Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

MESIN LAS

Disusunoleh:

Fanya Margaretha(4411215078)

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PANCASILA

2013/2014

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................I
KATA PENGANTAR..............................................................................II
BAB IPENDAHULUAN..........................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN.....................................................................................2
BAB IITEORI SINGKAT..........................................................................3
A. SAMBUNGAN (JOINING).................................................................................3
B. LAS (WELDING)........................................................................................... 4
C. SEJARAH PENGELASAN.................................................................................4
D. PROSES PENGELASAN..................................................................................5
E. KLASIFIKASI CARA-CARA PENGELASAN.............................................................6
F. JENIS-JENIS PENGELASAN.............................................................................7
G. TEKNIK PENGELASAN.................................................................................10
H. OPERASI LAIN PADA PENGELASAN.................................................................12
BAB IIIJURNAL PRAKTIKUM................................................................15
A. MAKSUD DAN TUJUAN.................................................................................15
B. ALAT DAN BAHAN.......................................................................................15
C. LANGKAH KERJA.......................................................................................15
D. GAMBAR PRODUK......................................................................................15
E. KESIMPULAN............................................................................................. 18
BAB IVJAWABAN PERTANYAAN...........................................................19
BAB VKESIMPULAN...........................................................................31
LAMPIRAN......................................................................................32

3
KATA PENGANTAR

Puji dan sukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kesempatan dan anugerah yang telah dilimpahkan-Nya, kami penyusun
dapat menyelesaikan LAPORAN PRAKTIKUM PROSES
MANUFAKTURMESIN LAS yang kami beri judul LAPORAN PRAKTIKUM
MESIN LAS. Kami juga mengucapkan terima kasih yang begitu besar untuk
rekan-rekan Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Angkatan 18, yang
senantiasa memberikan dukungan demi terselesaikannya laporan ini.Dan
terakhir, kami ucapkan terimakaih untuk para pembimbing praktikum yang
memberikan banyak masukan dan saran demi tersempurnakannya laporan ini.

Laporan ini kami buat guna untuk melengkapi hasil praktikum yang
telah kami lakukan sebelumnya, serta untuk memenuhi nilai di mata kuliah
Praktikum Proses Manufaktur.

Laporan ini kami bagi dalam beberapa bab, yang masing-masing berisi
mengenai pendahuluan, teori, salinan jurnal praktikum, jawaban pertanyaan dan
kesimpulan.

Namun demikian, seperti kata pepatah, bahwa tidak ada gading yang
tak retak, maka demi lebih tersempurnakannya laporan ini maka kami selalu
mengharapkan kritik dan saran, demi kemanfaatannya yang lebih di masa
mendatang.

Jakarta, November 2013

Penyusun

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses manufaktur merupakan satu mata kuliah yang harus di


kuasai oleh mahasiswa teknik. Oleh karenanya melakukan praktikum proses
manufaktur harus dilakukan demi didapatnya suatu penguasaan umum
terhadap proses pembuatan suatu produk.

Pengelasan, adalah salah satu tahapan produksi yang sudah


sangat umum digunakan. Oleh karenanya, mahasiswa teknik diharapkan
dapat mengetahui dan melakukan proses pengelasan yang baik dan benar
sesuai dengan teknik yang telah distandarkan dengan tetap memperhatikan
faktor keselamatan kerja selama proses praktikum dilaksanakan.

Pembuatan laporan, dilakukan dengan tujuan sebagai pembukuan


tertulis dari praktikum yang telah dilakukan.Serta untuk mengetahui tingkat
penguasaan mahasiswa terhadap materi yang telah diberikan.

Dengan melakukan praktikum pengelasan, diharapkan mahasiswa


dapat mengenal dan memahami lebih dalam mengenai cara pengelasan
yang benar serta fungsi proses pengelasan dalam proses produksi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan proses pengelasan?

2. Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam proses pengelasan?

3. Bagaimana melakukan teknik pengelasan yang benar?

4. Apa saja jenis-jenis pengelasan?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Mengenal mesin las dan mempelajari cara kerjanya.

2. Mengetahui cara peggunaan mesin las.

3. Mengetahui cara-cara penyambungan dengan teknik las.

4. Mengetahui aspek K3 dalam pengelasan

3
BAB II

TEORI SINGKAT

Pada masa sekarang ini, proses pembuatan suatu produk dapat


dilakukan dengan berbagai teknik. Baik dengan cara membuang bahan baku,
seperti dengan metode bubut, gergaji, gergaji, gerinda, dan lainnya. Maupun
tanpa membuang, misalnya dengan cara tuang, rol, tempa, tarik dan sebagainya.
Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing
tergantung pada jenis produk yang akan dibuat sertatujuan dari pembuatan
produk.

Proses pengelasan, merupakan salah satu tahapan dalam pembuatan


produk yang termasuk proses penyambungan (joining) dari dua buah bahan
baku yang sejenis.

A. Sambungan (Joining)

Sambungan (joining) adalah suatu proses yang dibutuhkan untuk


merakit dua komponen/ lebih sehingga menjadi suatu produk yang dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Suatu proses penyambungan umumnya dilakukan atas


pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1. Adanya produk yang mustahil untuk dibuat dari satu bagian saja

2. Proses pembuatan lebih hemat bila dibuat secara terpisah lalu dirakit.

3. Untuk mempermudah proses pemeliharaan dan perbaikan selama


pemakaian.

4. Fungsi produk akan lebih sesuai bila dibuat secara terpisah.

5. Proses pengiriman lebih mudah dan murah, bila dilakukan secara


terpisah baru dirakit.

5
Teknik penyambungan logam dapat dilakukan secara mekanik
(menggunanan metoda pengikatan dengan mur maupun ulir) atau dengan
cara pengelasan. Saat ini, pengelasan merupakan cara penyambungan
logam yang paling umum digunakan.

B. Las (Welding)

Las menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), adalah


penyambungan besi dengan cara membakar.

Dalam referensi-referensi teknis, terdapat beberapa definisi dari


Las, yakni sebagai berikut :

Berdasarkan defenisi dari Deutche Industrie Normen (DIN) dalam


Harsono dkk(1991:1), mendefinisikan bahwa " las adalah ikatan metalurgi
pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau
cair ".

Sedangkan menurut maman suratman (2001:1) mengatakan


tentang pengertian mengelas yaitu salah satu cara menyambung dua bagian
logam secara permanen denaga menggunakan tenaga panas.

Sedangkan Sriwidartho, Las adalah suatu cara untuk


menyambung benda padat dengan dengan jalan mencairkannya melalui
pemanasan.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa


kerja las adalah menyambung dua bagian logam atau lebih dengan
menggunkan energi panas.

C. Sejarah Pengelasan

Teknik pengelasan secara sederhana telah ditemukan dalam rentang


waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan
dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya sehingga
menjadi sesuatu teknik penyambungan yang mutakhir. Hingga saat ini telah
dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan.Pada tahap-tahap permulaan
dari pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan

7
pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting.Tapi setelah
melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama, maka
sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan
konstruksi-konsturksi las merupakan hal yang umum di semua negara di
dunia.

Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal


pada awal abad ke 20. Sebagai sumber panas, digunakan api yang berasal
dari pembakaran gas asitilena yang kemudian dikenal sebagai las karbit.
Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih mulai langka.

Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama kalinya


dilakukan dalam skala besar. Dengan las listrik, dalam waktu singkat,
Amerika Serikat dapat membuat sejumlah kapal sekelas dengan kapalSS
Liberty, yang merupakan kapal pertama yang diluncurkan dengan di las.
Dimana sebelumnya kapal yang dikeluarkan, proses pengerjaan
menggukana paku keling (rivets). Pada masa itu, muncul pula cara
pertama untuk mengetes hasil pengelasan, seperti uji kerfslag (lekukan
yang tertutup lapisan).

D. Proses Pengelasan

Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat


dari kristal besi dan karbon sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan
arah tertentu. Lalu sebagian dari lempengan logam tersebut dipanaskan
hingga meleleh.Kalau tepi lempengan logam itu disatukan, terbentuklah
sambungan. Umumnya, pada proses pengelasan juga ditambahkan dengan
bahan penyambung seperti kawat atau batang las. Kalau campuran tersebut
sudah dingin, molekul kawat las yang semula merupakan bagian lain kini
menyatu.

Proses pengelasan tidak sama dengan menyolder dimana untuk


menyolder bahan dasar tidak meleleh. Sambungan terjadi dengan
melelehkan logam lunak misalnya timah, yang meresap ke pori-pori di
permukaan bahan yang akan disambung. Setelah timah solder dingin maka

9
terjadilah sambungan. Perbedaan antara solder keras dan lunak adalah
pada suhu kerjanya dimana batas kedua proses tersebut ialah pada suhu
450 derajat Celcius. Pada pengelasan, suhu yang digunakan jauh lebih
tinggi, antara 1500 hingga 1600 derajat Celcius.

E. Klasifikasi Cara-cara Pengelasan

Secara konvensional klasifikasi las dapat dibagi dua golongan, yaitu


klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan(sumber panas) dan klasifikasi
berdasarkan cara kerja.

Ditinjau berdasarkan sumber panasnya klasifikasi pengelasan dapat


dibedakan tiga:

1. Mekanik

2. Listrik

3. Kimia

Ditinjau berdasarkan cara kerjanya klasifikasi pengelasan dapat


dibagi dalam tiga kelas utama yaitu :

1. Pengelasan cair
adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas
yang terbakar.

2. Pengelasan tekan
adalahcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian
ditekan hingga menjadi satu.

3. Pematrian
adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan
dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.

11
F. Jenis-jenis Pengelasan

Terdapat berbagai jenis pengelasan yang digunakan dalam proses


penyatuan logam. Dalam beberapa literatur, terdapat hingga 40 bahkan 200
metoda pengelasan.Berikut ini dijelaskan beberapa metode pengelasan
yang dikenal.

1. Las Karbit

Las Karbit adalah proses penyambungan logam dengan


logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas
aseteline=C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar
bahan bakar yang telah dibakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan
nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam
pengisi.

2. Las Listrik

Pada Las Listrik, panas yang diperoleh untuk proses


pelelehan diperoleh dari perbedaan tegangan antara ujung tangkai las
dengan benda yang akan di las. Kalau elektroda las cukup dekat
dengan benda yang akan dikerjakan itu, akan terjadi loncatan bunga api
permanen yang berasal dari arus listrik. Selama melakukan las listrik,
tetesan elektroda lempengan logam berdiameter tertentu, berjatuhan
menjadi kumpulan cairan logam.

Salah satu metode modern dari las listrik adalah las plasma
.Plasma adalah gas panas yang suhunya sedemikian tinggi sehingga
elektron luar molekul-molekul gas terpisahkan dan membentuk ion.
Elektroda untuk las plasma dibuat dari bahan yang kuat, misalnya
wolfram

Arus listrik mengionisasi gas plasma sehingga terjadi arus


tunggal.Sewaktu terbentuk cairan panas, kawat las bisa ditambahkan.

Las Plasma sangat stabil. Cara ini bisa dijalankan secara


automatis, antara lain karena hasil pengelasan tidak terpengaruh oleh

13
panjang arus. Karena las plasma sangat cepat, ia bisa digunakan ntuk
mamasang lapisan anti karat dan anti aus pada konstruksi baja.

Las Listrik merupakan dasar dari banyak proses las dengan


aplikasi khusus. Salah satu yang paling terkenal adamah las MIG/MAG (
Metal Inert Gas/ Metal Active Gas). Bedanya dengan las listrik biasa
ialah, dari ujung tangkai las juga keluar aliran gas.Dapat beripa gas
karbondioksida yang disebut las CO2, tetapi dapat juga argon atau
campuran beberapa gas.Aliran gas itu melindungi cairan yang meleleh
dari udara sekitarnya.Udara mengandung oksigen yang pada suhi
sekitar 1800 derajat Celcius dapat membuat karat.

3. Las Gesekan

Pada las gesekan, panas timbul sebagai akibat gesekan


kedua bagian logam yang akan disambung dengan berputar dalam
kecepatan tinggi . Panas hasil gesekan tersebut akan melelehkan
logam, dan kalau diberikan sedikit tekanan, maka akan terjadi
sambungan. Setelah logam mulai meleleh, koefisien gesekan akan turun
dan pertambahan panas akan berhenti, sehingga bahan tidak mungkin
kepanasan.

Untuk mengelas pipa ledeng besar dengan las gesekan,


diperlukan las gesekan radikal.Kedua bagian pipa harus sedikit terpisah
sewaktu cincin logam yang mengelilinginya diputar.Pada saat tertentu,
cincin yang berputar itu ditekan. Panas hasil gesekan itu akan
melelehkan cincin bagian dalam serta ujung kedua pipa. Proses
pengelasan selesai.

Las gesekan umumnya digunakan dalam industri mobil, untuk


menyambung as, komponen bak persneling dan kolom kemudi. Dengan
metode las gesek ini akan lebih mudah untuk menyambung bahan-
bahan yang sulit dilas dengan proses biasa. Misalnya untuk
menghubungkan baja dengan tembaga, tembaga dengan aluminium
dan titanium.

15
4. Las Termit

Las Termit adalah penyambungan/las antara dua batang rel


melalui suatu reaksi kimia dengan menggunakan termit (besioksida
dengan bubuk aluminium).Metode ini dilaksanakan dengan bahan yang
sederhana dan menghasilkan sambungan yang baik. Reaksinya seperti
berikut:

Fe2O3 + 2 Al 2 Fe + Al2O3 + 850 kJ

Hasil reaksi tersebut berupa besi ditambah dengan kerak


Al2O3 serta panas yang terjadi cukup untuk mencairkan besi yang
berada disekitar rel yang pada gilirannya akan memadukan besi hasil
reaksi dengan rel.

Las termit adalah penyambungan/las antara dua batang rel


melalui suatu reaksi kimia dengan menggunakan termit (besioksida
dengan bubuk aluminium).Metode ini dilaksanakan dengan bahan yang
sederhana dan menghasilkan sambungan yang baik. Reaksinya seperti
berikut:

Fe2O3 + 2 Al 2 Fe + Al2O3 + 850 kJ

Hasil reaksi tersebut berupa besi ditambah dengan kerak


Al2O3 serta panas yang terjadi cukup untuk mencairkan besi yang
berada disekitar rel yang pada gilirannya akan memadukan besi hasil
reaksi dengan rel.

5. Las Eksplosi

Las eksplosi digunakan untuk memasang lapisan anti karat


pada logam biasa.Metodanya dapat digambarkan sebagai berikut.
Apabila dua lempengan A dan B akan di las. Kedua lempengan
ditumpuk, dan di luar A diletakkan selapis bahan peledak yang disulut.
Lempengan A akan ditekan keras pada B dan keuda lempengan akan
meleleh pada tempat kontak. Setelah beberapa seratus detik gelombang
kejut ledakan itu hilang, bahan akan mendingin dan bagian A dan B
sudah melekat.

17
6. Las Laser

Dalam proses las laser, digunakan sinar laser dikarenakan


laser bersifat mengumpulkan energy dalam satu titik. Umumnya
digunakan untuk mengelas komponen yang mengandung peralatan-
peralatan sensitif terhadap panas.Seperti kotak pacu jantung yang
didalamnya terdapat komponen-komponen elektronika.Keuntungannya,
panas hanya terkumpul pada tempat yang kecil.Untuk pekerjaan seperti
itu dipakai laser bahan padat seperti neodymuim-YAG-laser. Bahan
yang lebih tebal tidak dapat disambung dengan laser seperti itu .

Namun disebut-sebut laser CO2 memiliki energi yang lebih


banyak untuk setiap milimeter perseginya.Laser ini dapat melelehkan
logam sampai sedalam 15 milimeter.

7. Las sinar elektron

Selain sinar laser yang digunakan dalam las laser, sinar


elektron juga bisa dipakai untuk memanaskan logam hingga titik
leburnya. Bahan yang akan dilas dihujani elektron bermuatan negatif
dari batang logam untuk menyambung, yang akan menuju ke muatan
positif dari bahan yang akan dikerjakan. Sinar elektron yang terdiri atas
sejumlah elektron, setelah bertubrukan dengan logam akan
memproduksi panas. Las dengan sinar elektron selain digunakan dalam
industri nuklir, juga digunakan dalam pembuatan mesin jetpesawat
terbang.Namun kelemahannya hanya bisa dipakai di ruangan hampa
udara.Molekul udara dapat mencerai beraikan sinar elektron dan
energinya langsung memudar.

G. Teknik Pengelasan

1. Posisi pengelasan di bawah tangan

Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan


yangdilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas
bidangdatar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60
dankawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30-40

19
dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudutsambungan
dengan jarak 2-3 mm agar terjadi panas maksimalpada sambungan.Pada
sambungan sudut luar, nyala diarahkan ketengah sambungan dan
gerakannya adalah lurus.

2. Posisipengelasan datar (horizontal)

Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan


pengelasandilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las
cenderungmengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya
sekecilmungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut
70dan miring kira-kira 10 di bawah garis mendatar, sedangkankawat
pengisi dimiringkan pada sudut 10 di atas garis mendatar.

3. Posisi pengelasan tegak (vertikal)

Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan


berlangsungke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara
nyala apidan tempat sambungan yang bersudut 45-60 dan sudut
brandersebesar 80.

4. Posisi pengelasan di atas kepala (Overhead)

Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit


dibandingkandengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas
kepala danpengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan
posisi inisudut brander dimiringkan 10 dari garis vertikal sedangkan
kawatpengisi berada di belakangnya bersudut 45-60.

5. Posisi pengelasan arah ke kiri (maju)

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala


apidiarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60 dan kawat las
30terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak
lurusterhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena

21
carapengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang
sulitsaat mengelas.

6. Posisi pengelasan arah ke kanan (mundur)

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada


arahpengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan
untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.

H. Operasi Lain pada Pengelasan

1. Operasi Branzing (Flame Brazing)

Yang dimaksud dengan branzing disini adalah


prosespenyambungan tanpa mencairkan logam induk yang
disambung,hanya logam pengisi saja. Misalnya saja proses
penyambunganpelat baja yang menggunakan kawat las dari kuningan.
Ingat bahwatitik cair Baja ( 1550 C) lebih tinggi dari kuningan
(sekitar1080C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing,
akanlebih mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.

2. Operasi Pemotongan Logam (Flame Cut)

Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan


denganberbagai cara. Proses penggergajian (sewing) dan
menggunting(shearing) merupakan contoh dari proses pemotongan
logam danlembaran logam. Proses menggunting hanya cocok
diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannyatipis. Proses
penggergajian dapatditerapkan pada pelat yang lebihtebal tetapi
memerlukan waktupemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong
pelat tebal dennganwaktu lebih singkat dari cara gergajimaka digunakan
las gas ini dengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya
(dibengkel-bengkel menyebutnya brender).Pemotongan pelat logam
dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikan suplai gas oksigen
berlebih. Pemberian gas oksigenlebih, dapat diatur pada torch yang
memang dibuat untuk keperluanmemotong.

23
3. Operasi Perluasan (Flame Gauging)

Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan


padaproduk/komponen logam yang terdapat cacat/retak
permukaannya.Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan
pengelasan,terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan
menghilangkanretak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian
alur hasilpencungkilan tadi diisi kembali dengan logam las.

4. Operasi Pelurusan (Flame Straightening)

Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas


padakomponen dengan bentuk pola pemanasan
tertentu.Ilustrasidibawah ini menunjukkan prinsip dasar pemuaian dan
pengkerutanpada suatu logam batang.Batang lurus dipanaskan dengan

25
polapemanasan segitiga.Logam cenderungmemuai pada saat
dipanaskan.Daerahpemanasan tersebut menghasilkanpemuaian yang
besar.Logam mengkerutpada saat didinginkan.

27
BAB III

JURNAL PRAKTIKUM

A. Maksud dan Tujuan

1. Mengenal mesin las dan cara kerjanya.


2. Mengenal beberapa jenis sambungan las.
3. Menggunakan dan mengerjakan pengelasan

4. Alat dan Bahan

1. Mesin las
2. Elektroda
3. Alat pelindung mata
4. Alat pelindung tangan (sarung tangan)
5. Penyiku
6. Gunting seng
7. Penggaris
8. Jangka sorong
9. Tong jepit
10. Batang besi (d = 10mm)

5. Langkah Kerja

1. Menyiapkan mesin las dan peralatannya.


2. Menyiapkan spesifikasi elektroda disesuaikan dengan kebutuhan.
3. Melakukan penyetelan tegangan mesin las.
4. Menyiapkan besarnya tegangan (Ampere) sesuai dengan spesifikasi
elektroda yang dipakai.
5. Menyiapkan peralatan keselamatan kerja.
6. Siap untuk mengelas.

29
7. Gambar Produk

31
8. Kesimpulan

1. Untuk mengelas wajib menggunakan alat pelindung (tangan dan mata)


agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Untuk memperoleh hasil las yang baik, perlu diperhatikan cara memegang
elektroda terhadap benda kerja sebesar 60 (derajat).
3. Adapun jarak benda kerja dengan elektroda 3mm, sehingga akan
didapatkan hasil yang bagus (tidak berlubang) karena cara pengelasannya
dengan jarak yang terlalu dekat.
4. Setelah melakukan pengelasan untuk mencapai hasil yang bagus dilakukan
pembersihan dengan palu las atau dengan sikat kawat yang bertujuan
untuk menghilangkan kerak-kerak yang masih menempel.
5. Dilakukan pengujian kekuatan hasil las dengan menggunakan palu las.

BAB IV

JAWABAN PERTANYAAN

33
1. Buat sketsa lengkap dari:

a. Arc welding dan cara kerjanya.

Pada Las Listrik, panas yang diperoleh untuk proses


pelelehan diperoleh dari perbedaan tegangan antara ujung tangkai las
dengan benda yang akan di las. Kalau elektroda las cukup dekat
dengan benda yang akan dikerjakan itu, akan terjadi loncatan bunga api
permanen yang berasal dari arus listrik. Selama melakukan las listrik,
tetesan elektroda lempengan logam berdiameter tertentu, berjatuhan
menjadi kumpulan cairan logam.

b. Gas welding dan cara kerjanya.

35
Las Karbit/ Gas adalah proses penyambungan logam dengan
logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas
aseteline=C2H2) sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar
bahan bakar yang telah dibakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan
nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam
pengisi.

37
c. Tungsten welding dan cara kerjanya.

Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia)


menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah.
Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan
dasar merupakan sumber panas, untuk pengelasan.Titik cair elektroda
wolfram sedemikian tingginya sampai 3410 C, sehingga tidak ikut
mencair pada saat terjadi busur listrik.

Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk


penyembur gas pelindung yang melindungi daerah las dari luar pada
saat pengelasan.Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tanpa
selaput yang digerakkan dan didekatkan ke busur yang terjadi antara
elektroda wolfram dengan bahan dasar.

Sebagi gas pelindung dipakai gas inert seperti argon, helium


atau campuran dari kedua gas tersebut yang pemakainnya tergantung
dari jenis logam yang akan dilas.Tangkai las TIG biasanya didinginkan
dengn air yang bersirkulasi.

39
2. Apa yang dimaksud dengan Soldering, Brazing dan Welding.

a. Soldering

Proses penyambungan logam dengan cara menyambungkan logam


dengan cara memanaskan logam induk dan logam pengisi sampai
temperature yang sesuai, yaitu dibawah temperature lebur logam induk
dan diatas temperatur lebur logam pengisinya. Pada soldering umumnya
temperature lebur kawat pengisi <450C, dan logam pengisinya terdiri
dari paduan Pb-Sn (patri lunak)

b. Brazing

Yang dimaksud dengan branzing disini adalah prosespenyambungan


tanpa mencairkan logam induk yang disambung,hanya logam pengisi
saja.Prosesnya sama seperti dengan soldering, hanya pada bazring
temperaturnya dapat mencapai >450C.

c. Welding

Pada welding temperature yang digunakan lebih tinggi yaitu 1500-


1600C.pada pengelasan logam inuk juga memungkinkan untuk ikut
mencair pada saat proses penyambungan

3. Tuliskan beberapa macam las yang saudara ketahui dan buat


skemanya.

a. Tungsten welding

41
b. Gas welding

c. Arc welding

4. Buat sketsa:

a. Beberapa jenis sambungan las.

o Sambungan tumpu (butt joint)

Kedua bagian benda yang akan disambung diletakkan pada bidang datar yang
sama dandisambung pada kedua ujungnya.

43
o Sambungan sudut (corner joint).

Kedua bagian benda yang akan disambung membentuk sudut siku-


siku dan disambung pada ujung sudut tersebut.

o Sambungan tumpang (lap joint)

Bagianbenda yang akan disambung saling menumpang


(overlapping) satu sama lainnya.

o Sambungan T (tee joint)

Satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain dan
membentuk huruf T yang terbalik.

45
o Sambungan tekuk (edge joint)

Sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung


sejajar, dansambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan
yang sejajar tersebut.

b. Beberapa cara pengelasan.

o Posisi pengelasan di bawah tangan

Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang


dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas
bidangdatar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60
dankawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30-
40 dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke
sudutsambungan dengan jarak 2-3 mm agar terjadi panas
maksimalpada sambungan.Pada sambungan sudut luar, nyala
diarahkan ketengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.

o Posisi pengelasan datar (horizontal)

Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan


dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke
bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin.
Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70dan miring
kira-kira 10 di bawah garis mendatar, sedangkankawat pengisi
dimiringkan pada sudut 10 di atas garis mendatar.

o Posisi pengelasan tegak (vertikal)

Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan


berlangsungke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan

47
antara nyala apidan tempat sambungan yang bersudut 45-60 dan
sudut brander sebesar 80.

o Posisi pengelasan di atas kepala (Overhead)

Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit


dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di
atas kepala danpengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada
pengelasan posisi inisudut brander dimiringkan 10 dari garis
vertikal sedangkan kawatpengisi berada di belakangnya bersudut
45-60.

o Posisi pengelasan arah ke kiri (maju)

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana


nyala apidiarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60 dan kawat
las 30 terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak
lurusterhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena
cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang
sulit saat mengelas.

o Posisi pengelasan arah ke kanan (mundur)

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada


arahpengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan
untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.

5. Apa pengaruh struktur dan kekuatan sambungan las.

Suatu proses pengelasan pada produk bertujuan untuk menyambung atau


menyempurnakan bentuk produk sehingga sesuai dengan rancangan.
Produk ini kemudian memungkinkan digunakan untuk menanggung beban,
sehingga struktur hasil pengelasan harus rapat dan kokoh serta memiliki
tingkat kekuatan yang baik sehingga produk yang dibuat mampu
dipergunakan sebagaiman mestinya.

49
Ini berarti struktur dan kekuatan sambungan las akan memnentukan kualitas
dari produk tersebut.

6. Sebutkan tiga macam penyambungan dan ceriterakan keuntungan


serta kerugiannya.

a. Pengelasan cair

adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair


dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang
terbakar.

Keuntungan : Proses lebih dan cepat

Kerugian : Proses lebih beresiko

b. Pengelasan tekan
adalahcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian
ditekan hingga menjadi satu.
Keuntungan : Proses lebih aman karena tidak menggunakan suhu
yang sangat tinggi.
Kerugian : Proses lebih lama.

c. Pematrian
adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam
hal ini logam induk tidak turut mencair.
Keuntungan : Proses lebih mudah
Kerugian : Proses penyambungan lebih lama.

51
7. Apa yang dimaksud dengan Straight polarity dan Reverse polarity
dalam pengelasan.

Ada 2 jenis polaritas yang digunakan yaitu polaritas langsung dan


polaritas terbalik.Pada polaritas langsung elektroda berhubungan dengan
terminal negatif sedangkan pada polaritas terbalik elektroda berhubungan
dengan terminal positif.

a. Polaritas Lurus (Straight polarity)

Apabila material dasar atau material yang akan dilas


disambung kan dengan kutub positif (+) dan elektrodenya
disambungkan dengan kutub negatif () pada mesin las DC maka cara
ini disebut pengelasan polaritas lurus atau DCSP (Direct Current
Straight Polarity), ada juga yang menyebutkan DCEN. Dengan cara ini
busur listrik bergerak dari elektroda ke material dasar sehingga
tumbukan elektron berada dimaterial dasar yang berakibat 2/3 panas
berada di material dasar dan 1/3 panas berada dielektroda.

Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih


banyak disbanding elektrodenya sehingga hasil las mempunyai
penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan pada pengelasan yang
lambat serta manik las yang sempit dan untuk pelat yang tebal.

b. Polaritas Balik (Reverse polarity)

Apabila material dasar atau material yang akan dilas


disambung kan dengan kutub negatif () dan elektrodenya
disambungkan dengan kutub positif (+) pada mesin las DC maka cara
ini disebut pengelasan polaritas lurus atau DCRP (Direct Current
Reverse Polarity). Dengan cara ini busurlistrik bergerak dari elektrode ke
material dasar sehingga tumbukan elektron berada dimaterial dasar
yang berakibat 1/3 panas berada di material dasar dan 2/3 panas
berada dielektroda. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektroda
lebih banyak dibandingaterial dasarnya sehingga hasil las, sehingga
baik digunakan pada pengelasan untuk pelat yang tipis.

53
8. Apa fungsi dari lapisan elektroda pada Arc welding.

Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukankawat las


(Elektroda) yang terdiri dari suatu inti terbuat dari suatu logam dilapisi oleh
lapisan yang terbuat dari campuran zat kimia, selainberfungsi sebagai
pembangkit, elektroda juga sebagai bahan tambah.

9. Apa yang menyebabkan porous pada pengelasan.

Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau pori-pori


yang biasanya terbentuk di dalam logam las akibat terperangkapnya gas
yang terjadi ketika proses pengelasan. Disamping itu, porositas dapat pula
terbentuk akibat kekurangan logam cair karena penyusutan ketika logam
membeku.Porositas seperti itu disebut shrinkage porosity.

10. Sebutkan tiga bagian cara penyetelan api pada las oksiasetilen dan
terangkan kegunaan masing-masing.

a. Nyala api karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan


maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala
baru berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar
akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang
panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak
digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja
dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.

b. Nyala api netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen


sekitar satu.Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih

55
bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening.Oksigen yang
diperlukan nyala ini berasal dari udara.Suhu maksimum setinggi 3300
sampai 3500C tercapai pada ujungnyala kerucut.

c. Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan


untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan
warna kerucut dalam berubah menjadi ungu. Nyala ini akan
menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam
cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan
fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk
pengelasan lainnya.

57
BAB V

KESIMPULAN

Mutu dari hasil pengelasan, bergantung pada keahlian operator atau


juru atau tukang las itu sendiri.Cara mengelas yang buruk dapat mengakibatkan
kerusakan fatal baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, mulai dari
kasus sederhana seperti pipa ledeng yang bocor ataupun ke hal-hal yang lebih
fatal seperti runtuhnya bangunan berkonstruksi baja yang menggunakan bahan
yang di las.

Pada saat pengelasan, kesalahan sering terjadi. Hal yang perlu


diperhatikan adalah menghindari bara api pada bagian yang di las dengan tidak
mengulangi las di tempat yang sama. Jika hal itu terjadi, sambungan akan
menjadi rapuh dan terbentuk titik awal retakan kecil. Selain itu, bagian logam
yang bersebelahan dengan bagian yang di las tidak meleleh tetapi berubah
karena panas.Pemanasan yang diikuti dengan pendinginan yang cepat bisa
menghasilkan struktur logam yang seperti kaca, sehingga mudah retak.

Untuk las konvensional yang menggunakan tenaga manusia, operator


las dengan tangkai las yang menentukan berhasil tidaknya proses pengelasan.
Karena operatorlah yang menentukan suhu cairan logam, memilih diameter
elektroda las dengan kekuatan arus listrik dan mengatur jumlah gas dan tekanan
kawat las, serta menentukan campuran kawat las dan posisi tangkai las.
Operator las juga menghadapi situasi lingkungannya, baik musim yang nantinya
berpengaruh pada hasil las, cuaca ekstrim, iklim, serta lokasi yang perlu di las
dan tantangan untuk pengelasan, misalnya pengelasan bawah laut.Sekarang ini
telah banyak dilakukan pengelasan yang bersifat automatisasi dengan bantuan
robot las operator.

59
LAMPIRAN

61

Anda mungkin juga menyukai