Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PINDAH PANAS

ASAS BLACK

Oleh:
Auliyya Aini
NIM A1C018073

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap benda mempunyai suhu tertentu. Apabila dua benda yang suhunya
berbeda ditempelkan secara merata maka suatu saat suhu keduanya akan menjadi
sama. Hal yang sama akan terjadi ketika air dingin yang ada di bak mandi dicampur
dengan air panas untuk mendapatkan air hangat. Pada percampuran itu akan
dihasilkan air hangat yang suhunya lebih rendah daripada air mendidih, tetapi lebih
tinggi dari air di bak sebelumnya. Hal ini karena pada peristiwa tersebut terjadi
perpindahan kalor. Jadi, kalor adalah salah satu bentuk energi yang berpindah dari
satu tempat ke tempat lain karena perbedaan suhu.
Energi kalor bersifat kekal dalam arti bahwa kalor tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, melainkan hanya berpindah tempat dan berubah bentuk. Bila dua zat
cair yang berbeda suhunya dicampur, maka zat cair yang suhunya lebih tinggi
memiliki energi yang lebih besar, sedangkan zat cair yang suhunya rendah memiliki
energi yang lebih kecil sehingga kalor bergerak dari zat dengan suhu tinggi menuju
zat dengan suhu lebih rendah. Ketika sejumlah kalor dilepaskan oleh sebuah benda
yang suhunya lebih tinggi, maka kalor tersebut akan diterima oleh benda lain yang
suhunya lebih rendah dengan jumlah yang sama besar. Gejala tersebut pertama kali
ditunjukkan oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris bernama Joseph Black
(1728-1799). Oleh karena itu, hukum tersebut disebut dengan Asas Black.

B. Tujuan

1. Mengetahui perpindahan panas yang terjadi pada pencampuran fluida.


2. Dapat menghitung suhu campuran fluida.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan energi dalam bentuk kalor sangat banyak ditemukan dalam


kehidupan sehari-hari seperti memasak makanan, ruang pemanas atau pendingin
dan lain-lain. Temperatur merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya benda.
Temperatur merupakan sifat sistem yang menentukan apakah sistem berada dalam
keadaan kesetimbangan dengan sistem lain. Jika dua sistem dengan temperatur
yang berbeda diletakkan dalam kontak termal, maka kedua sistem tersebut pada
akhirnya akan mencapai temperatur yang sama (Tim Asisten, 2017).
Istilah yang cukup sering didengar dalam proses perpindahan panas ialah
kalor. Kalor mengalir dengan sendirinya dari suhu tinggi ke suhu rendah. Akan
tetapi gaya dorong untuk aliran ini adalah perbedaan suhu. Bila sesuatu benda ingin
dipanaskan, maka harus dimiliki suatu benda lain yang lebih panas, demikian pula
halnya jika ingin mendinginkan sesuatu, diperlukan benda lain yang lebih dingin
(Tim Asisten, 2017).
Perpindahan suhu tersebut disebut driving force yang memungkinkan panas
berpindah. Tanpa adanya perbedaan suhu tidak mungkin terjadi pemindahan panas.
Panas mengalir dari bahan yang lebih panas ke bahan yang lebih dingin. Proses
pengeluaran panas akan banyak dijumpai dalam proses pendinginan produk
pangan. Dalam perpindahan panas/kalor dikenal suatu teori yang ditemukan oleh
Joseph Black, teori tersebut di kenal dengan Asas Black. Asas black menjabarkan
tentang:
1. Jika 2 buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan, benda yang panas
memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama.
2. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas.
3. Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang
diserap bila dipanaskan (Tim Asisten, 2017).
Adapun bunyi asas black adalah sebagai berikut: “Pada pencampuran dua zat,
banyaknya kalor yang diepas zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya
kalor yang diterima zat yang suhunya lebih rendah.”
Dirumuskan:
Qserap = Qlepas
m1 C ΔT1 = m2 C ΔT2
m1 C (Tc-T1) = m2 C (T2-Tc)
Keterangan:
m = massa air (kg)
C = kalor jenis air (4200 J/kgK)
T1 = suhu air dingin (oC)
T2 = suhu air panas (oC)
Tc = suhu campuran
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Air
2. Alat tulis
3. Gelas ukur
4. Kompor
5. Panci
6. Termometer
7. Timbangan

B. Prosedur Kerja

1. Volume air dingin diukur masing-masing 400 ml.


2. Massa air dihitung menggunkan rumus:
Massa (Kg) = ρair (kg/m3) x vair (m3)
3. Suhu air dingin diukur.
4. Air dipanaskan hingga mencapai suhu 65°C, 75°C, 85°C, dan 95°C masing-
masing sebanyak 400 ml.
5. Massa air panas dihitung (kg).
6. Air panas dicampurkan kedalam air dingin, kemudian diaduk dan diukur
suhunya.
7. Suhu campuran dihitung menggunakan persamaan Asas Black.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel hasil praktikum

Tabel 1. Data hasil praktikum kloter 1.


Volume Massa Suhu campuran Massa
Suhu (oC)
air air (oC) air
No.
dingin dingin Air Air panas
Praktik Rumus
(ml) (g) dingin panas (g)
1. 350 350 32 65 44 48,26 340
2. 350 350 32 75 42 53,50 350
3. 350 350 33 85 46 58,96 349
4. 350 350 33 95 56 63,78 345

Tabel 2. Data hasil praktikum kloter 2.


Volume Massa Suhu campuran Massa
Suhu (oC)
air air (oC) air
No.
dingin dingin Air Air panas
Praktik Rumus
(ml) (g) dingin panas (g)
1. 400 400 29 65 45 46,80 393
2. 400 400 30 75 48 52,22 390
3. 400 400 29 85 51 56,46 385
4. 400 400 30 95 52 60,10 345

Tabel 3. Data hasil praktikum kloter 3.


Volume Massa Suhu campuran Massa
Suhu (oC)
air air (oC) air
No.
dingin dingin Air Air panas
Praktik Rumus
(ml) (g) dingin panas (g)
1. 450 450 30 65 44 47,46 448
2. 450 450 29 75 53 52,25 460
3. 450 450 30 85 56 57,19 440
4. 450 450 30 95 57 61,38 420
Tabel 4. Data hasil praktikum kloter 4.
Volume Massa Suhu campuran Massa
Suhu (oC)
air air (oC) air
No.
dingin dingin Air Air panas
Praktik Rumus
(ml) (g) dingin panas (g)
1. 500 500 35 65 50 49,85 490
2. 500 500 34 75 55 54,50 500
3. 500 500 32 85 60 58,23 490
4. 500 500 38 95 59 65,92 480

2. Perhitungan
a. Massa air dingin
Rumus: m = . V
m = massa (g)
𝜌 = massa jenis (g/cm3)
V = volume (cm3)
m = 1 g/cm3 x 400 cm3
= 400 g
b. Massa air panas
1) m = 1 g/cm3 x 395 cm3
= 395 g
2) m = 1 g/cm3 x 390 cm3
= 390 g
3) m = 1 g/cm3 x 385 cm3
= 385 g
4) m = 1 g/cm3 x 345 cm3
= 345 g
c. Suhu campuran
Rumus:
Q masuk = Q keluar
mc1ΔT1 = mc2ΔT2
m = massa (g)
c = kalor jenis (kal/goC)
ΔT= perubahan suhu (oC)
1) Q masuk = Q keluar
400.1(29-Tc) = 395.1(Tc-65)
11.600-400Tc = 395Tc-25.675
11.600+25.675 = 395Tc+400Tc
37.275 = 795Tc
Tc = 46,89 oC
2) Q masuk = Q keluar
400.1(30-Tc) = 390.1(Tc-75)
12.000-400Tc = 390Tc-29.250
-400Tc-(-390Tc) = -29.250-(-12.000)
41.250 = 790Tc
Tc = 52,22 oC
3) Q masuk = Q keluar
400.1(29-Tc) = 385.1(Tc-85)
11.600-400Tc = 385Tc-32.725
11.600+32.725 = 385Tc+400Tc
44.325 = 785Tc
Tc = 56,46 oC
4) Q masuk = Q keluar
400.1(30-Tc) = 345.1(Tc-95)
12.000-400Tc = 345Tc-32.775
12.000+32.775 = 345Tc+400Tc
44.775 = 745Tc
Tc = 60,10 oC
d. Kesimpulan
Dari praktikum acara ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu air
yang mendidih, semakin tinggi suhu campurannya.
B. Pembahasan

Kalor adalah energi yang berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda
bersuhu rendah ketika dua benda bersentuhan semakin besar kalor jenis benda maka
semakin banyak kalor yang dibutuhkan suatu benda untuk menaikan suhunya.
Begitu juga sebaliknya semakin kecil kalor jenis suatu benda, maka semakin sedikit
kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu benda tersebut (Kanginan, 2006).
Kalor merupakan suatu perpindahan energi internal. Kalor mengalir dari satu
bagian sistem ke bagian lain atau dari sistem ke sistem yang lain karena terdapat
perbedaan temperatur. Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu satu satuan masssa benda sebesar satu derajat (Nabawiyah dan
Abtokhi, 2010). Kalor adalah suatu yang mengalir dari benda panas ke benda lebih
dingin untuk menyamakan suhunya (Kanginan, 2007).
Suhu yang tinggi akan menyebabkan kelembaban udara di dalam alat
pengering jadi rendah sehingga terjadi perbedaan tekanan uap air pada bahan dan
udara pengering. Perbedaan tekanan uap air ini dapat memaksa uap air pada bahan
keluar ke udara pengering yang biasa disebut driving force (Apriadi dkk., 2011).
Transfer massa atau perpindahan massa juga dapat didefinisikan sebagai gerakan
molekul-molekul dari elemen fluida yang disebabkan adanya suatu gaya pendorong
(driving force) (Azhar & Utami, 2017). Driving force merupakan perbedaan
kelembaban mutlak pada kesetimbangan dengan permukaan bahan yang
dikeringkan dan udara pengering. Adanya driving force ini yang yang
menyebabkan pengeringan dapat berjalan (Mujumdar, 2006).
Prinsip kekekalan energi: kalor yang dilepaskan oleh air panas (Qlepas) sama
dengan kalor yang diterima air dingin (Qterima).
Qlepas = Qterima
Persamaan ini dikenal sebagai asas black (Daruwati, 2016).
Apabila dinyatakan dalam bentuk persamaan, maka, QL = QT. Persamaan
tersebut menyatakan hukum kekekalan energi pada pertukaran kalor dan
selanjutnya disebut Asas Black atau dapat juga dalam sebuah persamaan matematis
dan dalam keadaan ideal dimana tidak ada zat lain yang terlibat dalam proses ini,
maka azas Black juga dapat dituliskan sebagai berikut:
QA = QB
MA x CA x ΔtA= MB x CB x ΔtB
MA x CA x (tA– tc) = MB x CB x (tc– tB)
Pengukuran kalor sering dilakukan untuk menentukan kalor jenis suatu atau
dilepaskan dapat ditentukan dengan mengukur perubahan suhu zat tersebut.
Kemudian dengan menggunakan persamaan Q = mcΔT, kalor dapat dihitung. Pada
waktu menggunakan rumus ini harus diingat bahwa suhu naik berarti zat menerima
kalor dan suhu turun berarti zat melepaskan kalor. Salah satu cara yang dapat
digunakan ialah dua zat yang suhunya berbeda dicampurkan sehingga terjadi
pertukaran kalor diantara kedua zat itu, sampai suhu kedua zat itu sama. Bila kalor
jenis salah satu zat diketahui, kalor jenis zat lain dapat dihitung melalui penggunaan
hukum kekekalan energi. ”Jumlah kalor yang diterima sama dengan jumlah kalor
yang dilepaskan”. Untuk menghitung banyaknya kalor yang diterima atau dilepas,
dapat digunakan rumus berikut:
Qmk = Mzc x Czc (Tsm-TA)
Dimana:
Q = Jumlah kalor yang diterima/dilepaskan minyak (kalori)
Mzc = Massa zat cair (gr)
Czc = Kapasitas Panas Jenis (kalori/groC)
Tsm = Temperatur setimbang minyak (oC)
TA = Temperatur Air (oC) (Utut, 2013)
Menurut Saputra (2017), menyatakan bahwa asas black adalah suatu prinsip
dalam termodinamika yang dikemukakan oleh Joseph Black. Asas ini menjabarkan:
1. Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang
panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama.
2. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas.
3. Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang
diserap bila dipanaskan.
Menurut Saputra (2017), menyatakan jumlah panas, kecepatan penyaluran
panas, dan fluks panas semua disimbolkan dengan perbedaan permutasi huruf Q.
Mereka biasanya diganti dalam konteks yang berbeda. Jumlah panas dinotasikan
sebagai Q, dan diukur dalam joule dalam satuan SI.
𝑄 = 𝑚 𝑐 ∆𝑇
Jadi disimpulkan bahwa Asas Black merupakan kalor lepas air panas (Qlepas)
sama dengan kalor terima yang merupakan air dingin (Qterima) sehingga
didapatkan suhu campuran yang sama. Asas Black juga mempunyai rumus sebagai
berikut:
Qlepas = Qterima
m1xc1xΔT = m2xc2xΔT
Keterangan:
m = massa air (kg)
c = kalor jenis (J/kgoC)
ΔT = perbedaan suhu (oC)
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kalor adalah massa larutan, kalor
jenis, dan suhu. Hubungan antara kalor air dan kalor tidak sama, yang disebabkan
oleh massa, suhu akhir dan suhu awal air yang tidak sama (Smith, 2001).
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya nilai
kalor pada Asas Black:
1. Massa benda
Untuk jenis benda yang sama tetapi massanya berbeda kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya berbeda. Artinya, semakin
besar massa benda, semakin besar pula kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu benda tersebut. Semakin besar massa benda maka kalor yang diterima
untuk didistribusikan guna menambah tenaga gerak molekul atau atom menjadi
lebih banyak. Jadi semakin besar massa benda memerlukan lebih banyak kalor
untuk menaikkan suhu bila dibanding benda bermassa kecil. Hal ini ditandai
oleh lebih lambatnya kenaikan suhu pada benda bermassa besar. Dengan
demikian, jumlah kalor yang diperlukan sebanding dengan massa bendanya.
2. Kalor jenis benda
Untuk jenis benda yang berbeda tetapi massanya sama, kalor yang diperlukan
untuk menaikkan suhu yang sama ternyata besarnya berbeda. Benda tertentu
memiliki massa jenis tertentu sehingga jumlah atom atau molekul per gramnya
juga tertentu. Energi untuk menaikkan suhu 1 oC pada 1 kg air sebesar lima
kali dibanding aluminium. Dijelaskan bahwa air memiliki kapasitas untuk
menyerap dan menyimpan kalor lima kali lebih besar dibanding aluminium.
Dengan demikian, jumlah kalor yang diperlukan bergantung pada jenis
bendanya.
3. Kenaikan suhu
Jumlah kalor yang diberikan besarnya sebanding dengan kenaikkan
(perubahan) suhu benda. Artinya, makin banyak kalor yang diberikan kepada
benda, semakin besar pula kenaikan suhu benda tersebut. Kalor yang
diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 10 oC senilai dengan kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 oC pada massa dan jenis benda yang
sama. Jelaslah pada peristiwa kenaikan suhu benda karena benda mendapat
tambahan kalor, mengenal tetapan baru yang bergantung pada jenis benda.
Tetapan itu disebut kapasitas kalor jenis.
Berikut ini adalah penerapan Asas Black dalam bidang keteknikan pertanian
adalah:
1. Penentuan nilai pembakaran suatu bahan bakar (LHV/HHV/GHV).
Nilai kalor bahan bakar adalah suatu besaran yang menunjukan nilai energi
kalor yang dihasilkan dari suatu proses pembakaran setiap satuan massa bahan
bakar. Bahan bakar yang banyak digunakan umumnya berbentuk senyawa
hidrokarbon.
2. Penentuan kapasitas beban pendinginan mesin (cooling water rate).
Beban pendinginan merupakan jumlah panas yang dipindahkan oleh suatu
sistem pengkondisian udara. Beban pendinginan terdiri dari panas yang berasal
dari ruang pendingin dan tambahan panas dari mesin. Tujuan perhitungan
beban pendinginan adalah untuk menduga kapasitas mesin pendingin yang
dibutuhkan untuk dapat mempertahankan keadaan optimal yang diinginkan
dalam ruang.
3. Penetapan untuk pemilihan bahan bangunan pertanian, misalnya lantai.
Dari Asas Black, maka energi dalam bentuk perpindahan panas haruslah sama,
hanya ada pada konstanta panas jenis.
Dalam praktikum kali ini diperoleh data-data dari semua kelompok bahwa
dapat disimpulkan semakin tinggi suhu air panas maka semakin tinggi juga suhu
campurannya kemudian bahwa semakin sedikit volume awal maka semakin banyak
volume yang menyusut ketika sudah dipanaskan. Untuk hasil percobaan tersebut
suhu campuran pada praktik dan menggunakan rumus sedikit berbeda karena ada
faktor-faktor yang mempengaruhu seperti gelas ukur yang tidak akurat, pemanasan
tidak konstan, butuh waktu untuk mendapatkan air sehingga ketika akan
dicampurkan suhu air panas telah mengalami penurunan suhu.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada pencampuran fluida
terjadi perpindahan panas sesuai dengan asas black. Asas Black menjabarkan jika
2 buah benda yang berbeda suhunya dicampurkan, benda yang panas memberi kalor
pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama, jumlah kalor yang diserap
benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda panas, dan benda yang
didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bila
dipanaskan.
Untuk mengukur suhu campuran fluida menggunakan Asas black yaitu
Qlepas = Qserap sehingga rumusnya menjadi m1c1ΔT = m1c2ΔT.

B. Saran

Untuk kedepannya peralatan praktikum di cek lagi seperti gelas ukur yang
tidak akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Apriadi, Amanah, H. Z., & N., Bintoro. 2011. Analisis Perpindahan Panas Dan
Massa Proses Pengeringan Jagung Tongkol Pada Beberapa Metode
Pengeringan Sederhana. Prosiding Seminar Nasional Perteta 2011, 21-22 Juli
2011, Jember.

Azhar, & H. Utami. 2017. Buku Ajar Transfer Massa dan Panas. Bandar Lampung:
Tekkim Publishing.

Daruwati, I. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair


Share (TPS) dan Teknik Mencatat Mind Mapping sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Fisika. Jurnal Ilmiah Edu Research, 5(1):29-32.

Kanginan, M. 2006. Fisika untuk SMA Kelas X Semester 2. Jakarta: Erlangga.

__________. 2007. Fisika untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Mujumdar, A. S. 2006. Handbook of Industrial Drying. Singapore: Taylor &


Francis Group, LLC.

Nabawiyah, K., & A. Abtokhi. 2010. Penentuan Nilai Kalor dengan Bahan Bakar
Kayu Sesudah Pengarangan Serta Hubungannya dengan Nilai Porositas Zat
Padat. Jurnal Neutrino, 3(1):44-55.

Saputra, G. A. H. 2017. Studi Eksperimental Perbangdingan Pemanas Air Tenaga


Surya dengan Kolektor Surya dengan Kolektor Surya Plat Datar, Plat
Bergelombang Setengah Lingkaran, dan Plat Bergelombang Segitiga. Tugas
Akhir. Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.

Smith, JM. 2001. Chemical Engineering The Modinamics. New York: MC Grow
Hill.

Tim Asisten. 2017. Pedoman Praktikum Pindah Panas. Fakultas Pertanian,


Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Utut, W. 2013. Nilai Kalor Minyak Nabati dari Buah Kepayang. Jurnal Teknik
Mesin, 3(1):6-17.

Anda mungkin juga menyukai