Anda di halaman 1dari 99

BAB III

PENGUKURAN MINYAK

Dalam perencanaan peralatan produksi untuk mengalirkan maupun


memisahkan fluida produksi serta dalam peralatan pengumpul minyak, oleh
karena itu sebelum melakukan perencanaan peralatan produksi minyak di ukur
sifat fisiknya agar dapat menentukan peralatan yang optimal dalam berproduksi.
Dalam proses produksi kita harus melakukan pencatatan untuk report
maka dalam hal ini alat-alat ukur minyak digunakan untuk proses pencatatan
tersebut. Peralatan yang digunakan dipasang di peralatan produksi yang
digunakan untuk memudahkan proses pencatatan.

3.1. Sampling Measurement


Pengukuran sampel dalam hal ini adalah crude oil sangat penting dan
harus dilakukan karena setiap sumur yang akan di produksi mempunya
karakteristik dan sifat fisik yang berbeda. Dari hasil pengukuran sampel yang
dilakukan maka dapat dipakai untuk menentukan peralatan produksi yang
dipakai. Adapun pengukuran sampel yang akan dibahas adalah basic sedimen and
water, viskositas, specific gravity, flash point & fire point, dan pour point.

3.1.1. Basic Sedimen and Water


Pada saat memproduksi crude oil maka akan terdapat fluida lain selain
minyak itu sendiri, yaitu air dan padatan, ataupun gas. untuk jumlah air dan
sedimen (BS&W) yang ada di dalam crude oil harus di hitung karena sangat
penting untuk proses refining, pembelian, penjualan, ataupun mentrasfer minyak .
Ada 2 metode yang akan di jelaskan untuk mengitung basic sedimen and water
yaitu dengan metode destilasi (ASTM D4006) dan metode sentrifugal (ASTM
D4007).

57
58

3.1.1.1. Metode Destilasi


Metode destilasi (ASTM D4006) sendiri dilakukan dengan cara
memanaskan fluida sampel dengan suhu tertentu sehingga terjadi proses
penguapan. Dengan adanya kondenser maka memungkinkan terjadinya kondesasi
dari uap yang ditimbulkan oleh pemanasan tadi, setelah itu uap akan mengembun
dan terperangkap di dalam water trap sehingga akan dapat diketahui volume air
yang terlarut di dalam crude oil. Berikut ini merupakan gambar dari destillation
apparatus yang terlihat di gambar 3.1.

Gambar 3.1.
Destillation Apparatus 8)

Peralatan destilasi pada gambar 3.1. terdiri dari beberapa bagian antara lain.
1. Untuk labu destilasi terdiri dari labu round-bottom berukuran 1000-
ml, gelas, serta labu destilasi yang berukuran 24/40 yang pas dengan
ujung dari bagian trap dan dapat menampung 5-ml dan dapat
meloloskan air sebanyak 0,05-ml. Pada bagian trap harus pas dengan
59

kondenser Leibeg 400-mm. Tabung pengering harus pas dengan


desiccant (untuk mencegah masuknya udara) dan ditempatkan di atas
kondenser.
2. Heater atau pemanas dapat menggunakan pemanas gas atau elektrik
yang dapat mendistribusikan panas secara merata untuk bagian bawah
dari labu yang digunakan. Untuk alasan keamanan biasanya
digunakan pemanas elektrik.

Untuk solvent yang digunakan dalam percobaan ini adalah xylene yang
umumnya terbuat dari campuran ortho, meta, dan para-isomers dan bisa
mengandung ethyl benzene. Karakteristik dari xylene terlihat dari tabel III-1.

Tabel III-1
Komposisi Xylene 8)

Untuk melakukan percobaan destilasi hal yang pertama dilakukan adalah


mengkalibrasi peralatan destilasi yang akan dipakai dapat dilakukan dengan
melakukan prosedur antara lain.

1. Untuk verifikasi keakuratan dari trap dapat dilakukan dengan


menambahkan 0,05-ml air sulung pada suhu 20oC dari microburet 5-ml
atau dengan micropipet dengan ketelitian mendekati 0,01-ml, jika ada
penimpangan melebihi 0,05-ml antar air yang ditambahkan dengan air
yang diamati maka harus di ganti atau di kalibrasi kembali.
2. Untuk kalibrasi seluruh peralatan. Masukan 400-ml xylene kering
(maksimum 0,02% air) kedalam peralatan dan di tes sesuai dengan
prosedur. Setelah selasai buang muatan yang ada di trap dan tambahkan
1,000,01-ml air sulung kedalam buret atau mikro pipet pada suhu 20 oC.
60

Setalah itu segera destilasi labu dan tes sesuai prosedur percobaan. Ulangi
proses 2 dan tambahkan 4,500,01-ml air sulung kedalam labu.
Peralatan dikatakan baik jika dalam toleransi dari pembacaan trap sesuai
dengan tabel III-2

Tabel III-2
Batas Toleransi untuk Pembacaan Labu Trap 8)

Prosedur percobaan dari dari metode destilasi dipengaruhi oleh tetesan air
yang turun kedalam permukaan peralatan dan tidak boleh ada endapan masuk ke
dalam water trap pada saat pengukuran . untuk meminimalkan masalah yang
terjadi, semua peralatan harus dibersihkan setidaknya setiap hari untuk
menghapus film di permukaan peralatan yang dapat menghambat aliran air dalam
peralatan uji yang digunakan. Untuk menentukan perkiraan persen volume air
yang akan kita ukur kita dapat menggunakan tabel III-3. Prosedur percobaan dari
dari metode destilasi antara lain.
Tabel III-3
Penentuan % Kadar Air yang Diperoleh 8)

1. Setelah kita menentukan perkiraan persen volume air yang akan kita
ukur dan besar ml sampel yang di pakai tambahkan xylene ke dalam
labu untuk membuat total volume sebanyak 400 ml.
2. Kemudian aduk dengan sebuah pengaduk magnetik yang merupakan
perangkat yang paling efektif untuk mengurangi benturan.
3. Pasang peralatan seperti ditunjukkan pada gambar 3.1. dan pastikan
semua terkoneksi . Disarankan sambungan antar gelas tidak dilumasi.
61

Pasang labu pengering yang mengandung desiccant pada ujung


kondenser untuk mencegah kondensasi dari udara di dalam
kondensor . Sirkulasi air antara 20C sampai 25C melalui kondensor.
4. Atur pemanas untuk memanaskan tabung. Panas yang digunakan
selama tahap awal dari distilasi (sekitar 1/ 2 sampai 1 jam) harus
berangsur-angsur untuk mencegah kemungkinan hilangnya air.
Destilasi harus masuk kedalam trap dengan kecepatan sekitar 2-5 tetes
perdetik. Lanjutkan distilasi sampai tidak ada air yang terlihat di
dalam peralatan, kecuali di dalam trap, dan volume air di dalam
perangkap tetap konstan selama 5 menit.
5. Setelah proses tersebut selesai, hitung isi dari trap dengan suhu 20C.
Keluarkan sisa air yang melekat pada sisi-sisi trap dengan TFE -
fluorocarbonscraper. Baca volume air ada di dalam trap.

Menghitung volume air pada sampel dengan persamaan sebagai berikut :


( A B)
Volume % x100
C
....(3-1)
Dimana :
A = Volume air di dalam trap, ml
B = Volume solvent pada trap, ml
C = Volume total sampel tes, ml
Setelah dilakukan tes BS&W dengan metode destilasi maka kadar air yang
di izinkan yaitu sebesar 0,025%.

3.1.1.2. Metode Sentrifugal


Metode sentrifugal (ASTM D4007) sendiri dilakukan untuk mengetahui
kadar air dan padatan dari crude oil. Untuk mengetahuinya sampel yang akan di
uji di tempatkan di centrifuge tube dan di putar volume yang mempunyai gravity
yang tinggi seperti air dan sedimen akan berada di bawah dari centrifuge tube dan
dilakukan pembacaan. Adapun dengan diketahuinya kadar air dan sedimen dari
crude oil untuk mencegah korosi, mencegah problem dalam proses produksi
seperti terbentukya scale. Adapun peralatan-peralatan yang dipakai dalam
percobaan dengan metode sentrifugal antara lain.
1. Centrifuge.
62

Centrifuge yang mampu memutarkan dua atau lebih centrifuge tube 203 -
mm (8-in) dengan kecepatan yang dapat dikendalikan untuk memberikan gaya
sentrifugal relatif (RCF). revolving head, trunnion rings, dan trunnion cups,
termasuk cushions digunakan untuk menahan gaya sentrifugal maksimum yang di
terima dari sumber listrik. Trunnion cups dan cushions harus menunjang
centrifuge tube ketika bergerak. Centrifuge juga harus tertutup oleh metal shield
cukup untuk mencegah bahaya jika kerusakan terjadi. Centrifuge tersebut harus
dapat dipanaskan dan dapat di kontrol untuk mencegah kondisi yang tidak aman.
Juga harus dapat mempertahankan suhu sampel selama percobaan dilakukan pada
suhu 603C (140F5). Daya listrik dan panas dari centrifuge harus memenuhi
persyaratan keselamatan untuk digunakan di daerah berbahaya. Untuk
menghitung kecepatan putar per menit (r/min) bisa menggunakan persamaan
sebagai berikut :
r
min
=1335
rcf

d ..................................................................................(3-

2)
dimana :
rcf = gaya sentrifugal relatif
d = diameter pengayunan yang diukur dari ujung tabung yang berlawanan
ketika posisi berputar, mm
atau
r
min
=265
rcf

d ....................................................................................(3-

3)

Dimana :
rcf = gaya sentrifugal relatif
d = diameter pengayunan yang diukur dari ujung tabung yang berlawanan
ketika posisi berputar, in
63

2. Centrifuge tube
Centrifuge tube 203-mm (8-in) mempunyai bentuk tabung berbentuk
kerucut, sesuai dengan dimensi yang digambarkan pada gambar 3.2. centrifuge
tube terbuat dari kaca. Ujung lubang dari centrifuge tube dibentuk agar dapat
ditutup dengan gabus. Toleransi kesalahan dalam pmbacaan skala dapat dilihat
dalam tabel III-4 dan kalibrasi dilakukan pada suhu 20C (68F ).

Gambar 3.2
Centrifuge Tube 9)
64

Tabel III-4
Toleransi kalibrasi Centifuge tube untuk 8-in (203-mm) 9)

3. Bath
Bath terbuat dari logam yang cukup untuk merendam centrifuge tube
sampai posisi vertikal ke tanda 100-mL . berarti juga harus bisa menjaga suhu
pada 603C (1405F).

Untuk solvent yang digunakan adalah toluena yang mempunyai titik didih
110.6C mempunyai karakteristik yang dapat dilihat pada tabel III-5

Tabel III-5
Karakteristik Toluena 9)

Demulsifier dimana digunakan dalam pemisahan air dari sampel dan


untuk mencegah menempel di dinding centrifuge tube. Sampel percobaan yang
dianjurkan adalah 25% demulsifier untuk 75% toluena. Untuk beberapa crude oil
mempunya rasio berbeda untuk demulsifier yang dibutuhkan untuk toluena.
demulsifier digunakan dalam jumlah dan kuantitas yang dianjurkan untuk tidak
ditambahkan kedalam volume air dan sedimen yang telah ditentukan. Solusinya
yaitu harus disimpan dalam botol gelap yang tertutup rapat. Untuk prosedur
percobaan dengan metode sentrifugal antara lain.
65

1. Isi masing-masing dua centrifuge tube dengan 50 mL sampel kemudian,


dengan pipet tambahkan 50 mL toluena. Baca apakah sampel sudah
menyentuh 50 dan 100 ml. tambahkan 0,2 mL larutan demulsifier ke
dalam masing-masing tabung dengan menggunakan pipet 0,2-mL. tutup
tabung dengan erat dan membalikkan sebanyak tabung sepuluh kali untuk
memastikan bahwa minyak dan solvent telah tercampur.
2. Dalam beberapa kasus dimana crude oil sangat kental dan
pencampurannya sangat sulit, solvent dapat ditambahkan ke dalam
centrifuge tube pertama kali dalam proses pencampuran. Hati-hati dalam
mengisi centrifuge tube jangan sampai melebihi 100-mL.
3. Kendurkan sedikit tutupan dan rendam tabung sampai tanda 100-mL
selama minimal 15 menit di dalam bath dan pertahankan suhu pada
603C (1405F).
4. Cek kembali penutup dan lagi, kocok tabung dengan cara membulak-
balikkan tabung sebanyak sepuluh kali untuk memastikan bahwa minyak
dan solvent telah tercampur. Tempatkan tabung dalam trunnion cup di sisi
berlawanan dari centrifuge agar seimbang .
5. Kencangkan penutup dan putar selama 10 menit dengan sentrifugal relatif
minimal dengan kekuatan 600. Setelah proses centrifuge berhenti
berputar, baca dan catat volume gabungan air dan sedimen di bawah
tabung untuk volume dari 0,1-1 mL mempunyai ketelitian 0,05-ml dan
untuk volume dari 1-ml mempunyai ketelitian sebesar 0,1-ml. untuk
volume dari 0-0,1 mL mempunyai ketelitian 0,025 mL yang dapat dilihat
pada gambar 3.3.
6. Kembalikan tabung ke dalam centrifuge dan putar selama 10 menit pada
kecepatan yang sama. Ulangi proses ini sampai volume air dan sedimen
konstan untuk 2 kali percobaan secara bertutut-turut. Umumnya tidak
dibutukan lebih dari 2 kali percobaan. Suhu sampel selama percobaan
harus dipertahankan pada suhu 603C (1405F).
7. Untuk menghindari bahaya tabung retak dalam cangkir, sebaiknya tabung
selimuti pada bagian atas cushion jadi tidak ada bagian dari tabung berada
yang kontak langsung dengan rim dari cups.
66

Untuk pencatatan volume air dan sedimen di dalam tabung. Jika


pembacaannya antara 2 percobaan lebih besar dari subdivision pada tabel III-4
atau 0,025 untuk pembacaan dari 0,10 ml maka hasil dari percobaan tidak dapat
diterima dan harus di ulangi. Nyatakan penjumlahan dari 2 pembacaan yang
dapat di terima dalam persen untuk hasil pencatatan dapat dilihaat pada tabel
III-6

Gambar 3.3.
Prosedur Pembacaan Volume Air dan Sedimen Menggunakan Centrifuge Tube 9)
67

Tabel III-6
Hasil Pencatatan Percobaan Metode Sentrifugal 9)

3.1.2. Viskositas
Viskositas merupakan sifat fisik fluida yang dapat difefinisikan sebagai
keengganaan fluida untuk mengalir. Ada dua macam viskositas, yaitu :
Viskositas Kinematik (v) merupakan viskositas dinamik dibagi densitas
dimana keduanya diukur pada temperatur yang sama. Satuan dari
viskositas kinematik adalah stoke (cm2/detik) atau centistoke
(stroke/100).
Viskositas Dinamik () merupakan perkalian antara viskositas kinematik
dan densitas. Satuan dari viskositas dinamik adalah poise (gram/cm/detik)
atau centipoises (cp).
Untuk menghitung besaran dari viskositas dari fluida yang akan diukur
dapat menggunakan viskometer dan menggunakan metode ASTM D445 untuk
menghitung viskositas kinematik dan viskositas dinamik.
Alat yang dipakai untuk menghitung viskositas adalah viskometer.
Adapun untuk jenis-jenis viskometer kapiler yang dipakai dapat dilihat pada
gambar 3.4.
68

Gambar 3.4.
Jenis-jenis Viskometer Kapiler 6)

Untuk spesifikasi dari jenis-jenis viskometer kapiler dapat dilihat pada tabel III-7

Tabel III-7
Viskometer Type 6)

Untuk penggunaan viskometer dalam melakukan percobaan untuk


menghitung viskositas perlu dilakukan kalibrasi agar alat siap di gunakan yaitu
dengan menentukan waktu air dalam detik dari air destilasi pada master
69

viskometer. Air harus mempunyai waktu alir minimum 200 detik pada temperatur
test. Kemudian hitung konstanta C dengan persamaan sebagai berikut :
C=V h /t ..................................................................................................

(3-4)
Dimana
Vh = Viskositas kinematik air (1,0038 cs pada 20 C)
C = konstanta viskometer
t = waktu alir (detik)
Maka harga konstanta C dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
C=1,0038/t ..........................................................................................(3-

5)
Kemudian setelah kita mentukan konstanta (C) kalibrasi kemudian kita
melakukan percobaan dengan sampel yang akan kita uji dan untuk prosedur
percobaan dalam penentuan viskositas antara lain.
1. Atur temperatur bath dengan termometer berketelitian sampai dengan
0,02 oF atau dengan termometer berketelitian sampai 0,05 oF, temperatur
lebih kecil dari 60oF.
2. Saring sampel secukupnya dengan saringan 200 mesh atau penyaring lain
yang sesuai, untuk membuang partikel-partikel padat atau air. Bila
temperatur kurang rendah gunakan obat penyaring.
3. Ambil viskometer yang bersih dan kering dengan waktu alir harus lebih
dari 200 detik.
4. Pasang pemegang viskometer di dalam bath sampai viskometer mencapai
temperatur pengukuran yang dinginkan (selama 5 menit untuk mencapai
temperatur 100oF atau 10 menit untuk mencapai temperatur 210oF).
5. Gunakan peralatan penghisap untuk menaikkan sampel masuk ke dalam
pipa kapiler sampai batas bawah sampel kurang lebih 5 mm di atas garis
batas atas sampai dari viskometer (pada awal pengukuran).
6. Catat waktu yang diperlukan (dengan ketelitian 0,1 detik) sampel untuk
bergerak (mengalir) dari garis batas (awal pengukuran).
7. Catat waktu yang diperlukan (dengan ketelitian 0,1 detik) sampel untuk
bergerak (mengalir) dari garis batas (awal pengukuran) pada viskometer.
70

Bila waktu yang diperlukan kurang dari 2 detik, ganti viskometer dengan
viskometer yang mempunyai pipa kapiler yang lebih kecil, ulangi
prosedur tersebut.

Setelah mengukur aliran waktu (t), dan konstanta viskometer C, maka kita
dapat menghitung harga viskositas kinematik dengan persamaan sebagai berikut :
n=Cxt ....................................................................................................(3-

6)
Dimana :
n = viskositas kinematik, mm2 / s,
C = kalibrasi viskometer konstan tersebut, (mm2/s)/s
t = waktu rata-rata alir, s.
Untuk menghitung viskositas dinamis (h), dapat dihitung setelah
mendapat harga viskositas kinematik (n) dan densitas () dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
=v x x 103 .....................................................................................(3-7)

Dimana :
= viskositas dinamis, MPa s,
= densitas, kg/m3, pada suhu yang sama yang digunakan untuk penentuan
viskositas kinematik
n = viskositas kinematik, mm2 / s.

3.1.3. Specific Gravity


Specific grafity didefinisikan sebagai perbandingan antara densitas fluida
dengan densitas air yang diukur pada tekanan dan temperatur yang sama atau
dapat ditulis pada persamaan sebagai berikut :
f
w
SG = ...............................................................................................(3-
8)
Dimana :
71

SG = Specific Gravity
f = Densitas fluida, lb/ft3
w = Densitas air, lb/ft3
Biasanya percobaan specific grafity dilakukan pada kondisi standart yaitu
pada temperatur 60F dan tekanan atmosfer pada 14,7 psia. Hubungan SG minyak
dan derajat API dinyatakan pada persamaan sebagai berikut:
141.5
API 131.5
SGoil
..............................................................................(3-9)
Harga API untuk berat jenis minyak antara lain :
- Minyak berat = 10 - 20 API
- Minyak sedang = 20 - 30 API
- Minyak ringan = lebih dari 30 API
Untuk menentukan specific gravity alat yang digunakan adalah
hydrometer dan metode yang digunakan sesuai dengan ASTM D1298. untuk
hydrometer sendiri dapat dilihat pada gambar 3.5.

Gambar 3.5.
Hydrometer 7)

Untuk prosedur percobaan dalam penentuan specific gravity sesuai


dengan ASTM D1298 yaitu antara lain.
72

1. Siapkan sampel minyak 500 ml


2. Masukan ke dalam gelas ukur
3. Ukur suhu dengan termometer di dalam gelas ukur
4. Masukkan hydrometer mulai dari harga yang terendah
5. Masukkan termometer derajat fahrenheit kedalam gelas ukur
6. Baca harga SG dan temperaturnya
7. Dari hasil pembacaan gunakan tabel III-8 untuk mendapatkan API
sebenarnya
Untuk pembacaan skala hydrometer dapat dilihat dari fluida yang akan di
ukur apakah fluida tersebut transparan atau tidak tembus cahaya (buram). Sesuai
dengan ASTM D1298 pembacaan hydrometer untuk fluida yang transparan
pembacaan hydrometer dimulai pada titik skala hydrometer di mana permukaan
fluida memotong sedikit di bawah permukaan fluida pada hydrometer yang
terdistorsi elips, untuk lebih jelas pembacaan skala hydrometer dapat terlihat pada
gambar 3.6.

Gambar 3.6.
Pembacaan Skala Hydrometer untuk Fluida Transparan 7)

Untuk fluida yang tidak tembus cahaya (buram) pembacaan hyrdrometer


diukur sedikit di atas bidang permukaan fluida akibat permukaan fluida pada
skala hydrometer meningkat, untuk lebih jelas pembacaan skala hydrometer dapat
terlihat pada gambar 3.7.
73

Gambar 3.7.
Pembacaan Skala Hydrometer untuk Fluida Tidak Tembus Cahaya (Buram) 7)

Untuk konversi dari specific gravity ke API dapat menggunakan


persamaan (3-9) atau dapat menggunakan tabel III-8 untuk mengkonversi
specific gravity ke API.

Tabel III-8
Tabel Konversi Specific Gravity ke API 7)
74

3.1.4. Flash Point dan Fire Point


Flash point atau titik nyala adalah temperatur terendah dimana suatu
material mudah terbakar dan menimbulkan uap sehingga jika bercampur dengan
udara akan menyala apabila terkena percikan api kemudian mati kembali. Titik
bakar (fire point) adalah suhu dimana suatu produk minyak yang dipanaskan akan
terbakar sementara
Penentuan titik nyala (flash point) dan titik bakar (fire point) dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu dengan metode Tag Closed Tester
(ASTM D56), dan metode Cleveland Open Cup Tester (ASTM D92), untuk
menghitung titik nyala (flash point), dan metode Cleveland Open Cup Tester
(ASTM D92) bisa untuk menghitung titik nyala (fire point)

3.1.4.1. Tag Closed Tester


Metode Tag Closed Tester (ASTM D56) adalah metode yang digunakan
untuk menghitung titik nyala (flash point) dari cairan yang mempunyai viskositas
di bawah 5,5 mm2/s (cSt) pada suhu 40oC (104oF), atau dibawah 9,5 mm2/s (cSt)
pada suhu 25oC (77oF) dan titik nyala (flash point) dibawah 93oC (200oF). Untuk
titik nyala (flash point) dengan suhu 93oC (200oF) atau lebih, cenderung terbentuk
film di permukaan pada saat kondisi tes atau mengandung suspensi solid bisa
mengunakan metode Pensky Martens Closed Cup Tester.
Untuk peralatan yang digunakan pada metode Tag Closed Tester yaitu
sebagai berikut.
1. Tag Closed Tester (gambar 3.8)
2. Shield berukuran 460mm x 460mm dan tinggi 610 mm yang terbuka di
bagian depan
3. Termometer
75

Gambar 3.8.
Tag Closed Tester 3)
Untuk prosedur dari metode Tag Closed Tester antara lain
1. Masukan sampel yang akan di uji sebanyak 50 0,5 ml kedalam cup 50
0,5 ml, hindari sampel melebihi batas liquid level pada cup.
2. Nyalakan api tes, ketika digunakan sesuaikan api dengan ukuran dari bead
pada alat. Operasikan alat dan cek ruang uap dari cup dengan menurunkan
sumber api, dan segera angkat kembali. Waktu yang dibutuhkan harus 1s.
Jangan ragu-ragu dalam menurunkan dan menaikkan sumber api. apabila
flash muncul pada saat awal percobaan hentikan percobaan dan abaikan
hasilnya. Dalam hal ini, sampel yang digunakan harus diturunkan suhunya
10C (18F), di bawah suhu asli sampel.
3. Untuk flash point dibawah 60oC (140oF), ketika kita sudah mengetahui flash
point dari sampel diketahui di bawah 60oC (140oF), atur api agar temperatur
kenaikan rata-rata 1oC (2oF)/min 6 s. Ketika kita mengetahui temperatur
dari sampel 5oC (10oF) dibawah perkiraan flash point maka atur sumber
panas agar kenaikan temperatur dari sampel 0,5oC (1oF).
4. Untuk flash point diatas 60oC (140oF), ketika kita sudah mengetahui flash
point dari sampel diketahui 60oC (140oF) atau lebih tinggi, atur api agar
temperatur kenaikan rata-rata 3oC (5oF)/min 6 s. Ketika kita mengetahui
76

temperatur dari sampel 5oC (10oF) dibawah perkiraan flash point maka atur
sumber panas agar kenaikan temperatur dari sampel 1oC (2oF).
5. Ketika mengaplikasikan sumber api menyebabkan nyala yang berbeda pada
cup, amati dan catat temperatur dari sampel sebagai flash point.
6. Hentikan percobaan dan matikan sumber panas. Angkat penutup dan
bersihkan termometer. Kemudian angkat cup lalu kosongkan dan bersihkan
7. Ketika melakukan percobaan dan mengamati flash point namun kenaikan
temperatur sampel tidak sesuai dengan kenaikan yang di rekomendasikan
hentikan percobaan, kemudian abaikan hasil dan ulangi percobaan.
8. Ketika mengulang percobaan jangan memakai sampel yang sama, selalu
menggunakan sampel yang baru.
Pada saat melakukan percobaan hitung tekanan barometric pada saat
menempatkan sampel pada cup. Jika tekanan berbeda dari 101,3 kPa (760mmHg)
koreksi dengan persamaan sebagai berikut.
Corrected Flash Point=C +0,25(101,3p) ..............................(3-10)

Corrected Flash Point=F +0,06 ( 760P ) .................................(3-11)

Corrected Flash Point=C +0,033(760P) ..............................(3-12)

Dimana :
C = Flash point yang diamati, oC
F = Flash point yang diamati, oF
p = tekanan barometric percobaan, kPa
P = tekanan barometric percobaan, mmHg

3.1.4.2. Cleveland Open Cup Tester


Metode Cleveland Open Cup Tester (ASTM D92) adalah metode yang
digunakan untuk menghitung titik nyala (flash point) dan titik bakar (fire point)
dari cairan produk petroleum selain bensin yang mempunyai flash point diatas
79oC (175oF) dan di bawah 400oC (752oF)
Untuk peralatan yang digunakan pada metode Cleveland Open Cup Tester
antara lain.
77

1. Peralatan Cleveland Open Cup Tester (gambar 3.10.) yang terdiri dari
test cup, heating plate, dan peralatan test flame
2. Termometer
3. Test Flame yaitu natural gas (metana) dan tabung gas (butana dan
propana) yang di setujui sebagai sumber api.

Gambar 3.9.
Peralatan Cleveland Open Cup Tester 4)

Untuk prosedur dari metode Cleveland Open Cup Tester antara lain.
1. Isi test cup dengan sampel yang akan di uji sampai batas yang di
tentukan dan tempat kan ke tengah pemanas. Temperatur dari test cup
dan sampel percobaan tidak boleh melebihi 56oC (100oF) dibawah
perkiraan flash point. Jika sampel percobaan yang dimasukan terlalu
banyak, buang kelebihan tersebut menggunakan jarum suntik atau
sejenis peralatan untuk membuang cairan. Adapun jika ada sampel
percobaan diluar test cup maka dapat dibuang dan dibersihkan.
2. Material padat tidak boleh dimasukan kedalam test cup. Padatan
harus dipanaskan sampai menjadi cair sebelum di tuang kedalam test
78

cup dan temperatur sampel tidak boleh melebihi 56oC (100oF)


dibawah perkiraan flash point.
3. Nyalakan test flame dan atur diameternya 3,2 sampai 4,8 mm atau
ukurannya sama dengan bead.
4. Atur panas mula-mula dimana rata-rata kenaikannya 14 sampai 17 oC
(25 sampai 30oF)/min. Jika temperatur sampel percobaan kira-kira
56oC (100oF) dibawah perkiraan flash point kurangi panasnya
sehingga kenaikan temperatur antara 28oC (50oF) sampai flash point
menjadi 5 sampai 6oC (9 sampai 11oF)/min.
5. Gunakan test flame ketika temperatur sampel percobaan kira-kira 28oC
dibawah perkiraan flash point setelah itu baca temperatur pada
kelipatan 2oC. Kemudian jalankan test flame pelan-pelan dan kontinyu
melewati test cup dan termometer. Waktu yang digunakan test flame
melewati test cup sekitar 1 0,1s
6. Ketika material yang akan di uji dimana flash point material tersebut
tidak diketahui bawa material tersebut untuk di tes. Jalankan test
flame ketika suhunya 5oC (9oF) diatas suhu mula-mula. Panaskan
sampel 5 sampai 6oC (9 sampai 11oF)/min. Dan tes material setiap 2 oC
sampai flash point diketahui.
7. Catat flash point yang diamati dan baca suhunya pada saat flash
muncul pada test cup.
8. Ketika flash point muncul pada saat menggunakan test flame maka
percobaan harus dihentikan dan hasilnya di abaikan dan ulang
percobaan dengan sampel yang baru yang suhunya harus dibawah
28oC (50oF) dengan suhu dimana flash point di ketahui pada saat awal
percobaan.
9. Untuk mencari fire point maka lanjutkan pemanasan sampel setelah
diketahui flash point sampel tersebut dengan kenaikan suhu rata-rata 5
sampai 6oC (9 sampai 11oF)/min. Gunakan test flame dengan interval
2oC (5oF) sampai sampel menyala dan terbakar minimal 5s. Catat suhu
pada saat sampel terbakar.
79

Pada saat melakukan percobaan hitung tekanan barometric pada saat


menempatkan sampel pada cup. Jika tekanan berbeda dari 101,3 kPa (760mmHg)
koreksi dengan persamaan sebagai berikut.

Corrected Flash Point=C +0,25(101,3p) ..............................(3-10)

Corrected Flash Point=F +0,06 ( 760P ) .................................(3-11)

Corrected Flash Point=C +0,033(760P) ..............................(3-12)

Dimana :
C = Flash Point yang diamati, oC
F = Flash Point yang diamati, oF
p = tekanan Barometric percobaan, kPa
P = tekanan Barometric percobaan, mmHg

3.1.5. Pour Point


Pada saat perjalanan dari formasi menuju permukaan, minyak bumi
mengalami penurunan temperatur dan bisa terjadi pembekuan minyak di dalam
pipa, sehingga tidak bisa lagi untuk mengalir. Untuk itu kita harus mengetahui
pour point atau titik tuang dari produk minyak sehingga kita kita dapat
mengetahui atau mengantisipasi dan mengambil tindakan yang terbaik agar
minyak dapat ditransportasikan secara lancar dari formasi ke permukaan sesuai
dengan kebutuhan. Pour point atau titik tuang sendiri adalah temperatur terendah
dimana minyak mentah dapat tertuang setelah mengalami pembekuan.
Metode yang digunakan untuk menghitung pour point atau titik tuang
dapat menggunakan metode sesuai dengan ASTM D97. Adapun alat alat yang
digunakan untuk mengetahui pour point antara lain.
1. Test Jar
2. Termometer
3. Cork
4. Jacket
5. Disk
6. Gasket
7. Bath
80

Gambar 3.10
Peralatan untuk Percobaan Titik Tuang (Pour Point) 20)

Untuk prosedur dan pencatatan hasil dari metode untuk menghitung pour
point antara lain.
1. Tuangkan sampel yang akan diuji ke dalam test jar sampai level yang
di tandai
2. Tutup test jar dengan cork yang terdapat termometer kemudian atur
posisi dari cork dan termometer sampai rapat dengan test jar. Ujung
termometer dicelupkan 3mm dibawah permukaan sampel.
3. Untuk pour point di atas 33oC panaskan sampel tanpa diaduk sampai
temperatur 9oC diatas perkiraan pour point, jika suhu yang
diperkirakan setidaknya 45oC pertahankan suhu bath 12oC di atas
perkiraan pour point dan masukan test jar kedalam bath yang berisi air
dengan suhu 24oC, dan mulai pengamatan pour point
4. Untuk pour point di bawah 33oC panaskan sampel tanpa diaduk
sampai suhu 45oC di dalam bath yang suhunya 48oC dan dinginkan
sampai suhu 15oC di dalam bath yang berisi air yang suhunya 6oC
5. Lihat disk, gasket, dan di dalam jacket apakah bersih dan kering.
Tempatkan disk di bawah jacket, tempatkan gasket di sekitar test jar
sekitar 25mm dari bawah. Masukan test jar dalam jacket. Jangan
pernah tempatkan jar langsung kedalam media pendingin.
81

6. Setelah sampel di dinginkan mulai hitung pour point dari sampel


ketika suhu sampel 9oC di atas perkiraan pour point dengan estimasi
kelipatan 3oC.
7. Jika sampel masih belum berhenti mengalir ketika temperatur
mencapai 27oC pindahkan test jar ke dalam bath yang lebih dingin
dengan mengikuti petunjuk dari persamaan sebagai berikut :
Specimen is at +27 C , pindahkanke 0 C bath

Specimen is at +9 C , pindahkan ke18 C bath

Specimen is at6 C , pindahkan ke33 C bath


Specimen is at 24 C , pindahkan ke51 C bath
Specimen is at42 C , pindahkan ke69 C bath ........................(3-13)
8. Setelah sampel pada test jar tidak mengalir lagi ketika dimiringkan.
Kemudian tahan test jar pada posisi horizontal selama 5s. Kemudian
catat dan amati secara hati-hati. Jika sampel dilihat masih bergerak
pindahkan test jar kedalam jacket dan ulangi tes untuk 3oC suhu yang
lebih rendah. Jika pada posisi horizontal selama 5s sampel tidak
mengalir lagi, amati dan catat suhu pada termometer.

3.2. Flow Measurement


Pengukuran aliran fluida sangat penting dan harus dilakukan karena kita
dapat mengetahui kuantitas fluida (liquid, gas, atau steam) yang mengalir pada
pipa. Kuantitas yang dimaksud antara lain : volume laju aliran (volume flow
rate), laju aliran massa (mass flow rate), kecepatan aliran (flow velocity). Jenis-
jenis metode flowmeter yang banyak digunakan antara lain.
- Differential Pressure
- Variable Area
- Positive Displacment
- Turbine
- Thermal
- Target
- Ultrasonic
- Magnetic
- Coriolis
- Vortex
82

Untuk pemasangan jenis-jenis flowmeter dapat dilakukan dengan dua


jenis metode pemasangan dari flowmeter yaitu inline dan insertion yang dapat
dilihat pada gambar 3.11. Pada model Inline pemasangan membutuhkan dua
buah connector untuk pipa bagian hulu (upstream) dan hilir (downstream),
sedangkan model insertion pemasangannya dilakukan dengan menyisipkan
sensor probe kedalam pipa, untuk metode insertion lebih fleksibel dan hemat,
bila dipasang pada line size yang lebih besar. Sedangkan pemasangan secara
inline garis tengah dari pipa harus sama dengan ukuran garis tengah flowmeter.
Pemasangan secara inline terdapat dua jenis metode penyambungan yang
banyak digunakan flanged dan wafer.

Gambar 3.11.
Metode Pemasangan Flowmeter 20)

Pada umumnya pemasangan flowmeter pada suatu titik, diharuskan pipa


pada kedua sisi flowmeter (upstream dan downstream) dipasang secara lurus
pada suatu jarak tertentu. Khusus untuk alat ukur aliran jenis pressure drop
meter kadang- kadang memerlukan straightening vane (gambar 3.12) untuk
aliran dengan distribusi kecepatan abnormal. Sumber utama adanya gangguan
pada profil kecepatan fluida dalam pipa adalah adanya dua elbow dan valve.
Straightening vane yang diletakkan diantara elbow dan element primer efektif
untuk menghilangkan putaran (swirls) pada aliran.
83

Gambar 3.12.
Straightening Vane 20)

Untuk pemilih jenis flowmeter yang sesuai, banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan yaitu fasa fluida (liquid, gas atau steam), kondisi aliran (clean,
dirty, viscous , abrasive, open channel, dll.), line size, dan flow rate. Faktor
yang juga penting juga antara lain sifat fisik fluida seperti densitas (specific
gravity), tekanan, temperatur, viscositas, and electronic conductivity.
Lebih dari itu, temperatur lingkungan, lokasi pemasangan (corrosive,
explosive, indoor atau outdoor), metode instalasi (insertion atau inline), dan
penempatan dari flowmeter juga perlu untuk dipertimbangkan, bersama dengan
faktor lain yang meliputi antara lain maksimum pressure drop yang
diijinkan, ketelitian (accuracy) yang diperlukan, repeatability serta biaya
(pengadaan dan pemeliharaan).

3.2.1. Differential Pressure


Prinsip kerja dari Differential Pressure Flowmeters (gambar 3.13)
didasarkan pada persamaan Bernoulli yang menguraikan hubungan antara
tekanan dan kecepatan pada suatu aliran fluida.
Alat ini melihat bahwa aliran ke dalam suatu penghalang aliran (yang
mempunyai lubang dengan diameter yang berbeda dengan diameter pipa),
sehingga menyebabkan perubahan kecepatan aliran (flow velocity) dan tekanan
(pressure) antara sisi upstream dan downstream dari penghalang. Dengan
mengukur perubahan tekanan tersebut, maka kecepatan aliran dapat dihitung.
84

Gambar 3.13.
Differential Pressure Flowmeters (DP Flowmeters) 20)

Kelebihan
- Biaya pengadaannya awal : rendah - sedang.
- Dapat digunakan di dalam cakupan luas (hampir semua phase fluida
dan kondisi aliran).
- Strukturnya kokoh dan sederhana.
Kekurangan
- Rugi tekanan (pressure drop) : sedang - tinggi

Untuk flowmeter differential pressure mempunyai primary element yang


tersedia dipasaran untuk DP flowmeters antara lain : orifice plates, venturi tube,
flow nozzle, pitot tube, anubar tubes, elbow taps, segmental wedge, V-cone dan
dall tube.

3.2.1.1. Orifice Plate


Orifice plate merupakan alat untuk mengukur kecepatan aliran fluida
dalam pipa. Untuk orifice plate ini, fluida yang digunakan adalah jenis cair dan
gas. Pada orifice plate ini piringan harus dalam bentuk tegak lurus pada sumbu
pipa. Piringan tersebut harus bersih dan diletakkan pada pipa yang lurus untuk
85

memastikan pola aliran normal dan tidak terganggu oleh fitting, kran atau
peralatan lain.
Prinsip dasar pengukuran orifice plate dari suatu penyempitan yang
menyebabkan timbulnya suatu perbedaan tekanan pada fluida yang mengalir.
Perubahan tekanan ini yang kemudian diukur dan kemudian di asosiasikan
dengan laju aliran. Pengukuran laju alir sangat penting untuk mengetahui berapa
kapasitas fluida yang di alirkan.
Secara umum, orifice mempunyai bentuk sebagai suatu plat yang
mempunyai lubang ditengahnya. Contoh bentuk orifice seperti gambar 3.14.

Gambar 3.14
Orifice Plate 20)
Orifice plate dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu :
1 Jenis Concentric Orifice
Pada jenis Concentric Orifice (gambar 3.15.) dipergunakan untuk semua
jenis fluida yang tidak mengandung partikel-partikel padat. Concentric dibuat
dengan mengebor port secara sentrik dalam bagian tengah. Tipe orifice ini lebih
popular karena konstruksinya yang lebih sederhana dan mudah dibuat.
Kelebihan
- Dapat digunakan pada berbagai ukuran pipa (range yang lebar).
- Ketelitian (accuracy) baik, jika plate dipasang dengan baik.
- Harga relatif murah.
Kekurangan
- Rugi tekanan (pressure drop) relatif tinggi.
- Tidak dapat digunakan untuk mengukur laju aliran slurry, karena
cenderung terjadi penyumbatan.
86

Gambar 3.15.
Concentric Orifice 20)

2 Jenis Eccentric Orifice


Eccentric Orifice (gambar 3.16.) memiliki potongan lubang pembatas
secara eccentric sehingga mencapai bagian dasar pipa. Pada jenis eccentric
orifice ini dipergunakan untuk fluida yang mengandung partikel-partikel padat.
Tipe orifice ini sangat bermanfaat untuk pengukuran cairan yang telah memiliki
padatan. Bila padatan tidak berkumpul pada orifice, maka sisi orifice tidak akan
mengalami kerusakan atau error dalam pengukurannya.

Gambar 3.16.
Eccentric Orifice 20)

3 Jenis Segmental Orifice


Pada jenis segmental orifice (gambar 3.17.) ini dipergunakan untuk
mengukur laju aliran yang mengandung padatan, sama seperti jenis eccentric
orifice hanya saja kalau jenis eccentric berbentuk lingkaran yang berada di bawah
atau dekat dasar pipa, sedangkan kalau jenis segmental ini berlubang setengah
lingkaran.
87

Gambar 3.17.
Segmental Orifice 20)
3.2.1.2. Venture Tube
Bentuk dari venture tube dapat dilihat pada gambar 3.18. Perubahan di
(dalam) area/luas penampang menyebabkan perubahan kecepatan dan tekanan
dari aliran (flow).

Gambar 3.18.
Venturi Tubes 20)

Secara umum kelebihan dan kekurangan dari penggunaan venturi t ube,


adalah sebagai berikut.
Kelebihan
- Rugi tekanan (pressure loss) permanan relatif rendah dari pada orifice
atau flow nozzle.
- Dapat digunakan untuk mengukur cairan yang mengandung endapan
atau padatan (solids).
Kekurangan
88

- Tidak tersedia pada ukuran pipa dibawah 6 inches


- Harga relatif mahal.

3.2.1.3. Flow Nozzle


flow nozzle (gambar 3.19.) alat ini terdiri dari bagian yang berbentuk
lonceng dengan profile ellips diikuti dengan leher silindris dan diletakkan di
dalam pipa untuk merubah bidang aliran sehingga menghasilkan penurunan
tekanan (pressure drop) untuk digunakan menghitung flow velocity.

Gambar 3.19.
Flow Nozzles 20)

Kelebihan
- Pressure loss lebih rendah dibandingkan orifice plate.
- Dapat digunakan untuk fluida yang mengandung padatan (solids).
Kekurangan
- Terbatas pada ukuran pipa di bawah 6 inches.
- Harga lebih tinggi dibanding dengan orifice.

3.2.1.4. Pitot Tubes


Sebuah probe dengan open tip atau pitot tube (gambar 3.20.)
dimasukkan ke dalam suatu bidang aliran (flow), dimana tip tersebut sebagai titik
stationar (zero velocity) dari flow. Tekanannya dibandingkan dengan tekanan
statis dan digunakan untuk mengkalkulasi kecepatan aliran (flow velocity) pitot
tabung dapat mengukur flow velocity pada titik pengukuran.
89

(a) Pitot Tube b) Averaging Pitot Tube

Gambar 3.20.
Pitot Tube dan Averaging Pitot Tube 20)

Pitot tube jarang digunakan pada process stream tetapi umumnya


digunakan pada utilities streams dimana ketelitian (accuracy) yang tinggi
tidaklah diperlukan.
Kelebihan
- Tidak ada pressure loss.
Kekurangan
- Akurasi kurang.
- Tidak direkomendasikan untuk fluida yang kotor dan lengket.
- Sensitif pada gangguan pada hulu (upstream)

3.2.1.5. Annubar Tubes


Karakteristik annubar element (gambar 3.21.) hampir sama dengan
pitot tube, namun akurasi yang dihasilkan lebih baik dari pitot tube.

Gambar 3.21.
Annubar Tube 20)
90

Kelebihan
- Pressure drop dapat diabaikan.
- Dapat dipasang untuk servis dengan tekanan rendah.
Kekurangan
- Tidak dapat diaplikasikan untuk fluida yang kotor dan lengket.

3.2.1.6. Elbow Taps


Ketika suatu aliran cairan melalui sebuah elbow, maka gaya sentrifugal
menyebabkan perbedaan tekanan antara sisi sebelah luar dan sisi sebelah dalam
dari elbow itu. Perbedaan tekanan ini digunakan untuk menghitung kecepatan
aliran (flow velocity).
Kekurangan alat ukur ini adalah perbedaan tekanan yang dihasilkan oleh
suatu elbow flowmeter adalah lebih kecil dibanding dengan DP flowmeter
lainnya, namun kelebihan elbow flowmeter mempunyai lebih sedikit penghalang
pada aliran fluida. Elbow Taps dapat dilihat pada gambar 3.22.

Gambar 3.22.
Elbow Flowmeter 20)
Elbow taps flowmeter pada gambar 3.22. di atas sangat jarang
digunakan, namun aplikasi alat ukur ini akan bermanfaat bilamana pengukuran
flow diperlukan di dalam suatu instalasi yang sudah ada (existing), dimana biaya
yang tersedia rendah dan ketelitian yang baik tidak diutamakan.

3.2.1.7. Segmental Wedge


Perubahan segmen (wedge-shaped) pada area / luas penampang dari
aliran fluida menciptakan pressure drops yang digunakan untuk mengkalkulasi
kecepatan aliran fluida. Segmental Wedge dapat dilihat pada gambar 3.23.
91

Gambar 3.23.
Segmen Wedge 20)

3.2.1.8. V-Cone
Suatu kerucut atau V-cone (gambar 3.24.) sebagai elemen penghalang
yang bertindak memodifikasi penampang dari aliran fluida dan ditempatkan di
pusat dari pipa untuk menghasilkan perbedaan tekanan yang digunakan untuk
menghitung kecepatan fluida.

Gambar 3.24.
V-Cone 20)

3.2.1.9. Dall Tube


Suatu kombinasi dari venture tube dan orifice plate. Alat ini umumnya
digunakan untuk aplikasi dengan laju aliran yang besar.
92

Gambar 3.25.
Dall Tube 20)

3.2.2. Rotameters
Prinsip kerja dari rotameter (variable area meters) didasarkan pada
pelampung (float) yang berfungsi sebagai penghalang aliran, pelampung tersebut
akan melayang dalam suatu tabung yang mempunyai luas penampang tidak
konstan. Luas penampang tabung berubah tergantung ketinggiannya (semakin
tinggi semakin besar). Rotameter mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut.
Kelebihan
- Biaya pengadaannya awal : rendah
- Rangebility baik.
- Pressure drop rendah (hampir konstan)

Kekurangan
- Untuk jenis glass tube mudah mengalami kerusakan (pecah).
- Tidak baik untuk laju aliran (flow rate) rendah
- Tidak baik untuk servis fluida yang fluktuasi.
- Harus dipasang secara vertical.
- Beberapa variable area meter tidak bisa digunakan di dalam lingkungan
gaya berat yang rendah.
- Secara umum dibatasi pada ukuran pipa kecil (kecuali jika bypass
rotameter digunakan).
Jenis-jenis rotameter atau variable meters antara lain Rotameters
(gambar 3.26.), Movable Vane Meter (gambar 3.27.), dan Weir, Flume (gambar
3.28.)
93

Gambar 3.26.
Rotameters 20)

Gambar 3.27.
Movable Vane Meter 20)

Gambar 3.28.
Weir, Flume 20)
3.2.3. Positive Displacement Flowmeters
Postive displacement flowmeters (PD meters), bekerja berdasarkan
pengukuran volume dari fluida yang sedang mengalir dengan menghitung secara
berulang aliran fluida yang dipisahkan kedalam suatu volume yang diketahui
(chamber), selanjutnya dikeluarkan sebagai volume tetap yang diketahui.
94

Bentuk dasar dari PD meter adalah suatu chamber yang berfungsi memisahkan
atau menghalangi aliran fluida. Di dalam chamber tersebut terdapat sebuah alat
mekanik yaitu rotating/reciprocating unit yang ditempatkan untuk menciptakan
paket volume tetap dari fluida yang sedang mengalir. Oleh karena itu, volume
dari fluida yang melewati chamber dapat diketahui dengan menghitung jumlah
discreate parcels yang lewat atau setara dengan jumlah putaran dari rotating /
reciprocating. Dengan demikian volume flow rate dapat dihitung dari laju
perputaran alat rotating/reciprocating.
Akurasinya ditentukan oleh kemampuan capillary seal untuk
memisahkan fluida yang masuk kedalam chamber dalam bentuk discreate
parcels. Dalam upaya memastikan PD meter berfungsi dengan baik dan
mencapai tingkat akurasi (design), maka didalam implementasinya PD meter
dilengkapi dengan filter yang berfungsi memisahkan partikel (dengan ukuran
>100 m) dan gelembung gas (bubbles) dari aliran fluida. Walaupun flowmeter
jenis ini sudah digunakan secara luas di dalam industri, namun potensi sebagai
penyebab pressure drop perlu dipertimbangkan pada semua aplikasi. postive
displacement flowmeters (PD meters) mempunyai kelebihan dan kekurangan
antara lain.
Kelebihan
Biaya pengadaannya awal : rendah - sedang
Dapat digunakan di dalam aliran viscous.
Rangeability yang tinggi
Output pembacaan linear.
Akurasi sangat bagus.
Kekurangan :
Biaya pemeliharaan relatif tinggi
Pressure drop relatif tinggi
Tidak sesuai untuk laju alir rendah
Sangat peka pada kerusakan akibat gas, fluida dengan padatan (slugs) dan
fluida yang kotor.
Gas (bubbles) didalam fluida signifikan menurunkan akurasi.
95

Beberapa jenis positive displacement flowmeter yang tersedia dan


digunakan secara luas di dalam industri proses, antara lain ; nutating disc
(gambar 3.29.), rotating valve (gambar 3.30.), oscillating piston (gambar
3.31), receiprocating piston(gambar 3.32.), rotating vane (gambar 3.33.),
roots (rotating lobe) (gambar 3.35.), birotor (gambar 3.35.), dan rotating
impeller (gambar 3.36.), dan. Perbedaan penamaan hanya didasarkan pada
bentuk alat mekanis di dalam chamber, namun prinsip kerja untuk
pengukuran volumetric flow adalah sama.

Gambar 3.29.
Nutating Disc 20)

Gambar 3.30.
Rotating Valve 20)
96

Gambar 3.31.
Oscillating Piston 20)

Gambar 3.32.
Reciprocating Piston 20)
Gambar 3.33.
Rotating Vane 20)

Gambar 3.34.
Rotating Lobe 20)

Gambar 3.35.
Birotor 20)
Gambar 3.36.
Rotating Impeller 20)

3.2.4. Magnetic Meters


Magnetic flowmeter (mag flowmeter) yang dapat dilihat pada gambar 3.38.
adalah suatu volumetric flow meter yang tidak mempunyai bagian yang bergerak
(moving part) dan ideal untuk aplikasi air limbah (wastewater) atau cairan kotor
yang konduktif listrik. Secara umum magnetic flowmeter tidak berfungsi pada fluida
hidrokarbon dan air suling (distilled water), namun ideal untuk mengukur aliran
fluida seperti slurry dan material korosif. Flowmeter jenis ini sangat ideal untuk
aplikasi dimana disyaratkan pressure drop rendah dan maintenance yang rendah.
Prinsip kerja flowmeter Magnetic flowmeter (mag flowmeter) dapat dilihat pada
gambar 3.37. didasarkan pada hukum induksi elektromagnetik (Faradays Low),
yaitu bila suatu fluida konduktif elektrik melewati pipa tranducer, maka fluida akan
bekerja sebagai konduktor yang bergerak memotong medan magnet yang
dibangkitkan oleh kumparan magnetic dari transducer, sehingga timbul tengangan
listrik induksi. Hubungan ini dinyatakan pada persamaan dibawah ini.
e = B . l . v................................................................................................(3-14)
Dimana :
e = tegangan listrik induksi
B = rapat fluksi medan magnet
l = panjang konduktor (diameter dalam pipa)
v = kecepatan konduktor (laju aliran)

(a) inline model

(b) insertion model

Gambar 3.37.
Prinsip kerja dari Magnetic Flowmeter 20)

Pada gambar 3.37. di atas, memperlihatkan dua bentuk mag flowmeter yaitu :
Inline model : menempatkan electric coil di sekeliling pipa dan
disediakan sepasang elektroda berseberangan pada dinding pipa.
Insertion model : menyisipkan electric coil ke dalam pipa yang akan
diukur flow-nya dan disediakan sepasang elektroda di ujung dari flowmeter.
Gambar 3.38.
Magnetic Flowmeter 20)

Magnetic flowmeter (mag flowmeter) mempunyai kelebihan dan kekurangan antara


lain.
Kelebihan
- Pressure drop minimum, oleh karena penghalang yang minimum pada lintasan
flow.
- Biaya maintenance rendah sebab tidak ada moving parts.
- Linearitas yang tinggi.
- Dapat digunakan untuk mengukur fluida yang korosif dan slurry.
- Pengukuran tidak dipengaruhi oleh viscositas, densitas, temperatur dan tekanan.
- Dapat mengukur aliran fluida jenis turbulent atau laminar.
Kekurangan
- Dalam banyak kasus, persyaratan electrical conductivity dari fluida yang
ditetapkan pabrik (0.1 20 micromhos).
- Zero drifting pada kondisi tidak ada aliran atau problem low flow ini pada
desain baru ditingkatkan dengan memotong (cut-off) low flow.

3.2.5. Turbine Meters


Teori dasar pada turbine meters adalah relatif sederhana, yaitu aliran fluida
melalui flowmeter berbenturan dengan turbine blade yang bebas berputar pada
suatu poros sepanjang garis pusat dari turbin housing. Kecepatan sudut (angular
velocity) dari turbine rotor adalah berbanding lurus dengan laju aliran (fluid
velocity) yang melalui turbine. Keluaran dari flowmeter diukur oleh electrical
pickup yang dipasang pada meter body. Frekwensi keluaran dari electric pickup
adalah sebanding dengan laju aliran (flow rate). Accuracy dan rangeability dari alat
ukur turbine meter tersebut sangat baik. Rangeability bervariasi dari 100 : 1 s/d
200 : 1. Accuracy sekitar s/d %. Turbine Meters dapat dilihat pada gambar
3.39.

Gambar 3.39.
Turbine Flowmeters 20)

Untuk parameter turbine meter, terminologi yang secara luas digunakan


dalam aplikasi turbine meter, yaitu :
Accuracy
Akuran ketelitian atau ketepatan alat ukur dalam memberikan hasil bacaan. Besaran
ini menunjukkan banyaknya penyimpangan yang terjadi pada sebuah alat ukur, atau
system pengukuran.
Repeatability
Kemampuan suatu unit instrument atau alat ukur untuk mendapatkan hasil baca
yang sama pada beberapa kali pengukuran proses variable yang sama.
Rangebility
Perbandingan antara flow maksimum dan flow minimum yang dapat
dikendalikan.

Turbine meters mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.


Kelebihan
- Biaya pengadaannya awal : sedang
- Akurasi baik, handal dan proven technology
- Repeatability yang sempurna
- Pressure drop rendah

Kekurangan
- Hanya untuk aplikasi fluida yang bersih
- Pada nonlubrication fluids kadang-kadang menimbulkan masalah.
- Dibutuhkan pipa straight runs (15 x D) pada upstream turbine meter.
- Direkomendasikan menggunakan strainer.

3.2.6. Coriolis Flowmeters


Coriolis flowmeter dapat dilihat pada gambar 3.41 (diambil dari nama ahli
matematika France, Gustave- Gaspard Coriolis, 1835) adalah teknologi flowmeter
yang relatif baru dibandingkan dengan teknologi flowmeter yang lain, dan
digunakan untuk mengukur aliran massa (mass flow) secara langsung dengan
accuracy dan rangeability yang tinggi. Teknologi ini dikembangkan dan
diaplikasikan pada industri pada awal tahun 1980. Prinsip kerja dari Coriolis
flowmeters dapat dilihat pada gambar 3.40. menyatakan bahwa jika sebuah partikel
di dalam suatu gerak berputar mendekati atau menjauhi pusat perputaran, maka
partikel menghasilkan gaya internal yang bekerja pada partikel itu.
Gambar 3.40.
Prinsip Kerja Coriolis Flowmeters 20)

Coriolis mass flowmeter yang dapat dilihat pada gambar 3.41. menciptakan
suatu gerak berputar dengan menggetarkan suatu tabung yang membawa fluida, dan
gaya internal yang dihasilkan adalah sebanding dengan mass flowrate. Coriolis
meter tersedia dalam beberapa desain yang berbeda, konfigurasi yang populer terdiri
dari satu atau dua U-shaped, horseshoe-shaped atau tennis-racket-shaped
(umumnya adalah U-shaped) yaitu pipa (tube) untuk aliran dengan inlet pada satu
sisi dan outlet pada sisi yang lain dan dihubungkan dengan kotak untuk koneksi ke
unit elektronik.

(a) Tipe U-Shaped (b) Tipe Horseshoe-shaped (c) Tipe Tennisracket-haped

Gambar 3.41.
Coriolis Flowmeter 20)

Coriolis mass flowmeter mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.


Kelebihan
- Akurasi : tinggi.
- Dapat digunakan secara luas pada berbagai kondisi aliran fluida.
- Mampu mengukur aliran fluida panas (molten sulphur, liquid toffee) dan
aliran fluida dingin (cryogenic helium, liquid nitrogen).
- Pressure drop : rendah.
- Sesuai untuk bi-directional flow

Kekurangan
- Biaya pengadaan awal : tinggi
- Kemungkinan penyumbatan (clogging) terjadi dan sukar dibersihkan
- Ukuran secara keseluruhan besar (dibanding dengan flowmeter lain)
- Ukuran line size yang tersedia terbatas.

3.2.7.Target Flowmeters
Target flowmeters yang dapat dlihat pada gambar 3.43. yang juga dikenal
sebagai drag force flowmeters, mempunyai prinsip kerja bisa dilihat pada gambar
3.42. dengan menyisipkan suatu target (drag element yang umumnya adalah flat
disc atau sphere dengan suatu tangkai) ke dalam bidang aliran (flow).
Flowmeter kemudian mengukur gaya tarik (drag force) pada target yang
disisipkan kemudian menkonversinya kedalam kecepatan aliran (flow velocity).

Gambar 3.42.
Prinsip Kerja Target Flowmeters 20)
Kunci utama dari target flowmeter ini adalah pengukuran dari drag force.
Drag force (Fd ) yang diberikan oleh persamaan incompressible flow sebagai berikut
:

............................................................................................(3-15)
Dimana :
V = flow velocity
= density dari fluida
A = Luas area dari target
Cd = Drag coefficient
Drag coefficient ditentukan secara eksperimen, didasarkan pada kondisi
flow dan bentuk geometri dari drag element.

Gambar 3.43.
Target Flowmeters 20)

Target flowmeter mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.


Kelebihan
- Biaya pengadaannya awal : rendah
- Dapat digunakan pada aliran fluida yang abrasive, terkontaminasi atau
korosif.
Kekurangan
- Pressure drop tidak dapat diabaikan sehubungan dengan drag element dan
tangkai.

3.2.8. Thermal Flowmeters


Thermal mass flowmeter bisa dilihat pada gambar 3.45. mempunyai prinsip kerja
yang bisa dilihat pada gambar 3.44. yang didasarkan pada pengukuran panas yang
diserap dari sensor akibat dialiri fluida. Jumlah panas yang diserap menentukan laju
aliran massa (mass flow rate) . Flowmeter ini mempunyai dua buah sensor, salah
satu dari sensor adalah sensor flow terbuat dari heated wire atau film (self heated).
Bentuk umum sensor ini adalah platinum/tungsten RTD (Resistance Temperature
Detector). Sensor kedua adalah RTD yang digunakan untuk mengukur temperatur
aliran gas (temperature reference). Keduanya dikenal sebagai sensing element dan
dipasang didalam sebuah probe sebagai flowmeter (insertion style) atau flowmeter
(inline style).

Gambar 3.44.
Prinsip kerja Thermal Mass Flowmeter 20)

Ketika aliran gas melewati hot wire (flow sensor) maka molekul gas
menyerap atau membawa panas dari permukaan sensor tersebut, sehingga
sensor menjadi dingin akibat kehilangan energi. Selanjutnya sensor mengaktifkan
rangkaian elektronik untuk mengisi energi yang hilang dengan cara memanaskan
flow sensor hingga perbedaan temperatur yang tetap diatas reference sensor. Daya
listrik yang diperlukan untuk mempertahankan perbedaan temperatur yang tetap
adalah berbanding lurus dengan mass flowrate dan selanjutnya dikeluarkan sebagai
output signal yang linier dari flowmeter.

Gambar 3.45.
Thermal Mass Flowmeter 20)

Thermal mass flowmeter mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.


Kelebihan
- Biaya pengadaannya awal : sedang
- Pressure drop : rendah

Kekurangan
- Biaya maintenance tinggi
- Hanya untuk gas bersih.

3.2.9. Ultrasonic Flowmeters


Pengukuran laju aliran (flow rate) dengan metode ini melibatkan elemen
pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) untuk frekuensi akustik. Pada
elemen pengirim, transducer berfungsi mengubah tegangan listrik frekuensi tinggi
menjadi getaran kristal (akustik). Sedangakan pada elemen penerima, transducer
mengubah getaran kristal (akustik) menjadi sinyal listrik. Oleh karena daerah kerja
frekuensi dari pengirim dan penerima di atas 20 KHz (misalnya 10 MHz), maka
disebut ultrasonic. Secara umum metode ultrasonic dibedakan atas :
Model Transit time : berdasarkan waktu lintas gelombang ultrasonic dari
pengirim (transmitter) ke penerima (receiver).
Model Doppler : berdarkan frekuensi pelayangan Doppler.
Ultrasonic flowmeter dapat digolongkan ke dalam dua jenis didasarkan
pada metode instalasi, yaitu :
Clamped-on : instalasinya ditempatkan di luar pipa.
Inline : Instalasinya ditempatkan bersatu dengan pipa menggunakan
flanges.

3.2.9.1. Transit Time Ultrasonic Flowmeter


Transit time ultrasonic flowmeter terdiri dari satu pasang transducers
(masing-masing sebagai transmitter dan receiver), ditempatkan pada dinding pipa
(satu set pada upstream dan satu set pada downstream). Waktu yang digunakan
gelombang akustik untuk melintas dari transducer (upstream) ke transducer
(downstream) adalah td lebih pendek dibanding waktu yang digunakan untuk
melintas dari downstream ke upstream tu.

Gambar 3.46.
Transit Time Ultrasonic Flowmeter 20)

Transit time ultrasonic flowmeter mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.
Kelebihan
Tidak ada penghalang di lintasan aliran, sehingga tidak ada pressure drop.
Tidak ada part bergerak (moving parts), sehingga maintenance cost rendah.
Model multi-path mempunyai ketelitian lebih tinggi
Dapat digunakan untuk mengukur flow fluida yang korosif dan slurry.
Model portable tersedia untuk analisa dan diagnosa di lapangan.
Kekurangan
Biaya pengadaan awal tinggi
Model single path (one-beam) tidak sesuai untuk pengukuran
kecepatan aliran (flow velocity) yang bervariasi di atas range Reynolds
numbers.

3.2.9.2. Doppler Ultrasonic Flowmeters


Flowmeter ini mempunyai prinsip kerja yang dapat dilihat pada gambar
3.47. dengan efek Doppler yang menghubungkan frekuensi pelayangan
gelombang akustik dengan kecepatan aliran.

Gambar 3.47.
Prinsip Kerja Doppler Ultrasonic Flowmeters 20)
Gambar 3.48.
Doppler Ultrasonic Flowmeters 20)

Doppler ultrasonic flowmeters (lihat gambar 3.48.) mempunyai kelebihan dan


kekurangan antara lain.
Kelebihan
Tidak ada penghalang di lintasan aliran, sehingga tidak ada pressure
drop.
Tidak ada part bergerak (moving parts), sehingga maintenance cost
rendah.
Dapat digunakan untuk mengukur flow fluida yang korosif dan slurry.
Model portable tersedia untuk analisa dan diagnosa di lapangan.
Kekurangan
Biaya pengadaan awal : tinggi

3.2.10. Vortex Flowmeters


Vortex flowmeter (lihat gambar 4.50.) ini dikenal juga sebagai vortex shedding
flowmeters atau oscillatory flowmeters, prinsip kerja dari vortex flowmeter bisa
dilihat pada gambar 4.49. didasarkan pada pengukuran getaran (vibration) pada
downstream pusaran (vortex) yang disebabkan oleh penghalang yang ditempatkan
pada aliran fluida. Frekwensi getaran dari vortex dapat dihubungkan dengan laju
aliran fluida bisa dilihat pada persamaan sebagai berikut :

Gambar 3.49.
Prinsip Kerja Vortex Flowmeters 20)

..........................................................................(3-16)

Dimana :
Q = Volume flowrate
fv = frequency of vortex shedding
D = diameter of the pipe
S = strouhal number
K = K factor

K factor pada umumnya diperkenalkan untuk mengganti kerugian untuk profil yang
tidak seragam dari pipa. S strouhal number ditentukan secara eksperimen Persamaan
di (3-16) mengasumsikan keadaan mantap (steady state) dari aliran pada upstream
lihat tabel III-9. Gangguan pada upstream akan mempengaruhi frekuensi dari
vortex sehingga mengakibatkan kesalahan pengukuran.
Tabel III-9
S Strouhal Number secara Eksperimen 20)
Gambar 3.50.
Vortex Flowmeters 20)

Vortex flowmeters mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.


Kelebihan
Biaya pengadaan awal : rendah ~ sedang.
Tidak dibutuhkan maintenance bila digunakan pada aliran fluida yang
bersih.
Kekurangan
Pressure drop : rendah ~ sedang

3.3. Level Measurement


Pengukuran level fluida umumnya digunakan untuk mengindikasikan,
merekam, dam mengontrol level cairan. Ada beberapa metode untuk mengukur level
fluida antara lain : tipe displacement, tipe differential pressure, tipe capacitance, tipe
ultrasonic, dan tipe radiation
Untuk pemilihan metode pengukuran level yang sesuai aplikasi, biasanya
lebih sulit karena kondisi dari media yang diukur kadang-kadang mempunyai banyak
efek yang kurang baik pada alat ukur, sehingga data kondisi operasi harus diketahui
lebih banyak didalam pemilihan alat ukur level. Kondisi operasi yang harus diketahui
antara lain.
1. Level range
2. Karakteristik fluida
Temperatur
Pressure
Specific gravity
Apakah fluida bersih atau kotor, mengandung vapors atau solids,
dll.
3. Efek korosif.
4. Apakah fluida mempunyai kecenderungan efek coat atau menempel pada
dinding vessel atau measuring device.
5. Apakah fluida tersebut turbulent disekitar area pengukuran.
Secara normal tidak ada kesulitan berarti didalam mengukur level fluida
bersih dan nonviscous, namun untuk material slurry atau material dengan viscous
yang berat dan solid banyak menimbulkan masalah.

3.3.1. Tipe Displacement


Tipe Displacment (lihat gambar 3.51.) mempunyai prinsip kerja alat yaitu
jika sebuah pelampung diapungkan pada permukaan fluida, maka pelampung akan
naik dan turun mengikuti gerakan dari permukaan fluida yang bersangkutan.
Selanjutnya dengan suatu mekanisme, pergerakan pelampung ini dapat ditranslasikan
kedalam alat ukur displacer level berdasarkan prinsip Archimedes.

Gambar 3.51
Displacement Level Measurement 20)
Displacement atau buoyancy method yamg dapat dilihat pada gambar 3.51.,
adalah metode pengukuran tinggi permukaan fluida yang paling banyak digunakan
sejak beberapa tahun yang lalu. Metode ini masih tetap popular untuk fluida yang
bersih, namun banyak proses yang mengandung slurry yang cenderung
mengakibatkan coat pada alat ukur jenis tersebut. Sehingga diperlukan metode lain
yang dapat mengukur dengan lebih baik.
Peralatan Displacement device dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok
yaitu external installation dan internal installation yang dapat dilihat pada gambar
3.52.

(a) Pemasangan External (b) Pemasangan Internal

Gambar 3.52.
Level Device - Displacement type 20)

Tipe displacement mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.


Kelebihan
- Akurasinya tinggi
- Handal pada liquid yang bersih.
- Metode terbukti (proven)
- Dapat dipasang secara internal atau secara eksternal.
- Pemasangan secara external pada unit dapat di blok dengan valve untuk
maintenance.
- Dapat digunakan untuk mengukur liquid interface.

Kekurangan
- Range terbatas (level > 48 inches sukar untuk ditangani).
- Biaya meningkat untuk unit eksternal sehubungan dengan pressure rating
meningkat.
- External units kemungkinan memerlukan pemanas (heating) untuk
menghindari pembekuan (freezing).
- External units kemungkinan menghasilkan kesalahan disebabkan
perbedaan temperatur antara fluida didalam vessel dengan fluida di dalam
level chamber.

3.3.2. Tipe Differential Pressure


Pengukuran level jenis differential pressure (DP) mempunyai prinsip kerja
berdasarkan hydrostatic head. Prinsip ini mengatakan bahwa pada setiap titik di
dalam fluida yang diam (static), gaya yang bekerja padanya adalah sama untuk
semua arah dan tidak tergantung pada volume fluida maupun bentuk ruang atau
tempat dimana fluida berada, tetapi hanya bergantung pada tinggi kolom fluida di
atas titik yang bersangkutan. Oleh karena itu hydrostatic head sering dinyatakan
dalam satuan tekanan.

Gambar 3.53.
Differential Pressure Level Measurement 20)

Hydrostatic head dapat dinyatakan dalam betuk persamaan sebagai berikut.


P = . g . h...........................................................................................................(3-17)

Dimana :
P = tekanan hydrostatic head
= densitas fluida
g = gravity acceleration constant (9.81 m/s2 or 32.2 ft/s2)
h = level fluid

Aplikasi pengukuran level dengan menggunakan metode perbedaan tekanan


atau tekanan hidrostatik telah mengalami kemajuan yang signifikan beberapa tahun
lalu. Peralatan D/P ini memungkinkan untuk mengukur level dengan range yang
lebar pada services yang bersih, korosif, slurry dan high viscous.
Hampir semua jenis peralatan D/P dapat digunakan untuk mengukur level
jika peralatan tersebut tersedia dalam range yang diperlukan untul level yang
dimaksud. Pada umumnya range D/P untuk level adalah sekitar (10 - 150) inches
H20. Peralatan D/P dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu sealed dan
nonsealed system.

3.3.2.1. Nonsealed System


Peralatan differential pressure (D/P cell transmitter) seperti pada gambar
3.54. biasanya digunakan untuk mengukur flow, namun dapat juga digunakan untuk
mengukur level. Peralatan D/P ini dalam aplikasinya digunakan secara kontak
langsung dengan fluida dan dapat dibersihkan dengan gas atau liquid yang sesuai.
(a) D/P cell Transmitter (b) D/P Cell untuk aplikasi pengkuran Level

Gambar 3.54.
DP cell Nonsealed System 20)

Kelebihan
- Akurasi baik
- Dapat digunakakan pada range level yang lebar.
- Tersedia didalam banyak material konstruksi.
- Dapat dibersihkan (dipurge) untuk penggunaan service yang korosif dan
slurry.
- Biaya pengadaan awal : sedang (moderat).
- Dapat diisolasi dan zero ditempat.

Kekurangan
- Kesalahan (error) disebabkan oleh densitas yang bervariasi.
- Lead line / impuls line (low pressure) tidak dibutuhkan pada aplikasi
atmospheric.
- Pemanasan (heating) pada lead line / impuls line kadang-kadang dibutuhkan.
- Problem operasi dan maintenance sering terjadi disebabkan kegagalan
purged lines.
- Pembersihan material sering dilakukan pada servis proses yang sulit.

3.3.2.2. Sealed System


Untuk memenuhi persyaratan aplikasi pengukuran level yang sulit
misalnya pada material seperti slurry dan high viscous, sealed system sering
memberikan solusi yang sesuai untuk pengukuran level tersebut. Gambar 3.55.
memperlihatkan D/P cell jenis sealed system, di mana measuring element terisolasi
dari cairan proses (process liquid).

(a) D/P Cell Transmitter (b) D/P Cell untuk level

Gambar 3.55.
DP cell Sealed System 20)

Kelebihan
- Purge tidak diperlukan
- Baik untuk slurry dan material yang korosif.
- Range pengukuran : lebar.
- Akurasi : sedang ~ tinggi
- Dapat digunakan untuk vessel yang terbuka atau tertutup.
- Baik untuk temperatur relatif tinggi.
- Pemasangan mudah.

Kekurangan
- Unit tidak dapat dilepas untuk tujuan maintenance tanpa men- shutdown
peralatan (equipment).
- Density yang bervariasi menyebabkan error.
- Letak pemasangan harus dipertimbangkan sehubungan dengan pengaruh
pada kalibrasi.
- Perubahan temperatur ambient menyebabkan error pada jenis capillary
filled system.
3.3.3. Tipe Capacitance
Sebuah kapasitor terbentuk ketika elektroda sensor level dipasang didalam
sebuah vessel. Tangkai metal dari elektroda bertindak sebagai satu plate dari
kapasitor dan dinding tangki bertindak sebagai plate yang lain (untuk non metallic
vessel dibutuhkan reference elektroda sebagai plate yang lain dari kapasitor).

Gambar 3.56.
Capacitance Level Measurement 20)

Ketika level fluida naik, udara atau gas yang semula melingkupi elektroda
akan digantikan oleh material (fluida) yang mempunyai konstanta dielektik
(dielectric constant) yang berbeda, sehingga suatu perubahan didalam nilai kapasitor
terjadi sebab dielektrikum antara plat telah berubah. RF (Radio Frequerncy)
capacitance instrument mendeteksi perubahan tersebut dan mengkonversinya
kedalam suatu sinyal keluaran secara proporsional.
Hubungan kapasitansi digambarkan dengan persamaan sebagai berikut :

C = 0.225 K ( A / D )..................................................................................(3.18)
Dimana :
C = Capacitance (picoFarads)
K = Dielectric constant dari material
A = Area of plates (square inches)
D = Distance between the plates (inches)

Capacitance level measurements diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu


continuous measurement dan point measurement.
3.3.3.1. Continuous Measurement
Continuous measurement merupakan alat penguur level dari tipe capacitance
dimana pengukuran fluidanya dilakukan secara terus menerus. continuous
measurement dapat dilihat pada gambar 3.57.

Gambar 3.57.
Continuous Measurement 20)

Keuntungan
- Dapat digunakan untuk beberapa aplikasi di mana jenis yang lain tidaklah
mungkin digunakan.
- Biaya pemasangan awal : sedang
- Akurasi sedang
- Dapat digunakan pada aplikasi high temperature dan high pressure.
- Dapat digunakan untuk services polymer dan slurry.

Kekurangan
- Pada banyak kejadian, membutuhkan kalibrasi khusus.
- Terpengaruh oleh densitas bervariasi dari material yang diukur.
- Pembacaan error ketika terjadi lapisan (coating) pada probe
3.3.3.2. Point Measurement
Capacitance probe untuk point measurement pada saat ini telah menjadi
umum penggunaannya. Alat ukur ini sangat baik untuk mengukur level media
powder, solid dan slurry yang sulit diukur. Point measurement bisa dilihat pada
gambar 3.58.

Gambar 3.58.
Point Measurement 20)

Keuntungan
- Biaya pengadaan awal rendah
- Mudah untuk dipasang
- Tidak ada part yang bergerak.
- Bermanfaat untuk aplikasi material berisi powder, butiran, solid, slurry
dan material korosif (dimana banyak level device tidak bekerja dengan baik).
Kekurangan
- Akurasi dipengaruhi oleh karakteristik material.
- Coating pada probe menyusahkan pada beberapa design.

3.3.4. Tipe Ultrasonic


Ultrasonic trasmitter mempunyai prinsip kerja yang bisa dilihat pada
gambar 3.59. dengan memancarkan gelombang suara dari peizo electric transducer
kedalam vessel yang berisi material proses. Alat ini mengukur lama waktu yang
dibutuhkan gelombang suara yang dipantulkan kembali ke transducer. Pengukuran
yang baik tergantung pada pantulan gelombang suara dari material proses secara
garis lurus yang kembali ke transducer.
Ultrasonic level detectors (lihat gambar 3.60.) digunakan terutama untuk
point measurement. Alat ini sudah digunakan sejak tahun 1960, hampir sama seperti
capacitance probe, alat ini juga sering digunakan untuk mengukur level pada servis
dimana sering timbul permasalahan bila menggunakan metode pengukuran
tradisional.

Gambar 3.59.
Prinsip Kerja Ultrasonic Level Measurement 20)

Gambar 3.60.
Ultrasonic Level Type 20)

Ultrasonic level mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.


Keuntungan
- Tidak ada part yang bergerak (No moving parts), membutuhkan sedikit
maintenance.
- Teknologi Non-contact
- Mudah dipasang dan dikalibrasi
- Akurasi baik bilamana aplikasi sesuai.
- Dapat diaplikasikan pada pengukuran level material seperti powder,
fluida yang mengandung padatan serta slurry.
Kekurangan
- Tidak dapat beroperasi pada vakum dan tekanan tinggi.
- Range temperatur dan pressure terbatas.
- Harga relatif tinggi.
- Posisi sangat sensitif dibanding teknologi lain.

3.3.5. Tipe Radar


Teknologi radar untuk aplikasi pengukuran level yang ada dipasaran adalah
Frequency Modulated Continuous Wave (FMCW) atau Pulse Wave Time of Flight.
Sistem pulsed wave bekerja dengan memancarkan suatu gelombang mikro
(microwave) ke arah material proses, gelombang ini dipantulkan oleh permukaan dari
material proses dan dideteksi oleh sensor yang sama yang bertindak sebagai
penerima (receiver). Level ditentukan dari waktu tempuh dari sinyal gelombang
mikro dari transmitter ke receiver.
Sistem FMCW bekerja dengan memancarkan suatu signal frekuensi secara
terus menerus dan jarak ditentukan dari perbedaan frekuensi antara sinyal transmitter
dan receiver pada setiap titik pada waktunya.
Distance = C . (time of flight / 2)

Gambar 3.61.
Prinsip Kerja Radar Level Measurement 20)

Secara umum prinsip kerja dari radar level bisa dilihat pada gambar 3.61.
adalah sebagai berikut. Level dari cairan diukur dengan radar pulsa yang pendek
yang dipancarkan dari antena di bagian puncak tanki ke arah cairan. Setelah radar
pulsa dipantulkan oleh permukaan cairan, maka antena menerima pulsa tersebut.
Jarak dari meter gauge ke permukaan cairan (d) adalah sebanding dengan waktu
tempuh pulsa gelombang micro (t). Frekuensi yang digunakan radar adalah 5.8 GHZ
(6.3 GHZ di AS). Untuk lebih jelas radar level bisa dilihat pada gambar 3.62.
Gambar 3.62.
Radar Level Measurement 20)

Pengukuran level dengan radar mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.
Kelebihan
- Teknologi : Non-contact
- Akurasi : tinggi

Kekurangan
- Biaya pengadaan awal : tinggi
- Pressure rating : terbatas
- Tidak dapat mengukur interface

3.3.6. Tipe Radiation


Seperti beberapa metode pengkukuran level lainnya, jenis radioactive
(nucleonic) bisa dilihat pada gambar 3.63. digunakan juga sebagai continuous
measurement dan point measurement (lihat gambar 3.65.). Pada continuous
measurement (lihat gambar 3.64.) radiation level menyediakan persentase dari
penurunan transmisi sesuai level, dan untuk point measurement, level radiasi
menyediakan suatu fungsi switch on/off.
Radio isotop yang digunakan pada pengukuran level akan memancarkan
energi pada suatu tingkat rate yang konstan secara acak. Radiasi gamma adalah
sumber yang secara umum digunakan untuk nucleonic level gauging. Panjang
gelombang pendek dan energi yang tinggi dari radiasi gamma menembus dinding
vessel dan media proses. Sebuah detektor di sisi yang lain dari vessel mengukur
kekuatan bidang radiasi dan menyimpulkan level di dalam vessel.
Secara umum, radioactive level adalah metode pengukuran level yang mahal
dan perlu dipertimbangkan secara serius bilamana akan diimplementasikan. Bukan
hanya hardware yang mahal, tetapi kalibrasi dan testing juga membutuhkan
waktu yang lama serta biaya opearasi yang tinggi. Oleh karena alat ini sering
digunakan sebagai metode terakhir yang dipilih bila semua metode gagal digunakan
pada suatu aplikasi, maka biaya keseluruhan tetap dipertimbangkan secara ekonomis
dalam pemilihannya.

Gambar 3.63.
Radioactive (Nucleonic) Level Measurement 20)

Gambar 3. 64.
Nucleonic Continuous Level Measurement 20)
Gambar 3.65.
Nucleonic Point Level Measurement 20)

Pengukuran dengan Radioactive (Nucleonic) Level mempunyai kelebihan dan


kekurangan antara lain.
Kelebihan
- Tidak ada part yang bergerak (No moving parts), membutuhkan sedikit
maintenance.
- Instalasi eksternal sehingga mudah di-retrofit atau instalasi baru.
- Kehandalan (reliability) tinggi.

Kekurangan
- Biaya pengadaan awal : tinggi
- Memerlukan perijinan oleh agen pengatur.
- Berbahaya dan memerlukan penangan secara khusus.

3.4. Temperature Measurements


Temperatur adalah ukuran panas atau dingin suatu benda. Kulit manusia
mampu merasakan apakah suatu benda panas atau dingin, namun rasa panas atau
dingin tersebut relatif terhadap temperatur kulit itu sendiri (tidak dapat teramati
secara kuantitatif).
Temperatur adalah besaran relatif, tergantung pada acuan yang digunakan.
Berbagai besaran temperatur menggunakan suatu acuan sebagai harga dasarnya.
Beberapa sifat fisika benda yang digunakan sebagai acuan pengukuran temperatur
dicantumkan pada tabel III-10.

Tabel III-10
Acuan Pengukuran Temperatur dan Beberapa Sifat Fisika Benda 20)

Besaran temperatur tidak diukur secara langsung. Ukuran temperatur selalu


berdasarkan perubahan sifat fisik benda tertentu akibat pengaruh perubahan
temperatur. Berbagai perubah yang digunakan sebagai prinsip dasar suatu
termometer, antara lain :

1. Perubahan dimensi benda, misalnya :


a. Termometer cair dalam bulb (termometer air raksa), berdasarkan prinsip
perubahan volume cairan dalam bulb jika dihubungkan dengan medium
pada temperatur tertentu yang ingin diketahui.
b. Termometer bimetal, berdasarkan perbedaan koefisien ekspansi dua buah
plat logam yang direkatkan.
2. Perubahan tegangan listrik, berdasarkan perbedaan sifat termoelektrik dua
buah bahan, misalnya : thermocouple.
3. Perubahan tahanan listrik suatu benda, misalnya : RTD dan Thermistor.
4. Perubahan tekanan cairan dalam bulb, misalnya pressure termometer.
Jenis-jenis alat-alat ukur temperatur antara lain : Bimetal Thermometer,
Thermocouple, Resistanche Temperature Detector (RTD), Thermistor, dan
Pyrometer

3.4.1 Bimetal Thermometer


Termometer Bimetal (lihat gambar 3.67.) mempunyai prinsip kerja yang
dapat dilihat pada gambar 3.66. yaitu dengan menggunakan dua logam dengan
koefisien muai atau ekspansi berbeda yang dilekatkan menjadi satu. Logam yang
mempunyai koefisien ekspansi lebih besar akan mempunyai pertambahan dimensi
yang lebih besar dari logam lainnya akibat kenaikan temperatur. Sehingga
menyebabkan batang bimetal berdefleksi pada arah tertentu, penurunan temperatu
menyebabkab defleksi pada arah yang berlawanan. Simpangan batang digunakan
untuk menyatakan ukuran temperatu di sekitar batang bimetal.
Untuk mendapatkan sensitivitas yang lebih besar, maka dipilih bahan A
yang mempunyai koefisien ekspansi besar dan bahan B mempunyai koefisien
ekspansi kecil. Contoh : bahan bimetal terbuat dari paduan bahan invar (campuran
besi-nikel) yang mempunyai koefisien ekspansi kecil dengan bahan kuningan yang
mempunyai koefisien ekspansi besar.

Gambar 3.66
Prinsip Kerja dari Bimetal Thermometer 20)

Bimetal thermometer digunakan secara luas di dalam industri proses sebagai


indikator lokal dari temperatur proses. Skala pengukuran dapat dibuat dari (-100 -
1000)F. Skala pengukurannya adalah linier terhadap range dan range akurasinya
sekitar ~ 2 % atau lebih tinggi.

Gambar 3.67.
Bimetal Thermometer 20)

Termometer bimetal mempunyai kelebhan dan kekurangan antara lain.


Kelebihan
- Biaya pengadaan awal rendah
- Tidak mudah rusak.
- Mudah dipasang dan diperbaiki.
- Akurasi : cukup baik
- Range temperatur : cukup lebar
Kekurangan
- Terbatas pada pemasangan lokal
- Hanya sebagai indikator.
- Kalibrasi dapat berubah jika ditangani dengan kasar

3.4.2. Thermocouple
Pada tahun 1821 ahli fisika Germany, Estonian Thomas Johann
Seebeck menemukan bahwa suatu konduktor apapun (misalnya metal) akan
menghasilkan suatu tegangan (voltage) ketika diberikan gradien thermal. Peristiwa
ini dikenal sebagai efek Seebeck atau efek termoelektrik.
Thermocouple (lihat gambar 3.70.) adalah suatu sensor temperatur
termoelektris yang terdiri dari dua kawat logam yang berlainan (misalnya chromel
dan constantan) dengan penggabungannnya pada probe tip (measurement
junction) dan reference junction (temperatur yang diketahui). Perbedaan temperatur
antara probe tip dan reference junction dideteksi dengan mengukur perubahan
tegangan voltage (electromotive force, EMF) pada reference junction. Pembacaan
absolute temperatur kemudian bisa diperoleh dengan kombinasi informasi dari
temperatur acuan yang diketahui dengan perbedaan temperatur antara probe tip
dengan reference. Untuk lebih jelas rangkaian dari thermocouple dapat dilihat pada
gambar 3.68.

Gambar 3.68.
Rangkaian Thermocouple 20)

Beberapa jenis-jenis sambungan thermocouple yang umum digunakan


dapat dihat pada gambar 3.69.
Jenis Sambungan Thermocouple 20)

Secara komersial jenis thermocouple ditetapkan oleh ISA (Instrument


Society of America). Jenis E, J, K dan T adalah base-metal thermocouple dan dapat
digunakan untuk mengukur temperatur hingga 1000C (1832F). Jenis S, R dan B
adalah noble-metal thermocouples dan dapat digunakan untuk mengukur
temperatur hingga 2000C (3632F). Tabel III-11 merupakan spesifikasi dasar
dari thermocouple.

Tabel III-11
Spesifikasi Thermocouple 20)
Thermocuple mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.
Kelebihan
- Biaya pengadaan awal rendah
- Tidak ada bagian yang bergerak (No moving parts)
- Range pengukuran : lebar (0 ~ 5000oF)
- Response time singkat / pendek
- Repeatability : cukup baik
Kekurangan
- Hubungan temperatur dan tegangan tidak linear penuh
- Sensitivitas rendah, umumnya 50 V/C (28 V/F) atau lebih rendah
- (tegangan rendah rentan dengan noise).
- Accuracy pada umumnya tidak lebih baik dari pada 0.5 C (0.9F), tidak
cukup tinggi untuk beberapa aplikasi.
- Memerlukan suatu acuan temperatur yang dikenal, umumnya
temperatur air es 0C (32F). Modern thermocouple mengacu pada suatu
acuan yang dihasilkan secara elektris.

Gambar 3.70.
Thermocouple 20)

3.4.3. Resistance Temperature Detector (RTD)


Tahanan (resistance) dari suatu material metal akan berubah terhadap
perubahan temperaturnya. Hal ini merupakan suatu dasar metode deteksi
temperatur. Bahan yang digunakan untuk sensor ini dibagi menjadi dua macam
yaitu bahan konduktor (logam) dan bahan semikonduktor. Bahan konduktor
ditemukan terlebih dahulu dan disebut Resistance-Termometer sekarang disebut
Resistance Temperature Detector (RTD) bisa dilihat pada gambar 3.71. Jenis
semikonduktor muncul lebih akhir dan diberi nama thermistor.
Gambar 3.71.
Resistance Temperature Detector (RTD) 20)

Hubungan Resistance (R) dengan Temperatur (T) bisa dlihat pada gambar 3.72.
adalah sangat berperan didalam Resistance Temperature Detector (RTD). Hubungan
R-T dari beberapa bahan-bahan RTD digambarkan sebagai berikut dimana y-
axis adalah Resistance yang dinormalisir terhadap Resistance pada 0 C (32 F)
dan x- axis adalah temperatur.

Gambar 3.72.
Hubungan Resistance Temperature 20)

Secara komersial resistance RTD yang tersedia terbentang dari 10 ~ 25,000


. Lebih umum adalah 100, 200, dan 1000 untuk strain-free platinum probe (>
99.999%) dan 10 copper probe. Range temperatur dari material yang digunakan

untuk RTD seperti platinum, copper, nickel, BalcoTM (70% Ni-30% Fe) dan
tungsten dapat dilihat pada tabel III-12.

Tabel III-12
Range Temperatur dari RTD seperti Platinum, Copper, Nikel, Balco dan Tungsten 20)

Gambar 3.73.
Resistance Temperature Detector (RTD) 20)

Resistance Temperature Detector (RTD mempunyai kelebihan dan kekurangan


antara lain.
Kelebihan
- Stabil dan akurat.
- Linearity lebih baik dari pada thermocouples.
- Signal-to-noise ratio : tinggi
Kekurangan
- Biaya pengadaan awal : tinggi (lebih mahal)
- Self heating.
- Membutuhkan sumber arus listrik.
- Response time tidak cukup cepat untuk beberapa aplikasi.

3.4.4. Thermistor
Serupa dengan Resistance Temperature Detector (RTD), thermistor (Bulk
Semiconductor Sensor) menggunakan resistance untuk mendeteksi temperatur.
Bagaimanapun, tidak sama dengan RTD metal probe dimana resistance meningkat
dengan temperatur, thermistor menggunakan material ceramic semiconductor
dimana responya terbalik dengan temperatur. Contoh dari thermistor dapat dilihat
pada gambar 3.74.

Gambar 3.74.
Thermistor 20)

Thermistor adalah resistance thermometer, dimana hubungan antara


Resistance dan temperatur (lihat gambar 3.75.) adalah sangat nonlinear. Resistance
berubah secara negatif dan tajam dengan suatu perubahan positif didalam
temperatur, seperti ditunjukkan pada grafik di bawah.

Gambar 3.75
Kurva karakteristik dari tiga Temperatur Transducers 20)

Hubungan Resistance - Temperature pada Thermistor dapat didekatkan dalam


bentuk persamaan sebagai berikut.

...................................................................................................................(3-18)
Dimana :
T = temperatur (kelvin)
TRef = reference temperature, umumnya pada temperatur kamar (25C; 77F;
298.15oK)
R = Resistance dari thermistor ()
RRef = Resistance pada TRef
= Konstanta kalibrasi tergantung pada thermistor material, umumnya
(3,000~5,000) K
Sensor thermistor dapat mengukur temperatur dari 40 ~ 150 0.35C (-40
~ 302 0.63F). Bentuk dari thermistor probe dapat berbentuk bead, washer, disk
dan road seperti diperlihatkan pada gambar 3.33. Resistance operasi dari
thermistor adalah dalam range K Ohm, walaupun aktual resistance terbentang
dalam M Ohm hingga Ohm. Thermistor mempunyai kelebihan dan kekurangan
antara lain.
Kelebihan
- Akurasi tinggi 0.02 C (0.36F). Lebih baik dari pada RTD dan lebih baik
lagi dari pada thermocouples.
- Sensitivity tinggi 10x l ebih baik dari pada RTD dan lebih baik lagi dari
pada thermocouples. Sebagai hasilnya, kesalahan akibat kabel yang panjang
dan self-heating adalah tidak berarti.
- Response time lebih pendek dari RTD, hamper sama dengan thermocouple.
- Stabilitas dan repeatability cukup baik.
- Ukuran lebih kecil dibanding thermocouple
Kekurangan
- Range temperatur terbatas -100 ~ 150 C (-148 ~ 302 F).
- Hubungan Resistance - Temperature nonlinear, tidak sama dengan RTD
dimana mempunyai suatu hubungan yang sangat linier.

3.4.5. Pyrometer
Pyrometer (radiation thermometer) adalah non-contact instrument untuk
mendeteksi temperatur permukaan dari suatu obyek dengan mengukur radiasi
gelombang ektromagnetik (infrared/visible) yang dipancarkan oleh suatu obyek
seperti yang bisa kita lihat pada gambar 3.76.
Gambar 3.76.
Typical Broadband Pyrometer 20)

Panjang gelombang dari radiasi thermal terbentang dari 0,1 sampai 100 m (4~4,000
in), yaitu dari ultraviolet (UV), spectrum sinar tampak (visible spectrum)
hingga pertengahan dari infrared (IR) bisa dilihat pada gambar 3.77.

Gambar 3.77.
Electromagnetic Radiation Spectrum 20)
Pyrometry secara harafiah berarti "api / fire (pyro) dan "mengukur
(metron). Pyrometer memanfaatkan fakta bahwa semua objek di atas absolut
temperature 0oK (-273.15C; -459.67F) menyebar dan menyerap energi thermal.
Jika hubungan antara intensitas radiasi, panjang gelombang dan temperatur dapat
bentuk, maka temperatur dapat ditemukan dari radiasi itu. Ada dua teori yang
mendasari pyrometry adalah hukum Planck dan hukum Stefan- Boltzmann. Hukum
Planck digunakan didalam narrow-band pyrometer dan Hukum Stefan-Boltzmann
digunakan didalam broad-band pyrometer. Pyrometer mempunyai kelebihan dan
kekurangan antara lain.
Kelebihan
- Pengukuran Non-contact measurement
- Response time : cepat
- Stability : baik
Kekurangan
- Biaya pengadaan awal tinggi (mahal)
- Akurasi terpengaruh oleh debu dan asap

Pyrometer adalah photodetector yang mampu menyerap energi atau


mengukur intensitas gelombang electromagnetik pada panjang gelombang tertentu
atau dalam suatu range panjang gelombang tertentu. Atas dasar tersebut dikenal dua
jenis pyrometer, yaitu :

3.4.5.1. Optical Pyrometer


Dirancang untuk radiasi thermal pada spectrum sinar tampak (visible
spectrum). Menggunakan suatu perbandingan visual antara suatu sumber cahaya
yang terkalibrasi dan permukaan yang ditargetkan. Ketika kawat pijar (filament) dan
target mempunyai temperatur yang sama, intensitas radiasi termal akan match
menyebabkan kawat pijar menghilang seperti tercampur kedalam permukaan yang
ditargetkan di latar belakang. Ketika kawat pijar (lihat gambar 3.78.) menghilang,
arus yang melintas pada kawat pijar dapat diubah kedalam pembacaan temperatur.
Gambar 3.78.
Kawat Pijar (Filament) 20)

Gambar 3.79.
Optical Pyrometer 20)

3.4.5.2. Infrared Pyrometer


Dirancang untuk radiasi thermal didalam daerah infrared (0.75 ~ 1000 m ;
30 in ~ 0.04 in) pada umumnya 2 ~ 14 m (80 ~ 550 in). Dibuat dari material
pyroelectric, seperti triglisine sulfate (TGS), lithium tantalate (LiTaO3) atau
polyvinylidene fluoride (PVDF).
Gambar 3.80.
Infrared Pyrometer 20)

3.5. Pressure Measurements


Tekanan terjadi karena adanya gaya yang bekerja terhadap suatu bidang
luasan. Karena itu tekanan dinyatakan sebagai gaya yang bekerja pada suatu satuan
luas. Pada bagian ini akan ditinjau beberapa prinsip pengukuran tekanan yang biasa
digunakan di industri proses. Alat ukur tekanan disebut sebagai Manometer.
Berbagai macam nama dan tipe manometer yang terdapat di industri proses,
bergantung pada prinsip kerja, jenis fluida yang diukur serta kebutuhan
penggunaannya. Pada umumnya tekanan fluida yang diukur di industri proses adalah
cairan dan gas. Sesuai dengan definisi dari tekanan di atas, terdapat 4 terminologi
penting yang biasa digunakan tentang ukuran atau pengukuran tekanan, yaitu :
a. Absolute Pressure (tekanan absolut)
Gaya yang bekerja pada satuan luas, tekanan ini dinyatakan dan
diukur terhadap tekanan NOL.
b. Gauge Pressure (tekanan relatif)
Tekanan yang dinyatakan dan diukur relatif terhadap tekanan atmosfer. Jadi
tekanan relatif adalah selisih antara tekanan absolut dengan tekanan atmosfer (1
atmosfer = 760 mmHg = 14.7 psig)
c. Vacum Pressure (tekanan hampa)
Tekanan yang lebih rendah dari tekanan atmosfer
d. Differential Pressure (tekanan differential)
Tekanan yang diukur terhadap tekanan yang lain.

Beberapa jenis pengukuran tekanan yang sering digunakan di dalam industri


proses dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Manometer kolom cairan (U tube)

b. Bourdon Tube

c. Diaphragm Pressure Gage

d. Belows

Pemilihan alat ukur pressure (pressure device) tidaklah sesulit memilih alat
ukur flow dan level. Didalam pengukuran flow dan level, karakteristik dari fluida
proses sangat menentukan dalam pemilihan metode operasi alat ukur tertentu.
Dalam pengukuran pressure, penekanan lebih sedikit pada karakteristik fluida, dan
lebih banyak pada pertimbangan akurasi, range pengukuran dan pemilihan material.

3.5.1. Manometer (U-tube)


Tabung U (U Tube) adalah contoh sederhana instrumen pengukuran tekanan
yang menggunakan kolom zat cair. Alat ukur tekanan ini terdiri dari air atau air
raksa didalam U-Shaped, dan umumnya digunakan untuk mengukur tekanan gas.
Salah satu ujung dari tabung U dihubungkan ke bidang tekanan yang tidak diketahui
dan ujung yang lain dihubungkan dengan sumber tekanan acuan (umumnya tekanan
atmosfer), seperti pada gambar 3.81.
Gambar 3.81.
Manometer tabung U dengan kolom zat cair 20)

Manometer U-Tube (lihat gambar 3.82.) adalah manometer standar yang


digunakan untuk pengukuran tekanan gauge, tekanan ruang hampa, perbedaan
tekanan, baik di dalam industri maupun di dalam laboratorium dimana ketelitian
tertentu diperlukan, Alat ukur ini tersedia dalam jenis pemasangan wall
mounted dan stand mounted dengan range pengukuran : 0 - 3000 mm WC/HG.

Gambar 3.82.
Manometer U tube 20)
Manometer U-Tube mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.
Kelebihan
- Biaya pengadaan awal : rendah
- Sederhana dan handal
- Accuracy dan sensitivity : tinggi.
- Sesuai untuk aplikasi low pressure dan low differential pressure.
Kekurangan
- Dynamic response rate : rendah
- Tidak bisa digunakan di dalam lingkungan tanpa bobot.
- Tidak ada proteksi over range.
- Cairan dalam tabung U harus tidak saling bercampur dengan cairan yang
diukur (gas atau cairan).
- Dapat terjadi kontaminasi antara air raksa dengan uap air, terutama pada
pengukuran tekanan rendah.

3.5.2. Bourdon Tube


Bourdon tube adalah alat ukur tekanan nonliquid. Alat ukur ini secara luas
digunakan didalam industri proses untuk mengukur tekanan statis pada beberapa
aplikasi. Bentuk dari bourdon tube terdiri dari element (C-type, helical dan spiral)
dan dihubungkan secara mekanikal dengan jarum indikator. Prinsip kerjanya yaitu
tekanan dipandu ke dalam tabung, perbedaan tekanan di dalam dan di luar tabung
bourdon akan menyebabkan perubahan bentuk penampangnya. Perubahan bentuk
penampang akan diikuti perubahan bentuk arah panjang tabung, dimana perubahan
panjang tabung akan dikonversikan menjadi gerakan jarum penunjuk pada skala.
Analisa teoritis tentang perubahan bentuk tabung bourdon sebagai fungsi perbedaan
tekanan di luar dan di dalam tabung bourdon jarang dilakukan. Perubahan bentuk
tabung bourdon diperoleh dari data eksperimental. Ada tiga tipe tabung bourdon,
yaitu : C-type, Spiral dan Helical. Perbedaan masing-masing tipe terletak pada
harga tekanan yang ingin diukur.
3.5.2.1. C-type Bourdon Tube
Digunakan untuk range 15 ~ 100.000 psig dengan range akurasi ( 0.1 ~ 5)
% span (lihat gambar 3.83).

Gambar 3.83.
Bourdon Tube (C-type) 20)

3.5.2.2. Spiral Bourdon Tube


Digunakan secara umum pada range tekanan menengah (medium
pressure), tetapi untuk tugas berat juga tersedia dalam range hingga 100.000
psig. Range akurasinya sekitar 0.5 % dari span (lihat gambar 3.84.)
Gambar 3.84.
Bourdon Tube (Spiral) 20)

3.5.2.3. Helical Bourdon Tube


Digunakan pada range dari 100 ~ 80.000 psig dengan akurasi sekitar ~
1 % dari span (lihat gambar 3.85.)

Gambar 3.85.
Bourdon Tube (Helical) 20)

Bourdon tube mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.


Kelebihan
- Biaya pengadaan awal : rendah
- Konstruksi sederhana
- Dapat dikalibarsi dengan mudah (menggunakan mercury barometer).
- Tersedia range yang bervarisai, termasuk range yang sangat tinggi.
Kekurangan
- Peka terhadap goncangan dan getaran
- Mempunyai sifat histerisis
- Akurasi sedang (tidak cukup baik untuk beberapa aplikasi).

3.5.3. Diaphragm Pressure Gage


Diaphragm Pressure Gage menggunakan prinsip kerja yang dilihat pada
gambar 3.86. perubahan bentuk yang elastis (elastic deformation) dari suatu
diaphragm (membrane) untuk mengukur perbedaan suatu tekanan yang tidak
diketahui dengan suatu tekanan acuan. Bentuk dari diaphragm pressure gage terdiri
dari kapsul (capsule) yang dibagi oleh suatu sekat rongga (diapraghm). Satu sisi
diaphragm terbuka bagi tekanan target (eksternal) PExt , dan sisi yang lain
dihubungkan dengan tekanan diketahui (reference pressure), PRef. Beda tekanan,
PExt - PRef, secara mekanik membelokkan diaphragm.

Gambar 3.86.
Prinsip kerja Diaphragm Pressure Gage 20)

Range normal untuk diaphragm elemen mulai dari vacuum hingga 200 psig,
dengan akurasi ( ~ 1) % full span. Gambar 3.87. berikut memperlihatkan
berbagai bentuk desain dari diaphragm yaitu single capsul dan multiple capsul.

Gambar 3.87.
Bentuk Desain Diaphragm Pressure Gage 20)

Diaphragm mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain.


Kelebihan
- Biaya pengadaan awal sedang
- Karakteristik overrange : tinggi
- Linearitas : baik
- Akurasi : baik
- Dapat digunakan untuk pengukuran tekanan absolut, tekanan relatif
- (gage) maupun tekanan differential.
- Tersedia dalam berbagai macam bahan (tahan terhadap korosi)
Kekurangan
- Sangat peka terhadap getaran dan kejutan
- Jika rusak sulit diperbaiki.

3.5.4. Bellows Elements


Pengukuran tekanan dengan bellows sangat popular digunakan di dalam
industri proses, oleh karena mudah ditangani. Element bellows mempunyai prinsip
kerja yang bisa dilihat pada gambar 3.88. yaitu menggunakan elemen elastis yang
fleksibel pada arah aksial. Biasanya dibuat dari bahan kuningan, fosfor-perunggu,
berrilium-tembaga, monel, stainless steel, inconel dan bahan metal lainnya. Dengan
element ini dapat diperoleh hubungan yang linear antara tekanan dan simpangan
(perubahan volume).

(a) Absolute Pressure


(b) Relative Pressure (Gauge) (c) Differential Pressure

Gambar 3.88.
Prinsip pengukuran tekanan (Bellows Elements) 20)

Sebagian besar bellows element digunakan untuk pengukuran tekanan rendah


(absolute atau relative) dan tekanan diferensial, beroperasi untuk tekanan vacuum
sampai tekanan 0 400 psig. Kebanyakan aplikasi dalam range inch H2O hingga 30
atau 40 psig, namun unit tersedia dalam range 0 2.000 psig. Penggunaan yang
terbesar untuk unit bellows adalah sebagai elemen penerima untuk pneumatic
recorders, indicators dan controllers. Bellows juga secara luas digunakan sebagai
unit diferensial pressure untuk pengukuran aliran (flow) serta recorder dan
controller pneumatic yang dipasang di lapangan. Ketelitian bellows element adalah
sekitar %. Pressure Differential indicator (Bellows Element) bisa dilihat pada
gambar 3.89.

Gambar 3.89.
Pressure Differential indicator (Bellows Element) 20)
Pressure Differential indicator (Bellows Element) mempunyai kelebihan dan
kekurangan antara lain.
Kelebihan
- Biaya pengadaan awal : rendah
- Konstruksi kuat dan sederhana
- Dapat digunakan untuk tekanan rendah dan menengah.
- Dapat digunakan untuk mengukur tekanan absolut, tekanan relatif
(gauge) dan tekanan diferensial.
Kekurangan
- Memerlukan kompensasi temperatur
- Tidak dapat digunakan untuk mengukur tekanan tinggi.
- Mempunyai histeresis dan drift yang besar.
- Tidak cocok untuk mengukur tekanan yang dinamis.

3.6. Pengukuran pada Kapal Tanker


Pengukuran yang dilakukan pada kapal tanker dapat berupa ketinggian
fluida , densitas dan temperatur. Alat yang biasanya digunakan adalah UTI atau
ullage temperature and interface (lihat gambar 3.90.) . Alat ini digunakan untuk
mengukur ullage (jarak tegak permukaan minyak dengan batas standar pengukuran
di atas tanki) dan temperature (biasanya dalam satuan C). Ada beberapa metode
yang dilakukan untuk mengukur ketinggian pada tangker yaitu metode innage
(sounding) dan ullage (lihat gambar 3.91.)
Gambar 3.90
Ullage Temperature and Interface (UTI)

- Metode Sounding / Innage


Metode innage merupakan metode pengukuran ketinggian kolom fluida dari tangki
dimana pembacaannya di ukur sepanjang jarak vertikal dari datum plate atau dasar
tangki sampai permukaan fluida yang di ukur. Pengukuran innage merupakan
pengukuran secara langsung dari fluida.

- Metode Ullage
Metode outage merupakan metode pengukuran ketinggian kolom fluida dari tangki
dimana pembacaannya di ukur sepanjang jarak vertikal dari permukaan fluida yang
di ukur ke reference gauge point. Pengukuran outage merupakan pengukuran tidak
langsung dari liquid level.
Gambar 3.91.
Pengukuran Ullage dan Sounding

Untuk menghitung volume pada tangker minyak maka dapat dilakukan


dengan melakukan perhitungan antara lain.
- Menghitung Net Volume Observe
Dengan melakukan ullage pada tangki muatan disertai dengan mendeteksi
volume air dan padatan di dalam tangki maka kita dapat mengrangi volume muatan
degan volume air degan persamaan sebagai berikut
Nett Volume Orb = Gross Volume Observe Free Water Volume.........(3-19)
- Menghitung Volume dalam Kilo Liters
Nett KL 15oC =KL Obs x VCF tabel 54....................................................(3-
20)
- Menghitung Volume dalam Barrel
Barrel 60oF = Nett KL 15oF x VCF tabel 52..............................................(3-
21)

Anda mungkin juga menyukai