Anda di halaman 1dari 257

II.

DASAR HUKUM

1. UU No. 1 Tahun 1970


2. Undang-Undang Uap 1930
3. Peraturan Uap 1930
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja :
a). No. Per.37/Men/2016 Bejana Tekan
b). No. Per.02/Men/1982 Klasifikasi las
e). No. Per.01/Men/1988 Operator PU
g). No. Per.02/Men/1992 Penunjukan
AK3
h). No. Per.04/Men/1995 Penunjukan
PJK3
5. Instruksi, Edaran, Standar dll
I. RUANG LINGKUP BAB II

PASAL 4
diberlakukan u/ perencanaan, pembuatan, penganggkutan,
pemasangan pengisian pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan,perbaikan,modifikasi penyimpanan dan
pemeriksaan serta pengujian : BEJANA TEKANAN DAN
TANGKI TIMBUN
Bejana Tekanan adalah bejana selain pesawat uap
yang didalamnya terdapat tekanan dan dipakai untuk
menampung gas atau gas campuran termasuk udara
baik terkempa menjadi cair atau dalam keadaan larut
dan beku.

Tangki Timbun adalah bejana selain bejana


tekanan yang menyimpan atau menimbun cairan
bahan berbahaya atau cairan lainnya didalamnya
terdapat gaya tekan yang ditimbulkan oleh berat
cairan yang disimpan atau ditimbun dengan volume
tertentu
• Bejana penyimpan gas atau campuran gas
• Bejana penyimpanan bahan bakar gas yang
digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan .
• Bejana Transport yang digunakan untuk
penyimpanan atau pengangkutan
• Bejana proses dan ,Pesawat pendingin.
Bejana tekanan tersebut mempunyai
tekanan lebih dari 1 kg/cm2
dan atau volume lebih dari
2,25 (dua koma duapuluh lima)225ltr.
PSL 6
• TANGKI TIMBUN sesuai dengan psl 4
a. Tangki penimbun cairan bahan mudah terbakar .
b. Tangki penimbun cairan bahan berbahaya
c. Tangki penimbun cairan selain huruf a dan huruf b.

Tangki penimbun sebagaimana dimaksud dengan ayat(1)


huruf a memiliki volume paling sedikit 200 (dua ratus) liter.
Tangki penimbun sebagaimana dimaksud dengan ayat(1)
huruf c memiliki volume paling sedikit 450 ltr (empat ratus
lima puluh ) liter, dan /atau temperatur lebih dari 99° C
(sembilan puluh sembilan derajat celsius)

cairan bahan mudah te


• tekanan tersebut mempunyai tekanan lebih dari 1 kg/cm2 dan
volume lebih dari 2,25 (dua koma duapuluh lima) liter.
1. Perencanaan bejana tekanan dan tangki timbun :
Pembuatan gambar konstruksi /instalasi dan cara
kerja.
Perhitungan kekuatan konstruksi
Pemilihan dan penentuan bahan memiliki sertifikat.
Menyediakan lembar data keselamatan acitelin dan
aseton khusus pembuatan bejana penyimpan
acytelin dan aseton dan pembuatan gambar
konstruksi alat perlindungan dan cara kerja.
storage tank

8
Blower 

Daerah berbahaya
Udara 30 m
masuk

Uap flammable

9
2. Pembuatan bejana tekanan dan tangki timbun
sebagaimana psl 4 :
a.Pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan WPS
(Welding Prosedure specification) dan pencatatan
Prosedur kualifikasi PQR ( Prosedure Qualification
Record) bila dilaksanakan dengan las.
b.Pembuatan sesuai gambar rencana
c.Perencanaan jumlah bejana tekanan dan tangki timbun
yang akan dibuat.
d.Penomoran pembuatan.
e.Rencana jenis zat pengiisi.
3. Pemasangan perbaikan dan modifikasi bejana tekanan
dan tangki timbun sebagaimana psl 4 :
a.Pembuatan sesuai gambar rencana Pemasangan perbaikan
dan modifikasi
b.Pembuatan rencana gambar ,fondasi landasan rangka kaki.
c.Pembuatan prosedure kerja aman pemasangan perbaikan
dan modifikasi sesuai gambar rencana.
d.Pelaksanaan pemasangan perbaikan dan modifikasi sesuai
gambar rencana .
e.Pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan WPS (Welding
Prosedure specification) dan pencatatan Prosedur kualifikasi
PQR ( Prosedure Qualification Record) bila dilaksanakan
dengan las..
4. Pemakaian bejana tekanan dan tangki timbun
sesuai psl 4 :
Dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum
digunakan serta dilakukan pemeliharaan secara
berkala.
5. WPS (Welding Prosedure specification) dan
pencatatan Prosedur kualifikasi PQR ( Prosedure
Qualification Record) sebagaimana ayat(2) huruf a
dan ayat (3) huruf e dilaksanakan evaluasi
penilaian oleh Pengawas Ketenagakerjaan spesialis.
Bejana tekan merupakan salah satu sumber bahaya
yang dapat menimpa tenaga kerja dan kerusakan
yang fatal bagi lingkungan. Jenis bahaya tersebut
adalah :
1. Bahaya terhadap kebakaran
2. Bahaya terhadap keracunan
3. Bahaya terhadap pernapasan tercekik/aspisia
4. Bahaya terhadap peledakan
5. Bahaya terhadap cairan sangat dingin/cryogenic
BLEVE
(Boiling Liquid Expanding
Vapor Explosion)

peledakan tangki gas cair


yang mendidih akibat paparan panas

PAPARAN TANKI BAHAN BAKAR


PANAS GAS CAIR
III. PENCEAGAHAN KECELAKAAN
Prinsip Pencegahan Berdasarkan Peraturan
Perundangan
- Preventif, Sistimatik dan menyeluruh

 Perencanaan
 Pembuatan
 Perakitan/pemasangan/
peredaran
 Pemakaian/Pemindahan/
Perawatan
 Reparasi/modifikasi
PASAL 2
diberlakukan u/ perencanaan, pembuatan, penganggkutan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bejana tekanan

PASAL 3
u/ pesawat pendingin serta bagian-bagiannya yg bertekanan
kurang dr 20 Kg/cm2 atau bagiannya mempunyai isi
kurang dr 10 liter bilamana dpt ditutup sendiri – hanya
diberlakukan sebagian

PASAL 4
Tidak berlaku u/ bejana-bejana yg bertekanan kurang dr 2
Kg/cm2 dan atau mempunyai vol air kurang dr 220 cm3
SYARAT-SYARAT K3
1. Bahan dan konstruksi harus kuat dan memenuhi syarat
PASAL 5 ayat (1)

2. Bahan dr baja zat arang hrs mempunyai kekuatan tarik


tidak kurang dr 35 Kg/cm2 dan tidak lenbih dr 56 Kg/cm2,
kecuali bejana tidak mempunyai sambungan , tekanan
tariknya setingi-tingginya 75 Kg/cm2
PASAL 5 ayat (2)

3. Angka regang hingga putus dlm proses baja zat arang pd


batang coba sekurang-kurang nya sesuai lamp.1
PASAL 5 ayat (3)

4. Bila tebal pelat kurang dr 8 mm, u/ setiap mm yg menjadi


kekurangan 8 mm, angka regang boleh kurang dr yg
ditetapkan dlm lamp.1
PASAL 5 ayat (4)
SYARAT-SYARAT K3

5. Bila dibuat selain baja zat arang, bahannya hrs


mempunyai sifat yg diperlukan bagi tujuan pemakaian
dan mendapat persetujuan Direktur atau Pejabat yg
ditunjuk
PASAL 5 ayat (5)

6. Batang coba u/ percobaan kekuatan tarik hrs dibuat dr


jurusan memanjang
PASAL 5 ayat (6)
SYARAT-SYARAT K3
7. Bahan hrs disertai sertifikat aseli dr badan yg tidak memihak dan
diakui
8. Memenuhi syarat perhitungan konstruksi yg ditetapkan
PASAL 6 ayat (1)

9. Botol yg digunankan u/ acetyllen terlarut dalam aceton hrs


seluruhnya diisi dg sesuatu massa yg mengandung kerenik (forous
massa) yg merata
PASAL 6 ayat (2)

10. Bahan kerenik aceton maupun acetyllen dan persenyawaaannya hrs


tidak merusak bahan botol
PASAL 6 ayat (3)

11. Bahan kerenik tidak melesak atau mengkeret dan tidak


menimbulkan kantong-kantong krn sentuhan atau temp. sampai 50 o
C
PASAL 6 ayat (4)
SYARAT-SYARAT K3
12. Bejana tekanan baru yg tdk mempunyai sambungan
dan dibuat dr baja leleh hrs bebas dr lekuk-lekuk
gilingan atau lekuk-lekuk tarik, capuk-capuk, keriput-
keriput dan cacat lainnya
PASAL 6 ayat (5)

13. Khusus bejana tekanan yg diproses dan ditarik dr blok


yg panas tidak boleh mempunyai lubang-lubang angin di
dalamnya atau bagian-bagian yg melekuk keluar maupun
kedalam spt stempel pabrik pembuat atau tanda
pengesahan
PASAL 6 ayat (6)

14. Dilarang melakukan perbaikan dg cara las thd bejana


baru yg tidak memmpunyai sambungan
PASAL 6 ayat (7)
SYARAT-SYARAT K3
15. Setiap botol baja hrs dilengkapi dg katup penutup yg
baik kecuali bagi botol yg dirangkaikan satu sama
lainnya boleh memakai satu katup penutup bersama
PASAL 7 ayat (1)

16. Ulir penghubung pd botol dg pipa pengisi yg


dipergunakan gas yg mudah terbakar hrs kekiri, lainnya
hrs kekanan, kecualai u/ botol acetyllen hrs mempunyai
ulir kekanan atau dg penghubung sengkang
PASAL 7 ayat (2)

17. Katup penutup btl acetyllen atau amoniak hrs dr baja,


sedangkan u/ gas lainnya hrs dr perunggu atau logam
lain yg cukup baik
PASAL 7 ayat (3)
SYARAT-SYARAT K3
18. Ukuran katup penutup hrs dibuat sedemikian rupa shg jarak
dinding bag dalam kap pelindung dg bagian-bagian katup
penutup paling sedikit 3 mm
PASAL 7 ayat (4)

19. Konstruksi mur paking dr batang katup hrs mempunyai


pengaman shg tdk dpt berputar apabila batang katup diputar,
kecuali apabila mur paking dpt dibuka maka batang katup tdk
boleh turut lepas dan isi botol tdk dpt keluar
PASAL 7 ayat (5)

20. Katup penutup btl acetyllen hrs menjamin tdk terjadi


kebocoran gas melalui batang katup pada setiap kedudukan
dr katupnya
PASAL 7 ayat (6)
SYARAT-SYARAT K3
21. Tutup pelindung katup penutup botol hrs diberi lubang dg
diameter minimal 6,5 mm dan bila diberi 2 lubang atau lebih
maka diameternya minimal 5 mm. tutup pelindung hrs selalu
dipasang kecuali sedang digunakan
PASAL 8 ayat (1)

22. APAR dan alat u/ bernafas tdk diharuskan adanya tutup


pelindung
PASAL 8 ayat (2)

23. Lubang pengeluaran gas katup penutup hrs dilenkapi dg


mur penutup atau sumbat penutup berulir u/ menjga
masuknya kotoran dan air sbg penghalang thd kebocoran gas
PASAL 8 ayat (3)
SYARAT-SYARAT K3
Bejana yg berisi gas atau campuran gas yg dpt
menimbulkan tekanan melebihi tekanan tinggi yg
diperbolehkan hrs diberi tingkap pengaman atau alat
pengaman sejenis yg dpt bekerja dhg baik
PASAL 9 ayat (1)

Bilamana krn sifat gas atau lain keadaan khusus


tingkap pengaman tdk dpt digunanakan, maka
bejana ybs hrs diberi suatau pelat pengaman yg dpat
pecah apabila tekanan meningkat samapi dengan 5/4
kali tekanan yg diperbolehkan
PASAL 9 ayat (5)
Lepaskan semua alat perlengkapan
FAKTOR INSTALASI / PERALATAN TEKNIK

 Konstruksi pesawat / instalasi tidak memenuhi syarat


• Material / proses pembuatan / pemasangan / pemeriksaan /
pengujian
• Adanya kemunduran kualitas / perubahan dimensi pesawat /
instalasi, dll. akibat pemakaian / kondisi operasi yang abnormal
 Alat pengaman / perlindungan / perlengkapan tidak memenuhi
syarat atau tidak berfungsi dengan baik
 Kondisi operasi tidak sesuai disain
• Tekanan / temperatur / beban melebihi batas maksimal
• Proses operasi tidak sesuai prosedur
 Pengisian / pengangkutan / penempatan yang tidak tepat (jenis
protable)
1. Pemeriksaan I
•Bejana Tekan 2 bh dari 200 bh
•BT tidak dikenal identitasnya
a. Pemeriksaan dan Pengujian
•Pemeriksaan dokumen teknis
•Pemeriksaan visual
•Pengujian padat dengan air (Pressure test /hydro test)

Tekanan  1.5 x P Kg/cm² (Permenaker No.37/2016)

Tekanan 1,3 x P Kg/cm² (Asme XIII)


•Pengujian Pecah, 1 bh
Pemeriksaan dan Pengujian
Tingkap Pengaman / Safety Valve
HYDROSTATIC TEST

> 4.13 WP

Pressure
> min 20 kg/cm2
1.5 WP

Expansion
Riksa Uji Bejana Tekanan

Pusat
(DPKK)

Koordinasi
Obyek Pengawasan Peg. Pengawas K3
K3 Lintas Propinsi Spesialis Uap & BT
Pengawasan langsung lintas propinsi
Dinas yang berwenang PJK3 Uap
di Propinsi
Obyek Pengawasan AK3 Uap & BT
Peg. Pengawas K3

Koordinasi
K3 Lintas Kab/ Kota Spesialis
Pengawasan langsung lintas kab/kota

Dinas yang berwenang


di Kab/ Kota
Obyek Pengawasan Peg. Pengawas K3
BT Spesialis Uap & BT
Pengawasan langsung

Pemberdayaan lembaga2 K3
b. Prosedur Penerbitan Pengesahan
 Mengajukan permohonan ke Disnaker setempat
 Permohonan dilampiri dokumen teknis, antara lain :
 Gambar rencana
 Perhitungan kekuatan konstruksi
 Sertifikat material/verifikasi
 Sertifikat juru las
 WPS/PQR
 Pemeriksaan ketebalan
 Pengukuran dimensi
 Pemeriksaan ketidakbulatan
 Pemeriksaan tidak merusak (NDT)
 Laporan data pembuatan

 Pegawai Pengawas Spesialis Uap dan Bejana Tekan melakukan


Pemeriksaan dan Pengujian
 Laporan Pemeriksaan dan Pengujian Pegawai Pengawas
• CNG tidak lebih 3 tahun
• Botol Baja tidak lebih 5 tahun
• Bejana transfor tidak lebih 5 tahun
• Bejana penyimpan tidak lebih 5 tahun
• Bejan pendingin tidak lebih 5 tahun

Pemeriksaan dan Pengujian

 Pemeriksaan visual
 Pemeriksaan tidak merusak (NDT), bila perlu
 Pemeriksaan ketebalan, bila perlu
 Pengujian padat dengan air jika diperlukan tidak
kurang dari 1,5 x P
45
46
47
48
Uji Pecah 45 MPa untuk CNG NZS 5454 : 1989
Uji Hidro Test 36 MPa
• Bejana Tekan untuk zat asam berwarna biru muda
• Bejana Tekan untuk gas yang mudah terbakar berwarna merah
• Bejana Tekan untuk gas beracun berwarna kuning
• Bejana Tekan untuk gas beracun dan mudah terbakar berwarna
kuning dan merah
DAN JENIS-JENIS PRESSURE VESSEL DAN
PERLENGKAPAN PENGAMAN

Model No:GC 294

Single Stage Low Pressure Compressor :

The Compressor having one / two / three piston and cylinder of the same bore size are Single
Stage Compressors. The function of each piston is to compress the air from the atmosphere
to the final destination.
Single Stage Compressors are ideal for a multitude of small business uses including
Pneumatic tools, Panel spray painting, Nailers, Staplers, Blow guns, Liquid transfer, Graniting
and Cleaning. It is a reliable source of low pressure air for numerous application like
instrumentation, process and boiler fuel oil automization, Chemical Industries, Filteration Plant,
Blow Moulding etc.
Technical Specifications (Multi Stage High Pressure Compressor) :

Model No:GC 65T2

Model No:GC 281

Devilbiss Air Compressor Max Pressure 175


Condition: Excellent
Pressure Vessel
DRAINAGE

Completed Pressure Vessel showing access hole,


liquid level indicators and drain valve
Oil / Water Separators

Oil/Water Separators

                                                                                                                          

Highland Tank’s Oil/Water Separators with Corella Coalescer and Oil


Interceptors offer a superior wastewater treatment, storm water
treatment and storm water management systems for industrial,
commercial, military, municipal, petroleum and transportation
wastewater treatment.
Pressure vessels and storage tanks

TWI has been involved with pressure vessels and storage equipment since the early 1950s. The
equipment for transmission systems can vary significantly from simple storage pressure vessels to
complex manifolds.
TWI through its research on welding and structural integrity technology is ideally placed to provide design
guidance, code interpretation, fabrication optimisation, inspection development, life extension and defect
assessment services to a wide range of oil and gas sector members.
Heat Insulation

Schematic diagram of a simple solar water heating


system.
Illustration: LGABW

Temperatures in the latest generation of water tanks drop less than 3


° C per day. Through optimal use of insulation, heat loss can be
minimised, thereby making effective use of solar heat possible.
storage tank
Water Storage Tanks
PERATURAN MENTERI
TENAGA KERJA REPUBLIK
INDONESIA
NO : PER. 05/MEN/1985

TENTANG

PESAWAT ANGKAT DAN


ANGKUT
Permenaker 05-1985 71
MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA :

Menimbang : a. Bahwa dengan meningkatnya pembangunan dan


tehnologi dibidang industri, penggunaan pesawat
angkat dan angkut merupakan bagian integraf dalam
pelaksanaan dan peningkatan proses produksi;
b. Bahwa dalam pembuatan, pemasangan, pemakaian,
perawatan pesawat angkat dan angkut mengandung
bahaya potensial;
c. Bahwa perlu adanya perlindungan atas kesehatan dan
keselamatan kerja setiap tenaga kerja yang melakukan
pembuatan, pemasangan, pemakaian, persyaratan
pesawat angkat dan angkut.

Permenaker 05-1985 72
Mengingat :
1. Pasal 2 ayat (2) huruf f,g(pengangktan brg,bongkar muat brg) .
Pasal 3 ayat (1) huruf n dan p.(Mengamankan pengangkatan brng/org)
Pasal 4 ayat (1), Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No. PER.03/MEN/1978, tentang Persyaratan
Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan
Kerja.
3. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No. KEP.79/MEN/1977, tentang Penunjukan
Direktur sebagai dimaksud dalam undang-undang No. 1
tahun 1970.
Permenaker 05-1985 73
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA


REPUBLIK INDONESIA TENTANG PESAWAT
ANGKAT DAN ANGKUT.

Permenaker 05-1985 74
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Direktur ialah sebagaimana yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.Kep.79/MEN/1977;
2. Pegawai Pengawas ialah Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri;
3. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga tehnis yang berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengamati di taatinya Undang-undang Keselamatan Kerja;
4. Pengurus ialah Pengurus seperti dimaksud dalam Undang-undang No. 1/1970 yang
bertanggung jawab terhadap pesawat angkat dan angkut;
5. Pengusaha ialah orang atau Badan Hukum seperti yang dimaksud dalam Undang-
undang No. 1 tahun 1970 yang memiliki Pesawat Angkat;

Permenaker 05-1985 75
6. Pesawat adalah kumpulan dari beberapa alat secara berkelompok atau berdiri
sendiri guna menghasilkan tenaga baik mekanik maupun bukan mekanik dan
dapat digunakan tujuan tertentu;

7. Alat adalah suatu unit konstruksi yang dibuat untuk digunakan atau menghasilkan
suatu hasil tertentu dan dapat merupakan suatu bagian yang berdiri sendiri dari
pesawat itu;

8. Instalasi adalah suatu jaringan baik pipa maupun bukan yang dibuat guna suatu
tujuan tertentu;

9. Pembuat dan pemasang pesawat angkat adalah orang atau Badan Hukum yang
melakukan pekerjaan pembuatan dan pemasangan instalasi pesawat angkat dan
bertanggung jawab selama batas waktu tertentu terhadap pekerjaannya;

Permenaker 05-1985 76
PENGERTIAN (ps.1)
10. Pesawat angkat angkut ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertikal
dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan.
11. Pesawat angkutan diatas landasan dan diatas permukaan ialah pesawat atau alat
yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan menggunakan kemudi
baik didalam atau diluar pesawat dan bergerak diatas suatu landasan maupun permukaan.
12. Pita transport ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan
muatan secara continue dengan menggunakan bantuan pita;
13. Peralatan angkat ialah alat yang dikonstruksi aau dibuat khusus untuk mengangkat naik
dan menurunkan muatan;
14. Alat angkutan jalan ril ialah suatu alat angkutan yang bergerak diatas jalan ril;
15. Jalan ril ialah jaringan ril dan perlengkapannya yang dipasang secara permanen yang
digunakan untuk jalan lokomotif, gerbong dan peralatan lainnya guna mengangkut
muatan.

Permenaker 05-1985 77
Pasal 2

Bahan konstruksi serta perlengkapan dari pesawat angkat dan angkut harus
cukup kuat, tidak cacat dan memenuhi syarat.
Pasal 3
(1) Beban maksimum yang diijinkan dari pesawat angkat dan angkut
harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan
jelas;
(2) Semua pesawat angkat dan angkut tidak boleh dibebani melebihi
beban maksimum yang diijinkan;
(3) Pengangkatan dan penurunan muatan pada pesawat angkat dan
angkut harus perlahan-lahan;
(4) Gerak mula dan berhenti secara tiba-tiba dilarang

Permenaker 05-1985 78
Pasal . 4

PERSYARATAN OPERATOR
( Permenaker 09/M/VII/2010)

Setiap pesawat angkat dan angkut harus


dilayani oleh operator yang mempunyai
kemampuan dan telah memiliki
ketrampilan khusus tentang Pesawat
Angkat dan Angkut
Permenaker 05-1985 79
TYPE KECELAKAAN KERJA
I. TERKAIT DENGAN PESAWAT ANGKAT
DAN ANGKUT
1. Terjungkit/terguling
2. Terjepit/terpotong
3. Peledakan
4. Roboh
5. Tertimpa/tertimbun
6. Terkena radiasi
7. Penyakit akibat kerja
8. Sentuhan listrik

Permenaker 05-1985 80
BAB II

RUANG LINGKUP
Pasal 5
(1) Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pemasangan,
peredaran, pemakaian, perubahan, dan atau perbaikan tehnis serta
pemeliharaan pesawat angkat dan angkut
(2) Pesawat angkat dan angkut dimaksud ayat (1) adalah :
a. Peralatan angkat;
b. Pita transport;
c. Pesawat angkut diatas landasan dan diatas permukaan;
d. Alat angkut jalan ril.
e . Jalan ril ialah jaringan ril

Permenaker 05-1985 81
BAB III
PERALATAN ANGKAT
Peralatan angkat ialah alat yang dikonstruksi aau dibuat khusus
untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan;
Pasal 6
Peralatan angkat antara lain adalah lier, takel, peralatan angkat listrik,
pesawat pneumatik, gondola, keran angkat, keran magnit, keran
lokomotif, keran dinding dan keran sumbu putar.

Permenaker 05-1985 82
lanjutan

Pasal 6
Peralatan angkat antara lain adalah lier, takel, peralatan angkat listrik,
pesawat pneumatik, gondola, keran angkat, keran magnit, keran
lokomotif, keran dinding dan keran sumbu putar.
Pasal 7

Baut pengikat yang dipergunakan peralatan angkat harus mempunyai kelebihan ulir
sekerup pada suatu jarak yang cukup untuk pengencang, jika perlu harus dilengkapi
dengan mur penjamin atau gelang pegas yang efektif.
Permenaker 05-1985 dede.supriatna Drs 83
Gondola &Tower Crane

Permenaker 05-1985 84
• Pedestral crane

Permenaker 05-1985 85
Permenaker 05-1985 86
Gantry Crane

Tire Gantry Crane


Permenaker 05-1985 87
Permenaker 05-1985 88
Pasal 8

(1) Garis tengah tromol gulung sekurang-kurangnya berukuran 30 kali


diameter tali baja dan 300 kali diameter kawat baja yang terbesar;
(2) Tromol gulung harus dilengkapi dengan flensa pada setiap ujungnya, sekurang-
kurangnya memproyeksikan 2 ½ kali garis tengah tali baja;
(3) Ujung tali baja pada tromol gulung harus dipasang dengan kuat pada bagian
dalam tromol dan sekurang-kurangnya harus dibelit 2 kali secara penuh pada
tromol saat kait beban berada pada posisi yang paling rendah.

Permenaker 05-1985 89
Permenaker 05-1985 90
Drum (Tromol Gulung)

Berfungsi menggulung Drum (Tromol Gulung)

Berfungsi menggulung tali kawat baja yg dalam keadaan operasi / tidak


Dengan perantaraan pully-pully.

Perencanaan Drum tergantung besar kecilnya alat angkat (Crane) yang


Dapat memikul beban.

Tromol Gulung yang rusak & tidak normal dapat memperlambat


Jalannya pekerjaan karena TKB. Yang melaluinya sering macet / saling
Tumpuk sesamanya.
lung tali kawat baja yg dalam keadaan operasi / tidak
Dengan perantaraan pully-pully.

Perencanaan Drum tergantung besar kecilnya alat angkat (Crane) yang


Dapat memikul beban.

Permenaker 05-1985 91
Motor Penggerak
(Lanjutan)
Bagian-bagian motor listrik penggerak girder

UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Keterangan gambar:
1. Motor listrik
2. Tempat roda gigi pengatur kecepatan (gear box)
3. Roda penggerak
Permenaker 05-1985 4. Baut penyekat ujung girder 92
Motor Penggerak
(Lanjutan)

Bagian-bagian motor listrik penggerak trolley

UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Keterangan gambar:
1. Motor penggerak trolley
2. Chasis trolley
3. Drum alat pengangkat
Permenaker 05-1985 93
Motor Penggerak
(Lanjutan)
Bagian-bagian motor listrik penggerak hoist

UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

Keterangan gambar:
1. Motor listrik
2. Drum (alat pengangkat)
3. Trolley
Permenaker 05-1985 94
4. Kait (hook)
Pully (Piringan)

Merupakan suatu keping yg bundar yg disebut juga Discus atau Disc.


Terbuat dari logam maupun bukan logam spt: besi tuang, kayu, atau plastik/Fibre
Pinggiran Pully beralur (groove) berfungsi sbg lintasan tali.

Permenaker 05-1985 95
Pasal 9

(1) Tali baja yang digunakan untuk mengangkat harus :


a. terbuat dari bahan baja yang kuat dan berkwalitas tinggi;
b. mempunyai faktor keamanan sekurang-kurangnya 3 ½ kali
beban maksimum;
c. tidak boleh ada sambungan;
d. tidak ada simpul, belitan, kusut, berjumbai dan terkupas.
(2) Tali baja harus diberi pelumas yang tidak mengandung asam atau
alkali;
(3) Tali baja harus diperiksa pada waktu pemasangan pertama dan
setiap hari oleh operator serta sekurang-kurangnya satu kali
dalam seminggu oleh tenaga yang berkeahlian khusus Pesawat
Angkat dan Angkut dari Perusahaan;

Permenaker 05-1985 96
KONSTRUKSI STRAND

25 Wire Filler Strand

6x25 Filter IWRC rope Details of


25 Wire Filter Strand

Permenaker 05-1985 97
19 Wire Seale Strand
Details of
6x19 Seale IWRC rope
19 Wire Seale Strand

Permenaker 05-1985 98
(4) Tali baja dilarang digunakan jika terdapat kawat yang putus, aus
atau karat sesuai dengan ketentuan sbb :
a. 12% untuk tali baja 6x7 pada panjang 50 cm;
b. 20% untuk tali baja 6x19 pada panjang 50 cm;
c. 25% untuk tali baja 6x37 pada panjang 50 cm;
d. 25% untuk tali baja 6x61 pada panjang 50 cm;
e. Untuk tali baja khusus :
12% untuk tali baja seal pada panjang 50cm;
15% untuk tali baja lilitan potongan segi tiga pada panjang 50cm.

Permenaker 05-1985 99
TALI KAWAT BAJA

Permenaker 05-1985 100


Pasal 10

(1) Tali serat untuk perlengkapan pengangkat harus dibuat dari serat
alam atau sintetis yang berkwalitas tinggi;
(2) Tali serat sebelum dipakai harus diperiksa dan selama dalam
pemakaian untuk mengangkat tali harus diperiksa sesering
mungkin dan sekurang-kurangnya 3 bulan;
(3) Pemeriksaan dimaksud ayat (2) dilakukan akibat kikisan serat
yang putus, terkelupas berjumbai, perubahan ukuran panjang atau
penampang tali, kerusakan pada serat, perubahan warna dan
kerusakan lainnya;
(4) Tali serat harus digulung pada tromol yang tidak mempunyai
permukaan yang tajam dan mempunyai alur sekurang-kurangnya
sebesar diameter tali.

Permenaker 05-1985 101


Dasar Pemilihan TKB

• Kondisi pekerjaan
• Faktor beban terhadap tarik dan puntir
• Fleksibilitas TKB
• Keausan dan korosi
• Dimensi TKB

Permenaker 05-1985 102


Syarat-syarat TKB
• Tahan terhadap kelelahan (anti fatique)
• Tahan terhadap gesekan (anti friction)
• Tahan terhadap karat (anti corrosion)
• Tahan terhadap tekukan (anti bend)
• Tahan terhadap keausan (anti wear)
• Mempunyai sifat anti putar (non rotating)
• Memiliki daya lentur tinggi (high
flexibility)
Permenaker 05-1985 103
Konstruksi TKB
• TKB berisikan banyak kawat individu yang
dijalin dalam sejumlah pintalan (strand) yang
dijalin mengitari inti pusat (inti rami).
• Fungsi INTI PUSAT : menjaga bentuk tali,
menjamin kelenturan, meredam kejut /
getaran.
• Kode Struktur : Jumlah Pintalan x Jumlah Isi
Kawat.
Permenaker 05-1985 104
Pasal 11

(1) Rantai harus diganti apabila :


a. tidak sesuai dengan ketentuan yang direncanakan;
b. salah satu mata rantai mengalami perubahan panjang lebih dari 5%
dari ukuran panjang mata rantai semula;
c. pengausan satu sama lainnya melebihi ¼ dari diameter rantai
semula.
(2) Perbaikan rantai harus dilakukan oleh orang yang ahli.

Permenaker 05-1985 105


(3) Rantai dilarang :

a.dipukul walaupun untuk maksud meluruskan atau


memasang pada tempatnya;
b. disilang, diplintir, dikusutkan, untuk dibuat simpul;
c.ditarik bila terhimpit beban;
d. dijatuhkan dari suatu ketinggian;
e. diberi beban kejutan;
f. digunakan untuk mengikat muatan.

Permenaker 05-1985 106


Pasal 12

(1) Sling harus dari rantai, tali baja atau tali serat yang mempunyai
kekuatan yang memadai;
(2) Sling yang cacat dilarang dipakai;
(3) Bila digunakan sling lebih dari satu beban harus dibagi rata.
Pasal 13
(1) Cakra pengantar harus terbuat dari logan yang tahan kejutan atau
bahan lain yang mempunyai kekuatan yang sama;
(2) Diameter cakra sekurang-kurangnya 20 kali diameter yang
digunakan;
(3) Poros cakra pengantar harus mudah dilumasi dan pelumasnya
dilakukan secara teratur dan cukup
(4) Alur cakra pengantar harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
merusak tali.
Permenaker 05-1985 107
Pasal 14

(1) Kait untuk mengangkat beban harus dibuat dari baja tempa yang
dipanaskan dan dipadatkan atau dari bahan lain yang mempunyai
kekuatan yang sama;
(2) Kait harus dilengkapi dengan kunci pengaman.

Pasal 15

(1) Kekuatan tarik klem pengikat harus sekurang-kurangnya 1 ½ kali tali


pengikat;
(2) Klem pengikat untuk sangkar gantung harus mempunyai pengunci mur
atau dengan cara lain yang cukup memadai.

Permenaker 05-1985 108


Pasal 16

Semua peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara efektif
dapat mengerem suatu bobot yang tidak kurang dari 1 ½ beban yang
diijinkan.

Pasal 17
(1) Tali pengatur peralatan angkat harus dilengkapi dengan peralatan
gerakan tali dan tanda arah yang jelas gerak muatan jika tali ditarik;
(2) Tuas tali pengatur peralatan angkat harus secara tegas dibedakan
terhadap sekelilingnya;
(3) Tuas tali pengatur setiap peralatan angkat harus mempunyai model
yang sama dalam satu perusahaan.

Permenaker 05-1985 109


Pasal 18

Menaikan, menurunkan dan mengangkat muatan dengan pesawat


pengangkat harus diatur dengan sandi isyarat yang seragam dan
yang benar-benar dimengerti.

Pasal 19
(1) Apabila lebih dari seorang tenaga kerja yang bekerja pada
peralatan angkat operator harus bekerja berdasarkan isyarat hanya
dari satu orang yang ditunjuk;
(2) Penjaga kait, penjaga rantai, penjaga bandul ataupun orang lain
yang ditunjuk harus kelihatan oleh operator;
(3) Apabila operator menerima isyarat berhenti pesawat harus segera
dihentikan.

Permenaker 05-1985 110


Pasal 20

(1) Muatan harus dinaikan secara vertikal untuk menghindari ayunan pada
waktu diangkat;
(2) Untuk mengangkat muatan diluar jangkauan pesawat harus diambil
langkah-langkah pengamanan yang diperlukan dan disaksikan oleh yang
bertanggung jawab.
Pasal 21
Sebelum memberikan isyarat untuk menaikan muatan, pemberi isyarat
harus yakin bahwa :
a. Semua tali, rantai, bandul atau perlengkapan lainnya telah
dipasang sebagaimana mestinya pada muatan yang diangkat;
b. Muatan telah seimbang sebagaimana mestinya dan tidak akan
menyentuh benda sedemikian rupa sehingga sebagian muatan atau
benda akan berpindah.

Permenaker 05-1985 111


Pasal 22

Jika suatu muatan saat diangkat tidak berjalan sebagaimana mestinya,


operator harus segera menyembunyikan tanda peringatan dan
menurunkan muatan untuk diatur kembali.

Pasal 23

Operator peralatan angkat harus menghindari pengangkatan muatan


melalui orang-orang

Permenaker 05-1985 112


Pasal 24

Untuk memindahkan muatan berbahaya seperti logam cair ataupun


pengangkatan dengan magnit melalui tempat-tempat kerja maka :

a. Sebelumnya harus diberi peringatan secukupnya agar


tenaga kerja mempunyai kesempatan ketempat yang
aman;
b. Jika tenaga kerja tidak dapat meninggalkan pekerjaan
dengan segera, alat harus dihentikan sampai tenaga
kerja meninggalkan daerah yang berbahaya.
Pasal 25
Peralatan angkat tidak diperbolehkan menggantung muatan pada waktu
mengalami perbaikan ataupun bagian-bagian bawahnya digunakan
oleh
mesin yang
Permenaker bergerak.
05-1985 113
Pasal 26

Jika peralatan angkat beroperasi tanpa muatan :


a. Penjaga sling atau penjaga rantai harus mengaitkan sling atau
rantainya pada kait secara kuat sebelum bergerak;
b. Operator harus menaikan kait secukupnya agar orang-orang dan
benda-benda tidak tersentuh.

Pasal 27
Operator alat kerek tidak boleh meninggalkan peralatannya dengan
Muatan yang tergantung.

Permenaker 05-1985 114


Pasal 28

Pesawat, alat-alat, bagian instalasi listrik pada peralatan


angkat harus dibuat, dipasang, dipelihara sesuai dengan
ketentuan-ketentuan instalasi listrik yang berlaku.

Pasal 29

Semua peralatan angkat yang digerakkan dengan tenaga


listrik harus dilengkapi dengan alat batas otomatis yang
dapat menghentikan motor, bila muatan melebih posisi
yang diijinkan.

Permenaker 05-1985 115



Permenaker 05-1985 116
Bahaya kejut listrik

t : 1,0

0,8 0,6 0,4 0,3 0,2 (detik)
E: 90 100 110 125 140 200 (Volt)
I : 180 200 250 280 330 400 (mA)

Permenaker 05-1985 117


Sentuhan langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal
bertegangan

Sentuhan tidak langsung


adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal tidak
bertegangan, menjadi bertegangan karena
terjadi kegagalan isolasi

Permenaker 05-1985 118


Motor Penggerak

Macam-macam motor penggerak yang biasa digunakan


dibedakan menjadi 3 macam:
UTAMAKAN

1. Motor listrik penggerak girder (Travelling )


KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

2. Motor listrik penggerak trolley ( Traversing)


3. Motor listrik penggerak hoist ( Hoisting)

Permenaker 05-1985 119


ALAT UKUR TAHANAN SEBARAN TANAH

created by PNK3 120 11/05/22


Permenaker 05-1985 120
KEMAMPUAN

HANTAR ARUS

SYARAT K3
KHA : MIN 1,25 X I nominal

KHA kabel listrik ditentukan oleh jenis


bahan konduktornya dan ukuran
penampangnya
(Periksa tabel PUIL)

Permenaker 05-1985 121


RESISTAN ISOLASI

PANEL R-S R-T T-S R-N R-G S-N S-G T-N T-G N-G

P1- P1.1

p1-P1.2

P1-P1.3 1000 Ohm /Volt (diruang normal)


100 Ohm / Volt (diruang lembab)
P1.P1.4

P1.P1.5

P1-P1.6

Permenaker 05-1985 122


ALAT UKUR TAHANAN ISOLASI AMPHER
TESTER

created by PNK3 123 11/05/22


Permenaker 05-1985 123
Thermo Tracer TH9100 WV
5. SPESIFIKASI KAMERA INFRAMERAH High Spec, and High Performance IR Thermal
Imager
ALAT PENGUKUR PANAS Visual Camera Built into IR lens
Specifications :
THERMOGRAFH
Measuring range -40 to 2000 oC
Resolution 0.06 oC (at 30 oC 60 Hz) --- range 1
Accuracy ± 2 oC or ± 2% of reading
Detector Uncooled Focal Plane Array (microbolometer)
Spectral range 8 to 14 μm
I.F.O.V. 1.2 mrad
Focusing range 30 cm to infinity
Field of View 21.7 o(H) x 16.4 o(V)
Frame time 60 frames/sec
Display View finder and 3.5 inch LCD monitor
Thermal image pixels 320 (H) x 240 (V) pixels
Measuring functions Run / Freeze
S/N improvement ?2, ?8, ?16 and spatial filter ON/OFF
Interval measurement Recording on memory card : 2 t 3600 sec interval
Trigger function

Emissivity correction 0.10 to 1.00 ( at 0.01 step )


Env. Temp. correction Provided ( including interval UNC )
Auto functions Full automatic (level, sense, focus)
Display funtions Display color : color/monochrome, posi/nega
Annotation Text and voice annotation (30 sec per image)
Movie recording Real-time memory : 1664 images ( max. 60 Hz)
Operating temp / -15 to 50 oC, 90% RH or less (not condensed)
humidity
created by PNK3 Storage temp
124 / -40 to 70 oC, 90% RH or less (not11/05/22
condensed)
Permenaker 05-1985 humidity 124
Shock and vibration 294m/sec2 (IEC60068-2-27), 29,4m/sec2
THERMAL VISUAL

KETERANGAN TEMPERATUR ( OC )

1 2 3
OBYEK MCCB AC PHASA-T TERMINAL BAWAH

66.3
LABEL NO. X-1 T SPOT

40
PANEL /
PNL. UTAMA SEL-3 T REF
ALAT

26.3
LOKASI RUANG GENSET ∆T

SKALA C
KEMUNGKINAN PENYEBAB

X Koneksi buruk (kendor / kotor ) KOMENTAR & SARAN


Beban berlebih (overload)
OVERHEATING PADA KABEL MCCB AC PHASA-T TERMINAL BAWAH
PERBAIKI KONEKSI MCCB TSB
Beban tdk seimbang (unballance)
OFF PANEL, LEPAS KONEKSI YANG BERMASALAH, GANTI SKUN KABEL & KABELNYA, BERSIHKAN TERMINAL MCCB, KEMUDIAN KONEK KEMBALI DAN
KENCANGKAN BAUT TERMINASINYA
Komponen dalam PERIKSA ULANG SETELAH DILAKUKAN PERBAIKAN

created by PNK3
Induksi elektromagnetis
125 11/05/22
Permenaker 05-1985 125
Suhu kerja
Pasal 30

(1) Semua bagian kerangka lier dan dongkrak harus terbuat dari
logam;
(2) Kerangka dan tabung pengangkat lier dan dongkrak harus dibuat
dengan angka keamanan sekurang-kurangnya :
a. 12 untuk besi tulang;
b. 8 untuk baja tiang;
c. 5 untuk baja konstruksi atau baja tempa.
(3) Kaki dari semua kerangka lier atau dongkrak harus dipancangkan
pada fondasi secara kuat dan kokoh;

Permenaker 05-1985 126


(4) Lier atau dongkrak, harus dilengkapi dengan peralatan pengaman
untuk mencegah agar tidak melebihi posisi maksimum yang
ditentukan;
(5) Lier atau dongkrak yang digerakan dengan tenaga uap :
a. tidak boleh bocor;
b. uap bekasnya tidak menghambat pandangan operator.
(6) Lier atau dongkrak yang digerakan dengan tenaga tangan, muatan
tuasnya tidak boleh melebihi dari 10 kg.

Permenaker 05-1985 127


Pasal 31

(1) Jenis dan ukuran tali yang digunakan pada blok dan takel harus
sesuai dengan cakra pengantarnya;
(2) Blok dan takel pengangkat harus dilengkapi dengan alat yang dapat
mengatur gerakan sehingga pada saat muatan digantung tali atau
rantai penarik tidak perlu ditarik atau ditahan dan muatan tetap
berada ditempatnya.

Permenaker 05-1985 128


Pasal 32

(1) Rantai takel pengangkat dan rantai sling harus dibuat dari besi tempa
atau baja tempa sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(2) Angka keamanan untuk rantai takel pengangkat dan sling sekurang-
kurangnya 5;
(3) Rantai takel pengangkat dan sling harus dimudahkan atau
dinormalisir kembali secara berkala :
a. 6 bulan untuk rantai berdiameter tidak lebih dari 2 ½ mm;
b. 6 bulan untuk rantai yang digunakan untuk mengankut logam-
logam cair;
c. 12 bulan untuk rantai yang tidak tersebut pada sub a dan b.

Permenaker 05-1985 129


Pasal 33

(1) Peralatan angkat listrik harus :


a. dikontruksi dari baja;
b. dibuat dengan angka keamanan sekurang-kurangnya :
- 8 untuk baja tuang;
- 5 untuk baja konstruksi atau baja tempa;
- dilengkapi dengan rem otomatis yang mampu menahan
muatan, jika muatan dihentikan.
(2) Alat kontrol dari peralatan angkat listrik harus dilengkapi dengan
suatu alat yang dapat mengembalikan secara otomatis tuas atau
tombol pada posisi netral, jika tuas atau tombol tersebut
dilepaskan;

Permenaker 05-1985 130


(3) harus dilengkapi dengan rem yang secara efektif
dapat mengerem sekurang-kurangnya 1 ½ kali beban
yang diijinkan.
(4) Setiap peralatan angkat yang dijalankan dengan
tenaga listrik harus dilengkapi dengan alat pembatas
otomatis yang dapat menghentikan tenaga tarik
beban, jika muatan melewati batas tertinggi yang
diijinkan;
(5) Setiap peralatan angkat

Permenaker 05-1985 131


Pasal 34

(1) Peralatan angkat pneumatik harus :


a. dikonstruksi dari baja;
b. dibuat dari angka keamanan sekurang-kurangnya :
- 8 untuk baja tuang;
- 5 untuk baja kontruksi atau baja tempa.
(2) Silinder udara peralatan angkat pneumatik gantung harus
ditempatkan pada trolinya secara kuat dan aman;
(3) Tuas pengontrol katup peralatan angkat pneumatik gantung harus
dilengkapi dengan alat yang dapat mengembalikan tuas kontrolnya
secara otomatis keposisi netral, jika handel pada tali kontrol lepas.

Permenaker 05-1985 132


Setiap gondola harus mempunyai
syarat sebagai berikut :
a. Tidak mempunyai rintangan-
rintangan pada tali baja
penggantungnya;
b. Kemampuan daya ikat tuas
pengaman terjami

syarat lainnya :
c. Kedudukan tali baja pada alurnya;
d. Kelebihan tali baja yang berada diatas
tanah selama gondolan tergantung
sekurang-kurangnya 1m.

Permenaker 05-1985 133


Pasal 36

(1) Kemampuan daya angkat mesin pengangkat gondola harus sesuai


dengan berat beban yang diangkat;
(2) Gondola dilarang dimuati melebihi maksimum yang diijinkan;
(3) Beban maksimum yang diijinkan dimaksud ayat (2) termasuk
berat tali baja, mesin pesawat angkat, peralatan, orang dan
peralatannya.

Pasal 37
(1) Peralatan dilarang diturunkan dengan kejutan;
(2) Kontruksi peralatan harus cukup kuat dan aman.

Permenaker 05-1985 134


K3 KONSTRUKSI BANGUNAN 135
Permenaker 05-1985 135
Permenaker 05-1985 136
Pasal 38

Dilarang merubah atau menambah perlengkapan-perlengkapan gondola


tanpa ijin instansi yang berwenang.
Pasal 39
(1) Motor listrik penggerak gondola harus dihubung tanahkan;
(2) Besarnya tegangan listrik yang digunakan tidak boleh melebihi 10%
dari tegangan listrik yang telah ditetapkan.
Pasal 40
Gondola yang digunakan didaerah dekat laut atau korosif harus
diadakan
pemeriksaan setiap hari sebelum bekerja terhadap bagian dari semua
perlengkapannya oleh operator.

Permenaker 05-1985 137


Pasal 41

Tuas dilarang diikat secara tetap


Pasal 42
(1) Semua bagian yang berbahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan
harus dilindungi;
(2) Operator dan tenaga kerja harus menggunakan alat pelindung diri
yang sesuai dengan bahaya yang dihadapi.

Pasal 43
(1) Peralatan dilarang digunakan selain yang telah ditetapkan;
(2) Pemindahan peralatan harus dilaksanakan dilantai bawah.

Permenaker 05-1985 138


Pasal 44

Dilarang menggantungkan peralatan gondola pada gantungan-gantungan


yang bersifat sementara.
Pasal 45
Penggantian motor gondola harus dilakukan dilantai paling bawah.
Pasal 46
Peralatan harus di pasang sedemikian rupa sehingga terhindar terhadap
sentuhan-sentuhan dinding bangunan.
Pasal 47
Motor gondola harus dipasang pada peralatan dengan kuat dan harus
dihubung tanahkan tersendiri.

Permenaker 05-1985 dede.supriatna Drs 139


Pasal 48

Gondola harus dipasang sesuai dengan penggunaan yang telah ditentukan.


Pasal 49
Setiap roda gigi dan alat perlengkapan transmisi dari keran angkat harus
dilengkapi dengan tutup pengaman.
Pasal 50
Keran angkat digerakkan dari lantai harus diberi ruang bebas dengan
lebar sekurang-kurangnya 90 cm sepanjang jalan keran angkat tersebut.
Pasal 51
Kontruksi dan letak ruangan operator harus bebas dan mempunyai
pandangan luas kesekeliling operasi muatan.

Permenaker 05-1985 140


Pasal 52
(1) Ruang operator dimaksud ayat (1) harus mempunyai pintu dengan
jendela yang dapat bergerak.
(2) Keran angkat yang beroperasi dilapangan terbuka harus dilengkapi
dengan ruangan operator yang tertutup dengan jendela pada semua
sisinya yang dapat bergerak keatas dan kebawah.

Permenaker 05-1985 141


Pasal 53
Dilarang masuk keruangan operator keran angkat, kecuali orang yang
diberi
Kuasa untuk itu.
Pasal 54
Setiap orang dilarang menumpang pada muatan atau sling keran angkat
sewaktu beroperasi.

Permenaker 05-1985 142


Pasal 55

Semua keran angkat harus dilengkapi dengan alat otomatis yang


dapat memberi tanda peringatan yang jelas, apabila beban maksimum
yang diijinkan.
Pasal 56
Keran angkat magnit harus mempunyai syarat sebagai berikut :
a. Rangkaian listrik magnitnya dalam keadaan baik dan tahanan
isolasinya diperiksa secara teratur.
b. Sakelar alat kontrol magnit dilindungi untuk mencegah tersentuh
secara tidak sengaja keposisi putus (off).
c. Saat mengangkat tabung magnit, cakra pengantar dan bobot imbang
kabel magnitnya tidak boleh mengendor.

Permenaker 05-1985 143


Tower Crane

Permenaker 05-1985 144


Pasal 57
(1) Tabung magnit tidak boleh dibiarkan tergantung diudara selama tidak
digunakan dan harus diturunkan ketahah atau ketempat yang telah
disediakan;
(2) Tabung magnit harus dilepas jika keran angkat akan digunakan untuk
operasi lain yang tidak menggunakan magnit.
Pasal 58
Keran angkat berpindah harus direncanakan dan dipasang sedemikian
rupa
Sehingga setiap saat terdapat ruang bebas yang cukup diantaranya :
a. Titik tertinggi dari keran tersebut dan kontruksi atas;
b. Bagian-bagian keran dan tembok, pilar atau bangunan tetap lainnya;
c. Bagian ujung keran satu sama lain dalam dua sudut sejajar.

Permenaker 05-1985 145


Pasal 59

Keran angkat berpindah harus direncanakan dengan angka keamanan


sekurang-kurangnya :
a. 3 untuk kait yang digunakan keran yang digerakan dengan tenaga
manusia;
b. 4 untuk kait yang digunakan keran yang digerakan dengan tenaga
mesin;
c. 5 untuk kait yang digunakan keran, untuk melayani bahan-bahan yang
berbahaya seperti logam lumer, mudah menggigit dan sejenisnya;
d. 8 untuk roda gigi dan transmisi;
e. 6 untuk tali baja;
f. 4 untuk bagian kerangka keran.

Permenaker 05-1985 146


Permenaker 05-1985 147
Pasal 60

Keran angkat yang beroperasi dilapangan terbuka harus :


a. Direncanakan dengan memperhitungkan angin;
b. Dilengkapi dengan kunci roda, jepitan rel, jangkar dan rem dengan
pasak pengunci.

Pasal 61
Perakitan kerangka keran angkat berpindah harus dikeling dan atau dilas.

Permenaker 05-1985 148


Permenaker 05-1985 149
Pasal 62

Keran angkat berpindah harus dilengkapi peralatan untuk mencegah


roda gigi atau roda penggerak lainnya jatuh, jika putus atau terlepas.

Pasal 63
Keran angkat berpindah monoril harus dilengkapi dengan sekurang-
kurangnya satu pengaman tangkap untuk menahan muatan jika poros
penggantungnya rusak.

Permenaker 05-1985 150


Pasal 64

Keran angkat berpindah harus dilengkapi dengan :


a. Jalan masuk yang aman dengan tangga tetap dari lantai sampai
ruangan operator dan dari ruangan operator kejembatan jalan kaki;
b. Jalan penyeberangan sekurang-kurangnya 45 cm lebarnya
disepanjang kedua sisi jembatan;
c. Jalan penyeberangan pada kedua ujung jembatan tersebut sub (b)
mempunyai lebar sekurang-kurangnya 30 cm dan sekurang-
kurangnya 38 cm bila jalan troli tidak dapat dilewati secara aman;
d. Sepanjang sisi jalan kaki yang terbuka harus diberi pengaman dan
pengamanan pinggir.

Permenaker 05-1985 151


Permenaker 05-1985 152
Hydraulic Truck
Cranes &
Boom Trucks

                                   

                                               
                       

                      

                               
           05-1985
Permenaker 153
Pasal 65

Keran lokomotif harus dilengkapi dengan indikator otomatis yang dapat


memberi tanda peringatan bila muatan yang diangkat melebihi beban
angkat maksimum yang diijinkan.
Pasal 66
Keran lokomotif harus mempunyai ruang bebas sekurang-kurangnya 35
cm antara kerangka keran yang berputar dengan kerangka keran
angkutan.
Pasal 67
Pada ruang kemudi kereta angkut dan ruang operator keran lokomotif
harus dilengkapi dengan tangga pegangan tangan.

Permenaker 05-1985 154


Pasal 68

Pada kedua ujung kereta angkut lokomotif harus dilengkapi dengan


penyambung otomatis yang dapat dilepas dari setiap ujung sisinya.
Pasal 69
Keran lokomotif tenaga listrik harus dihubung tanahkan.
Pasal 70
Pelat pasak pondasi tiang keran dinding harus ditempatkan pada pondasi
yang kuat dan pelat pasaknya tersebut harus dikaitkan pada pondasi secara
kuat.
Pasal 71
Keran dinding yang dilengkapi dengan dongkrak yang digerakan dengan
manusia harus dipasang.

Permenaker 05-1985 155


Pasal 72

Roda gigi pada roda keran bersumbu putar harus dihindarkan dari
benda-benda yang dapat mengganggu putaran.
Pasal 73
(1) Keran bersumbu putar yang menggunakan tenaga mesin harus
dilengkapi dengan rem yang dapat menghentikan gerakan putar;
(2) Dalam pemakaian bobot imbang harus diketahui secara jelas
tentang berat muatan dan posisi bobot imbang tersebut.
Pasal 74
Keran bersumbu putar harus dilengkapi dengan sebuah daftar atau alat
sejenisnya dapat menunjukan perbandingan keseimbangan antara posisi
Berat muatan dan posisi bobot imbangnya.

Permenaker 05-1985 156


Contoh Spesifikasi Tower Crane

Permenaker 05-1985 157


6 Tahapan
1. Pekerjaan Pondasi (Penyetelan Angkur TC)
2. Pemasangan Section TC dan Pemasangan
Ballast Cross-Shaped
3. Pemasangan Counter Jib/Tower Head/Strut
Assembly
4. Pemasangan Jib dan Front Strut
5. Melengkapi Ballast pada Counter Jib
6. Memasang Vision Cab
Permenaker 05-1985 158
Pekerjaan Pondasi (Penyetelan Angkur TC)
Untuk Tower Crane dengan menggunakan Rapid Ballasting pada Cross Shape Base
harus melakukan tahapan persiapan untuk base (Cross Shape harus diletakkan pada
kondisi Base yang stabil dan cukup aman dari longsor/pergeseran tanah)

Persiapan Pondasi & Stel Main Arm Positioning & Leveling Up Pemasangan 2 Bh Half Arm

Bila Base Dipasang Statis, maka Angkur harus ditanam pada Pondasi dengan terlebih
dahulu menghitung Desain Pondasi dengan mempertimbangkan Kondisi Tanah
Setempat dan Gaya-gaya yang Bekerja

Permenaker 05-1985 159


Pekerjaan Pondasi (Penyetelan Angkur TC)

Permenaker 05-1985 160


Pondasi Tower Crane dengan Base Statis (Section I dipasang agar angkur TC Presisi)
Pemasangan Section TC dan Ballasting
Penyetelan ke Angkur TC pada
Cross Shaped atau yang sudah dicor

Section TC tersedia dalam 2 jenis,


yaitu Modular dan Telescopic

Pemasangan Joint Pin

Pemasangan Rapid Ballast (untuk


kondisi base yang tidak statis) tidak
diperlukan untuk kondisi statis

Permenaker 05-1985 Transfer Section Tower Crane 161


BAB IV
PITA TRANSPORT
Pita transport ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan muatan secara continue dengan menggunakan bantuan pita;
Pasal 75

Pita transport antara lain adalah : ekskalator, Travelator, ban berjalan


dan rantai berjalan.
Pasal 76
(1) Kontruksi mekanis pita transport harus cukup kuat untuk
menunjang muatan yang telah ditetapkan baginya;
(2) Semua pita transport harus dibuat sedemikian rupa sehingga titik-
titik geser yang berbahaya antara bagian-bagian atau benda yang
pindah atau tetap ditiadakan dan atau dilindungi.

Permenaker 05-1985 162


PITA TRANSPORT

Permenaker 05-1985 163


Pasal 77

(1) Pita transport yang ditinggalkan dan sering dilalui harus dilengkapi
dengan tempat jalan kaki atau teras pada seluruh panjangnya
dengan lebar tidak kurang dari 45 cm dan mempunyai sandaran
standart dan atau pengaman pinggir;
(2) Lantai atau teras kerja pada tempat-tempat bongkar dan muat harus
dalam kondisi anti slip;
(3) Lantai, teras dan tempat jalan kaki disamping pita transport harus
bersih dari sampah dan bahan-bahan lain;
(4) Saluran air pada lantai harus disediakan disekitar jembatan yang
memenuhi syarat;

Permenaker 05-1985 164


(5) Penyeberangan pada pita transport harus disediakan jembatan
yang memenuhi syarat;
(6) Tenaga kerja dilarang berdiri dikerangka penahan pita
transport terbuka pada saat memuat atau memindahkan
barang-barang atau pada saat membersihkan rintangan-
rintangan.

Permenaker 05-1985 165


Pasal 78

Sabuk, rantai transmisi, poros penggerak, tabung-tabung atau cakra


dan roda gigi pada peralatan dan pengerak harus diberi pengaman
sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk perlengkapan tranmisi
tenaga mekanis.
Pasal 79
(1) Pita transport yang tidak tertutup yang dilalui tenaga kerja pada
bagian bawahnya harus dipasang tutup pengaman.
(2) Dilarang menaiki ban pita transport, kecuali dengan ijin tertentu.

Permenaker 05-1985 166


Pasal 80

(1) a. pita transport tertutup yang digunakan untuk membawa


bahan-bahan yang dapat terbakar atau meledak harus
dilengkapi dengan lubang pelepas pengaman yang langsung
menuju keudara luar.
b. lubang pelepas pembuangan tidak memungkinkan,
saluran l ubang pelepasan atau pengaman pada pita transport harus
dilengkapi dengan tutup pelepas.
(2) Bila kontruksi pembuangan tidak memungkinkan, saluran lubang
pelepasan atau pengaman pada pita transport harus dilengkapi
dengan tutup pelepas.

Permenaker 05-1985 167


Permenaker 05-1985 168
Permenaker 05-1985 169
Pasal 81

(1) Pita transport yang digerakan dengan tenaga mekanis pada tempat-
tempat membongkar dan memuat, pada akhir perjalanan dan awal
pengambilan dan atau pada berbagai tempat lain yang memadai
harus diperlengkapi dengan alat untuk menghentikan mesin ban
transport dalam keadaan darurat;
(2) Pita transport yang membawa muatan melebihi sudut kemiringan
harus dilengkapi dengan alat mekanis yang dapat mencegah mesin
berbalik dan membawa muatan kembali kearah tempat memuat, jika
sumber tenaga dihentikan;
(3) Jika dua ban transport atau lebih beroperasi bersama harus dipasang
alat pengaman yang dapat mengatur bekerja sedemikian rupa
sehingga kedua pita transport harus berhenti apabila salah satu pita
transport tidak dapat bekerja secara terus menerus.

Permenaker 05-1985 170


Pasal 82

Pita transport untuk mengangkut semen, pupuk buatan, serat kayu, pasir
atau bahan sejenisnya harus dilengkapi dengan kilang keruk atau alat
lainnya yang sesuai.
Pasal 83
Jika pita transport membentang sampai pada tempat yang tidak
kelihatan dari pos kontrol, harus dilengkapi dengan gong, peluit atau
lampu semboyan dan harus digunakan oleh operator sebelum
menjalankan mesin.
Pasal 84
Pita transport harus dilengkapi dengan sistem pelumasan otomatis.

Permenaker 05-1985 171


Pasal 85

Dilarang untuk mencoba menyetel atau untuk memperbaiki


perlengkapan pita transport tanpa menghentikan dahulu sumber
tenaganya dan mengunci tuas atau tombol dalam keadaan berhenti.
Pasal 86
Ujung pengisian pita transport yang panjangnya kurang dari 1 (satu)
meter diatas lantai, harus diberi pagar pelindung.
Pasal 87
Setiap pengantar gerakan dari peralatan jejak eskalator harus dapat
dilalui dengan aman.

Permenaker 05-1985 172


Pasal 88

Kontruksi alur penghantar harus dibuat sedemikian rupa sehingga


mencegah pemindahan gerakan jejak, atau memutuskan jejak rantai
penghubung.
Pasal 89
Sudut kemiringan dari setiap eskalator harus tidak melebihi 300 dari
arah bidang datar.
Pasal 90
Bidang injak eskalator terbuat dari bahan yang padat, rata dan tidak
licin dan bila terbuat dari logam yang mempunyai kisi-kisi, tebal kisi
sekurang-kurangnya 3 mm.

Permenaker 05-1985 173


RUANG LINGKUP
Pita Transport (ps. 75)
- Ekskalator
- Ban berjalan
- Rantai berjalan

Permenaker 05-1985 174


SESI 2. ESCALATOR

175Permenaker 05-1985 11/05/22 created by 175


PNK3
A. Penyebab Kecelakaan
Karena Kerusakkan Eskalator

1. Kerusakkan Eskalator bisa


menyebabkan
a. Terjepit diantara 2 anak tangga.
b. Terjepit antara anak tangga dan
skirt guard.
c. Terjepit antara anak tangga dengan
plat landas.
d. Terjepit Celah Inlet Hand Rail.

176Permenaker 05-1985 11/05/22 created by 176


PNK3
Pasal 91

Lantai pemberangkatan dan lantai pemberhentian setiap eskalator


harus dari bahan yang dapat menghasilkan sesuatu ikatan terhadap
jejak kaki pemakai.
Pasal 92
Satu motor listrik dilarang untuk menggerakan 2 atau lebih eskalator
berdampingan, dan dapat dilayani secara sendiri.
Pasal 93
Rantai eskalator harus mempunyai angka keamanan sekurang-
kurangnya 10 kecuali rantai yang terbuat dari baja tuang yang
dianeling dengan angka keamanan sekurang-kurangnya 20

Permenaker 05-1985 177


Pasal 94

Setiap eskalator harus dilengkapi dengan sistem elektro mekanis yang


bekerja secara otomatis yang dapat menghentikan eskalator
apabila sumber tenaga putus.
Pasal 95
(1) Untuk menjalankan setiap eskalator harus menggunakan sebuah
kunci kontak atau alat sakelar yang hanya dapat dilayani oleh
operator;
(2) Tombol penghenti eskalator harus ditempatkan pada tempat yang
dapat dicapai oleh masyarakat umum pada lantai penghantar atas
dan bawah;
(3) Tombol penghenti dimaksud ayat (2) harus mempunyai tanda
yang jelas dan bertuliskan tombol penghenti;

Permenaker 05-1985 178


(4) Saat menekan tombol penghenti, mekanis penghenti gerakan harus
dapat menghentikan eskalator secara perlahan-lahan.

Pasal 96
Setiap eskalator yang digerakan dengan listrik yang mempunyai pase
banyak harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mencegah
motor berputar balik atau bila adanya kegagalan pase.
Pasal 97
(1) Ruang mesin setiap eskalator harus mempunyai ukuran tepat
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga
memudahkan pemeliharaan;
(2) Ruang mesin harus mempunyai penerang yang cukup dan
dilengkapi dengan jalan masuk yang aman.

Permenaker 05-1985 179


BAB V

PESAWAT ANGKUT DIATAS LANDASAN DAN


DIATAS PERMUKAAN
Pasal 98

Pesawat angkut diatas landasan dan diatas permukaan


antara lain adalah : truk, truk derek, traktor, gerobak,
forklift dan kereta gantung.
Pasal 99
Semua peralatan pelayanan pesawat angkutan diatas landasan dan
diatas permukaan harus dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai
keseragaman dalam fungsi, gerak dan warnanya.

Permenaker 05-1985 180


Pasal 100
Peralatan pelayanan dimaksud pasal 99 harus cukup
baik, tidak berbahaya bagi operator dalam lingkup
geraknya.

Pasal 101
Semua perlengkapan pesawat angkutan diatas
landasan dan diatas permukaan sebelum digunakan
harus diperiksa terlebih dahulu oleh operator.
Pasal 102
Pesawat angkutan diatas landasan dengan motor
bakar dilarang didaerah yang terdapat bahaya
kebakaran dan atau peledakan dan atau ruangan
tertutup.

Permenaker 05-1985 181


Pasal 103

Pesawat angkutan diatas landasan sebelum


memuat dan membongkar muatan rem
harus digunakan jika diatas tanjakan roda
harus diganjal.

Pasal 104
Pesawat angkutan diatas landasan dengan
motor bakar harus dijalankan dengan
aman sesuai dengan kecepatan yang telah
ditentukan.

Permenaker 05-1985 182


Pasal 105

Lantai kerja yang dilalui pesawat angkutan landasan harus :


a. Dikontruksi cukup kuat dan rata dengan memperhatikan kecepatan,
jenis roda dan ban yang digunakan;
b. Tidak mempunyai belokan dengan sudut yang tajam, tanjakan yang
terjal, jalan yang bebas dan peralatan yang rendah;
c. Mempunyai tanda-tanda pada kedua sisi disepanjang jalan.
Pasal 106
Lebar kiri kanan sisi jalan bebas yang dilalui truck sekurang-kurangnya :
a. 60 cm dari lebar kendaraan atau muatan yang paling lebar jika
digunakan lalu lintas satu arah;
b. 90 cm dari kedua lebar kendaraan atau muatan yang paling lebar
jika digunakan lalu lintas dua arah.

Permenaker 05-1985 183


Pasal 107

Truck, truck derek, tractor dan sejenisnya harus dilengkapi dengan lampu-lampu
penerangan dan peringatan yang efektif.
Pasal 108
Untuk pelayanan pengangkutan muatan menggunakan gerobak harus sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pasal 109
Gerobak dorong yang beroda satu atau dua harus dilengkapi dengan pelindung tangan
pada gagangnya dan dilengkapi dengan ban rem.
Pasal 110
Gerobak dorong yang beroda tiga atau empat harus dilengkapi dengan alat pengunci
yang digunakan saat gerobak itu berhenti.
Permenaker 05-1985 184
Permenaker 05-1985 185
Permenaker 05-1985 186
Permenaker 05-1985 187
Permenaker 05-1985 188
Permenaker 05-1985 189
RUANG LINGKUP

D. Alat angkut jalan riil (ps. 116)


- Lokomotif
- Gerbong
- Lori

Permenaker 05-1985 190


Pasal 111

Jika memuati gerobak dorong beroda tiga, muatan yang berat harus
ditempatkan dibagian belakang bawah dan muatan harus seimbang.

Pasal 112
Forklift harus dilengkapi dengan atap pelindung operator dan bagian
yang bergerak atau berputar diberi tutup pengaman.

Pasal 113
Dalam keadaan jalan garpu harus berjarak setinggi-tingginya 15 cm
dari permukaan jalan.

Permenaker 05-1985 191


Pasal 114

Bila mengendarai forklift dibelakang kendaraan lain harus berjarak


sekurang-kurangnya 10 meter dari belakang kendaraan depannya.

Pasal 115
Dilarang menggunakan forklift untuk tujuan lain selain untuk
mengangkat, mengangkut dan menumpuk barang.

Permenaker 05-1985 192


BAB VI

ALAT ANGKUTAN JALAN


RIL
Pasal 116

Alat angkutan jalan ril antara lain adalah : lokomotif, gerbong dan lori.

Pasal 117
Bahan, kontruksi dan perlengkapan jalan ril harus cukup kuat, tidak
cacat dan memenuhi syarat.

Permenaker 05-1985 193


ALAT ANGKUTAN JALAN RIL

Permenaker 05-1985 194


Pasal 118

Batang tarik wesel, kawat-kawat sinyal atau bagian-bagian lain dari


peralatan jalan ril yang berbahaya harus dilindungi, dan atau
dilengkapi dengan peralatan pengaman.

Pasal 119
Jalan ril harus diadakan pemeriksaan dalam waktu-waktu tertentu.

Permenaker 05-1985 195


Pasal 120
(1) Ril pengaman harus dipasang tidak lebih dari 25 cm dibagian dalam ril
dengan lebar dimana tikungan melebihi :
a. 250 pada jalan ril dengan lebar 1.435 meter atau lebih;
b. 400 pada jalan ril dengan lebar yang kurang dari 1.435 meter;
c. 200 pada semua jalan ril dengan sudut lereng 2 persen atau lebih.
(2) Jalan ril diatas jembatan atau kuda-kuda yang panjangnya 30 meter atau
lebih harus dilengkapi dengan ril pengaman.
Pasal 121
Kuda-kuda jalan ril pada kedua sisinya harus dilengkapi dengan peralatan
jalan kaki pada bagian luarnya dan mempunyai ruang bebas sekurang-
kurangnya 1 (satu) meter antara pagar dan muatan dengan ukuran yang
paling besar.
Permenaker 05-1985 196
Pasal 122

Lubang-lubang pembongkaran muatan dibawah jalan ril harus diberi


tutup terali yang memenuhi syarat.
Pasal 123
(1) Semboyan wesel harus dikontruksi dan dipasang sedemikian
rupa sehingga tuas tidak akan digeser pada arah memanjang ril;
(2) Sudut pada lidah wesel harus dibulatkan.
Pasal 124
Putaran pada jalan ril harus dilengkapi dengan alat pengunci yang
akan mencegah putaran tersebut berbalik pada waktu putaran
dijalankan.

Permenaker 05-1985 197


Pasal 125

(1) Ruang bebas horizontal sisi-sisi gerbong pada muatannya


terhadap bangunan tidak boleh kurang dari 75 cm;
(2) Ketentuan pada ayat (1) tidak berlaku bagi ruang bebas horizontal
pada jalan ril yang menurun;
(3) Ruang bebas antara lokomotif gerbong dan muatannya pada saat
bersimpangan dan lintas berdampingan atau melintas bersama
satu arah tidak boleh kurang dari 75 cm;
(4) Jika tenaga diperlukan untuk naik diatas atap gerbong atau
muatannya maka ruang bebas vertikal sekurang-kurangnya 2,15
meter sampai kebangunan atau rintangan-rintangan lainnya, 3
meter sampai kekawat dan 4,3 meter sampai kekawat penghantar
listrik;

Permenaker 05-1985 198


(5) Apabila ruang bebas yang dimaksud ayat (4) tidak dapat dipenuhi,
tanda ukuran harus dipasang pada jarak yang diperlukan pada
setiap sisi bangunan;
(6) Jika halaman pabrik dikelilingi pagar, pintu masuk dan keluar
untuk alat angkutan jalan ril harus cukup lebar;
(7) Apabila ruang bebas tidak ada harus dipasang tanda-tanda yang
bertuliskan tidak ada ruang bebas, secara jelas dan mudah dibaca.

Permenaker 05-1985 199


Pasal 126

Jika alat angkutan jalan ril berada didekat bangunan, sehingga tenaga
kerja tidak dapat berdiri atau lewat dengan aman antara bangunan
dan pesawat yang berjalan maka :
a. Harus dipasang alat penghalang disamping bangunan;
b. Dilarang adanya pintu pada bangunan yang menuju keluar jalan
ril.
Pasal 127
(1) Semua jalan pesilangan jalan ril dengan jalan-jalan yang ramai
harus dihilangkan dengan menggunakan jembatan udara atau
terowongan untuk lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki;

Permenaker 05-1985 200


(2) Jika pemasangan jembatan atau terowongan pada persilangan
jalan dengan jalan ril tidak dapat dilaksanakan :
a. harus dipasang tanda-tanda yang bertuliskan BAHAYA
atau PERSILANGAN;
b. jalan persilangan harus dibuat rata dengan sebelah atas
ril;
c. pada persilangan-persilangan yang ramai harus
ditambah oleh penjaga ril kereta atau isyarat lampu
suara.

Pasal 128
Balok bentur harus dipasang pada ujung jalan ril, dengan ruangan
yang cukup untuk lewat dibelakang bumper secara aman.

Permenaker 05-1985 201


Pasal 129

(1) Tanda pemberi peringatan dan alat pengaman atau penghalang


pada ril harus jelas;
(2) Apabila alat pengangkut jalan ril dijalankan pada waktu malam
hari semua tanda pemberi peringatan, alat penghalang dan
semboyan wesel dan perlengkapan lainnya harus diberi cahaya.

Pasal 130
Pintu putar, pintu dorong dan pintu palang harus dijamin bekerjanya
Dalam membuka dan menutup.

Permenaker 05-1985 202


Pasal 131

(1) Jika arus lokomotif listrik angkutan jalan ril harus dipindahkan
melalui kawat; troli harus ditunjang dan diatur sedemikian rupa
sehingga putusnya salah satu penghantar kontak tidak akan
menimbulkan penghantar tegangan pada troli;
(2) Kawat penghantar dimaksud ayat (1) harus berjarak vertikal 3
meter dari tanah atau tempat umum yang dapat dipakai.
Pasal 132
(1) Jika arus listrik pada lokomotif listrik dipindahkan melalui ril
yang ketiga yang tidak terletak pada jalan yang tertutup, maka
yang ril bertegangan harus ditutup dengan alat pengaman yang
cukup dengan bahan isolasi dan hanya sisi kontaknya terbuka;
(2) Pada kontak terbukanya harus dipasang tanda peringatan yang
bertuliskan “BAHAYA” dengan jelas dan terang

Permenaker 05-1985 203


Pasal 133

Gerbong yang berada pada jalan ril simpang harus diganjal

Permenaker 05-1985 204


BAB VII

PENGESAHAN

Pasal 134
(1) Setiap perencanaan pesawat angkat dan angkut harus mendapat
pengesahan dari Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya, kecuali
ditentukan lain;
(2) Permohonan pengesahan dimaksud pada ayat (1) harus diajukan
secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya
dengan melampirkan :
a. gambar rencana dan instalasi listrik serta sistem
pengamannya dengan sekala sedemikian rupa sehingga cukup
jelas dan terang;
b. keterangan bahan yang akan digunakan.

Permenaker 05-1985 205


Setiap perencanaan pembuatan, peredaran,
pemasangan, pemakaian, dan atau perbaikan
teknis harus mendapatkan pengesahan dari
direktur atau pejabat yang ditunjuk (ps. 134)

Permenaker 05-1985 206


Pasal 135

(1) Setiap pembuatan, peredaran, pemasangan, pemakaian, perubahan,


dan atau perbaikan tehnis pesawat angkat dan angkut harus
mendapat pengesahan dari Direktur atau pejabat yang
ditunjuknya;
(2) Pemohon dimaksud ayat (1) harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya
dengan melampirkan :
a. gambar kontruksi dan instalasi listrik serta sistem
pengamannya dengan sekala sedemikian rupa sehingga cukup
jelas dan terang;
b. sertifikat bahan dan sambungan-sambungan
kontruksinya;
c. perhitungan kekuatan kontruksi dari bagian-bagian yang
penting.
Permenaker 05-1985 207
Pasal 136

Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya berwenang mengadakan


perubahan tehnis atas permohonan yang diajukan tersebut dalam
pasal 134 dan pasal 135.

Pasal 137
Pembuatan dan pemasangan pesawat angkat dan angkut harus
dilaksanakan oleh pembuat dan pemasang yang telah mendapat
pengesahan oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya.

Permenaker 05-1985 208


BAB VIII

PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN
Pasal 138

(1) Setiap pesawat angkat dan angkut sebelum dipakai harus


diperiksa dan diuji terlebih dahulu dengan standar uji yang telah
ditentukan;
(2) Untuk pengujian beban lebih, harus dilaksanakan sebesar 125%
dari jumlah beban maksimum yang diujikan;
(3) Besarnya tahanan isolasi dan instalasi listrik pesawat Angkat
dan Angkut harus sekurang-kurangnya memenuhi yang
ditentukan dalam PUIL 2000 (Persyaratutan Umum Instalasi
Listrik);

Permenaker 05-1985 209


PENGUJIAN
NDT: SPRAY

ELECTRIKMAGNIT

Permenaker 05-1985 210


(4) Pemeriksaan dan pengujian ulang pesawat angkat dan angkut
dilaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun setelah
pengujian pertama dan pemeriksaan pengujian ulang
selanjutnya dilaksanakan 1 (satu) tahun sekali;
(5) Pemeriksaan dan pengujian dimaksud dalam pasal ini
dilakukan oleh Pegawai Pengawas dan atau Ahli
Keselamatan Kerja kecuali ditentukan lain.

Pasal 139
Biaya pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Angkut
dibebankan kepada Pengusaha.

Permenaker 05-1985 211


BAB IX

KETENTUAN
PERALIHAN
Pasal 140

Pesawat angkat dan angkut yang sudah dipakai sebelum peraturan ini
ditetapkan pengurus atau pengusaha yang memiliki pesawat angkat
dan angkut diwajibkan memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan
Menteri ini dalam waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya peraturan ini.

Permenaker 05-1985 212


BAB X

KETENTUAN LAIN-
LAIN
Pasal 141

Terhadap pengertian istilah-istilah “cukup”, “sesuai”, “baik”, “aman”,


“tertentu”, “sekurang-kurangnya”, “sejauh”, “sedemikian rupa”, yang
terdapat dalam Peraturan Menteri ini ditentukan oleh Direktur atau
Pejabat yang ditunjuknya.
Pasal 142
Pengurus harus bertanggung jawab terhadap ditaatinya Peraturan
Menteri ini.

Permenaker 05-1985 213


BAB XI

KETENTUAN
PIDANA
Pasal 143

(1) Pengurus yang melanggar ketentuan tersebut pasal 142 diancam


dengan hukuman kurung selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) sesuai
dengan pasal 15 ayat (2) dan (3) Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja;
(2) Tindak pidana sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) adalah
pelanggaran.

Permenaker 05-1985 214


BAB XII
KETENTUAN
PENUTUP
Pasal 144
Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan Kerja melakukan
pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan Menteri ini.
Pasal 145
Hal-hal yang memerlukan pedoman pelaksanaan dari Peraturan Menteri
ini ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur.
Pasal 146
Peraturan Menteri ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan : Jakarta
Pada tanggal : 2 Agsutus 1985

MENTERI TENAGA KERJA


ttd
Permenaker 05-1985 215
SUDOMO
KECELAKAAN FORKLIFT
(VIDEO)

Permenaker 05-1985 216


KECELAKAAN CRANE
(VIDEO)

Permenaker 05-1985 217


TENTANG
OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT
ANGKAT DAN ANGKUT
Pasal 1. Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksudkan dengan:
1. Operator adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan
memiliki
keterampilan khusus dalam pengoperasian pesawat angkat dan
angkut.

2. Petugas adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan memiliki


keterampilan khusus di bidang pesawat angkat dan angkut yang terdiri
dari juru ikat (rigger) dan teknisi.

3. Juru ikat (rigger) adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan
memiliki keterampilan khusus dalam melakukan pengikatan barang
serta
membantu kelancaran pengoperasian peralatan angkat.

4. Teknisi adalah petugas pelaksana pemasangan, pemeliharaan, perbaikan


dan/atau pemeriksaan peralatan/komponen pesawat angkat dan
angkut.
5. Pesawat angkat dan angkut adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau orang secara vertikal dan/atau
horizontal dalam jarak yang ditentukan.

6. Peralatan angkat adalah alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk mengangkat
naik dan menurunkan muatan.

7. Pita transport adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan
muatan secara terus menerus (continue) dengan menggunakan bantuan pita.

8. Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan adalah suatu pesawat atau
alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan menggunakan
kemudi baik di dalam atau di luar pesawat dan bergerak di atas landasan maupun
permukaan.

9. Alat angkutan jalan rel adalah suatu alat angkutan yang bergerak di atas jalan rel.

10. Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat Lisensi K3 adalah
kartu tanda kewenangan seorang operator untuk mengoperasikan pesawat angkat dan
angkut sesuai dengan jenis dan kualifikasinya atau petugas untuk penanganan pesawat
angkat dan angkut.
11. Buku kerja (log book) adalah buku kerja yang diberikan kepada
seorang operator untuk mencatat kegiatan selama mengoperasikan
pesawat angkat dan angkut sesuai dengan jenis dan kualifikasinya atau
petugas untuk mencatat penanganan pesawat angkat dan angkut.

12. Pengurus adalah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung


sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.

13. Pengusaha adalah:


a. orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang
secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; dan
c. orang perseorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
14. Pegawai pengawas ketenagakerjaan yang selanjutnya
disebut Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai negeri
sipil yang diangkat dan ditugaskan dalam jabatan fungsional
pengawas ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

15. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang


membidangi pembinaan pengawasan ketenagakerjaan
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mengatur kualifikasi, syarat-syarat,
wewenang, kewajiban operator dan petugas pesawat angkat
dan angkut.

Pasal 3
Pengusaha atau pengurus dilarang mempekerjakan operator
dan/atau petugas pesawat angkat dan angkut yang tidak
memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

Pasal 4
Jumlah operator pesawat angkat dan angkut yang dipekerjakan
oleh pengusaha atau pengurus harus memenuhi kualifikasi dan
Jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat angkat dan
angkut sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri
ini.
BAB II
KUALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT
OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT
Bagian Kesatu
Operator Pesawat Angkat dan Angkut
Pasal 5
(1) Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan oleh
operator pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi
K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.

(2) Operator pesawat angkat dan angkut sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi operator peralatan angkat,
pita transport, pesawat angkutan di atas landasan dan di atas
permukaan, dan alat angkutan jalan rel.
Paragraf Kesatu
Operator Peralatan Angkat
Pasal 6
(1) Operator peralatan angkat meliputi operator dongkrak
mekanik (lier), takal, alat angkat listrik/lift barang/passenger
hoist, pesawat hidrolik, pesawat pneumatik, gondola, keran
mobil, keran kelabang, keran pedestal, keran menara, keran
gantry, keran overhead, keran portal, keran magnet, keran
lokomotif, keran dinding, keran sumbu putar, dan mesin
pancang.

(2) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diklasifikasikan sebagai berikut:
a. operator kelas I;
b. operator kelas II; dan
c. operator kelas Ill.
(3) Pengklasifikasian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
berlaku bagi operator gondola, dongkrak mekanik (lier),
takal, dan mesin pancang.

Pasal 7
(1) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 23 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
(2) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (2) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

(3) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal


6 ayat (2) huruf c harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
(4) Operator gondola, dongkrak mekanik (lier), takal, dan mesin
pancang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja
Pasal 8
 Operator peralatan angkat kelas III dapat ditingkatkan

menjadi operator peralatan angkat kelas II dan operator


peralatan angkat kelas II dapat ditingkatkan menjadi operator
peralatan angkat kelas I dengan persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman sebagai operator sesuai dengan kelasnya
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus; dan
b. lulus uji operator peralatan angkat sesuai dengan
kualifikasinya.

Paragraf Kedua
Operator Pita Transport
Pasal 9
Operator pita transport meliputi operator eskalator, ban
berjalan, dan rantai berjalan
Pasal 10
Operator pita transport sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 20 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

Paragraf ketiga
Operator Pesawat Angkutan di atas Landasan dan di atas
Permukaan
Pasal 11
Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas
permukaan meliputi antara lain operator: dump truk, truk
derek/trailer, alat angkutan bahan berbahaya, traktor, kereta
gantung, shovel, excavator/back hoe, compactor, mesin giling,
bulldozer, loader, tanden roller, tire roller, grader, vibrator, side
boom, forklift dan/atau lift truk.

Pasal 12
Operator forklift dan/atau lift truk sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 diklasifikasikan sebagai berikut:
a. operator kelas I; dan
b. operator kelas II.
Pasal 13
Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di
atas permukaan sebagaimana di maksud dalam Pasal
11 kecuali operator forklift dan/atau lift truk harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan
SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 14
(1) Operator forklift dan/atau lift truk kelas I sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf a harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

(2) Operator forklift dan/atau lift truk kelas II sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 12 huruf b harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.

Pasal 15
Operator forklift dan/atau lift truk kelas II dapat ditingkatkan
menjadi operator forklift dan/atau lift truk kelas I dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman sebagai operator sesuai dengan kelasnya
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus; dan
b. lulus uji operator forklift dan/atau lift truk sesuai dengan
kualifikasinya.
Paragraf Keempat
Operator Alat Angkutan Jalan Rel

Pasal 16
Operator alat angkutan jalan rel meliputi operator lokomotif
dan Iori.

Pasal 17
Operator alat angkutan jalan rel sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun di
bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Bagian Kedua
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut
Pasal 18
(1) Pengoperasian pesawat angkat dan angkut dapat dibantu
oleh petugas pesawat angkat dan angkut yang mempunyai
Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.
(2) Petugas pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melipu juru ikat (rigger) dan teknisi.
Paragraf Kesatu
Juru Ikat (rigger)
Pasal 19
Juru ikat (rigger) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (2) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan
SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Paragraf Kedua
Teknisi
Pasal 20
Teknisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (2) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan
SLTA/sederajat dan/atau berpengalaman di
bidangnya sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun;
b. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
c. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
d. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
BAB III
TATA CARA MEMPEROLEH LISENSI K3 DAN BUKU KERJA
Pasal 21
Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan
Lisensi K3 dan buku kerja operator atau petugas pesawat
angkat dan angkut.
Pasal 22
(1) Untuk memperoleh Lisensi K3 dan buku kerja operator atau
petugas pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21, pengusaha atau pengurus mengajukan
permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal dengan
melampirkan:
a. copy ijazah terakhir;
b. surat keterangan berpengalaman kerja membantu
operator atau petugas pesawat angkat dan angkut
sesuai bidangnya yang diterbitkan
oleh perusahaan;
c. surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. copy kartu tanda penduduk;
e. copy sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan
kualifikasinya; dan
f. pas photo berwarna 2 x 3 (3 lembar) dan 4 x 6 (2
lembar).
2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan pemeriksaan dokumen oleh Tim.

 (3) Berdasarkan hasil pemeriksaan Tim


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur
Jenderal menerbitkan Lisensi K3 dan buku kerja
Pasal 23
(1) Lisensi K3 dan buku kerja berlaku untuk jangka waktu 5
(lima tahun), dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
yang sama.

(2) Permohonan perpanjangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diajukan kepada Direktur Jenderal dengan
melampirkan:
a. lisensi K3 lama yang asli;
b. buku kerja asli yang telah diperiksa oleh atasannya;
c. surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. copy kartu tanda penduduk;
e. copy sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan
kualifikasinya; dan
f. pas photo berwarna 2 x 3 (3 lembar) dan 4 x 6 (2 lembar).
Pasal 24
Dalam hal sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 ayat (1) huruf e dan Pasal 23 ayat (2) huruf e belum
dapat dilaksanakan maka dapat menggunakan sertifikat
pembinaan K3 yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal.

Pasal 25
Buku kerja operator atau petugas sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 21 harus diperiksa setiap 3 bulan oleh atasannya.
Pasal 26
Lisensi K3 dan buku kerja hanya berlaku selama operator atau
Petugas pesawat angkat dan angkut yang bersangkutan bekerja
di perusahaan yang mengajukan permohonan.

Pasal 27
Lisensi K3 dan buku kerja dapat dicabut apabila operator atau
Petugas pesawat angkat dan angkut yang bersangkutan
terbukti:
a. melakukan tugasnya tidak sesuai dengan jenis dan kualifikasi
pesawat angkat dan angkut;
b. melakukan kesalahan, atau kelalaian, atau kecerobohan
sehingga menimbulkan keadaan berbahaya atau kecelakaan
kerja; dan
c. tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 sesuai bidangnya.
BAB IV
KEWENANGAN OPERATOR DAN PETUGAS
Pasal 28
(1) Operator peralatan angkat Kelas I sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a berwenang:
a. mengoperasikan peralatan angkat sesuai dengan jenisnya
dengan kapasitas lebih dari 100 ton atau tinggi menara
lebih dari 60 meter; dan
b. mengawasi dan membimbing kegiatan operator Kelas II
dan/atau operator Kelas III, apabila perlu didampingi oleh
operator Kelas II dan/atau Kelas III.

(2) Operator peralatan angkat Kelas II sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b berwenang: :
a. mengoperasikan peralatan angkat sesuai
dengan jenisnya dengan kapasitas Iebih dari
25 ton sampai kurang dari 100 ton atau
tinggi menara lebih dari 40 meter sampai
dengan 60 meter; dan
b. mengawasi dan membimbing kegiatan
operator Kelas III, apabila perlu didampingi
oleh operator Kelas Ill.
(3) Operator peralatan angkat Kelas III sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c berwenang mengoperasikan
peralatan angkat sesuai jenisnya dengan kapasitas kurang
dari 25 ton atau tinggi menara sampai dengan 40 meter.

(4) Operator peralatan angkat jenis gondola, dongkrak mekanik


(lier), takal, dan mesin pancang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) berwenang mengoperasikan gondola,
dongkrak mekanik (lier), takal, dan mesin pancang.
Pasal 29
Operator pita transport sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 berwenang
mengoperasikan eskalator, ban berjalan, dan rantai berjalan.

Pasal 30
(1) Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berwenang mengoperasikan
antara lain operator: dump truk, truk derek/trailer, alat angkutan bahan
berbahaya, traktor, kereta gantung, shovel, excavator/back hoe,
compactor, mesin giling, bulldozer, loader, tanden roller, tire roller,
grader, vibrator, side boom, forklift dan/atau lift truk.

(2) Operator forklift dan/atau lift truk kelas I sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 huruf a berwenang:
a. mengoperasikan forklift dan/atau lift truk sesuai dengan jenisnya
dengan kapasitas lebih dari 15 ton; dan
b. mengawasi dan membimbing kegiatan operator Kelas II.

(3) Operator forklift dan/atau lift truk kelas II sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12 huruf b berwenang mengoperasikan forklift dan/atau
lift truk sesuai jenisnya dengan kapasitas maksimum 15 ton.
Pasal 31
Operator alat angkutan jalan rel sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 berwenang mengoperasikan lokomotif beserta
rangkaiannya dan lori.

Pasal 32
Juru ikat (rigger) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(2)
berwenang melakukan:
a. pengikatan barang atau bahan sesuai dengan prosedur
pengikatan; dan
b. pemberian aba-aba pengoperasian pesawat angkat dan
angkut.
Pasal 33
Teknisi pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (2) berwenang melakukan:
a. pemasangan, perbaikan, atau perawatan pesawat angkat dan
angkut; dan
b. pemeriksaan, penyetelan, dan mengevaluasi keadaan
pesawat angkat dan angkut
BAB V
KEWAJIBAN OPERATOR DAN PETUGAS
Pasal 34
(1) Operator pesawat angkat dan angkut berkewajiban untuk:
a. melakukan pengecekan terhadap kondisi atau
kemampuan kerja pesawat angkat dan angkut, alat-alat
pengaman, dan alat-alat perlengkapan lainnya sebelum
pengoperasian pesawat angkat dan angkut;
b. bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian
pesawat angkat dan angkut dalam keadaan aman;
c. tidak meninggalkan tempat pengoperasian pesawat
angkat dan angkut, selama mesin dihidupkan;
d. menghentikan pesawat angkat dan angkut dan segera
melaporkan kepada atasan, apabila alat pengaman atau
tidak berfungsi dengan baik atau rusak;
e. mengawasi dan mengkoordinasikan operator kelas II dan operator kelas
III bagi operator kelas I, dan operator kelas II mengawasi dan
mengkoordinasikan operator kelas III;
f. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah
ditetapkan dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut; dan
g. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian selama
mengoperasikan
pesawat angkat dan angkut.

(2) Juru ikat (rigger) berkewajiban untuk:


a. melakukan pemilihan alat bantu angkat sesuai dengan kapasitas
beban kerja aman;
b. melakukan pengecekan terhadap kondisi pengikatan aman dan alat
bantu angkat yang digunakan;
c. melakukan perawatan alat bantu angkat;
d. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang
telah ditetapkan; dan
e. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian sesuai
dengan pekerjaan yang telah dilakukan.

(3) Teknisi berkewajiban untuk:


a. melaporkan kepada atasan langsung, kondisi pesawat
angkat dan angkut yang menjadi tanggung jawabnya
jika tidak aman atau tidak layak pakai;
b. bertanggung jawab atas hasil pemasangan,
pemeliharaan, perbaikan dan/atau pemeriksaan
peralatan/komponen pesawat angkat dan angkut;
c. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan
pengamanan yang telah ditetapkan;
d. membantu pegawai pengawas ketenagakerjaan spesialis pesawat angkat dan
angkut dalam pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat dan
angkut; dan
e. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian sesuai dengan pekerjaan
yang telah dilakukan.

BAB VI
PEMBINAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 35
(1) Pelaksanaan pembinaan K3 bagi operator dan petugas pesawat angkat dan
angkut dilakukan oleh:
a. instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
ketenagakerjaan pada pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota; dan
b. perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan kerja bidang pembinaan
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal berkoordinasi dengan instansi yang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada
pemerintah pro vinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
(2) Dalam hal perusahaan akan melakukan pembinaan secara
mandiri (in house training) maka harus mengajukan
permohonan ke instansi yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah
provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota.

(3) Materi pembinaan K3 bagi operator dan petugas pesawat


angkat dan angkut ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

BAB VII
PENGAWASAN
Pasal 36
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan
Menteri ini dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 37
Pengusaha atau pengurus yang mempekerjakan operator dan/atau petugas
pesawat angkat dan angkut yang tidak memiliki Lisensi K3 dan buku kerja,
dan tidak memenuhi kualifikasi dan jumlah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970.

BAB IX
ATURAN PERALIHAN
Pasal 38
(1) Bagi operator atau petugas pesawat angkat dan angkut yang telah
memiliki Lisensi K3 dan buku kerja sebelum berlakunya Peraturan
Menteri ini tetap berlaku sampai berakhir jangka waktu Lisensi K3 dan
buku kerja.

(2) Setelah berakhir jangka waktu berlakunya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), dapat diperpanjang sesuai dengan prosedur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 39
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini maka Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.01/MEN/1989 tentang Kwalifikasi
dan Syarat-syarat Operator Keran Angkat dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 40
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini
diundangkan dengan penempatan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2010
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
Drs. H.A MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si.
Lampiran Permen No. 09 Tahun 2010

Anda mungkin juga menyukai