Anda di halaman 1dari 11

Simulasi Proses Evaporasi Gula dengan Aplikasi COFE64

I. Tujuan

1. Dapat melakukan simulasi proses evaporasi gula menggunakan aplikasi COFE64.


2. Mengetahui hasil evaporasi pada berbagai kondisi proses.
3. Memperkirakan pengaruh perbedaan kondisi proses terhadap hasil evaporasi.
II. Landasan Teori
Evaporasi adalah suatu unit yang menghilangkan air dari suatu larutan bahan yang encer
menjadi larutan bahan yang pekat (Singh, 2009). Menurut Botani (2008), evaporasi
adalah suatu bentuk proses yang menggunakan panas untuk menurunkan kandungan air
dari bahan pangan yang berbentuk cairan.
Perbedaan evaporasi dan distilasi adalah evaporasi merupakan proses penghilangan air
dari suatu bahan pangan berbentuk cairan serta bahan yang digunakan bersifat non-volatil
dan hasil uap berbentuk komponen tunggal,, sedangkan distilasi adalah proses pemisahan
komponen dari suatu campuran larutan dengan titik didih yang berbeda melalui proses
pemanasan serta bahan yang digunakan mengandung senyawa volatil dan hasil uap
berupa komponen campuran (Berk, 2009).
Contoh produk hasil evaporasi adalah pembuatan selai, susu kental manis dan Produk
Konsentrate jus (Gamse, 2002).
Alur proses pengolahan tebu menjadi gula menurut (Djunarsa, 2013) yaitu, Secara garis
besar proses pengolahan tebu menjadi Gula Kristal Putih (GKP) terdiri dari tahapan
berikut yaitu pertama penyiapan tebu pada tahap ini dilakukak persiapan sebelum
digiling, tebu dipersiapkan agar mudah dalam proses pemerahannya. Persiapan tebu
menggunakan pisau tebu dan hammer sehingga tebu terpotong dan terpecah. Tebu yang
terlalu panjang dapat mengganggu atau menghambat proses penggilingan karena ampas
satu dengan yang lainnya berbelit serta menghambat pergerakan dari satu mesin giling ke
penggilingan berikutnya. Tahap kedua adalah penggilingan atau pemerahan nira, pada
tahap ini Tebu yang sudah dipotong atau dieaeah "diangkut" dengan ban atau rantai
berjalan ke penggilingan yang terdiri dari tiga "roda" dengan posisi segitiga sehingga
tebu tergiling dua kali. Kemudian ampas dibasahi dengan nira dari gilingan berikutnya
untuk membantu pelarutan sisa gula yang masih tertinggal. Pada gilingan terakhir, ampas
dibasahi dengan air panas (ambibisi) dengan jumlah tertentu untukpelarutan sisa gula
yang masih terdapat dalam ampas. Proses tersebut diulang beberapa kali tergantung pada
raneangan peralatan dan mesin. Tahap ketiga adalah pemanasan awal, pada tahap ini Nira
hasil perasan ditimbang untuk mengetahui jumlahnya. Sebelum masuk pada tahap
selanjutnya, dilakukan pemanasan pendahuluan. Tujuan pemanasan ini adalah untuk
menghambat proses fermentasi yang mung kin terjadi. Selanjutnya tahap keempat yaitu
pemurnian, pada tahap pemurnian Nira hasil ekstraksi masih mengandung kotoran dan
benda asing _ yang harus dihilangkan. Tujuan dari pemurnian adalah untuk memisahkan
antara nira dengan kotoran-kotoran yang melayang dan terlarut yang terkandung di
dalamnya tanpa kerusakan dari sukrosa dan menekan kehilangan gula sedikit mungkin
sehingga nira yang dihasilkan benarbenar murni. Ada tiga maeam proses pemurnian yang
dapat digunakan yaitu defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Tahap selanjutrnya adalah
tahap penguapan, pemekatan dan pengkristalan. Pada tahap ini Nira jernih yang
dihasilkan dimasukan ke dalam proses masakan untuk mengurangi air melalui
penguapan. Proses ini dilakukan seeara bertahap agar tidak terjadi kerusakan gula dan
pembentukan karamel. Sumber panas untuk keperluan penguapan berasal dari boiler.
Nira yang sudah jernih mengandung sekitar 15 persen gula tetapi eairan gula jenuh (yaitu
eairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80
persen. Tujuan penguapan adalah untuk memekatkan nira, sehingga diperoleh larutan
pekat 64°Brix. Proses penguapan menghasilkan air buangan dan air embun yang masih
panas sehingga dapat digunakan sebagai sumber panas. Tahap Pengkristalan merupakan
Proses pemisahan padatan- cairan dilakukan melalui alih masa dari fase cair ke fase padat
murni dengan cara pendinginan, penguapan atau kombinasi keduanya. Kristalisasi dalam
pengolahan gula bertujuan untuk mendapatkan kristal gula sebanyak- banyaknya secara
mudah, sederhana dan ekonomis dari larutan yang mengandung sukrosa. Kristalisasi
dilakukan dalam bejana pemasak di stasiun rafinas. Kristalisasi dilaksanakan dua tingkat.
Pada tingkat pertama yang terdiri dari dua bejana pemasak, kristal gula yang sudah
terbentuk (disebut cuite) dan setelah tahap pengkristalan selesai kemudian dikirimkan ke
dalam mesin pemutar untuk memisahkan kristal dari molases. Gula syrup dari masakan
tahap pertama akan menghasilkan kristal gula. Tahap terakhir adalah pengeringan,
penyaringan, dan pengemasan. Pengeringan, Pengayakan dan Pengemasan merupaka
tahap dimana Kristal gula yang dihasilkan masih memilik kadar air di atas 2 persen
dikeringkan dalam mesin pen gering putar dengan bantuan udara panas. Gula yang telah
kering kemudian diayak untuk memisahkan kristal gula yang masih menggumpal.
Kristal-kristal yang dikehendaki kemudian diayak lagi untuk memisahkan kristal dengan
ukuran 1 mm untuk gula rumah tangga, dan kristal berukuran 0,6 mm untuk gula industri.
Gula untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk keperluan industri dikemas dalam
kemasan 50 kg atau sesuai kebutuhan. Kristal gula yang tidak dikehendaki ukurannya
dikembalikan lagi sebagai umpan pada proses kristalisasi.
III. Hasil dan Pembahasan
Prinsip Evaporator single effect adalah proses penguapan yang produknya hanya melalui
satu buah ruang penguapan dan panas diberikan oleh satu luas pemukaan pindah panas.
Sedangkan, prinsip Evaporator double effect adalah proses penguapan bahan yang dapat
digunakan dua, tiga, empat, atau lebih ruang penguapan dalam sekali proses. Penggunaan
evaporator double effect berprinsip pada penggunaan uap yang dihasilkan dari evaporator
sebelumnya. Dalam hal ini evaporator double effect lebih efektif karena panas laten dari
efek pertama digunakan kembali pada efek kedua dan seterusnya sehingga energi yang
digunakan tidak sebanyak single effect apabila fraksi mol yang diinginkan pada bahan
bernilai tinggi.
Skema proses evaporasi Single Effect Evaporator untuk evaporasi gula yang
disimulasikan (dari aplikasi COFE64)

Fraksi Air Fraksi Sukrosa Suhu (K) Pressure (Pa) Heat Duty (J/s)
Heater 0,8000 0,2000 373 100000 197048084,309
Tangki 1 0,4184 0,5816 363 15000 795164635,697
Skema proses evaporasi Double Effect Evaporator untuk evaporasi gula yang
disimulasikan (dari aplikasi COFE64)

Fraksi Air Fraksi Sukrosa Suhu (K) Pressure (Pa) Heat Duty (J/s)
Heater 0,8000 0,2000 373 100000 197048084,309
Tangki 1 0,6982 0,3018 363 35000 394343304,764
Tangki 2 0,4169 0,5831 353 10000 388291263,085

Kondisi tiap stream di Single Effect Evaporator adalah


Kondisi stream 1:
Pressure: 100000 Pa
Temperature: 298 K
Flow: 30000 mol/s
Mole fractions water: 0,8
Mole fractions sucrose: 0,2
Keterangan: Liquid
Kondisi stream 2:
Pressure: 100000 Pa
Temperature: 373 K
Flow: 30000 mol/s
Mole fractions water: 0,8
Mole fractions sucrose: 0,2
Keterangan: Liquid
Kondisi stream 3:
Pressure: 15000 Pa
Temperature: 363 K
Flow: 19683.9 mol/s
Mole fractions water: 1
Mole fractions sucrose: 6.1476467e-81
Keterangan: Vapor
Kondisi stream 4:
Pressure: 15000 Pa
Temperature: 363 K
Flow: 10316.129 mol/s
Mole fractions water: 0.4183865
Mole fractions sucrose: 0.5816135
Keterangan: Liquid (at phase boundary)
Kondisi tiap stream di Double Effect Evaporator adalah
Kondisi stream 1:
Pressure: 100000 Pa
Temperature: 298 K
Flow: 30000 mol/s
Mole fractions water: 0,8
Mole fractions sucrose: 0,2
Keterangan: Liquid
Kondisi stream 2:
Pressure: 100000 Pa
Temperature: 373 K
Flow: 30000 mol/s
Mole fractions water: 0,8
Mole fractions sucrose: 0,2
Keterangan: Liquid
Kondisi stream 3:
Pressure: 35000 Pa
Temperature: 363 K
Flow: 10116.3 mol/s
Mole fractions water: 1
Mole fractions sucrose: 8.5979304e-82
Keterangan: Vapor
Kondisi stream 4:
Pressure: 35000 Pa
Temperature: 363 K
Flow: 19883.7 mol/s
Mole fractions water: 0.698245
Mole fractions sucrose: 0.301755
Keterangan: Liquid (at phase boundary)
Kondisi stream 5:
Pressure: 10000 Pa
Temperature: 353 K
Flow: 9593.2 mol/s
Mole fractions water: 1
Mole fractions sucrose: 3.4506615e-84
Keterangan: Vapor
Kondisi stream 6:
Pressure: 10000 Pa
Temperature: 353 K
Flow: 10290.5 mol/s
Mole fractions water: 0.416938
Mole fractions sucrose: 0.583062
Keterangan: Liquid (at phase boundary)
Heat Duty Single Effect merupakan
Hubungan antara suhu dan tekanan dan air yang terevaporasi dalam tangka. Apabila
dilihat dari hukum termodinamika suhu dan tekanan berhubungan yaitu P.V = m. R. T.
dimana apabila suhu diturunkan maka tekanan juga akan turun dan begitu pula
sebaliknya. Begitu pula dengan evaporasi suhu dan tekanan saling berhubungan yaitu
adanya penurunan tekanan akan berpengaruh pada penurunan suhu. Pada percobaan ini
digunakan evaporasi Nira, dimana apabila nira atau gula dipanaskan dengan suhu tinggi
maka akan terjadi caramelisasi. Sehingga, suhu dalam tangki tidak boleh terlalu tinggi
agar tidak terjadi kerusakan. Untuk menghindari hal tersebut maka dilakukan penurunan
titik didih larutan dengan cara membuat kondisi vaccum, dengan kodisi vakum kita dapat
melakukan penurunan titik didih larutan. Kondisi pada vaccum adalah kurang dari 1 atm,
sedangkan pada feed tekanan sudah pada 1 atm, sehingga kita harus menurunkan tekanan
pada tangki lagi hingga dibawah 1 atm agar suhu dapat diturunkan.
IV. Kesimpulan
1. Dapat melakukan simulasi proses evaporasi gula menggunakan aplikasi COFE64.

2. Hasil evaporasi pada berbagai kondisi proses

a. Single Effect Evaporation


Fraksi Air Fraksi Sukrosa Suhu (K) Pressure (Pa) Heat Duty (J/s)
Heater 0,8000 0,2000 373 100000 197048084,309
Tangki 1 0,4184 0,5816 363 15000 795164635,697

b. Double Effect Evaporation


Fraksi Air Fraksi Sukrosa Suhu (K) Pressure (Pa) Heat Duty (J/s)
Heater 0,8000 0,2000 373 100000 197048084,309
Tangki 1 0,6982 0,3018 363 35000 394343304,764
Tangki 2 0,4169 0,5831 353 10000 388291263,085
3. Pengaruh perbedaan kondisi proses terhadap hasil evaporasi
V. Daftar Pustaka
Z. Berk. 2009. Food Process Engineering and Technology, 1st ed. Oxford: Academic
Press.
Botani, F. 2008. Pengaruh Suhu Evaporasi terhadap Kualitas dan Nilai Organoleptik Susu
Kental Manis. Padang: Universitas Andalas.
Djunarsa, Djoni. 2013. Pangan Media Komunikasi dan Informasi. Jakarta Selatan: Divisi
R&D Perum BULOG
Gamse, T. 2002. Liquid-liquid Extraction and Solid-liquid Extraction. Austria: Institute
of Thermal Process and Environmental Engineering Graz University.
Singh, R. Paul. 2009. Introduction to Food Engineering Fourth Edition. California:
Academic Press
VI. Lembar Pengesahan
“Saya benar-benar melakukan kegiatan praktikum dengan jujur sesuai dengan petunjuk
praktikum.”

Yogyakarta, 9 April 2021


Praktikan,

(Luthfia Anggit) (Anisa Bella MW) (Devinta Berliana


Puteri)

VII. Lampiran
Single Effect Evaporation
Double Effect Evaporation

Anda mungkin juga menyukai