TEMODINAMIKA
Oleh:
Auliyya Aini
NIM A1C018073
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Alat tulis
2. Air
3. Kertas
4. Alat vacuum frying
B. Prosedur Kerja
A. Hasil
1. Gambar Alat
B. Pembahasan
Gas merupakan zat yang tidak mempunyai bentuk dan volume yang tetap
(Partana, 2008). Gas adalah salah satu wujud zat yang tidak dapat mempertahankan
bentuk dan volumenya (Arisworo dkk., 2008). Gas merupakan wujud materi yang
mudah dimampatkan (Chang, 2004).
Gas ideal yaitu gas yang terdiri atas partikel-partikel dalam jumlah yang besar
sekali, yang selalu bergerak sembarang, dan tersebar merata dalam wadah (Untoro
dkk., 2010). Gas ideal adalah gas yang memiliki banyak sekali molekul yang
masing-masing bermasa sama dan bergerak acak ke segala arah dengan berbagai
kelajuan (Hermawan, 2012). Gas ideal adalah gas hipotesis yang perilaku volume-
tekanan-suhunya dapat dijelaskan secara lengkap melalui persamaan gas ideal (P,V,
T) (Chang, 2004).
Menurut Chang (2004), menyatakan bahwa gas memiliki volume dan bentuk
sesuai wadahnya, bercampur dengan segera dan merata, dan memiliki kerapatan
yang jauh lebih rendah dibandingkan cairan dan padatan sedangkan pada gas ideal
molekul-molekul gas ideal tidak memiliki volume dan tidak saling mendesak satu
sama lain. Gas merupakan zat yang tidak mempunyai bentuk dan volume tidak tetap
sedangkan gas ideal memiliki hubungan tekanan, volume, dan suhu sehingga dapat
ditentukan (Partana, 2008). Gas partikel-partikelnya bergerak sembarang dan bebas
dan tidak dibatasi oleh wadah sedangkan gas ideal merupakan gas yang terdiri atas
partikel-partikel dalam jumlah yang besar sekali, yang selalu bergerak sembarang,
dan tersebar merata dalam wadah (Untoro dkk., 2010).
Vacuum frying adalah mesin pengggoreng hampa udara (Massinai 2005).
Dalam pengertian tersebut vacuum frying merupakan suatu mesin produksi yang
mengolah bahan-bahan yang mengandung kadar air tinggi terutama memproduksi
bahan baku pertanian dengan cara penggorengan hampa. Mesin penggorengan
hampa (Vacuum Frying) adalah mesin khusus yang dirancang untuk memudahkan
memproduksi keripik buah-buahan dan sayuran (Septiyani, 2012). Mesin
penggoreng hampa (Vacuum Fryer) adalah mesin produksi untuk menggoreng
berbagai macam buah dan sayuran dengan cara penggorengan hampa (Arum,
2012).
Prinsip kerja vacuum frying adalah menghisap kadar air dalam sayuran dan
buah dengan kecepatan tinggi agar pori-pori daging buah-sayur tidak cepat
menutup, sehingga kadar air dalam buah dapat diserap dengan sempurna. Prinsip
kerja dengan mengatur keseimbangan suhu dan tekanan vakum (Fadhillah & Putra,
2018). Menurut Afrozi dkk. (2018) prosedur kerja dalam alat vacuum frying yaitu:
1. Isi bak air sampai ± 3 cm dari permukaan bak sirkulasi.
2. Masukkan minyak goreng ke dalam tabung sampai dasar keranjang buah.
3. Pastikan tombol pengendali suhu pada posisi off sewaktu menghubungkan
regulator LPG dengan tabung.
4. Periksa kedudukan jarum penyetel suhu pada 70oC - 90oC, kemudian
hubungkan steker boxs pengendali suhu dengan listrik 220 volt, minimal 900
Watt.
5. Tekan tombol pengendali suhu pada posisi on dan nyalakan kompor gas.
6. Setelah tercapai suhu yang di-set (ditandai nyala kompor mengecil), masukkan
bahan maksimum sebanyak 2 kg ke dalam keranjang penggoreng kemudian
tutup.
7. Pasang tutup tabung penggoreng dan kunci rapat-rapat, tutup keran pelepas
vakum, nyalakan pompa dengan menekan tombol besar dalam posisi on pada
boxs pengontrol sambil membuka keran sirkulasi air di atas tabung jet, tunggu
hingga air keluar dari selang bagian atas kondensor.
8. Setelah vacuum meter menunjukkan angka 700 mmHg, turunkan keranjang ke
dalam minyak dengan memutar tuas pengaduk setengah putaran (180oC).
Goyanglah tuas setiap 5 menit untuk meratakan pemanasan.
9. Pada saat bahan dimasukkan ke dalam minyak, suhu akan turun, jarum meter
vakum bergerak ke kanan, kaca pengintai menjadi berembun.
10. Setelah matang, buih pada tabung penggorengan akan hilang (dilihat dari kaca
pengintai dengan menekan tombol lampu ke posisi on), angkat bahan ke atas
minyak dengan memutar tuas pengaduk 180o dan kunci. Matikan pompa,
kompor, dan keran sirkulasi air, kemudian buka keran pelepas vakum (di atas
tutup), hingga vacuum meter menunjuk angka 0.
11. Buka tutup tabung dan keranjang penggoreng, angkat keripik buah dan tiriskan
pada mesin pengering.
Kelebihan mesin vacuum frying (penggoreng hampa):
1. Mudah penggorengannya.
2. Hemat waktu karena dapat memproduksi dalam skala yang besar pada setiap
proses penggorengannya.
3. Menghasilkan keripik yang berkualitas.
4. Tidak mengubah warna buah atau sayuran.
5. Hasil penggorengan lebih renyah.
6. Aroma tidak berubah.
7. Kandungan serat tinggi.
8. Makanan awet dan tahan lama.
9. Penggorengan alami tidak menambahkan bahan pengawet dan pewarna.
10. Kandungan serat tinggi.
Kekurangan mesin vacuum frying (penggoreng hampa):
1. Alatnya mahal.
2. Perawatan susah.
3. Bahan mentah harus banyak maksimal 5 kg.
4. Pengadukan 10 menit sekali.
5. Membutuhkan tenaga ahli untuk mengoperasikan mesin vacuum frying.
6. Tidak bisa diterapkan pada industri rumahan.
7. Memerlukan bahan bakar atau listrik yang tinggi.
8. Alatnya besar sehingga susah dipindahkan.
9. Sulit dibersihkan.
10. Masih manual ketika membalikan makanan karena memutar tuas.
Bilangan peroksida dapat dipakai sebagai indikator terhadap ketengikan yang
terjadi pada minyak atau lemak. Semakin tinggi bilangan peroksida suatu minyak
atau lemak menunjukan bahwa minyak atau lemak tersebut mempunyai ketahanan
terhadap ketengikan yang rendah, karena senyawa peroksida merupakan hasil dari
kegiatan oksidasi minyak yang menyebabkan bau tengik. Molekul-molekul lemak
yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan
menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh
pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidro-peroksida (Kurniadi dkk.,
2009).
Ukuran dari ketengikan dapat diketahui dengan menentukan bilangan
peroksida. Semakin tinggi bilangan peroksida maka semakin tinggi pula tingkat
ketengikan suatu bahan pangan. Peroksida merupakan suatu tanda adanya
pemecahan atau kerusakan pada minyak karena terjadi oksidasi (kontak dengan
udara), yang meyebabkan bau atau aroma tengik pada minyak. Pengukuran angka
peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hiperoksida yang
terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Oksidasi lemak oleh oksigen
terjadi secara spontan jika bahan dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan
kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi
penyimpanannya (Khotimah, 2013).
Aroma ketengikan diduga juga disebabkan aktivitas mikroba. Adanya lemak
dalam bahan pangan memberi kesempatan bagi jenis mikroba lipolitik untuk
tumbuh secara dominan, keadaaan ini mengakibatkan kerusakan lemak oleh
mikroba dan menghasilkan zat-zat yang disebut asam lemak bebas dan keton yang
mempunyai bau dan rasa tengik (Kurniadi dkk., 2009).
Ketengikan pada bahan pangan berlemak atau berminyak dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu absorpsi lemak, aksi enzim dalam jaringan bahan pangan
yang mengandung lemak, aksi mikroba dan oksidasi oleh oksigen atau kombinasi
dari dua atau lebih penyebab ketengikan (Tridiyani, 2012).
Berikut ini mesin-mesin penggorengan selain vacuum frying:
1. Deep frying electric
Mesin electric deep fryer juga dikenal sebagai mesin penggorengan celup.
Artinya setiap bahan makanan yang digoreng baik daging, sayuran dan bahan
lainnya digoreng dengan cara dicelup ke dalam minyak dalam. Teknik
menggoreng seperti ini dikenal dengan deep frying yang akan membuat hasil
gorengan lebih renyah. Juga membuat hasil gorengan coklat sempurna secara
keseluruhan. Masakan juga menjadi lebih matang seluruh bagian.
A. Kesimpulan
Konsep gas ideal adalah gas yang memiliki molekul-molekul gas merupakan
materi bermassa yang dianggap tidak mempunyai volume, gaya tarik-menarik atau
tolak-menolak antar molekul dianggap nol, tumbukan antar molekul dengan
dinding bejana adalah lenting sempurna, dan memenuhi hukum gas PV = nRT.
Gas adalah zat yang selalu dapat bercampur sempurna satu sama lain
membentuk satu fase yang homogen. Semua gas yang dikenal sehari-hari adalah
termasuk gas sejati, sedangkan gas ideal pada kenyataannya tidak pernah ada,
namun sifat-sifatnya didekati oleh gas sejati pada tekanan yang sangat rendah.
Gas dan uap akan berpindah dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah hingga mencapai kesetimbangan tekanan. Dari sifat gas uap
telah dimanfaatkan untuk kinerja vacuum frying. Dengan mengatur tekanan untuk
menciptakan titik didih yang rendah demi mencapai tujuan memperoleh hasil
pengolahan pangan yang baik.
B. Saran
Afrozi, S., Mufarida, N. A., & R. Sofiyah. 2018. Hubungan Optimalisasi Suhu dan
Waktu Penggorengan pada Mesin Vacuum Frying Terhadap Peningkatan
Kualitas Keripik Pisang Kepok. Jurnal Proteksion, 2(2): 43-52.
Arisworo, D., Yusa, & N. Sutresna. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Biologi,
Kimia) untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Grafindo
Media Pratama.
Arum, A. P. Y. 2012. Pengaruh Suhu dan Waktu Pada Pembuatan Keripik Melon
dengan Vacuum Frying. Tugas Akhir. Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti (Ed. 3). Jakarta:
Erlangga.
Fadhillah, R., & A. R. D. Putra. 2018. Kaji Eksperimen Mesin Pompa Vakum
Sistem Torak pada Mesin Vacuum Frying Sistem Torak. Tugas Akhir.
Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.
Hermawan, Sandy. 2012. Mini Book Master Fisika SMA Kelas X, XI, & XII. Jakarta:
WahyuMedia.
Khotimah, K., Darius, & B.B. Sasmito. 2013. Uji Aktivitas Senyawa Aktif Alga
Coklat (Sargassum Fillipendulla) Sebagai Antioksidan Pada Minyak Ikan
Lemuru (Sardinella Longiceps). THPi Student Journal, 1(1): 4.
Septiyani, F. E. 2012. Pengaruh Suhu dan Waktu Pada Pembuatan Keripik Buncis
dengan Vacuum Frying. Tugas Akhir. Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Suharyono, A. S., Maria E. K., & M. Kurniadi. 2009. Pengaruh Sinar Ultraviolet
dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Mikrobiologi dan Ketengikan Krem
Santan Kelapa. Jurnal AGRITECH, 29(3): 174-178.
Tridiyani, A. 2012. Perubahan Mutu Abon Ikan Marlin (Istiophorus Sp.) Kemasan
Vakum-Non Vakum Pada Berbagai Suhu Penyimpanan dan Pendugaan Umur
Simpannya. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.