Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM PILOT PLANT

Modul Praktikum : Steam Boiler


Dosen Pembimbing : Rony Pasonang Sihombing, ST., M. Eng.

disusun oleh
Kelompok 1
Andika Surya Kilana 171411036
Kelas 3B

Tanggal Praktikum : 10 September 2019


Tanggal Pengumpulan : 16 September 2019

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Boiler adalah bejana bertekanan dengan bentuk dan ukuran yang didesain untuk
menghasilkan uap panas atau steam. Di Industri sawit boiler sebagai penghasil uap
sangat berperan penting karena uap yang dihasilkan digunakan sebagai tenaga
penggerak utama turbin sebagai motor penggerak generator dan menghasilkan energi
listrik. Sementara uap bekas dari turbine dipergunakan untuk kebutuhan proses
produksi TBS, baik itu untuk kebutuhan sterilisasi, pemanasan sludge dan minyak
serta pemanasan air.
Industri banyak menggunakan kukus (steam) sebagai media penyimpanan dan
pengantar kalor dalam proses pemanasan dan pembangkitan listrik. Pemilihan kukus
sudah menjadi pengetahuan umum ditinjau dari ekonomi dan safety. Kukus dihasilkan
dari pemanasan terus menerus air tawar yang sudah di proses awal untuk mengurangi
resiko bahaya dan rugi-rugi dalam menangani pembakaran (combustion), perpindahan
panas dan penumpukan tekanan. Proses produksi (generation) kukus tentunya dimulai
dengan penyediaan kalor (heat) sebagai peningkat suhu dan pengubah fasa air menjadi
uap yang bertekanan dan mempunyai derajat kekeringan.
Sistem boiler terdiri dari: sistem air umpan, sistem steam dan sistem bahan bakar.
Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan
kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan
perbaikan. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam
boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan
sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau
tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk
menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan
yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang
digunakan pada sistem.
Air yang disuplai ke boiler untuk diubah menjadi steam disebut air umpan.
Dua sumber air umpan adalah: (1) Kondensat atau steam yang mengembun yang
kembali dari proses dan (2) Air makeup (air baku yang sudah diolah) yang harus
diumpankan dari luar ruang boiler dan plant proses. Untuk mendapatkan efisiensi
boiler yang lebih tinggi, digunakan economizer untuk memanaskan awal air umpan
menggunakan limbah panas pada gas buang.

1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Menghitung kalor yang disupply


1.2.2 Menghitung kalor yang diterima steam
1.2.3 Menghitung efisiensi boiler
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi Boiler dan Komponen Utamanya


Pada dasarnya boiler adalah alat yang berfungsi untuk memanaskan air dengan
menggunakan panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran
selanjutnya panas hasil pembakaran dialirkan ke air sehingga menghasilkan steam (uap
air yang memiliki temperatur tinggi). Dari pengertian tersebut berarti kita dapat
menyimpulkan bahwa boiler berfungsi untuk memproduksi steam (uap) yang dapat
digunakan untuk proses/kebutuhan selanjutnya. Seperti yang kita ketahui bahwa steam
dapat digunakan untuk menjaga suhu dalam kolom destilasi minyak bumi dan proses
evaporasi pada evaporator. Umumnya bakar yang digunakan untuk memanaskan boiler
yaitu batu bara, gas, dan bahan bakar minyak.

Gambar 1. Konstruksi Boiler

Sama seperti pompa, kompresor dan peralatan pabrik lainnya yang tersusun dari
berbagai komponen sehingga alat tersebut dapat beroperasi dan menjalankan
perannya. Boiler juga tersusun dari berbagai macam komponen dengan fungsinya
masing-masing. Di bawah ini adalah fungsi dari masing-masing komponen pada
boiler, yaitu:
1. Tungku Pengapian (Furnace)
Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang akan
menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan melalui
pipa yang telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada dinding tungku pembakaran.
Proses perpindahan panas pada furnace terjadi dengan tiga cara:

● Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran panas dari api atau
gas yang akan menempel pada dinding tube sehingga panas tersebut akan diserap
oleh fluida yang mengalir di dalamnya.
● Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui hantaran dari sisi pipa
yang menerima panas kedalam sisi pipa yang memberi panas pada air.
● Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan singgungan
molekul-molekul air sehingga panas akan menyebar ke setiap aliran air.

Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang pertama dan
ruang kedua. Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi pemanasan langsung dari
sumber panas yang diterima oleh tube (pipa), sedangkan pada ruang kedua yang
terdapat pada bagian atas, panas yang diterima berasal dari udara panas hasil
pembakaran dari ruang pertama. Jadi, fungsi dari ruang pemanas kedua ini yakni untuk
menyerap panas yang terbuang dari ruang pemanasan pertama, agar energi panas yang
terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk mengontrol panas fluida yang
telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak mengalami penurunan panas secara
berlebihan.

2. Steam Drum

Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat
terbentuknya uap. Drum ini menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air
dengan perbandingan antara 50% air dan 50% uap. untuk menghindari agar air tidak
terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat-sekat, air yang memiliki suhu rendah akan
turun ke bawah dan air yang bersuhu tinggi akan naik ke atas dan kemudian menguap.

3. Superheater

Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam
drum masih dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses
pemanasan lanjutan menggunakan superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu
260°C sampai 350°C. Dengan suhu tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat
digunakan untuk menggerakkan turbin maupun untuk keperluan peralatan lain.

4. Air Heater

Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang
digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna.
Udara yang akan dihembuskan, sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama
dengan suhu udara normal (suhu luar) yaitu 38°C. Namun, setelah melalui air heater,
suhunya udara tersebut akan meningkat menjadi 230°C sehingga sudah dapat
digunakan untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung di dalamnya karena
uap air dapat mengganggu proses pembakaran.

5. Dust Collector (Pengumpul Abu)

Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada
pada aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas buang. Keuntungan
menggunakan alat ini adalah gas hasil pembakaran yang dibuang ke udara bebas dari
kandungan debu. Alasannya tidak lain karena debu dapat mencemari udara di
lingkungan sekitar, serta bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
kerusakan pada alat akibat adanya gesekan abu maupun pasir.

6. Pengatur Pembuangan Gas Bekas

Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft Fan)
melalui dust collector selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap. Damper
pengatur gas asap diatur terlebih dahulu sesuai kebutuhan sebelum IDF dinyalakan,
karena semakin besar damper dibuka maka akan semakin besar isapan yang akan
terjadi dari dalam tungku.

7. Safety Valve (Katup pengaman)

Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah melebihi batas
yang telah ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu katup pengaman uap basah
dan katup pengaman uap kering. Safety valve ini dapat diatur sesuai dengan aspek
maksimum yang telah ditentukan. Pada uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg
per cm kuadrat, sedangkan untuk katup pengaman uap kering diatur pada tekanan 20,5
kg per cm kuadrat.

8. Gelas Penduga (Sight Glass)

Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi untuk mengetahui
ketinggian air di dalam drum. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengontrolan
ketinggian air dalam ketel selama boiler sedang beroperasi. Gelas penduga ini harus
dicuci secara berkala untuk menghindari terjadinya penyumbatan yang membuat level
air tidak dapat dibaca.

9. Pembuangan Air Ketel

Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum bagian atas.
Pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak dapat terlarut, contoh
sederhananya ialah munculnya busa yang dapat mengganggu pengamatan terhadap
gelas penduga. Untuk mengeluarkan air dari dalam drum, digunakan blowdown valve
yang terpasang pada drum atas, katup ini bekerja bila jumlah busa sudah melewati
batas yang telah ditentukan.

2.2 Jenis-Jenis Boiler


1. Boiler Pipa Api (Fire Tube Boiler)
Terdiri dari tangki air yang dilubangi dan dilalui pipa-pipa, dimana gas panas
yang mengalir pada tangki tersebut digunakan untuk memanaskan air di tangki. Air
yang dipanaskan menghasilkan uap panas yang dapat digunakan untuk memanaskan air
di kamar mandi ataupun laundry. Fire tube boiler biasanya digunakan untuk kapasitas
steam yang relatif kecil dengan tekanan steam rendah sampai sedang. Sebagai
pedoman, fire tube boilers kompetitif untuk kecepatan steam sampai 12.000 kg/jam
dengan tekanan sampai 18 kg/cm2. Fire tube boiler dapat menggunakan bahan bakar
minyak bakar, gas dalam operasinya.
Gambar 2. Boiler Jenis Fire Tube

Prinsip kerja dari boiler pipa api ini adalah gas panas dari hasil pembakaran
dialirkan melalui sebuah pipa dimana disekeliling pipa terdapat air sehingga gas panas
tersebut memanaskan air yang terdapat di dalam boiler secara konduksi panas sehingga
terbentuk uap panas. Uap (steam) yang dihasilkan oleh boiler pipa air ini memiliki
tekanan dan kapasitas yang rendah. Prinsip kerja dari boiler pipa air ini adalah air
dilewatkan melalui pipa kemudian pipa tersebut dipanaskan dengan cara dibakar
dengan api sehingga air berubah menjadi uap air. Uap yang dihasilkan boiler pipa air
ini memiliki tekanan dan kapasitas yang lebih tinggi.
Boiler pipa api dan boiler pipa air masing-masing memiliki kelebihan dan
kekurangan. Keuntungan boiler pipa api adalah proses pemanasan yang mudah dan
cepat dan tidak membutuhkan setting khusus, investasi awal yang lebih murah karena
harga boiler jenis ini lebih murah daripada boiler pipa air, bentuknya lebih compact
dan portable, dan tidak membutuhkan area yang besar untuk 1 HP boiler. Namun
demikian boiler pipa api memiliki beberapa kekurangan seperti tekanan operasi steam
terbatas untuk tekanan rendah 18 bar, kapasitas steam relative kecil (13.5 TPH) jika
dibandingkan dengan boiler pipa air, tempat pembakarannya sulit dijangkau untuk
dibersihkan, diperbaiki, dan diperiksa kondisinya, serta nilai efisiensinya rendah karena
banyak energi kalor yang terbuang langsung menuju stack.

2. (Boiler Pipa Air) Water Tube Boiler


Pada water tube boiler, air umpan boiler mengalir melalui pipa – pipa masuk
ke dalam drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakar membentuk steam
pada daerah uap dalam drum. Boiler ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam
sangat tinggi seperti pada kasus boiler untuk pembangkit tenaga.
Water tube boiler yang sangat modern dirancang dengan kapasitas steam antara
4.500 – 12.000 kg/jam, dengan tekanan sangat tinggi. Banyak water tube boiler yang
dikonstruksi secara paket jika digunakan bahan bakar minyak bakar dan gas. Untuk
water tube yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.
(Klaus Topfer, 2006)
Karakteristik water tube boilers sebagai berikut:
1) Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi
pembakaran.
2) Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
3) Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.
Adapun kelebihan penggunaan boiler pipa air yakni kapasitas steam yang besar
sampai 450 THP, tekanan operasi mencapai 100 bar, nilai efisiensi yang relatif besar,
dan perawatan yang lebih mudah karena tungku mudah dijangkau untuk melakukan
pemeriksaan, pembersihan, dan perbaikan.. Sedangkan kekurangannya yakni proses
konstruksi yang lebih detail, investasi awal relatif mahal karena harga boiler pipa air
lebih mahal daripada boiler pipa api, lebih sulit dalam penanganan air yang masuk
karena komponen pendukungnya yang sensitif, dan membutuhkan tempat yang lebih
luas karena kemampuannya dalam menghasilkan kapasitas steam yang lebih besar
(Djokosetyardjo, 1990)
Gambar 3. Boiler Jenis water Tube
2.3 Jenis Bahan Bakar Boiler
- Solid Fuel
Tipe boiler bahan bakar padat memiliki karakteristik : harga bahan baku pembakaran
relatif lebih murah dibandingkan dengan boiler yang menggunakan bahan bakar cair
dan listrik. Nilai efisiensi dari tipe ini lebih baik jika dibandingkan dengan boiler tipe
listrik. Cara kerja : pemanasan yang terjadi akibat pembakaran antara pencampuran
bahan bakar padat (batu bara, bagase, rejected product, sampah kota, kayu) dengan
oksigen dan sumber panas

- Oil Fuel

Tipe boiler bahan bakar cair memiliki karakteristik : harga bahan baku pembakaran
paling mahal dibandingkan dengan semua tipe. Nilai efisiensi dari tipe ini lebih baik
jika dibandingkan dengan boiler bahan bakar padat dan listrik. Cara kerja : pemanasan
yang terjadi akibat pembakaran antara pencampuran bahan bakar cair (solar, IDO,
residu, kerosin) dengan oksigen dan sumber panas.

- Gaseous Fuel

Tipe boiler bahan bakar gas memiliki karakteristik : harga bahan baku pembakaran
paling murah dibandingkan dengan semua tipe boiler. Nilai efisiensi dari tipe ini lebih
baik jika dibandingkan dengan semua tipe boiler berdasarkan bahan bakar. Cara kerja :
pembakaran yang terjadi akibat pencampuran bahan bakar gas (LNG) dengan oksigen
dan sumber panas.

No. Tipe Boiler Keuntungan Kerugian


Sisa pembakaran sulit
Bahan baku mudah
1 Solid Fuel dibersihkan
didapatkan.
Sulit mendapatkan bahan
Murah konstruksinya.
baku yang baik.
Sisa pembakaran tidak
banyak dan lebih mudah Harga bahan baku paling
2 Oil Fuel
dibersihkan. mahal.
Bahan bakunya mudah Mahal konstruksinya.
didapatkan.
Harga bahan bakar paling Mahal konstruksinya.
3 Gaseous Fuel murah. Sulit didapatkan bahan
Paling baik nilai bakunya, harus ada jalur
efisiensinya. distribusi.
Paling mudah
Paling buruk nilai
perawatannya.
4 Electric efisiensinya.
Mudah konstruksinya dan
Temperatur pembakaran
mudah didapatkan
paling rendah.
sumbernya.

- Electric
Tipe boiler listrik memiliki karakteristik : harga bahan baku pemanasan relatif lebih
murah dibandingkan dengan boiler yang menggunakan bahan bakar cair. Nilai efisiensi
dari tipe ini paling rendah jika dibandingkan dengan semua tipe boiler berdasarkan
bahan bakarnya. Cara kerja : pemanasan yang terjadi akibat sumber listrik yang
menyuplai sumber panas.
2.4 Keuntungan dan kerugian boiler berdasarkan bahan bakar dan Jenis Tube

No. Tipe Boiler Keuntungan Kerugian


Tekanan operasi steam terbatas
Proses pemasangan
untuk tekanan rendah 18 bar
mudah dan cepat,
Kapasitas steam kecil (13.5
Tidak membutuhkan
TPH) jika dibandingkan dengan
setting khusus
1 Fire Tube water tube
Investasi awal boiler ini
Tempat pembakarannya sulit
murah
dijangkau untuk dibersihkan,
Bentuknya lebih
diperbaiki, dan diperiksa
compact dan portable
kondisinya.
Tidak membutuhkan
Nilai efisiensinya rendah, karena
area yang besar untuk 1
banyak energi kalor yang
HP boiler
terbuang langsung menuju stack
Kapasitas steam besar
sampai 450 TPH Proses konstruksi lebih detail
Tekanan operasi Investasi awal lebih mahal
mencapai 100 bar Penanganan air yang masuk ke
Nilai efisiensinya lebih dalam boiler perlu dijaga, perlu
2 Water Tube
tinggi dari fire tube komponen pendukung untuk hal
boiler ini
Tungku mudah Karena mampu menghasilkan
dijangkau untuk kapasitas dan tekanan steam
melakukan yang lebih besar, maka
pemeriksaan, konstruksinya dibutuhkan area
pembersihan, dan yang luas
perbaikan.

Tabel 2. Keuntungan dan Kerugian Boiler berdasarkan Jenis Bahan Bakar dan Jenis
Tube
2.5 Neraca panas
Proses pembakaran dalam boiler dapat digambarkan dalam bentuk diagram
alir energi. Diagram ini menggambarkan secara grafis tentang bagaimana energi
masuk dari bahan bakar diubah menjadi aliran energi dengan berbagai kegunaan
dan menjadi aliran kehilangan panas dan energi. Panah tebal menunjukan
jumlah energi yang dikandung dalam aliran masing-masing

(Hendaryati,2012)
Neraca panas merupakan keseimbangan energi total yang masuk boiler terhadap yang
meninggalkan boiler dalam bentuk yang berbeda. Kehilangan energi dapat dibagi
kedalam kehilangan yang tidak atau dapat dihindarkan. Tujuan dari Produksi Bersih
dan/atau pengkajian energi harus mengurangi kehilangan yang dapat dihindari, dengan
meningkatkan efisiensi energi. Kehilangan berikut dapat dihindari atau dikurangi:
● Kehilangan gas cerobong:
- Udara berlebih (diturunkan hingga ke nilai minimum yang tergantung dari teknologi
burner, operasi (kontrol), dan pemeliharaan).
- Suhu gas cerobong (diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan (pembersihan),
beban; burner yang lebih baik dan teknologi boiler).
● Kehilangan karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam cerobong dan abu
(mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan; teknologi burner yang lebih baik).
● Kehilangan dari blowdown (pengolahan air umpan segar, daur ulang kondensat)
● Kehilangan kondensat (manfaatkan sebanyak mungkin kondensat)
● Kehilangan konveksi dan radiasi (dikurangi dengan isolasi boiler yang lebih baik)
2.6 Efisiensi Boiler
Efisiensi termal boiler didefinisikan sebagai “persen energi (panas) masuk yang
digunakan secara efektif pada steam yang dihasilkan.”
Terdapat dua metode pengkajian efisiensi boiler:
◆ Metode Langsung: energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam)
dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar boiler.
◆ Metode Tidak Langsung: efisiensi merupakan perbedaan antara kehilangan dan
energi yang masuk.

2.7 Metode langsung dalam menentukan efisiensi boiler


Dikenal juga sebagai ‘metode input-output’karena kenyataan bahwa metode ini hanya
memerlukan keluaran/output (steam) dan panas masuk/input (bahan bakar) untuk
evaluasi efisiensi. Efisiensi ini dapat dievaluasi dengan menggunakan rumus:

Parameter yang dipantau untuk perhitungan efisiensi boiler dengan metode langsung
adalah:
⮚ Jumlah steam yang dihasilkan per jam (Q) dalam kg/jam
⮚ Jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (q) dalam kg/jam
⮚ Tekanan kerja (dalam kg/cm2(g)) dan suhu lewat panas (oC), jika ada
⮚ Suhu air umpan (oC)
⮚ Jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (GCV) dalam kkal/kg bahan
bakar
Dimana:
■ hg –Entalpi steam jenuh dalam kkal/kg steam
■ hf –Entalpi air umpan dalam kkal/kg air
Keuntungan metode langsung
-Pekerja pabrik dapat dengan cepat mengevaluasi efisiensi boiler
-Memerlukan sedikit parameter untuk perhitungan
-Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan
-Mudah membandingkan rasio penguapan dengan data benchmark

Kerugian metode langsung


-Tidak memberikan petunjuk kepada operator tentang penyebab dari efisiensi
sistem yang lebih rendah
-Tidak menghitung berbagai kehilangan yang berpengaruh pada berbagai tingkat
efisiensi.

BAB 4
METODOLOGI
4.1 Alat dan bahan
Boiler yang dioperasikan di pilot plan Jurusan teknik Kimia Polban menurut US
Department of Energi termasuk golongan kecil karena tekanan operasi maksimal di
bawah 15 Bar dan kapasitas produksi dibawah 1 ton kukus per jam. Boiler berbahan
bakar gas dan gas yang dipakai elpiji dari Pertamina dalam kemasan tabung 50 kg.
Konstruksi boiler seperti gambar adalah jenis pipa air vertikal.
Bahan yang digunakan adalah:
1. Hanya untuk Pengamatan Pertukaran Kalor
a. Air baku
b. Bahan bakar elpiji
Alat tambahan yang seharusnya tersedia
a. Gas Analyzer
b. b. TDS Meter

Media pemanas yang digunakan adalah air panas bertekanan, dimana air dingin
dicampur secara langsung dengan steam bertekanan sehingga air panas yang ada dalam
sistem pemanas bisa mencapai tekanan tinggi dengan suhu yang lebih tinggi dari 100oC.
Kukus yang dihasilkan dari Boiler yang ada di Laboratorium Pilot Plant Jurusan Teknik
Kimia didistribusikan ke beberapa alat, yaitu; Unit Distilasi; Unit Ekstraksi padat-cair
(Leaching); Unit Falling Film Evaporator, dan Unit Reaktor Tangki Berpengaduk.
Kondensat yang dihasilkan dari alat alat tersebut dikembalikan lagi ke Boiler melalui
pipa condensate return line sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.

4.2 Prosedur kerja


4.2.1 Persiapan dan Penyalaan Boiler
1. Tangki Air umpan harus diisi dulu dengan air baku dengan jalan membuka
kran/katup di pipa warna hijau sebelum sistem pelunak air.
2. Air umpan akan mengalir melalui sistem pelunak air untuk mengurangi kesadahan,
sehingga semakin laminar aliran air baku akan semakin baik proses pelunakannnya.
3. Setelah tangki terisi cukup banyak (minimal 75%) maka tandai level air umpan di
gelas duga. Hal ini karena tidak adanya flowmeter air umpan.
4. Periksa dan buka aliran gas bahan bakar di ruang sebelah telah aman dan cek tekanan
gas di pipa kuning atas boiler cukup.
5. Periksa pengendali tekanan STEAM telah di SET dan bekerja , demikian juga
SAFETY VALVE
6. Setelah pompa berhenti menyala yang menunjukan level air umpan sudah aman,
nyalakan BURNER dengan memutar saklar ke posisi ON, 2 tahap. Hal ini dipilih untuk
mengoperasikan kedua kendali tekanan P1 dan P2 yang juga mengirim variabel
manipulasi ke burner 1 dan burner 2 secara konsekutif.
7. BLOWER akan menyala, disusul terbukanya katup gas dan IGNITOR memantik
menyalakan api di BURNER. Nyala apa ditunjukan oleh lampu indikator , bila menyala
1 (satu) berarti hanya satu tahap. Dua lampu dua tahap, hal ini akan berjalan otomatis.
8. Bila BLOWER dan BURNER tidak menyala hubungi teknisi untuk menyalakan
tombol by pass manual proses penyalaan.
9. Setelah BURNER menyala proses pembangkitan STEAM akan berjalan secara
otomatis sesuai tekanan yang dikendalikan.
10. Minimal dilakukan BLOW DOWN sekali saja selama percobaan dengan durasi
kurang dari 10 detik dan dilakukan dengan membuka katup bawah menggunakan kaki.

4.2.2 Shut down/ Penghentian operasi Boiler


12. Bila data yang diambil sudah cukup dan pilot plant tidak membutuhkan kukus lagi,
maka boiler harus di matikan dengan aman dengan mematikan burner dan pompa secara
berurutan dengan memutar saklar ke posisi OFF.
13. Membuang kukus sisa dengan membuka katup buang atas (DISCHARGE) dengan
hati-hati.
Dari data yang didapat hitung/cari EFISIENSI perpindahan kalor (HEAT
TRANSFER) dengan menggunakan asumsi asumsi
1. Pembakaran sementara dianggap sempurna (kecuali tersedia GAS ANALYZER
untuk mengukur gas buang di cerobong)
2. STEAM yang dihasilkan dianggap jenuh (SATURATED) 100% (kecuali
tersedia STEAM ANALYZER untuk mengukur uap di SAFETY VALVE)
3. Pressure Gauge menunjukan tekanan pengukuran STEAM dengan tepat dan
bisa digunakan untuk penentuan enthalpy Hg di tabel uap.
4. Diameter Tangki Air umpan dari atas sampai ke bawah sama (harus diukur
untuk menentukan kelilingnya dan selanjutnya untuk menentukan laju konsumsi air
umpan).

4.3 Keselamatan kerja


Gunakan selalu pelindung kepala, sepatu keselamatan kerja, sarung tangan, dan kaca
mata
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengolahan Data
Diameter tangki = 100 cm

Volume 1 cm tinggi tangki =  .r .h   1 0,01  0,00785m


2 2 3

Tekanan gas Tekanan Penurunan Penurunan


Waktu
Before After steam Level Level
(menit) bar mbar kg/cm2 cm cm
0 2,8 100 2,8 0,0 0
15 2,2 100 2,8 5,5 5,5
RUN 1
30 1,8 100 3,2 9,7 4,2
45 1,2 100 3,4 13,6 3,9
60 0,8 100 3,8 17,5 3,9
75 0,2 100 2,6 23,0 5,5
90 1,6 100 3,4 27,2 4,2

Volume 27,2 cm level tangki = 0,00785 x 27,2 = 0,21352 m3

Q1 = Mgas x HHV LPG


Massa gas = LPG 1 yang digunakan + LPG 2 yang digunakan
= (64,6-59,48) kg +(90-70,25) kg
Q2 = m air x (Cp x ΔT + λ air)
HHV LPG 50,152 MJ/kg
50152000 J/kg
(Tan, 2014)
Cp 4,1855 kJ/kgK
λ air 2257 kJ/kg
(Gavhane, 2012)
Massa gas 24,87 kg
Q1 1247280240 J/kg
massa jenis 1000 kg/m3
vol air 0,21352 m3
Waktu 5400 det
Debit 3,95407E-05 m3/det
massa air 213,52 kg
P steam rata - rata 3,1 bar
T 423 K
ΔT 125 K
Q2 593625,635 kJ/kg
Q2 593625635 J/kg
efisiensi boiler 47,59360535 %

Tekanan gas Tekanan Penurunan Penurunan


Waktu
Before After steam Level Level
(menit) bar mbar kg/cm2 cm cm
0 0,2 100 3,6 0,0 0,0
15 0,4 100 5,0 2,7 2,7
RUN 2
30 0,2 100 4,0 6,6 3,9
45 0,2 100 2,2 10,4 3,8
60 0,2 100 1,8 12,0 1,6
75 0,4 100 1,2 14,3 2,3
90 0,4 100 1,2 15,3 1,0
Diameter tangki = 100 cm

Volume 1 cm tinggi tangki =  .r .h   1 0,01  0,00785m


2 2 3

Volume 15,3 cm level tangki = 0,00785 x 27,2 = 0,1201 m3

Massa gas = LPG 1 yang digunakan + LPG 2 yang digunakan


= (59,48-53,82) kg +(70,25-64,1) kg = 11,81 kg
Q1 = Mgas x HHV LPG
Q2 = m air x (Cp x ΔT + λ air)
Cp 4,1855 kJ/kgK
λ air 2257 kJ/kg
(Gavhane, 2012)
HHV 50,152 MJ/kg
50152000 J/kg
(Tan, 2014)
Massa 11,81 kg
Q1 592295120 J/kg
massa jenis 1000 kg/m3
vol air 0,1201 m3
Waktu 5400 det
Debit 2,22417E-05 m3/det
massa air 120,105 kg
P steam rata - rata 2,7 bar
T 423 K
ΔT 125 K
Q2 333914,4197 kJ/kg
Q2 333914419,7 J/kg
efisiensi boiler 56,37635841 %

5.2 Pembahasan
Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk mengubah
air menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air yang
berada didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari hasil pembakaran bahan
bakar. Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam ruang bakar dengan
mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar. Uap yang dihasilkan boiler adalah uap
superheat dengan tekanan dan temperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung
pada luas permukaan pemindah panas, laju aliran, dan panas pembakaran yang
diberikan.
Boiler yang berada di laboratorium pilot plant bertipe water tube boiler
berkapasitas steam hingga 12000 kg/jam. Pada water tube boiler air akan masuk ke
bagian tube sehingga terjadi pembakaran atau pemanasan secara tidak langsung yang
dapat mengubah fasa cair menjadi fasa gas. Boiler Pipa Air (Water Tube Boiler)
merupakan tipe boiler yang pembakaran terjadi di luar pipa dimana api dari luar pipa
memanaskan air di dalam pipa. Cara kerja tipe water tube boiler yaitu: proses pengapian
terjadi diluar pipa, kemudian panas yang dihasilkan memanaskan pipa yang berisi air
dan sebelumnya air tersebut dikondensasikan terlebih dahulu melalui economizer,
kemudian steam yang dihasilkan terlebih dahulu dikumpulkan di dalam sebuah steam
drum. Sampai tekanan dan temperatur sesuai, melalui tahap secondary superheater dan
primary superheater baru steam dilepaskan ke pipa utama distribusi. Di dalam pipa air,
air mengalir harus dikondisikan terhadap mineral atau kandungan lainnya yang larut di
dalam air tersebut. Hal ini merupakan faktor utama yang harus diperhatikan terhadap
tipe ini.
Karakteristik water tube boiler sebagai berikut:
● Forced, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi
pembakaran
● Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
● Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi.

Memproduksi steam yang berkualitas tergantung pada pengolahan air yang benar
untuk mengendalikan kemurnian steam, endapan dan korosi. Sebuah boiler merupakan
bagian dari sistem boiler, yang menerima semua bahan pencemar dari sistem
didepannya. Kinerja boiler, efisiensi, dan umur layanan merupakan hasil langsung dari
pemilihan dan pengendalian air umpan yang digunakan dalam boiler.
Jika air umpan masuk ke boiler, kenaikan suhu dan tekanan menyebabkan
komponen air memiliki sifat yang berbeda. Hampir semua komponen dalam air umpan
dalam keadaan terlarut. Walau demikian, dibawah kondisi panas dan tekanan hampir
seluruh komponen terlarut keluar dari larutan sebagai padatan partikulat, kadang-
kadang dalam bentuk kristal dan pada waktu yang lain sebagai bentuk amorph. Jika
kelarutan komponen spesifik dalam air terlewati, maka akan terjadi pembentukan kerak
dan endapan. Air boiler harus cukup bebas dari pembentukan endapan padat supaya
terjadi perpindahan panas yang cepat dan efisien dan harus tidak korosif terhadap logam
boiler.
Bahan kimia yang paling penting dalam air yang dapat memengaruhi pembentukan
endapan dalam boiler adalah garam Ca dan Mg yang dikenal dengan garam sadah. Ca
dan Mg bikarbonat larut dalam air membentuk larutan basa/alkali dan garam-garam
tersebut dikenal dengan kesadahan alkali. Garam-garam tersebut terurai dengan
pemanasan, melepaskan karbon dioksida dan membentuk lumpur lunak, yang
kemudian mengendap. Hal ini disebut dengan kesadahan sementara –kesadahan yang
dapat dibuang dengan pendidihan. Ca dan Mg sulfat, klorida dan nitrat, dll., jika
dilarutkan dalam air secara kimiawi akan menjadi netral dan dikenal dengan kesadahan
non-alkali. Bahan tersebut disebut bahan kimia sadah permanen dan membentuk kerak
yang keras pada permukaan boiler yang sulit dihilangkan. Bahan kimia sadah non-alkali
terlepas dari larutannya karena penurunan daya larut dengan meningkatnya suhu,
dengan pemekatan karena penguapan yang berlangsung dalam boiler, atau dengan
perubahan bahan kimia menjadi senyawa yang kurang larut.

Penurunan tekanan steam merupakan cara yang efektif dalam mengurangi


pemakaian bahan bakar. Tekanan steam yang lebih rendah memberikan suhu steam
jenuh yang lebih rendah dan tanpa pemanfaatan kembali panas cerobong, dimana
dihasilkan penurunan suhu pada gas buang. Steam dihasilkan pada tekanan yang sesuai
permintaan suhu/tekanan tertinggi untuk proses tertentu. Dalam beberapa kasus, proses
tidak beroperasi sepanjang waktu dan terdapat jangka waktu dimana tekanan boiler
harus diturunkan. Namun harus diingat bahwa penurunan tekanan boiler akan
menurunkan volume spesifik steam dalam boiler,dan secara efektif mende-aerasi
keluaran boiler. Jika beban steam melebihi keluaran boiler yang terdeaerasi,
pemindahan air akan terjadi.
Pengotor yang bersumber dari air umpan biasanya akan terakumulasi pada bagian
dasar boiler. Oleh karena itu, perlu dilakukan blowdown atau pembuangan air yang
mengandung padatan terlarut secara kontinyu agar mencegah terjadinya pembentukan
kerak atau korosi pada boiler.
Efisiensi boiler merupakan suatu aspek yang memiliki ketergantungan terhadap
perubahan temperatur maupun kehilangan panas. Terdapat dua metode pengkajian
efisiensi boiler, yakni metode langsung dan metode tidak langsung. Dalam percobaan
ini ditentukan metode langsung. Metode ini dinyatakan dengan energi yang didapat dari
fluida kerja (air dan steam) dibandingkan dengan energi yang terkandung dalam bahan
bakar boiler (dikenal metode input-output). Metode ini hanya memerlukan output
(steam) dan input (bahan bakar) untuk evaluasi efisiensi. Dari hasil percobaan efisiensi
boiler yang dicapai pada run 1 & 2 berturut-turut sebesar 47,59% & 56,37%.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan fenomena ini adalah jumlah udara berlebih
yang digunakan dan suhu gas akhir. Gas buang kering harus dijaga jika ingin
mendapatkan efisiensi yang tinggi. Hilangnya gas buang kering dapat dihitung dengan
mengetahui berapa banyak udara berlebih yang digunakan, seperti yang ditunjukkan
oleh persentase oksigen dalam gas buang dan temperatur gas keluar buang (Ghritlahre
dan Singh, 2014). Semakin tinggi gas buang berarti semakin tinggi panas yang dikeluarkan
dari boiler.Hal ini berarti terjadi kehilangan panas yang berdampak pada penurunan efisiensi
boiler tersebut. Pengaruh penurunan panas gas buang kering, hal ini disebabkan oleh turunnya
suhu gas buang kering keluar boiler. Ini menandakan bahwa penyerapan panas pada air heater
atau economizer membaik. Faktor kehilangan panas karena karbon yang tidak terbakar dalam
cerobong dan abu, dimana abu dapat terakumulasi pada permukaan pipa dan bertindak sebagai
penyekat. Kerak yang menempel juga mengurangi kemampuan perpindahan panas secara
dramatis sehingga suhu gas buang menjadi tinggi, yang akhirnya menyebabkan penurunan
efisiensi pada boiler. Suhu gas buang dapat diturunkan dengan mengoptimalkan perawatan.
Turunnya efisiensi juga dapat disebabkan oleh kehilangan panas karena pembakaran hidrogen,
kehilangan panas karena uap air di udara, kehilangan panas karena radiasi permukaan dan
konveksi serta kehilangan panas karena yang tidak terukur. Efisiensi pembakaran akan
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah excess air, hingga pada nilai tertentu,
yaitu saat nilai kalor yang terbuang pada gas buang lebih besar dari pada kalor yang
dapat disuplai oleh pembakaran yang optimal.
BAB 6
SIMPULAN

6.1 Kalor yang disuplai oleh bahan bakar pada run 1 & 2 berturut-turut sebesar
1247280240 J/kg & 592295120 J/kg
6.2 Kalor yang diterima oleh steam pada run 1 & 2 berturut-turut sebesar 593625635
J/kg & 333914419,7 J/kg.
6.3 Efisiensi pembakaran pada run 1 & 2 berturut-turut sebesar 47,59% & 56,37%.
DAFTAR PUSTAKA
Anon. 2006. “Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia: Boiler & Pemanas
Fluida Termis”. United Nations Environment Programme (UNEP) :
energyefficiensyasia.org
Bahrudin, Imam. 2014. “Peningkatan EFisiensi Boiler dengan menggunakan
Economizer”. Kalimantan Timur: Rea Kaltim Plantations PT
Ghritlahre, H dan Singh. 2014. Effect of Excess Air on 30 TPH AFBC Boiler on Dry
Flue Gas Losses and its Efficiency. International Journal of Research in Advent
Technology, Vol.2, No.6, June 2014 E-ISSN: 2321-9637
Gavhane, Ka. 2012. “Introduction to Process Calculations Stoichiometry”. Satara:
Nirali Prakashan
Hendaryati, H., Analisis Efisiensi Termal pada Ketel Uap di Pabrik Gula Kebonagung Malang,
Jurnal Gamma, ISSN: 2086-3071, Volume 8 Nomor 1, September 2012, hal 148-153,
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/issue/view/239/showToc
Shoelarta, Shoerya. 2017. “Petunjuk Praktikum Pembangkit Uap Air” – Laboratorium
Pilot Plant. Politeknik Negeri Bandung
Tan, Zhongchao. 2014. “ Air Pollution and Greenhouse Gases: From Basic Concepts
to Engineering Applications for Air Emission Control”. Kanada: Warloo
University
Yang AG, Esa. 2009. “Ghritlahre, H dan Singh. 2014. Effect of Excess Air on 30 TPH
AFBC Boiler on Dry Flue Gas Losses and its Efficiency. International Journal
of Research in Advent Technology, Vol.2, No.6, June 2014 E-ISSN: 2321-
9637”. Depok: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai