 5 menit. FBP adalah suhu tertinggi yang terbaca saat uji distilasi.
6. Setelah FBP tercapai, matikan pemanas dan labu dibiarkan dingin kemudian ukur volume
residu.
7. Hitung % volume Losses dengan formula:
VI. KETELITIAN
VII. HASIL PENGAMATAN
Penguapan Suhu (Celcius) Waktu (menit,
detik)
IBP 50 6’54’’
5% 56 8’7’’
10 % 59 8’40’’
20 % 65 10’3’’
30 % 73 11’44’’
40 % 80 13’16’’
50 % 93 15’3’’
60 % 109 16’54’’
70 % 131 18’42’’
80 % 155 20’22’’
90 % 180 21’53’’
EBP 204 25’13’’
VIII. ANALISIS
Sampel yang diuji adalah Pertamax, dibutuhkan waktu 6 menit 54 detik untuk mencapai IBP (Initial
Boiling Point), bernilai 50 oC. Sebenarnya, waktu yang dibutuhkan itu tergantung pengaturan
pembakaran burner. Semakin tinggi suhu burner, semakin cepat penguapannya.
T~Q
Kami menggunakan pengaturan pembakaran burner sekitar 20 oC. Hal ini bertujuan untuk
menghasilkan flowrate yang tidak terlalu besar agar terlihat jelas tetesan pertama kondensatnya.
Setelah mencapai IBP, kami menggunakan suhu yang sedikit lebih tinggi agar proses penguapan
menjadi sedikit lebih cepat. Pencatatan dilakukan setiap kenaikan 10 % volume ( 10 ml). Pengaturan
burner lebih baik tidak menggunakan suhu yang terlalu tinggi, karena saat penguapannya lebih cepat
maka tetesannya pun frekuensinya semakin besar sehingga tetesannya menyebabkan air tidak
tenang. Hal itu menyebabkan pembacaan volume sulit dilihat.
Nilai EBP (End Boiling Point) dicapai pada suhu 204 oC dengan waktu 25 menit 13 detik. Hasil
yang kami dapat memenuhi persyaratan untuk sampel Pertamax. Berikut adalah spesifikasi pertamax
yang telah ditetapkan oleh Pertamina.
Pembatasan nilai penguapan bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja dari mesin dan safety. Jika
mesin mudah menguap maka tekanan pada tangki akan membesar sehingga potensi untuk terjadi
ledakan semakin besar.
Tidak semua hasil dari distilasi itu adalah murni, tetapi terdapat juga impurities. Itulah sebabnya
mengapa distilasi digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi berdasarkan titik didih dan berat
molekulnya. Hasil yang diperoleh dari praktikum distilasi yaitu recovery volume, air, dan residu.
Recovery volume merupakan kondensat dari sampel. Untuk menghitung recovery volume dapat
menggunakan hitungan sederhana :
Volume air dapat dilihat ketika volume hasil distilasi berada dalam gelas ukur. Pada dasarnya,
minyak tidak dapat larut dalam air sehingga cukup mudah untuk menentukan volume air. Volume air
biasanya terletak di dasar gelas ukur. Cara menentukan volume airnya adalah dengan cara
pengosongan volume hasil distilasi hingga mendekati volume air. Kemudian, masukkan sisa volume
di gelas ukur itu ke gelas ukur yang mempunyai skala lebih kecil. Dari hasil praktikum, kami
memperoleh :
Recovery volume = 97 ml – 0,4 ml
= 96,6 ml
Sisa dalam labu distilasi merupakan residu. Untuk mengukur residu, kami menggunakan gelas ukur
yang kecil. Volume residu yang kami peroleh adalah 1,6 ml. Residu mempunyai titik didih yang
tinggi, sehingga sukar untuk menguap. Untuk menguapkan residu, dibutuhkan panas yang sangat
tinggi.
Selain recovery volume dan residu, terdapat juga losses. Losses merupakan volume yang hilang,
disebabkan oleh beberapa faktor. Jika terdapat celah antara labu distilasi dan termometer, bisa
menjadi sumber adanya losses. Selain itu, distribusi panas yang tidak merata dapat menyebabkan
losses, karena sampel tidak teruapkan semua.
Untuk mengukur losses, dapat menggunakan selisih antara volume awal dengan voume hasil
distilasi.
Losses = volume awal - (volume hasil distilasi + residu )
Nilai losses yang kami dapatkan memenuhi spesifikasi yang dimuat oleh Pertamina..
IX. SIMPULAN
Produk yang diuji diklasifikasikan sebagai ON-SPEC karena memiliki nilai IBP, persen penguapan,
EBP, dan losses yang sesuai dengan spesifikasi pertamax.
X. SARAN
Disarankan agar peralatan distilasi dicoba semua agar dapat membandingkan