Anda di halaman 1dari 17

ALAT DESTILASI PUPUK CAIR

Disusun Oleh:
Alvioni Arwin 221008
Darmitasari Darmin 221023
Fasya Azzahra H. 221032
Marsela Adelia Tangka 221054

PRODI PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN


AKADEMI TEKNIK SOROWAKO
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai Negara agraris, dimana sebagian besar penduduk Indonesia
bermata pencaharian sebagai petani. Namun pada saat ini para petani dihadapkan dengan
permasalahan harga pupuk anorganik yang harganya melambung tinggi, sehingga para
petani mengalami kerugian dikarenakan biaya produksi yang terlalu tinggi. Pemberian
pupuk anorganik seperti Urea, SP-36 dan NPK yang mengandung berbagai senyawa
kimia dapat memberikan dampak negatif pada tanah jika digunakan dalam jangka waktu
yang relatif lama. Tanah menjadi cepat mengeras dan kemampuan menyimpan air
berkurang, sehingga produktivitas tanaman akan menurun dikarenakan tanah menjadi
asam (Parman, 2007). Pupuk organik secara ekonomis jauh lebih terjangkau
dibandingkan pupuk anorganik, shingga dapat mengurangi biaya produksi pertanian
(Lingga, 2007). Bertitik tolak dari hal tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan
dalam bidang pertanian adalah mengembangkan pertanian dengan sistem pertanian
organik yang prinsip pengelolaannya kembali ke alam.

Menurut Sutanto (2002), penggunaan pupuk organik cair (POC) merupakan salah satu
cara untuk mengatasi kekurangan bahan organik, karena mampu memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Selain itu dapat meningkatkan hasil baik kualitas maupun
kuantitas serta mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik. POC merupakan pupuk
organik yang berbentukcairan atau larutan yang mengandung unsur hara tertentu yang
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari
berbagai macam bahan organik yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Penggunaan
pupuk cair dapat disiramkan atau disemprotkan pada bagian tanaman. Secara kualitatif,
kandungan unsur hara yang ada dalam pupuk organik tidak dapat lebih tinggi dari pada
pupuk anorganik atau pupuk kimia. Namun beberapa penelitian menunjukan bahwa
pemberian POC pada tanaman mampu meningkatkan produksi tanaman melalui aktivasi
mikroorganisme yang terkandung didalamnya maupun yang ada di lingkungan.

Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan POC adalah batang pisang.
Batang pisang mengandung unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga limbah yang
satu ini patut mendapat perhatian untuk dimanfaatkan sebagai bahan pupuk cair. Menurut
Suprihatin (2011) batang pisang mempunyai kandungan kimia seperti kalsium 16%,
kalium 23% dan fospor 32%. Ketersediaan batang pisang sangat melimpah karena petani
pada umumnya hanya membiarkan batang pisang tersebut hingga membusuk begitu
saja,setelah memanen buahnya.

Luwu Timur merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki
potensi pertanian yang besar. Salah satu jenis pupuk yang umum digunakan oleh petani di
wilayah ini adalah pupuk cair. Namun, produksi pupuk cair sendiri dapat menjadi
masalah karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan
baik. Oleh karena itu, dibutuhkan alat destilasi pupuk cair yang dapat memproses limbah
pupuk cair menjadi produk yang lebih aman untuk lingkungan.

1.2 Perumusan masalah


1. Bagaimana merancang dan membuat Alat Destilasi pupuk cair?
2. Bagaimana merancang alat destilasi pupuk cair untuk mendapatkan pupuk hayati
dengan efisiensi dan tingkat produksi yang tinggi?
3. Bagaimana merancang alat destilasi pupuk cair yang dapat menghasilkan volume
besar secara cepat?
4. Bagaimana konstruksi alat destilasi pupuk cair dengan menggunakan motor listrik
maupun motor bakar sebagai penggerak utamanya?

1.3 Batasan masalah


A. Alat destilasi pupuk cair ini hanya digunakan untuk beberapa limbah khusus saja
B. Membuat alat destilasi pupuk cair yang ditujukan untuk membuat pupuk cair secara
otomatis

1.4 Tujuan penelitian


Membuat alat destilasi pupuk cair dengan limbah khusus pilihan
BAB II
REFERENSI MESIN

2.1 Mesin Produksi Asap Cair Dari Tempurung Kelapa Berbasis Teknologi Cyclone-
Redistillation

Gambar 1. Rancangan Mesin Asap Cair

Keterangan gambar:

a. Termometer Analog
b. Tabung Distilasi
c. Cyclone Separator
d. Blower hisap
e. Tabung Kondensor
f. Tabung Filtrasi

Mekanisme Sistem Kerja Mesin Pembuatan Asap Cair

Gambar 2. Mekanisme Sistem Kerja Mesin Pembuatan Asap Cair


Pengujian mesin secara fungsional yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
difokuskan kepada hasil volume asap cair yang dihasilkan yaitu meliputi volume asap cair
grade A, grade B dan grade C. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui berapa kapasitas
maksimal asap cair yang dihasilkan.

Spesifikasi Mesin :
 Penggerak : Motor Bakar
 Dimensi Mesin : 132 x 100 x 145 cm
 Kapasitas : Total asap cair 100 liter/48 Jam
 Bahan Rangka : Plat Stainless Stell

Bagian-bagian Utama Mesin :


1. Proses filtrasi asap menggunakan cyclone separator. Proses filtrasi asap
menggunakan prinsip cyclone dibantu dengan centrifugal blower dengan
memanfaatkan prinsip putaran sentrifugasi, sehingga abu dan tar pada asap hasil
pirolisis tempurung kelapa di ruang pembakaran akan dipisahkan. Asap yang
memiliki kandungan abu dan tar yang rendah ini nanti akan dilanjutkan untuk
melewati proses selanjutnya.
2. Tabung distilasi dilengkapi dengan termometer dan water level. Termometer
berfungsi untuk mengetahui suhu yang digunakan untuk menguapkan asap cair,
sedangkan water level berfungsi untuk mengetahui volume asap cair yang belum
teruapkan.
3. Tabung kondensasi dilengkapi dengan pipa stainless stell dibentuk secara spiral
sehingga memiliki luas kontak dengan air yang lebih besar agar proses kondensasi
akan lebih maksimal.
4. Tabung filtrasi dibuat dengan tabung bersekat berbahan stainless steel dengan
absorben berupa zeolit dan arang aktif. Tabung filtrasi asap cair menggunakan bahan
stainless stell yang bersifat food grade, sehingga asap cair grade A yang dihasilkan
aman untuk digunakan sebagai bahan pengawet makanan.

Kesimpulan :
Mesin pembuat asap cair dari tempurung kelapa menggunakan teknologi cyclone-
redistillation telah dibuat sesuai spesifikasi rancangan struktural dan rancangan
fungsional. Oleh karena itu, teknologi cyclone-redistillation ini memiliki potensi yang
besar untuk diterapkan pada penghasil asap cair di Indonesia khususnya di Luwu Timur
dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas asap cair dari limbah tempurung kelapa.
2.2 Alat Destilasi Pupuk Cair Berbasis Uap dan Air.

Gambar 1. Rancangan Alat Destilasi Uap dan Cair

Keterangan gambar:
1. Pemasukan uap
2. Pengeluaran kondensat
3. Pengosongan
4. Air
5. Simplisia
6. Lempeng lubang-lubang
7. Kondensor pendingin

Spesifikasi Alat Destilasi:


 Kapasitas : 7,5 – 10 Kwintal
 Tinggi : 3 Meter
 Diameter : 1,9 Meter
 Tebal : 9 mm
 Konstruksi : Besi Baja
 Tinggi saringan dari dasar tangki : 1 Meter

Prinsip kerja:
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali
kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Pada dasarnya alat destilasi dibagi menjadi dua yaitu destilasi kering dan basah. Dan
penggunaan alat destilasi pun tergantung dari siapa yang menggunakannya karena alat
destilasi itu sendiri dapat berskala laboratorium dan skala komersil.

 Cara kerja alat destilasi basah skala komersil adalah sebagai berikut:
1. Buka tutup ketel pemanas dan penyuling, masukkan air dan bahan yang akan
didestilasi, bahan harus terendam dalam air, guna menghindari
menggumpalnya bahan yangdidestilasi karena pengaruh panas. Kemudian
tutuplah ketel dan kuatkan pengunci.
2. Hubungkan ketel dengan kondensor melalui sebuah pipa
3. Hubungkan kondensor dengan alat penampung air pendingin dan usahakan
aliran air pendingin dalam kondensor berlawanan dengan aliran dari uap yang
dikondensasikan
4. Pasanglah alat penampung kondensat dan pemisah cairan destilasi
5. Nyalakan api pemanas dan jangan sampai padam
6. Akibat dari pemanasan air dalam ketel pemanas dan penyuling akan mendidih
dan bahandalam air akan menguap, jagalah air jangan sampai kurang, bila
kurang tambahlah melalui lubang penambahan air, kecilkan dulu api dan
setelah beberapa waktu baru tutuplubang dibuka dan seterusnya diisi air air
tambahan. Hal tersebut bertujuan gunamenghindari semburan air panas keluar
akibat tekanan uap
7. Uap bahan akan mengalir ke dalam kondensor, yang seterusnya akan
mengalamikondensasi dan kondensat terapung dalam alat penampung.
Kondensat selanjutnyadimasukkan dalam alat pemisah cairan destilasi
(destilat) untuk diadakan pemisahan dengan air
8. Setelah pekerjaan selesai api dipadamkan dan alat dilepaskan dari rangkaian.
Setelahdingin sisa bahan dikeluarkan dari dalam ketel pemanas dan penyuling

 Cara kerja dari alat destilasi kering skala komersil adalah sebagai berikut:
1. Bukalah tutup ketel penyulingan dan masukkan bahan yang akan didestilasi
kemudiantutup kembali dan eratkan baut-baut penguncinya
2. Hubungkan ketel penyuling dengan kondensor dan pasanglah alat penampung
kondensat pada mulut pengeluaran kondensat dari kondensor
3. Alirkan air pendingin ke kondensor jangan sampai terbalik. Aliran air
pendingin dalamkondensor harus berlawanan dengan aliran uap bahan dari
ketel penyuling ke kondensor
4. Nyalakan api pemanas dan apabila sumber panas ada di luar ketel, alirkanlah
asap panasnya ke dalam ketel, alirkanlah asap panasnya ke dalam ketel dengan
membukaoemasukkan asap panas
5. Dengan adanya asap panas yang masuk ke dalam ketel penyuling, maka bahan
yang akandidestilasi akan dipanasi dan minyak atsiri yang terkandung di
dalamnya akan menguap.Apabila sumber panas berada di luar ketel maka asap
panas yang dialirkan melalui pipake dalam ketel akan memanasi udara di
dalam ketel dan udara panas akan naik memanasi bahan yang akan didestilasi
6. Uap minyak akan dialirkan ke dalam kondensator melalui pipa penyuling,
karena adanyaair pendingin maka uap bahan akan mengalami kondensasi dan
berubahlah menjadikondensat, yang ditampung dalam alat penampung yang
selanjutnya dipisahkan dari zat-zat yang lain dalam alat pemisah.

Bagian utama mesin dan Fungsinya:


 Tangki.
Berfungsi sebagai tempat air atau uap untuk mengadakan kontak dengan bahan serta
untuk meenguapkan minyak atsiri.

 Kondensor (kolam pendingin).


Berfungsi untuk mengubah seluruh komponen uap menjadi komponen cair, baik itu
uap minyak maupun uap cair. Lalu mendinginkan uap minyak yang bercampur
dengan uap air.

 Drum (kolam pemisah).


Berfungsi untuk menampung cairan minyak dan air yang sudah didinginkan dalam
kondensor.

 Penyaring.
Berfungsi untuk menahan dan menghilangkan air yang mungkin terikut dengan
minyak. Dan juga menyaring benda-benda asing yang mungkin terikut dalam bahan,
seperti misalnya hasil reaksi antara minyak dengan bahan logam yang digunakan
dalam proses.

 Jerigen.
Berfungsi untuk penyimpanan minyak atsiri, wadah yang digunakan itu adalah wadah
yang tidak tembus cahaya. Sebab jika terjadi kontak langsung dengan cahaya matahari
akan menimbulkan reaksi kimia yang merusak komposisi zat yang terkandung.

Alternatif Fungsi Komponen:


 Alternatif tangki.
 Kontainer atau wadah plastik: digunakan sebagai alternatif tangki untuk
menyimpan cairan. Ada banyak jenis dan ukuran yang tersedia dipasaran dan
kebanyakan cukup tahan lama.
 Bak atau kolam: digunakan sebagai alternatif tangki untuk menyimpan cairan
dalam jumlah besar. Tersedia dalam berbagai ukuran dan bahan, seperti beton,
plastik, atau fiberglass.
 Reservoir bawah tanah: digunakan sebagai alternatif tangki untuk menyimpan
air yang baik. Dapat menyimpan air dalam jumlah besar dan tidak memakan
banyak ruang.
 Alternatif kondensor (kolam pendingin)
 Kondensor Udara: digunakan sebagai alternatif kondensor (kolam pendingin)
untuk mendinginkan uap refrigeran. Biasanya lebih kecil dan lebih mudah
dipasang daripada kolam pendingin.
 Kondensor Cairan: digunakan sebagai alternatif kolam pendingin untuk
mendinginkan uap refrigeran. Dapat dipasang didalam atau diluar ruangan,
tergantung pada ukuran dan kapasitasnya. Namun, memerlukan sumber air
yang stabil dan harus dijaga kebersihannya.
 Kondensor evaporatif: digunakan sebagai alternatif kolam pendingin untuk
mendinginkan uap refrigeran. Biasanya lebih efisien dan ramah lingkungan
daripada kondensor cairan, tetapi memerlukan sumber air yang lebih banyak
dan sistem pengelolaan air yang baik.
 Alternatif drum (kolam pemisah)
 Hidrosiklon: digunakan sebagai alternatif kolam pemisah untuk perbedaan
berat jenis antara cairan dan partikel. Biasanya lebih kecil dan lebih efisien
daripada drum atau kolam pemisah.
 Sistem pemisahan gravitasi: digunakan sebagai alternatif kolam pemisah untuk
perbedaan berat jenis antara cairan dan padatan. Contohnya adalah saringan
pasir berat yang digunakan untuk memisahkan pasir dan air.
 Magnet: digunakan sebagai alternatif kolam pemisah untuk memisahkan
partikel berbasis logam dari cairan. Efektif dalam memisahkan partikel yang
sangat kecil atau dalam jumlah kecil.
 Alternatif penyaring.
 Saringan mesh: digunakan sebagai alternatif penyaring untuk menyaring
cairan atau gas yang terbuat dari jaring logam atau plastik berbentuk kontak.
Tersedia dalam berbagai ukuran.
 Saringan karbon aktif: digunakan sebagai alternatif untuk menghilangkan bau
dan rasa dari air atau udara. Terbuat dari karbon yang diaktifkan dengan
proses kimia.
 Alternatif jerigen.
 Botol atau wadah kaca: digunakan sebagai alternatif jerigen untuk wadah yang
tidak tembus cahaya matahari. Dapat melindungi bahan kimia dari cahaya
matahari dan juga tahan terhadap reaksi kimia.
 Wadah logam atau kaleng: digunakan sebagai alternatif jerigen untuk
menyimpan bahan-bahan kimia yang tidak dapat terkena cahaya.

Kesimpulan:

Pada jurnal dijelaskan mengenai prosees reaktif destilasi yang merupakan proses
dimana reaktan direaksikan dan komponen-komponen hasil langsung dipisahkan. Dengan
proses reaktif destilasi dapat menghemat biaya investasi dan memperoleh kemurnian produk
yang lebih tinggi. Beberapa senyawa yang selama ini sudah diproduksi dengan proses reaktif
destilasi dan memberikan keuntungan yang cukup besar adalah Metil asetat dan Metyl Tertier
Butyl Ether (MTBE). Tujuan penelitian pada jurnal adalah untuk mengoptimasi proses
pembuatan dietil eterdari etanol teknis dan asam sulfat dengan proses reaktif distilasi secara
batch. Alat destilasi telah banyak digunakan pada perusahaan besar.
2.3 RANCANG BANGUN SISTEM PENGADUK DAN PEMBUAT PUPUK CAIR LIMBAH
KELAPA SAWIT DAN NANAS OTOMATIS DENGAN METODE AEROB, SEMI AEROB,
DAN ANAEROB

Gambar 3. RANCANG BANGUN SISTEM PENGADUK DAN PEMBUAT PUPUK CAIR LIMBAH KELAPA SAWIT DAN NANAS OTOMATIS

Bagian utama mesin:


1. Tangki Pengolahan
2. Box Sistem Kendali
a. LCD
b. Relay
c. Microcontroller
3. Pengaduk
4. Pompa udara
5. Sensor Suhu
Spesifiksi Alat Destilasi :
1. Tiga yangki pengolahan limbah nanas yang terdiri dari tangka aerob, anaerob, dan semi aerob
2. Tiga tangka pengolahan limbah kelapa sawit, yang terdiri dari aerob, anaerob, dan semi aerob
3. Setiap tangka menggunakan pengaduk yang dapat bergerak otomatis. Pengaduk terbuat dari
besi yang berbentuk tanda tambah (+) di ujung pengaduk
4. System otomatis pembuat pupuk cair dari limbah tandan kosong kelapa sawit dan limbah
rimpang nanas saling terintegrasi dan kendalilan oleh satu microcontroller
Prinsip Kerja:
1. Modul utama pengolah informasi
System kendali yang digunakan dalam proses pengadukan pada proses fermentasi,
menggunakan mikrokontroler AVR ATMega 2560 yang tersemat dalam arduino mega.
Pengontrolan pengadukan mengintegrasikan mikrokontroler dengan dinamo DC 12 volt, 2
Ampere yang dihubungkan dengan gearbox. Pengadukan dilakukan dengan putaran 30 RPM
yang dilakukan 4 kali sehari. Pengaduk dirancang sebanyak 6 unit yang ditempatkan pada
setiap tangki mulai dari perlakuan aerob, semi aerob, dan anaerob.

2. Integrasi sensor suhu dan microcontroller


Sensor yang digunakan dalam perancangan ini yaitu sensor suhu LM35 water proof. Sensor
LM35 water proof, dirancang agar mampu direndam dalam air pada jangka waktu yang
lama. Sensor ini mampu mendeteksi suhu pada range 0 OC hingga 150 OC, dengan tingkat
ketelitian 0,5 OC. Sensor ini diletakkan pada masing-masing tangki pengolahan limbah
sebanyak 6 unit sensor. Sensor diletakkan tepat di tengah media limbah. Suhu di media
limbah diukur setiap 30 menit. Data tersebut direkam ke dalam MMC secara realtime.
3. Actuator pengaduk, keran udara dan pompa udara
Sistem pengadukan dirancangan menggunakan sistem kendali menggunakan
mikrokontroler yang terintegrasi dengan aktuator. Integrasi ini digunakan untuk
mengendalikan pengadukan limbah nanas dan sirkulasi udara pada proses fermentasi. Tipe
pengadukan yang dilakukaan adalah tipe berselang (intermitten) yang dilakukan setiap pukul
06.00, 12.00, 18,00, dan 00.00.

Proses aerob dilakukan dengan membuka penutup tangki selama proses fermentasi.
Pada metode ini, udara luar diatur agar mampu masuk ke dalam tangki selama proses
penelitian.

Proses semi aerob dilakukan dengan membuat sistem aktuator keran udara dengan keran
pompa udara yang aktif setiap 4 kali setiap hari. Integrasi antar aktuator pompa udara dan
keran otomatis aktif setiap jam 07.00, 13.00, 19.00 dan 01.00 yaitu dengan selang waktu 6
jam. Dari hasil pengukuran, bahwa waktu aktivasi sistem ini membutuhkan waktu 5 menit
sehingga udara yang tersirkulasi mencapai 25 liter.

Proses anaerob dilakukan dengan menutup tangki yang digunakan selama proses
fermentasi. Pada sistem anaerob, tidak terjadi sirkulasi udara selama proses penelitian.
Proses pengadukan dilakukan setiap 6 jam yaitu pada pukul 06.00, 12.00, 18.00 dan 00.00.

4. Analisis system kendali


Aktuator pengaduk terdiri dari dinamo DC 12 V dengan arus 2 Ampere yang terpasang
dengan gearbox. Gearbox terhubung dengan pengaduk limbah melalui poros yang terbuat
dari besi secara vertikal. Kinerja yang diukur pada 1 pengaduk adalah akurasi, kecepatan
respon, dan stabilitas. Hasil analisis akurasi kinerja pengaduk berdasarkan waktu yaitu
mencapai 100 %. Terdapat beberapa kendala dalam proses pengadukan diantaranya beban
yang terlalu tinggi menyebabkan pengaduk sulit untuk berputar 360 derajat. Hal ini
disebabkan cacahan limbah yang terlalu besar, sehingga dilakukan modifikasi pengaduk.

5. Analisis kinerja pompa udara


Dari hasil analisis kinerja pompa udara berdasarkan waktu, diperoleh akurasi sistem
mencapai 100 %. Akan tetapi, berdasarkan data yang terekam, akurasi kinerja sistem kendali
berada pada 99,8 % yang disebabkan oleh padamnya listrik di lokasi penelitian. Aktuator
pompa udara mampu menghasilkan ± 1 ms untuk mengaktifkan pompa udara setiap target
waktu yang ditetapkan.

6. Analisis kinerja keran otomatis


Keran udara terintegrasi dengan pompa udara dalam mensirkulasikan udara pada perlakuan
semi aerob. Hasil analisis akurasi kinerja keran berdasarkan waktu yaitu mencapai 100 %.
Berdasarkan data yang terekam, akurasi kinerja sistem kendali berada pada 99,8 % yang
disebabkan oleh padamnya listrik di lokasi penelitian. Aktuator keran otomatis
membutuhkan waktu ± 1 ms untuk mengaktifkan membuka keran berdasarkan waktu yang
ditetapkan. Waktu yang ditetapkan adalah 07.00, 13.00, 19.00 dan 01.00.

Kesimpulan :

Dari hasil penelitian, diperoleh akurasi kinerja sistem pengaduk adalah 68 %, dengan hasil
kecepatan respon alat untuk memulai pengadukan adalah ± 1 ms. Dari berbagai kondisi pengukuran,
kondisi pengaduk stabil. Pengaduk bekerja melakukan pengadukan pada pukul 06.00, 12.00, 18.00
dan 00.00 setiap harinya. Kinerja akurasi pompa udara yaitu 99,8 % dari berbagai kondisi
pengamatan. Respon sistem untuk menyalakan pompa adalah ± 1 ms dan kondisi pompa untuk
berbagai kondisi adalah 241 stabil. Demikian juga hasil unjuk kinerja akurasi keran udara otomatis
yaitu 99,8 %. Respon sistem pengolahan pupuk cair untuk menyalakan keran otomatis adalah ± 1 ms
dan kondisi keran untuk berbagai kondisi adalah stabil. Pompa dan keran bekerja melakukan
sirkulasi pada pukul 07.00, 13.00, 19.00 dan 01.00. Sistem ini dianggap layak untuk berbagai aplikasi
pembuatan pupuk hayati lainnya karena mampu menghasilkan akurasi, respon sistem, dan tingkat
kestabilan yang baik dari berbagai pengukuran.
2.4. Perancangan Mesin Destilator Pemanfaatan Limbah Plastik Menjadi Energi Alternatif.

Keterangan gambar:

1. Dudukan Kondensor 14. Kran 2


2. Kondensor Atas 15. Cover Tengah
3. Kondensor Bawah 16. Cover Atas Kanan
4. Penutup Kondensor Atas 17. Cover Depan
5. Penutup Tabung 18. Cover Kanan
Penampung 19. Dudukan Roda
6. Pipa Penghubung 20. Dudukan Roda 2
7. Pipa Sambungan 21. Roda
8. Rangka 22. Baut
9. Tabung Penampung 23. Mur
10. Tabung Reaktor 24. Baut 2
11. Tiang Dudukan 25. Mur 2
12. Pipa Penghubung 2
13. Kran

Spesifikasi Alat Destilasi:


a. Kapasitas Kerja : 3 kg.
b. Suhu : 30°-350°C.
c. Kawat Pemanas
• Kantahal AWG 24 Panjang 10 cm.
• Daya 700 Watt
d. Dimensi : 400 x 700 x 950 cm

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah perancangan alat dibuat dengan
memiliki satu tangki sebagai tempat pemanasan plastik, dan memiliki saluran pendingin
untuk mengubah gas yang akan dihasilkan menjadi cair. Tangki reaktor berbahan besi untuk
tahan pemanasan 200-350°C. Saluran digunakan untuk menyalurkan uap panas hasil pirolisis
ke dalam filtrat dan dilakukan kondensasi. Hasil yang diharapkan dalam usulan perancangan
reaktor ini adalah bahan bakar minyak. Dari hasil perancangan kondensor sebagai media
pendingin uap plastik menjadi minyak yang telah dibuat, untuk membuktikan hasil
perancangan yang buat sesuai dengan apa yang diinginkan maka diperlukan adanya
pembuatan prototype.

2.5 Rancang Bangun Alat Fermentor Pupuk Cair (Pemanfaatan Limbah Sayuran dan
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Menjadi Pupuk Cair Dengan Menggunakan
Aktivator EM-4)

Gambar 5. Mesin Tray Dryer

Keterangan gambar :
1. Tabung fermentasi
2. Strainer
3. Tiang penyangga
4. Valve output pupuk cair
5. Tabung penampungan biogas
6. Pressure gauge
7. Sensor temperature dan box panel
8. Pompa Sirkulasi Air Pendingin
9. Penampung Air Pendingin
10. Pengaduk

Spesifikasi mesin :
a. Kapasitas : 13-15 liter dengan bahan baku 20 kg
b. Mempunyai tabung yang dilapisi mantel untuk proses pendinginan dan didalamnya
terdapat strainer dan batang pengaduk
c. Hasil pengujian kandungan kimia pupuk cair yang telah dilakukan berdasarkan
standar SNI 2803:2010, dimana pada sampel satu mendapatkan hasil kadar N sebesar
0,26 %, P sebesar 0,15 %, dan K sebesar 0,12 %, sampel dua mendapatkan hasil kadar
N sebesar 0,40 %, P sebesar 0,18 %, dan K sebesar 0,20 %, sampel ketiga
mendapatkan hasil kadar N sebesar 0,45 %, P sebesar 0,19 %, dan K sebesar 0,22 %.
d. Perhitungan laju perpindahan panas yang didapatkan permeter adalah sebesar 171,893
w, dan penurunan suhu pada saat proses pendinginan sebesar 3,04 OC.
e. Penggerak Utama : Motor Bakar

Bagian-Bagian Utama dan Funginya :


1. Tabung fermentasi berfungsi sebagai penampungan bahan baku atau tempat
terjadinya proses fermentasi.
2. Strainer berfungsi untuk memisahkan antara pupuk cair yang sudah dihasilkan dengan
sisa ampas (selulosa) dari bahan baku berupa ecengn gondok dan limbah sayur-
sayuran.
3. Batang pengaduk berfungsi untuk meratakan bahan baku selama proses fermentasi
berlangsung sehingga bahan baku dapat terfermentasi secara keseluruhan.
4. Tabung penampungan biogas berfungsi sebagai penampung gas dari hasil fermentasi.
5. Tiang penyangga berfungsi sebagai penopang semua komponen yang digunakan
6. Pompa sirkulasi air pendingin
7. Penampung air pendingin

Kesimpulan
Rancang bangun fermentorpupu cair dinyatakan berhasil karena dapat menghasilkan
pupuk cair dari limbah sayuran dan eceng gondok dengan kandungan kimia berdasarkan
standar SNI 2803:2010.

Anda mungkin juga menyukai