Disusun Oleh:
Alvioni Arwin 221008
Darmitasari Darmin 221023
Fasya Azzahra H. 221032
Marsela Adelia Tangka 221054
Menurut Sutanto (2002), penggunaan pupuk organik cair (POC) merupakan salah satu
cara untuk mengatasi kekurangan bahan organik, karena mampu memperbaiki sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah. Selain itu dapat meningkatkan hasil baik kualitas maupun
kuantitas serta mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik. POC merupakan pupuk
organik yang berbentukcairan atau larutan yang mengandung unsur hara tertentu yang
bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari
berbagai macam bahan organik yang disesuaikan dengan kondisi setempat. Penggunaan
pupuk cair dapat disiramkan atau disemprotkan pada bagian tanaman. Secara kualitatif,
kandungan unsur hara yang ada dalam pupuk organik tidak dapat lebih tinggi dari pada
pupuk anorganik atau pupuk kimia. Namun beberapa penelitian menunjukan bahwa
pemberian POC pada tanaman mampu meningkatkan produksi tanaman melalui aktivasi
mikroorganisme yang terkandung didalamnya maupun yang ada di lingkungan.
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan POC adalah batang pisang.
Batang pisang mengandung unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga limbah yang
satu ini patut mendapat perhatian untuk dimanfaatkan sebagai bahan pupuk cair. Menurut
Suprihatin (2011) batang pisang mempunyai kandungan kimia seperti kalsium 16%,
kalium 23% dan fospor 32%. Ketersediaan batang pisang sangat melimpah karena petani
pada umumnya hanya membiarkan batang pisang tersebut hingga membusuk begitu
saja,setelah memanen buahnya.
Luwu Timur merupakan salah satu Kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki
potensi pertanian yang besar. Salah satu jenis pupuk yang umum digunakan oleh petani di
wilayah ini adalah pupuk cair. Namun, produksi pupuk cair sendiri dapat menjadi
masalah karena dapat menimbulkan pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan
baik. Oleh karena itu, dibutuhkan alat destilasi pupuk cair yang dapat memproses limbah
pupuk cair menjadi produk yang lebih aman untuk lingkungan.
2.1 Mesin Produksi Asap Cair Dari Tempurung Kelapa Berbasis Teknologi Cyclone-
Redistillation
Keterangan gambar:
a. Termometer Analog
b. Tabung Distilasi
c. Cyclone Separator
d. Blower hisap
e. Tabung Kondensor
f. Tabung Filtrasi
Spesifikasi Mesin :
Penggerak : Motor Bakar
Dimensi Mesin : 132 x 100 x 145 cm
Kapasitas : Total asap cair 100 liter/48 Jam
Bahan Rangka : Plat Stainless Stell
Kesimpulan :
Mesin pembuat asap cair dari tempurung kelapa menggunakan teknologi cyclone-
redistillation telah dibuat sesuai spesifikasi rancangan struktural dan rancangan
fungsional. Oleh karena itu, teknologi cyclone-redistillation ini memiliki potensi yang
besar untuk diterapkan pada penghasil asap cair di Indonesia khususnya di Luwu Timur
dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas asap cair dari limbah tempurung kelapa.
2.2 Alat Destilasi Pupuk Cair Berbasis Uap dan Air.
Keterangan gambar:
1. Pemasukan uap
2. Pengeluaran kondensat
3. Pengosongan
4. Air
5. Simplisia
6. Lempeng lubang-lubang
7. Kondensor pendingin
Prinsip kerja:
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali
kedalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Pada dasarnya alat destilasi dibagi menjadi dua yaitu destilasi kering dan basah. Dan
penggunaan alat destilasi pun tergantung dari siapa yang menggunakannya karena alat
destilasi itu sendiri dapat berskala laboratorium dan skala komersil.
Cara kerja alat destilasi basah skala komersil adalah sebagai berikut:
1. Buka tutup ketel pemanas dan penyuling, masukkan air dan bahan yang akan
didestilasi, bahan harus terendam dalam air, guna menghindari
menggumpalnya bahan yangdidestilasi karena pengaruh panas. Kemudian
tutuplah ketel dan kuatkan pengunci.
2. Hubungkan ketel dengan kondensor melalui sebuah pipa
3. Hubungkan kondensor dengan alat penampung air pendingin dan usahakan
aliran air pendingin dalam kondensor berlawanan dengan aliran dari uap yang
dikondensasikan
4. Pasanglah alat penampung kondensat dan pemisah cairan destilasi
5. Nyalakan api pemanas dan jangan sampai padam
6. Akibat dari pemanasan air dalam ketel pemanas dan penyuling akan mendidih
dan bahandalam air akan menguap, jagalah air jangan sampai kurang, bila
kurang tambahlah melalui lubang penambahan air, kecilkan dulu api dan
setelah beberapa waktu baru tutuplubang dibuka dan seterusnya diisi air air
tambahan. Hal tersebut bertujuan gunamenghindari semburan air panas keluar
akibat tekanan uap
7. Uap bahan akan mengalir ke dalam kondensor, yang seterusnya akan
mengalamikondensasi dan kondensat terapung dalam alat penampung.
Kondensat selanjutnyadimasukkan dalam alat pemisah cairan destilasi
(destilat) untuk diadakan pemisahan dengan air
8. Setelah pekerjaan selesai api dipadamkan dan alat dilepaskan dari rangkaian.
Setelahdingin sisa bahan dikeluarkan dari dalam ketel pemanas dan penyuling
Cara kerja dari alat destilasi kering skala komersil adalah sebagai berikut:
1. Bukalah tutup ketel penyulingan dan masukkan bahan yang akan didestilasi
kemudiantutup kembali dan eratkan baut-baut penguncinya
2. Hubungkan ketel penyuling dengan kondensor dan pasanglah alat penampung
kondensat pada mulut pengeluaran kondensat dari kondensor
3. Alirkan air pendingin ke kondensor jangan sampai terbalik. Aliran air
pendingin dalamkondensor harus berlawanan dengan aliran uap bahan dari
ketel penyuling ke kondensor
4. Nyalakan api pemanas dan apabila sumber panas ada di luar ketel, alirkanlah
asap panasnya ke dalam ketel, alirkanlah asap panasnya ke dalam ketel dengan
membukaoemasukkan asap panas
5. Dengan adanya asap panas yang masuk ke dalam ketel penyuling, maka bahan
yang akandidestilasi akan dipanasi dan minyak atsiri yang terkandung di
dalamnya akan menguap.Apabila sumber panas berada di luar ketel maka asap
panas yang dialirkan melalui pipake dalam ketel akan memanasi udara di
dalam ketel dan udara panas akan naik memanasi bahan yang akan didestilasi
6. Uap minyak akan dialirkan ke dalam kondensator melalui pipa penyuling,
karena adanyaair pendingin maka uap bahan akan mengalami kondensasi dan
berubahlah menjadikondensat, yang ditampung dalam alat penampung yang
selanjutnya dipisahkan dari zat-zat yang lain dalam alat pemisah.
Penyaring.
Berfungsi untuk menahan dan menghilangkan air yang mungkin terikut dengan
minyak. Dan juga menyaring benda-benda asing yang mungkin terikut dalam bahan,
seperti misalnya hasil reaksi antara minyak dengan bahan logam yang digunakan
dalam proses.
Jerigen.
Berfungsi untuk penyimpanan minyak atsiri, wadah yang digunakan itu adalah wadah
yang tidak tembus cahaya. Sebab jika terjadi kontak langsung dengan cahaya matahari
akan menimbulkan reaksi kimia yang merusak komposisi zat yang terkandung.
Kesimpulan:
Pada jurnal dijelaskan mengenai prosees reaktif destilasi yang merupakan proses
dimana reaktan direaksikan dan komponen-komponen hasil langsung dipisahkan. Dengan
proses reaktif destilasi dapat menghemat biaya investasi dan memperoleh kemurnian produk
yang lebih tinggi. Beberapa senyawa yang selama ini sudah diproduksi dengan proses reaktif
destilasi dan memberikan keuntungan yang cukup besar adalah Metil asetat dan Metyl Tertier
Butyl Ether (MTBE). Tujuan penelitian pada jurnal adalah untuk mengoptimasi proses
pembuatan dietil eterdari etanol teknis dan asam sulfat dengan proses reaktif distilasi secara
batch. Alat destilasi telah banyak digunakan pada perusahaan besar.
2.3 RANCANG BANGUN SISTEM PENGADUK DAN PEMBUAT PUPUK CAIR LIMBAH
KELAPA SAWIT DAN NANAS OTOMATIS DENGAN METODE AEROB, SEMI AEROB,
DAN ANAEROB
Gambar 3. RANCANG BANGUN SISTEM PENGADUK DAN PEMBUAT PUPUK CAIR LIMBAH KELAPA SAWIT DAN NANAS OTOMATIS
Proses aerob dilakukan dengan membuka penutup tangki selama proses fermentasi.
Pada metode ini, udara luar diatur agar mampu masuk ke dalam tangki selama proses
penelitian.
Proses semi aerob dilakukan dengan membuat sistem aktuator keran udara dengan keran
pompa udara yang aktif setiap 4 kali setiap hari. Integrasi antar aktuator pompa udara dan
keran otomatis aktif setiap jam 07.00, 13.00, 19.00 dan 01.00 yaitu dengan selang waktu 6
jam. Dari hasil pengukuran, bahwa waktu aktivasi sistem ini membutuhkan waktu 5 menit
sehingga udara yang tersirkulasi mencapai 25 liter.
Proses anaerob dilakukan dengan menutup tangki yang digunakan selama proses
fermentasi. Pada sistem anaerob, tidak terjadi sirkulasi udara selama proses penelitian.
Proses pengadukan dilakukan setiap 6 jam yaitu pada pukul 06.00, 12.00, 18.00 dan 00.00.
Kesimpulan :
Dari hasil penelitian, diperoleh akurasi kinerja sistem pengaduk adalah 68 %, dengan hasil
kecepatan respon alat untuk memulai pengadukan adalah ± 1 ms. Dari berbagai kondisi pengukuran,
kondisi pengaduk stabil. Pengaduk bekerja melakukan pengadukan pada pukul 06.00, 12.00, 18.00
dan 00.00 setiap harinya. Kinerja akurasi pompa udara yaitu 99,8 % dari berbagai kondisi
pengamatan. Respon sistem untuk menyalakan pompa adalah ± 1 ms dan kondisi pompa untuk
berbagai kondisi adalah 241 stabil. Demikian juga hasil unjuk kinerja akurasi keran udara otomatis
yaitu 99,8 %. Respon sistem pengolahan pupuk cair untuk menyalakan keran otomatis adalah ± 1 ms
dan kondisi keran untuk berbagai kondisi adalah stabil. Pompa dan keran bekerja melakukan
sirkulasi pada pukul 07.00, 13.00, 19.00 dan 01.00. Sistem ini dianggap layak untuk berbagai aplikasi
pembuatan pupuk hayati lainnya karena mampu menghasilkan akurasi, respon sistem, dan tingkat
kestabilan yang baik dari berbagai pengukuran.
2.4. Perancangan Mesin Destilator Pemanfaatan Limbah Plastik Menjadi Energi Alternatif.
Keterangan gambar:
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah perancangan alat dibuat dengan
memiliki satu tangki sebagai tempat pemanasan plastik, dan memiliki saluran pendingin
untuk mengubah gas yang akan dihasilkan menjadi cair. Tangki reaktor berbahan besi untuk
tahan pemanasan 200-350°C. Saluran digunakan untuk menyalurkan uap panas hasil pirolisis
ke dalam filtrat dan dilakukan kondensasi. Hasil yang diharapkan dalam usulan perancangan
reaktor ini adalah bahan bakar minyak. Dari hasil perancangan kondensor sebagai media
pendingin uap plastik menjadi minyak yang telah dibuat, untuk membuktikan hasil
perancangan yang buat sesuai dengan apa yang diinginkan maka diperlukan adanya
pembuatan prototype.
2.5 Rancang Bangun Alat Fermentor Pupuk Cair (Pemanfaatan Limbah Sayuran dan
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Menjadi Pupuk Cair Dengan Menggunakan
Aktivator EM-4)
Keterangan gambar :
1. Tabung fermentasi
2. Strainer
3. Tiang penyangga
4. Valve output pupuk cair
5. Tabung penampungan biogas
6. Pressure gauge
7. Sensor temperature dan box panel
8. Pompa Sirkulasi Air Pendingin
9. Penampung Air Pendingin
10. Pengaduk
Spesifikasi mesin :
a. Kapasitas : 13-15 liter dengan bahan baku 20 kg
b. Mempunyai tabung yang dilapisi mantel untuk proses pendinginan dan didalamnya
terdapat strainer dan batang pengaduk
c. Hasil pengujian kandungan kimia pupuk cair yang telah dilakukan berdasarkan
standar SNI 2803:2010, dimana pada sampel satu mendapatkan hasil kadar N sebesar
0,26 %, P sebesar 0,15 %, dan K sebesar 0,12 %, sampel dua mendapatkan hasil kadar
N sebesar 0,40 %, P sebesar 0,18 %, dan K sebesar 0,20 %, sampel ketiga
mendapatkan hasil kadar N sebesar 0,45 %, P sebesar 0,19 %, dan K sebesar 0,22 %.
d. Perhitungan laju perpindahan panas yang didapatkan permeter adalah sebesar 171,893
w, dan penurunan suhu pada saat proses pendinginan sebesar 3,04 OC.
e. Penggerak Utama : Motor Bakar
Kesimpulan
Rancang bangun fermentorpupu cair dinyatakan berhasil karena dapat menghasilkan
pupuk cair dari limbah sayuran dan eceng gondok dengan kandungan kimia berdasarkan
standar SNI 2803:2010.