Anda di halaman 1dari 13

RANGKUMAN MATERI PELATIHAN

K3 PESAWAT UAP & BEJANA TEKAN

1. Riksa-uji pertama Ketel Uap tetap, yaitu riksa-uji yang dilakukan sebelum
Ketel uapnya dilakukan penembokan / isolasi, sedangkan riksa-uji berkala dilakukan secara
teratur setiap sekian tahun sekali.

2. Pengujian pertama itu dilakukan sebelum Pesawat uapnya memiliki AI, sedangkan
riksa-uji berkala dilakukan terhadap Pesawat Uap yang telah memiliki AI.

3. Pengujian tersebut wewenang Pengawas Ketenagakerjaan spesialis PU & BT


Depnaker/Disnaker, atau AK3 spesialis PU & BT dari PJK3.

4. Setiap Pesawat Uap harus dilengkapi perlengkapan dengan maksud agar Pesawat
Uap dimaksud aman dipakai. Pada Ketel-ketel uap yang tergolong modern,selain
dilengkai apendages yang wajib juga ditambah dengan perlengkapan elektrik otomatis.

5. Ketel Uap tekanan diatas 0,5 Kg/Cm2 harus dilengkapi perlengkapan (apendages)
yang terdiri dari ;
Manometer, Safety Valve, Gelas pedoman air, Batas air terendah, Alarm, Pompa
Air pengisi, Check valve, Kerangan pembuang, Man hole , sludge hole dan
Pelat nama.

6. Tingkap pengaman ( safety Valve ) pada Ketel uap berfungsi untuk membuang
Steam dalam Ketel Uap secara otomatis jika terjadi kelebihan tekanan, sedangkan
Gelas pedoman air berfungsi sebagai penunjuk tinggi permukaan air dalam Boiler,
dan alarm berfungsi memberitahukan bilamana air dalam boiler kurang.

7. Kekurangan air dalam Ketel Uap, dapat mengakibatkan over heating dan
kemudian karena over heating itu Ketel tersebut bisa meledak.

8. Over heating juga bisa disebabkan adanya kerak ketel pada permukaan pelat
dan pipa Ketel yang bersinggungan dengan air Ketel.

9. Kerak Ketel terjadi karena disebabkan mutu air pengisinya tidak memenuhi
syarat atau blow down tidak diakukan dengan baik.

10. Ada Ketel Uap yang dipakai di perusahaan tetapi tidak wajib memiliki Akte Izin, namun juga
harus diawasi oleh Pengawas Ketenagakerjaan.

11. Sebelum 1988 AI Ketel uap direrbitkan oleh Ditjen PPK/DPNK3 tetapi setelah tahun 1988
diterbitkan Depnaker Propinsi, tetapi setelah Otoda ,Ketel yg dipakai
di kota-kab secara menetap, diterbitkan Disnaker setempat.

12. Perlengkapan ( Apendages ) untuk Ketel Uap tekanan rendah antara lain;
- Gelas pedoman air.
- Pompa air
- pipa pengaman

13. Peledakan Ketel Uap yang telah memiiki AI bisa terjadi antara lain karena;
- Safety valve tidak berfungsi
- Kekurangan air
- Adanya kerak yg mengakibatkan over heating.

14. Jika terjadi over heating,maka kekuatan pelat pipa Ketel akan menjadi lebih
rendah dari semula.

15. Ketel uap ialah Pesawat penghasil uap dan uap itu dipergunakan diluar
Pesawatnya.

16. Akte Izin Pesawat uap diterbitkan jika dari hasil riksa-uji oleh yang berwenang ternyata
konstruksi Pesawat uap dan perlengkapannya memenuhi syarat.

17. Setiap bahan Bejana Tekan harus memiliki ; Sertifikat bahan atau surat tanda
hasil uji bahan.

18. Jumah minimal Safety Valve Ketel Uap bertekanan kerja diatas 3 Kg/Cm2 minimal harus 2 unit,
tetapi jika tekanan kerjanya hanya 3 Kg/Cm2 kebawah cukup satu saja.

19. Pemeriksaan berkala Ketel Uap kapal minimal sekali setiap tahun, Ketel uap
darat sekali tiap 2 tahun, Ketel loco sekali tiap 3 tahun, Bejana Uap sekali tiap
4 tahun.

20. Pemeriksaan berkala Bejana Tekan minimal sekali tiap 5 tahun. Tetapi untuk
Bejana Tekan penampung Chlorine atau senyawanya minimal sekali tiap 2 tahun.

21. Pesawat Uap atau Bejana Tekan baru dapat dimulai pembuatannya di pabrik
pembuatnya setelah gambar rencananya disyahkan oleh Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI,
dan pembuatan ini harus diawasi oleh Pengawas Ketenagakerjaan spesialis Pesawat Uap dan
Bejana Tekan.

22. Ketel uap hanya boleh dioperasikan oleh Operator yang bersertifikat dari Dirjen
Binwasnaker Depnakertrans RI.
- Untuk Ketel Uap kapasitas diatas 10 Ton Uap per jam ; Oprt,kelas I
- Untuk Ketel Uap kapasitas 10 T uap perjam atau kurang; Oprt kelas II.

23. Untuk pemeriksaan pertama Pesawat Uap bertekanan kerja (Wp) 4 Kg/Cm2 tekanan uji padatnya
(Hydro Test ) = 8 Kg/Cm2, untuk Ketel Uap Wp= 6 Kg/Cm2 uji padatnya = 11 Kg/Cm2, untuk
Ketel Uap Wp 10 Kg/Cm2 uji padatnya=15 Kg/cm2.
24. Untuk pemeriksaan berkala Pesawat Uap bertekanan kerja berapapun, tekanan
Uji padatnya = Wp + 3 Kg/Cm2.

25. Pada suatu saat ,Ketel uap harus dibersihkan. Untuk keperluan itu Ketelnya harus
dimatikan dan air didalamnya harus dibuang.

26. Pemeriksaan visual pesawat uap baru bertujuan untuk mengetahui kondisi seluruh bagian
konstruksi dan seluruh perlengkapannya.

27. Jika HT dilakukan sampai tekanan tertentu sesuai peraturan , kemudian terjadi
pecah atau bocor atau kerusakan karenanya, hal itu menjadi tanggung jawab
pemiliknya.

28. Jika Ketel Uap Wp ( Kg/cm2) x HS (m2) tidak lebih dari 0,2, maka tidak wajib
memikiki AI untuknya, kecuali Wp nya lebih dari 2 Kg/Cm2.

29. Jika suatu Bejana penampung uap Wp ( Kg/Cm2) x Volume (dm3) tidak
lebih dari angka 600, maka tidak wajib memiliki AI.

30. Jika suatu Superheater yang terbuat dari pipa-pipa dan terpisah dari Ketel uapnya
memiliki ukuran diamater dalam pipa lebih dari 25 mm, maka harus memiliki
AI tersendiri untuknya.

31. Jika suatu Pemanas air ( Economiser ) yang terbuat dari pipa-pipa dan terpisah dari Ketel
Uapnya memiliki ukuran diamater dalam pipa lebih dari 50 mm, maka harus memiliki AI
tersendiri untuknya.

32. Pesawat Uap digolongkan menjadi dua yaitu Ketel Uap dan Pesawat Uap selain Boiler.

33. Yang termasuk Pesawat Uap selain Boiler yaitu ; Pengering uap, Pemanas air, Bejana Uap,
Penguap.

34. Bejana Uap , media bertekanan didalamnya adalah steam.


Sedangan media didalam Bejana Tekan adalah ; Udara, atau Gas, atau Gas yang
jika dikempa menjadi cair.

35. Botol baja berisi NH3 harus berwarna kuning muda, Botol baja berisi N2 harus
berwarna abu-abu rokok, sedangkan Botol baja yang berisi O2 harus berwarna
putih atau biru muda.

36. Botol baja harus ditempatkan berdiri, tidak kena sinar matahari langsung, dan
berkelompok sesuai jenis media yang ada didalamnya.

37. Setiap Bejana angin compressor harus dilengkapi dengan tingkap pengaman,
Manometer dan kerangan pembuang.
38. Setiap botol baja harus dilengkapi katup pengaman.

39. Bejana tekan yang memiliki volume kurang dari 220 cm3 dan Wp tidak lebih
dari 2 Kg/Cm2, tidak wajib memiliki Pengesahan pemakaian.

40. Tebal minimal Pesawat Uap atau Bejana Tekan yang dipakai di Indonesia,
untuk menghitung tebal minimal yang diperbolehkan, dapat memakai rumus
menurut JIS, ASME, DIN, BS dan Gronslagen.

41. Tingkap pengaman yang ukuran diamater dalamnya kurang besar, dapat mengakibatkan tekanan
steam dalam Boiler terus meningkat melebihi tekanan
tertinggi yang diizinkan.

42. Setiap pesawat uap suatu saat akan mengalami kerusakan. Sebelum dilakukan reparasinya harus
diperiksakan terebih dahulu kepada yang berwenang untuk
mendapatkan petunjuk-petunjuknya , selama repair diawasinya dan setelah repair dilakukan riksa-
uji kembali.. Pemeriksaan ini tergolong pemeriksaan khusus.

43. Ketel Uap yang telah mencapai umur 35 tahun harus dilakukan PB (Penelitian Bahan ). Sebelum
di PB dan setelah di PB harus diperiksakan kepada yang
berwenang. Pemeriksaan ini tergolong pemeriksaan khusus.

44. Untuk PB tersebut , pelat Ketel uap dipotong secara dingin, dengan ukuran diamater luar
pemotongan = 110 mm, dan diamater dalam pemotongan=100mm,
yang berarti mata bor yang dipakai berdiameter 5 mm.

45. PB tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sifat mekanis dan chemis bahan,
melalui uji tarik, uji kekerasan dsb.

46. PB kemungkinan besar dapat dilakukan sampai 3 kali, tetapi setelah itu Ketel
Uap nya harus diafkir.

47. Reparasi berat suatu Ketel Uap, gambar rencana reparasinya harus mendapat
Pengesahan terlebih dahulu dari Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI, tetapi
untuk reparasi ringan tidak memerlukan pengesahan rencana gambar repair tsb.

48. Jika suatu Ketel pipa api akan diganti 100 % pipa apinya , termasuk reparasi
ringan.

49. Jika suatu Ketel pipa air akan diganti lebih dari 10 % jumlah pipanya, termasuk
reparasi berat.

50. Jika las-lasan memanjang pada Drum Ketel pipa api atau Ketel pipa air akan
dilakukan reparasi yang panjangnya lebih dari 25 % dari las-lasan memanjang tersebut ,maka
termasuk reparasi berat.
51. Welder yang melakukan pengelasan konstruksi Pesawat Uap haruslah Juru
Las kelas I.

52. Juru Las Kelas I tersebut adalah juru las yang telah lulus uji G1, G2,G3, G4, G5,
dan G6 , bersertifikat dari yang berwenang , serta masih berlaku.

53. Kawat las yang dipakai untuk mengelas Pesawat Uap harus yang sejenis dengan
base materialnya / sesuai dengan standar internasional yang berlaku,
Contoh Philips Ph 36, Nikko steel RD 360, Kobe LB 52.

=============================================================
LINGKUNGAN KERJA

1. Dasar hukum NAB Faktor Fisika ditempat kerja adalah UU.No.1 tahun 1970
dan Kepmenaker No.Kep.51 / Men/1999.

2. Yang termasuk Faktor fisika ditempat kerja meliputi;

Iklim kerja, Kebisingan, Getaran, microwafe, sinar UV.

3. NAB ( Nilai ambang batas ) ialah :.................................................

( lihat Kepmenaker No.Kep.51/Men/1999)

4. Secara garis besar Hirarki pengendalian LK adalah meliputi ; Engineering control,


adminisrration control dan Personil Protective Equipment.

5. Di suatu ruangan produksi pabrik paku, dilakukan pengukuran kebisingan dengan Sound
level meter ternyata menunjukkan angka 120 dBA. Pekerja di ruangan tersebut
semuanya memamai ear muff sehingga kebisingan yang memajan para pekerja tinggal
mencapai 88 dBA. Maka sebaiknya waktu tugas para pekerja di ruang tersebut
berdasarkan Kepmenaker No.Kep.51/Men/1999 dilakukan rotasi dengan bagian lain
setiap harinya yang intensitas kebisingannya tidak terlalu tinggi, sehingga dalam setiap
hari mereka hanya terpapar kebisingan max 88 dBA selama 4 jam saja.
Jadi Hirarki pengendalian lingkungan kerja hendaknya berurut yaitu dg metode Engineering
control, kalau kurang berhasil dengan Adinistration control dan jika sulit untuk dilakukan, maka
terakhir adalah penggunaan APD yang sesuai yaitu Ear Muff atau Ear plug.

6. Terpajan kebisingan yang melebihi batas akan dapat mengakibatkan penurunan daya
dengan / tuli, dan mengurangi konsentrasi kerja.

7. Orang yang bekerja di bagian ruangan yang panas selama 8 jam sehari
termasuk istirahat 2 jam dengan beban kerja sedang, tidak boleh terpajan tekanan panas
(ISBB) lebih dari 28 derajat celsius ( Lamp.I ).

Nama alat ukur tekanan panas (ISBB) = Heat stress aparturs


Kalau sendainya melebihi batas bagaimana cara mengatasinya ?
. Engineering control misal = pasang kipas angin, ventilasi alam.
. Kalau belum berhasil, lakukan administration control misal = rotasi.

8. Pekerja bagian mesin gerinda pada pabrik “wajan” bekerja selama 9 jam sehari termasuk
istirahat 1 jam, dikalukan pengukuran pada lengan/tangannya dengan “Human vibration meter
“ menunjukkan angka 10 m/det2.
Maka menurut ketentuan yang berlaku, berarti pekerja tersebut telah terpajan getaran getaran
melebihi batas.

8. Seorang pekerja yang melayani dapur peleburan logam, setiap hari bekerja

9 jam kerja, termasuk istirahat 1 jam. Dari hasil pengukuran dengan UV radiometer, Ia terpajan
radiasi sinar UV yang mamancar dari dapur tersebut = 0,2 mW/cm2. maka menurut ketentuan
yang berlaku maka radiasi sinar UV yang memajan pekerja tersebut melebihi NAB.
Bagaimana teknik hirarki pengandaliannya ?
. Dengan engineering control misal : pasang shielding
- Kalau kurang berhasil---adm.control --rotasi
- Kalau rotasi tak mungkin dilakukan, maka terakhir PPE.

9. NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja diatur dengan UU.No.1 tahun 1970 dan
SE.Menaker No.SE.01/Men/1997.

10. Pada pabrik pengilingan gandum, udara dalam ruang produksi terjadi polusi debu
gandum sedemikan rupa, dimana hasil pengujian dengan Dust sampler dan Analitic
balance menunjukkan bahwa kandungan debu gandum di udara lingkungan kerja
tersebut mencapai 10 mg/m3. Menurut SE Menaker No.SE.01/Men/1997 tentang NAB
Faktor kimia diudara lingkungan kerja ternyata telah memelbihi batas ( lebih dari 4
mg/m3).

11. Atas kondisi ruangan tersebut pada soal No.10 diatas, perusahaan harus melakukan
engineering contol dengan cara memasang blower peghisap debu ( dust collector ), dan
apabila masih melebihi batas juga maka pekerja harus memakai Masker yang disediakan
perusahaan.

12. Pada pabrik pengolahan karet alam menjadi barang setengah jadi untuk di export,
menggunakan bahan kimia yaitu NH3 ( Amoniak ).

Dari hasil pengukuran kandungan gas NH3 dalam ruang produksi dengan menggunakan
impinger & AAS ( Atomic absorbtion spechtrtofotometric ) ternyata menunjukkan angka 20
mg/m3.
Menurut SE Manaker No.SE.01/Men/1997, maka kandungan gas NH3 diudara lingkungan kerja
tersebut telah melebihi NAB ( 17 mg/m3) oleh karena itu perusahaan wajib mengendalikannya
dengan Engineering control dg cara memasang exhaust fan dan jika masih melebihi NAB,
pekerja harus memakai repirator yang disediakan perusahaan.

13. Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja diatur dengan UU.No.1 Tahun
1970 dan Kepmenaker No.Kep.187/Men/1999.

14. Bahan kimia berbahaya memiliki sifat antara lain ; iritasi, korosi, radiasi, mudah
meledak/menyala.

15. Pengaruh bahan kimia berbahaya yang melebihi batas terhadap manusia ;

sulit bernafas, kerusakan janin, kanker, pneomokoniosis dsb.

16. Masuknnya bahan kimia kedalam tubuh manusia melalui ; makanan/tertelan atau pernapasan.

17. Tempat kerja yang menggunakan bahan kimia berbahaya dengan jumlah melebihi NAK ( Nilai
ambang kuantitas ) wajib mengujikan faktor kimia diudara lingkungan kerjanya kepada
laboratorium yang berwenang, minimal sekali setiap 6 bulan.
18. Tempat kerja yang menggunakan bahan kimia berbahaya dengan jumlah kurang dari NAK ,
wajib mengujikan faktor kimia di udara lingkungan kerja kepada laboratorium yang berwenang,
minimal sekali setiap tahun.

19. Ergonomis ,artinya sudah sesuai antara ; pekerjaan, sikap dg peralatan.

Contoh ; posisi permukaan meja tulis yang ergonomis adalah 10 Cm diatas pusat kita.

20. Ilmu pengetahuan Hygiene perusahaan, yaitu mempelajari manusia dengan lingkungan
kerjanya.

21. Dampak penerangan di tempat kerja yang kurang memenuhi syarat ;

Kekelahan yang lebih cepat pada mata, menimbulkan kecelakaan kerja.

22. Dampak penerangan yang baik antara lain mencegah kecelakaan kerja, memelihara
produktivitas kerja dan kenyamanan kerja.

23. Penerangan yang memenuhi syarat memenuhi 7 kriteria sbb ;

a. Tidak menyilaukan.
b. Tidak menimbulkan panas yang berlebihan.
c. Tidak berasap.
d. Tidak menimbulkan kontras yang berlebihan.
e. Tidak berkedip
f. Cahayanya merata
g. Intensitasnya cukup ( alat ukurnya “ Lux meter “ )

24. Soal penerangan

Pada suatu ruangan administrasi di Kantor PT.ABD, dilakukan pengukuran pada meja kerja
dengan Lux meter menunjukkan angka 200 Lux.
Menurut Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964, intensitas penerangan di ruang kerja
tersebut adalah kurang karena semestinya minimal 300 Lux.
Contoh memperlirakan berapa lux pemerangan di ruang tsb ( kita tdk
Punya alat ukur )

I . A = N. L. Mf. Cf
Misal :
Luas ruangan ini ( A ) = 6 x 6 m = 36 m2
Menurut standart intensitas penerangan > 300 lux.
Jumlah lampu 13 buah, masing-masing 1000 lumens ..?
Cara pemasangan = Direck lifghting ( coefisien factor / Cf ) = 0,75
Maintanance faktor (Mf) = 0,60 lampu agak kotor
Hitung berapa sekitar berapa Lux intensitas penerangan ruang ini
Jawab :
I x 36 = 13. 1000. 0,60. 0,65
I = 13. 1000. 0,60. 0.75 / 36
= 200 Lux.

Catatan :
Setiap merk lampu, walaupun watt nya sama, besarnya lumens berbeda.
Contoh lampu neon, 10 watt merk philips, jumlah lumens = 370 lumens.
Tetapi untuk lampu pijar walaupun sama-sama philips 10 watt tidak sama dengan =
370 lumens. Apalagi merknya beda maka besarnya lumen berbeda. Untuk melihat berapa
lumens pada suatu lampu dapat dilihat pada bungkus lampu tsb.

25. Yang diatur dalam Kepmen 187/Men.1987 antara lain menganai NAK, Petugas K3
Kimia, Ahli K3 Kimia, LDKB dan frekwensi pengujian.

26. Secara garis besar ada dua macam ventilasi ditempat kerja , yaitu ventilasi alam dan
ventilasi buatan.

27. Beberapa macam APD antara lain ; Safety Helmet, Masker, Respirator, Ear muff, ear
plug, sarung tangan Safety shoes dsb.

28. APD yang baik, memenuhi kriteria sbb ; Modelnya tepat dan baik, harga relatif murah,
memberi perlindungan yang efektip, meningkatkan rasa percaya diri, memiliki Sertifikat
/ Recomondasi.
29. Menurut peraturan perundangan K3 yang berlaku, APD buatan dalam negeri perlu ada
sertifikat kelayakan dari Direktur PNK3 Depnakertrans RI, dan

APD buatan luar negeri yang telah bersertifikat luar negeri perlu recomondasi dari Direktur
PNK3 Depnakertrans RI.

30. Menurut peraturan K3 yang berlaku, perusahaan catering yang mengalola makanan di
perusahaan wajib memiliki Rekomondasi dari Disnaker setempat.

31. Menurut PMP No.7 tahun 1964, Cubic Space pada ruang kerja di perusahaan

semestinya tidak kurang dari 1 : 10.


Sebagai contoh, pada suatu ruang Adm.di perusahaan berkuran 4 x 5 meter, tinggi lantai hingga
internite= 4 meter, maka jumlah staf administrasi yang
Bekerja disitu jangan lebih dari 4 x 5 x 4 dibagi 10 = 8 orang.

32. Suatu ruangan produksi di pabrik yang luasnya 12 X 20 meter, menurut peraturan K3
yang berlaku total luas jendelanya minimal = 10 % x 240 M2= 24 m2.

33. Luas ruang gerak setiap pekerja menurut peraturan K3 yang berlaku, minimal = 2 M2.

34. Menurut peraturan K3 yang berlaku ,Toilet bagi pekerja di perusahaan harus terpisah
antara toilet tenaga kerja pria dengan toiletb tenaga kerja wanita.

36. Suatu perusahaan memiliki 60 pekerja pria dan 30 wanita, maka toilet yang harus tersedia di
perusahaan tersebut = 6 unit, yaitu 4 unit bagi tenaga kerja pria dan 2 unit bagi tenaga kerja
wanita.

37. Tempat cuci muka yang disediakan bagi pekerja , menurut peraturan K3 yang berlaku
wajib tersedia di perusahaan.
38. Ruang ganti pakaian dan locker bagi pekerja yang untuk bekerja di perusahaan harus
berganti dengan pakaian kerja tertentu ( misal pekerja pada bagian yang mau tidak mau
terkena kotoran seperti oli, gemok dsb, ) menurut peraturan K3 yang berlaku harus
disediakan di perusahaan.

39. Pada perusahaan yang mempekerjakan pekerja wanita, menurut peraturan K3 yang
berlaku wajib menyediakan Ruang istirahat sekaligus tempat berhias

bagi pekerja wanita tsb.

40. Tempat pengumpulan sampah di perusahaan harus di sediakan ,dan tidak

boleh menimbulkan akibat bersarangnya serangga /lalat disitu dan tidak menganggu kesehatan
pekerja.

41. Alat masak dan alat untuk makan/minum di Kantin perusahaan

harus bersih dan mudah dibersihkan. Kebersihan , penerangan dan ventilasi


pada ruang makan/kantin/dapur harus diperhatikan.

42. Air minum yang disediakan bagi pekerja harus bersih dan sehat yang dibuktikan dengan
sertifikat dari Lab.kesehatan.

43. Pekerja yang melayani di dapur/kantin juga harus sehat dan tidak menderita penyakit
menular, yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter, dan pada waktu bertugas
harus memakai tutup kepala dan clemek.

44. Untuk perusahaan yang memiliki pekerja antara 50 sampai 200 orang,wajib menyediakan
ruang makan, sedangkan perusahaan yang memiliki pekerja lebih dari 200 orang wajib
menyediakan Kantin bagi pekerja.

45. Dasar hukum yang mengatur syarat-syarat kebersihan,kesehatan dan penerangan di


tempat kerja adalah Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964.
KESEHATAN KERJA

1. Dasar Hukum pemeriksaan awal, berkala dan khusus tenaga kerja adalah
UU.No.1 tahun 1970 pasal 8 Juncto Permenaker No.Per.02/Men/1980 tentang
Pemeriksaan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan K3.

2. Menurut peraturan K3 yang berlaku, Frekwensi pemeriksaan berkala bagi seluruh pekerja di
perusahaan, adalah minimal sekali setiap tahun.

3. Dokter pemeriksa kesehatan awal, berkala, khusus bagi pekerja,menurut peraturan K3 yang
berlaku adalah bahwa Dokter yang ditunjuk oleh perusahaan itu sendiri, tetapi Dokter tersebut
telah memiliki SKP dari Dirjen Binwasnaker Depnakertrans RI.

4. Menurut Permenaker No.per.02/Men/1980, Dokter pemeriksan kesehatan kerja tersebut adalah


ada di perusahaan itu sendiri, dan menurut Permenaker No.Per.04/Men/1995 Dokter
pemeriksan tersebut juga ada yang di PJK3 bidang kesehatan kerja.

5. Kewajiban melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan berkala pekerja tersebut harus disampaikan
oleh perusahaan ke Disnaker setempat selambat-lambatnya 2 bulan setelah pemeriksaan
dilakukan.

6. Jika ditemui Penyakit akibat kerja ( occupational decease ) pada tenaga kerja dalam
pemeriksaan kesehatan berkala atau khusus tersebut, harus dilaporkan ke Disnaker setempat oleh
perusahaan dalam 2 X 24 Jam.

7. Jumlah Jenis PAK menurut Permenaker No.Per.01/Men/1981 adalah = 30 sedangkan jumlah


jenis PAK menurut Kepres No.22/1993 =

8. Perusahaa-perusahaan tertentu harus menyediakan pelayanan kesehatan kerja.


(Klinik di perusahaan ). Menurut Permenaker No.Per.01/Men/1976, Dokter perusahaan harus
memiliki Sertifikat Pelatihan Hiperkes dan Keselamatan kerja dari Depnakertrans, begitu juga
tenaga Paramedisnya berdasarkan Permenaker No.Per.01/Men/1979 harus memiliki sertifikat
pelatihan Hiperkes dan Keselamatan Kerja dari Depnakertrans.

9. Menurut peraturan K3 yang berlaku, Frekwensi kunjungan Dokter perusahaan pada pelayanan
kesehatan kerja di perusahaan tergantung kepada jumlah pekerja dan tingkat bahaya di
perusahaan ybs.

10. Sarana P3K harus tersedia di perusahaan, yaitu meliputi Kotak obat lengkap dengan isinya dan
tandu.
11. Dasar Hukum pengawasan/penerapan kesehatan kerja di perusahaan adalah sbb:
a. UU.No.1 Tahun 1970
b. Permenaker No.Per.02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan kerja dalam
penyelenggaraan K3.
c. Pemenaker No.Per.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan ditempat kerja.
d. Permenaker No.Per.01/Men/1981 tentang Penyakit akibat kerja.
e. Permenaker No.Per.01/Men/1976
f. Permenaker No.Per.01.Men/1979.
g. Kepres No.22/1993.

Anda mungkin juga menyukai