Anda di halaman 1dari 6

BAB VII

PENUTUP

7.1. Kesimpulan
Reaksi Maillard dipengaruhi oleh suhu tetes tebu tersebut. Suhu tetes tebu tidak boleh
melebihi 40°C dan juga perlunya tangki penampung dilengkapi alat-alat yangdapat
mencegah terjadinya reaksi Maillard. Karena dengan terjadinya reaksi Maillard gula kan
berwarna coklat kegosongan yang dapat mengurangi tampak fisik gula. Alat tersebut yaitu:
alat pemantau suhutetes, pompa sirklulasi dan pendingin tetes, dll. Lama penyimpanan
tetes di tangkipabrik gula sebaiknya maksimal 3 minggu.
7.2. Saran
1. Antisipasi reaksi Maillard pada tangki penampungan tetes di PG. Krebet Baru Idapat
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Menjaga suhu tetes masuk tangki dibawah 40oC dengan mengatur suhu air
siramanputeran D1 (low grade). Air siraman sebaiknya menggunakan air dingin
bukan airpanas. Untuk hal-hal emergency dimana masakan sulit diputar maka suhu
air siramanmaksimal sama dengan suhu masakan yang diputar
- Pembuatan dinding baffle, kanal (saluran) dan kolam penampung disekitar tangkitetes
untuk mencegah aliran tetes yang terkena reaksi maillard masuk ke saluranair/irigasi
dan sungai.
2. Dalam praktek kerja nyata kini dengan terhalang keadaan pandemic COVID-19,
membuat kami yang mana dalam keadaan normal dapat langusng terjun ke dunia
Industri langsung, namun sayangnya terkait PKN yang tak lepas dari kegiatan teknis dan
praktik ini dikerjakan dirumah, membuat secara pengalaman lapangan berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Sukma W,.Y. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gula Pasir di Indonesia tahun
1980-2010. Universitas Negeri Semarang. ISSN 2252-6560
Suci,Dyah.2010. Phosphat Acid and Floculan Added in Juice Sugar Crystal Process. UPN
Veteran. Vol. 4 No. 2
Rokman H.,dkk. 2014. Jumlah Anakan Rendemen Enam Klon tebu (Saccharum
Officinarum L.) Asal bibit Bagal, Mata Ruas tunggal, dan Mata tunas tunggal. Vol 3. No. 3 hlm.
89-96
Rita Dwi. 2015. Proses Pembuatan Gula Invert dari Sukrosa dengan Katalis Asam Sitrat,
Asam tartrat dan Asam Klorida. Fakultas teknik: Universitas Wahid Hasyim
Nurlela. 2014. Pengaruh Penambahan Susu Kapur untuk Menurunkan Keasaman Nira
tebu. Fakultas teknik Universitas PGRI Palembang: Palembang. Vol. 11 No. 1
Noviyanti. 2015. Karakteristik Kalsium Karbonat (Ca(CO3)) dari Batu Kapur Kelurahan
tellu Limpoe Kecamatan Suppa. Universitas Negeri Makasa: Makasar. Jilid 11 Nomor 2 Hlm.
169-172
Latief A.S.,dkk. 2010. Peningkatan Mutu Gula tumbu melalui Metode Sulfitasi dalam
Laboratorium. POLINES Semarang: Semarang. Vol 16 No. 1
Sukoyo A. 2014. Analisis Pengaruh Suhu Pengolahan dan Derajat Brix terhadap
Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Gula Kelapa Cair dengan Metode Pengolahan Vakum.
Fakultas Veknik Pertanian. Universitas Brawijaya. Vol 2 No. 2
Ernasari. 2018. Pemanfaatan tebu (Sacharum Oficinarum) dan Lama Fermentasi Kacang
tunggak terhadap Kualitas Kecap Manis Kacang tunggak (Vigna Unguiculata). Teknologi
Pertanian UNM: Malang Vol. 4 Hlm. 88-100
Diyanto,K,A. Burhan. 2012. Pengaruh Varietas tebu, Potongan dan Penundaan Giling
terhadap Kualitas Nira tebu. Universitas trunojoyo: Madura Vol. 6 No. 2
Dias G, Ina P, Zaenal K. 2018. Aplikasi Kompos Vinasse dan Bakteri untuk Memperbaiki
Serapan Nitrogen dan Pertumbuhan tanaman tebu (Sacharum Officinarun L.). P3GI: Pasuruan.
Vol 5. No, 2 hlm. 949-957 e-ISSN: 2549-9793
Destriyani L,.dkk. 2014. Pengaruh Umur Simpan Air tebu terhadap tingkat Kemanisan
tebu (Saccharum Ofiicinarum). Universitas Lampung: Lampung. Vol. 3 No. 2 Hlm. 119-126
Budi E.L. 2007. Peningkatan dan Penyeragaman Kualitias Batu Kapur Olahan dengan
Aplikasi Rancangan Kokoh taguchi. Universitas Muhammadiyah Gresik: Gresik. Vol. 8 No. 2
hlm. 166-171
Areif.S,M. 2019. Respons Pertumbuhan dan Fisiologi Beberapa Varietas tebu (Saccharum
officinarum L.) Asal Kultur Jaringan yang diberi Cekaman Genangan Air. Universitas
Padjajaran: Bandung. Vol. 30 No. 3 Hlm. 117-124
TUGAS KHUSUS
Detail Evaporator PG. Krebet Baru I di Stasiun Penguapan

Fungsi Evaporator
Evaporator berfungsi untuk:
1. Menguapkan air sebanyak-banyaknya
2. Meningkatkan konsentrasi atau Viskositas larutan sebelum proses kristalisasi
3. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya
Tipe Evaporator
Tipe evaporator yang digunakan di PG. Krebet Baru I adalah Steam Heated Evaporator.
Steam Heated Evaporator adalah evaporator yang menggunakan pemanas steam atau uap lain
yang dapat dikondensasi.
Multiple Effect Evaporator
100 oC 95 oC 82 o C 55o C
0,2 kg/cm2 15 cmHg 35 cmHg 64 cmHg

Pada pabrik gula Krebet Baru I terdapat 7 buah evaporator, tetapi yang beroperasi hanya 5
buah sedangkan yang 2 buah dilakukan pembersihan. Hal ini dilakukan secara bergantian agar
selalu ada pembersihan dan juga mengantisipasi bila adanya kerusakan saat proses berlangsung,
evaporator yang tidak digunakan dapat menjadi cadangan.
Sistem penguapan yang dipakai di PG Krebet Baru I adalah evaporator multiple effect yang
terdiri dari 5 badan penguap. Evaporator multiple effect ini dilengkapi dengan jet kondensor
untuk membuat dua bejana evaporator badan akhir dalam kondisi vakum (agar nira bisa
mengalir dengan mudah mengalir pada evaporator badan selanjutnya). Dengan demikian nira
akan keluar pada badan evaporator dan masuk kebadan selanjutnya dengan sendirinya. Panas
yang digunakan pada evaporator badan 1 adalah uap bekas dari turbin (ablash) sedangkan badan
2 sampai dengan badan 5 mengunakan uap nira yang dihasilkan dari badan sebelumnya.
Nira encer dari clarifier dipompa kebadan evaporator 1, dilakukan penguapan pada badan
1 menggunakan suhu 118°C dengan saturated steam uap bekas 0,80 kg/cm2.Pemanasan
evaporator badan 1 ini menggunakan uap bekas turbin (ablash), air kondensatnya digunakan
sebagai air pengisi ketel karena air kondensat yang dihasilkan tidak mengandung nira, karena
syarat sebagai air pengisi ketel yaitu tidak mengandung nira, dan niranya masuk kebadan
evaporator 2. Pada evaporator 2-5 menggunakan uap nira dari badan sebelumnya sebagai
pemanas.
Nira pada evaporator I menggunakan suhu 120oC dan tekanan antara 1,60 kg/cm2 dengan
menggunakan uap bekas dari ketel (afblas) sebagai bahan bakar, selanjutnya uap nira dari badan
I ini dialirkan kebadan II yang menggunakan suhu 100 oC dan tekanan 0,2 kg/cm2. Uap nira dari
badan II dialirkan ke badan III menggunakan suhu 95 oC dan tekanan vakum 15 cmHg. Sama
halnya dengan badan III, badan IV dan V juga menggunakan tekanan vakum masing-masing 35
cmHg dan 64 cmHg serta suhu 82 oC dan 55 oC.
Uap nira yang dihasilkan pada badan evaporator 1 (bleeding) jika telah mencukupi untuk
pemanas pada badan evaporator 2 dan masih ada sisa uap nira badan 1 (bleeding) maka bleeding
ini digunakan untuk memanaskan pada juice heater, jika masih berlebih maka dapat digunakan
untuk memanaskan masakan, hal ini dilakukan agar tekanan pada bleeding tidak naik jadi harus
ada sirkulasi untuk aliran bleeding ini keluar, karena jika aliran keluar dari bleeding ini ditahan
maka tekanan akan meningkat dan membuat kualitas dari bleeding turun. Tekanan dari bleeding
tidak boleh lebih dari 0,5 kg/cm 2, jika melebihi itu maka harus dialirkan menuju juice heater dan
masakan.

Evap Evap Evap Evap Evap Evap Evap


Keterangan
I II III IV V VI VII
Luas pemanas
3000 3000 2000 2000 1600 1600 1600
(m2)
Jumlah pipa
9914 9924 6610 6610 5445 5015 5015
pemanas (buah)
Diameter pipa
4,2/4,4 4,2/4,4 4,2/4,4 4,2/4,4 4,2/4,4 4,2/4,4 4,2/4,4
pemanas (cm)
Panjang pipa
220,6 220,6 220,6 230 220,6 220,6 220,6
(cm)
Bahan pemanas Ube Ube/Uni Ube/Uni Uni Uni Uni Uni

Anda mungkin juga menyukai