Anda di halaman 1dari 8

JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 1 l NOMOR 2 l TAHUN 2018 l HAL.

62 - 69

ALAT PENGERING INTIP NASI YANG EFISIEN

Taufiq Hidayat1), Sutrisno2)


1
Teknik Mesin, Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta
Email: viqdmangan@yahoo.co.id
2
Teknik Mesin, Universitas Nahdlatul ulama Surakarta
Email: Trisnowmech_79@yahoo.co.id

Abstrak. Salah satu makanan atau camilan ringan yang mudah ditemukan di masyarakat
adalah intip yang berasal dari nasi. Tingkat ketergantungan terhadap panas matahari saat
proses pengeringan sangat tinggi. Persoalan pengeringan terjadi manakala memasuki
musim penghujan. Kesulitan proses pengeringan intip menyebabkan proses produksi intip
mengalami penurunan bahkan bisa menyebabkan vakum produksi. Tujuan dari pembuatan
alat pengering intip nasi adalah untuk membantu para UKM yang bergerak di pengolahan
intip nasi baik yang intip nasi asli maupun buatan saat proses pengeringan. Saat
memasuki musim penghujan untuk mempertahankan kapasitas produksi 75-100 bungkus
intip per hari mengalami kesulitan. Kapasitas produksi pada musim penghujan hanya
mampu mencapai 30% dari saat produksi normal.. Metode yang diterapkembangkan
adalah survey ke UKM mitra, mendesain alat, pelaksanaan diskusi dengan mitra
hubungannya dengan hasil desain, proses pembuatan alat, uji kinerja komponen, uji kerja
alat danproses produksi. Hasil dari pelaksanaan program adalah sebuah alat pengering.
Specifikasi: ukuran alat 90 x 50 x 170 mm, jumlah rak 4, sumber panas falexibel (heat
exchanger/arang/LPG), suhu ruang pengering mampumencapai 120oC dalam waktu 50
menit, satu rak mampu menampung ±1 kg intip , sumber udara tekan berasal dari blower.
Kesimpulan dari pelaksanaan program adalah UKM mampu mempertahankan kapasitas
produksi per harinya sebanyak 75-100 bungkus intip nasi buatan. Jumlah intip yang di
keringkan bisa ditingkatkan dengan penambahan rak di ruang pengering.
Kata kunci: Intip Nasi, pengering, sirkulasi, rak.

PENDAHULUAN
Intip/kerak adalah lapisan nasi kering
dan agak keras, dan sedikit hangus
terbakar yang terdapat di dasar bagian
dalam panci atau kuali penanak nasi.
Kerak nasi tercipta akibat beras yang
dimasak terpapar panas langsung pada
dinding kuali/panci. Intip hubungannya
dengan camilan dapat diartikan sebagai
makanan ringan yang terbuat dari nasiyang Gambar 1. Intip asli
dijemur, digoreng. Variasi rasa ada yang
standart (asin), manis (ditambah gula
merah) dan variasi lain. Dilihat dari cara
pembuatan intip nasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis intip yaitu intip asli dan
buatan,sebagai contoh dapat dilihat di
gambar 1 dan 2.
Gambar 2. Intip buatan

62 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 1 l NOMOR 2 l TAHUN 2018 l HAL. 62 - 69

Kandungan nutrisi intip Goreng per goreng ukuran sedang Rp 2.000, intip
100 gr adalah: Bagian Intip Goreng yang ukuran kecil Rp 1.200.
dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = Permasalahan utama yang ditemukan
100 %. Jumlah Kandungan Energi Intip saat tim TTG melakukan survey ke UKM
Goreng = 474 kkal. Jumlah Kandungan di Solo dan Klaten adalah salah satunya
Protein Intip Goreng = 7,6 gr. Jumlah permasalahan proses produksi (proses
Kandungan Lemak Intip Goreng = 21,6 gr. pengeringan). Saat musim penghujan,
Jumlah Kandungan Karbohidrat Intip proses produksi UKM mengalami
Goreng = 62,3 gr. Jumlah Kandungan penurunan 70-80% dari proses produksi
Kalsium Intip Goreng = 323 mg. Jumlah normal. Berhentinya proses produksi
Kandungan Fosfor Intip Goreng = 46 mg. disebabkan jumlah panas matahari yang
Jumlah Kandungan Zat Besi Intip Goreng sangat rendah. Kondisi yang demikian
= 2,5 mgJumlah Kandungan Vitamin A UKM membutuhkan sarana pengering
Intip Goreng = 0 IU. Jumlah Kandungan yang tingkat ketergantungan terhadap
Vitamin B1 Intip Goreng = 0,25 mg. panas matahari sangat rendah atau 0 %.
Jumlah Kandungan Vitamin C Intip Solusi yang ditawarkan adalah
Goreng = 0 mg.[8]. memodifikasi sebuah alat pengering yang
Di beberapa daerah dapat ditemukan efisien. Efisien pada penggunaan panas
UKM UKM intip, misal di Kabupaten dan pemakaian bahan bakar.
Sragen terletak di desa Jati dan desa Syafriyudin, 2009, menjelaskan bahwa
Kedungdowo, Kecamatan Sumberlawang. mekanisme pengeringan diterangkan
Dua desa ini merupakan sentra industri melalui penjelasan tentang teori tekanan
pembuat intip goreng. Ada 15 orang uap. Air yang diuapkan terdiri dari air
(UKM) dan karyawan mampu terserap tiap bebas dan air terikat. Airbebas berada di
satu UKM sebanyak empat orang. Di Kota permukaan dan yang pertama kali
Solo keberadaan UKM atau sering disebut mengalami penguapan. Air yang ada
juga dengan industri kecil menengah dipermukaan intip akan habis.Hal ini
(IKM) tersebar di beberapa tempat terjadi proses perpindahan air dan uap air
diantaranya Jl. Ir. Juanda, Tanggul, dari bagian dalam bahan secara difusi.
Kampung Sewu. Di Klaten, salah satunya Terjadinya perpindahan ini disebabkan
yang terkenal adalah intip pak “No”yang oleh perbedaan konsentrasi atau tekanan
beralamat di Ds. Lumbung Kerep, Kec. uap pada bagian dalam dan bagian luar
Wonosari, Kab. Klaten. Tempat survei bahan.
diambil di dua tempat yaitu di Klaten (intip Proses pengeringan dapat dibagi
Pak No) dan di Solo yaitu di Tanggul menjadi dua periode yaitu periode laju
Kampungsewu. Rata rata kapasitas pengeringan tetap dan laju pengeringan
produksi mampu mencapai 75-100 menurun. Mekanisme proses laju
bungkus intip buatan per harinya. Jumlah pengeringan menurun meliputi dua proses
tenaga kerja yang terserap berkisar 4-6 yaitu pergerakan air dari dalam intip ke
(tergantung permintaan intip). Kebutuhan permukaan bahan dan dari permukaan ke
bahan baku berupa beras mampu udara. Laju pengeringan menurun terjadi
menghabiskan 4-5 kilogram beras. Intip setelah laju pengeringan tetap dimana
goreng memiliki ukuran yang bervariasi, kadar air bahan lebih kecil dari pada kadar
yaitu besar dan kecil. Harga utuk intip air kritis [5].

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 63


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 1 l NOMOR 2 l TAHUN 2018 l HAL. 62 - 69

Beberapa tipe alat pengering antara panas matahari maupun sumber panas lain
lain screen conveyor dryer, tower dryer, mempunyai kelemahan kelemahan.
screw conveyor dryer dan tray dryer (rak). Sumber panas dari panas matahari akan
Sumber panas yang dipergunkan dalam mengalami masalah manakalah saat musim
proses pengeringan ini dapat dibedakan penghujan datang. Beberapa jenis alat
menjadi dua yaitu dengan mempergunkan pengering yang mempergunakan sumber
panas matahari dan non matahari. panas alternatif terletak pada terjadinya
Yource M. Bintang (2013) Alat yang pembuangan panas melalui cerobang
dikembangkan adalah untuk proses akibat panas berlebih. Efisiensi panas dan
pengeringan ikan. Daya tampungnya pemakaian bahan sangat rendah.
mampu mencapai 15-16 kg dan suhu ruang Didasarkan pada kondisi tersebut
mencapai 50oC pada saat suhu udara luar maka tim TTG mendesain sebuah alat
maksimal 38oC. Sumber panas yang pengering yang tidak mempunyai tingkat
dipergunakan adalah sumber panas ketergantungan tinggi terhadap panas
matahari. matahari (0%) dan juga memperbaiki gas
Ismail Thamrin (2011), medesain alat buang yang mampu dijadikan suhu awal
pengering ubi tipe rak dengan saat udara tekan dipanasi. Pengkondisian
mempergunakan panas matahari dengan udara yang masuk ke heat
bantuan fasilitator kolektor panas. Di exchangerdengan suhu awal menyebabkan
dalam ruang oven pada rak terjadi pemanasan oleh heat exchangerakan lebih
perbedaan besaran laju pengeringan ubi rendah suhunya dan jumlah pemakaian
kayu. Rak 1 sebesar 1,89 gram/menit, rak bahan bakar mampu lebih efisien.
5 sebesar 0,73 gram/menit (yang paling Hasil desain alat tersebut adalah
rendah). sebuah pengering dengan prinsip memutar
Wijoyo (2010), mengembangkan alat udara panas. Udara dipanaskan oleh heat
pengering untuk pengeringan minjo exchanger di tekan dan masuk ke ruang
dengan sumber panas dari kompor/LPG. pengering. Udara akan dihisap blower
Alat pengering ini tipe rak dan berjumlah 6 untuk dilewatkan kembali ke heat
rak tiap rak mampu menampung 2.5 kg exchanger, Alat ini didisain agar
bahan. Suhu di dalam ruang pengering perbedaan suhu di rak bawah sampai atas
mampu mencapai 58oC – 60oC dan proses sedikit perbedaanya. Heat ahchanger
pengeringan selama 1 jam menghabiskan diletakkan dibawah ruang pengering dan
minyak sebesar 1.5 liter. Pola pemanasan dibuat by pass. Terdapatnya saluran
ruang adalah panas didapat langsung dari langsung ke ruang pengering memberikan
sumbernya. dampak pula pada kecepatan capaian suhu
Bachtera Indarto (2017). Membuat yang diinginkan. Ruang pengering
alat pengering untuk bahan benih padi didesain dengan cara pemberian penyekat.
mempergunakan panas buang AC, dengan Sebelah kiri penyekat berbahan dasar
ukuran 50x50x60 cm tipe rak (4 rak). kawat ram dan disebekah kanan penyekat
Pengering ini mampu menurunkan kadar berbagahn dasar plat stainless. Jadi pada
air hingga 11% selama 11 jam. jenis alat pengering ini tidak ada udara
Beberapa pengembangan alat di atas panas yang dibuang (sirkulasi tertutup).
baik yang mempergunakan sumber

64 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 1 l NOMOR 2 l TAHUN 2018 l HAL. 62 - 69

METODE PELAKSANAAN penyebaran panas di ruang


PROGRAM pengering.
- Kemampuan
Guna penyelasaian pelaksanaan program capaianderajatpanas
ini, maka tim TTG membuat alur - Kemampuan kecepatan
pelaksanaan program. pengeringan intip
5 Tahapan uji skala UKM
Tabel 1. Alur penyelesaian program (Uji coba pengeringan intip oleh
No Tahapan Pelaksanaan UKM), yaitu:
1 Tahapan awal pelaksanan, yaitu: - Kecepatan kerataan
- Survey penyebaran panas di ruang
- Diskusidenganpihak UKM pengering.
- Pembuatangambarkerja - Kemampuan
- Inventarisalat capaianderajatpanas
- Pembelianbahan/ alat - Kemampuan kecepatan
- Final gambarkerja pengeringan intip
2 Tahapan pembuatan alat, yaitu: 6 Tahapan perbaikan pasca uji coba
- Pembuatanrangka utama skala UKM, yaitu:
- Pembuatan rak - Pengecekan dan perbaikan
- Pembuatan heat exchanger saluran\
- Pembuatan dudukan blower - Pengecekan dan perbaikan
- Setting blower heat exchanger
- Penutupan rangka rak - Pengecekan dan perbaikan
samping ruang pengering
- Penutupan rangka utama - Pengecekan dan perbaikan
3 Tahapan uji kinerja komponen alat, blower dan salurannya
yaitu:
- Heat exchanger
- Sirkulasi udara panas
- Suhu ruang
4 Tahapan uji kinerja alat Pengering,
yaitu
- Kecepatan kerataan

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 65


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 1 l NOMOR 2 l TAHUN 2018 l HAL. 62 - 69

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Desain 2D alat pengering intip

66 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 1 l NOMOR 2 l TAHUN 2018 l HAL. 62 - 69

Gambar 3. Desain 2D alat pengering intip

Gambar 4.
Dokumentasi alat pengering

Gambar 5 Konstruksi blower

Gambar 7. Konstruksi sumber panas


Gambar 6. Konstruksi saluran udara

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 67


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 1 l NOMOR 2 l TAHUN 2018 l HAL. 62 - 69

Gambaran perubahan suhu pada alat kompor LPG dimatikan atau di


pengering pada tiap titik komponen dapat setting pada posisi api sangat kecil.
dilihat pada gambar 8.
Beberapa nilai efisiensi pada komponen
pengering adalah:
1. Efisiesni pemakaian heat exchanger
T4
pada input T1A dibandingkan input
T1B.
T 1A Data yang diambil dengan variabel
T3 T2
T 1B penggunaan waktu yang sama ± 2
menit pada pemanasan HE didapat
suhu T3, sebesar:
Gambar 8. Besaran besaran suhu pada tiap Input T1B sebesar 45oC
titik/posisi Input T1A didapat 60oC.
Terjadi peningkatan sebesar 33%
Prosedur proses pengeringan adalah dengan suhu awal masuk yang
sebagai berikut: dipanaskan.
1. Sumber panas dihidupkan. (gamabar 2. Efisiensi kalor
7) Didasarkan pada data capaian suhu
2. Suhu pada T2 berkisar 35oC, blower ruang pengering sebesar 150oC
dihidupkan (gambar 5). selama 7 menit dan suhu input 28oC
3. Suhu udara yang melewati heat (T1B) dan 45oC (T1A). Kalor dapat
exchanger(HE) dimana suhu HE dihitung efisiensinya didasarkan
mencapai 55oC akan meningkat pada pendekatan Azas BLACK (Q in
menjadi 45oC dalam waktu 1 menit. = Q out) didapat ± 10% lebih rendah
4. Suhu ruang pengering (T4) mencapai kalor yang diperlukan untuk
100oC selama 7 menit. memanaskan dengan T1A.
5. Suhu awal yang dipergunakan 3. Efisiensi pemakaian LPG
dengan T1B sebesar 28oC maka Hasil dari pengambilan data saat
akibat pemanasan HE akan proses pengeringan selama 5 jam
o
meningkat menjadi 45 C (T3). pada T4 sebesar 32oC (suhu panas
6. Suhu awal yang diambil dari suhu matahari) input udara pada T1A dan
buang dari ruang pengering (T1A) T1B, didapat:
setara dengan 50oC, suhu T3 akan T1A → 1.75 kg LPG
menjadi 60oC. T1B → 3.25 kg LPG
7. Kecepatan capaian suhu di T5 akan Efisiesni sebesar ± 46%
meningkat seiring waktu pemanasan
udara oleh heat exchanger. Capaian kecepatan pemanasan di ruang
8. Untuk mengurangi panas berlebihan pengering (T4) saat uji kinerja alat adalah
saat menpergunakan T1B maka 120oC per50 menit pada kondisi 4 rakberisi
udara T5 dibuang. intip @sebanyak 1 kg (total 4 kg). Pada saat
9. Untuk mengurangi panas berlebihan rak tidak ada intip, capaian suhu di T4
saat mempergunakan T1A maka adalah sebesar 100oC selama 7 menit. Jadi

68 JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356


JURNAL LITBANG SUKOWATI l VOLUME 1 l NOMOR 2 l TAHUN 2018 l HAL. 62 - 69

setiap menit di T4 rak yang terisi intip, suhu sumber lainnya dengan melakukan
capaiannya 2.4oC/menit dan tanpa intip pengkondisian dibawah heat exchanger.
14.3oC. Efisiensi pengeringan saat proses
pengeringan intip adalah 17% tiap menitnya. SIMPULAN
Alat pengering ini mempunyai ukuran Hasil dari pelaksanaan program ini adalah
900 x 50 x 170 mm. Jumlah rak sebanyak 4 1. Saatmusimpenghujan UKM tetap
rak dan jumlah rak bisa ditambah. mampu berproduksi seperti kondisi
Penambahan jumlah rak pengering dalam normal (musim panas) yaitu minimal
ruang oven akan berdampak pada capaian sebanyak 75-100 bungkus intip per
suhu di runag pengering lebih lambat harinya. Setara dengan Rp. 150.000 –
Pemakaian sumber panas mampu Rp. 200.000 per hari.
divariasikan, baik pemakaian yang berasal 2. Kecepatan capaian suhu ruang
dari LPG (gambar 7), arang atau dari pengering mampu dikondisikan dengan
pengaturan sumber panas.

DAFTAR PUSTAKA

Andrew Parr. Edisi ke dua.”Hidrolika dan Pneumatika”. Penerbit Erlangga: Jakarta.


Bintang, Y.M., Pongah, J. dan Onibala, H. (2013). Konstruksi dan Kapasitas Alat Pengering
Ikan Tenaga Surya Sistem Bongkar-Pasang. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan.
Volume 1, Nomor 2 Agustus 2013.

Indatto, B., Puspitasarim, S. dan Sunarno, H. (2017). Pemanfaatan Panas Buang Air
Conditioner (AC) Pada Lemari Pengering Benih Padi. Jurnal Fisika dan Aplikasinya.
Volume 13, Nomor 3 Oktober 2017.

Sularso. 1997. “Dasar Perencanaan Dan Pemilihan, Elemen Mesin”. Penerbit PT. Padnya
Paramita: Jakarta.Thamrin, I. danKharisandi, A. (2011). Rancang Bangun Alat
Pengering Ubi Kayu Tipe Rak Dengan Memanfaatkan Energi Surya. Prosiding Seminar
Nasional AvoER ke-3, Palembang, 26-27 Oktober 2011

Syarifudin dan Purwanto, D.P. (2009). Oven Pengering Kerupuk Berbasis Mikrokontroler
Atmega 8535 Menggunakan Pemanas Pada Industri Rumah Tangga. Jurnal Teknologi
IST AKPRIND, vol. 2, 2009

Wijoyo, Nurhidayat, A. dan Sugiyanto, (2010). Rekayasa Alat Pengering Untuk


Meningkatkan Produktifitas UKM Emping Mlinjo. Prosiding Seminar Sains dan
Teknologi 2010 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang.

http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-intip-goreng-komposisi-nutrisi-bahan-
makanan.html)

JURNAL LITBANG SUKOWATI l ISSN : 2580-541X l e-ISSN : 2614-3356 69

Anda mungkin juga menyukai