Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

TEMODINAMIKA

KONSEP GAS IDEAL

Oleh:
Auliyya Aini
NIM A1C018073

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Produk-produk industri pertanian sangat beraneka ragam. Sumber dari produk


juga sangat beragam seperti buah, sayur, minyak, kulit dan lain sebagainya. Proses
yang digunakan untuk mengolah juga bermacam-macam. Salah satunya adalah
proses penggorengan. Produk yang digoreng biasanya dalah makanan. Dalam
produk industri yang melakukan proses penggorengan, biasanya mempertahankan
kerenyahan dari produk.
Kesan renyah dari sutau produk yang digoreng tidak luput dari perhatian
konsumen. Maka dari itu perlulah dilakukan proses penggorengan dengan metode
yang tepat. Media penggorengan yakni minyak juga harus dipilih dengan kualitas
yang baik agar hasil proses penggorengan akan baik. Proses penggorengan
menggunakan minyak ini bermaksud untuk menghilangkan kadar air yang ada pada
bahan baku produk yang akan digoreng. Jika kadar air sedikit, maka dapat
dipastikan produk akan berubah menjadi renyah.
Terdapat pula faktor-faktor lain agar produk yang digoreng menjadi renyah
yakni ketebalan dalam pemotongan bahan baku. Tebal-tipisnya produk sangat
mempengaruhi, karena semakin besar irisan atau potongan, maka semakin banyak
pula kadar air yang harus dihilangkan. Alat yang biasa digunakan dalam proses
penggorengan adalah wajan, tetapi dalam skala industri yaakni industri kecil
maupun besar alat yang banyak digunakan adalah deep frying dan vacuum frying.
Pemilihan alat yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan juga merupakan hal yang
penting bagi proses penggorengan.

B. Tujuan

1. Praktikan dapat memahami konsep gas ideal.


2. Praktikan dapat memahami sifat gas dan uap.
3. Praktikan dapat memahami penerapan sifat gas dalam kehidupan sehari-hari
(salah satunya dengan vacuum frying).
II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Fadhillah & Putra (2018) menyatakan bahwa penggorengan


merupakan pengolahan pangan yang umum dilakukan untuk mempersiapkan
makanan dengan jalan memanaskan makanan dalam panci yang berisi minyak.
Proses ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang mengembang dan renyah.
Selain itu juga meningkatkan cita rasa, warna, gizi dan daya awet produk akhir.
Penggorengan dapat menggubah kualitas makanan dan memberikan efek akibat
destruksi termal mikroorganisme dan enzim, serta mengurangi kadar air sehingga
daya simpan menjadi lebih baik.
Mesin penggorengan hampa (vacuum frying) adalah mesin produksi untuk
menggoreng berbagai macam buah dan sayuran dengan cara penggorengan hampa.
Penggorengan vakum merupakan cara pengolahan yang tepat untuk menghasilkan
kripik buah dengan mutu tinggi. Salah satu metode penggorengan adalah
penggorengan hampa (vacuum frying). Metode penggorengan hampa merupakan
metode yang paling tepat untuk menghasilkan keripik buah berkualitas tinggi.
Mesin vacuum frying adalah mesin yang digunakan untuk menggoreng berbagai
macam buah dan sayuran. Proses penggorengan vakum adalah proses
penggorengan yang dilakukan dengan tekanan lebih rendah dari tekanan atmosfir
atau hampa udara. Proses penggorengan pada tekanan yang lebih rendah
mengakibatkan terjadinya penurunan titik didih minyak goreng (Fadhillah & Putra,
2018).
Proses penggorengan yang terjadi pada suhu lebih rendah ini menyebabkan
proses ini sangat sesuai dengan bahan yang memang tidak tahan dengan suhu yang
tinggi. Prinsip kerja vacuum frying adalah menghisap kadar air dalam sayuran dan
buah dengan kecepatan tinggi agar pori-pori daging buah-sayur tidak cepat
menutup, sehingga kadar air dalam buah dapat diserap dengan sempurna. Prinsip
kerja dengan mengatur keseimbangan suhu dan tekanan vakum (Fadhillah & Putra,
2018).
Untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang bagus dalam artian warna,
aroma, ras buah-sayur tidak berubah dan renyah. Pengaturan suhu tidak boleh
melebih 85oC dan tekanan vakum antara 65 – 76 cmHg. Sebaiknya air dalam bak
penampung pada vacuum frying tidak mengandung partikel besi karena dapat
menyebabkan air keruh dan dapat merusak pompa vakum yang akhirnya
mempengaruhi kerenyahan keripik. Kondisi vakum ini dapat menyebabkan
penurunan titik didih minyak dari 110º C – 200º C menjadi 80º C – 100º C sehingga
dapat mencegah terjadinya perubahan rasa, aroma, dan warna bahan seperti mangga
dan buah lainnya (Fadhillah & Putra, 2018).
Dengan mesin penggorengan vakum (vacuum frying) memungkinkan bahwa
mengolah buah atau komoditi peka panas seperti buah dan sayuran menjadi hasil
olahan berupa keripik (chips) seperti keripik nangka, keripik apel, keripik salak,
keripik pisang, keripik nanas, keripik melon, keripik papaya, keripik wortel, keripik
buncis, keripik labu siam, keripik lobak, keripik jamur kancing, dan lain-lain
(Fadhillah & Putra, 2018).
Pada mesin penggorengan yang ada di pasaran pemvakuman ruang
penggorengan dilakukan dengan sistem water jet. Prisip kerja kevakuman seperti
pada sistem venturi. Air yang dipompa menyebabkan terjadinya kevakuman pada
saluran ke tabung penggorengan dan menghisap udara di dalamnya. Penggerak
pompa water jet berupa motor listrik yang besar daya bervariasi sesuai kapasitas
tampung bahan pada tabung penggorengan (Fadhillah & Putra, 2018).
Alat penggorengan vakum yang dipasarkan ada empat jenis kapasitas
tampung bahan dan memiliki daya motor berbeda. Kapasitas 1,5 kg memerlukan
daya 200 watt; kapasitas 3,5 kg memerlukan daya 0,75 HP = 559,3 watt; kapasitas
5 kg memerlukan daya 0,75 – 1 HP = 559,3 – 745,7 watt; dan kapasitas 10 kg
memerlukan daya 2,5 HP = 1864,25 watt. Ada empat tipe alat penggorengan
vakum, kapasitas 1,5 kg memerlukan daya 300 watt; kapasitas 3,5 kg memerlukan
daya 1000 watt; kapasitas 5 kg memerlukan daya 1000 watt; dan kapasitas 10 kg
memerlukan daya 2100 watt. Dari kedua penjelasan sebelumnya dapat diketahui
bahwa semakin besar kapasitas tampung bahan memerlukan daya penggerak
semakin besar pula (Fadhillah & Putra, 2018).
Komponen-komponen penyusun penggorengan vakum:
1. Sumber panas
2. Tabung penggoreng
3. Tuas pengaduk
4. Pengendali operasi
5. Penampung kondensat
6. Pengukur vakum
7. Keranjang penampung bahan
8. Kondensor
9. Saluran hisap uap air
10. Water jet
11. Pompa Sirkulasi
12. Saluran air pendingin
13. Bak air sirkulasi
14. Kerangka
Fungsi komponen-komponen penggorengan vakum:
1. Pompa vakum berfungsi untuk menghisap udara di dalam ruang penggoreng
sehingga tekanan menjadi rendah, serta untuk menghisap kadar air yang
menguap dari bahan selama penggorengan.
2. Ruang penggoreng (tabung penggoreng, keranjang penampung bahan dan tuas
penggaduk). Bagian ini berfungsi sebagai tempat pemanasan minyak yang
dilengkapi dengan dengan keranjang untuk pengangkat dan pencelup bahan
yang digoreng.
3. Kondensor (kondensor dan penampung kondensat). Bagian ini berfungsi
sebagai tempat untuk mengembunkan uap air. Fluida yang digunakan sebagai
pendingin dalam kondensor adalah air yang berasal dari sirkulasi penggerak
water-jet.
4. Pengendali operasi berfungsi untuk mengendalikan/mengatur suhu dan
tekanan selama proses penggorengan.
5. Pemanas (sumber panas) berfungsi untuk memanaskan minyak dalam tabung
penggoreng.
6. Kerangka berfungsi sebagai tumpuan komponen-komponen mekanisme
penggoreng vakum.
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Alat tulis
2. Air
3. Kertas
4. Alat vacuum frying

B. Prosedur Kerja

1. Praktikan ke ruangan praktikum.


2. Asisten praktikum mengenalkan alat vacuum frying dan menjelaskan bagian-
bagiannya.
3. Mencatat apa yang dijelaskan oleh asisten praktikum.
4. Mengamati vacuum frying ketika dihidupkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambar Alat

Gambar 1. Vacuum frying.

2. Keterangan dan fungsi bagian


a. Vakumeter: pengukur tekanan.
b. Katup: tempat masuknya udara saat penggorengan telah selesai.
c. Penutup: penutup penggorengan.
d. Tuas: pemutar untuk pembalik penggorengan.
e. Kondensor: destilassi.
f. Kompor gas: sumber panas.
g. Water jet: tekanan air.
h. Panel control: mengaktifkan vacuum.
i. Selang: mengalirkan cairan.
j. Lampu: sumber penerangan.
3. Prinsip kerja vacuum frying
Menggoreng bahan dengan cara menurunkan suhu dalam keadaan vacuum.
4. Cara kerja
a. Isi bak air hingga memenuhi batas permukaan bak sirkulasi.
b. Masukkan minyak goreng ke dalam tabung sampai dasar keranjang buah.
c. Atur kedudukan jarum penyetel suhu pada temperatur yang diinginkan,
kemudian hubungkan stecker boxes pengendali suhu.
d. Tekan tombol pengendali suhu pada posisi on dan nyalakan kompor gas.
e. Setelah dicapai suhu yang di-set (ditandai nyala kompor yang mengecil)
masukkan bahan maksimum sebanyak 5 kg ke dalam keranjang
penggoreng kemudian tutup tabung penggoreng dan kunci rapat-rapat.
f. Tutup keran pelepas vacuum, nyalakan pompa dengan menekan tombol
besar dalam posisi on pada kotak kontrol sambil membuka keran sirkulasi
air di atas tabung jet, tunggu hingga air keluar dari selang bagian atas
kondensor.
g. Setelah vacuummeter menunjukan angka 700 mmHg, turunkan keranjang
ke dalam minyak dengan memutar tuas pengaduk setengah putaran (180o).
Goyanglah tuas setiap 5 menit untuk meratakan pemanasan.
h. Setelah matang buih pada tabung penggorengan akan hilang amati dari
kaca pengintai dengan menekan tombol lampu ke posisi on angkat bahan
ke atas minyak dengan memutar tuas pengaduk 180o dan kunci.
i. Matikan pompa, kompor, dan kran sirkulasi air, kemudian buka keran
pelepas vacuum (di atas tutup) pelan-pelan hingga vacuummeter
menunjukan angka 0.
j. Buka tutup tabung dan keranjang penggoreng, angkat keripik buah dan
tiriskan pada mesin pengering.
5. Penerapan konsep gas ideal dalaam kehidupan sehari-hari
a. Ban motor menjadi kempes jika lama tidak digunakan.
b. Botol menjadi kempes setelah dimasukan air panas.
c. Konsep gerakan piston dalam mesin.
d. Tembakan mainan.
e. Pompa sepeda.
6. Pemanfaatan vacuum frying di bidang pertanian
a. Pembuatan keripik salak.
b. Pembuatan keripik apel.
c. Pembuatan keripik pisang.
d. Pembuatan keripik ubi kayu.
e. Pembuatan keripik nangka.

B. Pembahasan

Gas merupakan zat yang tidak mempunyai bentuk dan volume yang tetap
(Partana, 2008). Gas adalah salah satu wujud zat yang tidak dapat mempertahankan
bentuk dan volumenya (Arisworo dkk., 2008). Gas merupakan wujud materi yang
mudah dimampatkan (Chang, 2004).
Gas ideal yaitu gas yang terdiri atas partikel-partikel dalam jumlah yang besar
sekali, yang selalu bergerak sembarang, dan tersebar merata dalam wadah (Untoro
dkk., 2010). Gas ideal adalah gas yang memiliki banyak sekali molekul yang
masing-masing bermasa sama dan bergerak acak ke segala arah dengan berbagai
kelajuan (Hermawan, 2012). Gas ideal adalah gas hipotesis yang perilaku volume-
tekanan-suhunya dapat dijelaskan secara lengkap melalui persamaan gas ideal (P,V,
T) (Chang, 2004).
Menurut Chang (2004), menyatakan bahwa gas memiliki volume dan bentuk
sesuai wadahnya, bercampur dengan segera dan merata, dan memiliki kerapatan
yang jauh lebih rendah dibandingkan cairan dan padatan sedangkan pada gas ideal
molekul-molekul gas ideal tidak memiliki volume dan tidak saling mendesak satu
sama lain. Gas merupakan zat yang tidak mempunyai bentuk dan volume tidak tetap
sedangkan gas ideal memiliki hubungan tekanan, volume, dan suhu sehingga dapat
ditentukan (Partana, 2008). Gas partikel-partikelnya bergerak sembarang dan bebas
dan tidak dibatasi oleh wadah sedangkan gas ideal merupakan gas yang terdiri atas
partikel-partikel dalam jumlah yang besar sekali, yang selalu bergerak sembarang,
dan tersebar merata dalam wadah (Untoro dkk., 2010).
Vacuum frying adalah mesin pengggoreng hampa udara (Massinai 2005).
Dalam pengertian tersebut vacuum frying merupakan suatu mesin produksi yang
mengolah bahan-bahan yang mengandung kadar air tinggi terutama memproduksi
bahan baku pertanian dengan cara penggorengan hampa. Mesin penggorengan
hampa (Vacuum Frying) adalah mesin khusus yang dirancang untuk memudahkan
memproduksi keripik buah-buahan dan sayuran (Septiyani, 2012). Mesin
penggoreng hampa (Vacuum Fryer) adalah mesin produksi untuk menggoreng
berbagai macam buah dan sayuran dengan cara penggorengan hampa (Arum,
2012).
Prinsip kerja vacuum frying adalah menghisap kadar air dalam sayuran dan
buah dengan kecepatan tinggi agar pori-pori daging buah-sayur tidak cepat
menutup, sehingga kadar air dalam buah dapat diserap dengan sempurna. Prinsip
kerja dengan mengatur keseimbangan suhu dan tekanan vakum (Fadhillah & Putra,
2018). Menurut Afrozi dkk. (2018) prosedur kerja dalam alat vacuum frying yaitu:
1. Isi bak air sampai ± 3 cm dari permukaan bak sirkulasi.
2. Masukkan minyak goreng ke dalam tabung sampai dasar keranjang buah.
3. Pastikan tombol pengendali suhu pada posisi off sewaktu menghubungkan
regulator LPG dengan tabung.
4. Periksa kedudukan jarum penyetel suhu pada 70oC - 90oC, kemudian
hubungkan steker boxs pengendali suhu dengan listrik 220 volt, minimal 900
Watt.
5. Tekan tombol pengendali suhu pada posisi on dan nyalakan kompor gas.
6. Setelah tercapai suhu yang di-set (ditandai nyala kompor mengecil), masukkan
bahan maksimum sebanyak 2 kg ke dalam keranjang penggoreng kemudian
tutup.
7. Pasang tutup tabung penggoreng dan kunci rapat-rapat, tutup keran pelepas
vakum, nyalakan pompa dengan menekan tombol besar dalam posisi on pada
boxs pengontrol sambil membuka keran sirkulasi air di atas tabung jet, tunggu
hingga air keluar dari selang bagian atas kondensor.
8. Setelah vacuum meter menunjukkan angka 700 mmHg, turunkan keranjang ke
dalam minyak dengan memutar tuas pengaduk setengah putaran (180oC).
Goyanglah tuas setiap 5 menit untuk meratakan pemanasan.
9. Pada saat bahan dimasukkan ke dalam minyak, suhu akan turun, jarum meter
vakum bergerak ke kanan, kaca pengintai menjadi berembun.
10. Setelah matang, buih pada tabung penggorengan akan hilang (dilihat dari kaca
pengintai dengan menekan tombol lampu ke posisi on), angkat bahan ke atas
minyak dengan memutar tuas pengaduk 180o dan kunci. Matikan pompa,
kompor, dan keran sirkulasi air, kemudian buka keran pelepas vakum (di atas
tutup), hingga vacuum meter menunjuk angka 0.
11. Buka tutup tabung dan keranjang penggoreng, angkat keripik buah dan tiriskan
pada mesin pengering.
Kelebihan mesin vacuum frying (penggoreng hampa):
1. Mudah penggorengannya.
2. Hemat waktu karena dapat memproduksi dalam skala yang besar pada setiap
proses penggorengannya.
3. Menghasilkan keripik yang berkualitas.
4. Tidak mengubah warna buah atau sayuran.
5. Hasil penggorengan lebih renyah.
6. Aroma tidak berubah.
7. Kandungan serat tinggi.
8. Makanan awet dan tahan lama.
9. Penggorengan alami tidak menambahkan bahan pengawet dan pewarna.
10. Kandungan serat tinggi.
Kekurangan mesin vacuum frying (penggoreng hampa):
1. Alatnya mahal.
2. Perawatan susah.
3. Bahan mentah harus banyak maksimal 5 kg.
4. Pengadukan 10 menit sekali.
5. Membutuhkan tenaga ahli untuk mengoperasikan mesin vacuum frying.
6. Tidak bisa diterapkan pada industri rumahan.
7. Memerlukan bahan bakar atau listrik yang tinggi.
8. Alatnya besar sehingga susah dipindahkan.
9. Sulit dibersihkan.
10. Masih manual ketika membalikan makanan karena memutar tuas.
Bilangan peroksida dapat dipakai sebagai indikator terhadap ketengikan yang
terjadi pada minyak atau lemak. Semakin tinggi bilangan peroksida suatu minyak
atau lemak menunjukan bahwa minyak atau lemak tersebut mempunyai ketahanan
terhadap ketengikan yang rendah, karena senyawa peroksida merupakan hasil dari
kegiatan oksidasi minyak yang menyebabkan bau tengik. Molekul-molekul lemak
yang mengandung radikal asam lemak tidak jenuh mengalami oksidasi dan
menjadi tengik. Bau tengik yang tidak sedap tersebut disebabkan oleh
pembentukan senyawa-senyawa hasil pemecahan hidro-peroksida (Kurniadi dkk.,
2009).
Ukuran dari ketengikan dapat diketahui dengan menentukan bilangan
peroksida. Semakin tinggi bilangan peroksida maka semakin tinggi pula tingkat
ketengikan suatu bahan pangan. Peroksida merupakan suatu tanda adanya
pemecahan atau kerusakan pada minyak karena terjadi oksidasi (kontak dengan
udara), yang meyebabkan bau atau aroma tengik pada minyak. Pengukuran angka
peroksida pada dasarnya adalah mengukur kadar peroksida dan hiperoksida yang
terbentuk pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Oksidasi lemak oleh oksigen
terjadi secara spontan jika bahan dibiarkan kontak dengan udara, sedangkan
kecepatan proses oksidasinya tergantung pada tipe lemak dan kondisi
penyimpanannya (Khotimah, 2013).
Aroma ketengikan diduga juga disebabkan aktivitas mikroba. Adanya lemak
dalam bahan pangan memberi kesempatan bagi jenis mikroba lipolitik untuk
tumbuh secara dominan, keadaaan ini mengakibatkan kerusakan lemak oleh
mikroba dan menghasilkan zat-zat yang disebut asam lemak bebas dan keton yang
mempunyai bau dan rasa tengik (Kurniadi dkk., 2009).
Ketengikan pada bahan pangan berlemak atau berminyak dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu absorpsi lemak, aksi enzim dalam jaringan bahan pangan
yang mengandung lemak, aksi mikroba dan oksidasi oleh oksigen atau kombinasi
dari dua atau lebih penyebab ketengikan (Tridiyani, 2012).
Berikut ini mesin-mesin penggorengan selain vacuum frying:
1. Deep frying electric
Mesin electric deep fryer juga dikenal sebagai mesin penggorengan celup.
Artinya setiap bahan makanan yang digoreng baik daging, sayuran dan bahan
lainnya digoreng dengan cara dicelup ke dalam minyak dalam. Teknik
menggoreng seperti ini dikenal dengan deep frying yang akan membuat hasil
gorengan lebih renyah. Juga membuat hasil gorengan coklat sempurna secara
keseluruhan. Masakan juga menjadi lebih matang seluruh bagian.

Gambar 1. Deep frying electric.

2. Deep fryer gas


Peralatan mesin gas deep fryer mampu membuat masakan mentah menjadi
matang. Hal ini dikarenakan mesin gas deep fryer merupakan nama lain
kompor dalam bentuk bak celup yang biasa dipakai untuk menggoreng
beberapa bahan makanan.

Gambar 2. Deep fryer gas

3. Deep frying dengan automatic temperature control


Pada mesin ini minyak goreng yang diinginkan akan selalu stabil, sehingga
hasil gorengan sangat bagus. Lebih irit minyak & lebih sehat karena tidak over
heating.
Gambar 3. Deep frying dengan automatic temperature control.

Contoh penerapan konsep low pressure dalam kehidupan sehari-hari:


1. Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari suatu tempat yang bertekanan tinggi ke
tempat yang tekanannya lebih rendah. Jika suatu daerah mempunyai tekanan
udara yang sangat rendah, udara di sekelilingnya akan mengitari daerah
tersebut sehingga membentuk pusaran angin.
2. Prakiraan cuaca
Jika pada suatu tempat tekanan udara rendah, udara dari tempat yang
bertekanan lebih tinggi akan bergerak ke daerah tersebut. Angin tersebut
membawa uap air. Karena tekanan udaranya rendah, uap air tersebut akan jatuh
ke bumi dalam bentuk hujan.
3. Sistem hidrolik
Sistem hidrolik adalah suatu sistem pemindah tenaga dengan cara memberikan
tekanan menggunakan zat cair atau fluida sebagai perantara.
4. Refrigerator
Gas menjadi lebih panas ketika dipadatkan (kompresi) menjadi volume yang
lebih kecil karena bekerja untuk mendorong molekul energinya bersama-sama.
Ketika mengembangkan gas, maka dapat mengisi volume lebih banyak. Energi
panas dengan kandungan molekulnya sekarang terbagi atas volume ruang yang
jauh lebih besar, sehingga suhu gas turun (semakin dingin).
5. Pompa vakum
Kompresor merupakan mesin untuk menaikkan tekanan udara dengan cara
memampatkan gas atau udara yang kerjanya didapat dari poros. Kompresor
biasanya bekerja dengan menghisap udara atmosfir. Jika kompresor bekerja
pada tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfir maka kompresor disebut
sebagai penguat (booster), dan jika kompresor bekerja di bawah tekanan
atmosfir maka disebut pompa vakum.
Praktikum termodinamika acara pertama ini yaitu pengenalan tentang mesin
vacuum frying beserta fungsinya terutama dalam bidang keteknikan pertanian,
mempelajari bagian-bagian mesin vacuum frying beserta fungsi dan cara kerjanya,
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari mesin vacuum frying, dan proses cara
kerja pengolahan suatu produk menggunakan mesin vacuum frying.
Kendala saat praktikum tidak dapat bekerjanya alat vacuum frying yang ada
pada laboratorium sendiri. Sehingga meminta izin dulu ke laboratorium ilmu
teknologi pangan untuk praktikan dapat melihat secara langsung cara kerja pada
tiap-tiap bagian vacuum frying tersebut dan juga kondisi yang kurang kondusif
menyebabkan praktikan kurang dapat memperhatikan penjelasan dari asisten
praktikum. Kemudian ketika praktikum lebih baik praktik menggoreng secara
langsung menggunakan alat tersebut.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Konsep gas ideal adalah gas yang memiliki molekul-molekul gas merupakan
materi bermassa yang dianggap tidak mempunyai volume, gaya tarik-menarik atau
tolak-menolak antar molekul dianggap nol, tumbukan antar molekul dengan
dinding bejana adalah lenting sempurna, dan memenuhi hukum gas PV = nRT.
Gas adalah zat yang selalu dapat bercampur sempurna satu sama lain
membentuk satu fase yang homogen. Semua gas yang dikenal sehari-hari adalah
termasuk gas sejati, sedangkan gas ideal pada kenyataannya tidak pernah ada,
namun sifat-sifatnya didekati oleh gas sejati pada tekanan yang sangat rendah.
Gas dan uap akan berpindah dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah hingga mencapai kesetimbangan tekanan. Dari sifat gas uap
telah dimanfaatkan untuk kinerja vacuum frying. Dengan mengatur tekanan untuk
menciptakan titik didih yang rendah demi mencapai tujuan memperoleh hasil
pengolahan pangan yang baik.

B. Saran

Praktikum sudah berjalan dengan lancar namun pengkondisian peserta


praktikum belum optimal dan penyediaan alat praktikum juga masih sangat kurang.
DAFTAR PUSTAKA

Afrozi, S., Mufarida, N. A., & R. Sofiyah. 2018. Hubungan Optimalisasi Suhu dan
Waktu Penggorengan pada Mesin Vacuum Frying Terhadap Peningkatan
Kualitas Keripik Pisang Kepok. Jurnal Proteksion, 2(2): 43-52.

Arisworo, D., Yusa, & N. Sutresna. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika, Biologi,
Kimia) untuk Kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Bandung: Grafindo
Media Pratama.

Arum, A. P. Y. 2012. Pengaruh Suhu dan Waktu Pada Pembuatan Keripik Melon
dengan Vacuum Frying. Tugas Akhir. Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti (Ed. 3). Jakarta:
Erlangga.

Fadhillah, R., & A. R. D. Putra. 2018. Kaji Eksperimen Mesin Pompa Vakum
Sistem Torak pada Mesin Vacuum Frying Sistem Torak. Tugas Akhir.
Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya.

Hermawan, Sandy. 2012. Mini Book Master Fisika SMA Kelas X, XI, & XII. Jakarta:
WahyuMedia.

Khotimah, K., Darius, & B.B. Sasmito. 2013. Uji Aktivitas Senyawa Aktif Alga
Coklat (Sargassum Fillipendulla) Sebagai Antioksidan Pada Minyak Ikan
Lemuru (Sardinella Longiceps). THPi Student Journal, 1(1): 4.

Massinai R. 2005. Pengolahan Sekunder Buah-Buahan Menggunakan Vaccum


Frying. Kalimantan Tengah (ID): Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.

Partana, C. F. 2008. Kimia 1 SMP VII. Jakarta: Quadra.

Septiyani, F. E. 2012. Pengaruh Suhu dan Waktu Pada Pembuatan Keripik Buncis
dengan Vacuum Frying. Tugas Akhir. Fakultas Teknik, Universitas
Diponegoro, Semarang.

Suharyono, A. S., Maria E. K., & M. Kurniadi. 2009. Pengaruh Sinar Ultraviolet
dan Lama Penyimpanan Terhadap Sifat Mikrobiologi dan Ketengikan Krem
Santan Kelapa. Jurnal AGRITECH, 29(3): 174-178.

Tridiyani, A. 2012. Perubahan Mutu Abon Ikan Marlin (Istiophorus Sp.) Kemasan
Vakum-Non Vakum Pada Berbagai Suhu Penyimpanan dan Pendugaan Umur
Simpannya. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.

Untoro, J. dkk., 2010. Buku Pintar Pelajaran SMA IPA 6 in 1. Jakarta:


WahyuMedia.

Anda mungkin juga menyukai