Anda di halaman 1dari 20

Nama : Ardelia Widya Santi

NIM : 23023004

KAJIAN 1 : Penyusunan Diagram Alir Proses dan Tabel Neraca Massa dan Energi

Masukkan component list; 2-Propanol, H2O, H2, dan Acetone.

Untuk memilih fluid package sesuai dengan ketentuan thermodinamika, dimana senyawa yang
dipilih adalah pada kondisi liquid yang non-ideal karena ada kondisi azeotropik antara air dan
isopropanol yang dapat dibuktikan dengan grafik T-xy yang ada, sebagai berikut :

Sehingga memilih fluid package Wilson, NRTL, atau UNIQUAC, Vapour Model with Peng-
Robinson. Jika kita memilih Fluid Package yang salah, maka dari HYSYS langsung
memperingati kita mengenai fluid package tersebut.
Pemilihan fluid package yang salah juga ditandai dengan tidak idealnya gambar azeotropic yang
terbentuk. Seperti pada gambar dibawah ini :

Pada gambar dibawah terlihat bahwa azeotropnya di fraksi mol 0,6, dan pada fraksi masanya
adalah 87%- massa 2-propanol, sehingga sesuai dengan yang tertera pada lembar tugas, 2-
propanol yang dimasukkan adalah 87%-massa dan 13%-massa H2O.
i.

Kemudian, gunakan pendekatan dengan reactor gibbs dan dilakukan spontan tanpa adanya
reaksi, sehingga tidak memerlukan tetapan kesetimbangan termasuk dengan Arrhenius. Pada saat
dimasukkan suhu 350oC, kemudian suhu keluarannya adalah 163,1oC karena ini adalah reaksi
endotermik maka dapat diartikan bahwa energy atau panas yang diperlukan untuk menjalankan
reaksi endotermik ini harus berasal dari temperature pemanasan (heat temperature) sehingga
ditambah Q reactor. Kemudian, masukkan suhunya 350oC.

Gibbs menjalankan reaksi secara spontan, tetapi jika tetap ingin mengetahui konversi yang
dihasilkan oleh reactor ini, maka dapat menggunakan spreadsheet untuk mengetahui konversi
dari reactor ini.
Konversi yang dihasilkan oleh reactor ini adalah 98,65% dengan temperature 350oC.

Ketika suhunya diturunkan pada reaksi endotermik, maka conversinya juga akan turun. Hal
tersebut karena energi yang masuk juga menjadi lebih kecil.

TEMPERATURE VS KONVERSI
105

100

95

90

85

80
300 320 340 360 380 400 420

Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa bila temperaturnya semakin tinggi, maka konversi yang
dihasilkan juga semakin tinggi. Dimana reaksi yang dijalankan di 350oC.

TEKANAN VS KONVERSI
98

96

94

92

90

88

86

84

82
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5

Pengaruh tekanan terhadap konversi reactor gibbs apabila semakin besar tekanan, maka konversi
yang didapatkan semakin kecil. Sehingga karena masukkannya adalah 1,2 atm dan 25oC, maka
tekanan yang digunakan adalah 2 atm.
Sehingga, dipilih temperature sebesar 350oC dan tekanan sebesar 2 atm.

ii. Pada E-100 suhu yang digunakan adalah 100oC agar beban yang diberikan oleh
Heater (E-100) tidak terlalu besar, setelah itu dipanaskan lagi hingga 350oC pada
Heater (E-101). Kemudian, fungsi dari separator adalah untuk memisahkan antara H2
dengan komponen yang lainnya. Oleh karena itu, keluaran reactor gibbs akan masuk
ke dalam mixer, dimana aliran 6 ingin memisahkan hydrogen terlebih dahulu dari
campuran, makanya harus di didinginkan terlebih dahulu, jadi sebelum masuk ke
separator harus didinginkan terlebih dahulu karena suhu masih 350, jadi masih pada
fase uap dan terdapat H2 di dalamnya. oleh karena itu, suhu dari keluaran mixer harus
diturunkan terlebih dahulu H2 dapat terpisahkan.
Dapat terlihat dari gambar dibawah, jika tekanan di separator yang digunakan besar,
maka akan memperoleh fraksi H2 yang besar pula.
Pada stream 7, vapour fase nya tidak lagi 1. Pada E-102 digunakan tekanan 2 bar karena pada
tekanan masukkan itu 2 bar dan akan membuat H2 yang keluar juga akan menjadi lebih banyak,
jika menggunakan tekanan yang lebih besar.

Jadi agar komponen H2 nya bisa keluar saat di absorber, maka saat di Cooler harus didinginkan
hingga suhu yang minus, tetapi membutuhkan biaya yang lebih besar untuk cooling waternya
karena menggunakan refrigerant. Tetapi, jika diturunkan hingga -350C dengan tekanan sekitar 1
bar maka tidak membutuhkan absorber karena acetone yang terikut. Tetapi, konsekuensinya juga
jika pada -35oC akan terbentuk solid (ice) dan jika terbentuk solid akan membuat peralatan lain
juga rusak. Hal tersebut juga akan membuat proses menjadi terganggu karena proses ini akan
berjalan terus menerus dan pastinya akan selalu merusak perawatan. Oleh karena itu,
menggunakan temperature 10oC dengan menggunakan chilled water.
iii. Saat di absorber semakin besar absorber, maka semakin besar juga kontak antara H2
dengan cairan. Sehingga pemisahan H2 juga lebih mudah. Pada awalnya, sebelum di
recycle, maka nilai air yang dimasukkan ke dalam absorber. Tetapi, menambah
jumlah stage tidak terlalu berpengaruh terhadap keluaran H2 dari absorber.
Oleh karena itu, agar dapat memisahkan gas H2, digunakan SET L/G Ratio (dilakukan setelah
recycle) atau menambah jumlah air agar kontak antara gas dengan air menjadi lebih banyak
sehingga H2 akan lebih banyak terpisahkan. Sehingga keluaran absorber (T-100) mempunyai
kemurnian H2 sebesar 97%.
iv. Kemudian, dari mixer akan masuk terlebih dahulu ke shortcut distilasi untuk
mengetahui performance dari distilasi, termasuk dengan suhu condenser dan
reboilernya. Kemudian, untuk tekanan puncak sebesar 1,6 atm dan dasar adalah 1,8
atm karena pada alat sebelumnya, tekanannya adalah 1,8 atm sehingga agar dapat
masuk ke alat selanjutnya, tekanannya harus lebih rendah.
Untuk mendapatkan kemurnian acetone 99,5%, maka dibutuhkan pengaturan pada
distilasi pada bagian monitor. Stage yang dipilih adalah 10, agar dapat memisahkan
acetone dengan komponen lainnya, umpan masuk akan masuk pada stage 3, stage
masuk juga berpengaruh terhadap kemurnian acetone.
Saat pada stage 3, acetone akan langsung menguap ke atas, sehingga kemurnian yang
didapatkan menjadi lebih besar. Tetapi, saat masuk ke dalam reflux ratio, memiliki
nilai yang sangat tinggi, yaitu bernilai :

Hal tersebut dikarenakan oleh sebelum masuk ke dalam distilasi, kondisi dari fluida bersuhu
rendah, yaitu sekitar 10oC sehingga akan memperberat kerja dari distilasi. Jika suhu yang masuk
rendah, maka beban atau kerja yang dibutuhkan distilasi lebih tinggi. Sedangkan titik didih
acetone adalah 56,05oC. sehingga membutuhkan energi yang lebih besar dari reboiler untuk
dapat menguapkan acetone ke atas. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap jumlah state yang
diperlukan, untuk mendapatkan H2 yang semakin besar, maka dibutuhkan stage yang lebih
banyak daripada yang telah terhitung.

Distilasi yang digunakan adalah distilasi dengan kondensor parsial karena masih ada H2 yang
tersisa dari proses pemisahan absorber sebesar 0,0004. H2 yang dikeluarkan dari distilasi (T-102)
berbentuk purge H2 (uap). Sehingga gas hydrogen semuanya hilang saat dari T-102.
Temperature keluaran Purge H2 (aliran 25) dan keluaran Acetone (aliran 15) memiliki
temperature -162,8oC. Hal tersebut karena terdapat gas hydrogen yang memiliki Titik Didih yang
sangat rendah, yaitu -252,595oC.

Setelah menyesuaikan Tekanan dan Suhu yang ada di kolom distilasi (T-102) akan didapatkan
keluaran acetone 7689,577 kg/h.

v. Kemudian, setelah Acetone terpisahkan, maka saatnya untuk memisahkan air dan
isopropanol yang kemudian akan di recycle masuk ke dalam absorber dan mixer.
Untuk pemisahannya, maka Shortcut distillation Kembali dibutuhkan, oleh karena itu
dipasang shortcut distilasi terlebih dahulu untuk mengetahui temperature, flux ratio,
dan jumlah stage yang akan digunakan. Stage masuk pada distilasi ini adalah stage 6
dari 10. Hal tersebut dikarenakan H2O yang merupakan produk keluaran bawah akan
langsung menuju ke bawah menjadi liquid (produk bawah) dengan kemurnian 99%.
Setelah didapatkan, kemurnian 99% H2O mudah didapatkan pada “monitor” dengan
menggunakan reflux ratio yang telah didapatkan dari shortcut distillation. Begitu juga tekanan
yang digunakan adalah sebesar 1,6 untuk condensernya dan 1,8 untuk reboilernya karena
keluaran dari distilasi sebelumnya adalah 1,8 atm. Suhu condenser (aliran 17) adalah 70,69oC
dan suhu reboiler (aliran 18) adalah 110,5oC. Hal tersebut karena Titik didih dari air adalah
100oC sehingga saat sampai ada di bawah maka masih berbentuk cairan dan produk atas masih
berbentuk cairan agar bisa masuk ke dalam recycle (RCY-2) dalam bentuk cairan di dalam
MIXER. Reflux yang digunakan bernilai 0,5 karena pada shortcut distillation, minimum reflux
ratio yang digunakan adalah 0,317.
vi. Tabel Neraca Massa dan Neraca Energi
a. Neraca Massa dan Energi Aliran

No. Material Name 1 2 3 4


1. Vapour 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Fraction
2. Temperature 25 25,04 63,78 100
(oC)
3. Pressure (bar) 1,2 2,2 2,2 3,67
4. Molar flow 216,93 216,93 1670,66 1670,66
(kgmole/h)
5. Mass flow 10000 10000 88998,96 88998,96
(kg/h)
6. Liquid Volume 12,38 12,38 111,74 111,74
Flow (m3/h)
7. Heat flow (kW) -18499,335 -18498,86 -118129,45 -115860,71

No Material Name 5 Vapour Stream Liquid 6


. Stream
1. Vapour Fraction 1,0000 1,0000 0,0000 1,0000
2. Temperature 350 350 350 350
(oC)
3. Pressure (bar) 3,66 3,66 3,66 3,66
4. Molar flow 1670,66 1815,00 0,0000 1815,00
(kgmole/h)
5. Mass flow 88998,96 88998,96 0,0000 88998,96
(kg/h)
6. Liquid Volume 111,74 115,46 0,0000 115,46
Flow (m3/h)
7. Heat flow (kW) -90627,17 -88330,82 0,0000 -88330,82

No Material Name 7 8 9 10
.
1. Vapour Fraction 8,22e-002 8,51e-002 0,0000 1,0000
2. Temperature 10 9,23 9,23 9,23
(oC)
3. Pressure (bar) 3,56 2 2 2
4. Molar flow 1815,00 1815,00 1660,41 154,59
(kgmole/h)
5. Mass flow (kg/h) 88998,96 88998,96 88092,44 906,52

6. Liquid Volume 115,46 115,46 110,54 4,92


Flow (m3/h)
7. Heat flow (kW) -118397,22 -118397,22 -117711,12 -686,10

No Material Name 11 12 13 14
.
1. Vapour Fraction 1,0000 0,0000 0,0000 4,96e-005
2. Temperature 16,14 8,51 19,69 9,87
(oC)
3. Pressure (bar) 1,6 2,00 1,8 1,8
4. Molar flow 148,69 154,59 160,49 1820,91
(kgmole/h)
5. Mass flow (kg/h) 514,76 2847,58 3239,34 91331,78
6. Liquid Volume 4,42 2,87 3,37 113,92
Flow (m3/h)
7. Heat flow (kW) -327,84 -12278,42 -12636,64 -130347,76

No Material Name 15 16 17 18
.
1. Vapour Fraction 4,76e-003 0,0000 0,0000 0,0000
2. Temperature -163,03 75,44 110,48 70,69
(oC)
3. Pressure (bar) 1,6 1,8 1,8 1,6
4. Molar flow 135,10 1685,77 223,45 1462,32
(kgmole/h)
5. Mass flow (kg/h) 7728,83 83602,88 4115,91 79486,97
6. Liquid Volume 9,79 104,13 4,15 99,97
Flow (m3/h)
7. Heat flow (kW) -10047,19 -117398,97 -17263,74 -100218,19

No. Material Name 19 20 21 22


1. Vapour Fraction 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2. Temperature 110,48 110,48 110,48 8,51
(oC)
3. Pressure (bar) 1,8 1,80 2,2 2
4. Molar flow 68,85 154,59 154,59 154,59
(kgmole/h)
5. Mass flow (kg/h) 1268,36 2847,54 2847,54 2847,54
6. Liquid Volume 1,28 2,87 2,87 2,87
Flow (m3/h)
7. Heat flow (kW) -5320,03 -11943,71 -11943,66 -12278,37

No. Material Name 23 24 25


1. Vapour Fraction 0,0000 0,0000 1,0000
2. Temperature 70,73 70,74 -163,03
(oC)
3. Pressure (bar) 2,2 2,2 1,6
4. Molar flow 1462,32 1453,73 3,14e-002
(kgmole/h)
5. Mass flow (kg/h) 79486,97 78998,96 6,33e-002
6. Liquid Volume 99,97 99,35 9,06e-004
Flow (m3/h)
7. Heat flow (kW) -100215,78 -99630,58 -4,63e-002

b. Beban panas

Streams Heat Flow (kW)


E-100 2269
E-101 2,523e+004
E-103 3,007e+004
Q Cond 1 2,270e+006
Q Reb 1 2,272e+006
Q Cond 2 1,793e+004
Q Reb 2 1,785e+004
E-104 334,7

c. Daya Pompa

Steams Daya Pompa (kW)


QP-100 0,4709
QP-101 4,530e-005
QP-102 2,407

d. Beban panas Reaktor


2296 kW

vii. Aspek metodologi untuk permasalahan berikut :


a. Keluaran dari separator masih mengandung gas hydrogen sebesar 0,0004.
Sehingga hal yang dapat dilakukan ada 2 cara : Cara 1, yaitu memasang splitter
sebelum masuk ke dalam distilasi. H2 dapat dipisahkan dengan splitter sehingga
distilasi yang digunakan adalah distilasi total. Cara 2, dengan menggunakan
distilasi dilengkapi kondensor partial sehingga H2 yang ada dapat terpisahkan
sebagai purge (H2) menuju ke atas dalam bentuk uap dan acetone dalam bentuk
cairan. Sehingga keluaran dari distilasi (T-102) akan bersih dari gas Hidrogen.
b. Dalam pemilihan spesifikasi pemisahan dari T-102 adalah memasukkan
spesifikasi di dalam monitor distilasi. Seperti gambar dibawah ini :

Dapat terlihat bahwa bagian yang active adalah Overhead Vap Rate yang
didapatkan dari shortcut distillation bernilai 0,0314 kgmole/h dan Distillate rate
yang juga didapatkan dari shortcut distillation bernilai 135,1 kgmole/h. Selain
itu,bagian yang diaktifkan adalah Fraksi Acetone yang diinginkan pada bagian
“Add Specs”. Setelah itu, setelah mulai Converged juga dilakukan perubahan
terhadap jumlah stage dan posisi masuk umpan. Jika yang diinginkan adalah
acetone dan keluaran ke arah condenser, maka umpan masuknya akan semakin
rendah (stage 5).
Untuk T-104 dapat dilakukan dengan cara yang sama, tetapi dengan mengaktifkan
reflux rate dan komponen H2O yang diinginkan. Kemudian, kemurnian H2O dapat
didapatkan sebesar 99% sesuai yang diinginkan.

c. Untuk memudahkan pada saat recycle 1, yaitu merecycle H2O untuk masuk ke
dalam absorber adalah dengan menggunakan skema mundur. Maksud dari skema
mundur ini adalah jadi dapat dilakukan dengan memasang SET untuk flow,
temperatur, dan tekanan antara flow 22 dan flow 12 (air yang masuk ke dalam
absorber) kemudian setelah disamakan ketiganya dapat dipasang RCY 1 dan
membackward semua parameter dari SET tersebut. Kemudian, agar tidak terjadi
trouble pada distilasi, aliran 17 dapat di break dulu dari TEE-100. Setelah itu
Parameter tekanan Cooler dapat dimasukkan sebesar 0,2 atm. Setelah itu dapat
terhitung RCY 1 yaitu merecycle air masuk ke dalam absorber. Dapat
disimpulkan bahwa dengan memutus (break connection) antar aliran dapat
mempermudah menggunakan RCY sehingga tidak terjadi trouble dalam setiap
alat yang telah dispesifikasi.
d. Untuk memudahkan saat recycle 2 dimana untuk merecycle 2-propanol masuk
ke dalam mixer. Hal tersebut dapat dilakukan dengan skema maju. Dimana dapat
dilakukan dengan aliran 18 dipompa untuk masuk ke dalam MIXER menjadi
aliran 24. Kemudian dengan men-SET aliran 23 dengan aliran 2 (masukkan
mixer) untuk di SET Pressurenya. Setelah itu, aliran 24 dapat masuk ke dalam
mixer. Pada saat setelah masuk, distilasi akan menconvergenkan aliran. Dimana
terkadang terdapat kesalahan pada bagian L/G ratio karena keluaran flow yang
berbeda. Oleh sebab itu, hal tersebut dapat dilakukan dengan mengubah aliran
flow, pressure, dan temperature yang tadinya menggunakan SET menjadi
menggunakan backward. Dengan itu RCY dapat diatasi.
e. Kemudian, spesifikasi unit MIX-101 menggunakan SET Pressure antara aliran 23
dengan aliran 2. Sehingga saat menyambungkan antara aliran 2 dan aliran 24
dengan mixer, tidak ada terkendala.

Anda mungkin juga menyukai