Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Indo Acidatama Tbk selain memproduksi etanol integrated, juga
memproduksi asam asetat dan etil astetat, tetapi khusus saat ini PT. Indo
Acidatama Tbk hanya memproduksi asam asetat dan etil asetat apabila ada
permintaan pasar. Unit fermentasi dalam PT. Indo Acidatama Tbk adalah unit
proses awal pada pembuatan etanol, sehingga perlu diperhatikan kualitas nya.
Dimana dalam proses fermentasi menggunakan bahan baku berupa molasses
dan adanya bantuan mikroba berupa yeast Saccharomyces cereviceae strain
Kyowa, dengan ditambah urea dan asam pospat sebagai nutrient.
Pada unit fermentasi terdapat 3 jenis fermenter, pada tahap awal
pembiakan yeast dilakukan dalam seed fermenter, dilanjutkan ke dalam pre
fermenter, dan terakhir pada main fermenter. Reaktor main fermenter inilah
yang menggunakan alat perpindahan panas berupa heat exchanger jenis plate
and frame. Suhu optimal untuk operasi yeast Saccharomyces cereviceae strain

Kyowa adalah sekitar 32oC-36oC.

Heat exchanger adalah alat perpindahan panas yang digunakan untuk


memanaskan atau mendinginkan fluida tanpa adanya perubahan massa.
Biasanya, medium panas yang dipakai adalah fluida yang dipanaskan sebagai
fluida panas, sedangkan air biasa digunakan sebagai cooling water atau air
pendingin. Namun, dalam proses fermentasi ini, panas timbul karena adanya
aktivitas mikroba atau yeast. Penukar panas dirancang agar perpindahan panas
antar fluida dapat berlangsung secara efisien.

1.2 Rumusan Masalah


Pada semua reaktor ada banyak macam Heat Exchanger yang dapat
digunakan. Pada main fermenter di PT. Indo Acidatama Tbk. HE yang
1
digunakan adalah HE plate and frame, dimana penggunaannya membutuhkan
banyak plate dan frame karena main fermenter ukurannya sangat besar pada
seed fermenter sehingga kebutuhan air pendinginya berbeda dengan proses
lainya. Oleh karena itu, perlu dilakukan desain ulang HE menjadi shell and tube
dan dibutuhkan tinjauan jumlah kebutuhan air pendingin pada main fermenter
dengan harapan dapat menggunakan HE yang lebih efektif dan lebih murah.

1.3 Tujuan Pengamatan


1. Merancang ulang (redesign) heat exchanger dari jenis plate and frame
menjadi shell and tube untuk membandingkan luas transfer panas heat
exchanger pada unit fermentasi.
2. Menghitung jumlah air pendingin yang digunakan untuk pendingin pada
main fermenter
1.4 Manfaat Pengamatan
1. Mengetahui jumlah air pendingin yang digunakan untuk pendingin pada
main fermenter.
2. Mengetahui luas transfer panas HE mana yang lebih efektif bila HE plate
frame dibandingkan dengan shell and tube.

1
BAB II
DESKRIPSI PROSES
2.1. Neraca Massa dan Neraca Energi
Neraca massa adalah suatu perhitungan yang tepat dari semua bahan-
bahan yang masuk, yang terakumulasi dan yang keluar dalam waktu tertentu.
Pernyataan tersebut sesuai dengan hukum kekekalan massa yakni: massa tak
dapat dijelmakan atau dimusnahkan. Prinsip umum neraca massa adalah
membuat sejumlah persamaan-persamaan yang saling tidak tergantung satu
sama lain, dimana persamaan-persamaan tersebut jumlahnya sama dengan
jumlah komposisi massa yang tidak diketahui. Persamaan neraca massa secara
umum adalah:
[ massa masuk ] – [ massa keluar ] = [ akumulasi ]

Neraca energy dibuat berdasarkan pada hokum pertama thermodinamika


dimana menyebutkan bahwa energy tidak dapat dibuat ataupun dimusnahkan
(kekal). Neraca energy adalah persamaan matematis yang menyatakan
hubungan antara energy masuk dan energy keluar suatu system yang
berdasarkan pada satuan waktu operasi.

[ Panas Masuk Main Fermenter ] – [ Panas Keluar Main Fermenter ] – [


Panas Pendingin ] + [ Panas Reaksi Fermentasi ] = [ Akumulasi Panas ]

Qin – Qout – Qcw + Qr = Qacc


( Wuryanti, 2016)
2.2. Alat Utama Fermentasi
1. Seed Fermenter
Tangki seed fermenter merupakan tangki yang digunakan untuk
perkembangbiakan yeast. Tangki seed fermenter ini terdapat 3 tangki
yaitu FB 209A, FB 209B, dan FB 209C dengan ukuran sebesar 2,65 m 3.
Tangki ini dilengkapi dengan sparger di bagian bawah tangki,
1
dioperasikan pada suhu 32oC. Pada seed berlangsung proses aerob yaitu
membutuhkan udara sehingga dilengkapi dengan blower untuk sistem
aerasinya.
Proses yang terjadi dalam seed fermenteryaitu proses strelisasi
media, pembuatan media dan pembiakan media. Sebelum tangki seed
disterilisasi maka terlebih dahulu dilakukan cleaning. Cleaning yaitu
membersihkan tangki dengan cara menyemprotkan air lewat sparger di
dasar kolom selama 1 jam dengan penambahan formalin atau desinfektan
sebanyak 0,1 liter, setelah itu dibilas kembali dengan air.
Setelah dilakukan proses cleaning maka langkah selanjutnya yaitu
membuat media dengan memasukkan molases sebanyak 0,5 m3, air
sebanyak 1,7 m3, aquatabs sebanyak 0,01 kg untuk menghilangkan
bakteri-bakteri yang tidak diinginkan seperti bakteri E-coli, nutrient yaitu
urea sebanyak 2 kg dan asam pospat sebanyak 1 kg, serta anti foam
sebanyak 1 liter untuk memperbesar tegangan permukaan pada saat
proses berlangsung sehingga buih-buih akan pecah. Setelah media dibuat
maka dilakukan sterilisasi dengan memasukkan steam 100oC selama
sekitar 1-2 jam.Selanjutnya media didinginkan dengan jacket cooler
hingga suhunya 32oC selama 3-4 jam untuk dilakukan inokulasi.Sebelum
menuju tahap inokulasi, terlebih dahulu media diambil sampelnya dan di
cek TS (Total Sugar), kekentalan (Brix), dan pH media. Syarat
kandungan TS awal adalah 10-12%, Brix awal adalah 16-18oBX, dan pH
sebesar 5-5,2.
Setelah selesai dianalisa maka akan dilakukan inokulasi yaitu
memasukkan kultur dalam media. Sebanyak 16 liter. Kemudian, tahap
selanjutnya yaitu inkubasi dimana berlangsung selama 14-16 jam. Pada
tahap perkembangbiakan yeast di tangki seed akan menghasilkan panas
sehingga harus didinginkan menggunakan jacket cooler untuk menjaga

1
suhunya tetap pada 31 – 32oC agar mikroba tetap hidup dan berkembang
biak. Karena volume dari seed tidak terlalu besar maka proses
perkembangbiakan yeast yang lebih banyak akan dilakukan di tangki pre
fermenter yang mempunyai ukuran lebih besar. Sebelum dipindahkan ke
tangki pre fermenter makan di cek terlebih dahulu jumlah selnya,
biasanya jumlah selnya sekitar 2,5 -3,5x108.
2. Pre Fermenter
Hasil keluaran dari seed fermenter di transfer ke tangki pre
fermenter untuk perkembangbiakan yeast yang lebih besar. Jumlah tangki
pre fermenterada 3 yaitu tangki FB 210, FB 211, FB 212, ketiganya
dilengkapi dengan sparger pada bagian bawah tangki. Ukuran volume
dari tangki ini sebesar 68 m3. Pada tangki ini dilengkapi dengan blower
karena proses berlangsung secara aerob dimana membutuhkan udara.
Proses yang terjadi di dalam pre fermenter hampir sama dengan
seed fermenter yang berbeda yaitu pada seed dilakukan sterilisasi namun
pada pre fermenter dilakukan pasteurisasi. Sebelum pembuatan media,
tangki dibersihkan (cleaning) dan ditambah formalin atau desinfektan
sebanyak 0,1 liter sama seperti seed fermenter.
Media pada pre fermenter dibuat dengan menambahkan molases
sebanyak 7 m3, air sebanyak 37 m3, aquatabssebanyak 0,1 kg, nutrient
yaitu urea sebanyak 50 kg dan asam pospat sebanyak 35 kg, serta anti
foam sebanyak 5 liter. Setelah media dibuat maka dilakukan pasteurisasi
dengan memasukkan steam 70-75oC selama sekitar 1-2 jam. Selanjutnya
media didinginkan dengan surface area cooler hingga suhunya ± 32oC
selama 6 jam untuk dilakukan inokulasi. Sebelum menuju tahap
inokulasi, terlebih dahulu media diambil sampelnya dan di cek TS (Total
Sugar), kekentalan (Brix), dan pH media. Syarat kandungan TS awal
adalah 12-14%, Brix awal adalah 16-18oBX, dan pH sebesar 5-5,2.

1
Setelah selesai dianalisa maka akan dilakukan inokulasi yaitu
memasukkan kultur dalam media. Kemudian, tahap selanjutnya yaitu
inkubasi dimana berlangsung selama 14-16 jam. Pada tahap
perkembangbiakan yeast di tangki pre fermenterakan menghasilkan panas
sehingga harus didinginkan menggunakan surface area coooler untuk
menjaga suhunya tetap pada 31 – 32oC agar mikroba tetap hidup dan
berkembang biak. Selanjutnya dari tangki pre fermenter akan dialirkan ke
tangki mainfermenter.
3. Main Fermenter
Tangki main fermenter terdiri dari 4 tangki yaitu FC 213, FC 215,
FC 217, dan FC 218. Tangki ini mempunyai volume 880 m3dilengkapi
dengan sparger di bagian bawahnya. Pada tangki ini terjadi proses
pembuatan media, pembiakan media, dan perubahan glukosa menjadi
alkohol dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh yeast. Sebelum
dilakukan pembuatan media, tangki dibersihkan (cleaning) dengan
ditambah formalin atau desinfektan sebanyak 0,5 liter.
Pembuatan media yaitu dengan menambahkan molases sebanyak
195m3, air sebanyak 680 m3, urea sebanyak 50 kg, asam pospat sebanyak
34 kg, antifoam sebanyak 12 liter, dan aquatabs sebanyak 0,38 kg.
Mashyang dihasilkan dari pre fermenter akan dialiri ke tangki main
fermenter. Mengalirkan bahan-bahan yang akan dibuat untuk media serta
mash dari pre ferementer ke tangki main fermenter akan membutuhkan
waktu sekitar 12-13 jam, proses ini biasanya disebut dengan filling.
Setelah selesai filling maka proses fermentasi dimulai. Proses
fermentasi membutuhkan waktu sekita 36-40 jam. Pada proses ini
berlangsung secara anaerob dan akan menghasilkan energi berupa panas
sehingga untuk menjaga suhu tetap pada 31-32oC digunakan Heat
exchanger tipe plat. Selain itu dalam proses fermentasi akan

1
menghasilkan produk samping yaitu gas CO2. Gas CO2 yang dihasilkan
akan dialirkan ke PT. Saman Mandiri untuk pembuatan minuman
bersoda.
Brix akhir pada proses fermentasi yaitu 6-8oBX, kadar gula TS
akhir sebesar 1-2% dan kadar alkohol yang dihasilkan sebesar 8-10%.
Hasil alkohol dari tangki main fermenter ini akan dimasukaan ke dalam
tangki hopper FB 214 untuk selanjutnya dilakukan distilasi sehinggal
kadarnya akan mencapai 96,6%.
2.3. Perpindahan Panas
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat lain berupa penyerapan atau
pelepasan panas, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang
dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Panas sendiri adalah salah satu bentuk
energi. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak musnah,
contohnya hukum kekekalan massa dan momentum, yang artinya panas tidak
dapat hilang. Energi hanya berubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain.
2.4. Pengertian Heat Exchanger
Fungsi penukar panas yang dipergunakan dalam industri lebih
diutamakan untuk menukarkan energi dua fluida yang berbeda temperaturnya.
Pertukaran energi dapat berlangsung melalui bidang atau permukaan
perpindahan panas yang memisahkan kedua fluida atau secara kontak langsung
(fluida bercampur). Energi yang dipertukarkan akan menyebabkan perubahan
temperatur fluida (panas sensibel) atau kadang dipergunakan untuk merubah
fasa (panas laten). Laju perpindahan energi dalam penukar kalor dipengaruhi
oleh kecepatan aliran fluida, sifat-sifat fisik (viskositas, konduktivitas termal,
kapasitas kalor spesifik, dan lain-lain), beda temperatur antara kedua fluida, dan
sifat permukaan bidang perpindahan panas yang memisahkan kedua fluida.

2.5. Macam-Macam Jenis Heat Exchangers

1
Heat exchanger memiliki beberapa macam jenis yang berbeda-beda,
beberapa contohnya yaitu,
a. Shell and Tube
Jenis ini terdiri dari suatu tabung dengan diameter yang cukup besar dan
di dalamnya berisi seberkas pipa dengan diameter relatif kecil. Salah satu fluida
yang dipertukarkan energinya dilewatkan di dalam pipa atau berkas pipa,
sedangkan fluida yang lainnya dilewatkan diluar pipa atau di dalam tabung.
b. Tubular Heat Exchanger
Heat exchanger tipe ini melibatkan penggunaan tube pada desainnya.
Bentuk penampang tube yang digunakan bisa bundar, elips, kotak, twisted,
dan lain sebagainya. Heat exchanger tipe tubular didesain untuk dapat
bekerja pada tekanan tinggi, baik tekanan yang berasal dari lingkungan
kerjanya maupun perbedaan tekanan tinggi antar fluida kerjanya.
c. Plate Heat Exchanger
Penukar panas terdiri dari pelat-pelat yang sudah dibentuk dan
ditumpuk-tumpuk sedemikian rupa sehingga alur aliran untuk suatu fluida
akan terpisahkan oleh pelat itu sendiri terhadap aliran fluida satunya, serta
dipisahkan dengan gasket.
2.6. Analisa Kerja Heat Exchanger
a. Koefisien Overall Heat Transfer (U)
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas
ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai
gabungan proses konduksi dan konveksi.
b. Fouling Factor (Rd)
Merupakan angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya
kotoran yang terbawa oleh fluida yang mengalir di dalam heat exchanger.
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di
permukaan heat exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk

1
permukaan heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan,
pergerakan, korosi, polimerisasi, dan proses biologi.
Penyebab terjadinya fouling adalah adanya pengotor berat yaitu kerak
keras yang berasal dari hasil korosi dan adanya pengotor berpori yaitu kerak
lunak yang berasal dari dekomposisi kerak keras. Fouling ini mengakibatkan
kenaikan tahanan heat transfer sehingga meningkatkan biaya investasi, biaya
operasi, dan biaya perawatan.
c. Pressure Drop (∆P)
Ukuran untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat mempertahankan
tekanan yang dimilikinya selama fluida mengalir. Disebabkan oleh friksi
aliran dengan dinding dan pembelokan aliran. Jika ∆P terlalu besar, aliran
akan melambat sehingga tenaga pompa yang dibutuhkan menjadi besar.
Namun apabila ∆P terlalu rendah, maka perpindahan panas tidak sempurna.

1
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Pengumpulan Data
Data dan keterangan yang diperoleh dan digunakan dalam penyusunan
laporan ini menggunakan beberapa cara, yaitu:
1. Data Primer
Data primer merupakan data hasil pengamatan langsung dari
sumbernya. Data ini diperoleh dari A-200/unit fermentasi. Data-data
tersebut meliputi: volume mash, berat jenis mash, laju alir fluida
produksi, suhu masuk dan keluar mash dan cooling water pada HE,
spesifikasi alat dan jumlah plate serta luas transfer HE.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumbernya. Data ini diperoleh dari literature/buku, materi kuliah,
dan referensi lain yang dapat mendukung data primer.
Proses fermentasi pada main fermenter terjadi reaksi sebagai berikut :
C6H12O6(l)  2 C2H5OH(l) + 2 CO2(g)

Dengan data panas pembentukan standar masing masing senyawa


sebagai berikut :

ΔHof CO2 = -395 KJ/ mol


ΔHof C6H12O6 = -2820 KJ/ mol
ΔHof C2H5OH = -1368 KJ/ mol (Clara, 2017)

1
3.2. Tahapan Pengolahan Data
1. Pegolahan Data Kebutuhan Air Pendingin
Tahap 1 Menyiapkan persamaan dan data sekunder
Tahap 2 Menhitung pamas bahan masuk (Qin), panas bahan keluar
(Qout) dan panas reaksi (QR)
Tahap 3 Menghitung kebutuhan air pendingin pada main fermenter
2. Pengolahan Data merancang HE
Adapun cara mengolah data yang telah didapat adalah dengan
menggunakan rumus yang tersedia dalam buku Kern “Process Heat
Transfer”.

1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kebutuhan Jumlah Air Pendingin Pada Main Fermenter


1. Menyiapkan persamaan dan data sekunder
Persamaan neraca energi pada main fermenter adalah sebagai
berikut :
[ Panas Masuk Main Fermenter ] – [ Panas Keluar Main Fermenter ] – [
Panas Pendingin ] + [ Panas Reaksi Fermentasi ] = [ Akumulasi Panas ]
Qin – Qout – Qcw + QR = Qacc
𝑑
0 – 0 – Mw. Cpw. ΔTw + M. ΔHR = 𝑑𝑇 ( 𝑀. 𝐶𝑝. 𝑇)

Dengan perubahan suhu dT pada main fermenter dijaga tetap


mendekati = 0 sehingga,
Mw. Cpw. ΔTw + M. ΔHR = 0
Mw. Cpw. ΔTw = M. ΔHR
Sehingga dari persamaan diatas diketahui bahwa panas yang terjadi
akibat fermentasi sebanding dengan panas air pendingin yang dibutuhkan.
Data sekunder yang didapat dari main fermenter adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Tabel Data Sekunder pada Main Fermenter

Data Nilai Satuan


o
Twin 29 C
o
Twout 33 C
ΔHR -3665.82 Kkal/kg
V mash 600 m3
Kadar Alkohol 10,3 %V
Cpw 1 Kkal/ Kg K
(Data Fermentasi PT Indo Acidatama Tbk. Batch 15782)

1
2. Menghitung masuk fermenter (Qin), panas keluar fermenter (Qout) dan
panas reaksi (QR)
a. Panas Masuk Fermenter ( Qin)
Proses fermentasi pada main fermenter dipertahankan dan dijaga untuk
tidak kontak dengan suhu luar agar tidak berpengaruh pada proses
fermentasi sehingga panas dari luar masuk fermenter dijaga = 0
b. Panas Keluar Fermenter ( Qout )
Proses fermentasi pada main fermenter dipertahankan dan dijaga untuk
tidak kontak dengan suhu luar agar tidak berpengaruh pada proses
fermentasi sehingga panas dari fermenter keluar lingkungan dijaga = 0
c. Panas Reaksi (QR )
Proses fermentasi pada main fermenter terjadi reaksi sebagai berikut :
C6H12O6 (l)  2C2H5OH (l) + 2CO2 (g)
Dengan data panas pembentukan standar masing masing senyawa
sebagai berikut :
ΔHof CO2 = -395 KJ/ mol
ΔHof C6H12O6 = -2820 KJ/ mol
ΔHof C2H5OH = -1368 KJ/ mol ( Clara, 2017 )
Sehingga
ΔHR = Ʃ ΔHof Produk - Ʃ ΔHof Reaktan
= 2. (ΔHof C2H5OH + ΔHof CO2) - ΔHof C6H12O6
= 2. ( -1368 KJ/ mol + -395 KJ/ mol ) – ( -2820 KJ/ mol )
= ( -3526 + 2820 )
= -706 KJ/ mol
𝐾𝑘𝑎𝑙
𝐾𝐽 0,23885
𝐾𝐽
ΔHR = −706 𝑔 10−3 𝑘𝑔
𝑚𝑜𝑙 46 .
𝑚𝑜𝑙 𝑔

= -3665,82 Kkal/Kg

1
3. Menghitung kebutuhan air pendingin pada main fermenter
Dari persamaan neraca energi pada main fermenter diketahui bahwa
besarnya kalor reaksi fermentasi sebanding dengan kalor yang ditransfer ke
air pendingin sehingga kebutuhan air pendingin adalah sebagai berikut :
Mw. Cpw. ΔTw = - ( M. ΔHR )

𝐾𝑘𝑎𝑙 𝐾𝑔 𝐾𝑘𝑎𝑙
Mw. 1 ( 306 – 302) K = 10,3%. 600m3 . 1,03 . −3665,82
𝐾𝑔 𝐾 𝑚3 𝐾𝑔

𝐾𝑘𝑎𝑙 𝐾𝑘𝑎𝑙
𝑀𝑤. 4 = −( 63,654 𝐾𝑔. −3665,82 )
𝐾𝑔 𝐾𝑔

233.344,106
Mw = 𝐾𝑔/cycle
4

𝑀𝑤 = 58.336,03 𝐾𝑔/cycle

Satu cycle membutuhkan waktu 36 jam sehingga kebutuhan air


pendingin pada tangki main fermenter adalah

𝑀𝑤 = 58.336,03 𝐾𝑔/36 𝑗𝑎𝑚

𝑀𝑤 = 1620,44 Kg/jam

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan air


selama proses fermentasi pada main fermenter sebanyak
58.336,03 𝐾𝑔/cycle atau 1620,44 Kg/jam. Sedangkan kapasitas
penyimpanan air pada water pit menurut data utilitas PT. Indo Acidatama
Tbk (2018), adalah sebesar 500.000 Kg sehingga air yang digunakan
sebagai air pendingin pada tangki main fermenter dalam satu cycle sebesar
11,67 % dari kapasitas air pada water pit.

1
4.2. Redesign HE Plate and Frame menjadi Shell and Tube
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Redesign HE pada Main Fermenter

Shell side Tube side


Data
(cooling water) (ethanol)
Total flow, lbm/jam 30.515,03 22.046
Q, Btu/jam 219.049,1 219.049,1
Number of passes 1 2
Inside diameter, in 21,25 0,652
Baffle spacing, in 5 -
Number of tube - 270

OD x length, ft2 - 0,75 x 16

Tube pitch - 1
BWG - 18
Viskositas, lbm/ft.jam 1,089 2,057

Flow area, ft2 0,1844 1,2525

Mass velocity, lbm/ft2.jam 165.427,3 17.601,6

Reynolds number 12.026,02 464,926

∆LMTD koreksi, oF 7,506 7,506

jH (fig.24&28, Kern) 35 11

h, Btu/jam.ft2.oF 102,59 102,94

hio, Btu/jam.ft2.oF - 2916,811

Pressure drop, psi 1,719 0,008802

Uc, Btu/jam.ft2.oF 99,1053

Ud, Btu/jam.ft2.oF 75

1
Rd, jam.ft2.oF/Btu 0,003243

A, m2 78,017

Dari perhitungan didapatkan luas transfer sesungguhnya (A), nilai


pressure drop (∆P) pada shell and tube, nilai design overall coefficient (Ud),
nilai clean overall coefficient (Uc), dan nilai dirt factor (Rd).

1. Luas area transfer


a. Shell and tube = 78,017 m2
b. Plate and frame = 53,5 m2
Luas area transfer panas pada shell and tube heat exchanger lebih
besar daripada luas area transfer panas plate and frame heat exchanger,
sehingga apabila menggunakan shell and tube heat exchanger, luas area
transfer menjadi salah satu bahan pertimbangan.
2. Pressure drop (∆P)
a. Shell side
Nilai pressure drop pada shell side adalah 1,7198 psi b.
b. Tube side
Nilai pressure drop pada tube side adalah 0,008802 psi
Nilai pressure drop yang diijinkan, baik dalam shell side maupun
tube side, adalah kurang dari sama dengan 10 psi.
3. Fouling factor (Rd)
Harga fouling factor (Rd) pada heat exchanger berdasarkan
perhitunga n adalah sebesar 0,003243 jam.ft2.oF/Btu. Nilai tersebut sudah
melebihi nilai batas Rd yang diijinkan, yaitu sebesar 0,003 jam.ft2.oF/Btu.
Nilai Rd yang melebihi batas yang diijinkan menunjukkan bahwa mulai
terjadi endapan dalam heat exchanger. Hal ini akan mengurangi kinerja
dari shell and tube heat exchanger itu sendiri karena menghambat panas

1
yang terjadi antara masing- masing fluida. Nilai dari Rd dipengaruhi oleh
nilai Ud dan Uc.
4. Clean overall coefficient (Uc) dan design overall coefficient (Ud)
Nilai Uc yang didapat dari hasil perhitungan adalah 99,1053
Btu/jam.ft2.o F dan nilai Ud sebesar 75 Btu/jam.ft2.oF. Uc adalah koefisien
perpindahan panas menyeluruh pada awal penggunaan heat exchanger,
umumnya ditentukan oleh besarnya tahanan konveksi h dan hio. Ud adalah
koefisien perpindahan panas menyeluruh setelah terjadi pengotoran pada
heat exchanger. Nilai Ud seharusnya lebih kecil daripada nilai Uc. Nilai Uc
dan Ud berpengaruh dalam kinerja heat exchanger terutama pada harga Rd
(fouling factor). Jika nilai Uc naik, maka nila i Rd akan naik dan begitu
pula sebaliknya. Apabila nilai Ud naik, maka nilai Rd akan turun dan
sebaliknya.

1
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Kebutuhan air pendingin pada main fermenter adalah ± 58 ton/cycle dalam
waktu 36 jam/cycle.
2. Shell and tube heat exchanger memiliki luas area transfer panas yang lebih
besar daripada luas area transfer panas yang dimiliki plate and frame heat
and exchanger sehingga tetap dipilih heat exchanger jenis plate and frame
karena dengan semakin luasnya area transfer panas akan semakin besar pula
biaya dan lahan konstruksi dari heat exchanger.
3. Plate and frame heat exchanger lebih menguntungkan untuk digunakan
daripada shell and tube heat exchanger karena biaya operasional, biaya
perawatan, dan harga alat yang lebih murah.

1
LAMPIRAN

PERHITUNGAN TUGAS KHUSUS II

Pengolahan Data

Dari data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder, kemudian
dilakukan pengolahan data melalui perhitungan sesuai dengan metode yang terdapat
di dalam buku Process Heat Transfer (Donald Q. Kern).

Data desain

Mash
Data Air
(Ethanol)
Debit, ton/jam 10 15
Suhu masuk, oC 40 29
Suhu keluar, oC 34 33
Heat capacity (Cp), Btu/lbm.oF 0,92 0,9997
Density (ρ), gr/ml 1,427 0,99653945
Viscosity (μ), Pa.s 0,000786 0,000894
Thermal conductivity (k),
0,095491 0,359
Btu.ft/hr.ft2.oF

Asumsi :

Ud = 75 Btu/hr.ft2.oF (Tabel. 10, Kern)

Heat Balance

Q = W.Cp.(T1-T2) = w.cp.(t2-t1)

MASH (ETANOL) :

1
Q = 22.046 lbm/jam x 0,92 Btu/lbm.oF x (104 – 93,2)oF

= 20.282,32 btu/jam x 10,8

= 219.049,1 Btu/jam

AIR :

Q = 30.433 lbm/jam x 0,9997 Btu/lbm.oF x (91,4 – 84,2)oF

= 30.423,87 btu/jam x 7,2

=219.051,8 Btu/jam

∆t

(𝑇1−𝑡2)−(𝑇2−𝑡1)
LMTD = (𝑇1−𝑡2)
𝑙𝑛
(𝑇2−𝑡1)

(104−84,2)−(93,2−91,4)
= (104−84,2)
𝑙𝑛
(93,2−91,4)

19,8−1,8
= 19,8
𝑙𝑛
1,8

18
=
𝑙𝑛11

18
=
2,397

LMTD = 7,5065 oF

𝑇1− 𝑇2 104− 93,2 10,8


R = = = = 1,5
𝑡2−𝑡1 91,4− 84,2 7,2

𝑡2−𝑡1 91,4− 84,2 7,2


S = = = = 0,364
𝑇1−𝑡1 104− 84,2 19,8
1
Ft (temperature difference factor) = 0,94 (Fig. 18, Kern)

∆t = LMTD x Ft

= 7,5065 x 0,94
= 7,056oF
Tc dan tc

𝑡1+ 𝑡2 84,2+ 91,4 175,6


tc = = = = 87,8oF
2 2 2

𝑇1+ 𝑇2 104+ 93,2 197,2


Tc = = = = 98,6oF
2 2 2

Luas Transfer

𝑄𝑚𝑎𝑠ℎ
A =
𝑈𝑑 𝑥 ∆T

219.049,1
=
75 𝑥 7,056

= 413,925 ft2

Jumlah Pipa

Nt = A/Ao.L

= 413,925/0,1963.16

= 252,8 ft

Berdasarkan Tabel 9 Kern, dengan jumlah pipa diatas, maka dipilih :

Nt : 270

Pass :1

1
Shell side

ID : 21,25 in Baffle space : 5 in

Tube side

BWG : 18 Ao : 0,334 in2

Length : 16 in Ao : 0,1963 ft2 /in

OD : 0,75 in Pitch : 1 in

ID : 0,652 in

A koreksi = Nt x L x Ao

= 270 x 16 x 0,1963

= 848,016 ft2

COLD FLUID (WATER), SHELL SIDE

𝐼𝐷 𝑥 𝐶 𝑥 𝐵
Flow Area, as =
144 𝑃𝑇

21,25 𝑥 (1−0,75) 𝑥 5
=
144 𝑥 1

26,5625
=
144

= 0,1844 ft2

𝑊
Mass velocity, Gs =
𝑎𝑠

219.049,1
=
0,1844

1
= 165.427,3 lbm/ft2.jam

Viskositas cold fluid pada tc = 87,8oF μ = 0,31 cp = 1,089 lbm/ft.jam (Fig.14,


Kern)

𝐷𝑒 𝑥 𝐺𝑠
Reynold, Res =
µ

De = 0,95 in (Fig. 28, Kern)

0,95
=
12

= 0,07916 ft

0,07916 𝑥 165.427,3
Res =
1,089

13.096,327
=
1,089

= 12.026,01

jH = 35 (Fig. 28, Kern)

Pada tc = 96,8oF

μ = 0,89 cp = 2,1538 lbm/ft.jam (Fig. 16, Kern)

cp = 0,77 Btu/lbm.oF (Fig. 4, Kern)

k = 0,082 Btu/jam.ft2.oF/ft (Fig. 1, Kern)

𝐶𝑝 𝑥 µ 1/3
( k
) = 3,4086 Btu/jam.ft2.oF/ft

hs = jH x k/De x (Cp x μ / k)1/3 x φs

1
35 𝑥 0,082 𝑥 3,4086
hs/φs =
0,0791

= 123,573 Btu/jam.ft2.oF

HOT FLUID (ETHANOL), TUBE SIDE

Flow area, ao = 0,334 ft2 (Tabel. 10, Kern)

𝑁𝑡 𝑥 𝑎𝑜
at =
144𝑛

270 𝑥 0,334
=
144 𝑥 1

= 1,2525 ft2

W
Mass velocity, Gt =
𝑎𝑡

22.046
=
1,2525

= 17691,6 lbm/jam.ft3

Viskositas pada Tc = 98,6oF

μt = 0,85 cp = 2,057 lbm/ft.jam

D x Gt
Reynold, Ret =
µ

0,625
D = = 0,05433 ft (Tabel. 10, Kern)
12

0,05433 x 17691,6
Ret =
2,057

1
= 464,926

jH = 11 (Fig. 24, Kern)

Pada Tc = 98,6oF

cp = 0,83 Btu/lbm.oF (Fig. 4, Kern)

k = 0,079 Btu/jam.ft2.oF/ft (Fig. 1, Kern)

𝐶𝑝 𝑥 µ 1/3
( k
) = 7,2038 Btu.ft/jam.ft2.oF

ht = jH x k/D x (c x μ / k)1/3 x φt

11 x 0,079 x 7,2038
=
0,05433

ht
= 115,217 Btu.ft/jam.ft2.oF
φt

hio ℎ𝑡 𝐼𝐷
= x
φt 𝜑𝑡 𝑂𝐷

21,25
= 115,217 x
0,75

= 3264,488 Btu/jam.ft2.oF

Tube wall temperature

ℎ𝑠
𝝋𝒐
tw = tc + 𝒉𝒊𝒐 𝒉𝒊𝒐 x (Tc – tc)
𝝋𝒕
+ 𝝋𝒕

123,5728
= 84,2 + 𝑥 14,4
3264,488 + 123,5728

1
= 84,725 oF

Cold fluid (water), shell side

Pada tw = 84,725oF

μw = 1,7 cp = 4,114 lbm/ft.jam (Fig. 4, Kern)

µ 0,14
φs =( )
µw

1,089 0,14
=( )
4,114

= 0,8302

ℎ𝑠
hs =( ) x φs
𝜑𝑠

= 123,5728 x 0,8302

= 102,59 Btu/jam.ft2.oF

Hot fluid (ethanol), tube side

Pada tw = 84,725oF

μw = 1,9 cp = 4,598 lbm/ft.jam

µ 0,14
φt =( )
µw

2,057 0,14
=( )
4,598

= 0,893

1
ℎ𝑡
ht =(
𝜑𝑡
) 𝑥 φt

= 115,217 x 0,893

= 102,946 Btu/jam.ft2.oF

ℎ𝑖𝑜
Hio = x φt
𝜑𝑡

= 3264,488 x 4,598

= 2916,811 Btu/jam.ft2.oF

Clean Overall Coefficient, Uc

ℎ𝑖𝑜 𝑥 ℎ𝑠
Uc =
ℎ𝑖𝑜+ℎ𝑠

2916,811 x 102,59
=
2916,811 + 102,59

= 99,105 Btu/jam.ft2.oF

Design Overall Coefficient, Ud

Ao = 0,1963 in2

Total surface

A = Nt x L x Ao

= 270 x 16 x 0,1963

= 848,016 ft2

= 78,17 m2

1
𝑄
Ud =
𝐴 𝑥 ∆𝑡

219.049,1
=
848,016 x 7,056

= 75 Btu/jam.ft2.oF

Dirt Factor (Rd)

𝑈𝑐−𝑈𝑑
R =
𝑈𝑐 𝑥 𝑈𝑑

99,105 − 75
=
99,105 + 75

= 0,00324 jam.ft2.oF/Btu

Rd yang diijinkan = 0,003 jam.ft2.oF/Btu

Pressure Drop (∆P)

Cold fluid (water), shell side, tc = 84,2oF

Res = 11221,39

Ds = 21,25/12 = 1,2708 ft

f = 0,0026 ft2/in2

s = 0,82

N+1 = 12 x L/B

= 12 x 16/5

= 38,4

1
𝑓 𝑥 𝐺𝑠 2 𝑥 𝐷 𝑥 ( 𝑁+1)
∆Ps =
5,22 𝑥 1010 𝑥 𝐷𝑒 𝑥 𝑠 𝑥 φs

0,0026 𝑥 165427,32 𝑥 1,27083 𝑥 38,4


=
(5,22 𝑥 1010 ) 𝑥 0,079167 𝑥 0,82 𝑥 0,8302

= 1,719 psi

∆Ps yang diijinkan ≤ 10 psi

Hot fluid (ethanol), tube side, Tc = 98,6oF

Ret = 464,926

f = 0,0018 ft2/in2

s = 0,8

𝑓 𝑥 𝐺𝑡 2 𝑥 𝐿 𝑥 𝑛
∆Pt =
5,22 𝑥 1010 𝑥 𝑠 𝑥 𝐷 𝑥 φt

0,0018 𝑥 12026,022 𝑥 16 𝑥 2
=
(5,22 𝑥 1010 ) 𝑥 0,8 𝑥 0,05433 𝑥 0,893

= 0,008802 psi

∆Pt yang diijinkan ≤ 10 psi

Anda mungkin juga menyukai