Anda di halaman 1dari 9

JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 58-66 ISSN 2303-1077

SINTESIS KATALIS Sn/ZEOLIT DAN UJI AKTIVITAS PADA REAKSI ESTERIFIKASI


LIMBAH MINYAK KELAPA SAWIT (PALM SLUDGE OIL)

Yudi Yustira1* , Thamrin Usman1, Nelly Wahyuni1


1
Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, UniversitasTanjungpura,
Jln. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi 78124, Pontianak
*
email: yudi.yustira.031@gmail.com

ABSTRAK
Sintesis katalis Sn/zeolit telah dilakukan untuk reaksi esterifikasi asam lemak dalam limbah
minyak kelapa sawit. Karakterisasi katalis dilakukan dengan XRD, XRF, FTIR, dan uji
keasaman. Katalis Sn/zeolit disintesis dengan mengimpregnasi logam Sn dari garam SnCl2
kedalam zeolit, dimana jumlah Sn yang diimpregnasi tersebut divariasikan berdasarkan pada
nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) zeolit. Katalis Sn/zeolit digunakan pada reaksi esterifikasi
asam lemak dari limbah minyak kelapa sawit dengan variasi waktu reaksi untuk melihat
aktivitas katalitik katalis. Hasil XRD menunjukkan bahwa katalis Sn/zeolit didominasi mineral
modernit dan kuarsa. Hasil XRF menunjukkan adanya peningkatan jumlah logam Sn dan rasio
Si/Al pada katalis Sn/zeolit seiring dengan penambahan jumlah logam Sn, dan efisiensi
pengembanan Sn pada zeolit dapat mencapai 90,79% pada katalis dengan rasio 1:4. Hasil
FTIR menunjukkan bahwa katalis hasil sintesis memiliki sisi asam Bronsted (pada spektrum
1639,4; 1656,7; 1654,8 cm -1) dan sisi asam Lewis (pada spektrum 1400,2 dan 1402,2 cm -1)
dengan keasaman total tertinggi 0,54 mmol/g pada katalis Sn/zeolit 4:1. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa waktu reaksi optimum dalam reaksi esterifikasi adalah 4 jam dengan
persentase konversi produk mencapai 96,00% yang dapat dicapai dengan rasio Sn dan zeolit
pada katalis sebesar 4:1. Metil ester yang dihasilkan memiliki indeks bias 1,45 (29,6°C),
kerapatan 0,88 g/mL (25°C) dan viskositas 9,28 cSt (25°C). Hasil analisa GC-MS menunjukkan
komposisi utama metil ester adalah metil elaidat (35,80%), metil palmitat (32,22%), dan metil
stearat (11,09%).

Kata Kunci: esterifikasi, KTK, limbah minyak kelapa sawit, logam Sn, zeolit

PENDAHULUAN Biodiesel dikembangkan dari bahan


baku tanaman penghasil minyak, seperti
Eksplorasi minyak bumi menghadapi
minyak nabati, minyak sawit mentah (Crude
kenyataan bahwa ketersediaan sumber
Palm Oil, CPO). Biodiesel dari minyak
energi ini akan habis. Dalam rangka
kelapa sawit merupakan harapan baru
menjamin pasokan energi dalam negeri,
untuk menjawab sebagian kebutuhan energi
pemerintah menerbitkan Peraturan
di tanah air. Menurut Usman dkk. (2009),
Pemerintah No. 5 tahun 2006 tentang
biodiesel dapat diperoleh dengan
kebijakan energi nasional sebagai pedoman
mengkonversi asam lemak menjadi alkil
dalam pengelolaan energi nasional,
ester yang merupakan senyawa utama dari
Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 untuk
biodiesel. Keunggulan minyak kelapa sawit
percepatan penyediaan dan pemanfaatan
sebagai bahan baku biodiesel adalah
bahan bakar nabati dan Peraturan Menteri
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi.
Energi dan Sumber Daya Mineral No. 32
Menurut Choo dan Basiron (1987) dalam
tahun 2008 tentang penyediaan,
Advant (2009), proses pengolahan minyak
pemanfaatan dan tata niaga bahan bakar
kelapa sawit menghasilkan limbah minyak
nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain.
kelapa sawit (palm sludge oil) yang
Permasalahan krisis energi yang dialami
mengandung asam lemak bebas sekitar 10-
Indonesia dan didukung dengan kebijakan
80 %. Limbah minyak kelapa sawit dengan
energi nasional membuka peluang besar
kandungan asam lemak bebas yang cukup
untuk pengembangan biodiesel di Indonesia
tinggi ini dapat digunakan sebagai sumber
sebagai sumber energi alternatif.

58
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 58-66 ISSN 2303-1077

asam lemak dalam pembentukan senyawa termal yang tinggi, harganya murah dan
ester seperti metil ester. keberadaannya cukup melimpah (Handoko,
Umumnya katalis yang banyak 2002). Logam timah (Sn) yang diimpregnasi
digunakan dalam reaksi esterifikasi dalam zeolit telah terbukti mampu bertindak
pembuatan biodiesel adalah katalis sebagai katalis yang efisien untuk reaksi
homogen asam, namun katalis homogen oksidasi Baeyer-Villiger (Corma et al., 2001)
sulit untuk dipisahkan dari produk hasil dan aromatisasi n-butana (Zavoianu et al.,
reaksi, bersifat korosif, menghasilkan 2002). Oleh karena itu, pada penelitian ini
limbah yang beracun dan tidak dapat akan disintesis katalis Sn/zeolit untuk reaksi
digunakan kembali secara berulang untuk esterifikasi limbah minyak kelapa sawit.
reaksi esterifikasi (Viswanathan, 2007 Penelitian ini bertujuan untuk
dalam Advant, 2009). Oleh karena itu, dicari mengkarakterisasi katalis Sn/zeolit dengan
pengganti katalis homogen asam dengan XRD, XRF, dan FTIR dan menguji aktivitas
katalis padat (katalis heterogen). Katalis katalitiknya dalam reaksi esterifikasi limbah
heterogen adalah katalis yang memiliki fasa minyak kelapa sawit dengan variasi waktu.
berbeda dengan reaktannya. Beberapa
sumber dari katalis heterogen saat ini telah METODOLOGI PENELITIAN
banyak digunakan secara komersial, seperti
Alat dan Bahan
zeolit dan alumina (Kusuma dkk., 2011;
Alat yang digunakan pada penelitian
Chung et al., 2008; Usman dkk., 2009).
ini meliputi ayakan ukuran 100 mesh, mesin
Senyawa berbasis timah (Sn)
sieve shaker, peralatan gelas yang umum
merupakan salah satu senyawa yang
dilaboratorium, seperangkat alat refluks,
borpotensi untuk dikembangkan sebagai
seperangkat alat Fourier Transform Infra
katalis heterogen dalam produksi biodiesel.
Red (FTIR) Shimadzu 8400, seperangkat
Beberapa penelitian telah menggunakan
alat Gas Chromatography Mass
logam Sn, dimana logam ini menyajikan
Spectrometry (GC-MS) Shimadzu QP2010
keasaman Lewis tinggi dibandingkan
Ultra, seperangkat alat X-Ray Diffraction
dengan logam transisi, dalam urutan
(XRD) PANalytical-X'Pert High Score, dan
sebagai berikut Sn2+ >> Zn2+ > Pb2+  Hg2+
seperangkat alat X-Ray Flourecence (XRF)
(Casas et al., 2013). Cadroso et al. (2008) ARL OPTX-2050.
juga telah menggunakan SnCl2 sebagai Bahan yang digunakan pada
katalis dalam reaksi esterifikasi asam oleat
penelitian ini meliputi akuades (H2O),
dan menunjukan aktivitas katalitik yang
ammonium asetat (CH3COONH4), asam
sangat mirip dengan H2SO4. Menurut Casas
oksalat (C2H2O4), asam sulfat (H2SO4) p.a.,
et al., (2013), beberapa senyawa berbasis aseton (CH3COCH3) p.a, diklorometana
timah dapat digunakan sebagai katalis (CH2Cl2) p.a, etanol (C2H5OH) 95%, etil
asam Lewis untuk reaksi esterifikasi dan asetat (CH3COOCH2CH3), indikator
transesterifikasi dan menunjukkan aktivitas phenolphthalein, kalium hidroksida (KOH),
katalitik yang tinggi, namun tidak dapat magnesium sulfat anhidrat (MgSO 4),
diperoleh kembali karena larut dalam
metanol (CH3OH) p.a., n-heksan (C6H14)
metanol dan gliserol. Untuk mengatasi hal
p.a., natrium klorida (NaCl), natrium
tersebut maka logam Sn perlu diembankan hidroksida (NaOH), plat silika G F254,
pada matriks pendukung, salah satunya sampel limbah minyak kelapa sawit, timah
dengan mengembankan padatan logam Sn (II) klorida (SnCl2), dan zeolit alam yang
pada zeolit. diperoleh dari pasaran.
Zeolit alam digunakan sebagai
pengemban untuk mendispersikan logam Cara Kerja
Sn karena zeolit di dalam sistem metal- Preparasi Material
supported catalyst mempunyai aktivitas Preparasi sampel zeolit dilakukan
katalitik yang tinggi, menyebabkan katalis dengan mencuci zeolit dengan H2O
tidak mudah menggumpal, mempunyai sebanyak 3 kali. Zeolit dalam kondisi basah
porositas yang luas, serta stabil terhadap dikeringkan dalam oven pada temperature
temperatur tinggi (Khabib, 2013). Selain itu, 110°C. Zeolit kemudian digerus hingga
zeolit digunakan sebagai pengemban
halus, lalu diayak dengan ayakan 100
karena struktur kristalnya berpori dan luas
mesh. Zeolit yang lolos ayakan 100 mesh
permukaan yang besar, memiliki stabilitas

59
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 58-66 ISSN 2303-1077

kemudian disebut zeolit hasil preparasi. minyak kelapa sawit sebelum dan setelah
Zeolit hasil preparasi kemudian ditentukan esterifikasi. Untuk mengetahui aktivitas
nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan katalitik katalis, dilakukan variasi terhadap
dianalisis dengan XRD dan XRF. lama waktu reaksi yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5
Preparasi sampel limbah minyak jam. Waktu reaksi optimum adalah waktu
kelapa sawit dilakukan dengan ditentukan reaksi yang memberikan hasil konversi
kadar air dan bilangan asam. produk paling optimal.

Sintesis Katalis (Kusuma dkk.,2011) Analisis Produk Esterifikasi Limbah


Sintesis katalis Sn/zeolit dilakukan Minyak Kelapa Sawit
dengan proses pelarutan SnCl2 kedalam Produk metil ester yang telah bebas
H2O dan ditambahkan zeolit. Perbandingan pelarut dan sisa katalis kemudian
massa antara SnCl2 dan zeolit divariasikan dikarakterisasi sifat fisik (berat jenis, indek
dengan perbandingan 1:1, 2:1, 3:1, 4:1, dan bias, kelarutan, viskositas). Selanjutnya
5:1 yang berdasarkan pada nilai KTK zeolit. fase metil ester diidentifikasi menggunakan
Proses pembuatan katalis dilakukan dalam GC-MS.
labu leher tiga dengan kondenser refluks,
termometer, dan magnetic stirrer. HASIL DAN PEMBAHASAN
Impregnasi zeolit dengan larutan SnCl2
Karakterisasi Zeolit
dilakukan pada suhu 60°C selama 2 jam,
Zeolit hasil preparasi dikarakterisasi
kemudian campuran dimasukan kedalam
dengan XRD dan XRF. Analisis dengan
oven bersuhu 60°C selama 24 jam. Setelah
XRD bertujuan untuk mengetahui tingkat
proses impregnasi selesai, katalis Sn/zeolit
kristalinitas serta jenis mineral yang
dipisahkan dari larutan SnCl2 menggunakan
terkandung dalam zeolit hasil preparasi
filtrasi vakum. Katalis yang tertahan di
tersebut.
kertas saring kemudian dikeringkan dalam
oven bersuhu 105 ± 5°C selama 24 jam
untuk menghilangkan kandungan air.
Setelah 24 jam, katalis tersebut kemudian
dikalsinasi pada suhu 450°C selama 4 jam.
Katalis hasil kalsinasi dianalisis dengan
XRD, XRF, FTIR, dan uji keasaman.
Esterifikasi Limbah Minyak Kelapa Sawit
dengan Katalis Sn/Zeolit (Usman
dkk.,2009) Gambar 1. Hasil analisis XRD zeolit alam
Esterifikasi asam lemak minyak hasil preparasi
kelapa sawit dilakukan dengan Gambar 1 menunjukkan puncak
mencampurkan sampel limbah minyak difraksi pada 2θ = 9,77; 19,63; 22,27; 25,63;
kelapa sawit dan metanol, dengan rasio 26,27; 27,70. Jenis mineral penyusun zeolit
asam lemak dan metanol sebesar 1:10. ditandai dengan munculnya puncak (2θ)
Selanjutnya ditambahkan 5% katalis pada daerah tertentu dari tingkat
Sn/zeolit, dipanaskan pada temperatur kristalinitas struktur komponen. Hal ini dapat
+65°C sambil diaduk dengan magnetic dilihat dari puncak tertinggi seperti yang
stirer. Produk hasil esterifikasi disentrifugasi ditunjukkan pada Tabel 1.
sehingga dihasilkan 3 lapisan yaitu lapisan
katalis (bawah), metil ester (tengah) dan Tabel 1 Puncak Khas Zeolit Modernit
metanol sisa (atas). Produk metil ester Zeolit* Zeolit Penelitian
dicuci dengan larutan NaCl jenuh. 2θ %I 2θ %I
Pencucian dilakukan hingga produk yang 9,76 54 9,77 36,07
dihasilkan menjadi netral dan kemudian 19,68 51 19,63 23,74
ditambahkan MgSO 4 anhidrat. Produk 22,38 78 22,27 77,59
dievaporasi sehingga dihasilkan produk 25,78 100 25,63 100
metil ester yang murni. Selanjutnya 26,40 48 26,27 52,51
ditentukan persentase konversi produk 27,74 48 27,70 92,78
dengan menentukan kandungan asam *Laboratorium Pusat Survei Geologi
bebas (Free Fatty Acid, FFA) sampel limbah

60
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 58-66 ISSN 2303-1077

Berdasarkan kesesuaian difaktogram


zeolit pada penelitian ini dengan referensi Tabel 3. Nilai KTK Zeolit Hasil Preparasi
dapat disimpulkan bahwa zeolit hasil Pengulangan KTK (Meq/100 g)
preparasi ini adalah jenis modernit. Menurut I 13,84
Kesuma dkk., (2013), mineral modernit II 18,98
memiliki puncak khas pada 2θ = 9,77°, III 13,74
22,3°, 25,65° dan 27,66°. Zeolit mordenit Rata-rata 15,52
merupakan zeolit yang mempunyai Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa
perbandingan Si/Al = 5:1 sehingga nilai KTK rata-rata dari zeolit alam hasil
mempunyai sifat yang sangat stabil. Rumus preparasi adalah 15,52 Meq/100 gr. Hal ini
struktur sangkar mordenit dalam sel satuan dikarenakan tingginya rasio Si/Al pada zeolit
menjadi Na8(Al8Si40O96) 22H2O. Modernit tersebut. Menurut Togar (2012), zeolit
memiliki stabilitas termal yang tinggi, hal ini dengan rasio Si/Al yang tinggi memiliki nilai
dilihat dari kemampuannya untuk KTK yang rendah.
mempertahankan strukturnya pada suhu
tinggi (Rianto dkk., 2012). Sintesis Katalis Sn/Zeolit
Analisis dengan menggunakan XRF Sintesis katalis Sn/zeolit dilakukan
bertujuan untuk mengetahui komposisi dengan metode impregnasi basah yaitu
mineral yang terkandung dalam zeolit. dengan cara mengadsorpsikan garam SnCl2
Berdasarkan data XRF, dapat dijelaskan yang mengandung komponen aktif logam
bahwa zeolit tersebut memiliki kandungan Sn kedalam zeolit dengan cara perendaman
Si yang tinggi. Data tersebut juga dan disertai pengadukan. Garam SnCl2
menjelaskan bahwa zeolit merupakan dilarutkan kedalam akuades sehingga
mineral aluminosilikat yang mengandung menyebabkan logam Sn yang terdapat
kation-kation alkali dan alkali tanah. Kation- dalam garam SnCl2 akan bereaksi dengan
kation ini menjadi penyeimbang muatan H2O dan menyebabkan logam Sn tersebut
negatif dari kerangka zeolit. akan berikatan dengan H2O. Jumlah garam
SnCl2 yang diimpregnasikan kedalam zeolit
Tabel 2. Data Karakterisasi XRF Zeolit Hasil adalah didasarkan kepada besarnya nilai
Preparasi KTK zeolit yang digunakan. Menurut
Jumlah Jumlah Tadeus (2012), tujuan dari impregnasi zeolit
Komponen Komposisi Komponen Komposisi
(% b/b) (% b/b)
dengan logam tersebut adalah untuk
Si 53,5 Ni 0,085 meningkatkan aktivitas katalitik yaitu
K 14,4 Cu 0,20 menambah situs aktif katalis yang diikuti
Ca 16,6 Sr 2,0 oleh perubahan karakteristik pori.
Ti 0,87 Ba 0,4 Katalis Sn/zeolit yang telah
V 0,02 Zr 0,7
Mn 0,32 Re 0,40 dipreparasi kemudian dikarakterisasi
Fe 10,9 dengan XRD. Hasil analisa menggunakan
XRD terhadap katalis Sn/zeolit ditunjukkan
Penentuan Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada difraktogram dalam gambar 2.
Intensity (counts)

1400

Zeolit 1200

Zeolit hasil preparasi diuji nilai 1000

kapasitas pertukaran kationnya untuk 800

mengetahui seberapa besar kemampuan 600

zeolit untuk mempertukarkan kationnya, 400

sehingga dapat ditentukan juga jumlah 200

garam SnCl2 yang akan diimpregnasikan 0

kedalam zeolit tersebut. Kation pada zeolit


5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
2Theta (°)

Gambar 2. Hasil analisis XRD katalis


biasanya Na, sehingga dapat dipertukarkan
Sn/zeolit
dengan kation-kation lain. KTK dalam
Berdasarkan gambar dari
penelitian ini ditetapkan dengan cara
difraktogram hasil analisa XRD tersebut
perkolasi. Kation Na+ ditukar dengan kation
terlihat adanya peningkatan kristalinitas dari
NH4+ dari pengekstrak yang berupa
katalis Sn/zeolit dibandingkan dengan
CH3COONH4. Hasil penentuan nilai KTK
kristalinitas zeolit alam. Hal tersebut terlihat
dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel
dari peak yang terbentuk oleh difraksi sinar-
3.

61
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 58-66 ISSN 2303-1077

X yang tajam dam sempit yang menunjukan peningkatan rasio Si/Al pada katalis
kristalinitas sampel yang tinggi. Sn/zeolit, yaitu 4,54 (katalis Sn/zeolit 1:1),
4,51 (katalis Sn/zeolit 2:1), 4,57 (katalis
Tabel 4. Puncak Khas Katalis Sn/Zeolit Sn/zeolit 3:1), 4,64 (katalis Sn/zeolit 4:1),
Zeolit* Katalis Sn/zeolit 4,64 (katalis Sn/zeolit 4:1). Hal ini
Modernit Kuarsa Modernit Kuarsa menunjukkan bahwa semakin banyak Sn
2θ %I 2θ %I 2θ %I 2θ % I
9,76 54 20,87 17,2 9,87 8,91 20,94 21,4
yang terimpregnasi kedalam zeolit maka
19,68 51 26,66 100 19,74 13,09 rasio Si/Al mengalami peningkatan. Katalis
22,38 78 50,18 11,9 22,36 18,01 50.18 11,3 yang memiliki rasio Si/Al yang tinggi akan
25,78 100 25,73 34,98 mempunyai kekuatan asam yang tinggi.
26,40 48 26,69 100
27,74 48 27,81 39,54
Tabel 5. Komposisi Kimia Zeolit dan Katalis
*Laboratorium Pusat Survei Geologi Sn/Zeolit Berdasarkan Analisa
XRF
Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis Jumlah Komposisi (% b/b)
mineral pada katalis Sn/zeolit tersebut Komponen Katalis Katalis Katalis Katalis Katalis
Zeolit
adalah modernit dan kuarsa. Hal ini terlihat 1:1 2:1 3:1 4:1 5:1
dari tingginya intensitas pada puncak khas Si 53,5 33,48 32,72 32,09 31,71 31,67
Al - 7,37 7,25 7,02 6,83 6,82
untuk modernit terutama pada 2θ = 25,73°,
Sn - 1,03 2,32 3,93 5,52 5,88
26,69°, dan 27,81°. Sedangkan adanya K 14,4 3,40 3,51 3,51 3,46 3,42
kuarsa pada katalis Sn/zeolit terlihat dari Ca 16,6 1,72 1,67 1,58 1,49 1,46
tingginya intensitas pada puncak khas Berdasarkan pada analisa XRF, dapat
kuarsa, yaitu pada 2θ = 20,94° dan 50,18°. diketahui efisiensi Sn yang terembankan
Penambahan puncak mineral kuarsa terjadi kedalam zeolit pada proses impregnasi. Hal
karena adanya peningkatan atom Si. ini merupakan tujuan divariasikannya
Peningkatan atom Si tersebut terjadi jumlah logam Sn yang diimpregnasikan
karena adanya labilitas kerangka oksigen kedalam zeolit, yaitu untuk mengetahui
pada saat kalsinasi yang mengakibatkan banyaknya jumlah Sn yang efisien untuk
ukuran unit sel menyusut oleh adanya diimpregnasikan ke dalam zeolit.
perpindahan atom Si ke tempat kosong
yang ditinggalkan Al yang terhidrolisis 86,18 90,79
Efisiensi Impregnasi Sn

100
(Handoko, 2002). Adanya logam Sn pada 76,32 77,37
80 67,76
katalis Sn/zeolit teridentifikasi dengan
munculnya puncak khas untuk SnO pada 2θ 60
(%)

= 33,88° dan 51,75°. Gambar 2 40


menunjukkan bahwa puncak SnO pada 20
difraktogram katalis sangat rendah
0
meskipun sudah diimpregnasikan logam Sn
yang cukup pada permukaan zeolit alam. 1
1:1 22:1 33:1 4
4:1 5
5:1

Hal ini dapat disebabkan oleh dispersi Rasio Sn/Zeolit


logam Sn pada permukaan zeolit alam
sangat merata (Rianto dkk., 2012). Gambar 3. Efisiensi impregnasi Sn ke
Karakterisasi terhadap katalis dalam zeolit
Sn/zeolit menggunakan XRF menunjukkan Berdasarkan Gambar 4, dapat
adanya perubahan jumlah komposisi diketahui bahwa efisiensi impregnasi Sn
masing-masing komponen pada katalis kedalam zeolit yang tertinggi adalah pada
tersebut. Hasil analisa XRF ditunjukkan katalis dengan rasio Sn/zeolit 4:1 yaitu
pada tabel 5. Tabel 5 menunjukkan adanya 90,79%. Hal ini terbukti dengan
peningkatan jumlah logam Sn pada katalis menurunnya efisiensi impregnasi Sn pada
Sn/zeolit. Meningkatnya jumlah komposisi jumlah Sn yang lebih tinggi, yaitu pada
logam Sn tersebut sesuai dengan semakin katalis Sn/zeolit 5:1. Adanya penurunan
banyaknya massa garam SnCl2 yang efisiensi ini menunjukkan bahwa zeolit
diimpregnasikan. Sementara itu, terjadi memiliki kapasitas dalam menyerap Sn
penurunan jumlah logam Si dan Al yang yang diimpregnasikan kedalam zeolit
terdapat pada katalis Sn/zeolit. Penurunan tersebut.
tersebut mengakibatkan adanya

62
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 58-66 ISSN 2303-1077

Keasaman katalis ditentukan dengan Karakterisasi Sampel


metode gravimetri dengan amonia sebagai Sampel limbah minyak sawit secara
basa adsorbatnya. Jumlah situs asam fisik berupa padatan yang bewarna kuning
dengan amonia sebagai basa adsorbat pada suhu kamar dan berbau tidak sedap.
merupakan jumlah situs asam total katalis. Hal ini dikarenakan asam lemak merupakan
Semakin banyak logam Sn yang terdispersi hidrokarbon berantai panjang yang mudah
pada zeolit maka keasaman katalis mengalami oksidasi. Oksidasi terjadi karena
Sn/zeolit akan semakin meningkat. adanya kontak asam lemak pada sampel
Keasaman total merupakan jumlah dari limbah minyak kelapa sawit tersebut
situs asam Lewis dan situs asam Bronsted dengan sejumlah oksigen. Asam lemak
pada katalis. Hasil uji keasaman zeolit dan yang mengalami oksidasi akan mengalami
katalis Sn/zeolit dapat dilihat pada tabel 6. perubahan warna dan berbau tidak sedap
(berbau tengik). Sebelum dilakukan reaksi
Tabel 6. Keasaman Total Katalis Sn/Zeolit esterifikasi, terlebih dahulu dilakukan
Berdasarkan Metode Gravimetri preparasi dan karakterisasi terhadap
Keasaman Total sampel limbah minyak kelapa sawit.
Sampel Karakterisasi sampel terdiri atas penentuan
(mmol/gr)
Zeolit 0,42 kadar air, bilangan asam, kadar asam
Sn/zeolit 1 : 1 0,39 lemak bebas. Hasil analisis dari limbah
Sn/zeolit 2 : 1 0,45 minyak kelapa sawit dapat dilihat pada
Sn/zeolit 3 : 1 0,46 Tabel 8.
Sn/zeolit 4 : 1 0,54
Sn/zeolit 5 : 1 0,31 Tabel 8. Karakterisasi Limbah Minyak
Tabel di atas menunjukkan adanya Kelapa Sawit
kecenderungan peningkatan keasaman Karakteristik Jumlah
total pada katalis Sn/zeolit sampai pada Kadar Air 2,07%
rasio 4:1. Keasaman total katalis Sn/zeolit Bilangan Asam 131,95 g/mol
menurun setelah adanya penambahan Kadar asam lemak bebas 60,21%
jumlah Sn yang diimpregnasikan. Hal ini
disebabkan oleh semakin banyak jumlah Sn Esterifikasi Limbah Minyak Kelapa Sawit
yang diimpregnasikan menyebabkan Sn dengan Katalis Sn/Zeolit
tersebut tidak terdispersi secara merata. Esterifikasi merupakan metode untuk
Katalis yang telah ditentukan keasamannya menghasilkan biodiesel dari bahan baku
tersebut kemudian dikarakterisasi dengan yang memiliki keasaman yang tinggi,
FTIR. Hasil karakterisasi dengan FTIR sehingga diperlukan suatu katalis yang
memperlihatkan bahwa daerah serapan bersifat asam untuk mempercepat
peak yang muncul tidak mengalami banyak terjadinya pembentukan produk yang
perubahan. Hasil analisa FTIR dari katalis diinginkan (Astar, 2011). Reaksi esterifikasi
Sn/zeolit menunjukkan bahwa katalis hasil dengan katalis Sn/zeolit diawali difusi
sintesis memiliki sisi asam Bronsted dan sisi reaktan yang terdiri dari limbah minyak
asam Lewis. kelapa sawit dan metanol masuk ke dalam
mulut pori katalis Sn/zeolit. Reaktan
Tabel 7 Hasil Analisis FTIR Zeolit dan kemudian berdifusi dari mulut pori
Katalis Sn/Zeolit setelah mendekati ke sekitar permukaan bagian
Diadsorpsi Amonia dalam dari katalis. Reaktan akan diadsorpsi
Vibrasi eksternal (cm-1) ke bagian permukaan aktif katalis Sn/zeolit
Regangan Regangan
Sampel
asimetris asimetris
Asam Asam dan reaksi esterifikasi akan berlangsung
Bronsted Lew is
Si-O-Si Al-O-Al pada permukaan aktif yang terdapat dalam
Zeolit 1049,2 694,3 1639,4 1400,2 pori katalis Sn/zeolit membentuk produk
Katalis
Sn/zeolit 1:1
1041,5 694,3 1639,4 1402,2 berupa metil ester dan air. Produk yang
Katalis
1045,3 694,3 1639,4 1400,2 dihasilkan akan terdesorpsi dari permukaan
Sn/zeolit 2:1 aktif dan terdifusi dari dalam pori melalui
Katalis 1639,4;
1045,3 576,7 1400,2 mulut pori katalis Sn/zeolit pada permukaan
Sn/zeolit 3:1 1656,7
Katalis
1045,3 692,4
1639,4;
1400,2 luar katalis dan terdifusi dari permukaan
Sn/zeolit 4:1 1654,8
Katalis 1639,4;
katalis menuju cairan. Proses ini terjadi
1047,3 694,3 1400,2 secara berulang (Fogler 2006). Tahapan
Sn/zeolit 5:1 1654,8

63
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 58-66 ISSN 2303-1077

interaksi katalis Sn/zeolit dilihat pada Waktu optimum katalis Sn/zeolit


Gambar 4. dalam reaksi esterifikasi asam lemak dari
limbah minyak kelapa sawit dan metanol
kemudian digunakan untuk menentukkan
katalis Sn/zeolit terbaik yang menghasilkan
persentase konversi metil ester yang
tertinggi. Konversi metil ester terhadap
variasi katalis Sn/zeolit ditunjukkan pada
gambar 6.

97 96,00

Persentase konversi Metil


96 94,69
Gambar 4. Tahap-tahap reaksi katalis 95
93,37
Sn/zeolit 94 92,69

ester (%)
93
Waktu reaksi yang semakin lama
92
menyebabkan kontak antar zat semakin 91
besar sehingga menghasilkan konversi 90 89,20
yang besar. Jika kesetimbangan reaksi 89
sudah tercapai maka dengan bertambahnya 88
waktu reaksi tidak akan menguntungkan 1:1
1 2:1
2 3:1
3 44:1 5:1
5
karena tidak memperbesar hasil (Hikmah & Rasio Sn/Zeolit
Zuliyana, 2010). Menurut Astar (2011),
waktu reaksi dalam reaksi esterifikasi Gambar 6. Konversi Metil Ester dengan
limbah minyak kelapa sawit berhubungan Variasi Rasio Katalis Sn/Zeolit
dengan kemampuan metanol untuk
mengubah asam lemak menjadi metil ester. Berdasarkan gambar 6, dapat
diketahui bahwa persentase konversi metil
97 ester yang paling tinggi terjadi pada katalis
96,00
Persentase Konversi Metil

dengan rasio Sn dan zeolit 4:1 yaitu


96 95,06 94,67 sebesar 96,00%. Penambahan jumlah Sn
95 94,65 kedalam zeolit sebagai katalis Sn/zeolit
Ester (%)

94 93,28 dengan rasio 5:1 justru menurunkan


persentase konversi metil ester menjadi
93
89,20%. Penurunan persentase konversi
92 metil ester ini dikarenakan menurunnya luas
91 permukaan spesifik katalis dengan rasio 5:1
0 1 2 3 4 5 tersebut. Hal ini dapat terjadi karena pada
Waktu (jam) konsentrasi Sn yang relatif tinggi terjadi
kompetisi antar partikel yang satu dengan
Gambar 5. Konversi metil ester dengan
yang lain, untuk dapat berdifusi ke dalam
variasi waktu reaksi
pori zeolit. Keadaan yang saling
berdesakan ini akan menghalangi mulut
Gambar 5 menunjukkan bahwa waktu pori.
reaksi yang menghasilkan metil ester paling
optimum adalah 4 jam dengan persen Karakterisasi Metil Ester
konversi metil ester sebesar 96,00%. Hal ini
Berdasarkan hasil analisa GC-MS
terbukti dengan penambahan waktu reaksi
dapat diketahui bahwa produk esterifikasi
menjadi 5 jam hanya menghasilkan
dengan katalis Sn/zeolit menghasilkan 34
persentase konversi metil ester sebesar
puncak dengan konversi metil ester sebesar
94,67%. Reaksi esterifikasi yang
96,12%, dan senyawa ester yang paling
berlangsung merupakan reaksi reversibel
dominan adalah metil elaidat (35,80%),
sehingga waktu reaksi yang lama dapat
metil palmitat (32,22%), dan metil stearat
menyebabkan produk yang telah terbentuk
(11,09%).
berubah kembali menjadi reaktan. Apabila
sudah terjadi kesetimbangan, reaksi
tersebut akan bergeser ke kiri dan akan
memperkecil produk yang diperoleh.

64
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 58-66 ISSN 2303-1077

yang belum terkonversi menjadi metil ester.


Uji kelarutan metil ester hasil reaksi
esterifikasi asam lemak dari limbah minyak
kelapa sawit dengan menggunkaan katalis
Sn/zeolit terhadap beberapa pelarut polar
dan nonpolar menunjukkan bahwa metil
ester hasil reaksi esterifikasi bersifat
nonpolar. Metil ester bersifat nonpolar
dikarenakan kepolaran gugus esternya
Gambar 7. Kromatogram GC produk reaksi
esterifikasi dengan katalis tertutupi oleh panjangnya rantai karbon
Sn/zeolit yang bersifat nonpolar.
Simpulan
Kualitas metil ester yang diperoleh Katalis Sn/zeolit didominasi oleh
dalam reaksi esterifikasi ditentukan dengan modernit dan kuarsa, dengan adanya situs
mengkarakterisasi sifat fisiknya yang asam Bronsted dan situs asam Lewis,
meliputi indeks bias, kerapatan, viskositas, dengan keasaman total tertinggi 0,54
dan kelarutan. Hasil karakterisasi produk mmol/g pada katalis Sn/zeolit 4:1. waktu
metil ester hasil esterifikasi asam lemak dari optimum pada reaksi esterifikasi asam
limbah minyak kelapa sawit ditunjukan lemak limbah minyak kelapa sawit adalah
dalam tabel 9. pada waktu reaksi 4 jam menghasilkan
konversi metil ester sebesar 96,00% yang
Tabel 9. Karakteristik Fisik Produk Metil dapat dicapai dengan katalis Sn/zeolit
Ester dengan Katalis Sn/Zeolit dengan rasio 4:1. Spektrum GC-MS
Standar Produk terhadap produk reaksi esterifikasi asam
Karakteristik lemak dari limbah minyak kelapa sawit
Metil Ester Metil Ester
Indeks Bias (29,6°C) 1,435 - 1,450 1,45 dengan katalis Sn/zeolit menunjukkan
Kerapatan 25°C (g/mL) 0,850 - 0,890 0,88 senyawa metil ester yang dominan adalah
Viskositas 25°C Cst 2,3-6,0 9,28
Uji Kelarutan :
metil elaidat (35,80%), metil palmitat
Air - Tidak Larut (32,22%), dan metil sterat (11,09%).
Larut
Metanol -
sebagian DAFTAR PUSTAKA
Etanol - Larut
Etil Asetat - Larut Adhitiyawarman, 2007, Sintesis Metil Ester
Aseton - Larut Minyak Biji Kemandah (Croton tiglium
Metilen Klorida - Larut L.), Universitas Tanjungpura, Fakultas
n-heksana - Larut
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Pontianak, (Skripsi).
Pengukuran terhadap beberapa sifat Advant, R., 2010, Esterifikasi Asam Lemak
fisik tersebut memberikan hasil bahwa dari Sludge Oil Kelapa Sawit
indeks bias dan kerapatan senyawa metil Menggunakan Katalis Tawas,
ester yang dihasilkan dalam penelitian ini Fakultas Matematika dan Ilmu
telah memenuhi nilai standar. Sedangkan Pengetahuan Alam, Universitas
hasil pengukuran viskositas memberikan Tanjungpura, Pontianak (Skripsi).
hasil yang berbeda dari standar yang Astar, I., 2011, Esterifikasi Asam Lemak
ditetapkan. Metil ester hasil reaksi dalam Lumpur Minyak Kelapa Sawit
esterifikasi asam lemak dari limbah minyak dengan Metanol dan Katalis Kaolinit
kelapa sawit dengan katalis Sn/zeolit Terimpregnasi AlCl3, Fakultas
memiliki nilai viskositas yang lebih besar Matematika dan Ilmu Pengetahuan
yaitu 9,28 cSt dibandingkan dengan standar Alam, Universitas Tanjungpura,
biodiesel yang ditetapkan (2,3-6,0 cSt). Pontianak (Skripsi).
Viskositas merupakan ukuran dari tahanan Cardoso, A.L., Neves, S.C.G., dan Silva,
aliran suatu fluida yang mengalir dan M.J.D., 2008, Esterification of Oleic
merupakan salah satu ukuran kualitas Acid for Biodiesel Production
bahan bakar yang penting serta bergantung Catalyzed by SnCl2: A Kinetic
pada kepada temperatur. Viskositas yang Investigation, Energies, Volume 1 :
tinggi ini disebabkan adanya asam lemak 79-92.
dan komponen minyak seperti trigliserida

65
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 58-66 ISSN 2303-1077

Casas, A., Ramos, M.J., Rodriguez, J.F., Khabib, I., 2013, Studi Deaktivasi dan
dan Perez, A., 2012, Tin Compounds Regenerasi Katalis Ni/Za pada Reaksi
as Lewis Acid Catalysts for Perengkahan Polipropilena,
Esterification and Transesterification Universitas Negeri Semarang,
of Acid Vegetable Oils, Fuel Proc. Fakultas Matematika dan Ilmu
Tech., Volume 106 : 321–325. Pengetahuan Alam, Semarang,
Choo, Y.M., dan Basiron, Y.,1987, (Skripsi).
Production of Palm Oil Metil Esters Kusuma, I, R., Hadinoto, P, J., Ayucitra, A.,
dan its Use as Diesel Subtitute, Palm dan Ismadji, S., 2011, Pemanfaatan
Oil Research Institute of Malaysia Zeolit Alam sebagai Katalis Murah
(PORIM). dalam Proses Pembuatan Biodiesel
Chung, K.W., Chang, D.R., dan Park, B.G., dari Minyak Kelapa Sawit, Di dalam:
2008, Removal of Fatty Acid in Waste Ismadji (ed), Prosiding Seminar
Frying Oil by Esterification with Nasional Fundamental dan Aplikasi
Methanol on Zeolite Catalysts, J. Teknik Kimia 2011, Institut Teknologi
Bioresource Technology, 99 : 7438- Sepuluh November, Surabaya.
7443. Rianto, L.B; Amalia, S dan Khalifah., S.N.,
Corma, A., Nemeth, L.T., Renz, M., dan 2012, Pengaruh Impregnasi Logam
Valencia, S., 2001, Sn-Zeolite Beta as Titanium pada Zeolit Alam Malang
a Heterogeneous Chemoselective terhadap Luas Permukaan Zeolit,
Catalyst for Baeyer–Villiger Alchemy, Volume 2(1):58-67.
Oxidations, Nature, Volume 412 : 423- Tadeus, A., Silalahi, I.H., Sayekti, E., dan
425. Sianipar, A., 2013, Karakterisasi
Csicsery. 1986. Catalysis by Shape Katalis Zeolit-Ni Regenerasi dan
Selective Zeolites Science and Tanpa Regenerasi dalam Reaksi
Technology. J Pure and Appl. Chem, Perengkahan Katalitik, JKK, Volume 2
Volume 58 (6) : 841-856. (1) : 24-29.
Devitria, R., Nurhayati, Anita, S., 2013, Togar, Y.M., 2012, Preparasi Katalis
Sintesis Biodiesel dengan Katalis Praseodimium Oksida/Zeolit
Heterogen Lempung Cengar yang Klipnotilolit Aktif untuk Meningkatkan
Diaktivasi dengan NaOH: Pengaruh Bilangan Oktana pada Gasolin,
Waktu Reaksi dan Rasio Molar Universitas Indonesia, Fakultas
Minyak:Metanol, J. Ind. Che. Acta, Teknik, Depok (Skripsi).
Volume 3 (2) : 39-44. Usman, T., Ariani, L., Rahmalia, W., dan
Fogler, H.S., 2006, Elements of Chemical Advant, R., 2009, Esterifikasi Asam
Reaction Engineering, Ed ke-4, Lemak dari Limbah Kelapa Sawit
Pearson Education International, (Sludge Oil) Menggunakan Katalis
United State of America. Tawas, Indo. J. Chem, 9 (3), 474 –
Handoko, D.S.P., 2002, Preparasi Katalis 478.
Cr/Zeolit Melalui Modifikasi Zeolit Viswanathan, B. dan A.V. Ramaswamy,
Alam, J. Ilmu Dasar, Volume 3 (1):15- 2007, Selection Of Heterogeneous
23. Catalysts For Trans-Esterification
Hikmah, M.N. dan Zuliyana, 2010, Reaction, Indian Institute Of
Pembuatan Metil Ester (Biodiesel) dari Technology, Madras, Chennai 600-
Minyak Dedak dan Metanol dengan 036.
Proses Esterifikasi dan Zavoianu, R., Urda, A., Cruceanu, A., dan
Transesterifikasi. Universitas Angelescu, E., 2002, Effect of the
Diponegoro, Fakultas Teknik, Modification with Sn, Zr, and Ce on
Semarang (Skripsi). the Physico-Chemical and Catalytic
Kesuma, R.F; Sitorus, B dan Performances of H-ZSM-5 Zeolite,
Adhitiyawarman, 2013, Karakterisasi Analele Universitatii din Bucuresti,
Pori Adsorben Berbahan Baku Kaolin Volume 1-2 : 325–332.
Capkala dan Zeolit Dealuminasi,
Jurnal Kimia Khatulistiwa, Hal: 19-23.

66

Anda mungkin juga menyukai