Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk memisahkan atau


mengendapkan zat-zat padat atau tersuspensi non koloidal dalam air. Pada proses
sedimentasi cairan ditahan sedangkan padatan bebas bergerak. Pengendapan dapat
dilakukan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Hasil dari suatu proses
sedimentasi adalah cairan yang bening dan slurry yang lebih pekat
konsentrasinya.

Metode sedimentasi sederhana adalah dengan membiarkan padatan


mengendap dengan sendirinya. Setelah partikel - partikel mengendap, maka air
yang jernih dapat dipisahkan dari padatan yang semula tersuspensi didalamnya.
Cara lain yang lebih cepat dengan melewatkan air pada sebuah bak dengan
kecepatan tertentu sehingga padatan terpisah dari aliran air tersebut dan jatuh ke
dalam bak pengendap. Kecepatan pengendapan partikel yang terdapat di air
tergantung pada berat jenis, bentuk dan ukuran partikel, viskositas air dan
kecepatan aliran dalam bak pengendap. (Darni, Y. 2016)

2.2 Tipe - Tipe Pengendapan

Ada empat jenis pengendapan partikel  secara umum yang didasarkan pada
konsentrasi dari  partikel  yang saling berhubungan.
1. Discrete settling. Pengendapan yang memerlukan   konsentrasi suspended
solid yang paling rendah, sehingga analisisnya  menjadi yang paling sederhana. Di
dalam discrete settling, partikel  secara  individu mengendap dengan bebas dan
tidak mengganggu atau tidak mencampuri pengendapan dari partikel lainnya.
Kecepatan pengendapan dari partikel-partikel discrete adalah dipengaruhi oleh
gravitasi dan gaya geser. Anggapan yang diambil untuk menggambarkan gerak
butir padatan dalam fluida diam :
a. Padatan berpori
b. Fluida incompressible
c. Gravitasi bumi seragam
d. Pengaruh butiran lain diabaikan
(Darni, Y. 2016)

2. Flocculant settling. Pada flocculant settling inilah konsentrasi partikel cukup


tinggi terjadi pada  penggumpalan (agglomeration). Peningkatan rata-rata massa
partikel ini menyebabkan partikel  karam lebih cepat. Flocculant settling banyak
digunakan pada primary clarifier. Kecepatan pengadukan dari partikel-partikel
meningkat, dengan setelah adanya penggabungan diantaranya. Tipe ini digunakan
dalam proses flokulasi dan koagulasi.

3. Hindered Settling. Di dalam hindered settling atau zone settling, konsentrasi


partikel relaitf tinggi (cukup) sehingga pengaruh antar partikel tidak dapat
diabaikan, kemudian partikel  bercampur dengan   partikel    lainnya dan
kemudian mereka karam bersama-sama. hindred settling sebagian besar
digunakan di dalam secondary clarifiers. Kecepatan pengendapan dipengaruhi
oleh sifat fluida, sifat fisis padatan, dan konsentrasi. Bila jenis slurry tertentu
dengan nilai µ, ρs, ρf, g, D dan γ tetap maka kecepatan sedimentasi hanya
merupakan fungsi dari konsentrasi.
Contoh dari aplikasi ini adalah thickener. (Darni, Y. 2016)

4. Compression Settling. Pengendapan berada pada konsentrasi yang paling


tinggi pada suspended solid dan terjadi pada jangkauan yang paling rendah dari
clarifiers. Pengendapan partikel dengan cara memampatkan (compressing) massa
partikel dari  bawah. Tekanan (compression) terjadi tidak hanya di dalam zone
yang paling rendah dari secondary clarifiers tetapi juga di dalam tangki sludge
thickening.
Secara aktual sedimentasi terdiri dari rectangular dan circular. Bak single-
rectangular  akan  lebih ekonomis dibandingkan dengan bak circular pada ukuran
yang sama; bagaimanapun, jika banyak tangki diperlukan, unit rectangular dapat
dibangun dengan dinding pada umumnya dan menjadi yang paling hemat. (Darni,
Y. 2016)

Di industri aplikasi sedimentasi banyak digunakan, antara lain:


1. Pada unit pemisahan, misalnya untuk mengambil senyawa magnesium dari
air laut
2. Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, misalkan
pada pabrik gula
3. Pengolahan air sungai menjadi boiler feed water
4. Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam clarifier dalam
prinsip perbedaan terminal velocity
(Rahadi, A. 2010)

2.3. Metode sedimentasi


Sedimentasi dapat berlangsung secara batch, semi-batch, dan kontinu
sebagai berikut:

1. Cara Batch

Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena


sedimentasi  batch paling mudah dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian
mudah. Operasi ini banyak digunakan pada proses-proses untuk mengurangi
polusi dari limbah industry. Mekanisme sedimentasi batch pada suatu silinder /
tabung bisa dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1 . Mekanisme Sedimentasi Batch

Keterangan :
A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan

 Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah (gambar 2


b, c, d). Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C
dan transisi hilang, semua padatan berada di zona D.  Saat ini disebut critical
settling point,  yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan
endapan. (Listantya. 2011)

2. Cara Semi-Batch

Pada sedimentasi semi-batch , hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk
saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau beningan
yang keluar. Mekanisme sedimentasi semi-batch  bisa dilihat pada gambar berikut
:

Gambar 2. Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch

Keterangan :

A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
(Listantya. 2011)

3. Cara Kontinyu
Dalam industry sedimemntasi dalam proses kontinyu disebut thickener. Pada cara
ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan secara kontinyu.
Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme sedimentasi
kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Mekanisme Sedimentasi Kontinyu

Keterangan :

A = cairan bening
B = zona konsentrasi seragam
C = zona ukuran butir tidak seragam
D = zona partikel padat terendapkan
Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau penurunan
ketinggian daerah batas antara slurry (endapan) dan supernatant (beningan) pada
suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida karena konveksi. (Listantya.
2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan

1. Ukuran Partikel

Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel, jika


ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan dan
volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya
apungnya. Jadi karena ukuran partikel besar maka semakin besar pula drag
force dan gaya apungnya sehingga pengendapan semakin lambat.

2. Bentuk Partikel

Bentuk partikel padatan merupakan konfigurasi partikel dan ada


hubungannya dengan ukuran atau komposisi partikel. Beberapa shape
factor atau factor bentuk untuk berbagai partikel dinyatakan berdasarkan
panjang yang terpanjang, intermediet, dan sumbu potong terpendek yang
melalui partikel padatan. (Roessiana. 2014)

3. Densitas Partikel
Densitas adalah massa per satuan volume. Partikel padatan dengan ukuran
atau volume (missal diameter partikel) besar belum tentu mengendap lebih
dahulu karena massa dan densitas nya belum tentu lebih tinggi
dibandingkan dengan partikel padatan berukuran kecil. Massa yang
semakin besar juga menyebabkan densitasnya tinggi. Oleh Karena itu,
partikel padatan mudah mengendap dan kecepatan pengendapannya tinggi
dibandingkan partikel padatan yang berat, massa dan densitasnya rendah.

4. Densitas cairan

Cairan yang sering terlibat dalam proses sedimentasi adalah air. Densitas
cairan memiliki pengertian yang sama dengan densitas partikel tetapi
densitas tidak tergantung bentuk molekul air. Densitas adalah fungsi
temperature, semakin tinggi temperature maka kerapatan antara molekul-
molekul atau jarak antara molekul saling berjauhan.

5. Viskositas cairan

Laju pengendapan sangat dipengaruhi oleh viskositas dimana viskositas


sangat berkaitan dengan suhu yang ada. Bila temperature tinggi maka
viskositas menurun sehingga bentuk dan ukuran partikel semakin kecil dan
laju pengendapan cepat. Viskositas adalah derajat dimana fluida mampu
bertahan karena pengaruh aliran yang diberikan kepadanya. Viskositas
kinematik adalah viskositas yang merupakan rasio antara viskositas
dimanik terhadap densitas fluida. Viskositas dinamik adalah suatu
konstanta yang menggabungkan tegangan geser dengan gradient
kecepatan. (Roessiana. 2014)

DAFTAR PUSTAKA

Darni, Yuli. 2016. Pemisahan Campuran Heterogen. Lampung: Tekkim


Publishing

Listantya, Ginanjar. 2011. Sedimentasi.


https://tentangteknikkimia.wordpress.com/2011/12/17/sedimentasi/

Rahadi, aprian eka. 2010. Kualitas air pada proses pengolahan air minum di
instalansi pengolahan air minum Lippo Cikarang.

Roessiana. 2014. Model persamaan factor koreksi pada proses sedimentasi.


Surabaya: Jurnal sains dan teknologi lingkungan

Anda mungkin juga menyukai