Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa sekarang ini perkembangan industri di Indonesia semakin maju
dan pesat. Perkembangan industri ini didorong oleh tingkat kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat dan daya komsumsi masyarakat yang
meningkat

pula.

Kubutuhan

akan

produksi

tersebut

harus

tetap

mempertimbangkan tingkat komsumsi dan bahan yang akan diproduksi serta


harga jual. Perkembangan industri terjadi pada semua sektor terutama sektor
hasil pertanian berupa gula pasir.
Pemakain gula pasir yang banyak terutama dalam industri makanan dan
industri minuman yang menggunakan gula sebagai bahan pemanis utama.
Penggunaan gula pasir ini karena sumber gula sukrosa banyak terdapat di
alam. Produksi gula pasir di Indonesia tak lepas dari peranan pabrik gula, tapi
terlepas dari itu semua Indonesia terkadang harus mengimpor gula dari luar
untuk memenuhi kebutuhan gula pasir dalam negeri.
Gula pasir yang diproduksi membutuhkan peralatan dan energi penggerak.
Energi penggerak disuplai steam atau uap panas, sedangkan energi yang
dibutuhkan untuk menghasilkan steam kebanyakan menggunakan bahan bakar
minyak. Pemanasan air menjadi steam (uap panas) membutuhkan energi atau
panas yang besar. Penggunaan bahan bakar minyak dalam proses produksi dan

ditambah dengan harga bahan bakar minyak akan meningkatkan biaya


produksi yang semakin besar sehingga berimbas pada harga penjualan gula
pasir di pasaran. Peralatan yang menjadi inti dari produksi gula pasir adalah
evaporator yang berguna untuk mengguapkan air yang terdapat dalam nira dan
memekatkan larutan nira. Pemekatan larutan bertujauan agar kadar gula yang
diperoleh tidak banyak mengandung air dan mudah untuk dikristalkan
sehingga mempermudah dalam penemasan dan proses distribusi pada
komsumen.
Pabrik gula yang masih beroperasi di Indonesia salah satunya adalah PG
Takalar yang berlokasi di desa Pa'rappunganta, Kecamatan Polongbangkeng
Utara, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Pabrik PG Takalar dioperasikan
dengan uap panas sehingga kebutuhan bahan bakar untuk mengubah air
menjadi steam sangat besar. Bahan baku untuk memproduksi gula pasir
diperoleh dari perkebunan yang tersebar di tiga Kabupaten yakni Je'neponto,
Takalar dan Gowa. Energi penggerak produksi menggunakan steam atau uap
panas dari dalam boiler. Bahan bakar pemanas boiler menggunakan ampas
penggilingan tebu, sehingga selain mengurangi limbah padatan juga
menggurangi tingkat pencemaran oksida sulfur jika menggunakan bahan bakar
dari minyak dan batu bara.
B. Rumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut


1. Berapa Efisiensi penggunaan steam pada evavorator Pabrik Gula Takalar?
2

2. Bagaimana kebutuhan steam pemanas?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:


1. Menentukan efisiensi penggunaan steam pada evavorator Pabrik Gula
Takalar.
2. Menentukan kebutuhan steam pemanas.

D. Manfaat penelitian

1. Mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir terutama dalam


menganalisa data.
2. Mempersiapkan mahasiswa yang ingin bekerja di industri khususnya
industri pembuatan gula pasir.

BAB II
3

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Berdirinya Pabrik


Pabrik Gula Takalar terletak di desa Parappunganta, Kecamatan
Pulongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Privinsi Sulawesi Selatan. Pabrik
Gula Takalar didirikan dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan pemerintah
untuk swasembada gula nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian RI Nomor 668/Kpts/Org/8/1981 tanggal 11 Agustus 1981.
Studi kelayakan disusun oleh PT Agriconsult Internasional pada tahun
1975, dilanjutkan oleh PT Tanindo pada tahun 1981 dengan menggunakan
fasilitas kredit ekspor dari Taiwan.
Pelaksanaan pembangunan diserahkan kepada Tashing Co. (Ptc) Ltd.
Agenci of Taiwan Machinery Manufacturing Co. (TMCC) sebagai Main
Contractor dengan partner dalam negeri PT Sarang Tehnik, PT Multi Mas
Corp, PT Barata Indonesia
Pembangunan Pabrik Gula Takalar menghabiskan dana sebesar Rp.63,5
milyar dan selesai dibangun pada tanggal 27 November 1984. Performance
test dilaksanakan pada tanggal 5 sampai dengan 11 Agustus dengan hasil baik.
Pabrik Gula Takalar dibangun dengan kapasitas giling 3.000 ton tebu per
hari (TTH), yang dapat dikembangkan menjadi 4.000 TTH. Pabrik Gula
Takalar melaksanakan giling perdana pada tahun 1984, dan diresmikan oleh
Presiden Republik Indonesia pada tanggal 23 Desember 1987.
B. Uap dan Perpindahan Panas
4

Di pabrik Gula, uap (steam) dipakai sebagai fluida kerja sekaligus sebagai
medium pemanas. Sebagai fluida kerja, uap diekspansikan untuk menggerakka
mesin-mesin seperti turbin, mesin uap, maupun turbin altektor. (dalam
penggunaannya sebagai fluida kerja dibutuhkan uap dengan tekanan yang
tinggi dan suhu diatas titik jenuhnya atau superheated steam. Sebab kandungan
air pada uap akan menyebabkan getaran pada sudut-sudut turbin dan
menimbulkan korosi). Sedangkan dalam alat penukar panas, seperti pemanas
nira, evaporator, maupun masakan, potensi panas uap dimanfaatkan sebagai
media pemanas. Dimana uap yang dibutuhkan adalah uap dengan tekanan
rendah dan suhu mendekati suhu kejenuhannya. Potensi panas yang paling
besar adalah panas laten pengembunan uap. (sedangkan semakin tinggi
tekanannya maka panas laten pengembunan uap akan semakin rendah.)
1. Uap jenuh (saturated liquid)
Pada tekanan tetap, bila mendinginkan uap sampai pada suhu tertentu,
maka pendinginan selanjutnya tidak akan menurunkan suhu, akan tetapi
mengubah fase. Dimana sebagian uap mulai mengembun menjadi cairan
(kondensat). Suhu dimana uap sudah tidak dapat didinginkan lagi disebut
suhu kejenuhan, sedangkan uap yang siap mengembun disebut uap jenuh.
a. Panas sensibel
Menurut Himmelblau(1999), bila memanaskan air atau uap pada
tekanan tertentu, maka akan terjadi kenaikan suhu. Pana yang diberikan
sehingga menyebabkan kenaikan disebut panas sensibel. Besarnya pana
sensibel tergantung pada massa benda yang dipanaskan, pana jenis dan
perubahan suhu yang terjadi:
Q=m Cp T
Dimana :
5

Q
= panas yang dibutuhkan (kj/jam)
m = massa benda (kg/jam)
Cp = kapasitas panas (kj/kgC)
T = perubahan suhu (C)
b. Panas laten
Bila memanaskan pada tekanan tetap sampai pada titik didihnya,
maka penambahan panas panas selanjutnya tidak akan menaikkan suhu,
tetapi akan merubah fase air menjadi fase uap. Tepatnya suhu ini
berlangsung sampai seluruh air yang ada dalam sistem berubah menjadi
uap.
Panas yang ditambahkan tidak menyebabkan kenaikan suhu, tetapi
menyebabkan perubahan fase dari air menjadi uap disebut panas laten
penguapan. Sebaliknya panas yang diambil tanpa merubah suhu dan
merubah uap air menjadi cair disebut panas laten pengembunan.
Besarnya panas laten pengembunan pada tekanan tetap adalah sama.
Q=m
Di mana :
Q
= panas (kj/jam)
m = massa (kg/jam)

= panas laten (kj/kg)


2. Uap lewat panas
Bila uap jenuh dipanaskan pada tekanan konstan, maka suhunya akan
naik terus. Uap diatas suhu kejenuhannya disebut uap lewat panas. Uapa
jenuh mengendung 2 macam potensi panas, yaitu panas sensibel dan panas
laten pengembunan.
C. Evaporasi
Evaporasi adalah suatu proses penguapan pelarut dari suatu larutan yang
terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah
menguap. Alat penguapan yang digunakan disebut evaporator. Operasi
evaporasi atau penguapan pada dasarnya merupakan operasi pendidihan

khusus, dimana terjadi peristiwa perpindahan panas dalam cairan yang


mendidih. Tujuan operasi evaporasi untuk memperoleh larutan pekat dari
larutan encer dengan jalan pendidihan dan penguapan. (invandrio. 2011)
Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut
pada titik didihnya, sihingga diperoleh larutan zat cair pekat konsentrasinya
lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya biasanya hanya
terdiri satu komponen dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak
diadakan

usaha

untuk

memisahkan

komponen-komponennya.

Dalam

evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang dipentingkan, sedangkan


uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Disinilah letak perbedaan
antara avaporasi dan ditilasi, dimana pada distilasi hasil uapnya tersusun lebih
dari satu komponen dan kesmuanya merupakan produk baik hasil atas maupun
hasil bawah.
D. Jenis-Jenis Evaporator
Menurut McCabe and friends, (1985-447) jenis-jenis utama evaporator
tabung dengan dengan pemasokan uap yang banyak dipakai adalah :
1. Evaporator-vertikal tabung panjang
a. Aliran ke atas (film-panjat)
b. Aliran ke bawah (film-jatuh)
c. Sirkulasi paksa
2. Evaporator film-aduk
E. Sistem Kerja Evaporasi
Ada dua macam sistem operasi evaporator, yaitu:
1. Sistem penguap tunggal, single effect evaporation
2. Sistem penguap ganda, multiple effect evaporation
Sistem penguapan tunggal adalah proses pemekatan larutan dengan
menggunakan satu evaporator, sedang sistem penguap ganda menggunakan
lebih dari satu evaporator. System yang menggunakan dua evaporator disebut

double effect evaporation, 3 evaporator disebut triple effect evaporation dan


seterusnya.
Pada penguapan tunggal, umpan (feed) adalah larutan encer yang
didihkan pada temperatur yang sesuai dengan tekanan pada ruang evaporator
tersebut. Sebagai tenaga pemanas adalah steam bertekanan rendah dan
keadaannya jenuh (saturated steam). Hasilnya adalah larutan pekat dan uap
dari pendidihan larutan tersebut.
Pada system penguapan ganda adalah dua evaporator atau lebih yang
dirangkaikan secara seri. Efek pertama merupakan penguap tunggal yang
dihubungkan seri dengan efek-efek berikutnya. Larutan pekat dari efek
pertama menjadi umpan kedua, demikian seterusnya larutan pekat efek kedua
menjadi umpan efek ketiga dan uap hasil efek kedua dipakai sebagai pemanas
efek ketiga.
F. Konsentrasi
Walaupun cairan encer yang diuapkan ke dalam evaporator mungkin
cukup sehingga beberapa sifat fisiknya sama dengan air, tetapi jika
konsentrasinya meningkat, larutan itu akan makin bersifat individual. Densitas
dan viskositasnya meningkat bersamaan dengan kandungan zat padatnya,
hingga larutan menjadi jenuh, atau jika tidak menjadi terlalu lamban sehingga
tidak dapat melakukan perpindahan kalor yang memadai. Jika cair jenuh
dididihkan terus, maka akan terjadi pembentukn Kristal. Kristal-kristak ini
harus dipindahkan karena bias menyebabkan tabung evaporator tersumbat.
Titik didih larutan pun dapat karena bias menyebabkan tabung evaporator
tersumbat. Titik didih larutan pun dapat meningkat dengan sangat eningkat
8

dengan sangat bila kandungan zat bila kandungan zat padatnya bertambah,
sehingga suhu didihnya larutan jenuh mungkin jauh lebih tinggi dari titik didih
air pada tekanan yang sama.
G. Teori Dasar Perhitungan
1. Kebutuhan steam
Menurut C.J Geankoplis, (1991), untuk mengtahui berapa besar
kebutuhan steam yang dipakai dapat diketahui dari perhitungan neraca
massa total dan neraca massa komponen.
Dalam perhitungan berlaku persamaaan sebagai berikut :
Massa masuk = massa keluar
Neraca massa total
F=L4 + ( V 1 +V 2 +V 3 +V 4 )
..(1)
F X f =L4 XL 4

Neraca massa komponen


2. Menghitung kenaikan titik didih (KTD)
Kenaikan titk didih larutan (KTD) dalam tiap-tiap evaporator dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus Geankoplis persamaan berikut :
(KTD)i=1,78 x i+ 6,22 x i ............................................................(2)
Dimana :
xi = fraksi berat gula dalam larutan (i = 1 sampai dengan 4)
3. Koefisien penguapan
Menurut Hugot (1986) koefisien penguapan (U) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Desiin :
U=0,001 ( 100B )( T 54 ) .. (3)
Dimana :
B
= brix nira dalam badan
T
= suhu pemanas (C)
U
= koefisien perpindahan panas keseluruhan (kcal/jam m2)
4. Menghitung T eff
C.J Geankoplis, (1991) dapat diketahui dengan persamaan berikut :

T eff = T KTD . ( 4)
5. Menghitung T
T tiap efek dapat diketahui dari persamaan berikut :

i= T eff

( U11 )
( U11 )+( U12 )+( U13 )+( U14 )

(5)

T
6. Menghitung entalpi uap dan panas laten
Entalpi feed dan produk dapat dihitung dari nilai kapasitas panas(Cp)
dan suhu. Kapasitas dapat dihitung menggunakan rumus Geankolis dengan
persamaan berikut :
a. Kapasitas panas
Cp=4,192,35 X i ..(6)
Dimana Xi = fraksi berat gula dalam larutan
b. Entalpi uap dan panas laten
Dalam menghitung entalpi uap diperlukan data-data uap jenuh
seperti entalpi spesifik uap (Hs) kenaikan titik didih (KTD)
Entalpi uap dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Geankoplis dengan persamaan sebagai berikut :
Hv=H s 2+ 1,884( K TD) ...(7)
7. Untuk menghitung luas permukaan masing-masing efek menggunakan
persamaan sebagai berikut :
10

a. Untuk efek I menggunakan


s s
A 1=
U1 T 1

...

..(8)
b. Untuk efek II, III, dan IV menggunakan persamaan
V 11
A 1=
U 1 T 1 ...
..(9)
Dimana :
A = luas permuakaan perpindahan panas, m2
s = panas laten penguapan pada ts, kj/kg
U1 = koefisien perpindahan panas keseluruhan, kcal/jam m2c
V1 = laju alir yang teruapkan, kg/jam
T = perubahan suhu, C
8. Steam ekonomi
Menurut (S.R. Pasanda dan Hasan, barlian. 2007) steam ekonomi dapat
dirumuskan seperti persamaan berikutnya :
V total
E=
(10)
S
Dimana :
E
= steam ekonomi
V
= laju alir yang diteruapkan, kg/jam
S
= laju alir steam, kg/jam
9.

Cara pengumpanan pada Evaporator efek-berganda


Menurut Mc Cabe cara atau metode pengumpanan evaporator terdiri dari
atas:
a. Umpan maju (forward feed)
Dengan memmpakan zat cair encer k dalam efek peertama dan
mengalirkanya seterusnya ke dalam efek-efek berikut, konsentrasi zat
cair dalam hal ini meningkat dari efek pertama sampai efek terakhir.
Pola aliran zat ini adalah yang termudah. Cara ini memerlukan sebuah
pompa untuk mengumpankan zat cair ke dalam efek pertama, karena

11

efek ini biasanya berada pada tekanan atmosfer dan sebuah lagi pompa
untuk mengeluarkan cairan pekat dari efek terakhir.
b. Umpan mundur (backward feed)
Zat cair encer diumpankan ke efek terakhir, lalu diumpankan kedalam
ke efek terakhir, lalu diumpankan ke efek yang terakhirlalu
dipompakan ke efek-efek lain secara secara berurutan hingga sampai
ke efek pertama. Cara ini memerlukan pompa diantara setiap pasangan
fek ang berdampingan di samping pompa cairan pekat, karena aliran
berlangsung dari tekanan rendah ke tekanan tinggi.
c. Umpan campuran (mixed feed)
Zat cair masuk ke dalam suatu efek antara, mengalir ke ujung deret,
lalu dipompakan kembali ke efek pertama untuk pemekatan akhir
d. Umpan paralel (paralel feed)
Dalam evaporator kristalisasi, dimana dihasikan lumpur kristal dan
cairan induk, umpan itu mungkin dimasukkan secara paralel langsung
kesetiap efek. Dalam sistem umpan paralel tidak terdapat perpindahan
zat cair dari efek yang satu ke efek yang lain.

12

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Kerja Praktek


Penelitian tersebut dilakukan pada tanggal 1 Maret sampai dengan 30
Maret 2017, yang bertempat di PG Takalar dan pengambilan data dilakukan di
Unit Evaporator.
B. Metode penelitian
Objek penelitian adalah pada unit proses penguapan yaitu evaporator dan
metode penelitian yang digunakan yaitu:
1. Metode yang dilakukan dalam

pengumpulan

data-data

yang

berhubungan dengan perhitungan pada tugas khusus ini adalah tinjauan


literatur, yaitu data yang diambil terdapat dalam da;am literatur atau
hasil percobaan yang telah dilakukan
2. Metode interview.
Metode interview dilakukan terhadap pekerja lapangan yang ada di
pabrik berupa pengajuan beberapa pertanyaan dan pendapat.
C. Teknik Analisa Data
Data pengamatan yang diperoleh baik secara langsung ataupun yang ada
pada literatur diselesaikan dengan metode mengasumsikan yang mendekati hal
13

yang sebenarnya, tetapi tidak semua dilakuakn dengan pengasumsian.


Pengansumsian yang diambil berdasarkan literatur yang ada sehingga persen
kesalahannya sangan kecil.

14

DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai