PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa sekarang ini perkembangan industri di Indonesia semakin maju
dan pesat. Perkembangan industri ini didorong oleh tingkat kebutuhan
masyarakat yang semakin meningkat dan daya komsumsi masyarakat yang
meningkat
pula.
Kubutuhan
akan
produksi
tersebut
harus
tetap
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat penelitian
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Di pabrik Gula, uap (steam) dipakai sebagai fluida kerja sekaligus sebagai
medium pemanas. Sebagai fluida kerja, uap diekspansikan untuk menggerakka
mesin-mesin seperti turbin, mesin uap, maupun turbin altektor. (dalam
penggunaannya sebagai fluida kerja dibutuhkan uap dengan tekanan yang
tinggi dan suhu diatas titik jenuhnya atau superheated steam. Sebab kandungan
air pada uap akan menyebabkan getaran pada sudut-sudut turbin dan
menimbulkan korosi). Sedangkan dalam alat penukar panas, seperti pemanas
nira, evaporator, maupun masakan, potensi panas uap dimanfaatkan sebagai
media pemanas. Dimana uap yang dibutuhkan adalah uap dengan tekanan
rendah dan suhu mendekati suhu kejenuhannya. Potensi panas yang paling
besar adalah panas laten pengembunan uap. (sedangkan semakin tinggi
tekanannya maka panas laten pengembunan uap akan semakin rendah.)
1. Uap jenuh (saturated liquid)
Pada tekanan tetap, bila mendinginkan uap sampai pada suhu tertentu,
maka pendinginan selanjutnya tidak akan menurunkan suhu, akan tetapi
mengubah fase. Dimana sebagian uap mulai mengembun menjadi cairan
(kondensat). Suhu dimana uap sudah tidak dapat didinginkan lagi disebut
suhu kejenuhan, sedangkan uap yang siap mengembun disebut uap jenuh.
a. Panas sensibel
Menurut Himmelblau(1999), bila memanaskan air atau uap pada
tekanan tertentu, maka akan terjadi kenaikan suhu. Pana yang diberikan
sehingga menyebabkan kenaikan disebut panas sensibel. Besarnya pana
sensibel tergantung pada massa benda yang dipanaskan, pana jenis dan
perubahan suhu yang terjadi:
Q=m Cp T
Dimana :
5
Q
= panas yang dibutuhkan (kj/jam)
m = massa benda (kg/jam)
Cp = kapasitas panas (kj/kgC)
T = perubahan suhu (C)
b. Panas laten
Bila memanaskan pada tekanan tetap sampai pada titik didihnya,
maka penambahan panas panas selanjutnya tidak akan menaikkan suhu,
tetapi akan merubah fase air menjadi fase uap. Tepatnya suhu ini
berlangsung sampai seluruh air yang ada dalam sistem berubah menjadi
uap.
Panas yang ditambahkan tidak menyebabkan kenaikan suhu, tetapi
menyebabkan perubahan fase dari air menjadi uap disebut panas laten
penguapan. Sebaliknya panas yang diambil tanpa merubah suhu dan
merubah uap air menjadi cair disebut panas laten pengembunan.
Besarnya panas laten pengembunan pada tekanan tetap adalah sama.
Q=m
Di mana :
Q
= panas (kj/jam)
m = massa (kg/jam)
usaha
untuk
memisahkan
komponen-komponennya.
Dalam
dengan sangat bila kandungan zat bila kandungan zat padatnya bertambah,
sehingga suhu didihnya larutan jenuh mungkin jauh lebih tinggi dari titik didih
air pada tekanan yang sama.
G. Teori Dasar Perhitungan
1. Kebutuhan steam
Menurut C.J Geankoplis, (1991), untuk mengtahui berapa besar
kebutuhan steam yang dipakai dapat diketahui dari perhitungan neraca
massa total dan neraca massa komponen.
Dalam perhitungan berlaku persamaaan sebagai berikut :
Massa masuk = massa keluar
Neraca massa total
F=L4 + ( V 1 +V 2 +V 3 +V 4 )
..(1)
F X f =L4 XL 4
T eff = T KTD . ( 4)
5. Menghitung T
T tiap efek dapat diketahui dari persamaan berikut :
i= T eff
( U11 )
( U11 )+( U12 )+( U13 )+( U14 )
(5)
T
6. Menghitung entalpi uap dan panas laten
Entalpi feed dan produk dapat dihitung dari nilai kapasitas panas(Cp)
dan suhu. Kapasitas dapat dihitung menggunakan rumus Geankolis dengan
persamaan berikut :
a. Kapasitas panas
Cp=4,192,35 X i ..(6)
Dimana Xi = fraksi berat gula dalam larutan
b. Entalpi uap dan panas laten
Dalam menghitung entalpi uap diperlukan data-data uap jenuh
seperti entalpi spesifik uap (Hs) kenaikan titik didih (KTD)
Entalpi uap dapat dihitung dengan menggunakan rumus
Geankoplis dengan persamaan sebagai berikut :
Hv=H s 2+ 1,884( K TD) ...(7)
7. Untuk menghitung luas permukaan masing-masing efek menggunakan
persamaan sebagai berikut :
10
...
..(8)
b. Untuk efek II, III, dan IV menggunakan persamaan
V 11
A 1=
U 1 T 1 ...
..(9)
Dimana :
A = luas permuakaan perpindahan panas, m2
s = panas laten penguapan pada ts, kj/kg
U1 = koefisien perpindahan panas keseluruhan, kcal/jam m2c
V1 = laju alir yang teruapkan, kg/jam
T = perubahan suhu, C
8. Steam ekonomi
Menurut (S.R. Pasanda dan Hasan, barlian. 2007) steam ekonomi dapat
dirumuskan seperti persamaan berikutnya :
V total
E=
(10)
S
Dimana :
E
= steam ekonomi
V
= laju alir yang diteruapkan, kg/jam
S
= laju alir steam, kg/jam
9.
11
efek ini biasanya berada pada tekanan atmosfer dan sebuah lagi pompa
untuk mengeluarkan cairan pekat dari efek terakhir.
b. Umpan mundur (backward feed)
Zat cair encer diumpankan ke efek terakhir, lalu diumpankan kedalam
ke efek terakhir, lalu diumpankan ke efek yang terakhirlalu
dipompakan ke efek-efek lain secara secara berurutan hingga sampai
ke efek pertama. Cara ini memerlukan pompa diantara setiap pasangan
fek ang berdampingan di samping pompa cairan pekat, karena aliran
berlangsung dari tekanan rendah ke tekanan tinggi.
c. Umpan campuran (mixed feed)
Zat cair masuk ke dalam suatu efek antara, mengalir ke ujung deret,
lalu dipompakan kembali ke efek pertama untuk pemekatan akhir
d. Umpan paralel (paralel feed)
Dalam evaporator kristalisasi, dimana dihasikan lumpur kristal dan
cairan induk, umpan itu mungkin dimasukkan secara paralel langsung
kesetiap efek. Dalam sistem umpan paralel tidak terdapat perpindahan
zat cair dari efek yang satu ke efek yang lain.
12
BAB III
METODE PENELITIAN
pengumpulan
data-data
yang
14
DAFTAR PUSTAKA
15