Anda di halaman 1dari 113

PENGAWASAN

K3 PESAWAT UAP

SASONGKO YUNIANTO, S.ST


SISTEMATIKA
I. Latar Belakang pengawasan K3 Pesawat Uap.
II. Dasar Hukum pengawasan K3 Pesawat Uap.
III. Beberapa Pengertian perihal Pes.Uap
IV. Pengetahuan dasar Pesawat Uap
V. Potensi Bahaya pada Pesawat Uap
VI. Ruang lingkup pengawasan K3 Pesawat Uap
VII.Tata Cara sertifikasi Alat
VIII.Tata cara sertifikasi Personil
 
I.LATAR BELAKANG

1. Penemuan Mesin Uap


2. Revolusi Industri Thn. 1825
3. Pemanfaatan Pesawat Uap saat ini
4. Potensi bahaya
JAMES WATT
19 Januari 1736 - 25 Agustus 1819
II. DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-Undang Uap 1930
3. Peraturan Uap 1930
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja :
a). No. Per.01/Men/1982, Tentang Bejana Tekan
b). No. Per.02/Men/1982, Tentang Kwalifikasi Juru Las Di Tempat Kerja
c). No. Per.01/Men/1988, Tentang Kwalifikasi dan Syarat-syarat Operator Pesawat Uap

5. Keputusan / Edaran Dirjen


6. Standar Nasional dan Internasional yang diterima di Indonesia
III. PENGERTIAN
PESAWAT UAP :
Ketel uap dan alat-alat lainnya yang dengan
Peraturan Pemerintah ditetapkan demikian,
langsung atau tidak langsung berhubungan (atau
tersambung) dengan suatu ketel uap dan
diperuntukan bekerja dengan tekanan yang lebih
besar (tinggi) daripada tekanan udara
KETEL UAP :
Suatu pesawat, dibuat guna menghasilkan uap atau
stoom yang dipergunakan di luar pesawatnya
KETEL UAP /BOILER/
STEAM GENERATOR

PESAWAT UAP
PESAWAT UAP SELAIN
KETEL UAP
PESAWAT UAP SELAIN KETEL UAP
1. Pemanas air ( Ekonomiser )
Fungsi : memanaskan air umpan yg akan di suply kedalam Boiler, dg
pemanasan dari hawa pembakaran.

 2. Pengering uap ( Superheater)


Fungsi : memanaskan uap jenuh menjadi uap kering dg
cara pemanasan dengan hawa pembakaran.
 
3. Bejana Uap
Fungsi : Menampung uap yang berasal dari Boiler atau dari Bejana
Uap lainnya

4.  Penguap-Penguap (Sulingan)
Fungsi : untuk menguapkan suatu Cairan dengan cara pemanasan dg
Uap dimana uap tsb berada dalam Pipa-pipa spiral.
IV. PENGETAHUAN TENTANG KETEL UAP

Fungsi Ketel Uap :


Menghasilan uap dan uap itu
Dipakai Diluar pesawatnya.
PEMANFATAN PESAWAT UAP
1. Pabrik Pulp, Pabrik gula, pabrik CPO,
Pengolahan minyak bumi .
2. Pabrik minyak makan, pabrik ban,
pabrik plastik, pertambangan minyak bumi,
pabrik makanan/minuman, pabrik plastik dll.
3. Hotel, rumah sakit, dll.
4. PLTU –PLN,
MESIN UAP
CARA KERJA MESIN UAP
CARA KERJA MESIN UAP LOKOMOTIF
JENIS KETEL UAP

1. Menurut Working Pressure


KUALITAS / STANDAR BAHAN
a. Wp < 0,5 Kg/cm2
SAFETY DIVICES
b. Wp > 0,5 Kg/cm2

2. Menurut konstruksinya
a. Ketel Uap Tetap (stationary boiler)
AKTE IJIN
b. Ketel Uap Berpindah ( packeged boiler)
3. Menurut kapasitasnya
OPERATOR KELAS I
a. Ketel Uap dengan Qk > 10 T/jam
b. Ketel Uap dengan Qk < 10 T/jam OPERATOR KELAS II

4. Menurut Tempat Pemakaian


1 th sekali
a. Ketel Uap di Laut
b. Ketel Uap di Darat 2 th sekali

c. Ketel Uap Lokomotif 3 th sekali

4 th sekali
Pesawat Uap selain Boiler
5. Berdasarkan posisi gas panas atau
air yang dipanaskan :
a. Ketel pipa api ( fire tube boiler)
b. Ketel pipa air ( water tube boiler )
a. Ketel Pipa api ( Fire tube boiler )
 Pada ketel pipa api, gas panas melewati pipa-pipa dan
air umpan ketel ada di dalam shell untuk dirubah
menjadi steam.
 Ketel pipa api biasanya digunakan untuk kapasitas steam
sampai 14.000 kg/jam dengan tekanan 18 kg/cm2.
 Ketel pipa api dapat menggunakan bahan bakar  minyak
bakar, gas atau bahan bakar padat dalam operasinya.
 Untuk alasan ekonomis, sebagian besar ketel pipa api
dikontruksi sebagai “package boiler” ( dirakit pabrik )
untuk semua bahan bakar.
b. Ketel pipa air ( water tube boiler )
 Pada ketel pipa air, air diumpankan boiler melalui pipa-pipa
masuk kedalam drum.
 Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakaran
membentuk steam pada daerah uap dalam drum.
 Ketel ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam
sangat tinggi seperti pada kasus ketel untuk pembangkit
tenaga.
 Ketel yang modern dirancang  dengan kapasitas steam antar
4.500 – 12.000 ton/jam, dengan tekanan sangat tinggi.
 Banyak ketel pipa air yang dikontruksikan secara package jika
digunankan bahan bakar minyak bakar dan gas.
untuk ketel pipa air yang menggunakan bahan bakar padat,
tidak umum dirancang secara package.
6. Berdasar Bahan bakar
a. Bahan bakar padat ;
kayu, serabut & cangkang sawit, batu bara, bagase
 
b. Bahan bakar cair ;
Solar, residu , Coal oil
 
c. Bahan bakar gas
LPG, LNG
 
d. Nuclear
ALAT PERLENGKAPAN PESAWAT UAP
DAN FUNGSINYA
1. Apendages Ketel Uap tekanan Rendah :
a. Gelas pedoman air ( Water lavel glass ).
Fungsi : Untuk mengetahui tinggi Permukaan air dalam Boiler.
 
b. Pompa air ( Feed Water Pump)
Fungsi : Untuk mensuply air ke dalam boiler.
 
 c. Pipa pengaman H = 5 m, d = 50 mm
Fungsi : Membuang uap secara otomatis manakala tekanan uap
dalam Boiler telah mencapai 0,5 Kg/Cm2.
 
d. Kerangan pembuang
Fungsi : Untuk membuang partikel/ umpur dalam air Boiler pada saat
Boiler beroperasi.
 
e. Pelat nama
Fungsi : sebagai identifikasi data Teknis Boiler ybs, isi data minimal
harus tertulis :
–Nama Pabrik pembuat.
–Kota/Negara pembuatan
–Tahun pembuatan
–Tekanan kerja
–Nomor serie
2. Apendages Ketel Uap tekanan Kerja diatas 0,5 Kg/Cm2.

a. Tingkap pengaman ( Safety Valve)


Fungsi ; Membuang steam pada Saat tekanan steam dalam
Boiler elah mencapai tekanan maksimum yang diizinkan.
 
b. Pedoman tekanan ( Manometer )
Fungsi : Menunjukkan tinggi tekanan steam dalam Boiler.
 
 
c. Kerangan coba.
Fungsi : untuk mengetahui secara manual apakah Bolernya
kekurangan atau kelebihan air.
 
d. Gelas pedoman air/gelas penduga ( WLG ).

e. Peluit bahaya/alarm
Fungsi : Memberitahukan kepada Operator
bahwa Boilernya kekurangan air.
 
f. TBAT
Fungsi : hanya berupa tanda bahwa
Permukaan air tidak boleh lebih Rendah dari
tanda tsb.
  g. Kerangan cabang tiga memakai Flens Coba, tepat berada di
bawah manometer.
Fungsi : Sebagai tempat Manometer yang sudah dikalibrasi
 
h. Man Hole
Fungsi : Lewat petugas penguji/ Pemeliharan boiler.

 i. Sludge Hole / hand hole


Fungsi : tempat mengambil lumpur Dalam boiler manakala
Boilernya Berhenti.
 
j. Nama Plate.
3. Apendages Pesawat uap selain ketel uap
A. PEMANAS AIR :
a. Satu tingkap pengaman;
b. Satu kerangan pembuang;
c. Satu katup yang menutup sendiri pada lubang
pengisinya dan
d. Lubang-lubang lain orang atau lubang-lubang kecil
yang diperlukan untuk pemeriksaan.”
B. PENGERING UAP :
a. Satu tingkap pengaman bila pesawat uapnya
dapat ditutup terpisah dari ketel uapnya.
b. Kerangan pembuang air seperlunya dan
c. Lubang 1 lalu orang atau lubang 2 lebih kecil
yang diperlukan untuk pemeriksaan
C. PENGUAP :
a. Satu tingkap pengaman;
b. Satu pedoman tekanan;
c. Satu gelas pedoman air dan
d. Satu kerangan pembuang.
D. BEJANA UAP :
a. Tingkap Pengaman
b. Suatu kerangan untuk memberitahukan apakah
dalam bejana uapnya masih ada tekanan,
c. Pedoman Tekanan
d. Lubang-lubang lalu orang atau yang lebih kecil
yang diperbolehkan untuk pemeriksaan.
V. POTENSI BAHAYA PADA PESAWAT UAP

1. Didalam Pesawat uap terdapat air dan uap air


yang mempunyai tekanan dan suhu tinggi

2. Pelat/pipa pesawat uap dalam kondisi


pesawat uap beroperasi mempunyai suhu sangat
tinggi.
3. Dalam Boiler terjadi pembakaran,dan
didekatnya terdapat bahan bakar.
---- PELEDAKAN, KEBAKARAN…………
Potensi Bahaya yang timbul dari Pesawat Uap

1. Semburan api/uap/air panas


2. Peledakan/ kebakaran
3. Terkena gas yang berbahaya
4. Runtuhnya bangunan
5. Pencemaran lingkungan
6. Sentuhan listrik
7. Dan lain-lain

RH & @zm 52
KASUS-KASUS PELEDAKAN
POTENSI BAHAYA
POTENSI BAHAYA

K A N
P EL EDA
SEBAB-SEBAB PELEDAKAN PADA
PESAWAT UAP

1. UNSAFE CONDITION
a. Kesalahan jenis bahan
b. Ketebalan pelat / pipa boiler kurang
c. Mutu las rendah
d. Apendages tidak lengkap / tidak berfungsi.
e. Mutu Air Umpan boiler rendah.
2. UNSAFE ACTION
a. Pihak pemakai menggunakan Boiler secara tidak syah.
b. Operator tidak kompeten / lalai.
c. Pengoperasian yang tidak tepat
d. Inspeksi yang tdk berkualitas :
a. Pelaksana belum berwenang
b. Peralatan uji
c. Prosedur riksa – uji :
1). Riksa visual
2). Ukur ketebalan
3). Ukur kekuatan bahan dg Hardness terster.
4). Perhitungan kekuatan konstruksi dg STANDAR
ASME, JIS, DIN,BS atau GronsLagen.
5). Hydrostatic Test dg air dingin
6). Steam Test untuk memastikan Bekerjanya apandages.
d. Kesimpulan hasil uji
VI. RUANG LINGKUP PENGAWASAN K3
PESAWAT UAP

1. Perencanaan
2. Pembuatan
3. Perakitan / Pemasangan
4. Pemakaian
5. Pemeliharaan
6. Modifikasi
7. Reparasi
PROSEDUR PENGESAHAN GAMBAR RENCANA/DESIGN

Pengesahan design Boiler adalah


wewenang Direktur PNK3
Kemenaker RI.

Diajukan oleh perusahaan pembuat


yang ber-SKP Dirjen BINWASNAKER
Kemenaker RI.
Berkas permohonan berisi :

1. Gambar konstruksi ( kalkir = 1 set, afdruknya 4 set


terkecil skala minimal 1 : 12 )

2. Gambar detail sambungan las / rol


(skala 1:1, kalkir satu set, afdruknya 4 set).

3. Perhitungan kekuatan konstruksi


( ASME, JIS, BS, DIN atau Gronslagen)

4. Material certificat yang syah.


PROSEDUR PENGESAHAN
GAMBAR RENCANA
3

1
3
3
Perusahaan Dinas Tenaga Pemerintah
pembuat Kerja 1 2 (Dirjen
1
Binwasnaker)

PENGAWASAN
1 Evaluasi berkas
BERKAS PERMOHONAN / BA 1 2
Evaluasi berkas
• Surat permohonan 1
• Gambar konstruksi
• Lembar perhitungan
kekuatan
• Dokumen pendukung
Pengesahan
3
Surat Pengantar
2
PEMBUATAN DI PERUSAHAAN PEMBUAT
1. Boiler dapat mulai dibuat setelah pengesahan
gambar design telah diberikan oleh Direktur
PNK3 Kemenakertrans RI.

2. Pembuatannya di perusahaan pembuat diawasi


secara terus menerus/ riksa-uji oleh
3. Pengawas Ketenagakerjaan/AK3 spesialis
Pesawat Uap dan Bejana Tekan.
Contoh Pabrik Pembuat yg ber SKP Di
Indonesia:
1. PT.Mugi
2. PT.Grand Kartex
3. PT.Atmindo
4. PT.SAS
5. PT.Mechmar
6. PT.Boma Indera, dsb.
4. Pengelasan dilakukan oleh welder yang memiliki
Sertifikat Juru Las Kelas I dari Dirjen Binwasnaker
Kemenakertrans RI.
5. X-ray / Gamma-Ray / UT dilaksanakan oleh
Radiographer Kelas II / UTman Level II yang
berwenang dari PJK3 yang memiliki SKP dari
Dirjen Binwasnaker Kemenakertrans.
Contoh hasil NDT
6. Heat treatment dilakukan sampai suhu sekitar 7000
C.

7. Dokumen pengawasan pembuatan yang


ditandatangani engineer perusahaan pembuat dan
Pengawas Ketenagakerjaan / AK3 spesialis
Pesawat Uap & Bejana Tekan, dilampiri gambar
konstruksi, gambar detail sambungan, sertifkat
bahan, perhitungan kekuatan konstruksi, hasil NDT,
laporan heat treatment

8. Dokumen tersebut diatas disertakan Boiler yang


bersangkutan Kemana Boiler itu akan dikirim, baik
dalam negeri maupun luar negeri.
. Packaged boiler dikirim oleh perusahaan
pembuat ke calon pemakai dalam keadaan
build up.
. Stationary boiler dikirim ke calon pemakai
dalam kondidi komponennya masih terpisah-
pisah, perlu perakitan di lokasi.
PERAKITAN DI LOKASI PEMAKAI
1. Sebelum dikakukan pembuatan pondasi Stationary
boiler di lokasi pemakai, harus dilaporkan terlebih
dahulu ke Disnaker setempat dimana boiler akan dirakit.

2. Perusahaan perakit harus memiliki SKP sbg perusahan


perakit Boiler dari Dirjen PPK.

3. Selama perakitan dilakukan pengawasan / rksa-uji oleh


Pengawas Ketenagakerjaan / AK3 spesialis PU & BT.

4. X-Ray/Gamma-Ray/UT dilaksanakan oleh PJK3 yang


memiliki SKP Dirjen PPK Kemenakertrans RI.
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGAWASANNYA

4 3
4
Perusahaan Dinas Tenaga Pemerintah
pembuat Kerja (Dirjen
1 2
Binwasnaker)
PENGAWASAN
Pengesahan gambar  Evaluasi
1  Verifikasi
rencana Dok teknik
dok. teknik 1 2
3 4

Dokumen teknik 2
bahan baku  Riksa/uji
1. Visual, NDT, dll
2. Hydrotest
Bahan baku SERTIFIKAT
Kelayakan pembuatan

Proses pembuatan 5
Laporan
barang produk pengawasan 4
Dokumen teknik Pemesan /
3
pembuatan Barang produk pemakai
1 2 3 4 5
VII. TATA CARA SERTIFIKASI PESAWAT UAP

“ Adalah dilarang untuk menjalankan


atau mempergunakan sesuatu
pesawat uap dengan tidak
mempunyai Ijin untuknya “

(Pasal 6 ayat (1) UU Uap 1930 )


Ketentuan tentang pesawat uap yang tidak
perlu Akte izin :
a. Jika dipakai di Kapal patroli
b. Jika Wp ( Kg/Cm2) x Hs (m2)
tidak lebih dari 0,2
kecuali Wp > 2 Kg/cm2.
 
Contoh :
Di Perusahaan PT. ABD yang beralamat di Jl. Bati-bati
pada proses produksinya ditemui penggunaan Ketel
Uap. Pada name plate tertera tekanan kerja 0,6 Kg/
Cm2, luas pemanasan ( Hs) = 3000 Cm2, dan tidak
memiliki AI.

Apakah dalam hal ini PT.ABD melanggar


UU/Peraturan Uap 1930?
Jelaskan jawaban saudara !
 
Jawab :
WP x HS = 0,6 Kg/cm2 x 0,3 m2
= 0,18
karena WP x HS lebih kecil dari 0,2
maka tidak perlu AI.
Jadi PT. ABD tidak melanggar
Untuk memperoleh Akte Izin, calon pemakai
harus menyampaikan berkas permohonan
ke Disnaker setempat
Isi Berkas Permohonan :
1. Formulir btk.6
2. Dokumen pengawasan pembuatan;
3. Gambar konstruksi,
4. Gambar detail sambungan,
5. Material certifikat,
6. Hasil NDT,
7. Laporan heat treatment,
8. Perhitungan kekuatan konstruksi.
9. Laporan hasil pengawasan pembuatan.
PROSEDUR PEMBERIAN IJIN/PENGESAHAN PEMAKAIAN DAN
PENGAWASANNYA
3
***
1 *** **
3 3
Perusahaan/ Dinas Tenaga Pemerintah
**
Calon Pemakai Kerja (Dit. PNK3)
1 2
**
PENGAWASAN **
BERKAS PERMOHONAN 1
 Verifikasi
berkas 1
• Bentuk 6
• Pengesahan gambar
rencana + lampiran  Riksa/ uji
• Dok. Teknik pembuatan 1. Visual
• Dok. Teknik lainnya * 2. NDT (bila perlu)
3. Pengujian
• Hydrosatatis
Pesawat / peralatan
• Steam test
mekanik / instalasi pipa

Pemeriks. & pengujian 2 * Perakitan


** Lintas Kab/Kota
Tenaga kerja + *** Diluar wil Kab/Kota
peralatan bantu Ijin pemakaian
3
CONTOH :

AKTE IZIN KETEL UAP

lembar 1
CONTOH :

AKTE IZIN KETEL UAP

lembar 2
CONTOH :

AKTE IZIN KETEL UAP

lembar 3
CONTOH :

AKTE IZIN KETEL UAP

lembar 4
Pemeriksaan Pertama
. Pemeriksaan pertama = pemeriksaan sebelum
Boiler memiliki Akte Izin.
Untuk Ketel Uap tetap sebelum tembok dipasang.

. Riksa-uji pertama wewenang Pengawas Ketenaga


kerjaan spesialis / AK3 spesialis PU & BT.

. Jika dari hasil riksa-uji pertama yang dilaporkan


dalam Btk.9 dinyatakan memenuhi standar /
ketentuan yang berlaku, maka AI diterbitkan.
Teknik riksa-uji pertama
1. Verifikasi berkas
2. Pemeriksaan visual
3. Recaculation kekuatan konrtuksi.
4. Hydrostatic Test ;
Wpx2, Wp+5, Wpx1,5.
(tergantung Wp nya ).
5. NDT ulang jika perlu.
6. Steam Test.
Hasil riksa uji dibuat dalam laporan Btk.9/9a.
Pemeriksaan berkala
Ketel Uap Kapal, min 1 x setiap 1 tahun,
Ketel Uap Darat, min 1 x setiap 2 tahun,
Ketel Uap Loko, min 1 x setiap 3 tahun.

Tekanan Hydro Test = Wp + 3 Kg/Cm2.

Hasil riksa-uji ditulis pada lembar isian hasil


riksa-uji dalam Buku Akte Izin.

Pelaksana riksa-uji : Pengawas Ketenagakerjaan


spesialis/AK3 spesialis P.Uap dan Bejana Tekan.
Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan khusus karena reparasi.
sebelum dan setelah repair harus riksa uji
oleh Pengawas Ketenagakerjaan/AK3 spesialis
Pesawat Uap dan Bejana Tekan.
Pelaksana reparasi : PJK3 bidang perepasi Boiler yang
memiliki SKP Dirjen PPK.

Hasil riksa-uji Radiography Test/UT dilaksanakan oleh


Radiographer Level II / UT level II dari PJK3, diawasi
oleh Pengawas Ketenagakerjaan / AK3 spesialis
Pesa- wat Uap dan Bejana Tekan.
2. Pemeriksaan khusus karena Mutasi
. Ketel uap tetap jika dipindah dari pondasi semula,
Akte Izin dicabut.

. Ketel uap packaged dapat di mutasi ke seluruh


wilayah RI, tetapi harus disertai AI nya dan
surat keterangan mutasi dari Disnaker setempat.
3. Pemeriksaan khusus karena umur boiler mencapai 35 th
. Harus dilakukan PB (penelitian bahan)
. Pelat untuk PB diambil dari pelat drum boiler tepat
pada batas antara air dengan uap.
. Ukuran pelat sampel untuk PB , inside
diameter= 10 cm, outside diemeter = 12 cm.
. Pemotongan pelat sampel untuk PB dilakukan
dengan mata bor berdiameter 10 mm.

. Pengiriman sampel pelat untuk PB ke B4T Bandung


harus disertai surat pengantar dari Disnaker setempat.

. Hasil uji sampel pelat PB dianalisis Tim di DPNK3


Kemenakertrans RI. kemudian ditetapkan umur
pemakaian boiler ybs.
. Surat keputusan DPNK3 mengenai umur
pemakaian boiler dikirimkan kepada pemakai
melalui Disnaker setempat.

. Lubang bekas pengambilan pelat drum boiler di


tambal dengan teknik yang benar.

. Pemeriksaan visual, Hydrotest ( Wp + 3 Kg/cm2).

. Hasil riksa-uji khusus ini ditulis dalam lembar isian


hasil riksa-uji dalam Buku Akte Izin.
Pemeriksaan khusus karena
Pesawat Uap meledak
. Dalam waktu 2x24 jam wajib dilaporkan oleh
pemakai ke Pemda dalam hal ini Disnaker setempat,
dan ke POLRI.
. Dilakukan pemeriksaan khusus oleh Pengawas
Ketenagakerjaan spesialis PU & BT untuk mengetahui
secara akurat penyebabnya, guna;
langkah hukum dan teknis, agar tdk terjadi peristiwa
yang serupa di Indonesia.
VIII. TATA CARA SERTIFIKASI PERSONIL

Pengoperasian Boiler tidak boleh dilakukan


oleh pekerja yang belum bersertifikat / SIO dari
Dirjen Binwasnaker Kemenakertrans.
OPERATOR BOILER
1. Boiler kapasitas > 10 Kg/Cm2, operator kelas I

2. Boiler kapasitas < 10 Kg/Cm2 operator kelas II


SYARAT OPERATOR KELAS I
a. Pendidikan Min imal SLTA Jurusan mekanik, listrik,
atau IPA.
b. Telah berpengalaman dibidang pelayanan pesawat
uap sekurang-kurangnya 2 tahun.
c. Berkelakuan baik dari kepolisian.
d. Berbadan sehat dari dokter.
e. Umur sekurang-kurangnya 23 tahun.
f. Harus lulus paket Al + A2.
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen
Tenaga Kerja cq. Ditjen Binawas.
SYARAT OPERATOR KELAS II
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP, dan
diutamakan teknik mekanik, atau listrik.
b. Pernah sebagai pembantu operator selama 1 tahun
c. Berkelakuan baik dari kepolisian.
d. Umur sekurang-kurangnya 20 tahun.
e. Berbadan sehat dari dokter.
f. Mengikuti kursus operator paket A1.
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen
Tenaga Kerja cq. Ditjen Binawas
PENINGKATAN OPERATOR
Operator kelas II dapat ditingkatkan menjadi Operator
kelas I dengan ketentuan:

a. Telah berpengalaman sebagai operator


kelas II sekurang-kurangnya 2 th secara terus
menerus.
b. Telah mengikuti pendidikan paket A2 dan
lulus ujian yang diselenggarakan oleh Ditjen
Binawas.
WEWENANG OPERATOR
Operator kelas I berwenang melayani:
a. Sebuah ketel uap dengan kapasitas uap lebih besar dari 10
ton/jam.
b. Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran.
c. Mengawasi kegiatan operator kelas II bila menurut ketentuan
pada peraturar ini perlu didampingi operator kelas II.

Operator kelas II berwenang melayani:


a. Sebuah ketel uap dengan kapasitas uap paling tinggi 10
ton/jam.
b. Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran.
Prosedur Sertifikasi Operator
Pemerintah
Dirjen Binwasnaker
Direktur PNK3

Sertifikat + SIO SIO


(baru) (perpanjangan)
Data
Peserta &
Kelulusan

Dinas TK Propinsi
Pembinaan &
pengujian lisensi K3
Dinas TK
Kab/Kota

PJK3 Perusahaan/Tempat Kerja


Diklat
OPERATOR SIO
Lama
Baru Perpanjangan
KEWAJIBAN PEMAKAI DAN OPERATOR
. Pemakai
1. Menjaga/memelihara kondisi pesawat uap dan
perlengkapannya
2. Melaksanakan syarat-syarat yang tertera pada akte ijin
pemakaian atau perintah pegawai pengawas
3. Menugasi operator yang sesuai kapasitas boiler dan kelas
operator
4. Melapor kepada depnaker setempat apabila menemukan
cacat (konstruktif) pada pesawat/perlengkapannya
5. Menjaga/memperhatikan dokumen teknik/perijinan
 Keberadaan
 Melapor bila terjadi kehilangan/perubahan
6. Melaporkan ke Depnaker setempat bila terjadi
peledakan/kecelakaan atas pesawat uap/sarana
penunjang
II.Operator
(1) Dilarang meninggalkan tempat pelayanan selama
pesawat uapnya dioperasikan.
(2) Melakukan pengecekan dan pengamatan
kondisi/kemampuan kerja serta merawat
pesawat uap, alat-alat pengaman dan alat
perlengkapan lainnya yang terkait dengan bekerjanya
pesawat uap yang dilayaninya.
(3) Mengisi buku laporan harian pengoperasian pesawat
uap yang bersangkutan selama melayani pesawat uap
meliputi data tekanan kerja, produksi uap, debit air
pengisi ketel uap, pH air, jumlah bahan bakar dan lain-
lain, serta tindakan operator yang dilakukan selama
melayani pesawat uap yang bersangkutan.
(4) Apabila pesawat uap dan atau alat-alat
pengaman/perlengkapannya tidak berfungsi dengan
baik atau rusak, maka operator harus segera
menghentikan pesawatnya dan segera melaporkan pada
atasannya.
(5) Untuk operator kelas I juga wajib mengawasi
kegiatan dan mengkoordinir operator kelas II.
(6) Operator kelas I bertanggung jawab atas seluruh
unit instalasi uap.
(7) Pemakaian pesawat uap dimana menurut
peraturan ini tidak diperlukan operator kelasI, maka
operator kelas II atau salah satu operator kelas II
yang ditunjuk oleh perusahaan bertanggung jawab
atas seluruh instalasi uap.
8) Segera melaporkan kepada atasannya apabila
terjadi kerusakan/peledakan atau gangguan-
gangguan lain pada pesawat uap, penyalur uap
dan alat-alat perlengkapannya.
(9) Membuat laporan bulanan pemakaian
pesawat uap kepada P2K3 di perusahaan yang
Bersangkutan.
CONTOH :

SERTIFIKAT OPERATOR
PESAWAT UAP KELAS I (SATU)

depan
CONTOH :

SERTIFIKAT OPERATOR
PESAWAT UAP KELAS I (SATU)

belakang
depan

CONTOH :

S I O PESAWAT UAP KELAS I

belakang
CONTOH :

SERTIFIKAT OPERATOR
PESAWAT UAP KELAS II (DUA)

depan
CONTOH :

SERTIFIKAT OPERATOR
PESAWAT UAP KELAS II (DUA)

belakang
depan

CONTOH :

S I O PESAWAT UAP KELAS II

belakang
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai