Anda di halaman 1dari 10

SIMULASI PROSES PRODUKSI ETANOL DARI MOLASSES MELALUI

BEBERAPA KONFIGURASI ALTERNATIF PROSES

Mardianti Susantris, Nila Gamayanti

Abstrak
Etanol atau etil alkohol merupakan senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen
dengan rumus molekul CH3CH2OH dan merupakan derivat senyawa hidrokarbon, yang mempunyai gugus
hidroksil sehingga dapat dioksidasi atau esterifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung yield maksimal
yang mampu dicapai dari beberapa alternative proses, serta untuk meminimalkan konsumsi energi yang
dibutuhkan dari beberapa alternative proses. Adapun tahapan untuk penelitian ini antara lain pengumpulan
dan pengolahan data, mensimulasikan data yang diperoleh ke dalam program Super Pro 4.55, dan apabila
hasil yang diperoleh dari simulasi mendekati dengan data yang diperoleh, maka dapat dimulai proses
pembuatan konfigurasi, dan kemudian menghitung hasil yield etanol serta energi yang diperoleh. Hasil validasi
yang diperoleh dengan menggunakan simulasi menunjukkan output yang mendekati data literature, dimana
pada literature menghasilkan etanol sesebesar 550.21535kg/jam sedangkan simulasi menghasilkan 545.00296
kg /jam. SuperPro 4.55 dapat diaplikasikan untuk evaluasi, analisa serta optimasi desain proses bioteknologi.
Hasil konfigurasi terbaik yang dapat diperoleh yaitu konfgurasi ketiga dengan hasil etanol sebesar 609.4816
kg/jam dengan yield 0.503. Hasil konfigurasi dengan penambahan alat GAC Adsorption untuk meningkatkan
kualitas dari etanol diperoleh dari konfigurasi yaitu; 605.6896 kg/jam. Adapun konsentrasi yang diperoleh
sebesar 99.6 %. Sedangkan kebutuhan energi yang paling minimal yaitu konfigurasi kedua yaitu sebesar
3398.19234 kcal /kg etanol.

Kata Kunci : Etanol, Mollases, Super Pro, Konfigurasi, Yield, Energi

I. Pendahuluan II.1.1 Tahap Pre-Treatment


Seiring dengan meningkatnya kebutuhan II.1.1.1 Tahap Penimbangan Tetes.
akan ethanol di Indonesia maka semakin meningkat Pada penimbangan tetes ini dipakai jenis
pula perkembangan pabrik ethanol menggunakan timbangan cepat dengan kapasitas timbang tertentu,
berbagai macam bahan baku.. Proses produksi dilengkapi dengan alat pembuka dan penutup
ethanol dapat diperoleh dari tiga macam proses, berupa katup buangan yang dioperasikan secara
yaitu sintesis dari ethylene, fermentasi langsung manual. Dan juga panel on-off pompa tetes yang
karbohidrat(gula, nira, molasses, buah) atau bahan yang diatur secara otomatis. Cara kerjanya dengan
lain yang harus diubah menjadi bahan yang dapat menimbang tetes yang dipompa dari gudang
difermentasi seperti starch(jagung, ketela dan penyimpan tetes untuk setiap harinya.
kentang) dan sellulosa(jerami dan kayu) selain itu II.1.1.2 Tahap Pencampuran Tetes.
dapat juga diperoleh dari hasil samping industri Tahap pencampuran tetes ini
tertentu. Bahan baku yang banyak digunakan di menggunakan tangki pencampur tetes dengan
Indonesia adalah Molases. Molasses merupakan kapasitas tertentu yang dilengkapi pancaran uap air
limbah dari industry gula. Melalui proses panas (steam), yang berfungsi sebagai pengaduk
fermentasi maka molasses dapat diubah menjadi dan pemanas tetes. Cara kerjanya yaitu pertama-
ethanol dan selanjutnya dapat dimurnikan sampai tama air panas bersuhu 70o C dimasukkan ke dalam
pada spesifikasi tertentu. tangki pencampur tetes (mixing tank), kemudian
Keseluruhan proses ini melibatkan disusul dengan tetes yang telah ditimbang. Setelah
berbagai macam proses, kandungan material serta itu disirkulasi dengan menggunakan pompa hingga
enzyme yang kompleks. Untuk menganalisa desain tetes dan air tercampur dengan baik. Pencampuran
proses suatu pabrik ethanol supaya dihasilkan yield dianggap selesai dengan indikasi kepekatan
yang maksimal serta konsumsi energi yang mencapai 90o brix dan dipanskan dengan uap air
minimal maka dibutuhkan sebuah simulasi proses. panas (steam) sampai suhunya mencapai 90o C.
Dalam simulasi ini digunakan program Super Pro Tujuan diberikannya air panas adalah untuk
4.55. mempercepat proses pelarutan, sedangkan
pemanasan dengan uap air panas (steam) adalah
II. Tinjauan Pustaka untuk sterilisasi larutan tetes. Setelah semua
II.1 Proses Produksi Etanol tercampur dengan baik ditambahkan asam sulfat
Proses produksi etanol terdiri dari (H2SO4) teknis dengan kepekatan 96,5 % sampai
beberapa tahapan, antara lain tahap persiapan atau pH mencapai 4,5 - 5. Pemberian asam sulfat
pre-treatment, tahap separator, tahap fermentasi (H2SO4) ini bertujuan untuk mengendapkan garam-
serta tahap purifikasi yang akan dijelaskan lebih garam mineral di dalam tetes dan untuk memecah
detail sebagai berikut : di-sakarida (sukrosa) didalam tetes menjadi mono-
sakarida berupa senyawa d-glukosa dan d-fruktosa.
II.1.1.3Tahap Pengendapan. dalam larutan ini dengan tujuan untuk
Pada tahap pengendapan ini menggunakan mempertahankan pH agar tetap konstan yaitu 4.5 –
tangki yang dilengkapi dengan pipa decanter. Pada 5. Dari hasil campuran ini didapatkan biakan ragi.
tahap ini larutan tetes dengan kepekatan 40o brix Pada Tangki pre-fermentor terdapat beberapa
dari tangki pencampur ditampung dalam tangki ini reaksi yaitu: reaksi hidrolisa, reaksi penguraian
dan diendapkan selama 5 jam untuk mengendapkan urea serta reaksi pertumbuhan yeast. Asumsi pada
kotoran-kotoran tetes (sludge), terutama endapan reaksi hidrolisa adalah konversi yang terjadi 95%.
garam. Persamaan reaksi hidrolisa sebagai berikut:
Pengendapan ini bertujuan untuk C12H22O11 +H2O 2C6H12O6
mengurangi kerak yang terjadi pada mash column Persamaan reaksi pada 95% konversi proses
(kolom destilasi pertama). Setelah 5 jam, cairan penguraian urea adalah:
tetes dipompa menuju tangki fermentor melalui (NH2)2CO + H2O 2NH3 + H2O
decanter dan heat exchanger (HE). Heat exchanger Persamaan reaksi untuk pertumbuhan yeast adalah:
ini berfungsi untuk menurunkan suhu sampai 30o C C6H12O6 + 3.198O2 + 0.316NH3
sebagai syarat operasi fermentasi. Sedangkan 1.929CH1.703N0.171O0.459 +4.098CO2+ 4.813H2O
cairan sisa yang berupa endapan kotoran-kotoran ∆Hr 298 = -855.7055 kcal/kg
dan sebagian cairan tetes dipompa ke tangki (Atkinson, hal 132)
pencuci endapan kotoran tetes (tangki sludge). II.1.3.2 Tahap Fermentasi
II.1.2 Tahap Separator Tahap ini menggunakan tangki fermentor
Tangki Pencuci Endapan Kotoran Tetes. dengan dilengkapi pipa aliran udara dan pipa aliran
Sisa cairan tetes sebanyak ± 5% volume air pendingin yang berasal dari air sungai untuk
dari tangki pengendap tetes yang berupa endapan menjaga suhu fermentasi pada 30-32o C.
kotoran-kotoran dipompa keluar dari tangki Fermentasi ini bertujuan untuk mendapatkan
pengendap melalui pipa decanter untuk ditampung alcohol dengan kadar 8,5 – 9 % atau lebih.
di tangki sludge hingga mencapai volume tertentu. Pertama-tama dimulai dengan sterilisasi
Kemudian cairan tetes diendapkan hingga waktu tangki fermentor yamg masih kosong dengan uap
tertentu untuk selanjutnya dipompa kembali ke air panas (steam) sampai suhu 121o C lalu
tangki mixing. Tujuan pencucian kotoran tetes ini membiarkan suhu di dalam tangki turun sampai 30o
adalah untuk efisiensi bahan baku berupa tetes agar C. Setelah itu memasukkan air proses dengan suhu
bahan baku dapat dipakai semaksimal mungkin 30o C, larutan tetes 40o brix, proses fermentasi ini
tanpa harus membuang sebagian yang tersisa. berjalan secara aerob. Selanjutnya biakan ragi yang
II.1.3 Tahap Fermentasi telah dibiakkan pada tangki pre-fermentor dipompa
Proses fermentasi ini dibagi menjadi masuk ke tangki fermentor. Setelah itu, tetes 40o
beberapa tahap, yaitu tahap pembiakan ragi dan brix dipompa masuk ke tangki dan proses
fermentasi. berlangsung selama 36 jam. Untuk pH larutan ini
II.1.3.1 Tahap Pembiakan Ragi dijaga sekitar 4,5 - 5.
Tahap ini menggunakan tangki pre- Kemudian memasukkan ragi roti yang
fermentor yang dilengkapi pipa aliran udara dan telah dilarutkan dengan air secukupnya dan yeast
pipa aliran air pendingin pada bagian luar dinding cream. Untuk nutrisinya, dimasukkan urea,
tangki. Tahap ini bertujuan untuk ammonium, dan diammonium phospat. Sedangkan
mengembangbiakkan ragi jenis saccharomyces turkey red oil ditambahkan sebagai anti foam untuk
cereviseae dengan menggunakan media tetes. mencegah pembentukan foam selama proses terjadi.
Untuk pembuatan larutan ragi, mula-mula diawali Hal ini dilakukan selama 15 menit setelah
dengan cara memasukkan air proses bersuhu 15o C persiapan media pada tangki fermentor selesai.
dan tetes 40o brix dari tangki pengendap tetes ke Kemudian dimasukkan ke dalam 2 tangki
dalam tangki seeding dan mencampurnya hingga fermentor pada waktu yang disesuaikan dengan
mencapai kekentalan sekitar 12 - 13o brix yang jam awal fermentasi. Tahap fermentasi ini
disertai aliran udara dari blower dengan fungsi berlangsung selama 24 jam hingga kadar alkohol
ganda yaitu untuk mempercepat tercampurnya tetes mencapai 8,5 - 9% dan kekentalan 6,5 - 7o brix.
dengan air dan juga untuk konsumsi kebutuhan Setelah kadar alkohol sebesar 8,5 - 9% terpenuhi,
oksigen bagi ragi saccharomyces cereviseae yang larutan hasil fermentasi dipompa menuju separator
berlangsung pada suasana aerob. Selain itu juga untuk dipisahkan antara hasil fermentasi (cairan
menjaga suhu tangki konstan pada 30o C dengan mash) dengan ragi (yeast cream). Separator ini
mengalirkan air pada dinding luar tangki. Jika tidak menggunakan alat rotary vacuum filter yang
dijaga, maka ragi sedang dikembangbiakkan akan merupakan alat dengan prinsip vacuum sehingga
terganggu kelangsungan hidupnya dan kemudian ragi (yeast cream) dan cairan hasil fermentasi
akan mati. Kemudian memasukkan ragi roti (gist) (cairan mash) yang memilliki perbedaan massa
yang telah dilarutkan dengan air secukupnya. jenis dapat dipisahkan. Ragi yang didapatkan masih
Untuk nutrisinya, dimasukkan urea, diammonium dalam konsentrasi yang tinggi. Dari hasil
phospat, dan ammonia. PHP juga ditambahkan ke fermentasi tidak semuanya dipisahkan raginya,
hanya sekitar 80-90% saja. Sisanya 10-20% tidak dari 5 tingkat atau tray. Fungsinya adalah untuk
diambil raginya karena mengandung kotoran- memisahkan alkohol dari mash (cairan hasil
kotoran sisa berupa endapan garam mineral. fermentasi) hingga residu destilasi (slope) sudah
Hasil fermentasi yang telah dipisahkan ini tidak mengandung alkohol lagi atau kadarnya
langsung masuk ke tangki mash (mash tank). Dan hanya sekitar 0 - 0,5%.
selanjutnya didestilasi hingga menjadi alkohol Pre-Running Separating Column.
prima (fine alkohol) dengan kadar mencapai Kolom II atau Pre-running Separating Column ini
96,5%. terdiri dari 39 tingkat yang berfungsi untuk
Pada tahap fermentasi ini terjadi reaksi memisahkan ester-ester dan kandungan lainnya
hidrolisa, dimana sukrosa diubah menjadi glukosa. sehingga didapatkan cairan dengan kadar alkohol
Persamaan reaksi hidrolisa yaitu: 30%.
C12H22O11 +H2O 2C6H12O6 Lees Column & Rectifying Column.
Sedangkan reaksi utama adalah reaksi fermentasi, Kolom III atau Lees column & Rectifying Column
dimana glukosa diubah menjadi etanol dan air. ini merupakan satu rangkaian kolom dengan
Persamaan reaksinya adalah: jumlah 71 tingkat atau tray. Kolom ini berfungsi
C6H12O6 2 C2H5OH + 2CO2 untuk memekatkan kadar alkohol dari hasil
Pada main fermenter selain terbentuk etanol, juga destilasi pada kolom II.
akan terbentuk produk samping. Hasil samping Repurifying Column.
dalam persen berat (%gula) adalah sebagai berikut: Kolom IV atau Repurifying Column ini terdiri dari
Asam asetat = 0,65% 40 tingkat yang halus karena kolom ini berfungsi
Fusel Oil = 0,85% untuk memurnikan alkohol dari bahan-bahan atau
Asetaldehid = 0,05% senyawa-senyawa ikutan yang lebih volatil.
(Prescot hal 128) Alcohol Column.
Reaksi samping yang terjadi pada main fermenter Kolom V atau Alcohol Column merupakan kolom
yaitu: terakhir, yang terdiri dari 45 tingkat dengan 13
C6H12O6 C3H8O3 + CH3CHO + 2 CO2 tingkat pada bagian bawah merupakan plate-plate
C6H12O6 + H2O 2 C3H8O3 + CH3COOH yang kasar dan 32 tingkat pada bagian atas
+ C2H5OH + 2CO2 merupakan plate-plate yang halus. Kolom ini
∆Hr 298 = -324.3860 kcal/kg berfungsi sebagai tempat pengolahan terakhir dari
Komponen pada fusel oil meliputi: beberapa campuran alkohol yaitu cairan dari kolom
Propanol = 12,5 % II, II, dan IV yang mengandung alkohol dengan
Isobutyl alcohol = 15 % kadar rendah untuk dijadikan alkohol teknis.
Amyl alcohol = 30 %
Isoamyl alcohol = 32,5 % II.2 Spesifikasi Produk Ethanol
Etanol = 10 % Tabel II.1. Spesifikasi produk ethanol
(Paturau hal 241) Sifat Unit Komposisi
II.1.4 Tahap Purifikasi
Dalam proses purifikasi ini digunakan unit Density at 15.5 oC Kg/l 0.794
destilasi, dimana proses destilasi ini dilakukan
dengan metode destilasi bertingkat dengan jumlah Molecular Weight - 46
5 buah kolom destilasi. Tiap-tiap kolom destilasi Oxygen content % 34.7
memiliki beberapa jumlah dan ukuran tray tertentu
dengan jenis plate bubble cup yang berbeda-beda Latent heat of evaporation kJ/kg 925
sesuai dengan fungsinya masing-masing untuk
memisahkan alkohol dari senyawa-senyawa Lower calorific value kJ/kg 27,723
ikutannya.
Energy per unit volume kJ/l 22,012
Alat untuk destilasi terdiri dari 5 kolom
destilasi utama yaitu : o
Boiling Point C 78.3
1. Kolom pertama :Mash column &
Degasification column. Speed of combustion m/sec 0.45
2. Kolom kedua :Pre-running Separating
column. Viscosity at 20oC centipoise 1.192
3. Kolom ketiga :Lees column & Vapour Pressure at 20oC atm 0.463
Rectifyng column.
4. Kolom Keempat : Repurifying column.
5. Kolom kelima : Alcohol column. Sumber : Paturau, J.M.; “By-products of The Cane
Mash & Degasification column. Sugar Industry”; vol. 3; 1st ed; Elsvier; 1982
Mash & degasification column ini merupakan satu
unit kolom. Mash column terdiri dari 20 tingkat
atau tray, sedangkan degasification column terdiri
III. Metodologi Penelitian komponen yang kompleks pada feed. Apabila
Dalam penelitian ini akan validasi dari satu tahap tidak dihasilkan output
digunakan program SuperPro 4.55, dengan yang memiliki error minimal maka akan
mempengaruhi validasi untuk tahap proses
tahapan sebagai berikut : selanjutnya. Data yang diambil berasal dari pabrik
1. Pengambilan data operasi konvensional yaitu Pabrik Alkohol Djatiroto PASA
Pengambilan data operasi dimaksudkan untuk II yang memiliki proses semi continu. Sebelum
memasukkan semua data yang diperlukan memulai membuat flowsheet untuk validasi,
untuk melakukan simulasi. Data tersebut terlebih dahulu memilih Plant Operation Mode
diambil dari pabrik ethanol, yang meliputi : pada SuperPro 4.55. Terdapat dua option yakni
a) Properties bahan masuk dan produk, antara continu dan batch. Flowsheet validasi
lain : menggunakan proses batch supaya dapat
-. Jumlah komponen atau produk yang hendak ditampilkan gantt chart.
dipisahkan Mixing Tank
-. Jumlah atau fraksi massa dari setiap Tahap awal pada proses pembuatan etanol adalah
komponen pencampuran, dapat dilihat pada gambar IV.1.1.1
-. Sifat fisik komponen (boiling point, sebagai berikut:
solubility, relative volatility,
-. surface tension).
molasses
-. Sifat kimia komponen(reactions with other
chemicals).
b) Kondisi operasi, antara lain : H2SO4 96.5% S-119
P-11 / MX-105
S-124

-. Jumlah tray dalam kolom Mixing


steam1
-. Feed tray
S-126
-. Reflux ratio
-. Konstruksi bahan untuk kolom distilasi
-. Suhu campuran feed P-10 / V-101
Stoic h. Reaction
-. Tekanan operasi dalam kolom distilasi.
Gambar IV.1.1.1 Mixing Tank
c) Batasan – batasan pada setiap alat :
Pada proses ini diambil basis satu jam operasi.
-. Batasan pada tinggi kolom destilasi
Molasses masuk sebanyak 2.250kg dengan kadar
-. Batasan suhu
brix sekitar 90o, atau sekitar 55% gula terlarut.
-. Batasan tekanan
Dapat dilihat pada tabel IV.1.1.1 merupakan input
-. Campuran azeotrop
data komponen serta flow rate molasses:
-. Reaksi kimia dari komponen tertentu
2. Pemilihan flowsheet alternatif
Tabel IV.1.1.1 Mixing Tank Input
Menguji beberapa macam flowshet alternative
dengan cara simulasi melalui program Komponen Flow rate (kg) % mass
SuperPro 4.55 berdasarkan data operasi yang CaO 22.5 1
diperoleh. Glucose 405 18
3. Pengujian validasi hasil simulasi dengan data
desain yang diperoleh. Membandingkan hasil impurities 382.5 17
simulasi terhadap data desain. K2O 108 4.8
4. Menghitung yield yang diperoleh dari
MgO 13.5 0.6
flowsheet alternatif
Setelah memperoleh beberapa flowsheet SiO2 13.5 0.6
alternatif, maka menghitung yield yang Sucrose 810 36
diperoleh dari masing-masing flowsheet.
Water 495 22
5. Mengevaluasi effisiensi proses dari flowsheet
alternative
Mengevaluasi yield terhadap effisiensi proses Settling Tank
Tahap pada unit ini bertujuan memisahkan antara
IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan endapan yang terbentuk dari Mixing tank serta
IV.1. Hasil Penelitian impurities. Dapat dilihat pada gambar IV.1.2.1
Pada penelitian ini, untuk melakukan merupakan dua buah tangki sedimentasi yang
konfigurasi proses diperlukan validasi dari hasil disusun secara parallel.
simulasi. Tujuan validasi adalah sebagai acuan
awal yang menunjukkan bahwa simulasi dapat
mendekati kondisi yang sebenarnya. Validasi
dilakukan secara bertahap untuk masing-masing
proses. Hal ini sangat penting mengingat
keterkaitan yang sangat erat dari keterlibatan
reaksi penguraian urea serta reaksi utama yakni
S-136 S-137
reaksi partumbuhan.
P-3 / V-107 S-123 Berdasarkan kecepatan reaksi pada komponen
P-17 / FSP-103 yeast didapatkan mol yeast yang bereaksi sehingga
Decanting
Flow Splitting didapatkan kesetimbangan reaksi. Koeffisien
S-101
S-139
S-105 stoichiometri berdasarkan perbandingan mol,
P-19 / MX-108
sehingga di dapatkan kebutuhan untuk masing-
Mixing P-21 / PM-102
masing komponen. Input data kinetic pada
Fluid Flow
P-18 / V-106 S-135 SuperPro dapat dilihat pada gambar IV.1.3.2.
Decanting

Gambar IV.1.2.1 Decanter

Kandungan gula yang terbuang adalah 5% dari


aliran S-140. Proses terjadi secara batch selama 5
jam. Set operation terdiri atas Decanter yaitu
pemisahan yang berdasarkan perbedaan densitas.
Pada Tangki ini dipertahankan suhu tetap 90oC.
Pre Fermenter
Sebelum menuju Pre fermenter aliran melalui Heat
Exchanger untuk menurunkan suhunya menjadi 30-
o
C. Temperatur input seed fermenter dijaga konstan
sehingga yeast dapat hidup didalamnya. Pada Pre
fermenter terjadi pertumbuhan yeast
(Saccharomyces Cerevisiae) selama 8jam. Berikut
ini merupakan Pre Fermenter pada gambar
IV.1.3.1.

H3PO4

P-5 / MX-102 S-106


Mixing Gambar IV.1.3.2 Kinetik Data
urea Proses pertumbuhan terjadi secara aerob, dengan
data kinetis adalah:
Substrate: Glucosa
Ks : 25mg/lt
P-8 / MX-103
µmax : 0.43 /h
Mixing
yeastantifoam α :1
S-102 β : 0 /h
Koefisien stoichiometric reaksi pertumbuhan
dengan basis mass, dapat dilihat pada tabel
IV.1.3.1.

Tabel IV.1.3.1 Koefisien Stoikiometri untuk


Reaksi pertumbuhan
Komponen Stoichiometric coefficient
P-16 / FSP-101 Ammonia -53814.8
Flow Splitting
Glucose -1801600.00
S-142 Oxygen -1253760.0
CO2 1803529.8
Saccharomyces 452736.3
Water 852908.765
S-104 P-6 / V-102 S-109
P-22 / PM-103
Main Fermenter
Seed Fermentation Aliran keluar dari Pre-Fermenter dibagi menjadi
Fluid Flow
dua aliran meenuju Main fermenter yang disusun
Gambar IV.1.3.1 Pre Fermenter secara parallel, dapat dilihat pada gambar IV.1.4.1.
Pada Pre Fermenter terdapat penambahan nutrient
berupa H3PO4 sebanyak 0,5lt serta 15 kg
Ammonia. Pada Tangki ini terjadi reaksi hidrolisa,
Selain terjadi reaksi utama yaotu pembentukan
S-131
S-132 etanol, pada fermentor juga terjadi reaksi samping.
P-14 / MX-106 S-133 Keseluruhan reaksi overall dapat dilihat pada tabel
S-127 Mixing S-134 P-16IV.1.4.3.
/ FSP-101
S-120 S-115
Flow Splitting
P-13 / MX-101
S-110 Mixing S-116 Tabel IV.1.4.3 Koefisien Stoikiometri untuk
S-117
Reaksi Samping
Komponen Koeffisien
Acetaldehyde 5.000
S-129 P-7 / V-104 S-125 S-128 S-111
Acetic-Acid 65.000
P-9 / V-103
P-15 / MX-107 Fermentation Fermentation amyl alkohol 25.500
Mixing
Butanol 12.750
Gambar IV.1.4.1 Main Fermenter
Glucose -10
Proses pada Main Fermenter terjadi
selama 36 jam dengan lama pengisian yakni 7 jam. isoamyl alkohol 27.625
Proses Fermentasi terjadi secara aerob pada Propanol 10.625
tekanan atmosferik atau satu atm dengan suhu
Water -145
dijaga 32oC. Terdapat empat macam reaksi yaitu
reaksi hidrolisa, reaksi penguraian glukosa, reaksi Ethyl Alcohol 8.500
pembentukan etanol serta reaksi samping.
Reaksi hidrolisa yang terjadi diasumsikan Sedangkan data kinetic untuk reaksi etanol adalah
sama dengan reaksi hidrolisa pada tangki Pre sebagai berikut:
fermenter dengan konversi 100% dengan koefisien Substrate: Glucosa
yang sama. Reaksi penguraian glukosa mempunyai Ks : 25 mg/lt
koefisien stoikiometrik berdasarkan mol dapat µmax : 0.67 /h
dilihat pada tabel IV.1.4.1 α : 0.0085
Tabel IV.1.4.1 Koefisien Stoikiometri untuk β : 0 /h
Reaksi Hidrolisa
Komponen koefisien Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi ini, bertujuan untuk
Glucose 2 mendapatkan kualitas etanol prima 96 %. Tahap
Sucrosa -1 destilasi ini terdapat 3 kolom destilasi, yaitu :
Water -1 6. Kolom pertama : Beer Column.
7. Kolom kedua : Alehyde Coloumn.
Pada reaksi pembentukan etanol terjadi secara 8. Kolom ketiga : Rectifyng column.
eksotermis sehingga dibutuhkan air pendingin Sebelum mash dialirkan ke kolom
untuk menjaga suhu sehingga yeast tetap hidup destilasi yang pertama, dilakukan pemanasan
pada 32oC. Fermentor ini merupakan tipe vessel bertahap. Tahap pertama mash dipanaskan dengan
berjaket, Air pendingin yang digunakan adalah umpan balik (recycle) dari bottom produk di kolom
cooling water dengan suhu inlet adalah 25oC destilasi yang pertama dengan suhu 102.79oC.
dengan outlet adalah 30 oC. Persamaan reaksi Pemanasan pertama ini dilakukan hingga suhu 60
o
dengan perbandingan mol dapat dilihat pada tabel C. Sedangkan pemanasan tahap kedua ini mash
IV.1.4.2. dipanaskan dengan steam yang bersuhu 152 oC.
Tabel IV.1.4.2 Koefisien Stoikiometri untuk Pemanasan dilakukan hingga suhu mash 85 oC.
Pembentukan Etanol Pada beer coloumn, fungsinya adalah
untuk memisahkan alkohol dari mash (cairan hasil
Komponen Koefisien
fermentasi) hingga residu destilasi (slope) sudah
Carb. Dioxide 2 tidak mengandung alkohol lagi atau kadarnya
Ethyl Alcohol 2 hanya sekitar 50 %. Inputan yang diperlukan untuk
kolom destilasi pertama ini dapat dilihat pada Tabel
Glucose -1 IV.1.5.1

Sedangkan data kinetic untuk reaksi etanol adalah


sebagai berikut:
Substrate: Glucosa
Ks : 25 mg/lt
µmax : 0.67 /h
α :1
β : 0 /h
Tabel IV.1.5.1 Persen komponen yang diinginkan Reboiler temperature : 82.61 oC
dalam distillate Arus keluar unit destilasi dapat dilihat pada
Komponen % in Distillate tabel IV.1.5.4
Tabel IV.1.5.4 Perbandingan antara Mass
Acetaldehyde 100 Rate Pabrik dengan Mass Rate Simulasi
amyl alkohol 100 Mass Rate Mass Rate
Literature Simulasi
Butanol 100 Komponen Kg /jam Kg/jam
Ethyl Alcohol 99.99 Ethyl
isoamyl alkohol 100 Alcohol 519.46479 522.91516

Propanol 100 Water 30.75056 22.0878

Water 15.55 Total 550.21535 545.00296

R/Rmin : 1.25 Dari keseluruhan proses ini, didapatkan error


Condenser temperature : 87.18 oC secara keseluruhan adalah 0.9473 %.
Reboiler temperature : Simulasi pabrik etanol dari molasses ini
102.79 oC berdasarkan data yang diperoleh dari literatur dan
Untuk setiap kolom destilasi disetting dilakukan dengan menggunakan software SuperPro
terlebih dahulu berapa persen komponen yang Designer 4.55, dimana software ini dapat
diinginkan dalam distilat, R/Rmin, condenser digunakan untuk simulasi pada industri
temperature, serta reboiler temperature. bioteknologi dengan adanya permodelan yang
Aldehyde column berfungsi untuk memisahkan sudah tersetting. Langkah awal yang dilakukan
ester-ester dan kandungan lainnya sehingga dalam penelitian ini adalah menyusun flowsheet
didapatkan cairan dengan kadar alkohol sekitar 90 dari literature dengan menggunakan SuperPro 4.55
%. Inputan yang diperlukan untuk kolom destilasi kemudian menginputkan data literature ke dalam
kedua dapat dilihat pada tabel IV.1.5.2 progam simulasi, lalu mengecek setiap output dari
Tabel IV.1.5.2 Persen komponen yang diinginkan tiap unit utama untuk mengevaluasi proses.
dalam distillate Dari neraca massa yang sudah setimbang
dapat diketahui nilai error antara literature dengan
Komponen % in Distillate simulasi. Tahap ini merupakan validasi data, dan
Acetaldehyde 100 error secara keseluruhan yang diperoleh cukup
kecil yaitu 0.04998 % maka dapat diambil
amyl alkohol 12.5 kesimpulan bahwa hasil simulasi yang dilakukan
Butanol 12.5 sudah valid. Sehingga, dapat dijadikan sebagai
acuan dalam langkah selanjutnya yaitu konfigurasi
Ethyl Alcohol 99.75
proses.
isoamyl alkohol 12.5 Dalam simulasi SuperPro untuk proses
Propanol 12.5 semicontinu terdapat gantchart proses. Dimana
gantchart hanya menggambarkan untuk proses
Water 67.75 batch. Gantchart dari hasil validasi ditunjukkan
pada gambar IV.1.5.3.
R/Rmin : 1.25
Condenser temperature : 78.92 oC
Reboiler temperature :
96.36 oC
Rectifying column berfungsi untuk memekatkan
kadar alkohol dari hasil destilasi pada kolom II.
Inputan yang diperlukan untuk kolom destilasi
ketiga dapat dilihat pada tabel IV.1.5.3
Tabel IV.1.5.3 Persen komponen yang diinginkan
dalam distillate
Komponen % in Distillate
Acetaldehyde 100
Ethyl Alcohol 98.75
Water 10.75
Gambar IV.1.5.3 Ganchart untuk proses produksi
R/Rmin : 1.25 secara batch
Condenser temperature : 78.13 oC
IV.2. Konfigurasi Proses Tabel IV.2.2.1 Hasil Konfigurasi 2
Dalam penelitian ini terdapat beberapa Mass
macam konfigurasi proses yang telah dilakukan, Mass Rate Rate
yaitu : Pabrik Simulasi % Mass
Konfigurasi Proses 1 Komponen (Kg /jam) (Kg/jam) Komponen
Dalam proses konfigurasi pertama ini, dilakukan Ethyl
beberapa perubahan antara lain : Alcohol 519.46479 596.4988 96.6162
1. Menambahkan alat absorber yang berfungsi
Water 30.75056 20.89151 3.3838
untuk menyerap Acetaldeyd dengan solvent
air, hasil adsorbsi dapat direcycle ke fermentor. Total 550.21535 617.3903 100
2. Fermentasi dilakukan secara anaerob namun
terdapat aerasi dalam jumlah kecil untuk Sedangkan untuk kebutuhan energinya, konfigurasi
menjaga yeast tetap hidup, dimana aerasi yang ini membutuhkan utilitas sebesar 3398.19234 kcal /kg
diberikan sebesar 0,5VVM. etanol dan yield yang diperoleh yaitu sebesar 0.496.
3. Menambahkan pengaduk untuk fermentor
dengan power 2,461kW/m3. Konfigurasi Proses 3
Adapun hasil yang diperoleh dari konfigurasi Dalam proses konfigurasi pertama ini, dilakukan
proses yang pertama ini ditunjukkan oleh table beberapa perubahan antara lain :
IV.2.1.1 sebagai beikut : 1. Menambahkan alat absorber yang berfungsi
untuk menyerap Acetaldeyd dengan solvent
Tabel IV.2.1.1 Hasil Konfigurasi 1 air, hasil adsorbsi dapat direcycle ke fermentor.
Mass Rate Mass Rate 2. Fermentasi dilakukan secara anaerob namun
Komponen Pabrik Simulasi % Mass terdapat aerasi dalam jumlah kecil untuk
(Kg /jam) (kg/jam) Komponen menjaga yeast tetap hidup, dimana aerasi yang
Ethyl diberikan sebesar 0,5VVM.
Alcohol 519.46479 585.5905 96.0801 3. Menambahkan pengaduk untuk fermentor
dengan power 2,461 kW/m3.
Water 30.75056 23.8911 3.9199
4. Mengganti tangki sedimentasi dengan Filter
Total 550.21535 609.4816 100 Press Filtration.
5. Membuat fermentor menjadi proses koninyue
Sedangkan untuk kebutuhan energinya, konfigurasi dengan merangkainya secara seri.
ini membutuhkan utilitas sebesar 5292.84087 kcal /kg Adapun hasil yang diperoleh dari konfigurasi
etanol dan yield yang diperoleh yaitu sebesar 0.489. proses yang pertama ini ditunjukkan oleh table
IV.2.1.3 sebagai beikut :
Konfigurasi Proses 2 Tabel IV.2.3.1 Hasil Konfigurasi 3
Dalam proses konfigurasi pertama ini, dilakukan Mass Rate
beberapa perubahan antara lain : Pabrik Mass Rate % Mass
1. Menambahkan alat absorber yang berfungsi Komponen (Kg /jam) (Kg/jam) Komponen
untuk menyerap Acetaldeyd dengan solvent Ethyl
air, hasil dari adsorbsi ini kemudian direcycle Alcohol 519.46479 602.4048 96.1126
menuju ke fermentor.
Water 30.75056 24.36507 3.8874
2. Fermentasi dilakukan secara anaerob namun
terdapat aerasi dalam jumlah kecil untuk Total 550.21535 626.7699 100
menjaga yeast tetap hidup, dimana aerasi yang
diberikan sebesar 0,5VVM. Sedangkan untuk kebutuhan energinya, konfigurasi
3. Menambahkan pengaduk untuk fermentor ini membutuhkan utilitas sebesar 6688.88475 kcal
dengan power 2,461kW/m3. /kg etanol dan yield yang diperoleh yaitu sebesar
4. Mengganti tangki sedimentasi dengan Filter 0.503.
Press Filtration. Dari hasil yang dapat dilihat pada table, dapat
Adapun hasil yang diperoleh dari konfigurasi diketahui bahwa untuk konfigurasi proses ini yang
proses yang pertama ini ditunjukkan oleh table memiliki yield paling maksimal yaitu konfigurasi
IV.2.1.2 sebagai beikut : yang ketiga. Dan untuk kebutuhan steam-nya
konfigurasi kedua lebih sedikit kebutuhan
energinya. Karena pada konfigurasi kedua terjadi
pertukaran panas yang cukup banyak, seperti
contohnya pada sterilisasi, steam yang telah
digunakan untuk mensterilkan feed, masih
memiliki suhu yang cukup tinggi yaitu sekitar 65
o
C. Dengan suhu yang masih cukup tinggi tersebut
masih dapat digunakan lagi untuk memanaskan
mash yang dari fermentor hingga suhu 42 oC. Tabel IV.2.3.4 Arus keluar unit distilasi dari
Kemudian untuk fusel oil yang dihasilkan dari konfigurasi 3 dengan GAC Adsorption
kolom destilasi kedua dan ketiga masih memiliki Mass Rate % Mass
suhu sekitar 90 oC, suhu yang cukup tinggi ini Komponen (kg/jam) Komponen
dimanfaatkan untuk memanaskan mash dari suhu Ethyl
sekitar 40 oC hingga menjadi suhu sekitar 45 oC. Alcohol 603.47352 99.6341
Lalu, pada kolom destilasi pertama yang bottomnya
Water 2.21608 0.3659
menghasilkan vinasse dengan suhu yang cukup
tinggi yaitu sekitar 102oC, panasnya dapat Total 605.6896 100
digunakan untuk menaikkan suhu mash dari sekitar
45 oC menjadi sekitar 67 oC. Suhu vinasse yang Berikut ini merupakan unit destilasi yang
telah ditukarkan ini masih cukup tinggi untuk dilengkapi dengan GAC Adsoprtion yang
langsung dibuang ke lingkungan, oleh karena itu ditunjukkan melalui gambar IV.2.2 berikut ini :
didinginkan dengan air suhu 27 oC dan air suhunya
akan naik menjadi sekitar 40 oC direcycle kembali Acetal

menuju tangki mixing. Sedangkan vinasse bisa


dibuang dengan suhu normal yaitu sekitar 30 oC. S-112
Acetaldehyde

Selain itu, pada kolom destilasi kedua dan ketiga P-3 / MX-102
S-111 S-118
Mixing
menghasilkan air dengan kandungan etanol yang S-102
sangat kecil dan memiliki suhu sekitar 87.7 oC S-101 S-109
KD 2iii / C-105 S-115
P-4 / HX-102 S-110 KD 3 i /S-113
C-107
direcycle kembali menuju ke tangki mixing, dan S-108
Heating
DistillationP-2 / MX-101 Distillation
Aldehyde / C-102
selain digunakan untuk pengenceran, suhu yang S-107Mixing S-117
P-6 / GAC-101
Distillation
Fussel water Rectyfiying col / C-106
cukup tinggi tersebut berguna untuk mengurangi Distillation
GAC Adsorption
S-106
kebutuhan steam pada sterilisasi.
dr fermen
Sedangkan untuk meningkatkan kualitas S-105
Beer still / C-101 S-116
dari ethanol yang diperoleh yaitu alcohol prima 96 Distillation
S-103
% untuk menjadi etanol dengan kualitas 99.6 %, P-1 / HX-101
KD 2ii / Fussel
P-5 / MX-103
C-104 Liq
Slope Distillation KD 3 ii / C-108 Fussel
maka pada unit distilasi ditambahkan alat S-104
Heat Exchanging Mixing S-114
Distillation
pemurnian yaitu GAC adsorption yang berfungsi
untuk menyerap air. Pada alat GAC adsorption, KD 2i / C-103
melalui program Super Pro 4.55 ini telah disetting Distillation
water

secara default untuk menggunakan karbon aktif


sebagai adsorbernya. Berikut ini merupakan hasil
yang diperoleh dari beberapa konfigurasi dengan
Gambar IV.2.2 Unit Destilasi yang dilengkapi
GAC adsorption pada masing-masing konfigurasi,
dengan GAC Adsorption
ditunjukkan pada tabel IV.2.1.4, tabel IV.2.1.5,
tabel IV.2.1.6.
Tabel IV.2.3.2 Arus keluar unit distilasi dari
konfigurasi 1 dengan GAC Adsorption
Mass Rate % Mass
Komponen (kg/jam) Komponen
Ethyl
Alcohol 597.25952 99.6315
Water 2.2088 0.3685
Total 599.46832 100

Tabel IV.2.3.3 Arus keluar unit distilasi dari


konfigurasi 2 dengan GAC Adsorption
Mass Rate % Mass
Komponen (kg/jam) Komponen
Ethyl
Alcohol 602.91414 99.6338
Water 2.21608 0.3662
Total 605.13022 100
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Bernard and Ferda Mavituna. (1983).
Biochemical Engineering And
Biotechnology Handbook”. The Nature
Press.
Fogler, H.S.(1992). Elements of Chemical Reaction
Engineering. 2nd edition. Prentice Hall.
Geankoplis, Christie J.(1997).Transport Processes
and Unit Operations. 3rd edition. Prentice-
Hall of India. New Delhi.
G. SobocÏan, P. GlavicÏ. (1999). Optimization of
Ethanol Fermentation Processes Design.
Kitani, Osamu and Carl W. Hall. (1999). Biomass
Handbook. Gordon and breach science
publishers.
M. Galbe and G. Zacchi. (1994). Simulation of
Ethanol Production Processes Based on
Enzymatic Hydrolysis of Woody Biomass.
Paturau, J.M. (1982). By-products of The Cane
Sugar Industry. vol. 3. 1st ed. Elsvier.
Perry, Robert H. & Don Green. (1984). Perry’s
Chemical Engineering Handbook. 6th
edition. Mc Graw Hill Book Co. New
York.
Pro-Designer v4.5. (2000). SuperPro Designer,
User’s Guide, Intelligen, Inc., USA.
Reid. Robert C., Prausnitz. John M., and Sherwood.
Thomas K. (1977). The Properties of
Gasses and Liquids. 3rd edition. McGraw-
Hill Book Company. USA.
Van Winkle. Matthew.(1967). Distillation.
McGraw-Hill. New York.
Van Ness, S. (1967). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. 7th edition,
International edition, McGraw Hill Inc,
Singapore.

Anda mungkin juga menyukai