DASAR HUKUM
PASAL 4
diberlakukan u/ perencanaan, pembuatan, penganggkutan,
pemasangan pengisian pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan,perbaikan,modifikasi penyimpanan dan
pemeriksaan serta pengujian : BEJANA TEKANAN DAN
TANGKI TIMBUN
Bejana Tekanan adalah bejana selain pesawat uap
yang didalamnya terdapat tekanan dan dipakai untuk
menampung gas atau gas campuran termasuk udara
baik terkempa menjadi cair atau dalam keadaan larut
dan beku.
8
Blower
Daerah berbahaya
Udara 30 m
masuk
Uap flammable
9
2. Pembuatan bejana tekanan dan tangki timbun
sebagaimana psl 4 :
a.Pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan WPS
(Welding Prosedure specification) dan pencatatan
Prosedur kualifikasi PQR ( Prosedure Qualification
Record) bila dilaksanakan dengan las.
b.Pembuatan sesuai gambar rencana
c.Perencanaan jumlah bejana tekanan dan tangki timbun
yang akan dibuat.
d.Penomoran pembuatan.
e.Rencana jenis zat pengiisi.
3. Pemasangan perbaikan dan modifikasi bejana tekanan
dan tangki timbun sebagaimana psl 4 :
a.Pembuatan sesuai gambar rencana Pemasangan perbaikan
dan modifikasi
b.Pembuatan rencana gambar ,fondasi landasan rangka kaki.
c.Pembuatan prosedure kerja aman pemasangan perbaikan
dan modifikasi sesuai gambar rencana.
d.Pelaksanaan pemasangan perbaikan dan modifikasi sesuai
gambar rencana .
e.Pembuatan spesifikasi prosedur pengelasan WPS (Welding
Prosedure specification) dan pencatatan Prosedur kualifikasi
PQR ( Prosedure Qualification Record) bila dilaksanakan
dengan las..
4. Pemakaian bejana tekanan dan tangki timbun
sesuai psl 4 :
Dilakukan pemeriksaan dan pengujian sebelum
digunakan serta dilakukan pemeliharaan secara
berkala.
5. WPS (Welding Prosedure specification) dan
pencatatan Prosedur kualifikasi PQR ( Prosedure
Qualification Record) sebagaimana ayat(2) huruf a
dan ayat (3) huruf e dilaksanakan evaluasi
penilaian oleh Pengawas Ketenagakerjaan spesialis.
Bejana tekan merupakan salah satu sumber bahaya
yang dapat menimpa tenaga kerja dan kerusakan
yang fatal bagi lingkungan. Jenis bahaya tersebut
adalah :
1. Bahaya terhadap kebakaran
2. Bahaya terhadap keracunan
3. Bahaya terhadap pernapasan tercekik/aspisia
4. Bahaya terhadap peledakan
5. Bahaya terhadap cairan sangat dingin/cryogenic
BLEVE
(Boiling Liquid Expanding
Vapor Explosion)
Perencanaan
Pembuatan
Perakitan/pemasangan/
peredaran
Pemakaian/Pemindahan/
Perawatan
Reparasi/modifikasi
PASAL 2
diberlakukan u/ perencanaan, pembuatan, penganggkutan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan
bejana tekanan
PASAL 3
u/ pesawat pendingin serta bagian-bagiannya yg bertekanan
kurang dr 20 Kg/cm2 atau bagiannya mempunyai isi
kurang dr 10 liter bilamana dpt ditutup sendiri – hanya
diberlakukan sebagian
PASAL 4
Tidak berlaku u/ bejana-bejana yg bertekanan kurang dr 2
Kg/cm2 dan atau mempunyai vol air kurang dr 220 cm3
SYARAT-SYARAT K3
1. Bahan dan konstruksi harus kuat dan memenuhi syarat
PASAL 5 ayat (1)
> 4.13 WP
Pressure
> min 20 kg/cm2
1.5 WP
Expansion
Riksa Uji Bejana Tekanan
Pusat
(DPKK)
Koordinasi
Obyek Pengawasan Peg. Pengawas K3
K3 Lintas Propinsi Spesialis Uap & BT
Pengawasan langsung lintas propinsi
Dinas yang berwenang PJK3 Uap
di Propinsi
Obyek Pengawasan AK3 Uap & BT
Peg. Pengawas K3
Koordinasi
K3 Lintas Kab/ Kota Spesialis
Pengawasan langsung lintas kab/kota
Pemberdayaan lembaga2 K3
b. Prosedur Penerbitan Pengesahan
Mengajukan permohonan ke Disnaker setempat
Permohonan dilampiri dokumen teknis, antara lain :
Gambar rencana
Perhitungan kekuatan konstruksi
Sertifikat material/verifikasi
Sertifikat juru las
WPS/PQR
Pemeriksaan ketebalan
Pengukuran dimensi
Pemeriksaan ketidakbulatan
Pemeriksaan tidak merusak (NDT)
Laporan data pembuatan
Pemeriksaan visual
Pemeriksaan tidak merusak (NDT), bila perlu
Pemeriksaan ketebalan, bila perlu
Pengujian padat dengan air jika diperlukan tidak
kurang dari 1,5 x P
45
46
47
48
Uji Pecah 45 MPa untuk CNG NZS 5454 : 1989
Uji Hidro Test 36 MPa
• Bejana Tekan untuk zat asam berwarna biru muda
• Bejana Tekan untuk gas yang mudah terbakar berwarna merah
• Bejana Tekan untuk gas beracun berwarna kuning
• Bejana Tekan untuk gas beracun dan mudah terbakar berwarna
kuning dan merah
DAN JENIS-JENIS PRESSURE VESSEL DAN
PERLENGKAPAN PENGAMAN
The Compressor having one / two / three piston and cylinder of the same bore size are Single
Stage Compressors. The function of each piston is to compress the air from the atmosphere
to the final destination.
Single Stage Compressors are ideal for a multitude of small business uses including
Pneumatic tools, Panel spray painting, Nailers, Staplers, Blow guns, Liquid transfer, Graniting
and Cleaning. It is a reliable source of low pressure air for numerous application like
instrumentation, process and boiler fuel oil automization, Chemical Industries, Filteration Plant,
Blow Moulding etc.
Technical Specifications (Multi Stage High Pressure Compressor) :
Oil/Water Separators
TWI has been involved with pressure vessels and storage equipment since the early 1950s. The
equipment for transmission systems can vary significantly from simple storage pressure vessels to
complex manifolds.
TWI through its research on welding and structural integrity technology is ideally placed to provide design
guidance, code interpretation, fabrication optimisation, inspection development, life extension and defect
assessment services to a wide range of oil and gas sector members.
Heat Insulation
TENTANG
Permenaker 05-1985 72
Mengingat :
1. Pasal 2 ayat (2) huruf f,g(pengangktan brg,bongkar muat brg) .
Pasal 3 ayat (1) huruf n dan p.(Mengamankan pengangkatan brng/org)
Pasal 4 ayat (1), Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja.
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No. PER.03/MEN/1978, tentang Persyaratan
Penunjukan dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan
Kerja.
3. Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi No. KEP.79/MEN/1977, tentang Penunjukan
Direktur sebagai dimaksud dalam undang-undang No. 1
tahun 1970.
Permenaker 05-1985 73
MEMUTUSKAN :
Permenaker 05-1985 74
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Direktur ialah sebagaimana yang dimaksud dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.Kep.79/MEN/1977;
2. Pegawai Pengawas ialah Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang ditunjuk oleh Menteri;
3. Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga tehnis yang berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengamati di taatinya Undang-undang Keselamatan Kerja;
4. Pengurus ialah Pengurus seperti dimaksud dalam Undang-undang No. 1/1970 yang
bertanggung jawab terhadap pesawat angkat dan angkut;
5. Pengusaha ialah orang atau Badan Hukum seperti yang dimaksud dalam Undang-
undang No. 1 tahun 1970 yang memiliki Pesawat Angkat;
Permenaker 05-1985 75
6. Pesawat adalah kumpulan dari beberapa alat secara berkelompok atau berdiri
sendiri guna menghasilkan tenaga baik mekanik maupun bukan mekanik dan
dapat digunakan tujuan tertentu;
7. Alat adalah suatu unit konstruksi yang dibuat untuk digunakan atau menghasilkan
suatu hasil tertentu dan dapat merupakan suatu bagian yang berdiri sendiri dari
pesawat itu;
8. Instalasi adalah suatu jaringan baik pipa maupun bukan yang dibuat guna suatu
tujuan tertentu;
9. Pembuat dan pemasang pesawat angkat adalah orang atau Badan Hukum yang
melakukan pekerjaan pembuatan dan pemasangan instalasi pesawat angkat dan
bertanggung jawab selama batas waktu tertentu terhadap pekerjaannya;
Permenaker 05-1985 76
PENGERTIAN (ps.1)
10. Pesawat angkat angkut ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk
memindahkan, mengangkat muatan baik bahan atau barang atau orang secara vertikal
dan atau horizontal dalam jarak yang ditentukan.
11. Pesawat angkutan diatas landasan dan diatas permukaan ialah pesawat atau alat
yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan menggunakan kemudi
baik didalam atau diluar pesawat dan bergerak diatas suatu landasan maupun permukaan.
12. Pita transport ialah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan
muatan secara continue dengan menggunakan bantuan pita;
13. Peralatan angkat ialah alat yang dikonstruksi aau dibuat khusus untuk mengangkat naik
dan menurunkan muatan;
14. Alat angkutan jalan ril ialah suatu alat angkutan yang bergerak diatas jalan ril;
15. Jalan ril ialah jaringan ril dan perlengkapannya yang dipasang secara permanen yang
digunakan untuk jalan lokomotif, gerbong dan peralatan lainnya guna mengangkut
muatan.
Permenaker 05-1985 77
Pasal 2
Bahan konstruksi serta perlengkapan dari pesawat angkat dan angkut harus
cukup kuat, tidak cacat dan memenuhi syarat.
Pasal 3
(1) Beban maksimum yang diijinkan dari pesawat angkat dan angkut
harus ditulis pada bagian yang mudah dilihat dan dibaca dengan
jelas;
(2) Semua pesawat angkat dan angkut tidak boleh dibebani melebihi
beban maksimum yang diijinkan;
(3) Pengangkatan dan penurunan muatan pada pesawat angkat dan
angkut harus perlahan-lahan;
(4) Gerak mula dan berhenti secara tiba-tiba dilarang
Permenaker 05-1985 78
Pasal . 4
PERSYARATAN OPERATOR
( Permenaker 09/M/VII/2010)
Permenaker 05-1985 80
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 5
(1) Peraturan ini berlaku untuk perencanaan, pembuatan, pemasangan,
peredaran, pemakaian, perubahan, dan atau perbaikan tehnis serta
pemeliharaan pesawat angkat dan angkut
(2) Pesawat angkat dan angkut dimaksud ayat (1) adalah :
a. Peralatan angkat;
b. Pita transport;
c. Pesawat angkut diatas landasan dan diatas permukaan;
d. Alat angkut jalan ril.
e . Jalan ril ialah jaringan ril
Permenaker 05-1985 81
BAB III
PERALATAN ANGKAT
Peralatan angkat ialah alat yang dikonstruksi aau dibuat khusus
untuk mengangkat naik dan menurunkan muatan;
Pasal 6
Peralatan angkat antara lain adalah lier, takel, peralatan angkat listrik,
pesawat pneumatik, gondola, keran angkat, keran magnit, keran
lokomotif, keran dinding dan keran sumbu putar.
Permenaker 05-1985 82
lanjutan
Pasal 6
Peralatan angkat antara lain adalah lier, takel, peralatan angkat listrik,
pesawat pneumatik, gondola, keran angkat, keran magnit, keran
lokomotif, keran dinding dan keran sumbu putar.
Pasal 7
Baut pengikat yang dipergunakan peralatan angkat harus mempunyai kelebihan ulir
sekerup pada suatu jarak yang cukup untuk pengencang, jika perlu harus dilengkapi
dengan mur penjamin atau gelang pegas yang efektif.
Permenaker 05-1985 dede.supriatna Drs 83
Gondola &Tower Crane
Permenaker 05-1985 84
• Pedestral crane
Permenaker 05-1985 85
Permenaker 05-1985 86
Gantry Crane
Permenaker 05-1985 89
Permenaker 05-1985 90
Drum (Tromol Gulung)
Permenaker 05-1985 91
Motor Penggerak
(Lanjutan)
Bagian-bagian motor listrik penggerak girder
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Keterangan gambar:
1. Motor listrik
2. Tempat roda gigi pengatur kecepatan (gear box)
3. Roda penggerak
Permenaker 05-1985 4. Baut penyekat ujung girder 92
Motor Penggerak
(Lanjutan)
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Keterangan gambar:
1. Motor penggerak trolley
2. Chasis trolley
3. Drum alat pengangkat
Permenaker 05-1985 93
Motor Penggerak
(Lanjutan)
Bagian-bagian motor listrik penggerak hoist
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Keterangan gambar:
1. Motor listrik
2. Drum (alat pengangkat)
3. Trolley
Permenaker 05-1985 94
4. Kait (hook)
Pully (Piringan)
Permenaker 05-1985 95
Pasal 9
Permenaker 05-1985 96
KONSTRUKSI STRAND
Permenaker 05-1985 97
19 Wire Seale Strand
Details of
6x19 Seale IWRC rope
19 Wire Seale Strand
Permenaker 05-1985 98
(4) Tali baja dilarang digunakan jika terdapat kawat yang putus, aus
atau karat sesuai dengan ketentuan sbb :
a. 12% untuk tali baja 6x7 pada panjang 50 cm;
b. 20% untuk tali baja 6x19 pada panjang 50 cm;
c. 25% untuk tali baja 6x37 pada panjang 50 cm;
d. 25% untuk tali baja 6x61 pada panjang 50 cm;
e. Untuk tali baja khusus :
12% untuk tali baja seal pada panjang 50cm;
15% untuk tali baja lilitan potongan segi tiga pada panjang 50cm.
Permenaker 05-1985 99
TALI KAWAT BAJA
(1) Tali serat untuk perlengkapan pengangkat harus dibuat dari serat
alam atau sintetis yang berkwalitas tinggi;
(2) Tali serat sebelum dipakai harus diperiksa dan selama dalam
pemakaian untuk mengangkat tali harus diperiksa sesering
mungkin dan sekurang-kurangnya 3 bulan;
(3) Pemeriksaan dimaksud ayat (2) dilakukan akibat kikisan serat
yang putus, terkelupas berjumbai, perubahan ukuran panjang atau
penampang tali, kerusakan pada serat, perubahan warna dan
kerusakan lainnya;
(4) Tali serat harus digulung pada tromol yang tidak mempunyai
permukaan yang tajam dan mempunyai alur sekurang-kurangnya
sebesar diameter tali.
• Kondisi pekerjaan
• Faktor beban terhadap tarik dan puntir
• Fleksibilitas TKB
• Keausan dan korosi
• Dimensi TKB
(1) Sling harus dari rantai, tali baja atau tali serat yang mempunyai
kekuatan yang memadai;
(2) Sling yang cacat dilarang dipakai;
(3) Bila digunakan sling lebih dari satu beban harus dibagi rata.
Pasal 13
(1) Cakra pengantar harus terbuat dari logan yang tahan kejutan atau
bahan lain yang mempunyai kekuatan yang sama;
(2) Diameter cakra sekurang-kurangnya 20 kali diameter yang
digunakan;
(3) Poros cakra pengantar harus mudah dilumasi dan pelumasnya
dilakukan secara teratur dan cukup
(4) Alur cakra pengantar harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
merusak tali.
Permenaker 05-1985 107
Pasal 14
(1) Kait untuk mengangkat beban harus dibuat dari baja tempa yang
dipanaskan dan dipadatkan atau dari bahan lain yang mempunyai
kekuatan yang sama;
(2) Kait harus dilengkapi dengan kunci pengaman.
Pasal 15
Semua peralatan angkat harus dilengkapi dengan rem yang secara efektif
dapat mengerem suatu bobot yang tidak kurang dari 1 ½ beban yang
diijinkan.
Pasal 17
(1) Tali pengatur peralatan angkat harus dilengkapi dengan peralatan
gerakan tali dan tanda arah yang jelas gerak muatan jika tali ditarik;
(2) Tuas tali pengatur peralatan angkat harus secara tegas dibedakan
terhadap sekelilingnya;
(3) Tuas tali pengatur setiap peralatan angkat harus mempunyai model
yang sama dalam satu perusahaan.
Pasal 19
(1) Apabila lebih dari seorang tenaga kerja yang bekerja pada
peralatan angkat operator harus bekerja berdasarkan isyarat hanya
dari satu orang yang ditunjuk;
(2) Penjaga kait, penjaga rantai, penjaga bandul ataupun orang lain
yang ditunjuk harus kelihatan oleh operator;
(3) Apabila operator menerima isyarat berhenti pesawat harus segera
dihentikan.
(1) Muatan harus dinaikan secara vertikal untuk menghindari ayunan pada
waktu diangkat;
(2) Untuk mengangkat muatan diluar jangkauan pesawat harus diambil
langkah-langkah pengamanan yang diperlukan dan disaksikan oleh yang
bertanggung jawab.
Pasal 21
Sebelum memberikan isyarat untuk menaikan muatan, pemberi isyarat
harus yakin bahwa :
a. Semua tali, rantai, bandul atau perlengkapan lainnya telah
dipasang sebagaimana mestinya pada muatan yang diangkat;
b. Muatan telah seimbang sebagaimana mestinya dan tidak akan
menyentuh benda sedemikian rupa sehingga sebagian muatan atau
benda akan berpindah.
Pasal 23
Pasal 27
Operator alat kerek tidak boleh meninggalkan peralatannya dengan
Muatan yang tergantung.
Pasal 29
t : 1,0
0,8 0,6 0,4 0,3 0,2 (detik)
E: 90 100 110 125 140 200 (Volt)
I : 180 200 250 280 330 400 (mA)
SYARAT K3
KHA : MIN 1,25 X I nominal
PANEL R-S R-T T-S R-N R-G S-N S-G T-N T-G N-G
P1- P1.1
p1-P1.2
P1.P1.5
P1-P1.6
KETERANGAN TEMPERATUR ( OC )
1 2 3
OBYEK MCCB AC PHASA-T TERMINAL BAWAH
66.3
LABEL NO. X-1 T SPOT
40
PANEL /
PNL. UTAMA SEL-3 T REF
ALAT
26.3
LOKASI RUANG GENSET ∆T
SKALA C
KEMUNGKINAN PENYEBAB
created by PNK3
Induksi elektromagnetis
125 11/05/22
Permenaker 05-1985 125
Suhu kerja
Pasal 30
(1) Semua bagian kerangka lier dan dongkrak harus terbuat dari
logam;
(2) Kerangka dan tabung pengangkat lier dan dongkrak harus dibuat
dengan angka keamanan sekurang-kurangnya :
a. 12 untuk besi tulang;
b. 8 untuk baja tiang;
c. 5 untuk baja konstruksi atau baja tempa.
(3) Kaki dari semua kerangka lier atau dongkrak harus dipancangkan
pada fondasi secara kuat dan kokoh;
(1) Jenis dan ukuran tali yang digunakan pada blok dan takel harus
sesuai dengan cakra pengantarnya;
(2) Blok dan takel pengangkat harus dilengkapi dengan alat yang dapat
mengatur gerakan sehingga pada saat muatan digantung tali atau
rantai penarik tidak perlu ditarik atau ditahan dan muatan tetap
berada ditempatnya.
(1) Rantai takel pengangkat dan rantai sling harus dibuat dari besi tempa
atau baja tempa sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(2) Angka keamanan untuk rantai takel pengangkat dan sling sekurang-
kurangnya 5;
(3) Rantai takel pengangkat dan sling harus dimudahkan atau
dinormalisir kembali secara berkala :
a. 6 bulan untuk rantai berdiameter tidak lebih dari 2 ½ mm;
b. 6 bulan untuk rantai yang digunakan untuk mengankut logam-
logam cair;
c. 12 bulan untuk rantai yang tidak tersebut pada sub a dan b.
syarat lainnya :
c. Kedudukan tali baja pada alurnya;
d. Kelebihan tali baja yang berada diatas
tanah selama gondolan tergantung
sekurang-kurangnya 1m.
Pasal 37
(1) Peralatan dilarang diturunkan dengan kejutan;
(2) Kontruksi peralatan harus cukup kuat dan aman.
Pasal 43
(1) Peralatan dilarang digunakan selain yang telah ditetapkan;
(2) Pemindahan peralatan harus dilaksanakan dilantai bawah.
Pasal 61
Perakitan kerangka keran angkat berpindah harus dikeling dan atau dilas.
Pasal 63
Keran angkat berpindah monoril harus dilengkapi dengan sekurang-
kurangnya satu pengaman tangkap untuk menahan muatan jika poros
penggantungnya rusak.
05-1985
Permenaker 153
Pasal 65
Roda gigi pada roda keran bersumbu putar harus dihindarkan dari
benda-benda yang dapat mengganggu putaran.
Pasal 73
(1) Keran bersumbu putar yang menggunakan tenaga mesin harus
dilengkapi dengan rem yang dapat menghentikan gerakan putar;
(2) Dalam pemakaian bobot imbang harus diketahui secara jelas
tentang berat muatan dan posisi bobot imbang tersebut.
Pasal 74
Keran bersumbu putar harus dilengkapi dengan sebuah daftar atau alat
sejenisnya dapat menunjukan perbandingan keseimbangan antara posisi
Berat muatan dan posisi bobot imbangnya.
Persiapan Pondasi & Stel Main Arm Positioning & Leveling Up Pemasangan 2 Bh Half Arm
Bila Base Dipasang Statis, maka Angkur harus ditanam pada Pondasi dengan terlebih
dahulu menghitung Desain Pondasi dengan mempertimbangkan Kondisi Tanah
Setempat dan Gaya-gaya yang Bekerja
(1) Pita transport yang ditinggalkan dan sering dilalui harus dilengkapi
dengan tempat jalan kaki atau teras pada seluruh panjangnya
dengan lebar tidak kurang dari 45 cm dan mempunyai sandaran
standart dan atau pengaman pinggir;
(2) Lantai atau teras kerja pada tempat-tempat bongkar dan muat harus
dalam kondisi anti slip;
(3) Lantai, teras dan tempat jalan kaki disamping pita transport harus
bersih dari sampah dan bahan-bahan lain;
(4) Saluran air pada lantai harus disediakan disekitar jembatan yang
memenuhi syarat;
(1) Pita transport yang digerakan dengan tenaga mekanis pada tempat-
tempat membongkar dan memuat, pada akhir perjalanan dan awal
pengambilan dan atau pada berbagai tempat lain yang memadai
harus diperlengkapi dengan alat untuk menghentikan mesin ban
transport dalam keadaan darurat;
(2) Pita transport yang membawa muatan melebihi sudut kemiringan
harus dilengkapi dengan alat mekanis yang dapat mencegah mesin
berbalik dan membawa muatan kembali kearah tempat memuat, jika
sumber tenaga dihentikan;
(3) Jika dua ban transport atau lebih beroperasi bersama harus dipasang
alat pengaman yang dapat mengatur bekerja sedemikian rupa
sehingga kedua pita transport harus berhenti apabila salah satu pita
transport tidak dapat bekerja secara terus menerus.
Pita transport untuk mengangkut semen, pupuk buatan, serat kayu, pasir
atau bahan sejenisnya harus dilengkapi dengan kilang keruk atau alat
lainnya yang sesuai.
Pasal 83
Jika pita transport membentang sampai pada tempat yang tidak
kelihatan dari pos kontrol, harus dilengkapi dengan gong, peluit atau
lampu semboyan dan harus digunakan oleh operator sebelum
menjalankan mesin.
Pasal 84
Pita transport harus dilengkapi dengan sistem pelumasan otomatis.
Pasal 96
Setiap eskalator yang digerakan dengan listrik yang mempunyai pase
banyak harus dilengkapi dengan peralatan yang dapat mencegah
motor berputar balik atau bila adanya kegagalan pase.
Pasal 97
(1) Ruang mesin setiap eskalator harus mempunyai ukuran tepat
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga
memudahkan pemeliharaan;
(2) Ruang mesin harus mempunyai penerang yang cukup dan
dilengkapi dengan jalan masuk yang aman.
Pasal 101
Semua perlengkapan pesawat angkutan diatas
landasan dan diatas permukaan sebelum digunakan
harus diperiksa terlebih dahulu oleh operator.
Pasal 102
Pesawat angkutan diatas landasan dengan motor
bakar dilarang didaerah yang terdapat bahaya
kebakaran dan atau peledakan dan atau ruangan
tertutup.
Pasal 104
Pesawat angkutan diatas landasan dengan
motor bakar harus dijalankan dengan
aman sesuai dengan kecepatan yang telah
ditentukan.
Truck, truck derek, tractor dan sejenisnya harus dilengkapi dengan lampu-lampu
penerangan dan peringatan yang efektif.
Pasal 108
Untuk pelayanan pengangkutan muatan menggunakan gerobak harus sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan.
Pasal 109
Gerobak dorong yang beroda satu atau dua harus dilengkapi dengan pelindung tangan
pada gagangnya dan dilengkapi dengan ban rem.
Pasal 110
Gerobak dorong yang beroda tiga atau empat harus dilengkapi dengan alat pengunci
yang digunakan saat gerobak itu berhenti.
Permenaker 05-1985 184
Permenaker 05-1985 185
Permenaker 05-1985 186
Permenaker 05-1985 187
Permenaker 05-1985 188
Permenaker 05-1985 189
RUANG LINGKUP
Jika memuati gerobak dorong beroda tiga, muatan yang berat harus
ditempatkan dibagian belakang bawah dan muatan harus seimbang.
Pasal 112
Forklift harus dilengkapi dengan atap pelindung operator dan bagian
yang bergerak atau berputar diberi tutup pengaman.
Pasal 113
Dalam keadaan jalan garpu harus berjarak setinggi-tingginya 15 cm
dari permukaan jalan.
Pasal 115
Dilarang menggunakan forklift untuk tujuan lain selain untuk
mengangkat, mengangkut dan menumpuk barang.
Alat angkutan jalan ril antara lain adalah : lokomotif, gerbong dan lori.
Pasal 117
Bahan, kontruksi dan perlengkapan jalan ril harus cukup kuat, tidak
cacat dan memenuhi syarat.
Pasal 119
Jalan ril harus diadakan pemeriksaan dalam waktu-waktu tertentu.
Jika alat angkutan jalan ril berada didekat bangunan, sehingga tenaga
kerja tidak dapat berdiri atau lewat dengan aman antara bangunan
dan pesawat yang berjalan maka :
a. Harus dipasang alat penghalang disamping bangunan;
b. Dilarang adanya pintu pada bangunan yang menuju keluar jalan
ril.
Pasal 127
(1) Semua jalan pesilangan jalan ril dengan jalan-jalan yang ramai
harus dihilangkan dengan menggunakan jembatan udara atau
terowongan untuk lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki;
Pasal 128
Balok bentur harus dipasang pada ujung jalan ril, dengan ruangan
yang cukup untuk lewat dibelakang bumper secara aman.
Pasal 130
Pintu putar, pintu dorong dan pintu palang harus dijamin bekerjanya
Dalam membuka dan menutup.
(1) Jika arus lokomotif listrik angkutan jalan ril harus dipindahkan
melalui kawat; troli harus ditunjang dan diatur sedemikian rupa
sehingga putusnya salah satu penghantar kontak tidak akan
menimbulkan penghantar tegangan pada troli;
(2) Kawat penghantar dimaksud ayat (1) harus berjarak vertikal 3
meter dari tanah atau tempat umum yang dapat dipakai.
Pasal 132
(1) Jika arus listrik pada lokomotif listrik dipindahkan melalui ril
yang ketiga yang tidak terletak pada jalan yang tertutup, maka
yang ril bertegangan harus ditutup dengan alat pengaman yang
cukup dengan bahan isolasi dan hanya sisi kontaknya terbuka;
(2) Pada kontak terbukanya harus dipasang tanda peringatan yang
bertuliskan “BAHAYA” dengan jelas dan terang
PENGESAHAN
Pasal 134
(1) Setiap perencanaan pesawat angkat dan angkut harus mendapat
pengesahan dari Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya, kecuali
ditentukan lain;
(2) Permohonan pengesahan dimaksud pada ayat (1) harus diajukan
secara tertulis kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya
dengan melampirkan :
a. gambar rencana dan instalasi listrik serta sistem
pengamannya dengan sekala sedemikian rupa sehingga cukup
jelas dan terang;
b. keterangan bahan yang akan digunakan.
Pasal 137
Pembuatan dan pemasangan pesawat angkat dan angkut harus
dilaksanakan oleh pembuat dan pemasang yang telah mendapat
pengesahan oleh Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya.
PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN
Pasal 138
ELECTRIKMAGNIT
Pasal 139
Biaya pemeriksaan dan pengujian Pesawat Angkat dan Angkut
dibebankan kepada Pengusaha.
KETENTUAN
PERALIHAN
Pasal 140
Pesawat angkat dan angkut yang sudah dipakai sebelum peraturan ini
ditetapkan pengurus atau pengusaha yang memiliki pesawat angkat
dan angkut diwajibkan memenuhi ketentuan-ketentuan peraturan
Menteri ini dalam waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya peraturan ini.
KETENTUAN LAIN-
LAIN
Pasal 141
KETENTUAN
PIDANA
Pasal 143
Ditetapkan : Jakarta
Pada tanggal : 2 Agsutus 1985
3. Juru ikat (rigger) adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan dan
memiliki keterampilan khusus dalam melakukan pengikatan barang
serta
membantu kelancaran pengoperasian peralatan angkat.
6. Peralatan angkat adalah alat yang dikonstruksi atau dibuat khusus untuk mengangkat
naik dan menurunkan muatan.
7. Pita transport adalah suatu pesawat atau alat yang digunakan untuk memindahkan
muatan secara terus menerus (continue) dengan menggunakan bantuan pita.
8. Pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan adalah suatu pesawat atau
alat yang digunakan untuk memindahkan muatan atau orang dengan menggunakan
kemudi baik di dalam atau di luar pesawat dan bergerak di atas landasan maupun
permukaan.
9. Alat angkutan jalan rel adalah suatu alat angkutan yang bergerak di atas jalan rel.
10. Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat Lisensi K3 adalah
kartu tanda kewenangan seorang operator untuk mengoperasikan pesawat angkat dan
angkut sesuai dengan jenis dan kualifikasinya atau petugas untuk penanganan pesawat
angkat dan angkut.
11. Buku kerja (log book) adalah buku kerja yang diberikan kepada
seorang operator untuk mencatat kegiatan selama mengoperasikan
pesawat angkat dan angkut sesuai dengan jenis dan kualifikasinya atau
petugas untuk mencatat penanganan pesawat angkat dan angkut.
Pasal 3
Pengusaha atau pengurus dilarang mempekerjakan operator
dan/atau petugas pesawat angkat dan angkut yang tidak
memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 4
Jumlah operator pesawat angkat dan angkut yang dipekerjakan
oleh pengusaha atau pengurus harus memenuhi kualifikasi dan
Jumlah sesuai dengan jenis dan kapasitas pesawat angkat dan
angkut sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri
ini.
BAB II
KUALIFIKASI DAN SYARAT-SYARAT
OPERATOR DAN PETUGAS PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT
Bagian Kesatu
Operator Pesawat Angkat dan Angkut
Pasal 5
(1) Pesawat angkat dan angkut harus dioperasikan oleh
operator pesawat angkat dan angkut yang mempunyai Lisensi
K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.
Pasal 7
(1) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf a harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 23 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
(2) Operator peralatan angkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
6 ayat (2) huruf b harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Paragraf Kedua
Operator Pita Transport
Pasal 9
Operator pita transport meliputi operator eskalator, ban
berjalan, dan rantai berjalan
Pasal 10
Operator pita transport sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 20 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Paragraf ketiga
Operator Pesawat Angkutan di atas Landasan dan di atas
Permukaan
Pasal 11
Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas
permukaan meliputi antara lain operator: dump truk, truk
derek/trailer, alat angkutan bahan berbahaya, traktor, kereta
gantung, shovel, excavator/back hoe, compactor, mesin giling,
bulldozer, loader, tanden roller, tire roller, grader, vibrator, side
boom, forklift dan/atau lift truk.
Pasal 12
Operator forklift dan/atau lift truk sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 diklasifikasikan sebagai berikut:
a. operator kelas I; dan
b. operator kelas II.
Pasal 13
Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di
atas permukaan sebagaimana di maksud dalam Pasal
11 kecuali operator forklift dan/atau lift truk harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan
SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 14
(1) Operator forklift dan/atau lift truk kelas I sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 huruf a harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun
membantu pelayanan di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Pasal 15
Operator forklift dan/atau lift truk kelas II dapat ditingkatkan
menjadi operator forklift dan/atau lift truk kelas I dengan
persyaratan sebagai berikut:
a. berpengalaman sebagai operator sesuai dengan kelasnya
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus menerus; dan
b. lulus uji operator forklift dan/atau lift truk sesuai dengan
kualifikasinya.
Paragraf Keempat
Operator Alat Angkutan Jalan Rel
Pasal 16
Operator alat angkutan jalan rel meliputi operator lokomotif
dan Iori.
Pasal 17
Operator alat angkutan jalan rel sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan SLTA/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun di
bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Bagian Kedua
Petugas Pesawat Angkat dan Angkut
Pasal 18
(1) Pengoperasian pesawat angkat dan angkut dapat dibantu
oleh petugas pesawat angkat dan angkut yang mempunyai
Lisensi K3 dan buku kerja sesuai jenis dan kualifikasinya.
(2) Petugas pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melipu juru ikat (rigger) dan teknisi.
Paragraf Kesatu
Juru Ikat (rigger)
Pasal 19
Juru ikat (rigger) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (2) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan
SLTP/sederajat;
b. berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu)
tahun di bidangnya;
c. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
d. umur sekurang-kurangnya 19 tahun; dan
e. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
Paragraf Kedua
Teknisi
Pasal 20
Teknisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (2) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. sekurang-kurangnya berpendidikan
SLTA/sederajat dan/atau berpengalaman di
bidangnya sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun;
b. berbadan sehat menurut keterangan dokter;
c. umur sekurang-kurangnya 21 tahun; dan
d. memiliki Lisensi K3 dan buku kerja.
BAB III
TATA CARA MEMPEROLEH LISENSI K3 DAN BUKU KERJA
Pasal 21
Direktur Jenderal atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan
Lisensi K3 dan buku kerja operator atau petugas pesawat
angkat dan angkut.
Pasal 22
(1) Untuk memperoleh Lisensi K3 dan buku kerja operator atau
petugas pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21, pengusaha atau pengurus mengajukan
permohonan tertulis kepada Direktur Jenderal dengan
melampirkan:
a. copy ijazah terakhir;
b. surat keterangan berpengalaman kerja membantu
operator atau petugas pesawat angkat dan angkut
sesuai bidangnya yang diterbitkan
oleh perusahaan;
c. surat keterangan berbadan sehat dari dokter;
d. copy kartu tanda penduduk;
e. copy sertifikat kompetensi sesuai dengan jenis dan
kualifikasinya; dan
f. pas photo berwarna 2 x 3 (3 lembar) dan 4 x 6 (2
lembar).
2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan pemeriksaan dokumen oleh Tim.
Pasal 25
Buku kerja operator atau petugas sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 21 harus diperiksa setiap 3 bulan oleh atasannya.
Pasal 26
Lisensi K3 dan buku kerja hanya berlaku selama operator atau
Petugas pesawat angkat dan angkut yang bersangkutan bekerja
di perusahaan yang mengajukan permohonan.
Pasal 27
Lisensi K3 dan buku kerja dapat dicabut apabila operator atau
Petugas pesawat angkat dan angkut yang bersangkutan
terbukti:
a. melakukan tugasnya tidak sesuai dengan jenis dan kualifikasi
pesawat angkat dan angkut;
b. melakukan kesalahan, atau kelalaian, atau kecerobohan
sehingga menimbulkan keadaan berbahaya atau kecelakaan
kerja; dan
c. tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 34 sesuai bidangnya.
BAB IV
KEWENANGAN OPERATOR DAN PETUGAS
Pasal 28
(1) Operator peralatan angkat Kelas I sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a berwenang:
a. mengoperasikan peralatan angkat sesuai dengan jenisnya
dengan kapasitas lebih dari 100 ton atau tinggi menara
lebih dari 60 meter; dan
b. mengawasi dan membimbing kegiatan operator Kelas II
dan/atau operator Kelas III, apabila perlu didampingi oleh
operator Kelas II dan/atau Kelas III.
Pasal 30
(1) Operator pesawat angkutan di atas landasan dan di atas permukaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berwenang mengoperasikan
antara lain operator: dump truk, truk derek/trailer, alat angkutan bahan
berbahaya, traktor, kereta gantung, shovel, excavator/back hoe,
compactor, mesin giling, bulldozer, loader, tanden roller, tire roller,
grader, vibrator, side boom, forklift dan/atau lift truk.
(2) Operator forklift dan/atau lift truk kelas I sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 huruf a berwenang:
a. mengoperasikan forklift dan/atau lift truk sesuai dengan jenisnya
dengan kapasitas lebih dari 15 ton; dan
b. mengawasi dan membimbing kegiatan operator Kelas II.
Pasal 32
Juru ikat (rigger) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(2)
berwenang melakukan:
a. pengikatan barang atau bahan sesuai dengan prosedur
pengikatan; dan
b. pemberian aba-aba pengoperasian pesawat angkat dan
angkut.
Pasal 33
Teknisi pesawat angkat dan angkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (2) berwenang melakukan:
a. pemasangan, perbaikan, atau perawatan pesawat angkat dan
angkut; dan
b. pemeriksaan, penyetelan, dan mengevaluasi keadaan
pesawat angkat dan angkut
BAB V
KEWAJIBAN OPERATOR DAN PETUGAS
Pasal 34
(1) Operator pesawat angkat dan angkut berkewajiban untuk:
a. melakukan pengecekan terhadap kondisi atau
kemampuan kerja pesawat angkat dan angkut, alat-alat
pengaman, dan alat-alat perlengkapan lainnya sebelum
pengoperasian pesawat angkat dan angkut;
b. bertanggung jawab atas kegiatan pengoperasian
pesawat angkat dan angkut dalam keadaan aman;
c. tidak meninggalkan tempat pengoperasian pesawat
angkat dan angkut, selama mesin dihidupkan;
d. menghentikan pesawat angkat dan angkut dan segera
melaporkan kepada atasan, apabila alat pengaman atau
tidak berfungsi dengan baik atau rusak;
e. mengawasi dan mengkoordinasikan operator kelas II dan operator kelas
III bagi operator kelas I, dan operator kelas II mengawasi dan
mengkoordinasikan operator kelas III;
f. mematuhi peraturan dan melakukan tindakan pengamanan yang telah
ditetapkan dalam pengoperasian pesawat angkat dan angkut; dan
g. mengisi buku kerja dan membuat laporan harian selama
mengoperasikan
pesawat angkat dan angkut.
BAB VI
PEMBINAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Pasal 35
(1) Pelaksanaan pembinaan K3 bagi operator dan petugas pesawat angkat dan
angkut dilakukan oleh:
a. instansi yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang
ketenagakerjaan pada pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota; dan
b. perusahaan jasa keselamatan dan kesehatan kerja bidang pembinaan
yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal berkoordinasi dengan instansi yang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada
pemerintah pro vinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
(2) Dalam hal perusahaan akan melakukan pembinaan secara
mandiri (in house training) maka harus mengajukan
permohonan ke instansi yang lingkup tugas dan tanggung
jawabnya di bidang ketenagakerjaan pada pemerintah
provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota.
BAB VII
PENGAWASAN
Pasal 36
Pengawasan terhadap ditaatinya Peraturan
Menteri ini dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 37
Pengusaha atau pengurus yang mempekerjakan operator dan/atau petugas
pesawat angkat dan angkut yang tidak memiliki Lisensi K3 dan buku kerja,
dan tidak memenuhi kualifikasi dan jumlah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dan Pasal 4 dikenakan sanksi sesuai Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1970.
BAB IX
ATURAN PERALIHAN
Pasal 38
(1) Bagi operator atau petugas pesawat angkat dan angkut yang telah
memiliki Lisensi K3 dan buku kerja sebelum berlakunya Peraturan
Menteri ini tetap berlaku sampai berakhir jangka waktu Lisensi K3 dan
buku kerja.
Pasal 40
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri ini
diundangkan dengan penempatan dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 13 Juli 2010
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
Drs. H.A MUHAIMIN ISKANDAR, M.Si.
Lampiran Permen No. 09 Tahun 2010