Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 1 dari 283
KATA PENGANTAR
Informasi mengenai kondisi dan kesiapan Pembangkit berdasarkan Standar Internasional sangat diperlukan
dalam pengusahaan operasi sistem. Operator sistem akan menggunakan informasi tersebut sebagai dasar
dalam pengambilan keputusan perintah dispatch. Akurasi tingkat sekuriti dan keandalan sistem akan
tergantung kepada kebenaran atau kemutakhiran dari informasi tentang kondisi dan kesiapan Pembangkit
tersebut.
Disamping itu, kebutuhan operasi sistem saat ini juga menghendaki diberlakukannya; a).mekanisme niaga
yang mendorong kesiapan Pembangkit,dan b). pengertian yang sama tentang cara perhitungan indikator
kinerja pembangkit. Informasi mengenai kesiapan Pembangkit aktual menjadi salah satu parameter yang
penting dalam menentukan besar pembayaran yang akan diperoleh Pembangkit. Oleh karena itu mekanisme
deklarasi kondisi Pembangkit dan cara perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit perlu disusun agar dapat
membantu pengusahaan operasi sistem dalam mempertahankan sekuriti dan keandalan, serta merupakan
sumber informasi kesiapan aktual Pembangkit untuk keperluan perhitungan pembayaran dan agar semua
pihak terkait dapat menggunakan parameter dan metode perhitungan yang sama untuk keperluan
pengusahaan operasi sistem maupun pembangkit.
Dengan prosedur tetap deklarasi kondisi Pembangkit dan indikator kinerja pembangkit ini diharapkan operasi
sistem dan pelaksanaan mekanisme niaga sistem tenaga listrik Jawa Bali dapat berjalan lebih baik dan
lancar.
2017
PT PLN (Persero)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman ii dari xii
A. DAFTAR ISI
Halaman
A. DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
C. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
F.PENUTUP ........................................................................................................................ 30
G. ATURAN TAMBAHAN....................................................................................................... 30
Lampiran D-8: ALUR PERSETUJUAN STATUS FO1, FO2 DAN FO3 OLEH DISPATCHER .... 45
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman iv dari xii
Lampiran E-1C: RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTGU ................ 112
Lampiran E-1D: RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTU .................. 157
Lampiran E-1E: RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTD .................. 200
Lampiran E-1F: RINCIAN KODE PENYEBAB KONDISI PEMBANGKIT - PLTP ................... 210
Lampiran E-4: METODA SINTESIS & FLEET-TYPE ROLL UP UNTUK MENGHITUNG KONDISI
DAN KINERJA BLOK ................................................................................................ 254
DM Pengelolaan Pembangkit
Irwan Amri
DIVOR JBB
DM Pengelolaan Pembangkit
Lambas R. Pasaribu
DIVOR JBT
DM Pengelolaan Pembangkit
Goldwin Hutagaol
DIVOR JBTB
Dibuat
Suprayitno
Taslim
M Taufik
Edi Purwanto
Lukman Sumarlin
Harris Budiman
Yefri
Ariman
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman vi dari xii
Komang Teddy
Bambang Heriyanto
Dian Wahyuningtyas
Andi Makkurade
Amril Muntaha
Ajeng Welly
Sundaswara
Yudi Saputra
PT IP
MS Pengelolaan Pembangkit
Diperiksa
GM Pembangkitan Tanjung
Ari Basuki
Jati B
16. IPP
No. Perusahaan
2. PT Indonesia Power
5. IPP
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman x dari xii
1 /02/03
GM PLN
2). Lampiran E-2: Kode Penyebab OMC; Paingot
PLTGU
Marpaung
Cilegon
3). Lampiran E-3A & E 3B: Interpretasi
dan Pelaporan Outage/Derataing;
5. Penjelasan OMC;
C. PENDAHULUAN
C.1. UMUM
Sesuai dengan amanat RUPS PT PLN (Persero) dan Anak Perusahaan yang mengharuskan mengukur Kinerja
Pembangkit dengan menggunakan acuanSPLN K7.001:2007, maka diperlukan Tata Cara dan Rumusan
Perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit yang digunakan di lingkungan Unit Pembangkit PT PLN (Persero).
Data Indikator Kinerja Pembangkit tersebut di atas dapat digunakan untuk perhitungan Kesiapan Komersial
Pembangkit sebagai dasar Perhitungan Pembayaran Kapasitas Pembangkit sesuai Perjanjian Jual Beli
Tenaga Listrik (PJBTL)/Kesepakatan Transfer Tenaga listrik antara PT PLN (Persero) dengan Perusahaan
Pembangkit/PLN Pembangkitan.
PT PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B selaku pihak pemasok , selanjutnya disebut TJB;
PT PLN (Persero) P2B selaku pelaksana kontrak jual beli tenaga listrik yang bertindak untuk dan
atas nama pembeli, selanjutnya disebut P2B
Semua Perusahaan Pembangkit swasta yang terhubung ke grid Sistem Jawa Bali, selanjutnya
disebut IPP.
C.2. DEFINISI
KDIVOR JBB adalah Kepala Divisi Operasi Regional Jawa Bagian Barat
KDIVOR JBT adalah Kepala Divisi Operasi Regional Jawa Bagian Tengah
KDIVOR JBTB adalah Kepala Divisi Operasi Regional Jawa Bagian Timur dan Bali
KDIV OSP-1 adalahKepala Divisi Operasi Sistem dan Pengendalian Kontrak - 1PT PJB
KDIV OSP-2 adalah Kepala Divisi Operasi Sistem dan Pengendalian Kontrak - 2 PT PJB
APB adalah Area Pengatur Beban terdiri dari : APB DKI Jakarta dan Banten, APB Jawa Barat, APB
Jawa Tengah dan DIY, APB Jawa Timur dan APB Bali PT PLN (Persero) P2B
BOPS adalah Bidang Operasi Sistem yang merupakan bidang dari PT PLN (Persero) P2B dan
bertugas menjalankan fungsi operator sistem dan menjalankan fungsi pengelolaan transaksi
tenaga listrik di sistem Jawa-Bali termasuk didalamnya pengelolaan sistem metering.
Dispatcher APB adalah dispatcher Area Pengatur Beban P2B bidang Operasi Sistem
DMN adalah daya mampu netto Pembangkit sesuai kontrak PJBTL antara perusahaan pembangkit
dengan PLN dan dapat direvisi dengan surat Deklarasi dari Divisi Operasi Regional PLN
TML (Technical Minimum Load) adalah daya mampu minimum netto Pembangkit sesuai kontrak
PJBTL antara perusahaan pembangkit dengan PLN dan dapat direvisi dengan surat Deklarasi dari
Divisi Operasi Regional PLN
Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL) adalah kontrak/perjanjian tentang jual beli tenaga listrik
antara IP dan PJB dengan PLN.
- kesepakatan transfer tenaga listrik antara DIVOR JBB, DIVOR JBT dan DIVOR JBTB
dengan DIVTLK.
Menu Dispatch adalah aplikasi pencatatan perintah dispatch pada aplikasi RAPSODI
Aplikasi Rapsodi (Report Application of Power System Operation and Data Integration ) adalah
aplikasi pencatatan real time deklarasi kondisi pembangkit.
Aplikasi GAIS (Generation Availability Information System) adalah aplikasi perhitungan Indikator
Kinerja Pembangkit.
Aplikasi Rapsodi Setelmen adalah aplikasi perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit setelah
melalui verifikasi Setelmen
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 3 dari 268
C.4. REFERENSI
Protap ini mengacu pada dokumen berikut:
1. SPLN K7.001: 2007 tentang Perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit.
2. Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali 2007 sesuai Kep Ment ESDM No. 3 Tahun
2007.
3. Generation Availability Data System - Data Reporting Instructions (GADS DRI) NERC.
4. PJBTL dan Kesepakatan Transfer Tenaga Listrik antara PT PLN (Persero) dengan Pembangkit yang
masih berlaku.
5. Power Purchase Agreement terkait (PPA)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 4 dari 268
PEMBANGKITKELUAR(FULL OUTAGE)
IR–Inactive Reserve
MB - Mothballed
RU – Retired
PO - Planned Outage
MO - Maintenance Outage
SF - Startup Failure
PD - Planned Derating
MD - Maintenance Derating
CATATAN TAMBAHAN
Pada Lampiran E-2,Lampiran E-3, dan Lampiran E-4diuraikan beberapa contoh interpretasi dan laporan
Outage/Derating (termasuk kondisi OMC) yang diharapkan dapat memperjelas pengertian kondisi-kondisi
Pembangkit.
Kondisi yang tidak dapat digolongkan sebagai derating adalah sebagai berikut:
a) Daya mampu aktual Pembangkit yang lebih besar dari atau sama dengan 98% (sembilan puluh
delapan persen) dari DMN pembangkit dalam selang waktu kurang dari setengah jam secara terus-
menerus.
b) Apabila diminta oleh Dispatcher P2B atau APB untuk mencapai tingkat pembebanan tertentu, dan
pembebanan Pembangkit aktual mencapai tingkat pembebanan tersebut dengan rentang -2%
(minus dua persen) dari DMN dalam selang waktu setengah jam secara terus-menerus.
c) Tiap unit mempunyai waktu "standar" atau "normal" untuk mencapai beban penuh dari mulai
sinkron. Jika unit memerlukan waktu lebih lama dibanding waktu sinkron normal menuju beban
penuh atau menuju beban yang ditentukan dispatcher, maka unit dianggap mengalami derating.
Catatan: waktu mulai beban sinkron ke beban penuh untuk masing-masing Pembangkit dapat
dilihat pada Lampiran D-9
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan kondisi Pembangkit adalah sebagai berikut:
a) Apabila selisih waktu aktual sinkron Pembangkit ke sistem sesuai perintah dispatcher lebih besar
dari 5 (lima) menit (sesuai Grid Code SDC 7.4.3.a di lampiran F) dari target waktu yang
disampaikan oleh Dispatcher P2B atau APB berdasarkan informasi dari Perusahaan Pembangkit,
maka hal ini diperhitungkan sebagai kondisi Pembangkit Start up failure.
b) Apabila tidak terdapat target waktu spesifik yang diminta oleh Dispatcher P2B atau APB dan
tingkat pembebanan Pembangkit dicapai melebihi 2 (dua) menit dari prakiraan waktu berdasarkan
deklarasi ramping ratenya (sesuai Grid Code SDC 7.4.3.b di lampiran F), maka Pembangkit
dianggap mengalami derating.
c) Apabila terdapat target waktu spesifik yang diminta oleh Dispatcher P2B atau APB, dan bila tingkat
pembebanan tersebut dicapai melebihi 2 (dua) menit dari target waktu tersebut (sesuai Grid Code
SDC 7.4.3.c), maka Pembangkit dianggap mengalami derating.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 6 dari 268
Kondisi-kondisi tersebut di atas yang dapat mempengaruhi perhitungan pembayaran kepada perusahaan
Pembangkit, merupakan kondisi awal yang akan digunakan. Jika terdapat ketentuan pada PJBTLyang
mutakhir antara perusahaan Pembangkit dan PLN yang menyatakan lain, maka kondisi seperti tersebut
diatas akan disesuaikan berdasarkan kontrak tersebut.
a) P2B:
Dispatcher P2B untuk Pembangkit yang terhubung ke sistem 500 kV dan dispatcher APB untuk
Pembangkit yang terhubung ke sistem 150 kV ,70 kV
b) IP:
c) PJB:
d) TJB:
e) IPP:
Pelaksana proses acknowledgement penerimaan perintah dispatch untuk periode tertentu dalam operasi
hari berjalan adalah sebagai berikut:
a) P2B:
b) IP:
c) PJB:
d) TJB:
e) IPP:
Pelaksana proses konfirmasi per shift kondisi Pembangkit pada aplikasi Rapsodi yang dilakukan tiap
shift ditentukan sebagai berikut:
a) P2B:
b) IP:
c) PJB:
d) TJB:
e) IPP:
Jika tidak terdapat deklarasi perubahan kondisi Pembangkit maka daya mampu aktual Pembangkit yang
digunakan untuk keperluan perhitungan kondisi Pembangkit adalah DMN dan TML PJBTL (Dapat dilihat pada
lampiran D-2).
Tata cara pelaporan kondisi pembangkit adalah sebagai berikut :
a) Operator Pembangkit harus mendeklarasikan kepada Dispatcher P2B atau APB sesuai kewenangannya
mengenai setiap perubahan kondisi Pembangkit aktual :
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 8 dari 268
- Kondisi PO dideklarasikan berdasarkan usulan yang disetujui pada ROB. Perubahan jadwal PO
dimungkinkan dalam ROM/ROH.
- Kondisi MO dideklarasikan berdasarkan usulan yang disetujui pada ROM, perubahan jadwal MO
dimungkinkan dalam ROH.
- Rencana start up dan pelaksanaannya setelah outage di deklarasikan via telepon sebelum
pelaksanaan start up.
- Deklarasi siap sinkron untuk komersial maupun tes setelah outage (PO, MO, dan FO) disampaikan
via telepon paling lama 5 (lima) menit sebelum sinkron dan via elektronik/tertulis paling lama 60
menit setelah sinkron. Jika terdapat perbedaan laporan kondisi pembangkit aktual antara laporan
terakhir via telepon dengan laporan via elektronik/tertulis maka yang akan digunakan adalah
laporan terakhir via telepon. Jika setelah 60 menit P2B tidak menerima surat permohonan tes yang
berisi durasi dan jenis tes dari unit pembangkit maka unit akan dinyatakan komersil (normal operasi)
sesuai waktu sinkron.
b) Operator Pembangkit harus mendeklarasikan setiap perubahan kondisi parsial (derating) pembangkit via
telepon kepada Dispatcher P2B atau APB sesuai kewenangannya paling lama 5 (lima) menit setelah
kejadian. Apabila pembangkit tidak mengkonfirmasi maka waktu mulai derating unit sesuai dengan
pencatatan dispatcher.
c) Semua jenis outage dan derating harus disertai pelaporan Cause Code level 1 paling lama 15 menit
setelah kejadian. Apabila ada koreksi pelaporan Cause Code level 1 dapat berkomunikasi dengan
dispatcher P2B atau APB paling lama 2 periode shift sejak kejadian.
d) Dispatcher P2B atau APB harus mengisi aplikasi Rapsodi sub menu Catkit untuk setiap perubahan
kondisi pembangkit beserta dengan Cause Codelevel 1 paling lama 30 menit setelah kejadian.
e) Apabila Aplikasi Rapsodi sub menu Catkittidak dapat berfungsi, maka Dispatcher P2B atau APB harus
mencatat semua data dari deklarasi yang dilakukan operator Pembangkit dan informasi operasi
pembangkit lainnya pada logbook operasi sistem/logsheet. Komunikasi operasi tersebut harus pula
direkam oleh BOPS dengan sarana voice recorder. Hasil dari koordinasi mengenai data/informasi
selanjutnya akan dimasukkan oleh dispatcher kedalam data base Aplikasi Rapsodi sub menu Catkit .
f) Supervisor Pembangkit atau yang mewakili harus melakukan konfirmasi atas Data Awal kondisi
Pembangkit meliputi daya mampu maksimum, penyebab kejadian dan Cause Code Level 2 dan 3 melalui
Aplikasi Rapsodi sub menu HDKP Per Shift Konfirmasi paling lama 2 periode shift sejak kejadian.
g) Pihak Pembangkit melakukan konfirmasi mengenai data kondisi Pembangkit pada setiap periode shift
secara real time melalui Aplikasi Rapsodi sub menu HDKP Per Shift Konfirmasi (lihat lampiran D-4).
Konfirmasi yang perlu dilakukan yaitu:
Mengisi ruang "Konfirmasi" dengan huruf ―S‖ jika data kondisi Pembangkit disepakati atau
mengisinya dengan huruf "TS" jika data kondisi Pembangkit belum disepakati.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 9 dari 268
Semua operator/ yang mewakili pembangkit memberikan penjelasan pada kolom "Keterangan"
terhadap data kondisi Pembangkit yang belum disepakati.
Mengisi, memperbaiki atau melengkapi data Cause Code level 2 dan 3 pada kolom yang terdapat di
Aplikasi Rapsodi.
Jika tidak terdapat konfirmasi atas data kondisi per shift sampai dengan 2 periode shift berikutnya,
maka data kondisi yang disampaikan Dispatcher, secara otomatis dianggap sebagai data yang
benar(setuju dengan data tersebut).
h) Selanjutnya, P2B (cq.Sub Bidang Transaksi) akan memfasilitasi penyelesaian mengenai data kondisi
yang belum disepakati (berstatus “TS”) oleh Pembangkit berdasarkan data pendukung yang ada setiap 2
(dua) minggu.
i) Data kondisi yang telah disepakati akan digunakan oleh P2B sebagai dasar perhitungan Indikator Kinerja
Pembangkit dan setelmen serta akan dijadikan sebagai dasar pelaporan atau publikasi keluar.
j) Jika terjadi ketidaksepakatan antara P2B dan Pembangkit maka akan diselesaikan bersama dengan
menyertakan perwakilan dariPT PLN (Persero) Kantor Pusat Divisi Operasi Regional terkait dan kantor
pusat perusahaan pembangkit selambat-lambatnya sebelum periode transaksi berikutnya.
k) Apabila terdapat kendala pada saluran komunikasi untuk penggunaan Aplikasi Rapsodi, maka proses
konfirmasi dilakukan melalui email, facsimile atau ftp. Alamat email Dispatcher dan perusahaan
pembangkit serta server ftp dapat dilihat pada Lampiran D-1.
l) Untuk memperjelas proses pelaksanaan deklarasi kondisi pembangkit dapat dilihat pada Diagram Alir
pada(Lampiran D-2)
m) Penunjukan waktu di ruang kontrol P2B (berdasarkan GPS) digunakan sebagai Waktu Standar untuk
semua pencatatan dan pelaporan kejadian Pembangkit.
b) Setiap Operator atau Supervisor Operasi yang berkomunikasi secara elektronik, tertulis maupun suara
dengan Dispatcher adalah sah sebagai juru bicara unit Pembangkit.
c) Dispatcher P2B atau APB harus mengisi aplikasi Dispatch setiap memberi perintah ke pembangkit dan
Supervisor Operasi atau Operator Pembangkit mengkonfirmasi (acknowledgement) perintah dispatch
atau informasi lainnya yang di-klaim oleh Dispatcher P2B melalui Menu Dispatch aplikasi Rapsodi. Batas
akhir waktu konfirmasi (acknowledgement) adalah 10 (sepuluh) menit, apabila melebihi 10 (sepuluh)
menit aplikasi akan melakukan konfirmasi (acknowledgement) secara otomatis.
d) Apabila Aplikasi Dispatch tidak dapat berfungsi, maka Dispatcher P2B atau APB harus mencatat semua
data dari deklarasi yang dilakukan operator Pembangkit dan informasi operasi pembangkit lainnya pada
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 10 dari 268
logbook operasi sistem/logsheet. Komunikasi operasi tersebut harus pula direkam oleh BOPS dengan
sarana voice recorder.
e) Data perintah dispatch yang telah dikonfirmasi (acknowledgment) akan digunakan sebagai acuan untuk
perhitungan Indikator Kinerja Pembangkit dan setelmen.
f) Penunjukan waktu di ruang kontrol P2B (berdasarkan GPS) digunakan sebagai Waktu Standar untuk
semua perintah dispatchdari P2B dan konfirmasi (acknowledgment) dari Pembangkit
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 11 dari 268
TIDAK AKTIF
AKTIF
Planned Unplanned
No Deratings Planned P. Extension
Deratings Deratings
Dua kategori utama status unit pembangkit ditunjukkan pada Gambar-1, yaitu “AKTIF” dan ”TIDAK AKTIF”.
TIDAK AKTIF didefinisikan sebagai status unit tidak siap operasi untuk jangka waktu lama karena unit
dikeluarkan untuk alasan ekonomi atau alasan lainnya yang tidak berkaitan dengan peralatan/instalasi
pembangkit. Dalam kondisi ini, unit pembangkit memerlukan persiapan beberapa hari sampai minggu/bulan
untuk dapat siap operasi. Yang termasuk dalam kondisi ini adalah “INACTIVE RESERVE” yaitu status bagi
unit pembangkit yang direncanakan sebagai cadangan untuk jangka panjang, “MOTHBALLED” yaitu status
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 13 dari 268
unit pembangkit yang sedang disiapkan untuk idle dalam jangka panjang, dan “RETIRED” yaitu unit yang
untuk selanjutnya diharapkan tidak beroperasi lagi namun belum dibongkar instalasinya.
Bagian bawah Gambar-1 diatas menunjukkan berbagai status operasi unit pembangkit dengan rincian
hingga empat tingkatan. Rincian status demikian merupakan data input yang digunakan dalam program
perhitungan indikator kinerja pembangkit pada Aplikasi GAIS (Generation Availability Information
System).
KE
DARI FO1 FO2 FO3 SF MO PO ME PE RS MDE PDE
FO1 Y T T Y Y Y T T Y
FO2 Y T T Y Y Y T T Y
FO3 Y T T Y Y Y T T Y
SF Y T T Y Y Y T T Y
MO Y T T Y T Y Y T Y
PO Y T T Y T T T Y Y
ME Y T T Y T T T T Y
PE Y T T Y T T T T Y
RS Y T T Y Y Y T T Y
FD1 T T
FD2 T T
FD3 T T
MD Y T
PD T Y
MDE Standar IEEE 762 tidak mengizinkan perpindahan dari/ke status derating ke/dari jenis peristiwa Y T
PDE yang lain kecuali yang telah ditunjukkan (pada Tabel ini) T Y
E.4. DEFINISI
E.4.1. STATUS TIDAK AKTIF
IR-Inactive Reserve: yaitu pekerjaan persiapan operasi suatu unit pembangkit selama paling lama 7 hari,
untukpembangkit yang sedang mengalami Reserve Shutdown (RS) sedikitnya 60 hari.Pernyataan IR harus
disampaikan oleh Pembangkit setelah diminta operasi oleh P2B. Jika waktu pekerjaan persiapan tersebut
melebihi 7 hari, maka statusnya menjadi FO3.
MB-Mothballed: yaitu pekerjaan persiapan operasi unit pembangkit selama paling lama 60 (enam puluh)
hari untuk pembangkit yang sedang mengalami FO, MO, atau PO sedikitnya 60 (enam puluh) hari dan
diminta oleh P2B untuk operasi. MB hanya berlaku untuk pembangkit-pembangkit yang oleh pihak
perusahaan (pemilik) nya sedang dipertimbangkan untuk mengundurkan diri dari sistem karena faktor usia
pembangkit sudah tua dan sering terjadi gangguan mekanis.
Catatan: Kode Penyebab ”9991” untuk peristiwa ini. status ini berlaku jika unit sudah berhasil sinkron
RU-Retired: yaitu unit tidak siap operasi karena mengundurkan diri dari system dan tidak berniat untuk
kembali masuk sistem.
PO – Planned Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya pekerjaan pemeliharaan periodik
pembangkit seperti inspeksi, overhaul atau pekerjaan lainnya yang sudah dijadwalkan sebelumnya dalam
rencana tahunan pemeliharaan pembangkit atau sesuai rekomendasi pabrikan.Perubahan PO dapat direvisi
paling akhir dalam ROB dimana PO akan dilaksanakan, jika dibutuhkanoleh sistem dapat direvisi dalam ROM
dimana PO akan dilaksanakan.
PE –Planned Outage Extension: yaitu outage perpanjangan yang direncanakan, sebagai perpanjangan
Planned Outage (PO) yang belum selesai pada waktu yang telah ditentukan. Ini artinya bahwa sebelum
dimulai, periode dan tanggal operasinya telah ditetapkan. PE hanya bisa dilakukan 1 (satu) kali dan diajukan
pada saat PO berlangsung, serta telah dijadwalkan dalam ROB/ROM/ROH.Semua pekerjaan sepanjang PE
adalah bagian dari lingkup pekerjaan awal dan semua perbaikan ditentukan sebelum outage mulai dan
durasinya tidak melebihi durasi PO kecuali ada pernyataan resmi dari direksi perusahaan pembangkit yang
disertai evidence. Jika periode PE melewati batas waktu yang telah ditentukan, maka statusnya adalah FO1.
Pengajuan jadwal PE melalui surat tertulis yang menyatakan bahwa lingkup pekerjaan PE sama dengan PO
dan disertai evidence
dijadwalkan dalam ROM/ROH/Realtime dan durasinya tidak melebihi durasi MO kecuali ada pernyataan
resmi dari direksi perusahaan pembangkit disertai evidence. Jika periode ME melewati batas waktu yang
telah ditentukan, maka statusnya adalah FO1.
Pengajuan jadwal ME melalui surat tertulis yang menyatakan bahwa lingkup pekerjaan ME sama dengan MO
dan disertai evidence
”Durasi yang ditentukan” dari outage juga menentukan ”perkiraan tanggal penyelesaian” dari PO atau MO.
Jika unit dijadwalkan untuk perbaikan selama 4 (empat) minggu, maka unit diharapkan sudah siap operasi 4
(empat) minggu setelah tanggal mulai outage. Dalam hal outage dimajukan atau dimundurkan untuk
keperluan sistem, maka tanggal mulai outage ditambah durasi outage akan menentukan tanggal
berakhirnya outage. Sepanjang outage tidak lebih lama dari yang direncanakan, maka tanggal berakhirnya
outage digeser agar bersamaan sesuai dengan periode durasi yang telah ditentukan.
Dalam hal terdapat perpindahan status outage pembangkit, tanggal dan waktu akhir outage yang satu akan
menjadi awal outage berikutnya. Status unit hanya dapat diubah jika outage yang pertama telah berakhir.
Sebagai contoh, jika unit keluar paksa (FO1) disebabkan suatu tabung dinding air bocor (tepat sebelum unit
tersebut akan keluar terencana-PO), maka perbaikan kerusakan akibat FO1 harus selesai terlebih dahulu
sebelum status unit diubah dari FO1 ke status PO. Petugas pemeliharaan dapat memulai pekerjaan PO,
namun status unit tidak akan menjadi PO sebelum pekerjaan outage FO1 selesai dan unit dapat beroperasi
kembali.
SF – Startup Failure: yaitu outage yang terjadi ketika suatu unit tidak mampu sinkron dalam waktu start-
up yang ditentukan setelah dari status outage atau RS. SF mulai ketika terjadi problem yang menghambat
startup. SF berakhir ketika unit sinkron, atau berubah ke status lain yang diizinkan.
Periode Start-up untuk masing-masing unit ditentukan oleh unit pembangkit. Hal ini spesifik untuk tiap unit,
dan tergantung pada kondisi unit ketika start-up (panas, dingin, standby, dll).
FO – Forced Outage: yaitu keluarnya pembangkit akibat adanya kondisi emergensi pada pembangkit atau
adanya gangguan yang tidak diantisipasi sebelumnya serta yang tidak digolongkan ke dalam MO atau PO.
FO1 – Forced Outage — Immediate: adalah outage yang memerlukan keluarnya pembangkit dengan
segera baik dari kondisi operasi, RS atau status outage lainnya. Jenis outage ini diakibatkan oleh kontrol
mekanik/electrical/hydraulic unit pembangkit trip atau ditripkan oleh operator sebagai respon atas
alarm/kondisi unit.
FO2 – Forced Outage — Delayed: adalah outage yang tidak memerlukan unit pembangkit untuk keluar
segera dari sistem tetapi dapat ditunda 1 (satu) jam s.d 6 (enam) jam. Outage jenis ini hanya dapat terjadi
baik dari kondisi operasi dan RS serta melalui proses penurunan beban bertahap sampai dengan beban 30%
dari DMN.
Catatan : Alur persetujuan status FO1, FO2 dan FO3 oleh dispatcher ada pada lampiran D-8
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 16 dari 268
FO3 – Forced Outage — Postponed: adalah outage yang dapat ditunda lebih dari 6 (enam) jam. Outage
jenis ini hanya dapat terjadi baik dari kondisi operasi dan RS serta melalui proses penurunan beban
bertahap.
E.4.3. DERATING
Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN-nya. Derating digolongkan menjadi
beberapa kategori yang berbeda. Derating mulai ketika unit tidak mampu untuk mencapai 98% DMN dan
sama dengan atau lebih lama dari 30 (tiga puluh) menit. Derating berakhir ketika peralatan yang
menyebabkan derating tersebut kembali normal dan dapat memenuhi perintah dispatch. Kapasitas yang
tersedia didasarkan pada keluaran unit dan bukan pada instruksi dispacth.
Semua derating lebih besar dari 2% DMN meskipun kurang dari 30 menit atau lebih kecil dari 2% tetapi
lebihdari 30 menitharus dilaporkan ke P2B. Sebagai contoh, Derating 10% dari DMN tetapi berlangsung 10
menit harus dilaporkan ke P2B; Derating 1% dari DMN tetapi berlangsung 6 (enam) jam harusdilaporkan ke
P2B. Derating jenis ini tidak diperhitungkan dalam transaksi tenaga listrik, tetapi akan digunakan sebagai
data operasional.
PD – Planned Derating: adalah derating yang dijadwalkan dan durasinya sudah ditentukan sebelumnya
dalam rencana tahunan/bulanan pemeliharaan pembangkit. Derating berkala untuk pengujian, seperti test
klep turbin mingguan, bukan merupakan PD, tetapi MD.
MD – Maintenance Derating: adalah derating yang dapat dijadwalkan pada periode operasi mingguan
(Kamis, pukul 24:00 WIB) tetapi memerlukan pengurangan kapasitas sebelum rencana PO berikutnya. MD
harus dijadwalkan dalam rencana mingguan (ROM).
DE – Derating Extension: adalah perpanjangan dari PD atau MD yang melampaui tanggal penyelesaian
yang diperkirakan.
DE hanya digunakan apabila lingkup pekerjaan awal memerlukan waktu lebih untuk menyelesaikan
pekerjaannya dibanding waktu yang telah dijadwalkan. DE tidak digunakan dalam kejadian dimana ada
keterlambatan atau permasalahan tak diduga diluar lingkup pekerjaan awal sehingga unit tersebut tidak
mampu untuk mencapai beban penuh setelah akhir tanggal PD atau MD yang diperkirakan. DE harus mulai
pada waktu (bulan/hari/jam/menit) saat PD atau MD direncanakan berakhir.
MDE – Maintenance Derating Extension: adalah pemeliharaan lanjutan yang mengakibatkan
derating,sebagai lanjutan Maintenance Derating (MD) yang tidak bisa selesai sesuai jadwal yang
telah ditentukan. Ini artinya bahwa di awal Peristiwa MDE, derating mempunyai waktu pekerjaan
yang diperkirakan dan termasuk tanggal unit untuk kembali operasi. Semua pekerjaan sepanjang
MDE dijadwalkan (bagian dari lingkup pekerjaan awal) dan semua perbaikan ditentukan sebelum
MDE mulai (diajukan ke P2B pada saat MD masih berlangsung paling lambat dalam rencana operasi
harian sebelum jam 14:00 WIB atau kondisi Realtime). MDE hanya dapat dilakukan sekali dalam
periode tersebut, setelah itu menjadi FD1 kecuali ada kajian dari lembaga independen dan disetujui
oleh DIVOR terkait.
PDE– Planned Derating Extension: suatu outage lanjutan yang direncanakan sebagai perluasan
dari Planned Derating (PD) yang tidak bisa selesai sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ini berarti
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 17 dari 268
bahwa di awal PDE, jangka waktunya telah diperkirakan dan tanggal unit untuk kembali operasi juga
telah ditetapkan. Semua pekerjaan sepanjang PDE adalah bagian dari lingkup pekerjaan awal dan
semua perbaikan ditentukan sebelum PDE mulai (diajukan ke P2B pada saat PD masih berlangsung,
paling akhir pada periode mingguan hari Rabu jam 14:00 WIB atau ROH, apabila hari Rabu
merupakan hari libur maka pengajuan PDE dilakukan hari kerja sebelumnya). PDE hanya dapat
dilakukan sekali dalam periode tersebut, setelah itu menjadi FD1 kecuali ada kajian dari lembaga
independen dan disetujui oleh DIVOR terkait.
FD1 – Forced Derating — Immediate: adalah derating yang memerlukan penurunan kapasitas segera
(tidak dapat ditunda).
FD2 – Forced Derating — Delayed: adalah derating yang tidak memerlukan suatu penurunan kapasitas
segera tetapi memerlukan penurunan dalam waktu 6(enam) jam.
FD3 – Forced Derating — Postponed: adalah derating yang dapat ditunda lebih dari 6 (enam) jam.
Over rating adalah kondisi dimana unit pembangkit tidak bisa memenuhi perintah dispatcher, sehingga
keluaran melebihi perintah dispatch, maka kelebihan energi yang melebihi dispatch tidak diperhitungkan
dalam transaksi yang formulanya sesuai dengan kesepakatan.
Pada saat unit sedang dalam status RS, seringkali pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan menyebabkan
unit outage atau derating seandainya diminta operasi dan sinkron ke sistem. Jika pekerjaan pemeliharaan
tidak dapat dihentikan atau diselesaikan, maka status RS berubah menjadi SF, Outage atau Derating.
NC – Kondisi Noncurtailing: adalah kondisi yang dapat terjadi kapan saja dimana peralatan atau
komponen utama tidak dioperasikan untuk keperluan pemeliharaan, pengujian, atau tujuan lain yang tidak
mengakibatkan unit outage atau derating.
NC juga dapat terjadi ketika unit pembangkit sedang beroperasi dengan beban kurang dari kapasitas penuh
yang terkait dengan kebutuhan pengaturan sistem. Selama periode ini, peralatan dapat dilakukan pekerjaan,
pemeliharaan, pengujian, atau alasan lain dan dilaporkan sebagai suatu NC jika kedua kondisi yang berikut
dijumpai:
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 18 dari 268
Jika kondisi-kondisi tersebut tidak bisa dipenuhi, laporkan kejadian tersebut sebagai peristiwa outage atau
derating, bukan NC.
Pengujian off-line: Laporkan pengujian terkait outage yang tidak sinkron sebagai bagian dari peristiwa
outagenya. Outage berakhir ketika pengujian selesai dan unit telah sinkron atau pindah status lain.
Boleh melaporkan jenis pengujian ini terpisah dari peristiwa outagenya. Dalam hal ini, periode pengujian
menjadi suatu peristiwa baru, outage berakhir ketika periode pengujian mulai. Peristiwa Pengujian berakhir
ketika unit sinkron atau ditempatkan pada Status Unit yang lain.
c) Derating saat Unit Startup atau Shutdown. Tiap unit mempunyai waktu ”standar” atau ”normal”
untuk mencapai beban penuh setelah/dari keadaan outage. Jika suatu unit dalam proses start up dari
kondisi outage ke tingkat beban penuh atau ke tingkat beban yang ditentukan sesuai periode yang “normal”,
maka tidak ada derating pada unit pembangkit tersebut. Jika unit memerlukan waktu lebih panjang
dibanding waktu start up normal menuju beban penuh atau menuju beban yang ditentukan dispatcher,
maka unit dianggap mengalami derating. Daya mampu unit pada akhir periode normal akan menentukan
derating dan derating akan berlangsung sampai unit dapat mencapai kemampuan beban penuh atau
tingkat beban yang ditentukan dispatcher.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 19 dari 268
Tidak ada derating untuk unit shutdown. Setiap unit perlu shutdown dengan aman, dengan mengurangi
peralatan atau memperhatikan resiko keselamatan personil. Beberapa shutdown dapat cepat seperti
layaknya unit trip; yang lain bisa lebih lambat seperti turunnya unit menuju PO. Dalam kasus manapun, unit
tidaklah derating.
Derating karena kondisi lingkungan (kode penyebab 9660-OMC), dilaporkan sebagai peristiwa derating ke
P2B.
Unit pembangkit yang beroperasi dibawah DMN karena pengaturan sistem dikenal sebagai “load following”,
baik unit Pembangkit yang diatur secara manual, governor free, maupun oleh LFC (Load frequency control)
tidak dilaporkan ke P2B sebagai derating, dengan syarat:
1. Daya mampu pembangkit dapat mencapai perintah dispatch LFC (untuk pembangkit yang bisa LFC
dan diaktifkan);
2. Daya mampu pembangkit dapat mencapai + 2,5% dari DMN dibandingkan dengan perintah dispatch
(untuk pembangkit yang Governor Free nya diaktifkan)
3. Daya mampu pembangkit dapat mencapai perintah dispatch (untuk pembangkit yang tidak bisa
Governor Free/LFC).
Walaupun Load following tidak dilaporkan ke P2B sebagai derating, setiap pemeliharaan, pengujian, dan lain
lain yang dilakukan sepanjang periode load following harus dilaporkan sebagai suatu peristiwa noncurtailing
(NC).
f) Overlap Derating
Untuk kejadian overlap derating,derating pertama diasumsikan sebagai penyebab utama dari pengurangan
beban sampai akhir atau sampai outage penuh mulai.
g) Deratings Bervariasi
Deratings dalam periode tertentu bisa berubah-ubah dengan penyebab yang sama. Laporan derating ini bisa
dilaporkan dengan dua metoda:
2. Menentukan kemampuan unit rata-rata tersedia sepanjang derating yang berbeda-beda dan hanya
satu peristiwa rata-ratanya yang dilaporkan ke P2B.
Unit 1000 MW mengalami derating, disebabkan oleh hambatan emisi selama 10 hari (240 jam). Selama
periode ini, besarnya derating bervariasi sebagai berikut:
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 20 dari 268
Total MWH yang hilang pada setiap tingkatan derating dihitung dan dijumlahkan = (40 jam x 30 MW)+ (10
jam x 50 MW)+ (110 jam x 20 MW)+ (80 jam x 40 MW) = 7100 MWH.
Rata-rata MW yang hilang selama 10 hari adalah total MWH yang hilang dibagi dengan banyaknya jam
keseluruhan periode derating: 7100/240 = 30 MW.
Jadi, kemampuan unit selama 10 hari derating = 1000 MW – 30 MW= 970 MW.
h) Force Majeure Outage (FMO): yaitu keluarnya Pembangkit sebagai akibat dari terjadinya bencana
alam, perang, kekacauan umum, huru hara, sabotase, pemberontakan, pemogokan atau larangan bekerja
atau tindakan industrial oleh para buruh atau karyawan pihak terkait, dan kejadian lainnya yang digolongkan
sebagai peristiwa Sebab Kahar (force majeure) yang disepakati Penjual dan Pembeli.
i) Force Majeure Derating, yaitu penurunan kemampuan Pembangkit sebagai akibat dari terjadinya
bencana alam, perang, kekacauan umum, huru hara, sabotase, pemberontakan, pemogokan atau larangan
bekerja atau tindakan industrial oleh para buruh atau karyawan pihak terkait, dan kejadian lainnya yang
digolongkan sebagai peristiwa Sebab Kahar (force majeure) yang disepakati Penjual dan Pembeli.
l). Dalam hal permintaan PO/MO yang sudah terjadwal ditunda karena kebutuhan sistem sehingga
menyebakan FO atau FD maka kondisi tersebut dikategorikan FO OMC atau FD OMC, jika penyebabnya
adalah komponen/system yang akan akan dilakukan PO/MO.
E.5. DURASI
Service Hours (SH): adalah jumlah jam operasi unit pembangkit tersambung ke jaringan transmisi, baik
pada kondisi operasi normal maupun kondisi derating.
Available Hours (AH): adalah jumlah jam unit pembangkit siap dioperasikan yaitu Service Hours ditambah
Reserve Shutdown Hours.
Planned Outage Hours (POH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari Planned
Outage untuk pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhaul, yang telah dijadwalkan jauh hari
sebelumnya (misal: overhaul boiler, overhaul turbin) + Planned Outage Extensions Hours (PEH).
Unplanned Outage Hours (UOH): adalah jumlah jam yang dialami selama Unplanned (Forced) Outages
FO1, FO2, FO3) + Startup Failures (SF) + Maintenance Outages (MO) + Maintenance Outage
Extensions (MEH).
Forced Outage Hours (FOH): adalah jumlah jam unit keluar paksa sebagai akibat dari gangguan Forced
Outages (FO1, FO2, FO3) +Startup Failures (SF).
Maintenance Outage Hours (MOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari
keluar pemeliharaan karena Maintenance Outages (MO) + Maintenance Outage Extensions (MEH) dari
Maintenance Outages (MO).
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 21 dari 268
Unavailable Hours (UH): adalah jumlah jam dari semua Planned Outage Hours (POH+PEH) + Unplanned
(Forced) Outage Hours (FOH+SFH) + Maintenance Outage Hours (MOH+MEH).
Scheduled Outage Hours (SOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat beroperasi sebagai akibat dari
keluar terencana baik Planned Outage maupun Maintenance Outage + Scheduled Outage Extensions
(SE) dari Maintenance Outages (MO) dan Planned Outages(PO).
Reserve Shutdown Hours (RSH): adalah jumlah jam unit tidak beroperasi karena tidak dibutuhkan oleh
sistem (pertimbangan ekonomi).
Synchronous Hours (Syn.H): adalah jumlah jam unit dalam kondisi kondensasi.
Period Hours (PH): adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu yang sedang diamati selama
unit dalam status Aktif.
Unit Derating Hours (UDH): adalah jumlah jam unit mengalami derating.
Equivalent Seasonal Derated Hours (ESEDH): adalah perkalian antara MW derating unit pembangkit
akibat pengaruh cuaca/musim dengan jumlah jam unit pembangkit siap dibagi dengan DMN.
Equivalent Forced Derated Hours (EFDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit
derating secara paksa (forced derating: FD1, FD2, FD3) dengan besar penurunan derating dibagi DMN.
Setiap kejadian Forced Derating dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan
cara mengalikan durasi derating Aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian
tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
CATATAN: Termasuk Unplanned (Forced) Derating (FD1, FD2, FD3) selama Reserve Shutdowns (RS).
Besar derating dihitung dengan cara mengurangi Daya mampu Netto dengan Daya Mampu Aktual
pembangkit.
Equivalent Planned Derated Hours (EPDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit
derating terencana (Planned Derating) termasuk Extension (DE) dan besar penurunan derating dibagi
dengan DMN. Setiap kejadian derating terencana (PD dan DE) dikonversi menjadi jam ekivalen full
outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating
(MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini
kemudian dapat dijumlahkan.
Equivalent Unplanned Derated Hours (EUDH): adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit
derating tidak terencana (FD1, FD2, FD3, MD, DE) dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN.
Setiap kejadian Forced Derating (FD1, FD2, FD3) dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang
diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan
membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat
dijumlahkan.
CATATAN: Termasuk Unplanned (Forced) Deratings (FD1, FD2, FD3) selama Reserve Shutdown (RS).
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 22 dari 268
Equivalent Forced Derated Hours during Reserve Shutdown (EFDHRS): adalah perkalian antara
jumlah jam unit pembangkit forced derating (FD1, FD2, FD3) selama reserve shutdown dan besar
penurunan derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian Forced Derating (FD1, FD2, FD3) selama
reserve shutdown dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan
durasi derating aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN
pembangkit (MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
Equivalent Planned Derated Hours During Reserve Shutdowns – EPDHRS (PD): adalah perkalian
antara jumlah jam unit keluar terencana (Planned Derating, PD) selama reserve shutdown dan besar
penurunan derating dibagi dengan DMN. Setiap kejadian planned derating selama reserve shutdown
dikonversi menjadi jam ekivalen full outage, yang diperoleh dengan cara mengalikan durasi derating
aktual (jam) dengan besar derating (MW) dan membagi perkalian tersebut dengan DMN pembangkit
(MW). Semua jam ekivalen ini kemudian dapat dijumlahkan.
Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang telah memperhitungkan
dampak dari derating pembangkit.
Service Factor (SF):adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi terhadap jumlah jam dalam
satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada
satu periode tertentu.
Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar terencana (planned
outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit
pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar terencana
(Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase
kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan perbaikan, pada suatu periode tertentu.
Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar terencana
(planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan
overhoul pada suatu periode tertentu.
Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalen unit pembangkit mengalami derating
terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit
akibat derating, pada suatu periode tertentu.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 23 dari 268
Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar reserve shutdown
(RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase unit pembangkit
reserve shutdown, pada suatu periode tertentu.
Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar paksa (FOH) terhadap
jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO,
pada suatu periode tertentu.
Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem (keluar paksa)
dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem ditambah jumlah jam unit pembangkit
beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen.
Forced Outage Rate demand (FORd):adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH]. Besaran ini menunjukkan
tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang diharapkan.
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang telah memperhitungkan
dampak dari derating pembangkit.
Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd): adalah [(fxFOH)+(fpxEFDH)] dibagi [(f x FOH) +
SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage dan derating tiap periode operasi yang
diharapkan.
Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya mampu netto unit
pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1 tahun, 8760 atau 8784 jam).
Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya mampu netto unit
pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.
Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara DMN dan jumlah jam
unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit pembangkit derating akibat forced derating,
maintenance derating, planned derating, dan derating karena cuaca/musim.
Sudden outage Frequency (Sdof) : adalah rata – rata jumlah gangguan mendadak unit pembangkit per
periode tinjauan
POH
4 Planned Outage Factor [ POF ] 100%
PH
MOH
5 Maintenance Outage Factor [ MOF ] 100%
PH
RSH
6 Reserve Shutdown Factor [ RSF ] 100%
PH
EPDH EUDH
7 Unit Derating Factor [ UDF ] 100%
PH
POH MOH
8 Scheduled Outage Factor [SOF ] 100%
PH
FOH
9 Forced Outage Factor [ FOF ] 100%
PH
FOH
10 Forced Outage Rate [ FOR ] 100%
FOH SH SynchronousHours
f FOH
11 Forced Outage Rate demand [FORd] 100%
( f FOH ) SH
FOH EFDH
12 Equivalent Forced Outage Rate [EFOR] 100%
FOH SH Synchr .Hrs. EFDHRS
fp = (SH/AH)
**) Untuk pembangkit pemikul beban puncak f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka untuk r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian FO]
perhitungan diberi angka 0,001.
D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start aktual]
Jika jumlah kejadian FO, start atau start aktual =
0, maka untuk perhitungan diberi angka 1. T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang dilakukan, baik berhasil
maupun gagal]
100%
Pr oduksi Netto
14 Net Capacity Factor [ NCF ] PH DMN
100%
Pr oduksi Netto
15 Net Output factor [ NOF ]
SH DMN
100%
Pr oduksi Netto
16 Plant Factor [ PF ] ( AH ( EPDH EUDH ))DMN
FO1
17 Sudden Outage Frequency [ Sdof] Unit. Kit
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 25 dari 268
SH
3 Service Factor [ SF ] 100%
PH
POH
4 Planned Outage Factor [ POF ] 100%
PH
MOH
5 Maintenance Outage Factor [ MOF ] 100%
PH
RSH
6 Reserve Shutdown Factor [ RSF ] 100%
PH
( EPDH EUDH )
7 Unit Derating Factor [ UDF ] 100%
PH
( POH MOH )
8 Scheduled Outage Factor [ SOF ] 100%
PH
FOH
9 Forced Outage Factor [ FOF ] 100%
PH
FOH
10 Forced Outage Rate [ FOR ] 100%
( FOH SH Synchr .Hours)
( f FOH )
11 Forced Outage Rate demand [ FORd] 100%
(( f FOH ) SH )
( FOH EFDH )
12 Equivalent Forced Outage Rate [ EFOR] 100%
( FOH SH Synchr .Hrs. EFDHRS )
fp = (SH/AH)
**) Untuk pembangkit pemikul beban puncak f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka untuk r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian FO]
perhitungan diberi angka 0,001.
D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start aktual]
Jika jumlah kejadian FO, start atau start aktual =
T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang dilakukan, baik berhasil
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 26 dari 268
Pr oduksi Netto
14 Net Capacity Factor [ NCF ] ( PH DMN )
100%
Pr oduksi Netto
15 Net Output factor [ NOF ] ( SH DMN )
100%
Pr oduksi Netto
16 Plant Factor [ PF ] (( AH ( EPDH EUDH ))DMN ) 100%
n. FO1
17 Sudden Outage Frequency [ Sdof] n.unit kit
( SH DMN )
3 W Service Factor [WSF] 100%
( PH DMN )
( POH DMN )
4 W Planned Outage Factor [WPOF] 100%
( PH DMN )
( MOH DMN )
5 W Maintenance Outage Factor [WMOF] 100%
( PH DMN )
( RSH DMN )
6 W Reserve Shutdown Factor [WRSF] 100%
( PH DMN )
( FOH DMN )
9 W Forced Outage Factor [WFOF] 100%
( PH DMN )
( FOH DMN )
10 W Forced Outage Rate [WFOR] 100%
[( FOH SH Synchr .Hours) DMN ]
W Forced Outage Rate demand [( f FOH ) DMN ]
11 100%
[WFORd] [(( f FOH ) SH ) DMN ]
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 27 dari 268
fp = (SH/AH)
**) Untuk pembangkit pemikul beban puncak f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka untuk r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian FO]
perhitungan diberi angka 0,001.
D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start aktual]
Jika jumlah kejadian FO, start atau start aktual =
0, maka untuk perhitungan diberi angka 1. T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang dilakukan, baik berhasil
maupun gagal]
Pr oduksi Netto
14 W Net Capacity Factor [WNCF] ( PH DMN )
100%
Pr oduksi Netto
15 W Net Output factor [WNOF] ( SH DMN )
100%
Pr oduksi Netto
16 W Plant Factor [WPF] (( AH ( EPDH EUDH ))DMN ) 100%
n.FO1
17 W Sudden Outage Frequency [ WSdof] n.unit kit
Formula yang digunakan sama persis dengan Formula-formula yang terdapat pada sub
bahasan E.7.1, E.7.2., dan E.7.3., dengan maksud dan tujuannya sama.
Untuk menandai bahwa formula tersebut dipakai tanpa peristiwa OMC, maka ditambahkan karakter “X” di
awal formula. Jadi XAF artinya AF tanpa peristiwa OMC, XWAF artinya WAF tanpa peristiwa OMC, dan
seterusnya.
1 XAF, XWAF Lihat Formula No. 1 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
2 XEAF, XWEAF Lihat Formula No. 2 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
3 XSF, XWSF Lihat Formula No. 3 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 28 dari 268
4 XPOF, XWPOF Lihat Formula No. 4 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
5 XRSF, XWMOF Lihat Formula No. 5 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
6 XRSF, XWRSF Lihat Formula No. 6 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
7 XUDF, XUDF Lihat Formula No. 7 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
8 XSOF, XWSOF Lihat Formula No. 8 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
9 XFOF, XWFOF Lihat Formula No. 9 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
10 XFOR, XWFOR Lihat Formula No. 10 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
11 XFORd, XWFORd Lihat Formula No. 11 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
12 XEFOR, XWEFOR Lihat Formula No. 12 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
13 XEFORd, XWEFORd Lihat Formula No. 13 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
14 XNCF, XWNCF Lihat Formula No. 14 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
15 XNOF, XWNOF Lihat Formula No. 15 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
16 XPF, XWPF Lihat Formula No. 16 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
17 XSdof, XWSdof Lihat Formula No. 17 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
4 (empat) metoda Formula Baku Indikator Kinerja Pembangkit tersebut dipakai dan di informasikan secara
bersama-sama dalam aplikasi berbasis web GAIS (Generation Availability Information System), dengan
maksud agar semua pihak yang berkepentingan bisa mendapatkan informasi data kinerja dan statistik
peristiwa pembangkit pada Sistem Jawa Bali secara cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Perhitungan FORd dan EFORd dapat dipakai jika SH, FOH, atau RSH memenuhi kriteria berikut ini:
5 >0 0 0 0 EFDH/SH
CATATAN KHUSUS
Pada Lampiran E-4 dijelaskan metode Sintesis dan Fleet-type Roll Up untuk menentukan data dan
menghitung kinerja PLTGU secara BLOK dengan data laporan dari masing-masing unit GT/ST.
Metode ini tidak digunakan P2B dalam perhitungan secara sistem. Metode ini biasa digunakan secara
khususuntuk menunjukkan hubungan sebab-akibat terjadinya kondisi unit-unit (GT/ST) pada PLTGU.
3 BOILER - - - ADA - -
POLLUTION CONTROL
5 - ADA ADA ADA - ADA
EQUIPMENT
REGULATORY, SAFETY ,
7 ADA ADA ADA ADA ADA ADA
ENVIRONMENTAL
PERSONEL OR PROCEDURE
8 ADA ADA ADA ADA ADA ADA
ERRORS
11 HRSG - - ADA - - -
F.PENUTUP
Demikian telah diuraikan secara ringkas Prosedur Tetap Deklarasi Kondisi Pembangkit dan Indikator Kinerja
Pembangkit ini yang dimaksudkan untuk mendorong peningkatan efisiensi dan keandalan penyediaan
Tenaga Listrik Sistem Jamali, akan dievaluasi dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan struktur
industri kelistrikan yang diterapkan pada sistem tenaga listrik Jamali serta ketentuan dan kondisi yang
berlaku sesuai PPA/ESC/FLA/Perjanjian Jual Beli/Kesepakatan Transfer Tenaga Listrik
Prosedur tetap ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dengan pemberlakuan Protap ini maka prosedur lainnya
diluar mekanisme pada Protap ini dinyatakan tidak berlaku.
G. ATURAN TAMBAHAN
Aturan tambahan ini mengatur ketentuan khusus untuk pembangkit-pembangkit yang tersambung ke Sistem
Tenaga Listrik Jawa Madura Bali berdasarkan kontrak kesepakatan Power Purchase Agreement (PPA) /
Energy Sales Contract (ESC) / Finance Lease Agreement (FLA) antara PT PLN (Persero) dan Perusahaan
Pembangkit Swasta (IPP). Segala ketentuan dan besaran yang dipersyaratkan PPA/ ESC/ FLA yang tidak
sesuai dengan persyaratan dalam Prosedur Tetap Deklarasi Kondisi Pembangkit dan Indikator Kinerja
Pembangkitakan dibahas tersendiri oleh perusahaan pembangkit terkait dengan PT PLN (Persero) Kantor
P2B untuk mendapatkan kesepakatan yang baru.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 31 dari 268
LAMPIRAN-LAMPIRAN
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 32 dari 268
LampiranD-1:
Lampiran D-2:
MULAI
Pembangkit Mengirim
RDM ke BOPS
Ya
Ada Perubahan
Kondisi Unit
Kondisi BOPS Menerbitkan ROH
Mutakhir
Pembangkit
Unit Siap
Ya
Ya
Tidak
- Re-Dispatch (Aplikasi Dispatch) &
Deklarasi Harian Kondisi Pembangkit
(HDKP)
- Konfirmasi & Acknowledge Harian
Tidak
Klarifikasi & Koreksi Data
Tidak oleh BOPS & Pembangkit
Ya Data Disetujui
Ada Perselisihan
(Dispute)
Ya
Data Base HDKP Tidak
Penyelesaian oleh
Komite Grid Code
Perhitungan IKP Ya
(Aplikasi GAIS) Setuju
Tidak
Laporan IKP
(Versi NERC)
Data dihapus (Delete)
SELESAI
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 34 dari 268
Dispatcher
mengirimkan
perintah
Operator menerima
perintah
Media
Entry Aplikasi Telpon Penyampaian
Dispatch Dispatch
Aplikasi Dispatch
Dispatcher Operator
Acknowledge Acknowledge
Data Base
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 35 dari 137
LampiranD-3:Form. H-DKP-P2B
REALISASI KONDISI PEMBANGKIT HARIAN
UBP : ................................….
Tanggal : ....................................
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Catatan:
- Kolom 3 dan kolom 6 diisi dengan tanggal dan jam pada saat komunikasi antara dispatcher dan operator Pembangkit dilakukan.
- Kolom 4 dan kolom 5 diisi dengan tanggal dan jam mulai dan berakhirnya kondisi Pembangkit. Jam(hh:mm) pada kolom 4 diisi 00:XX jika kondisi lanjutan dari sebelumnya dan atau kolom 5 diisi 24:XX
jika kondisi masih berlanjut.
- Kolom 7 diisi dengan kondisi/status Pembangkit yaitu (pilih salah satu): PO, PE, MO, ME, RS, FO(FO1, FO2, FO3, SF), SD(PD, PDE, MD, MDE), FD(FD1, FD2, FD3), atau NC, diiringi dengan kode
penyebab (Cause Code) pada kolom 8 dan alasan terjadinya kondisi tersebut pada kolom 9 oleh Dispatcher.
- Kolom 10 diisi (jika terdapat 2 kondisi atau lebih dalam waktu bersamaan) dengan ”B” untuk kondisi biasa dan ”D” untuk kondisi yang dominan
- Kolom 12 diisi dengan nama Dispatcher yang bertugas dengan mencirikan asalnya pada akhir nama seperti B untuk BOPS dan R1, R2, R3, R4 untuk masing-masing APB terkait.
- Jika tidak terdapat data, maka pengisian pada kolom terkait diisi dengan TAD
Jakarta, ........................20..
UBP : ................................….
Tanggal : ....................................
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Catatan:
- Kolom 3 dan kolom 6 diisi dengan tanggal dan jam pada saat komunikasi antara dispatcher dan operator Pembangkit dilakukan.
- Kolom 4 dan kolom 5 diisi dengan tanggal dan jam mulai dan berakhirnya kondisi Pembangkit. Jam (hh:mm) pada kolom 4 diisi 00:XX jika kondisi lanjutan dari sebelumnya dan atau kolom 5 diisi 24:XX
jika kondisi masih berlanjut.
- Kolom 7 diisi dengan kondisi/status Pembangkit yaitu (pilih salah satu): PO, PE, MO, ME, RS, FO(FO1, FO2, FO3, SF), SD(PD, PDE, MD, MDE), FD(FD1, FD2, FD3), atau NC, diiringi dengan kode
penyebab (Cause Code) pada kolom 8 dan alasan terjadinya kondisi tersebut pada kolom 9 oleh Dispatcher
- Kolom 10 diisi (jika terdapat 2 kondisi atau lebih dalam waktu bersamaan) dengan ”B” untuk kondisi biasa dan ”D” untuk kondisi yang dominan.
- Kolom 14 diisi dengan “S” untuk data yang disepakati atau “TS” untuk data yang tidak disepakati diiringi dengan keterangannya pada kolom 15.
- Jika tidak terdapat data, maka pengisian pada kolom terkait diisi dengan TAD
Jakarta, ...........................20..
Supervisor Pengendalian Niaga UBP - IP /Asisten Manager Manajemen Energi PJB/ TJB
1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15
Catatan:
- Kolom 3 dan kolom 4 diisi dengan jam mulai dan berakhirnya status Pembangkit. Jam (hh:mm) pada kolom 3 diisi 00:XX jika kondisi lanjutan dari sebelumnya dan atau kolom 4 diisi 24:XX jika kondisi
masih berlanjut.
- Kolom 5 diisi dengan kondisi/status Pembangkit yaitu (pilih salah satu): PO, PE, MO, ME, RS, FO(FO1, FO2, FO3, SF), SD(PD, PDE, MD, MDE), FD(FD1, FD2, FD3), atau NC, diiringi dengan kode
penyebab (Cause Code) pada kolom 6 dan alasan terjadinya kondisi tersebut pada kolom 7 oleh Dispatcher
- Kolom 8 diisi (jika terdapat 2 kondisi atau lebih dalam waktu bersamaan) dengan ”B” untuk kondisi biasa dan ”D” untuk kondisi yang dominan
- Jika tidak terdapat data, maka pengisian pada kolom terkait diisi dengan TAD
Jakarta, ...........................20..
......................................
1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 15
Catatan:
- Kolom 3 dan kolom 4 diisi dengan jam mulai dan berakhirnya status Pembangkit. . Jam (hh:mm) pada kolom 3 diisi 00:XX jika kondisi lanjutan dari sebelumnya dan atau kolom 4 diisi 24:XX jika kondisi
masih berlanjut.
- Kolom 5 diisi dengan kondisi/status Pembangkit yaitu (pilih salah satu): PO, PE, MO, ME, RS, FO(FO1, FO2, FO3, SF), SD(PD, PDE, MD, MDE), FD(FD1, FD2, FD3), atau NC, diiringi dengan kode
penyebab (Cause Code) pada kolom 6 dan alasan terjadinya kondisi tersebut pada kolom 7 oleh Dispatcher
- Kolom 8 diisi (jika terdapat 2 kondisi atau lebih dalam waktu bersamaan) dengan ”B” untuk kondisi biasa dan ”D” untuk kondisi yang dominan
- Jika tidak terdapat data, maka pengisian pada kolom terkait diisi dengan TAD
Jakarta, ...........................20..
......................................
Lampiran D-7:
Form. H-DKP-TS-Pembangkit
REALISASI KONDISI PEMBANGKIT YANG BELUM DISETUJUI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Catatan:
- Kolom 3 dan kolom 4 diisi dengan jam mulai dan berakhirnya status Pembangkit. . Jam (hh:mm) pada kolom 3 diisi 00:XX jika kondisi lanjutan dari sebelumnya dan atau kolom 4 diisi 24:XX jika kondisi
masih berlanjut.
- Kolom 5 diisi dengan kondisi/status Pembangkit yaitu (pilih salah satu): PO, PE, MO, ME, RS, FO(FO1, FO2, FO3, SF), SD(PD, PDE, MD, MDE), FD(FD1, FD2, FD3), atau NC, diiringi dengan kode
penyebab (Cause Code) pada kolom 6 dan alasan terjadinya kondisi tersebut pada kolom 7 oleh Dispatcher
- Kolom 8 diisi (jika terdapat 2 kondisi atau lebih dalam waktu bersamaan) dengan ”B” untuk kondisi biasa dan ”D” untuk kondisi yang dominan
- Kolom 12 diisi dengan nama Dispatcher yang bertugas dengan mencirikan asalnya pada akhir nama seperti U untuk BOPS dan R1, R2, R3, R4 untuk masing-masing APB terkait.
- Kolom 14 diisi dengan “S” untuk data yang disepakati atau “TS” untuk data yang tidak disepakati” diiringi dengan keterangannya pada kolom 15 dan dilampirkan data pendukungnya.
- Jika tidak terdapat data, maka pengisian pada kolom terkait diisi dengan TAD
Jakarta, ...........................20..
UBP...............................IP/PJB/TJB
...... ......................................
Asisten Manager Pengendalian Operasi Real Time IP /Asisten Manager Manajemen Energi PJB/PLN TJB
Lampiran D-8:
MULAI
GANGGUAN UNIT
PEMBANGKIT
t1
t1==1jam
1jam 0 = t1 = 0 Jam t1
t1>>6jam
6jam
N Beban = dmn N
Bertahan Bertahan
1 = t2 = 6 Jam N t3 > 6 Jam N t1
t1<<6jam
6jam
t1
FO1
Beban = 30%dmn t1<<1jam
1jam
Beban = 30%dmn
Y t1
t1==1jam
1jam Y t1
t1>6jam
>6jam
FO2 FO3
INPUT DATA
APLIKASI
STATUS
PEMBANGKIT
SELESAI
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 46 dari 268
Lampiran D-9:
PT INDONESIA POWER
Ramping Rate Minimum Time Waktu Start Up Mesin
Shutdown
DMN TML
No Unit Pembangkit Start Time Start Time Start Time Time
Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
- UP GRESIK
DMN TML Ramp UP Ramp Down Min UP Min Down Start Time Open Start Time (Panas)* Start Time (Hangat)* Start Time (Dingin)* Shutdown Time*
No Pembangkit
MW MW MW/Menit MW/Menit Jam Jam Cycle Mode (Jam) Jam Jam Jam Jam
Very Hot Hot Warm II Warm I
1 PLTU 1 80 40 1 1 NA NA 0,75 1 2 5 9 1,62
2 PLTU 2 80 40 1 1 NA NA 0,75 1 2 5 9 1,62
3 PLTU 3 170 75 2 2 NA NA 1 1,5 2 5 12 1,5
4 PLTU 4 170 75 2 2 NA NA 1 1,5 2 5 12 1,5
5 PLTG 1 16 5 2 2 3,00 2,00 0,25 0,17
6 PLTG 2 16 5 2 2 3,00 2,00 0,25 0,17
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 55 dari 268
DMN TML Ramp UP Ramp Down Min UP Min Down Start Time Open Start Time (Panas)* Start Time (Hangat)* Start Time (Dingin)* Shutdown Time*
No Pembangkit
MW MW MW/Menit MW/Menit Jam Jam Cycle Mode (Jam) Jam Jam Jam Jam
Start Time Combined Cycle Mode
Start Time (Panas)* Start Time (Hangat)* Start Time (Dingin)*
7 PLTGU GT 1.1 100 40 7 7 3,00 2,00 0,50 1,00
8 PLTGU GT 1.2 100 40 7 7 3,00 2,00 0,50 1,00
9 PLTGU GT 1.3 100 40 7 7 3,00 2,00 0,50 1,00
PLTGU ST 1.0
180 100 4 4 72,00 0,50 4,00 6,00 7,50 2,5
(Konfigurasi 3.3.1)
PLTGU ST 1.0
10 120 66,67 4 4 72,00 0,50 3,00 4,50 5,50 1,5
(Konfigurasi 2.2.1)
PLTGU ST 1.0
60 33,33 4 4 72,00 0,50 2,00 3,00 3,50 1,00
(Konfigurasi 1.1.1)
DMN TML Ramp UP Ramp Down Min UP Min Down Start Time Open Start Time (Panas)* Start Time (Hangat)* Start Time (Dingin)* Shutdown Time*
No Pembangkit
MW MW MW/Menit MW/Menit Jam Jam Cycle Mode (Jam) Jam Jam Jam Jam
Start Time Combined Cycle Mode
Start Time (Panas)* Start Time (Hangat)* Start Time (Dingin)*
11 PLTGU GT 2.1 100 40 7 7 3,00 2,00 0,50 1,00
12 PLTGU GT 2.2 100 40 7 7 3,00 2,00 0,50 1,00
13 PLTGU GT 2.3 100 40 7 7 3,00 2,00 0,50 1,00
PLTGU ST 2.0
180 100 4 4 72,00 0,50 4,00 6,00 7,50 2,5
(Konfigurasi 3.3.1)
PLTGU ST 2.0
14 120 66,67 4 4 72,00 0,50 3,00 4,50 5,50 1,5
(Konfigurasi 2.2.1)
PLTGU ST 2.0
60 33,33 4 4 72,00 0,50 2,00 3,00 3,50 1,00
(Konfigurasi 1.1.1)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 56 dari 268
DMN TML Ramp UP Ramp Down Min UP Min Down Start Time Open Start Time (Panas)* Start Time (Hangat)* Start Time (Dingin)* Shutdown Time*
No Pembangkit
MW MW MW/Menit MW/Menit Jam Jam Cycle Mode (Jam) Jam Jam Jam Jam
Start Time Combined Cycle Mode
Start Time (Panas)* Start Time (Hangat)* Start Time (Dingin)*
15 PLTGU GT 3.1 95 40 7 7 3,00 2,00 0,50 1,00
16 PLTGU GT 3.2 95 40 7 7 3,00 2,00 0,50 1,00
17 PLTGU GT 3.3 100 40 7 7 3,00 2,00 0,50 1,00
PLTGU ST 3.0
174 100 4 4 72,00 0,50 4,00 6,00 7,50 2,5
(Konfigurasi 3.3.1)
PLTGU ST 3.0
18 114 66,67 4 4 72,00 0,50 3,00 4,50 5,50 1,5
(Konfigurasi 2.2.1)
PLTGU ST 3.0
57 33,33 4 4 72,00 0,50 2,00 3,00 3,50 1,00
(Konfigurasi 1.1.1)
Keterangan :
1. DMN (Daya Mampu Netto) Kemampuan Maksimum Pembebanan Unit (MW)
2. TML (Technical minimum Load) Kemampuan Minimum Pembebanan Unit (MW)
3. Ramp Up Kecepatan Pembangkit Ketika Pembebanan Naik (MW/Jam) ----> UP Gresik menggunakan satuan MW/menit
4. Ramp Down Kecepatan Pembangkit Ketika Pembebanan Turun (MW/Jam) ----> UP Gresik menggunakan satuan MW/menit
5. Min Up Durasi Minimum yang diperlukan pembangkit untuk shutdown setelah start (Jam)
6. Start Time Waktu yang dibutuhkan unit untuk start normal (Jam)
7. Additional Start Up Cost Tambahan Biaya yang dibutuhkan untuk start misal biaya kwh PS (Rp)
8. Shutdown Time Waktu yang dibutuhkan unit untuk shutdown normal (Jam)
- UP MUARAKARANG
Ramping Rate Minimum Time Waktu Start Up Mesin
DMN TML Start Time Start Time Start Time Shutdown Time
No Unit Pembangkit Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
MW MW MW/Menit MW/Menit Jam Jam Jam Jam Jam Jam
PLTU 45
1 PLTU 4 162 90 3 3 72,00 0,50 2 4 11
2 PLTU 5 162 90 3 3 72,00 0,50 2 4 11
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 57 dari 268
- UP MUARATAWAR
Min UP Min Down Start Time
Kapasitas Desain Ramping Rate Start Time Start Time Start Time
No Pembangkit DMN Maksimun ( MW ) DMN Minumum ( MW ) time time Open Cycle
( MW ) ( MW/Menit ) (Panas) (Hangat) (Dingin)
( Jam ) (Jam) Mode
PLTG
Muara Tawar 2.1 (BBG) 140 137 90
Muara Tawar 2.1 (BBM) 140 135 70
1 5 3,00 5,00 45 menit NA NA NA
Muara Tawar 2.2 (BBG) 140 137 90
Muara Tawar 2.2 (BBM) 140 135 70
Muara Tawar 3.1 (BBG) 143 140 60
Muara Tawar 3.1 (BBM) 143 135 35
Muara Tawar 3.2 (BBG) 143 140 60
2 9 3,00 5,00 45 menit NA NA NA
Muara Tawar 3.2 (BBM) 143 135 35
Muara Tawar 3.3 (BBG) 143 140 60
Muara Tawar 3.3 (BBM) 143 135 35
Muara Tawar 4.1 (BBG) 143 140 60
Muara Tawar 4.1 (BBM) 143 135 35
Muara Tawar 4.2 (BBG) 143 140 60
3 9 3,00 5,00 45 menit NA NA NA
Muara Tawar 4.2 (BBM) 143 135 35
Muara Tawar 4.3 (BBG) 143 140 60
Muara Tawar 4.3 (BBM) 143 135 35
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 61 dari 268
Keterangan :
1. DMN (Daya Mampu Netto) adalah daya keluaran pembangkitan yang diukur di Meter Utama (Meter EleKronik)milik PENJUAL atau dititik penyerahan.
2. Regulasi Primer adalah respon otomatis yang diberikan Unit berupa perubahan daya keluarannya dalam waktu 60 detik setelah terjadinya perubahan frekuensi sistem.
3. Regulasi sekunder adalah berarti kemampuan untuk memberikan respon otomatis yang diberikan Unit berupa perubahan daya keluarannya setelah 60 detik sejak terjadinya perubahan frekuensi sistem, untuk mengambil
4. Ramping Rate adalah Kecepatan maksimum naik turun beban (ramping tes) antara beban 60% sampai
5. Minimum Up Time adalah waktu minimum yang dibutuhkan oleh Unit untuk beroperasi setelah baru saja Unit sinkron pada DMN minimumnya dan kemudian diperintahkan segera kembali untuk lepas dari jaring- jaring
6.atau sistem.Down fime adalah waKu minimum yang dibutuhkan oleh Unit untuk segera sinkron kembali ke jaring-jaring atau sistem sampai dengan DMN minimumnya, setelah baru saja lepas jaring-jaring atau sistem.
Minimum
Catatan :
1. Tambahan pola pemakaian bahan bakar untuk kondisi operasi baik minimum dan maksimum pembebanan
2. Blok 1 dengan kondisi GT Combined Cycle, sehingga DMN lebih rendah dari Blok 2 Open Cycle
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 62 dari 268
- UP PAITON
Ramping Rate Minimum Time Waktu Start Up Mesin
DMN TML Start Time Start Time Start Time Shutdown Time
No Unit Pembangkit Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
MW MW MW/Menit MW/Menit Jam Jam Jam Jam Jam Jam
PLTU PAITON
1 PLTU UNIT 1 dan 2 370 - 4 4 72 0.5 4 13,5 17
Cold Start
0%-7% 2 2
7%-30% 2 2
30%-100% 4 4
Warm Start
0%-7% 2 2
7%-30% 2 2
30%-100% 4 4
Hot Start
0%-7% 4 4
7%-30% 4 4
30%-100% 4 4
- UBJOM INDRAMAYU
Ramping Rate Minimum Time Waktu Start Up Mesin
DMN TML Start Time Start Time Start Time Shutdown Time
No Unit Pembangkit Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
- UBJOM REMBANG
Ramping Rate Minimum Time Waktu Start Up Mesin
DMN TML Start Time Start Time Start Time Shutdown Time
No Unit Pembangkit Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
DMN TML Start Time Start Time Start Time Shutdown Time
No Unit Pembangkit Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
- UBJOM PACITAN
Ramping Rate Minimum Time Waktu Start Up Mesin
DMN TML Start Time Start Time Start Time Shutdown Time
No Unit Pembangkit Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
MW MW MW/Menit MW/Menit Jam Jam Jam Jam Jam Jam
1 UNIT #1 PACITAN 280 200 4 4 0,50 3,00 5 8 16 3,00
2 UNIT #2 PACITAN 280 200 4 4 0,50 3,00 5 8 16 3,00
- UBJOM PAITON 9
Ramping Rate Minimum Time Waktu Start Up Mesin
DMN TML Start Time Start Time Start Time Shutdown Time
No Unit Pembangkit Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
1 Tanjung Jati Unit #1 660,8 400 3,00 3,00 4,88 4,88 18,88 26,76 34,83 4,88 *1) Waktu minimal yang dibutuhkan untuk menaikkan
beban dari 0 % s.d. 100 %;
2)
* Waktu minimal yang dibutuhkan untuk menurunkan
2 Tanjung Jati Unit #2 660,8 400 3,00 3,00 4,88 4,88 18,88 26,76 34,83 4,88 beban dari 100 % s.d. 0 %;
4 Tanjung Jati Unit #4 661,1 400 3,00 3,00 4,88 4,88 18,88 26,76 34,83 4,88 *4) Waktu Shutdown hanya memperhitungkan penurunan
beban dari 100% ke 0%
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 66 dari 268
PT PAITON ENERGY
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 68 dari 268
PT JAWA POWER
(1) (4)
Ramping Rate Minimum Time (Jam) Waktu Start Up Mesin
Unit DMN TML Shutdown
No (2)
Ramp Down Start Time, Jam Start Time, Jam Start Time, Jam (5)
Pembangkit (MWnett) (MWnett) Ramp Up Time (Jam)
Min Up (3) Min Down
(MW/Menit) (MW/Menit) (Panas) (Hangat) (Dingin)
Catatan:
1) Tidak ada batasan waktu spesifik
2) Durasi waktu sejak desynchronization sampai dengan turning gear On
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 72 dari 268
1 PLTP Unit # I 40 44 1 1 2 2 3 4 8 2
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 75 dari 268
PT CIKARANG LISTRINDO
Ramping Rate Minimum Time Waktu Start Up Mesin
DMN TML Start Time Start Time Start Time Shutdown Time
No Unit Pembangkit Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
MW MW MW/Menit MW/Menit Jam Jam Jam Jam Jam Jam
PT BEKASI POWER
Ramping Rate Minimum Time Waktu Start Up Mesin
DMN TML Start Time Start Time Start Time Shutdown Time
No Unit Pembangkit Ramp Up Ramp Down Min Up Min Down
(Panas)* (Hangat)* (Dingin)*
MW MW MW/Menit MW/Menit Jam Jam Jam Jam Jam Jam
Lampiran E-1:
Tujuan dari lampiran ini bukan untuk menyediakan semua kode penyebab atau komponen yang mungkin,
tetapi hanya secara garis besar. Laporan detil yang lebih spesifik mengenai penyebab/komponen, jenis
gangguan, metoda repair, dan/atau kombinasi laporan peristiwa tersebut dapat diuraiakan secara verbal
pada laporan peristiwa. Juga, perusahaan mempunyai pilihan melaporkan informasi lebih terperinci
mengenai cara di mana sistem atau komponen mengalami gangguan.
Cari kode penyebab peristiwa pada sistem atau komponen utama yang bertanggung jawab terhadap
peristiwa, yang bukan pada komponen alat bantu atau operasi yang mencetuskan gangguan sistem atau
komponen utama. Sebagai contoh, gangguan dari saluran udara menuju salah satu klep pengatur feedwater
bisa menyebabkan klep itu menutup, sehingga aliran uap boiler menurun. Dalam hal ini, kode penyebabnya
adalah klep pengatur feedwater, bukan kode sistem pelayanan udaranya. Fakta bahwa klep menutup dipicu
oleh gangguan saluran udara di catat dalam uraian verbal. Pada sisi lain, jika tertutupnya klep pengatur
feedwater diakibatkan oleh hilangnya seluruh setasiun udara, kode penyebab untuk sistem setasiun udara
akan dilaporkan sebagai penyebab utama dari peristiwa. Dalam hal ini, masalah sistem setasiun udara
menyebabkan gangguan pemakaian banyak klep dan instrumen seluruh pembangkit.
Laporan Power Supply (pusat-pusat kendali motor, breakers, dll.) yang melayani komponen tertentu
menggunakan kode komponen itu. Laporan sistem catu daya yang melayani berbagai komponen
menggunakan kode sistem power supply. Sebagai contoh, jika gangguan breaker mengakibatkan hilangnya
suatu FD fan, kode FD fan akan digunakan. Namun, jika masalah AC power supply distribution
menyebabkan tidak hanya hilangnya FD fan tetapi juga beberapa komponen utama lain, maka gunakan
kode AC power supply distribution.
Laporan Instrumen atau Controls (seperti pressure switches, pressure regulators, position indicators,
dll.) yang menjadi bagian tertentu dari fan, pompa, atau klep, menggunakan kode komponen itu. Kode telah
disediakan untuk beberapa sistem kontrol, seperti kontrol feedwater.
Kode Major Overhaul hanya untuk pekerjaan memeriksaan secara seksama yang tidak spesifik. Pekerjaan
pembetulan skala besar yang dilakukan selama major overhaul diharapkan dilaporkan secara terpisah
menggunakan kode yang sesuai. Sebagai contoh, ketika dilakukan general turbine overhaul dilakukan juga
reblading roda turbin tekanan tinggi. Gunakan kode 4400 untuk melaporkan overhaul dan termasuk seperti
pembukaan dan penutupan turbin, pembersihan, dan minor repairs sampai jam manusia bekerja. Gunakan
kode 4012 untuk melaporkan reblading roda turbin HP dan termasuk hanya manhours worker pada field jam
manusia bekerja reblading.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 80 dari 266
Kode "External" dan "Safety, Regulatory, and Environmental" hanya ketika tidak ada kode
penyebab system/component lain yang cocok. Sebagai contoh, jika batas emisi terlewati karena salah
memasang corong asap gas secrubber, gunakan kode secrubber. Namun, jika batas emisi terlewati,
sementara secrubber berfungsi dengan baik, maka gunakan kode Environmental.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 81 dari 266
BALANCE OF PLANT
Electrical 3600-3689
3600 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (OMC)
3601 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (not OMC)
3643 AC Inverters
3720 Transmission equipment at the 1st substation) (see code 9300 if applicable)
3730 Transmission equipment beyond the 1st substation (see code 9300 if applicable)
- Auxiliary Steam
- Service Air
- Instrument Air
GENERATOR
Satuan kode ini berisi generator, exciter, sistim pendingin generator, dan kendali generator.
Bagian utama dari generator sampai dengan CB keluaran generator tercakup pada satuan kode ini.
Generator 4500-4590
4500 Rotor windings (including damper windings and fan blades on hydro units)
4550 Generator bearings and lube oil system (including thrust bearings on hydro units)
4560 Generator vibration (excluding vibration due to failed bearing and other components)
Exciter 4600-4609
4600 Exciter drive - motor
Cooling System 4610-4650 (report failures caused by water leaks into generator as codes
4500, 4510, etc.)
4610 Hydrogen cooling system piping and valves
Controls 4700-4750
4700 Generator voltage control
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 87 dari 266
4830 Major generator overhaul (720 hours or longer) (use for non-specific overhaul only)
4831 Minor generator overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4840 Inspection
HYDRO TURBINE/PUMP
Turbine 7000-7099
7000 Shaft
7003 Lube oil system (use code 7007 to report bearing failures due to lube oil problems)
7007 Bearings
7030 Vibration (Only for unbalance, report bearing failure, etc., in appropriate category)
7052 Other turbine control problems (Report specific wicket gate controls, etc., using the code for the
appropriate equipment item.)
7120 Headgates
7124 Penstock
7180 Tailrace
7199 Other water supply/discharge problems (use for equipment related problems; use codes
7201 Inspection
7220 Unit out of service due to common penstock with unit under repair
7299 Other miscellaneous hydro turbine/pump problems (use generator codes and balance of plant
electrical and auxiliary codes as appropriate)
7300 Routine Hydro Planned Outage (reoccurring schedule) (Use 4840 or 7201 for specific inspections.)
EXTERNAL
Gunakan satuan kode ini untuk melaporkan peristiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal (banjir,
kilat, dll); faktor ekonomi (ketiadaan bahan bakar, tekanan pekerja, dll.); pelatihan operator; dan,
permasalahan sistem transmisi di luar pembangkit.
Catastrophe 9000-9040
9000 Flood
9001 Drought
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 90 dari 266
9020 Lightning
9030 Earthquake
9031 Tornado
9035 Hurricane
Economic 0000;9135-9160
0000 Reserve shutdown
9140 Plant modifications to burn different fuel that are not regulatory mandated
9150 Labor strikes company-wide problems or strikes outside the company’s jurisdiction such as
manufacturers (delaying repairs) or transportation (fuel supply) problems.
9151 Labor strikes direct plant management grievances that result in a walkout or strike are under
plant management control.
Gunakanlah kode ini hanya untuk peristiwa yang tidak secara langsung bisa menyebabkan gangguan
peralatan. Pemeriksaan atau uji coba peralatan tertentu dalam kaitan pengaturan (regulation) dilaporkan
menggunakan kode penyebab peralatan yang sesuai, dan fakta bahwa kebutuhan pengaturan itu dicatat
pada bagian uraian verbal.
Regulatory 9504-9510
9504 Regulatory (environmental) proceedings and hearings - regulatory agency initiated
9510 Plant modifications strictly for compliance with new or changed regulatory requirements
(secrubbers, cooling towers, etc.)
9590 Miscellaneous regulatory (this code is primarily intended for use with event contribution code 2 to
indicate that a regulatory-related factor contributed to the primary cause of the event)
9696 Other miscellaneous operational environmental limits – hydro and pumped storage
Safety 9700-9720
9700 OSHA-related retrofit or inspection
PERFORMANCE 9998-9999
9998 Black start testing
9999 Total unit performance testing (use appropriate codes for individual component testing)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 93 dari 266
Electrical 3600-3689
3600 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (OMC)
3601 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (not OMC)
3643 AC Inverters
3720 Transmission equipment at the 1st substation) (see code 9300 if applicable)
3730 Transmission equipment beyond the 1st substation (see code 9300 if applicable)
- Auxiliary Steam
- Service Air
- Instrument Air
3960 Thermal derating (thermal efficiency losses in balance of plant when specific cause(s) unknown)
GENERATOR
Satuan kode ini berisi generator, exciter, sistim pendingin generator, dan kendali generator.
Bagian utama dari generator sampai dengan CB keluaran generator tercakup pada satuan kode ini.
Generator 4500-4580
4500 Rotor windings
4560 Generator vibration (excluding vibration due to failed bearing and other components)
Exciter 4600-4609
4600 Exciter drive - motor
Cooling System 4510-4650 (report failures caused by water leaks into generator as codes
4500, 4510, etc.)
4610 Hydrogen cooling system piping and valves
Controls 4700-4750
4700 Generator voltage control
4830 Major overhaul (more than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4831 Minor generator overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4840 Inspection
GAS TURBINE
Inlet Air System and Compressors (use HP compressor if only one) 5000-5030
- Ducts and Filters
- Compressors
5099 HP to LP coupling
5101 Hoods
5102 Vanes/nozzles
5103 Silencer
5104 Cones
5109 Other exhaust problems (including high exhaust system temperature not attributable to a specific
problem)
5206 Clutch
5210 Intercoolers
5220 Regenerators
5246 Gas Turbine Control System - hardware problems (including card failure)
5255 Computer
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 105 dari 266
5280 Vibration (not engine) in unit not attributable to bearings or other components
5290 Gas turbine performance testing - individual engines (use code 9999 for total unit performance
testing)
7810 Shaft
7820 Bearings
7830 Blades
7840 Discs
7850 Spacers
7860 Nozzles/vanes
7940 Evactor
8800 Reagent
8810 Reactor
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 107 dari 266
8811 Reagent
8812 Catalyst
8816 Plugging
8821 SCR NOx Ammonia tanks, piping and valves (not injection)
8832 Plugging
CO Reduction 8840-8845
8840 Active catalyst
8842 Plugging
EXTERNAL
Gunakan satuan kode ini untuk melaporkan peristiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal (banjir, kilat,
dll); faktor ekonomi (ketiadaan bahan bakar, tekanan pekerja, dll.); pelatihan operator; dan,
permasalahan sistem transmisi di luar pembangkit.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 108 dari 266
Catastrophe 9000-9040
9000 Flood
9020 Lightning
9030 Earthquake
9031 Tornado
9035 Hurricane
Economic 0000;9130-9160
0000 Reserve shutdown
9130 Lack of fuel (water from rivers or lakes, coal mines, gas lines, etc) where the operator is not in
control of contracts, supply lines, or delivery of fuels
9136 Problems with Primary Fuel for Units with Secondary Fuel Operation
9150 Labor strikes company-wide problems or strikes outside the company’s jurisdiction such as
manufacturers (delaying repairs) or transportation (fuel supply) problems.
9151 Labor strikes direct plant management grievances that result in a walkout or strike are under plant
management control.
Fuel Quality 9200-9290 (Use code 9603 to 9653 if the fuel quality results in excess stack
emissions through no fault in the pollution control equipment. Use the appropriate equipment code to
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 109 dari 266
Regulatory 9504-9590
9504 Regulatory (environmental) proceedings and hearings - regulatory agency initiated
9510 Plant modifications strictly for compliance with new or changed regulatory requirements
(secrubbers, cooling towers, etc.)
9590 Miscellaneous regulatory (this code is primarily intended for use with event contribution code 2 to
indicate that a regulatory-related factor contributed to the primary cause of the event)
9653 Other stack or exhaust emissions – gas turbines (use codes 9200 to 9290 if fuel quality causes
pollution control equipment problems that result in excess stack emissions)
Safety 9700-9720
9700 OSHA-related retrofit or inspection
PERFORMANCE 9998-9999
9998 Black start testing
9999 Total unit performance testing (use appropriate codes for individual component testing)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 112 dari 266
GAS TURBINE
Inlet Air System and Compressors (use HP compressor if only one) 5000-5030
- Ducts and Filters
- Compressors
5099 HP to LP coupling
5101 Hoods
5102 Vanes/nozzles
5103 Silencer
5104 Cones
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 115 dari 266
5109 Other exhaust problems (including high exhaust system temperature not attributable to a
specific problem)
5206 Clutch
5210 Intercoolers
5220 Regenerators
5246 Gas Turbine Control System - hardware problems (including card failure)
5255 Computer
5260 Major overhaul (use for non-specific overhaul only; see page B-1)
5280 Vibration (not engine) in unit not attributable to bearings or other components
5290 Gas turbine performance testing - individual engines (use code 9999 for total unit
performance testing)
JET ENGINE
Inlet Air System and Compressors
- Compressors
5410 High pressure shaft
Turbine
Exhaust Systems
5500 Chamber
5501 Hoods
5502 Vanes/nozzles
5503 Silencer
5504 Cones
5509 Other exhaust problems (including high exhaust temperature not attributable to a specific
problem
Auxiliary Systems
5606 Clutch
5610 Intercoolers
5620 Regenerators
5646 Jet Engine Control System - hardware problems (including card failure)
5660 Major overhaul (use for non-specific overhaul only; see page B- FS-2)
5680 Vibration (not engine) in unit not attributable to bearings or other components
5690 Engine performance testing - individual engines (use code 9999 for total unit performance
testing)
6200 Combined cycle instruments and controls. (Report instruments and controls specific to the
gas turbine; steam turbine; boiler; generator; or balance of plant using the
7810 Shaft
7820 Bearings
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 122 dari 266
7830 Blades
7840 Discs
7850 Spacers
7860 Nozzles/vanes
7940 Evactor
STEAM TURBINE
Di samping turbin, satuan ini meliputi katup pengontrol uap air, sistem kendali turbin, dan turbin
pelengkap. Kode Uap air Penyaringan dimasukkan dalam satuan Balance of Plant.
4011 Diaphragms
4040 Bearings
4111 Diaphragms
4140 Bearings
4211 Diaphragms
4240 Bearings
Valves 4260-4269
4260 Main stop valves
Piping 4270-4279
4270 Crossover or under piping
Lube Oil 4280-4289 (do not include bearing failures due to lube oil)
4280 Lube oil pumps
Controls 4290-4309
4290 Hydraulic system pumps
4300 Turbine supervisory system (use codes 4290 to 4299 for hydraulic oil)
4311 Steam Turbine Control System - hardware problems (including card failure)
4401 Inspection
4402 Minor turbine overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4420 Vibration of the turbine generator unit that cannot be attributed to a specific cause such as
bearings or blades (use this code for balance moves)
4490 Turbine performance testing (use code 9999 for total unit performance testing)
GENERATOR
Satuan kode ini berisi generator, exciter, sistim pendingin generator, dan kendali generator.
Bagian utama dari generator sampai dengan CB keluaran generator tercakup pada satuan kode ini.
Generator 4500-4580
4500 Rotor windings
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 127 dari 266
4560 Generator vibration (excluding vibration due to failed bearing and other components)
Exciter 4600-4609
4600 Exciter drive - motor
Cooling System 4610-4650 (report failures caused by water leaks into generator as
codes 4500, 4510, etc.)
4610 Hydrogen cooling system piping and valves
Controls 4700-4750
4700 Generator voltage control
4830 Major generator overhaul (720 hours or longer) (use for non-specific overhaul only)
4831 Minor generator overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4840 Inspection
117 Solid fuel pneumatic transport system including piping and valves
0385 Igniters
0480 Other oil and gas fuel supply problems (see codes 0360-0410 for burner problems)
6110 HP steam piping up to turbine stop valves – Greater than 600 PSIG; (see 0790 for piping
supports)
6112 Other HP steam valves (including vent and drain valves but not including the turbine stop
valves)
6120 IP steam piping up to turbine stop valves – Between 200 & 600 PSIG (see 0790 for piping
supports)
6122 Other IP steam valves (including vent and drain valves but not including the turbine stop
valves)
6130 LP steam piping up to turbine stop valves – Less than 200 PSIG (see 0790 for piping
supports)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 131 dari 266
6132 Other LP steam valves (including vent and drain valves but not including the turbine stop
valves)
6134 Other main steam valves (including vent and drain valves but not including the turbine stop
valves)
0560 Other reheat steam valves (not including turbine stop or intercept valves)
0561 Other cold reheat steam valves (not including turbine stop or intercept valves)
- HRSG Desuperheaters/Attemperators
6160 HP Startup bypass system piping (including drain lines up to heaters or condenser)- Greater
than 600 PSIG
6170 IP Startup bypass system piping (including drain lines up to heaters or condenser) – Between
200-600 PSIG
6180 LP Startup bypass system piping (including drain lines up to heaters or condenser) – Less
than 200 PSIG
0690 Other feedwater problems downstream of feedwater regulating valve (use codes 3401 to
- Boiler Recirculation
Miscellaneous (Piping)
0801 HP Drum (including drum level trips not attributable to other causes)
0802 IP Drum (including drum level trips not attributable to other causes)
0803 LP Drum (including drum level trips not attributable to other causes)
0810 Boiler supports and structures (use code 1320 for tube supports)
0820 Casing
0830 Doors
HRSG Boiler Tube Leaks 6005-6090 (use code 0859 for tube/membrane failures)
6005 HP Evaporator tubes
6010 HP superheater
6011 HP reheater
6012 HP economizer
6020 IP superheater
6021 IP reheater
6022 IP economizer
6030 LP reheater
6031 LP superheater
6032 LP economizer
- Air Supply
1590 Stacks
HRSG Boiler Control Systems 1700-1799 (including instruments which input to the
controls)
1700 Feedwater controls (report local controls --- feedwater pump, feedwater regulator valve, etc.,
- - with component or system)
1710 Combustion/steam condition controls (report local controls with component or system)
1801 Minor boiler overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
Miscellaneous (Boiler) 1980-1999 & 6000 & 6100 (use more specific codes × other
slagging and fouling problems, other control problems, etc. × whenever possible.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 137 dari 266
1990 Boiler performance testing (use code 9999 for total unit performance testing)
BALANCE OF PLANT
Condensing System 3110-3199
- Condenser Tubes
3113 Condenser tube and water box cleaning (including circulating water flow reversal)
3119 Other air-cooled condenser tube casing or shell and internal problems
- Vacuum Equipment
3149 Loss of vacuum not attributable to a particular component such as air ejectors or valves; or,
high back pressure not attributable to high circulating water temperature, or vacuum losses from a
known cause.
Condenser Controls
3170 Condenser inspection (use code 3110 to report looking for tube leaks)
3190 Air leakage (for losses not attributable to previously noted equipment related codes)
3231 Waterbox
3273 Debris in circulating water from outside sources (leaves, mud, etc.)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 140 dari 266
3280 High circulating water temperature (not due to season, tower efficiency below design, or
other listed equipment problem)
3315 Condensate booster pump drive (other than 3313 and 3314)
- Polishers/Chemical Addition
3370 Condensate system controls and instrumentation (not hotwell level, heater level, or
deaerator level controls: see codes 3150-3159, 3344, 3502.
3441 Other high pressure heater problems (see condensate system for LP and IP heater codes)
Electrical 3600-3689
3600 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (OMC)
3601 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (not OMC)
3643 AC Inverters
3720 Transmission equipment at the 1st substation) (see code 9300 if applicable)
3730 Transmission equipment beyond the 1st substation (see code 9300 if applicable)
- Auxiliary Steam
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 147 dari 266
3839 Other auxiliary steam problems (also see extraction steam codes 3520 to 3529; startup
bypass codes 0630 to 0660; and soot blower steam code 0870)
- Service Air
- Instrument Air
3898 Miscellaneous plant auxiliary process and services instrumentation and controls
6299 Other combined cycle block problems (Use other gas turbine problem codes, other steam
turbine codes, etc., whenever appropriate.)
3960 Thermal derating (thermal efficiency losses in balance of plant when specific cause(s)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 149 dari 266
unknown)
Nox Reduction Systems 8800-8829 (Use code 0360 for Low Nox Burners)
- Selective Non-Catalytic Reduction Systems
8800 Reagent
8810 Reactor
8811 Reagent
8812 Catalyst
8816 Plugging
8832 Plugging
CO Reduction 8840-8845
8840 Active catalyst
8842 Plugging
EXTERNAL
Gunakan satuan kode ini untuk melaporkan peristiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal (
banjir, kilat, dll); faktor ekonomi ( ketiadaan bahan bakar, tekanan pekerja, dll.); pelatihan
operator; dan, permasalahan sistem transmisi di luar pembangkit.
Catastrophe 9000-9040
9000 Flood
9020 Lightning
9030 Earthquake
9035 Hurricane
9130 Lack of fuel (water from rivers or lakes, coal mines, gas lines, etc) where the operator is not
in control of contracts, supply lines, or delivery of fuels
9136 Problems with Primary Fuel for Units with Secondary Fuel Operation
9140 Plant modifications to burn different fuel that are not regulatory mandated
9150 Labor strikes company-wide problems or strikes outside the company’s jurisdiction such as
manufacturers (delaying repairs) or transportation (fuel supply) problems.
9151 Labor strikes direct plant management grievances that result in a walkout or strike are under
plant management control.
- Fuel Quality (Use code 9600 to 9650 if the fuel quality results in excess stack emissions through
no fault in the pollution control equipment. Use the appropriate equipment code to report fouling
and slagging.)
- Miscellaneous (External)
9300 Transmission system problems other than catastrophes (do not include switchyard problems
in this category; see codes 3600 to 3629, 3720 to 3730)
Regulatory 9504-9590
9504 Regulatory (environmental) proceedings and hearings - regulatory agency initiated
9510 Plant modifications strictly for compliance with new or changed regulatory requirements
(secrubbers, cooling towers, etc.)
9590 Miscellaneous regulatory (this code is primarily intended for use with event contribution code
2 to indicate that a regulatory-related factor contributed to the primary cause of the event)
9650 Other stack or exhaust emissions – fossil (use codes 9200 to 9290 if fuel quality causes
pollution control equipment problems that result in excess stack emissions)
9653 Other stack or exhaust emissions – gas turbine (use codes 9200 to 9290 if fuel quality
causes pollution control equipment problems that result in excess stack emissions)
9654 Other stack or exhaust emissions – jet engines (use codes 9200 to 9290 if fuel quality causes
pollution control equipment problems that result in excess stack emissions)
Safety 9700-9720
9700 OSHA-related retrofit or inspection
PERFORMANCE 9998-9999
9997 NERC Reliability Standard Requirement
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 156 dari 266
9999 Total unit performance testing (use appropriate codes for individual component testing
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 157 dari 266
BOILER
Boiler Fuel Supply to Bunker 0010-0130
Coal Handling Equipment up Through Bunkers
0080 Stackers/reclaimers
0350 Pulverized fuel and air piping (from pulverizer to wind box) (see code 0898 for pulverizer
reject system problems)
- Burners
0360 Burners
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 160 dari 266
0385 Igniters
- Cyclone
0480 Other oil and gas fuel supply problems (see codes 0360-0410 for burner problems)
- Main Steam
0520 Other main steam valves (including vent and drain valves but not including the turbine stop
valves)
0560 Other hot reheat steam valves (not including turbine stop or intercept valves)
0561 Other cold reheat steam valves (not including turbine stop or intercept valves)
- Desuperheaters/Attemperators
- Startup Bypass
0630 Startup bypass system piping (including drain lines up to heaters or condenser)
0690 Other feedwater problems downstream of feedwater regulating valve (use codes 3401 to
3499 for remainder of feedwater system)
- Boiler Recirculation
Miscellaneous (Piping)
0810 Boiler supports and structures (use code 1320 for tube supports)
0820 Casing
0830 Doors
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 163 dari 266
0880 Fly ash Removal System (not precipitators, secrubbers, mechanical collectors, or baghouses)
0897 Bottom ash rotary (drag chain type) conveyor and motor
Boiler Tube Leaks 1000-1090 (use code 0859 for tube/membrane failures)
1003 Steam generating tubes between steam drum and mud drum
1030 Boiler secaraeen, wing wall, or slag secaraeen (water tubes only)
1080 Economizer
Boiler Tube Fireside Slagging or Fouling 1100-1200 (use codes 0860 and 0870 for
fouling or slagging due to unavailability of soot blowers or their air or steam supply)
1100 Waterwall (Furnace wall)
1103 Steam generating tubes between steam drum and mud drum
1130 Boiler secaraeen, wing wall, or slag secaraeen (water tubes only)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 165 dari 266
1180 Economizer
1200 Operation at reduced power to avoid slagging or fouling (use codes 1100 to 1190 to report
power reductions for slag accumulation or slag removal)
1210 Operation at reduced power to avoid slagging or fouling on waterwalls (Furnace walls) (use
codes 1100-1190 to report power reductions for slag accumulation or slag removal)
1305 Fireside cleaning (which requires a full outage) Use code 1200 for cleanings that cause
deratings.
Boiler Air and Gas Systems 1400-1599 (excluding burner pipes, wind boxes, primary
air, or pulverizer exhausters)
- Air Supply
- Flue Gas
1590 Stacks (use code 8430 for stack problems due to pollution control equipment)
Boiler Control Systems 1700-1799 (including instruments which input to the controls)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 168 dari 266
1700 Feedwater controls (report local controls --- feedwater pump, feedwater regulator valve, etc.,
- - with component or system)
1710 Combustion/steam condition controls (report local controls --- burners, pulverizers, etc., ---
with component or system)
1801 Minor boiler overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
Miscellaneous (Boiler) 1980-1999 (use more specific codes × other slagging and
fouling problems, other control problems, etc. × whenever possible. Desecaraibe
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 169 dari 266
1990 Boiler performance testing (use code 9999 for total unit performance testing)
BALANCE OF PLANT
Condensing System 3110-3199
- Condenser Tubes and Support Equipment
3113 Condenser tube and water box cleaning (including circulating water flow reversal)
- Vacuum Equipment
3149 Loss of vacuum not attributable to a particular component such as air ejectors or valves; or,
high back pressure not attributable to high circulating water temperature, or vacuum losses
from a known cause.
- Condenser Controls
3170 Condenser inspection (use code 3110 to report looking for tube leaks)
3190 Air leakage (for losses not attributable to previously noted equipment related codes)
3273 Debris in circulating water from outside sources (leaves, mud, etc.)
3280 High circulating water temperature (not due to season, tower efficiency below design, or
other listed equipment problem)
3315 Condensate booster pump drive (other than 3313 and 3314)
- Polishers/Chemical Addition
3370 Condensate system controls and instrumentation (not hotwell level, heater level, or
deaerator level controls: see codes 3150-3159, 3344, 3502).
3441 Other high pressure heater problems (see condensate system for LP and IP heater codes)
Electrical 3600-3689
3600 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (OMC)
3601 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (not OMC)
3643 AC Inverters
3720 Transmission equipment at the 1st substation) (see code 9300 if applicable)
3730 Transmission equipment beyond the 1st substation (see code 9300 if applicable)
- Auxiliary Steam
3839 Other auxiliary steam problems (also see extraction steam codes 3520 to 3529; startup
bypass codes 0630 to 0660; and soot blower steam code 0870)
- Service Air
- Instrument Air
3898 Miscellaneous plant auxiliary process and services instrumentation and controls
3960 Thermal derating (thermal efficiency losses in balance of plant when specific cause(s)
unknown)
STEAM TURBINE
Di samping turbin, satuan ini meliputi katup pengontrol uap air, sistem kendali turbin, dan turbin
pelengkap. Kode Uap air Penyaringan dimasukkan dalam satuan Balance of Plant
4011 Diaphragms
4040 Bearings
4111 Diaphragms
4140 Bearings
4211 Diaphragms
4240 Bearings
Valves 4260-4269
4260 Main stop valves
Piping 4270-4279
4270 Crossover or under piping
Lube Oil 4280-4289 (do not include bearing failures due to lube oil)
4280 Lube oil pumps
Controls 4290-4319
4290 Hydraulic system pumps
4300 Turbine supervisory system (use codes 4290 to 4299 for hydraulic oil)
4311 Steam Turbine Control System - hardware problems (including card failure)
4401 Inspection
4402 Minor turbine overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4420 Vibration of the turbine generator unit that cannot be attributed to a specific cause such as
bearings or blades (use this code for balance moves)
4490 Turbine performance testing (use code 9999 for total unit performance testing)
GENERATOR
Satuan kode ini berisi generator, exciter, sistim pendingin generator, dan kendali generator.
Bagian utama dari generator sampai dengan CB keluaran generator tercakup pada satuan kode ini.
Generator 4500-4580
4500 Rotor windings
4560 Generator vibration (excluding vibration due to failed bearing and other components)
Exciter 4600-4609
4600 Exciter drive - motor
Cooling System 4610-4650 (report failures caused by water leaks into generator as
codes 4500, 4510, etc.)
4610 Hydrogen cooling system piping and valves
Controls 4700-4750
4700 Generator voltage control
4830 Major generator overhaul (720 hours or longer) (use for non-specific overhaul only)
4831 Minor generator overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4840 Inspection
problems, use the set of codes for Regulatory, Safety, Environmental stack emission limits.
8010 Crushers/mills
8030 Classifiers
8150 Tubes
8200 Piping
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 189 dari 266
8210 Valves
8230 Ducting
8235 Demister
* Use code 9510 for outages or deratings required to install pollution control equipment. Use codes
9600 to 9650 only when the pollution control equipment problems are not responsible for exceeding
emission limits.
8262 Scrubber booster I.D. fan vibration (fan specific to the secrubber)
8264 Scrubber booster I.D. fan blades (fan specific to the secrubber)
8272 Scrubber booster F.D. fan vibration (fan specific to the secrubber)
8274 Scrubber booster F.D. fan blades (fan specific to the secrubber)
8335 Dryers
8345 Calciners
8450 Inspection
8460 Testing
8504 Mills/slakers
8522 Piping
8523 Valves
8525 Ducting
8526 Dampers
8547 Inspection
8548 Testing
Precipitators 8550-8590
8550 Electrostatic precipitator fouling
Nox Reduction Systems 8800-8835 (Use code 0360 for Low Nox Burners)
- Selective Non-Catalytic Reduction Systems
8800 Reagent
8810 Reactor
8811 Reagent
8812 Catalyst
8816 Plugging
8821 SCR NOx Ammonia tanks, piping and valves (not injection)"
8832 Plugging
- CO Reduction
8842 Plugging
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 195 dari 266
EXTERNAL
Gunakan satuan kode ini untuk melaporkan peristiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal (
banjir, kilat, dll); faktor ekonomi ( ketiadaan bahan bakar, tekanan pekerja, dll.); pelatihan
operator; dan, permasalahan sistem transmisi di luar pembangkit.
Catastrophe 9000-9040
9000 Flood
9001 Drought
9020 Lightning
9030 Earthquake
9031 Tornado
9035 Hurricane
Economic 9130-9160
0000 Reserve shutdown
9130 Lack of fuel (water from rivers or lakes, coal mines, gas lines, etc) where the operator is not
in control of contracts, supply lines, or delivery of fuels
9136 Problems with Primary Fuel for Units with Secondary Fuel Operation
9140 Plant modifications to burn different fuel that are not regulatory mandated
9150 Labor strikes company-wide problems or strikes outside the company’s jurisdiction such as
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 196 dari 266
9151 Labor strikes direct plant management grievances that result in a walkout or strike are under
plant management control.
Fuel Quality 9200-9291 (Use code 9600 to 9650 if the fuel quality results in excess stack
emissions through no fault in the pollution control equipment. Use the appropriate
equipment code to report fouling and slagging.)
9200 High ash content (OMC)
Regulatory 9504-9590
9504 Regulatory (environmental) proceedings and hearings - regulatory agency initiated
9510 Plant modifications strictly for compliance with new or changed regulatory requirements
(secrubbers, cooling towers, etc.)
9590 Miscellaneous regulatory (this code is primarily intended for use with event contribution code
2 to indicate that a regulatory-related factor contributed to the primary cause of the event)
(use codes 9200 to 9290 if fuel quality causes pollution control equipment problems that result in
excess stack emissions)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 198 dari 266
Safety 9700-9720
9700 OSHA-related retrofit or inspection
PERFORMANCE 9998-9999
9997 NERC Reliability Standard Requirement
9999 Total unit performance testing (use appropriate codes for individual component testing
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 200 dari 266
Electrical 3600-3689
3600 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (OMC)
3601 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (not OMC)
3643 AC Inverters
3720 Transmission equipment at the 1st substation) (see code 9300 if applicable)
3730 Transmission equipment beyond the 1st substation (see code 9300 if applicable)
GENERATOR
Satuan kode ini berisi generator, exciter, sistim pendingin generator, dan kendali generator.
Bagian utama dari generator sampai dengan CB keluaran generator tercakup pada satuan kode ini.
Generator 4500-4580
4500 Rotor windings
4560 Generator vibration (excluding vibration due to failed bearing and other components)
Exciter 4600-4609
4600 Exciter drive - motor
Cooling System 4610-4650 (report failures caused by water leaks into generator as
codes 4500, 4510, etc.)
4610 Hydrogen cooling system piping and valves
Controls 4700-4750
4700 Generator voltage control
4830 Major generator overhaul (720 hours or longer) (use for non-specific overhaul only)
4831 Minor generator overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4840 Inspection
DIESEL ENGINE
Engine 5700-5799
5700 Drive shaft and bearings
5710 Cylinders
5720 Pistons
5790 Vibration
5895 Inspection
5990 Engine performance testing - individual engines (use code 9999 for total unit performance
testing)
EXTERNAL
Gunakan satuan kode ini untuk melaporkan peristiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal (
banjir, kilat, dll); faktor ekonomi ( ketiadaan bahan bakar, tekanan pekerja, dll.); pelatihan
operator; dan, permasalahan sistem transmisi di luar pembangkit.
Catastrophe 9000-9040
9000 Flood
9001 Drought
9020 Lightning
9030 Earthquake
9035 Hurricane
9130 Lack of fuel (water from rivers or lakes, coal mines, gas lines, etc) where the operator is not
in control of contracts, supply lines, or delivery of fuels
9136 Problems with Primary Fuel for Units with Secondary Fuel Operation
9140 Plant modifications to burn different fuel that are not regulatory mandated
9150 Labor strikes company-wide problems or strikes outside the company’s jurisdiction such as
manufacturers (delaying repairs) or transportation (fuel supply) problems.
9151 Labor strikes direct plant management grievances that result in a walkout or strike are under
plant management control.
Fuel Quality 9200-9291 (Use code 9605 to 9655 if the fuel quality results in excess stack
emissions through no fault in the pollution control equipment. Use the appropriate
equipment code to report fouling and slagging.)
9200 High ash content (OMC)
Regulatory 9504-9590
9504 Regulatory (environmental) proceedings and hearings - regulatory agency initiated
9510 Plant modifications strictly for compliance with new or changed regulatory requirements
(secrubbers, cooling towers, etc.)
9590 Miscellaneous regulatory (this code is primarily intended for use with event contribution code
2 to indicate that a regulatory-related factor contributed to the primary cause of the event)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 208 dari 266
(use codes 9220 to 9290 if fuel quality causes pollution control equipment problems that result in
excess stack emissions)
Safety 9700-9720
9700 OSHA-related retrofit or inspection
PERFORMANCE 9998-9999
9997 NERC Reliability Standard Requirement
9999 Total unit performance testing (use appropriate codes for individual component testing)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 210 dari 266
0520 Other main steam valves (including vent and drain valves but not including the turbine stop
valves)
- Desuperheaters/Attemperators
BALANCE OF PLANT
Condensing System 3110-3199
3113 Condenser tube and water box cleaning (including circulating water flow reversal)
- Vacuum Equipment
3149 Loss of vacuum not attributable to a particular component such as air ejectors or valves; or,
high back pressure not attributable to high circulating water temperature, or vacuum losses
from a known cause.
- Condenser Controls
3170 Condenser inspection (use code 3110 to report looking for tube leaks)
3190 Air leakage (for losses not attributable to previously noted equipment related codes)
3280 High circulating water temperature (not due to season, tower efficiency below design, or
other listed equipment problem)
3315 Condensate booster pump drive (other than 3313 and 3314)
3370 Condensate system controls and instrumentation (not hotwell level, heater level, or
deaerator level controls: see codes 3150-3159, 3344, 3502).
Electrical 3600-3689
3600 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (OMC)
3601 Switchyard transformers and associated cooling systems – external (not OMC)
3643 AC Inverters
3680 to 3684 other voltage: (transformers, circuit breakers, conductors and buses, insulators,
protection devices) respectively
3720 Transmission equipment at the 1st substation) (see code 9300 if applicable)
3730 Transmission equipment beyond the 1st substation (see code 9300 if applicable)
- Auxiliary Steam
3839 Other auxiliary steam problems (also see extraction steam codes 3520 to 3529; startup
bypass codes 0630 to 0660; and soot blower steam code 0870)
- Service Air
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 218 dari 266
- Instrument Air
3898 Miscellaneous plant auxiliary process and services instrumentation and controls
3960 Thermal derating (thermal efficiency losses in balance of plant when specific cause(s)
unknown)
STEAM TURBINE
Di samping turbin, satuan ini meliputi katup pengontrol uap air, sistem kendali turbin, dan turbin
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 220 dari 266
pelengkap. Kode Uap air Penyaringan dimasukkan dalam satuan Balance of Plant.
4211 Diaphragms
4240 Bearings
Valves 4260-4269
4260 Main stop valves
Piping 4270-4279
4270 Crossover or under piping
Lube Oil 4280-4289 (do not include bearing failures due to lube oil)
4280 Lube oil pumps
Controls 4290-4314
4290 Hydraulic system pumps
4300 Turbine supervisory system (use codes 4290 to 4299 for hydraulic oil)
4311 Steam Turbine Control System - hardware problems (including card failure)
4401 Inspection
4402 Minor turbine overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4420 Vibration of the turbine generator unit that cannot be attributed to a specific cause such as
bearings or blades (use this code for balance moves)
4490 Turbine performance testing (use code 9999 for total unit performance testing)
GENERATOR
Satuan kode ini berisi generator, exciter, sistim pendingin generator, dan kendali generator.
Bagian utama dari generator sampai dengan CB keluaran generator tercakup pada satuan kode ini.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 223 dari 266
Generator 4500-4580
4500 Rotor windings
4560 Generator vibration (excluding vibration due to failed bearing and other components)
Exciter 4600-4609
4600 Exciter drive - motor
Cooling System 4610-4650 (report failures caused by water leaks into generator as
codes 4500, 4510, etc.)
4610 Hydrogen cooling system piping and valves
Controls 4700-4750
4700 Generator voltage control
4830 Major generator overhaul (720 hours or longer) (use for non-specific overhaul only)
4831 Minor generator overhaul (less than 720 hours) (use for non-specific overhaul only)
4840 Inspection
MISCELLANEOUS - GEOTHERMAL
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 225 dari 266
6499 Geothermal
8010 Crushers/mills
8030 Classifiers
- Wet Secrubber
8150 Tubes
8200 Piping
8210 Valves
8230 Ducting
8235 Demister
* Use code 9510 for outages or deratings required to install pollution control equipment. Use codes
9600 to 9650 only when the pollution control equipment problems are not responsible for exceeding
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 227 dari 266
emission limits.
8262 Secrubber booster I.D. fan vibration (fan specific to the secrubber)
8264 Secrubber booster I.D. fan blades (fan specific to the secrubber)
8272 Secrubber booster F.D. fan vibration (fan specific to the secrubber)
8274 Secrubber booster F.D. fan blades (fan specific to the secrubber)
8450 Inspection
8460 Testing
EXTERNAL
Gunakan satuan kode ini untuk melaporkan peristiwa yang disebabkan oleh faktor eksternal (
banjir, kilat, dll); faktor ekonomi ( ketiadaan bahan bakar, tekanan pekerja, dll.); pelatihan
operator; dan, permasalahan sistem transmisi di luar pembangkit.
Catastrophe 9000-9040
9000 Flood
9001 Drought
9020 Lightning
9030 Earthquake
9031 Tornado
9035 Hurricane
Economic 9130-9160
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 229 dari 266
9130 Lack of fuel (water from rivers or lakes, coal mines, gas lines, etc) where the operator is not
in control of contracts, supply lines, or delivery of fuels
9136 Problems with Primary Fuel for Units with Secondary Fuel Operation
9140 Plant modifications to burn different fuel that are not regulatory mandated
9150 Labor strikes company-wide problems or strikes outside the company’s jurisdiction such as
manufacturers (delaying repairs) or transportation (fuel supply) problems.
9151 Labor strikes direct plant management grievances that result in a walkout or strike are under
plant management control.
Regulatory 9504-9590
9504 Regulatory (environmental) proceedings and hearings - regulatory agency initiated
9510 Plant modifications strictly for compliance with new or changed regulatory requirements
(secrubbers, cooling towers, etc.)
9590 Miscellaneous regulatory (this code is primarily intended for use with event contribution code
2 to indicate that a regulatory-related factor contributed to the primary cause of the event)
Safety 9700-9720
9700 OSHA-related retrofit or inspection
PERFORMANCE 9998-9999
9997 NERC Reliability Standard Requirement
9999 Total unit performance testing (use appropriate codes for individual component testing
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 231 dari 266
PENGANTAR
Standar IEEE 762 (Annex D) dan GADS DRI NERC 2007 menyatakan bahwa:
"Ada sejumlah penyebab outage yang dapat mencegah energi dari pembangkit sampai pelanggan. Beberapa
penyebab terjadi berkaitan dengan operasi pembangkit dan peralatan sementara yang lain adalah di luar
kendalimanajemen pembangkit"
Daftar kode penyebab yang ditetapkan ini selanjutnya harus ditinjau dari waktu ke waktu untuk menjamin
kode penyebab yang terakhir dapat digunakan pada persamaan OMC.
Semua kondisi(termasuksemua kondisi OMC) perlu dilaporkan ke P2B dan perhitungan OMC akan
meniadakankondisi tersebut.
Kondisi OMC dapat terjadi dalam dua bentuk: outage atau derating. Kondisi OMC dapat dikategorikan
sebagai FO, MO, PO tetapi diharapkan mayoritas adalah kondisi FO.
Mengacu pada persamaan NERC, kondisi OMC akan diperlakukan sebagai kondisi standard yaituFO atau FD.
BATAS FISIK
A GCB
1
o Bencana alam seperti angin topan, angin ribut, gempa
Aux. PT
bumi, banjir bandang, tsunami, hujan es, bukanlah di bawah
~ manajemen pengendalian pembangkit, baik di dalam atau di
Generator
luar batas pembangkit itu;
o Pengaruh lingkungan khusus seperti tingkat kolam air pendingin yang rendah, atau saluran masuk air
terhambat yang tidak bisa dicegah oleh tindakan operator. Pengaruh alam seperti suhu lingkungan tinggi
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 232 dari 266
di mana peralatan bekerja tidak dalam spesifikasi disain. Namun, jika peralatan terkait tidak dirawat oleh
pembangkit maka hal tersebut dikategorikan peristiwa Non-OMC karena permasalahan peralatan tersebut
di dalam pengendalian manajemen pembangkit.
o Keterbatasan bahan bakar (air dari sungai atau danau, tambang batu bara, saluran gas, dll) di mana
manajemen pembangkit tidak memiliki kendali atas kontrak penyediaan bahan bakar.
Jika manajemen pembangkit memiliki kendali atas kontrak penyediaan bahan bakar, segala dampak yang
ditimbulkan di bawah kendali manajemen pembangkit (Non-OMC).
o Tekanan pekerja (mogok kerja). Outages atau pengurangan beban disebabkan oleh mogok kerja
tidaklah secara normal di bawah kendali langsung manajemen pembangkit. Tekanan ini mungkin
permasalahan kebijaksananaan perusahaan atau menyangkut urusan di luar yurisdiksi perusahaan itu
seperti permasalahan menunda perbaikan atau transportasi pasokan bahan bakar.
Bagaimanapun, keluhan manajemen pembangkit secara langsung yang mengakibatkan pemogokan atau
tekanan adalah di bawah manajemen pengendalian pembangkit dan masuk sebagai hukuman terhadap
pembangkit. Jika mogok kerja disebabkan oleh permasalahan management/worker pembangkit selama
outage, outage perluasan manapun adalah dimasukkan sebagai rugi-rugi energi sepanjang unit tidak
mampu distart kembali karena gangguan peralatan, pemeliharaan, overhaul, atau aktivitas lain.
o Permasalahan lain yang berhubungan dengan Ketergantungan cuaca seperti variasi musim
dalam jumlah kapasitas besar dalam kaitan dengan variasi temperatur air pendingin bukanlah di dalam
manajemen pengendalian pembangkit.
o Kebijakan dari luar Perusahaan Pembangkit yang menyebabkan pembangkit keluar/derating tanpa
kompensasi apapun.
Dalam menghitung persamaan tanpa kondisi OMC, penting untuk diingat bahwa sasaran
peniadaan kondisi OMC mempengaruhi kesiapan unit. Penanganan kondisi outage berbeda dengan
kondisi derating. Dalam meniadakan kondisi tertentuyang dihadapkan dengan pertanyaan atas apa yang
bisa ditempatkan sebagai pengganti kondisi yang hilang. Dalam kasus dari suatu outage, tidak ada cara
yang pasti mengetahui status apa suatu unit harus dipertimbangkan. Satu-Satunya hal sasaran pasti kami
mengembalikan jam itu kepada status tersedia. Itu persisnya apa yang kami lakukan dan itu semua kami
kira bahwa unit dalam reserve atau dalam keadaan operasi sepanjang waktu kondisi outage OMC
ditiadakan, sehingga, penambahan jam operasi maupun jam cadangan menghadirkan suatu ringkasan
kinerja unit yang khayal. Dalam meninjau jam tersedia, penghitungan AH dirumuskan sebagai berikut :
Dalam hal kondisi derating, perlu diketahui status unit tertentu ketika kondisi dipindahkan. Untuk
mengetahui ini tempatkan bagian jam tersedia ekivalen sebagai cadangan maupun operasi. Ketika kondisi
dipindahkan perlu mencari kondisi derating yang mungkin telah shadowed oleh atau overlap dengan kondisi
yang dipindahkan. Jam overlap harus dihitung oleh software yang memproses kondisi OMC. Perhitungan
equivalent availability dilakukan dengan mempertimbangkan efek kondisi derating yang tidak overlap
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 233 dari 266
Dalam kondisi derating, kerugian yang terkait telah dihitung terutama dalam kasus overlap dan kondisi
shadowed.
1. Kondisi Outage
a. Forced Outage adalah Semua kondisi Forced Outages OMC (FO1, FO2, FO3 atau SF) akan
mengurangi FOH dan menambahkan jumlah AH.
b. Planned Outage adalah Semua kondisi PO OMC, PE OMC akan mengurangi jumlah dan
menambahkan jumlah AH.
c. Maintenance Outage adalah Semua kondisi MO OMC, ME OMC akan mengurangi jumlah MOH
dan akan menambahkan jumlah AH.
d. Outage OMC di dalam kondisi Derating (Gambar 1-d) Jika terjadi outage OMC di dalam
kondisi Derating non-OMC, jam ekivalen derating (EFDH, EMDH, EPDH) akan mengurangi jumlah
OMCH. Kondisi derating non-OMC akan diberlakukan sebagaimana mestinya.
2. Kondisi Derating
a. Derating OMC adalah jam kondisi derating OMC ekivalen dipindahkan dari total jam ekivalen dan
kejadian derating yang lain tetap.
b. Derating OMC yang Overlap oleh derating (Gambar 2-b) adalah Derating yang hanya
memperhitungkan kondisi Derating non-OMC.
c. Derating Dominan overlap terhadap derating OMC (Gambar 2-c) adalah Derating yang
hanya memperhitungkan durasi ekuivalen derating yang dominan.
d. Derating OMC dominan Overlap terhadap derating lain (Gambar 2-d) adalah Derating yang
hanya memperhitungkan durasi ekuivalen derating.
e. Outage didalam kondisi Derating OMC (Gambar 2-e) Jika terjadi outage didalam kondisi
Derating OMC, maka derating OMC tidak diperhitungkan.
Semua persamaan yang masuk kondisi OMC dihitung dengan metoda yang sama dan mempunyai nama
yang sama sebagaimana yang ada dalam IEEE 762 dan Lampiran ini. Jadi, persamaan itu tidak berubah
sama sekali tetapi akan menjadi benchmark seperti apa unit bisa menyediakan dalam keadaan
bagaimanapun.
Sebagai konvensi untuk mengidentifikasi persamaan dan kalkulasi tanpa Kondisi OMC, semua persamaan
tanpa Kondisi OMC, namanya ditambah awalan "X". Jadi, EFOR tanpa Kondisi OMC menjadi XEFOR, EFORD
tanpa Kondisi OMC menjadi XEFORD, POF tanpa Kondisi OMC menjadi XPOF, dan seterusnya.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 234 dari 266
c. Skenario # 3: FO yang tidak bisa ditunda perbaikannya sampai akhir periode mingguan
Pada hari Rabu, PLTG mengalami vibrasi. Pada awalnya vibrasi tidak parah tetapi 4 jam berikutnya,
vibrasi meningkat sehingga unit harus dikeluarkan. Unit tetap dioperasikan sampai setelah periode
beban puncak. PLTG tidak diperlukan lagi sampai Jumat sore yang akan datang. Setelah periode beban
puncak, pembangkit dikeluarkan dari sistem oleh Operator pembangkit. Walaupun unit tersebut tidak
diperlukan sampai Jumat, unit tidak bisa dioperasikan sampai akhir periode mingguan oleh karena
problem vibrasi. Oleh karena itu, outage tersebut adalah FO dan FO ini berlaku sampai problem vibrasi
diperbaiki.
d. Skenario #4: Perpanjangan PO/MO saat pekerjaan masih merupakan Lingkup Kerja Awal
Selama overhaul PLTU #1, pekerjaan perbaikan precepitator elektrostatik (ESP) lebih ekstensif dari yang
diperkirakan. Lebih banyak suku cadang telah dipesan dan tiba untuk menyelesaikan pekerjaan
perbaikan tersebut. Namun, pekerjaan perbaikan ESP yang tak diduga membutuhkan waktu lebih lama
telah menunda pembangkit untuk dapat beroperasi selama 3 hari. Karena pekerjaan perbaikan ESP
menjadi bagian dari lingkup pekerjaan yang awal dan P2B menyetujui tambahan waktu, maka 3 hari
perpanjangan tersebut dianggap sebagai Planned Outage Extension.
pekerjaan pemeliharaan yang awal tetapi dianggap penting untuk mencegah unit outage dimasa
mendatang. Akibat pekerjaan perbaikan dan tidak adanya packing tersedia di tempat, maka MO mundur
selama 12 jam (sampai siap kembali). Semua jam outage kecuali 12 jam yang terakhir adalah MO. Yang
12 jam terakhir adalah FO sebab 1/ startup unit tertunda dan 2) pekerjaan bukan bagian dari lingkup
pekerjaan outage yang awal.
f. Skenario #6: Pekerjaan Perbaikan Tak diduga selama Planned/Maintenance Outage Tetapi
diselesaikan dalam waktu outage yang dijadwalkan.
PLTU #1 sedang melakukan annual overhaul ketika ditemukan beberapa blade pada ID-Fannya perlu
diganti. Pekerjaan tersebut bukan bagian dari lingkup pekerjaan yang awal tetapi suku cadang tersedia
melalui OEM dan pekerjaan perbaikan ID-Fan telah diselesaikan dalam periode PO. Tidak ada
keterlambatan di dalam startup unit yang disebabkan oleh Pekerjaan perbaikan ID-Fan tersebut. Karena
unit tidak tertunda dari startup yang dijadwalkan sehubungan dengan pekerjaan perbaikan ID-fan,
maka pekerjaan tersebut tidak mempengaruhi status pembangkit.
Jawab :
Unit pembangkit harus siap setelah gangguan penyaluran bisa kembali normal dan ditambah waktu
periode start up pembangkit, sehingga diluar waktu tersebut dianggap FO non OMC.
Jawab :
Periode start up unit sesuai dengan karakteristiknya setelah satu unit siap maka unit yang lainnya
harus bisa masuk keseluruhan.Sesuai dengan deklarasi kesiapan sinkron setelah terjadi gangguan
unit pembangkit
3. Apakah status dari pembangkit yang mengalami kerusakan perlatan akibat gangguan penyaluran ?
sampai kapan durasi dari status tersebut?
Jawab :
Unit harus siap menghadapi gangguan apapun. Status pembangkit adalah FO dengan Cause Code
awal untuk gangguan adalah Non OMC. Cause Code selanjutnya OMC/Non OMC ditentukan setelah
investigasi bersama (dengan batasan waktu maksimal 2 minggu).
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 237 dari 266
4. Pembangkit mengalami pekerjaan dengan status PO. Sesuai perencanaan spare parts akan datang 1
bulan berdasarkan kontrak pengadaan, tetapi realisasi datangnya lebih dari 1 bulan kemudian .
Apakah status dan Cause Code setelah lewat 1 bulan?
Jawab :
Status keterlambatan harus mengajukan PE maksimal 1 kali dalam masa waktu PO, setelah itu FO1
(sesuai Protap DKP-IKP 2012). Selama kontrak pengadaan spare parts dibawah kendali manajemen
unit pembangkit terkait, maka Cause Codenya adalah Non OMC
5. Apakah status dan Cause Code dari PLTU yang mengalami gangguan mill akibat kualitas batubara?
Jawab :
Status pembangkit FO/FD dengan Cause Code awal Non OMC, sedangkan untuk Cause Code
pembangkit PPDE selanjutnya dapat berubah OMC/NON OMC setelah dilakukan investigasi bersama
(dengan batasan waktu maksimal 2 minggu).
6. Apakah status dan Cause Code dari PLTU yang mengalami derating karena kualitas batubara ?
Jawab :
Status pembangkit adalah FD dengan Cause Code OMC/Non OMC ditentukan sesuai dengan
kewenangan/tanggung jawab pengadaan batubara, jika pengadaan Batubara dari unit pembangkit
tersebut maka Cause Codenya adalah Non OMC, sedangkan apabila pengadaannya bukan
kewenangan dari unit pembangkit maka Cause Codenya adalah OMC (sesuai dengan PROTAP DKP-
IKP 2012)
7. Suatu pembangkit mengalami modifikasi Unit diluar kewenangan pembangkit tersebut (OMC),
sampai kapan Cause Code OMC tersebut ?
Jawab :
Perlu ada pernyataan resmi dari yang berwenang terkait dengan batas waktu modifikasi unit
tersebut.Unit pembangkit harus menyertakan surat resmi pernyataan kesiapan pending batas waktu
dari proyek.
8. Suatu unit pembangkit kondisi siap beroperasi tetapi karena peralatan utama digunakan pihak lain,
maka unit tersebut masuk kategori OMC, sampai kapan Cause Code OMC tersebut berlaku?
Jawab :
Durasi OMC berlaku sampai dengan peralatan dikembalikan/digantikan dan dinyatakan siap operasi
kembali
9. Apakah status dari GT pada PLTGU apabila HRSGnya mengalami pemeliharaan (MO) sehingga GT
tersebut tidak dapat beroperasi?
Jawab :
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 238 dari 266
Status dari GT tersebut adalah MO, akibat dari tidak beroperasinya HRSG yang mengalami MO
10. Apakah status dari Unit pembangkit yang trip/derating akibat dari proteksi OGS (Overload
Generator Shedding) ?
Jawab :
Status dari pembangkit tersebut adalah FO/Derating dengan Cause Code OMC
11. Apakah status dari Unit pembangkit yang melakukan pengujian untuk kebutuhan sistem
(permintaan P2B)?
Jawab:
Status dari pembangkit tersebut adalah Derating/FO dengan Cause Code OMC (sesuai peralatan
yang di test)
12. Pembangkit mengalami gangguan turbine, control, Other turbine instrument and control problems,
keterangan gangguan system card, setelah dianalisa gangguan tersebut benar disebabkan oleh
card, pada saat proses penggantian ternyata card yg dibutuhkan oleh pabrikan dinyatakan sudah
tidak diproduksi kembali.
Jawab :
13. Pembangkit mempunyai 1 buah trafo (MTR) untuk 2 mesin unit pembangkit, jika trafo tersebut
mengalami gangguan maka yang diperhitungkan gangguan ?
Jawab :
14. Unit pembangkit mengalami gangguan unit Trip ataupun pemeliharaan sudah berlangsung selama
60 Hari, apakah pada hari ke 61 status FO pembangkit dapat berubah menjadi MB ?
Jawab :
MB-Mothballed: yaitu pekerjaan persiapan operasi unit pembangkit selama paling lama 30 (tiga
puluh) hari untuk pembangkit yang sedang mengalami FO, MO, atau PO sedikitnya 60 (enam puluh)
hari dan diminta oleh P2B untuk operasi. MB hanya berlaku untuk pembangkit-pembangkit yang
oleh pihak perusahaan (pemilik) nya sedang dipertimbangkan untuk mengundurkan diri dari sistem
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 239 dari 266
karena faktor usia pembangkit sudah tua dan sering terjadi gangguan mekanis (status ini berlaku
jika unit sudah berhasil sinkron).
15. Unit pembangkit akan melakukan serangkaian performance test rencana adanya penurunan beban ,
setelah berkoordinasi dengan P2B didapatkan pada periode pengujian tersebut system sedang
kondisi aman, cadangan system berlebih, pada saat realisasinya unit meminta izin ke P2B untuk
melakukan serangkaian test untuk penurunan dan kenaikan beban dan disetujui oleh P2B maka
status selama dalam pengujian tersebut, apakah NC ?
b) Pekerjaan dapat dihentikan atau diselesaikan dan tidak mengurangi kemampuan DMN serta
waktu ramp-up dalam jangkauan normalnya, jika dan ketika unit telah diperlukan oleh sistem.
Jika kondisi-kondisi tersebut tidak bisa dipenuhi, maka kejadian tersebut sebagai peristiwa outage
atau derating, bukan NC. Apabila sistem memungkinkan bisa menjadi NC.
16. Unit pembangkit akan melakukan rencana MO namun pada rencana system bulanan unit tersebut
dialokasikan RS selama 1 bulan, maka unit mempertimbangkan untuk melakukan pemeliharaan dan
apakah melaporkan ke P2B untuk meminta izin melakukan pekerjaan tersebut dengan status NC ?
Jawab :
Pada saat unit sedang dalam status RS, seringkali pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan
menyebabkan unit outage atau derating seandainya diminta operasi dan sinkron ke system, Jika
pekerjaan pemeliharaan tidak dapat dihentikan atau diselesaikan, maka status RS berubah menjadi
outage atau derating. Sudah ada dalam protap DKP-IKP 2012, selama status RS unit harus siap.
17. Unit pembangkit yang tegangannya seringkali rendah (melebihi batasan yang ditentukan oleh grid
code) yang mengakibatkan unit pembangkit trip, statusnya? keterlambatan sinkron?
Jawab :
Status awal adalah FO Non OMC, selanjutnya FO OMC/Non OMC ditentukan setelah investigasi
bersama (dengan batasan waktu maksimal 2 minggu)
18. Perusahaan Pembangkit dapat mengusulkan status Retired (RU) unit pembangkit dalam rangka
program pemulihan yang memerlukan waktu relatif lama (lebih dari 1 Tahun), permohonan dapat
diajukan setelah ada persetujuan PLN Pusatselanjutnya dinyatakan dalam amandemen PJBTL serta
deklarasi kesiapan untuk satu tahun kedepan, hal ini dapat dilakukan sepanjang tidak melanggar
kontrak (PPA/PJBTL/FLA/SLA/ESC).
19. Pembangkit mempunyai 1 buah trafo (MTR) untuk 2 mesin unit pembangkit, kondisi unit 1 RS
sedangkan kondisi unit 2 operasi, jika unit 2 trip akibat gangguan MTR, bagaimanakah status unit 1
dan 2?
Jawab:
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 240 dari 266
20. Pembangkit dengan pola operasi CC 1.1.1 , apabila GT trip, bagaimana status unit GT dan ST nya?
Jawab :
21. Pembangkit akan melakukan pengetesan dalam periode Outage namun karena permintaan P2B, tes
tersebut ditunda sehingga durasi outagenya terpotong oleh waktu penundaan dan jadwal outage
terlampaui. Bagaimana perlakuan terhadap kondisi tersebut?
Jawab :
Hari Outage yang diperhitungkan = Hari Outage realisasi – Hari penundaan (proses ini
diperhitungkan di proses settlemen)
*) Ilustrasi : PLTU GRSIK dijadwalkan PO 1-15 April 2017, pada tanggal 10-13 April 2017
direncanakan test sinkron tetapi karena beban rendah periode 10-15 april 2017, P2B meminta agar
proses tersebut ditunda ke tanggal 14 – 17 April 2017. Dari kondisi tersebut, hari outage yang
diperhitungkan adalah :
(2 hari)
Pengajuan PE maksimal diajukan ke ROH pada tanggal 17 April 2017 Pukul 10.00 WIB
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 241 dari 266
Uraian Peristiwa
3 Januari, 4:30 a.m., Unit # 1 trip karena getaran turbin tinggi. Penyebabnya adalah bearing LP turbin.
Pekerjaan pembetulan mulai 3 Januari, 8:00 a.m. dan selesai 8 Januari, 9:30 a.m. Unit sinkron 8 Januari 8,
5:00 p.m.
Perbaikan Komponen
Perbaikan LP turbinebearing 121.50 jam (3 Januari, 8:00 a.m. ke 8 Januari, 9:30 a.m.).
Pada 10 Januari, 8:00 a.m., kemampuan Unit #1 berkurang 400 MW karena air preheater kotor.
Pencemaran sudah mulai beberapa minggu yang lalu, tetapi unit terus beroperasi sangat sempurna pada
beban penuh untuk memenuhi permintaan beban. Setelah Petugas Perbaikan menyelesaikan pekerjaan
mereka dan unit kembali operasi dengan beban penuh (600 MW) Pada 11 Januari, 4:00 p.m.
pada basis yang sama sebagai kerugian karena outages. Yaitu dengan perkalian durasi peristiwa (jam)
dengan deratingnya dan dibagi DMN. Pengaruh kesiapan unit peristiwa ini :
[(600 MW- 200 MW)* 32 jam]/600 MW= 21.33 Jam Deratingd Ekivalen.
Laporan Peristiwa Contoh 2
Nomer Event: 0002
Nama Pembangkit: PLTU #XX
DMN (NMC) 600
Jenis Peristiwa: D4
Mulai Peristiwa: 1/10/07 8:00
Selesai Peristiwa: 1/11/07 16:00
FDH 32.00
EFDH 21.33
Derating Dominan (blank)
Daya Mampu Max.
200
(NAC)
Kode Penyebab
1491
Sist./Komponen
(Perbaikan Komponen) Air preheater
Kode Kontribusi
Mulai Pekerjaan: 1/10/07 8:00
Selesai Pekerjaan: 1/10/07 16:00
Durasi Pekerjaan: 8.00
Jumlah Jam Pekerja 100
Perbaikan Komponen
Perbaikan Air preheater memerlukan 32 jam. Bukan jam ekivalen.
Contoh 3A: DERATING KE DUA MULAI DAN BERAKHIR SELAGI DERATING PERTAMA
MASIH TERJADI
Uraian Peristiwa
Unit # 1 mengalami derating 75 MW mendadak pada 9 Maret, 8:45 a.m. Penyebabnya adalah pulverizer
feeder motor (Derating “A”), sehingga kemampuannya menjadi 525 MW. Pada 10:00 a.m. hari yang sama,
unit mengalami derating lain sebesar 75 MW karena pulverizer feeder motor, sehingga Kemampuan
Maksimum sebagai hasil derating kedua (Derating "B") adalah 450 MW. Motor mulai kembali dan Derating
"B" berakhir satu jam kemudian. Kemampuan unit meningkat 75 MW pada waktu ini. Derating "A" berakhir
pada 9 Maret, 6:00 p.m.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 243 dari 266
Dibawah ini menunjukkan pengaruh kesiapan dua derating yang terjadi pada unit tersebut:
Derating “A”: [(600 MW – 525 MW) * 9,25 jam]/600 MW = 1,16 Jam derating Ekivalen
Derating “B”: [(525 MW – 450 MW) * 1,00 jam]/600 MW = 0,125 Jam derating Ekivalen
Perbaikan Komponen
Jika “Waktu: Pekerjaan dimulai” dan “Waktu: Pekerjaan selesai” adalah blank atau diisi asterisk, laporan
awal dan akhir peristiwa menjadi waktu perbaikan.
Dalam contoh ini, 10,25 jam sebagai waktu perbaikan pulvurizer feeder motor (9,25 jam untuk Derating “A”
dan 1 jam untuk derating “B”. Jam ini bukan Ekivalen.
Contoh 3B: OVERLAP DERATINGS. DERATING KE-2 MULAI DAN BERAKHIR SELAMA
DERATING KE-1 SECARA PARSIAL DIBAYANGI (SHADOWED) DERATING PERTAMA
Uraian Peristiwa
Suatu derating mulai 3 Juli, 2:30 p.m., dimana kapasitas berkurang menjadi 575 MW untuk pemeliharaan
kodenser. Pemeliharaan mulai 13 Juli, 8:00 a.m. dan berakhir 23 Juli, 11:45.
Pada 19 Juli, 11:15 a.m., selagi pemeliharaan derating dalam proses, pompa feedwater trip sehingga beban
dengan seketika turun ke 360 MW. (Ini akan menjadi kasus, ya atau tidaknya unit telah derating.)
Feedwater pompa air kembali operasi pada waktu siang hari yang sama.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 244 dari 266
Derating ke-2 menyebabkan kesiapan unit berubah dari 575 ke 360 MW – berkurang 215 MW. Dalam
kondisi normal (tidak ada kejadian yang lain) feed water pump trip menyebabkan kesiapan menjadi 360 MW
– kerugian 240 MW. Ini berarti bahwa 25 MW, sebagai derating “B” jika terjadinya sendiri, akan dibayangi
oleh derataing “A”. Karena dianggap aditif, ekivalen jam ini tidak dihitung ganda.
Derating “A”: [(600 MW – 575 MW) * 477,25 jam]/600 MW = 19,88 jam derating ekivalen
Derating “B”: [(575 MW – 360 MW) * 0,75 jam]/600 MW = 0,27 jam derating ekivalen
PerbaikanKomponen
Pemeliharaan condenser selama 243,75 jam. Feed water pump keluar selama 0,75 jam. Bukan jam ekivalen.
Uraian Peristiwa
Derating 50 MW terjadi Pada 13 Januari, 8:00 a.m. karena pemeriksaan alat pemanas feedwater (Derating
"A"). Pemeriksaan telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya. Pada 10:00 a.m., Unit #1 mengalami
getaran pulverisator berlebihan. Kesiapan unit berubah dari 550 MW ke 350 MW - pengurangan 200 MW -.
disebabkan oleh benda asing. Selagi mill dalam perbaikan, alat pemanas feedwater telah operasi, Derating
"A" berakhir pada 1:00 p.m. Pada Januari 13. Ini menyebabkan Kapasitas Tersedia Meningkat 50 MW.
Derating "B" berakhir 14 Januari, 8:00 p.m. setelah selesai pekerjaan pembetulan pulverisator.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 245 dari 266
Dua deratings ini adalah aditif (Lihat Contoh 3A). Pengaruh thd kesiapannya adalah:
Derating “A”: [(600 MW - 550 MW) * 5.00 jam)]/600 MW = 0.42 jam derating ekivalen
Derating “B”: [(550 MW - 350 MW) * 34.00 jam)]/600 MW = 11.33 jam derating ekivalen
Perbaikan Komponen
Perbaikan Feedwater heater selama 4.5 jam dan pulverizer selama 34 jam
Uraian Peristiwa
Pemutus kontak trip menyebabkan derating 100 MW, terjadi 10 Maret, 6:30 a.m. (Derating "A"). Pada, 7:45
a.m. hari yang sama, suatu traveling secreen tersumbat menyebabkan salah satu circulating water pumps
shutdown (Derating "B"). Akibatnya, kemampuan unit
menjadi 360 MW.
Derating “A”: [(600 MW - 500 MW) x 4.00 jam]/600 MW = 0.67 Jam Derating Ekivalen
Derating “B”: [(600 MW - 360 MW) x 11.25 jam]/600 MW = 4.50 Jam Derating Ekivalen
Perbaikan Komponen
Circuit breaker dan traveling secaraeen masing2 memakan waktu 2.5 jam dan 11,25 jam perbaikan
Uraian Peristiwa
Suatu Pemutus output generator gangguan pada 6:30 a.m. 10 April menyebabkan derating 300 MW.
Pekerjaan perbaikan mulai pada 8:00 a.m. Unit kembali Normal pada 10 April,7:00 p.m.. Sepanjang
perbaikan generator, suatu masalah kandungan kimia feedwater terjadi sampai, 3:45. Jika hal ini terjadi
sendiri, akan menyebabkan derating 200 MW. Di dalam kasus ini tidaklah perlu, karena derating yang lebih
besar masih ada.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 247 dari 266
Perbaikan Komponen
Walaupun problem feedwater chemistry tidak mempengaruhi kesiapan unit, kejadian tsb. Harus dilaporkan.
Informasi ini penting kebutuhan analisa. Gunakan Seksi D – “Additional Component Worked During Event”
pada laporan peristiwa (97) utk keperluan tersebut.
Uraian Peristiwa
Reserve shutdown mulai 31 Mei, 7:30 p.m. Petugas Pemeliharaan memanfaatkan kesempatan off-line ini
untuk mengambil satu BFP ke luar dari sistem (dua BFP lain masih tersedia). Pekerjaan mulai pada1 juni,
8:00 a.m. dan selesai 2 Juni, 3:30 p.m. Selagi pemeliharaan klep BFP sedang berlangsung, unit mampu
sinkron, tetapi terbatas pada kemampuan 400 MW.
Dalam contoh ini, Unit dianggap mampu 100% selama pekerjaan BFP. Status unit tidak
berubah karena unit mampu mencapai beban penuh saat dibutuhkan.
Perbaikan Komponen
Uraian Peristiwa
Unit # 1 derating 100 MW karena feedwater heater high level trip pada 27 Feb. 9:45 a.m. disebabkan L.P.
heater tube bocor. Pekerjaan pembetulan mulai 2 Maret, 8:00 a.m. Superheater tube bocor pada 2 Maret,
1: 15 a.m. yang menyebabkan unit trip. Pemanas Feedwater ( penyebab derating) telah diperbaiki 4 Maret,
6:30 p.m.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 249 dari 266
Pekerjaan pembetulan superheater (penyebab outage) selesai 4 Maret, 10:00 p.m.. Unit kembali sinkron 5
Maret, 9:22 a.m.
Sekali ditunjukkan, outage dianggap bertanggung jawab penuh thd hilangnya kesiapan. Yaitu 80.12 jam
pada contoh ini.
Perbaikan Komponen
Feedwater heater tidak siap 128,75 jam, superheater tidak siap 80.12 jam.
Uraian Peristiwa
Suatu pulverizer motor gangguan pada 18 Mei, 09:45 a.m. menyebabkan derating 100 MW. Selagi unit
derating, petugas pemeliharaan menemukan water wall tube bocor, memaksa unit keluar seketika. Hal ini
terjadi 20 Mei, 6:45 p.m. Tabung dilas, dan unit kembali operasi 24 Mei, 2:42 a.m. Pekerjaan pembetulan
Pulverisator masih sedang dalam proses, sehingga kemampuan unit masih 500 MW. Unit normal pada 25
Mei, 2:30 p.m. ketika pekerjaan pembetulan pulverisator telah diselesaikan.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 250 dari 266
[( 600 MW- 500 MW)* ( 57.00 Jam+ 35.80 Hours)]/600 MW= 15.47 Jam Derating Ekivalen
Perbaikan Komponen
Perbaikan motor pulverisator, penyebab derating, selama 172.75 jam. Pekerjaan pembetulan Bagian
Waterwall Tabung 79.95 jam.
Uraian Peristiwa
1 Oktober, 7:00 a.m, Unit mulai melakukan siklus 15-hour
startup normal setelah PO selama dua minggu, Pada akhir
siklus normal, unit belum siap untuk sinkron karena H.P.
turbine rotor vibration berlebihan. Masalah telah diperbaiki
dan Unit # 1 sinkron pada 3 Oktober, 3:00 a.m.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 251 dari 266
Perbaikan Komponen
Uraian Peristiwa
10 Juni, 8:00 a.m., manajemen memutuskan untuk mengoperasikan Unit # 1 pada 50% kapasitas- 300 MW-
dalam rangka menghindari potensi kekurangan bahan bakar. Jika permintaan sistem meningkat, unit akan
dikembalikan ke beban penuh. Sebab Unit tidak dibatasi oleh peralatan, keputusan untuk operasi pada
beban rendah tersebut adalah suatu masalah ekonomi.
Pada 25 Agustus, 5:00 a.m., Operator pembangkit melaporkan bahwa persediaan bahan bakarnya tinggal
sedikit dan akibatnya unit tidak bisa lagi berbeban penuh. Derating tidak direncanakan mulai ketika bahan
bakar terbatas. Kemampuan unit sebagai hasil derating adalah 300 MW.
3 September, 9:00 p.m. pasokan bahan bakar Unit telah habis dan unit dikeluarkan dari grid. Persediaan
bahan bakar baru telah dikirimkan 4 September. Unit operasi kembali pada 6 September, 4:00 p.m.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 252 dari 266
Situasi yang diuraikan di atas secara khas mempengaruhi fosil dan unit hidro. Unit nuklir kadang-kadang
dioperasikan pada tingkatan dikurangi untuk "meregang inti" dalam rangka memperpanjang waktunya untuk
penambahan bensin yang berikutnya. Jika inti reaktor mampu untuk beban penuh, keputusan untuk
beroperasi pada suatu tingkat yang lebih rendah adalah masalah ekonomi dan, oleh karena itu, tidak bisa
dilaporkan untuk GADS. Ketika inti tidak bisa lagi mendukung mengisi operasi sangat sempurna, derating
direncanakan (PD) dilaporkan. Kondisi ini kadang-kadang dikenal sebagai "turun ke bawah." Besar deratings
ini pada umumnya meningkat incrementally dan harus dilaporkan sebagai rangkaian peristiwa PD.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : Halaman 253 dari 266
Uraian Peristiwa
Setelah beberapa jam mengalami secrubber ID fan
berlebihan, pada 3 Desember, 3:30 p.m. Unit dikeluarkan
untuk diperbaiki. Setelah masalahnya ditemukan dengan
tepat, pekerjaan pembetulan dilaksanakan. Unit siap
untuk mulai melakukan siklus 15-hour startup normal nya
Pada 5 Desember, 21:30 p.m.. Namun, berhubung beban
rendah, Unit masuk sebagai cadangan shutdown. Startup
mulai pada 2:30 a.m. diikuti beberapa waterwall tubes
retak selama startup, yang mengharuskan perbaikan
segera. Masalah Tabung terjadi pada 9:00 a.m. Pada
Desember 6. Setelah memperbaiki tabung dan suatu
startup sukses, Unit sinkron pada 9 Desember, 5:00 p.m.
Ikhtisar
Dokumen ini akan menjelaskan metoda Sintesis dan Fleet-type Roll Up untuk mengumpulkan data dan
menciptakan statistik kondisi dan kinerja blok dari informasi kondisi dan kinerja level unitnya. Dokumen ini
berlaku hanya untuk reporter yang ingin melaporkan kondisi dan data kinerja untuk masing2 unit
pembangkit secara individu. Dokumen ini tidak berlaku bagi reporter yang menghendaki laporan data blok
secara kontinyu ke P2B sebagai 'unit tunggal' (atau metoda tradisional).
TOLONG DICATAT: Proses mengumpulan data kedua metoda tersebut adalah sama, didasarkan atas level
unit dasar serupa dalam semua keadaan. Perbedaan berada dalam penciptaan statistik blok dari data level
unit. IEEE 762 tidak menghendaki laporan unit terpisah dan membawa komponen bersama-sama untuk
menciptakan statistik blok unit kombinasi. Oleh karena itu, ketetapan dokumen ini adalah metodologi NERC
untuk menciptakan kondisi unit kombinasi baru dan record kinerja yang didasarkan pada record laporan
kinerja dan kondisi level unit.
Terminologi
o Blok unit kombinasi (juga dikenal sebagai "Blok") - Suatu blok memanfaatkan teknologi
pembangkitan listrik dimana listrik dan proses uap air diproduksi dari panas sisa yang terjadi dari satu
atau lebih turbin pembakaran. Dalam kebanyakan situasi, panas sisa yang ada disalurkan ke suatu boiler
uap konvensional atau ke HRSG untuk digunakan turbin uap dalam produksi listrik. Oleh karena itu, blok
siklus kombinasi terdiri dari satu atau lebih gas turbin (GT), satu atau lebih turbin uap (ST), dan
keseimbangan peralatan pembangkit yang mendukung produksi energi listrik atau uap air.
o Unit - Setiap generator di-set sebagai sebuah "unit". Biasanya dalam siklus kombinasi, setiap turbin gas
atau mesin jet dan setiap turbin uap dipertimbangkan sebagai sebuah "unit" Setiap unit berperan atas
total pembangkitan listrik secara blok siklus kombinasi.
o HRSG - Mungkin ada satu atau lebih HRSG atau boiler sisa uap panas dalam blok siklus kombinasi.
Beberapa unit mungkin punya HRSG tunggal per GT; yang lain mungkin punya beberapa GT yang
memberi umpan HRSG tunggal. HRSG tidak menghasilkan listrik pada output blok siklus kombinasi dan
dengan demikian, HRSG adalah suatu komponen bukannya suatu unit.
o Balance of Plant - Ada peralatan lain dalam blok siklus kombinasi yang digunakan untuk mendukung
produksi listrik. Mereka tidak dihubungkan dengan bagian tertentu dari blok dan juga diperlakukan
sebagai komponen.
o Unit - Data disain unit akan dilaporkan seolah-olah setiap unit sebagai generator terpisah. Artinya setiap
unit harus mempunyai nomor unit dan data disain sendiri.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : 01 / Revisi : 05 Halaman 255 dari 268
o Kode Penyebab - Karena setiap unit dari blok dapat mempengaruhi pembangkitan unit lain, ia dapat
dikhayalkan mempunyai situasi dimanaderating dalam GT dapat menjadi kode penyebab ST.(Lihat
Contoh 2 di bawah). Dengan kata lain, kode penyebab unit akan terbuka bagi unit lain dalam blok.
o Laporan Records Kondisi - Kondisi dilaporkan pada tingkat unitnya saja. Data ini akan digunakan
oleh P2B untuk manyatukan data level blok untuk menghitung statistik perusahaan secaratradisional.
o Laporan Records Kinerja - Records Kinerja akan diberitakan hanya dalam basis unit. Jika
diperlukan,P2B akan menggunakan data tersebut untuk mengkalkulasi statistik blok dengan metoda
Sintesis dan atau Fleet-type Roll-Up.
Menghitung Statistik Blok (Sintesis & Fleet-Type) dari Kondisi & Kinerja Level Unitnya
Dalam Metoda Sintesis, akan banyak dijumpai dimana dua unit akan ke luar (satu outage dan yang lain
derating) dan komputer akan merealisirnya dengan penguji records kondisi unit bahwasanya unit tidak
operasi tetapi blok siklus kombinasi masih menyediakan tenaga listrik. Hal demikian tidak terjadi jika ditinjau
secara fleet-type roll up.
Tolong CATAT bahwa tidak ada hitungan ganda dalam penentuan pada blok siklus kombinasi; Kami
benar-benar memelihara dampak permasalahan dalam satu unit pada unit lain. Penambahan dua unit
mempengaruhi keseluruhan produksi listrik secara blok.
Akan ada saat ketika kode penyebab satu unit (GT#1 sebagai contoh) akan juga ditunjukkan pada unit ke
dua (ST sebagai contoh). Itu disebabkan resultan outage GT mempengaruhi produksi uap air pada ST, yang
menghasilkan ketidak-mampuan turbin uap untuk menyediakan kapasitas penuh. Ini boleh lihat seolah-olah
hitungan "ganda" (lihat Contoh # 2). Bagaimanapun, turbin uap sendiri tidak sedang tidak perlu pembetulan
dan penyebab penurunan produksi turbin uap tergantung pada titik-titik hubungan turbin uap tersebut pada
suatu GT (tidak mengatakan yang satu, hanya "sebuah" GT). Oleh karena itu, GT mendapatkan dua
hukuman terhadap hal tsb: untuk outage (kepada GT#1 nya sendiri) dan untuk derating (pada
turbin uap) yang Nampak sebagai "hitungan ganda", tetapi bukanlah! Ini disebabkan GT-nya
yang benar-benar menyebabkan keseluruhan penurunan (derating).
1. Ketika GT#1 dalam outage, waktu dan penyebab outage dikaitkan dengan GT#1 via catatan kondisi
(hanya outage dihubungkan dengan GT#1!), dan
2. Derating pada ST tidak dihubungkan dengan GT#1 "secara langsung" sebab derating tersebut muncul
dengan alasan kode penyebab GT tetapi tidak mengidentifikasi GT yang mana (misal ada lebih dari satu
unit GT). Oleh karena itu, ketika komputer mengkalkulasi statistik GT#1, itu hanya melihat outage nya,
derating nya tidak. Ketika komputer mengkalkulasi statistik dalam turbin uap, melihat derating itu
disebabkan oleh GT. Oleh karena itu, GT#1 tidak dihukum dua kali, tetapi hanya satu kali.
Nilai-Nilai ini akan dihitung hanya didasarkan pada arsip kondisi dan kinerja secara langsung yang
berhubungan dengan setiap unit individu. Banyaknya MWH yang dihasilkan oleh setiap unit dapat
digabungkan secara bulanan untuk menciptakan MWH yang dihasilkan secara. blok siklus kombinasi.
Kalkulasi Ekivalen
- Metoda Sintesis
Banyaknya jam kerja (SH), jam outage paksa (FOH), dll untuk record kinerja Blok hanya dapat diciptakan
dengan penelitian arsip kondisi unit dengan kondisi asal. Prosedur ini diperlukan untuk memastikan apakah
Blok menghasilkan tenaga atau sepenuhnya offline. Dalam metoda sintesis, penjumlahan unit FO, PO,
dll tidak bisa digunakan. Sebagai contoh, jika satu GT kondisi FO, kemudian blok masih tetap
menghasilkan tenaga dan jam outage GT tidak mencerminkan record kinerja blok sebab ini merupakan
derating untuk blok, bukan blok yang outage.
Ekivalen Fleet type roll up Blok didasarkan pada energi yang dihasilkan atau hilang selama unit siap atau tak
siap. Dengan perkalian jam terhadap kapasitas tiap unit, tambahkan energi dari tiap unit untuk menciptakan
statistik secara roll up yang diperlukan pada blok itu. Ketika menggunakan metoda ekivalen fleet type roll up
harus bekerja dengan energi dalam MWH dan bukan kapasitas dan jam sebagai kesatuan terpisah. Dalam
semua kalkulasi kita dapat mengganti energi dengan mengalikan jumlah jam tertentu dengan kapasitas
maksimum unit (DMN).
Hubungan jam kerja ke periode dan jam outage harus tetap untuk unit ndividu dan untuk blok ketika semua
unit digabungkan.
Aturan Khusus untuk Menghitung Data Blok dari Data Level Unit
ATURAN #1 : outage blok mulai ketika CB unit terakhir keluar dan berakhir ketika CB unit ke-1 ditutup.
ATURAN #2 : jumlah start nyata dan start percobaan untuk blok ditentukan oleh CB unit yang lebih dulu
menutup. Jika unit start tanpa masalah, maka ada satu percobaan start dan satu start nyata. Jika unit
pertama gagal startup dan unit kedua distart, maka Blok mempunyai dua percobaan start dan satu start
nyata.
ATURAN #3 : Ketika unit RS mempengaruhi unit lain (misal GT kondisi RS mengurangi steam pada ST nya),
maka tidak ada laporan kondisi berkurangnya aliran uap air karena ST sedang beroperasi seolah-olah dalam
kondisi load following dan dapat kembali normal secepat GT kembali operasi.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : 01 / Revisi : 05 Halaman 257 dari 268
ATURAN #4 : Blok sebagai RS jika satu atau lebih GT juga sebagai RS dan blok tidak sedang bekerja. Itu
berarti unit lain dari blok mungkin sedang FO, MO, atau PO.
ATURAN #5 : Seperti laporan untuk jenis unit lain, berkurangnya kemampuan pada saat proses turun
menuju outages tidak dilaporkan. (Lihat Contoh # 7).
1. Banyaknya start nyata dan start percobaan secara blok ditentukan oleh jumlah semua start nyata
dan start percobaan unit itu. Semua kondisi unit dipindahkan secara langsung ke blok. Dengan kata
lain, jika unit mengalami FO, kondisi FO tersebut juga berlaku pada blok walaupun unit lain dalam
blok mungkin masih beroperasi. Jadi, semua kondisi yang terjadi di dalam blok dapat dipelihara.
2. RS dapat mempengaruhi unit lain (misal GT kondisi RS akan mengurangi uap air pada ST nya).
Tidak ada laporan kondisi pengurangan aliran uap air, sebab ST sedang beroperasi seolah-olah di
dalam load following dan dapat kembali ke kapasitas penuh secepat GT kembali operasi.
3. Seperti laporan untuk jenis unit lain, turun menuju outages tidak dilaporkan. Perubahan unit secara
teratur menuju outage (prosedur outage baku) dipertimbangkan sebagai proses turun menuju
beban rendah dan tidak dilaporkan melanggar hukum terhadap blok siklus kombinasi. (Lihat Contoh
# 7).
Contoh Outages dan Deratings Blok (Sintesis dan Fleet Type) dari laporan Data Level
Unit.
Contoh ini diciptakan hanya untuk menggambarkan hubungan cause and effect spesifik yang dimaksudkan
hanya untuk diskusi dan boleh atau tidak mungkin terjadi pada peralatan, instalasi, bentuk wujud atau
outage kejadian sebenarnya. Tujuan contoh ini untuk menggambarkan bagaimana satu unit outage
mempengaruhi unit lain dan keseluruhan blok.
Contoh ini adalah Blok Siklus Kombinasi – BLOK-1, terdiri dari dua turbin gas, masing2 dengan
generatornya. Setiap GT mempunyai HRSG sendiri. Dua unit GT/HRSG dihubungkan melalui suatu manifold
ke turbin uap tunggal yang juga mempunyai generator sendiri. Total kapasitas listrik kombinasi khayalan ini
(BLOK-1) adalah 710 MW.Susunan Unit sebagai berikut:
GT#1 dan GT#2 masing-masing 225 MW;ST#1 260 MW; dantotal (BLOK-1) 710 MW
o ST#1 RS dari 3 Januari, 00:10 ke 6 Januari, 02:30. ST#1 mampu 260 MW.
o GT#1 RS dari 3 Januari, 00:15 ke 6 Januari, 02:15. GT#1 mampu 225 MW.
Diagram unit dan blok siklus kombinasi periode ini ditunjukkan di bawah:
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : 01 / Revisi : 05 Halaman 258 dari 268
Ringkasan Peristiwa
GT#1 = 74.00 jam; GT#1 = 74.00 hrs x 225 MW= 16,650 MWh.
GT#2 = 147.25 jam; GT#2 =147.25 hrs x 225 MW= 33,131.25 MWh.
ST#1 = 74.33 jam; ST#1 = 74.33 hrs x 260 MW= 19.325.8 MWh.
Blok-1 RS dari 3 Januari, 00:15 ke 6 Januari, Dampak pada blok adalah jumlah peristiwa RS dari
02:15. Blok-1 mampu 710 MW. masing- masing ketiga unit. Jam blok ekivalennya
(65.390 MWH/ 710 MWH) adalah 96.80 jam
Catatan:
o GT#1 derating D1 dari 7 Januari,10:00 sampai 7 Januari,14:00. GT # 1 mampu 180 MW selama periode
ini. Kode Penyebab 3620- Trafo Utama.
o GT#2 derating D1 dari 7 Januari,10:00 ke 7 Januari,14:00. GT # 2 mampu 180 MW selama periode ini.
Kode Penyebab 3620- Trafo Utama.
o ST#1 derating D1 dari 7 Januari,10:00 ke 7 Januari,14:00. ST#1 mampu 208 MW selama periode ini.
Kode Penyebab 3620- Trafo Utama.
Diagram unit dan blok siklus kombinasi periode ini ditunjukkan di bawah:
Ringkasan Peristiwa:
GT#1 derating paksa 4 jam (atau 0.80 Ekivalen o Laporan derating paksa untuk GT # 1 4Hrs x 45MW=
Jam derating paksa.) 180 MWH.
GT#2 derating paksa 4 jam (atau 0.80 Ekivalen o Laporan derating paksa untuk GT # 2 4Hrs x
Jam derating paksa.) 45MW= 180 MWH.
ST#1 derating paksa 4 jam (atau 0.80 Ekivalen o Laporan derating paksa untuk ST # 1 4Hrs x 52MW=
Jam derating paksa.) 208 MWH.
Diagram unit dan blok siklus kombinasi periode ini ditunjukkan di bawah:
Ringkasan Peristiwa:
Blok-1 tidak kena dampak Blok-1 RS 1743.75 MWH (1743.75 / 710= 2.46 Jam
Equiv.)
Tidak ada dampak dalam Blok-1. Blok Siklus Reserve shutdown Blok-1 1743.75 MWH (1743.75 /
kombinasi mampu menghasilkan 710 MW. 710= 2.46 Jam Equiv.)
Contoh 4 - Satu Unit outage, mempengaruhi unit lain dan mengubah jenis peristiwa.
o GT# 2Outage paksa (U1) dari 11 Januari, 07:00 ke 11 Januari, 14:45 (kode penyebab 5030- upercharging
fans). Tidak ada panas tambahan ke HRSG. GT#2 tidak siap selama periode ini.
o Sebagai hasilnya, turbin uap derating paksa (D1) dari 11 Januari, 07:00 ke 11 Januari, 14:45 (kode
penyebab 5030- supercharging fans). Unit Turbin uap mampu 130 MW selama periode ini.
o GT#2 RS dari 11 Januari, 14:45 ke 14 Januari, 03:30. GT#2 mampu 225 MW.
o ST#1 RS dari 12 Januari, 00:00 ke 12 Januari, 11:20. ST#1 mampu 260 MW.
Diagram unit dan blok siklus kombinasi periode ini ditunjukkan di bawah:
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : 01 / Revisi : 05 Halaman 261 dari 268
Cont
Ringkasan Peristiwa:
GT#1 RS selama 9.25 jam. GT#1 RS 9.25 hrs x 225 MW= 2,081.25 MWH.
GT#2 FO (U1) 7.75 jam dan RS 60.75 jam. GT#2 FO (U1) 7.75hrs x 225MW=1,743.75 MWH
ST#1 D1 7.75 jam (atau 3.88 Ekivalen Jam GT#2 RS 60.75 hrs x 225 MW= 13,668.75 MWH
derating paksa) dan dalam RS selama 11.33 jam.
ST#1 D1 7.75 hrs x 130 MW= 1007.50 MWH
Blok-1 derating paksa 7.75 jam (atau 3.88
Ekivalen Jam derating paksa) dan RS selama 9.25 ST#1 RS 11.33 hrs x 260MW= 2,945.80 MWH
jam.
o ST#1 menjalani RS dari 15 Januari, 23:00 ke 16 Januari, 06:00. ST#1 mampu 260 MW
o GT#2 menjalani RS dari 15 Januari, 23:10 ke 16 Januari, 05:45. GT#2 mampu 225 MW
o GT#1 Outage Gagal Startup (SF) dari 16 Januari, 04:45 ke 16 Januari, 06:00 (kode penyebab 5030-
supercharging fan). Tidak ada tambahan panas ke HRSG. GT#1 tidak siap
o Akibat GT#1 SF, ST#1 derating paksa (D1) dari 16 Januari, 04:45 ke 16 Januari, 06:00 (kode penyebab
5030- supercharging fans). ST#1 mampu 130 MW. (Catat: ST#1 adalah dalam RS tetapi diperlakukan
seperti halnya dalam keadaan operasi.)
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : 01 / Revisi : 05 Halaman 262 dari 268
Ringkasan Peristiwa:
GT#1 RS 30.50 jam dan FO (U1) 1.25 jam. GT # 1 dalam cadangan shutdown untuk 30.50 hrs x
225 MW= 6,862.50 MWh.
GT#2 RS 6.58 jam.
GT # 1 dalam Outage paksa untuk 1.25 hrs x 225
ST RS 7.00 jam dan derating paksa 1.25 jam, MW= 281.25 MWh derating.
130MW (atau 0.625 Ekivalen Jam derating paksa)
GT#2 RS 6.58 hrs x 225 MW= 1,481.25 MWh.
Blok-1 derating paksa 1.25 jam, 355MW (atau
0.63 Ekivalen Jam derating paksa) dan RS 6.58 ST#1 RS 7.00 hrs x 260 MW= 1,820 MWh.
jam.
ST#1 D1 1.25 jam kapasitas turun 130MW atau 1.25
*** Catat bahwa 1 jam derates terjadi selama RS hrs x 130 MW= 162.50 MWh.
D1 162.50 MWh
o Karena FO GT#2 sangat singkat, tidak ada kehilangan aliran uap air ke turbin uap. Oleh karena itu, unit
turbin uap mampu 260 MW selama periode ini.
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : 01 / Revisi : 05 Halaman 263 dari 268
o GT#2 Outage paksa (U1) dari 22 Januari, 04:55 ke 22 Januari, 00:45 (kode penyebab 5250)
o Akibat GT#2 tidak menyediakan pasokan uap air, ST#1 derating paksa (D1) dari 22 Januari, 04:55 ke 22
Januari, 05:45 (kode penyebab 5250). ST#1 mampu 130 MW selama periode ini.
Ringkasan Peristiwa:
GT#2 FO 1.00 jam (0.17+ 0.83 jam) Turbin uap dalam derating paksa selama 0.83 jam
(atau 0.42 Ekivalen Jam derating paksa) atau 0.83 hr x
ST#1 D1 0.83 jam (atau 0.42 Ekivalen Jam 130 MW= 107.90 MWH.
derating paksa).
Laporan 2 outages paksa GT # 2 untuk 0.17 hr x
Blok-1 derating paksa 1.00 jam (0.17+0.83jam 225MW= 38.25 MWH. dan 0.83 hr x 225 MW= 186.75
atau 0.47 [0.05+0.42] Ekivalen Jam derating MWH.
paksa).
o GT # 2 menjalani PO dari 24 Januari, 00:00 sampai 31 Januari, 10:00 (kode penyebab 5260- Memeriksa
Turbin Gas Utama secara seksama). GT # 2 tidak siap selama periode ini.
o Unit Turbin uap menjalani PO secara seksama dari 24 Januari, 05:15 ke 31 Januari, 11:30 (kode penyebab
4240- bearing turbin Uap Tekanan Rendah). ST tidak siap selama periode ini.
Ringkasan Peristiwa:
GT #1 PO selama 172.75 jam. GT#1 PO 172.75 hrs x 225 MW= 38,868.75 MWH
GT #2 PO selama 178.00 jam. GT#2 PO 178.00 hrs x 225 MW= 40,050 MWH
Ringkasan Data
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : 01 / Revisi : 05 Halaman 266 dari 268
Ringkasan Data
No. Dokumen Berlaku
LEVEL
Status Edisi : 01 / Revisi : 05 Halaman 268 dari 268