Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN

BIDANG THP
EVAPORASI VAKUM BERTINGKAT PADA PROSES PENGUAPAN NIRA DI PABRIK
GULA

Oleh :
1. Ichsan Zahid P. (226100100111003)
2. Apriliawan H. (226100100111005)

PROGRAM STUDI PASCASARJANA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
PROSES PRODUKSI GULA TEBU

Stasiun penguapan di Pabrik Gula memiliki tujuan utama yaitu untuk menguapkan
sebagian besar air yang terkandung di dalam bahan. Di Pabrik Gula, alat yang umumnya
digunakan pada stasiun penguapan ialah evaporator. Evaporator digunakan untuk menguapkan
air yang terkandung pada nira encer menjadi nira kental yang siap untuk dikristalisasi. Salah
satu jenis evaporator yang sering digunakan di pabrik gula ialah evaporator dengan sistem
quadruple effect. Evaporator ini terdiri dari 4 badan penguapan (4 vessel) yang dipasang
secara seri. Target dari stasiun penguapan di pabrik gula ialah menguapkan air sebanyak
±70% hingga brix nira kental yang dicapai bisa mendekati ±60° brix (Wulandari dan Saputri,
2021).

Evaporator dengan sistem quadruple effect mampu meningkatkan konsentrasi nira


(dalam hal ini brix) dari kadar 14% hingga 68%. Sebagaimana alat penguapan lainnya, pada
alat ini akan terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa secara simultan. Ini artinya
bahwa pelarut (termasuk air) akan teruap sebagian hingga diperoleh produk yang
kental/konsentrat (Ismiyati dan Sari, 2020)

Nilai brix dapat mengindikasikan tingkat kepekatan nira karena nilai ini mewakili
berat zat padat terlarut, baik gula maupun non gula, yang terkandung dalam 100 gram nira
(Sartika, 2005). Secara general, Proses produksi gula melalui beberapa proses utama yang
disebut “stasiun”, beberapa stasiun produksi gula antara lain:
1) stasiun gilingan,
2) stasiun pemurnian,
3)stasiun penguapan, dan
4) Stasiun Masakan dan Puteran.
Pada stasiun gilingan, bahan baku tebu yang akan dilakukan proses penggilingan harus
memenuhi persyaratan matang, bersih dan segar. Penggilingan tebu bertujuan untuk
mengekstrak nira, sehingga dapat dimanfaatkan untuk proses selanjutnya.

Pada stasiun pemurnian, nira yang didapat dari proses penggilingan dilakukan
pemurnian. Pemurnian meliputi proses defekasi dan sulfitasi. Pemurnian dilakukan untuk
menghilangkan kotoran berupa kulit batang tebu yang mengotori nira, sehingga dihasilkan
nira yang jernih. Pada proses pemurnian diusahakan kerusakan sukrosa yang terjadi serendah
mungkin, sehingga perlu dilakukan pengawasan terhadap suhu, pH, waktu pemurnian maupun
penambahan bahan pembantu.

Nira yang telah dimurnikan mengandung gula sebesar 15%, namun untuk memasuki
proses kristalisasi memerlukan nira dengan kandungan gula mencapai 80%. Oleh karena itu
dilakukan proses evaporasi terlebih dahulu pada stasiun penguapan, suhu evaporasi nira pada
umumnya berkisar 65-110oC. Kecepatan evaporasi nira tergantung pada kualitas dan kuantitas
uap, kekuatan vakum, suhu awal nira, kebersihan nira, kebersihan pipa, kelancaran kondensat,
dan sumber daya manusia yang menjalankan mesin evaporator.

Nira kental selanjutnya dilakukan proses kristalisasi dengan cara dilakukan pemanasan
pada stasiun masakan atau puteran, sehingga terjadi pertumbuhan kristal. Tahap awal
pembentukan kristal dilakukan dengan mencampurkan bibit kristal ke dalam nira kental. Pada
proses kristalisasi kualitas dan kuantitas dari uap bekas dan kebersihan pan masak
menentukan mutu dari kristal yang dihasilkan. Selain itu, kondisi kristal yang dihasilkan harus
seragam agar kehilangan sukrosa yang terjadi dapat diminimalisasi.

Gambar 1. Skema Pengolahan gula dari hulu ke hilir


STASIUN PENGUAPAN (EVAPORASI)

Evaporasi adalah suatu proses yang bertujuan memekatkan larutan yang terdiri atas
pelarut (solvent) yang volatile dan zat terlarut (solute) yang non volatile (Widjaja, 2010).
Dalam proses pembuatan gula, Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk produksi
gula tebu dalam kapasitas besar adalah dengan menggunakan teknologi pemasakan uap
bertingkat atau disebut Multi-Effect Evaporator (MEE). Di dalam proses penguapan bahan
dapat digunakan dua, tiga, empat atau lebih dalam sekali proses, inilah yang disebut dengan
evaporator efek majemuk. Penggunaan evaporator efek majemuk berprinsip pada penggunaan
uap yang dihasilkan dari evaporator sebelumnya. Tujuan penggunaan evaporator efek
majemuk adalah untuk menghemat panas secara keseluruhan, hingga akhirnya dapat
mengurangi ongkos produksi.

Pada sistem ini, uap sebagai sumber panas digunakan dalam beberapa kali tingkatan
sehingga penggunaannya menjadi lebih efisien (Al riza dkk., 2012).
Kelebihan evaporator Multi efek adalah
1. biaya operasi lebih murah
2. steam yang digunakan lebih hemat.
Kekurangan evaporator multi efek:
1. membutuhkan biaya investasi yang lebih besar karena perlu menyediakan lebih
banyak evaporator dan sistem vakumnya.
2. operasi dan pengendaliannya lebih sulit.

Pada saat proses penguapan, temperatur tidak boleh terlalu tinggi karena gula akan
rusak pada temperatur tinggi (menyebabkan karamelisasi). Untuk mencegah karamelisasi
namun air masih bisa terus teruapkan, maka dilakukan penurunan tekanan dalam evaporator.
Dengan menurunkan tekanan, maka titik didih air akan turun sehingga pada temperatur yang
tidak terlalu tinggi, air sudah dapat teruapkan dari nira. Titik didih akan turun dengan
menggunakan tabung tempat vakum.
Tujuan dilakukannya penguapan dalam keadaan vakum yaitu
1. menurunkan titik didih dan menghemat uap
2. kehilangan gula akibat suhu tinggi dalam proses dapat ditekan.

Proses penguapan dilakukan hingga nira kental mencapai kekentalan ± 30 - 32o Be.
Alat yang digunakan terdiri dari 5 badan evaporator. Fluida panas yang digunakan untuk
proses di evaporator ialah uap bekas yang bertekanan ± 0,5 kg/cm2 dengan suhu 115-120oC.
Penguapan berlangsung dengan cara memberikan panas pada nira hingga terjadi perubahan
fase air menjadi uap.

Gambar 2. Alur Proses Penguapan

1. Evaporator Badan 1:

Nira jernih yang berasal dari peti nira jernih masuk ke dalam evaporator badan 1
disirkulasi dan dipanaskan oleh uap bekas (Exhaust Steam). Setelah mengalami proses
evaporasi, kemudian akan di masukkan kembali menuju evaporator badan 2 untuk proses
penguapan lanjutan. Nira badan 1 akan di alirkan menuju evaporator badan 2. Sedangkan air
kondensat 1 akan dimasukkan ke peti kondensat bersih yang akan digunakan sebagai air
umpan boiler. Suhu yang digunakan berkisar antara 111,2 - 113℃ sedangkan tekanan yang
digunakan pada evaporasi badan 1 ialah 1,58 kg/cm2.
2. Evaporator Badan 2:

Pada evaporator badan 2 ini feed yang masuk berupa uap panas (steam) dan nira
badan 1 yang kemudian di proses menghasilkan produk keluaran uap nira 2, nira badan 2, dan
air kondensat 2. Uap nira akan di transfer untuk proses pemanasan dan kemudian akan
digunakan Kembali untuk proses pemanasan di evaporator badan 3. Nira badan 2 akan di
transfer menuju evaporator badan 3 untuk di uapkan lagi. Sedangkan air kondensat 2 akan
ditampung ke peti kondensat bersih bercampur dengan air kondensat 1 dan 3 yang akan
digunakan sebagai air umpan boiler. Suhu yang digunakan yaitu 104℃ sedangkan tekanannya
adalah 1,19 kg/cm2.

3. Evaporator Badan 3:

Feed masuk ke evaporator badan 3 berasal dari evaporator badan 2 yaitu uap nira 2 dan
nira badan 2 yang di uapkan dan menghasilkan produk keluaran uap nira 3, nira badan 3, dan
air kondensat 3. Uap nira 3 akan digunakan sebagai pemanasan lanjutan pada evaporator
badan 4. Nira badan 3 ditransfer ke evaporator badan 4 dan diuapkan lagi. Sedangkan air
kondensat 3 akan di tampung dalam peti kondensat bersih. Suhu serta tekanan semakin
menurun, yaitu bersuhu 94℃ dan bertekanan 0,83kg/cm2 .

4. Evaporator Badan 4:

Uap nira 3 dan nira badan 3 masuk kedalam evaporator badan 4 menghasilkan produk
keluaran uap nira 4, nira badan 4, dan air kondensat 4. Uap nira 4 dan nira badan 4 masuk ke
evaporator badan 5. Sedangkan air kondensat 4 ditampung dalam peti kondensat tercemar
bersama air kondensat 3. Suhu yang digunakan yaitu 81,35 ℃ serta tekanannya 0,51kg/cm2.

5. Evaporator Badan 5:

Feed yang maasuk ke evaporator badan 5 akan diproses dan menghasilkan produk
keluaran nira kental, uap nira 5, dan air kondensat 5. Nira kental akan di masukkan kedalam
peti nira kental. Suhu yang digunakan untuk evaporasi terakhir ini yaitu 55℃ serta
tekanannya 0,16 kg/cm2. Air kondensat 5 akan ditampung bersama dalam peti kondensat
tercemar. Dan uap nira 5 akan masuk ke verkliker untuk ditangkap kandungan nira yang
masih tersisa dan dikembalikan ke peti nira jernih. Sedangkan uap air yang sudah tidak ada
kandungan niranya akan digunakan sebagai pemanas kemudian akan di alirkan menuju
condensor untuk proses kondensasi yang akan digunakan untuk proses lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Edlina, Erda Firad dan Irene Citra Annisa. 2021. Proses Produksi Gula PTPN XI, PG
Jatiroto, Lumajang. Laporan Kerja Praktek. Universitas Internasional Semen
Indonesia. Gresik
Yuwono, Sudarminto Setyo dan Elok Waziiroh. 2017. Teknologi Pengolahan Pangan
Hasil Perkebunan. Malang: UB Press
Eka, S. Y., Eka, L., dan Widjaja, I. N. K. 2010. Pengaruh Variasi Kepolaran Fase
Gerak Aseton–Diklorometana:Metanol–Asam Asetata Terhadap % Distribusi
(+)- Katekin Dari Gambir Dengan Metode Kromatografi Cair Vakum. E-
journal 1(1): 31 – 38.
Al Riza, Dimas & Hermanto, Mochamad & Argo, Bambang. (2012). Desain Multi
Effect Evaporator dengan Menggunakan Excel Add-in dan Solver.
N. D. Sartika, “Audit Kinerja Proses Pengolahan Pada Pabrik Gula,” Inasea, vol. 6, no.
2, pp. 134–142, 2005,
Ismiyati and F. Sari, “Identifikasi Kenaikan Titik Didih pada Proses Evaporasi
Terhadap Konsentrasi Larutan Sari Jahe,†Konversi, vol. 9, no. 2, pp.
33–39, 2020, 

Anda mungkin juga menyukai