Cara paling mudah membuat bioetanol adalah dengan bahan yang banyak
mengandung gula, contohnya adalah tetes tebu atau molases. Tetes tebu merupakan
produk samping dari pabrik tebu yang memiliki kadar gula sangat tinggi (>50%). Pembuatan
bioetanol dari tetes tebu hanya melewati dua tahap utama saja.
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol dari tetes/molasses antara lain
adalah:
1. tetes tebu/molasses (kadar gula 50%)
2. urea
3. NPK
4. Fermipan (ragi roti)
5. Air
Kadar gula dalam tetes tebu terlalu tinggi untuk proses fermentasi, oleh karena itu perlu
diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan kurang lebih adalah 14 %. Misal:
larutkan 28 kg (atau 22.5 liter) molasses dengan 72 liter air. Aduk hingga tercampur merata.
Volume airnya kurang lebih 94.5 L. Masukkan ke dalam fermentor.
Catatan: jika kandungan gula dalam tetes kurang dari 50%, penambahan air harus disesuaikan
dengan kadar gula awalnya. Yang penting adalah kadar gula akhirnya kurang lebih 14%.
Urea dan NPK berfungsi sebagai nutrisi ragi. Kebutuhan hara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Urea sebanyak 0.5% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
b. NPK sebanyak 0.1% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.
Untuk contoh di atas, kebutuhan urea adalah sebanyak 70 gr dan NPK sebanyak 14 gr. Gerus
urea dan NPK ini sampai halus, kemudian ditambahkan ke dalam larutan molasses dan
diaduk.
3. Penambahan Ragi
Bahan aktif ragi roti adalah khamir Saccharomyces cereviseae yang dapat memfermentasi
gula menjadi etanol. Ragi roti mudah dibeli di toko-toko bahan-bahan kue atau di
supermarket. Sebaiknya tidak menggunakan ragi tape, karena ragi tape terdiri dari beberapa
mikroba. Kebutuhan ragi roti adalah sebanyak 0.2% dari kadar gula dalam larutan molasses.
Untuk contoh di atas kebutuhan raginya adalah sebanyak 28 gr.
Ragi roti diberi air hangat-hangat kuku secukupnya. Kemudian diaduk-aduk perlahan hingga
tempak sedikit berbusa. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam fermentor. Fermentor ditutup
rapat.
4. Fermentasi
Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua bahan dimasukkan ke dalam
fermentor. Kalau anda menggunakan fermentor yang tembus padang (dari kaca misalnya),
maka akan tampak gelembung-gelembung udara kecil-kecil dari dalam fermentor.
Gelembung-gelembung udara ini adalah gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi.
Kadang-kadang terdengar suara gemuruh selama proses fermentasi ini. Selama proses
fermentasi ini usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC dan pH nya dipertahankan 4.5 5.
Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira 2.5 hari. Salah satu
tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya gelembung-gelembung
udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi kurang lebih 7% 10 %.
Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator atau
boiler. Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79 81oC. Pada suhu ini
etanol sudah menguap, tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol
akan keluar dari pipa pengeluaran distilator. Distilasi pertama, biasanya kadar etanol masih di
bawah 95%. Apabila kadar etanol masih di bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi (reflux)
hingga kadar etanolnya 95%.
Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk
menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor
pada etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih
99.5%.
Jika anda kesulitasn mendapatkan tetes/molasses, bioetanol dapat juga dibuat dengan
menggunakan gula pasir. Prosedur umumnya sama seperti yang sudah dijelaskan di atas,
hanya mengganti tetes dengan gula pasir. Yang perlu diperhatikan adalah kadar gulanya
kurang lebih 14%. Jadi untuk setiap 1 kg gula pasir dapat ditambahkan kurang lebih 7.1 liter
air.
Metode ini hanya berlaku bagi etanol. Alkohol selain etanol tidak bisa dibuat dengan cara ini.
Proses
Bahan baku untuk proses ini sangat bervariasi, tapi biasanya adalah beberapa bentuk material
tanaman yang mengandung pati (starch) seperti jagung, gandum, beras atau kentang.
Pati (Starch) merupakan sebuah karbohidrat kompleks, dan karbohidrat yang lain juga bisa
digunakan misalnya, sukrosa (gula) biasanya digunakan untuk membuat etanol. Dalam
skala industri, sukrosa tidak mungkin bisa digunakan sebagai bahan baku. Penghalusan
glukosa memerlukan waktu yang lama jika hanya untuk digunakan dalam fermentasi. Meski
demikian tidak ada salahnya untuk menjadikan gula tebu asli sebagai bahan baku dalam
proses fermentasi.
Tahap pertama dalam proses fermentasi adalah penguraian karbohidrat kompleks menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana.
Sebagai contoh, jika bahan baku yang digunakanan adalah pati dalam biji-bijian seperti
gandum atau beras, maka bahan baku ini dipanaskan dengan air panas untuk mengekstrak
pati dan selanjutnya dipanaskan dengan malat. Malat adalah beras berkecambah yang
mengandung enzim yang dapat menguraikan pati menjadi karbohidrat yang lebih sederhana,
yang disebut sebagai maltosa, C12H22O11.
Maltosa memiliki rumus molekul yang sama seperti sukrosa tetapi mengandung dua unit
glukosa yang saling mengikat, sedangkan sukrosa mengandung satu unit glukosa dan satu
unit fruktosa.
Ragi kemudian dimasukkan dan campuran dibiarkan hangat (sekitar 35C) selama
beberapa hari sampai fermentasi berlangsung sempurna. Udara tidak dibiarkan masuk
ke dalam campuran untuk mencegah terjadinya oksidasi etanol yang dihasilkan
menjadi asam etanoat (asam cuka).
Secara teori, 4% air yang terakhir tersisa tidak bisa dihilangkan dengan metode
distilasi fraksional.
Kondisi- Menggunakan suhu dan tekanan udara yang Menggunakan suhu dan
kondisi reaksi sedang. tekanan tinggi, sehingga
memerlukan banyak input
energi.
PENGERTIAN ETHANOL
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja, adalah
sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan alkohol
yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat
psikoaktif dan dapat ditemukan pada minuman beralkohol dan termometer modern. Etanol
adalah salah satu obat rekreasi yang paling tua.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus
empiris C2H6O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering disingkat
menjadi EtOH, dengan Et merupakan singkatan dari gugus etil (C2H5).
Fermentasi gula menjadi etanol merupakan salah satu reaksi organik paling awal yang pernah
dilakukan manusia. Efek dari konsumsi etanol yang memabukkan juga telah diketahui sejak
dulu. Pada zaman modern, etanol yang ditujukan untuk kegunaan industri dihasilkan dari
produk sampingan pengilangan minyak bumi.[1]
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan untuk
konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan,
dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok
umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan
sebagai bahan bakar.
GUDANG ETHANOL
JENIS_JENIS ETHANOL
Sebagai:
Sebagai:
Essence
Bahan Obat
Bahan Cosmetics
Pelarut Parfum
Minuman
Analysis
Laboratorium
Klinik
Farmasi
Antiseptik
Disinfektan
dll
Bioetanol (BioAlcohol)
Bioetanol bahan bakar alternatif yang akan menguasai pasaran Bahan Bakar
Minyak nasional indonesia Bioethanol adalah bahan bakar minyak hasil
rekayasa biomassa atau tanaman melalui proses enzymatic dan fermentasi
dengan bahan baku dari tanaman tertentu seperti dari singkong, nira aren,
molase atau tetes tebu, kelapa sawit, sagu, rumput dan jerami.
Sejarah fermentasi adalah Lois Pasteur orang pertama yang menemukan dan
memperkenalkan metode fermentasi, dia membuka cakrawala baru dalam
memproduksi senyawa kimia dengan bantuan mikro organisme. Sehingga kita
tidak perlu lelah untuk melakukan sintetis senyawa kimia, biarkan saja
mikroorganisme yang bekerja untuk memproduksinya. Pada tahun 1815 Gay
Lussac memformulasikan konversi glukosa menjadi ethanol dan karbon
dioksida; formulanya adalah : C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
Bahan baku untuk produksi bioethanol bisa di dapat dari beragai bahan
tanaman baik yang langsung menghasilkan gula sederhana stub dan sorghum
atau yang mengahasilkan tepung seperti singkong, jagung, gandum, sagu atau
bahan baku dari rumput dan jerami. Persiapan bahan baku beragam
tergantung banyak tidaknya persedian pasokan.
Bahan baku yang menghasilkan tepung harus digilang atau diparut yang
fungsinya untuk mengekstrak gula-tepung dan selulosa harus dihancurkan
untuk memecah susunan tepungnya agar bias berinteraksi dengan air secara
baik, pemasakan tepung dikonversi menjadi gula melalui liquefaction (proses
pemecahan menjadi gula kompleks) dan sakarifikasi. Dengan penambahan
enzyme alfa amylase dan beta amylase.
Tahap liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut;
Pencampuran tepung dengan air secara merata hingga menjadi bubur -
pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kinerja enzyme - penambahan
enzyme alfa amylase dan beta amylase dengan perbandingan yang tepat
pemanasan bubur hingga kisaran 80-90 C0 diamana tepung-tepung yang
terbebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti jelly) seiring dengan
kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzyme akan bekerja memecah
struktur tepung secara kimiawi menjadi gula kompleks (dekstrin). Proses
liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses
menjadi lebih cair seperti sup.
Tahap sakarifikasi yaitu pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana
dengan pendinginan bubur sampai suhu optimum enzyme sakarifikasi bekerja
yaitu pada suhu 50-60 C.
Fermentasi
Pada tahap ini tepung telah sampai pada titik telah berubah
menjadi gula sederhana (glukosa dan fruktosa), dimana proses
selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakan pada
ragi (Yeast) agar dapat bekerja mengurai gula sederhana menjadi
ethanol.
Proses fermentasi ini akan menghasilkan ethanol dan karbon
dioksida. Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi
dan didinginkan pada suhu 27-32 C dan membutuhkan ketelitian
agar tidak terkontaminasi dengan mikroba atau mikrorganisme
lainnya.
Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan
ethanol dalam tangki 8-12% (biasa kita sebut cairan alcohol) dan
ragi akan menjadi tidak aktif karena kelebihan ethanol akan
mengakibatkan racun bagi ragi.