Anda di halaman 1dari 100

SISTEMATIKA

I. Latar Belakang pengawasan K3 Pesawat Uap.


II. Dasar Hukum pengawasan K3 Pesawat Uap.
III. Beberapa Pengertian perihal Pes.Uap
IV. Pengetahuan dasar Pesawat Uap
V. Potensi Bahaya pada Pesawat Uap
VI. Ruang lingkup pengawasan K3 Pesawat Uap
VII. Tata Cara sertifikasi Alat
VIII. Tata cara sertifikasi Personil
I.LATAR BELAKANG

1. Penemuan Mesin Uap


2. Revolusi Industri Thn. 1825
3. Pemanfaatan Pesawat Uap saat ini
4. Potensi bahaya
JAMES WATT
19 Januari 1736 - 25 Agustus 1819
II. DASAR HUKUM

1. Stoom ordonantie 1930


2. Stoom Verordening 1930
3. UU.No.1 Tahun 1970
4. Permenaker No.Per.02/Men/1982 (Juru las)
5. Permenaker No.Per.01/Men/1988 (operator PU)
III. PENGERTIAN
KETEL UAP :
Suatu pesawat, dibuat guna menghasilkan uap atau
stoom yang dipergunakan di luar pesawatnya

PESAWAT UAP :
Ketel uap dan alat-alat lainnya yang dengan Peraturan
Pemerintah ditetapkan demikian, langsung atau tidak
langsung berhubungan (atau tersambung) dengan
suatu ketel uap dan diperuntukan bekerja dengan
tekanan yang lebih besar (tinggi) daripada tekanan
udara
KETEL UAP /BOILER/
STEAM GENERATOR

PESAWAT UAP
PESAWAT UAP SELAIN
KETEL UAP
PESAWAT UAP SELAIN BOILER
1. Pemanas air ( Ekonomiser )
Fungsi : memanaskan air umpan yg akan di suply kedalam Boiler,
dg pemanasan dari hawa pembakaran.

2. Pengering uap ( Superheater)


Fungsi : memanaskan uap jenuh menjadi uap kering dg
cara pemanasan dengan hawa pembakaran.

3. Bejana Uap
Fungsi : Menampung uap yang berasal dari Boiler atau dari Bejana
Uap lainnya

4. Penguap
Fungsi : untuk menguapkan suatu Cairan dengan cara
pemanasan dg Uap dimana uap tsb berada dalam Pipa-pipa
spiral.
IV. PENGETAHUAN TENTANG KETEL UAP

Fungsi Ketel Uap :


Menghasilan uap dan uap itu
Dipakai Diluar pesawatnya.
PEMANFATAN PESAWAT UAP
1. Pabrik gula, pabrik CPO,
Pengolahan minyak bumi dll.
2. Pabrik minyak makan, pabrik ban,
pabrik plastik, pertambangan minyak bumi,
pabrik makanan/minuman, pabrik plastik dll.
3. Hotel, rumah sakit, dll.
4. PLTU –PLN,
JENIS KETEL UAP

1. Menurut Working Pressure


KUALITAS / STANDAR BAHAN
a. Wp < 0,5 Kg/cm2
SAFETY DIVICES
b. Wp > 0,5 Kg/cm2

2. Menurut konstruksinya
a. Ketel Uap Tetap (stationary boiler) AKTE IJIN
b. Ketel Uap Berpindah ( packeged boiler)
3. Menurut kapasitasnya
OPERATOR KELAS II
a. Ketel Uap dengan Qk > 10 T/jam
b. Ketel Uap dengan Qk < 10 T/jam OPERATOR KELAS I

4. Menurut Tempat Pemakaian


a. Ketel Uap di Laut 1 th sekali

b. Ketel Uap di Darat 2 th sekali


c. Ketel Uap Lokomotif 3 th sekali

Pesawat Uap selain Boiler 4 th sekali


5. Berdasarkan posisi gas panas atau air yang
dipanaskan;
a. Ketel pipa api ( fire tube boiler)
b. Ketel pipa air ( water tube boiler )
c. Ketel uap kombinasi
ALAT PERLENGKAPAN PESAWAT UAP
DAN FUNGSINYA
1. Apendages Ketel Uap tekanan Rendah :
a. Gelas pedoman air ( Water lavel glass ).
Fungsi : Untuk mengetahui tinggi Permukaan air
dalam Boiler.

b. Pompa air ( Feed Water Pump)


Fungsi : Untuk mensuply air ke dalam boiler.

c. Pipa pengaman H = 5 m, d = 50 mm
Fungsi : Membuang uap secara otomatis manakala
tekanan uap dalam Boiler telah mencapai 0,5 Kg/Cm2.
d. Kerangan pembuang
Fungsi : Untuk membuang partikel/ umpur dalam air Boiler
pada saat Boiler beroperasi.

e. Pelat nama
Fungsi : sebagai identifikasi data Teknis Boiler ybs, isi data
minimal harus tertulis :
– Nama Pabrik pembuat.
– Kota/Negara pembuatan
– Tahun pembuatan
– Tekanan kerja
– Nomor serie
2. Apendages Ketel Uap tekanan Kerja diatas 0,5 Kg/Cm2.

a. Tingkap pengaman ( Safety Valve)


Fungsi ; Membuang steam pada Saat tekanan steam
dalam Boiler telah mencapai tekanan maksimum yang
diizinkan.

b. Pedoman tekanan ( Manometer )


Fungsi : Menunjukkan tinggi tekanan steam dalam Boiler.

c. Kerangan coba.
Fungsi : untuk mengetahui secara manual apakah
Boilernya kekurangan atau kelebihan air.
d. Gelas pedoman air/gelas penduga ( WLG ).

e. Peluit bahaya/alarm
Fungsi : Memberitahukan kepada Operator
bahwa Boilernya kekurangan air.

f. TBAT
Fungsi : hanya berupa tanda bahwa
Permukaan air tidak boleh lebih Rendah dari
tanda tsb.
g. Kerangan cabang tiga memakai Flens Coba, tepat
berada di bawah manometer.
Fungsi : Sebagai tempat Manometer yang sudah
dikalibrasi

h. Man Hole
Fungsi : Lewat petugas penguji/ Pemeliharan boiler.

i. Sludge Hole / hand hole


Fungsi : tempat mengambil lumpur Dalam boiler
manakala Boilernya Berhenti.

j. Nama Plate.
3. Apendages Pesawat uap selain ketel uap
A. PEMANAS AIR :
a. Satu tingkap pengaman;
b. Satu kerangan pembuang;
c. Satu katup yang menutup sendiri pada lubang
pengisinya dan
d. Lubang-lubang lain orang atau lubang-lubang kecil
yang diperlukan untuk pemeriksaan.”
B. PENGERING UAP :
a. Satu tingkap pengaman bila pesawat uapnya
dapat ditutup terpisah dari ketel uapnya.
b. Kerangan pembuang air seperlunya dan
c. Lubang 1 lalu orang atau lubang 2 lebih kecil
yang diperlukan untuk pemeriksaan
C. PENGUAP :
a. Satu tingkap pengaman;
b. Satu pedoman tekanan;
c. Satu gelas pedoman air dan
d. Satu kerangan pembuang.
D. BEJANA UAP :
a. Tingkap Pengaman
b. Suatu kerangan untuk memberitahukan apakah
dalam bejana uapnya masih ada tekanan,
c. Pedoman Tekanan
d. Lubang-lubang lalu orang atau yang lebih kecil yang
diperbolehkan untuk pemeriksaan.
V. POTENSI BAHAYA PADA PESAWAT UAP

1. Didalam Pesawat uap terdapat air/uap


bertekanan dan bersuhu tinggi….

2. Pelat/pipa pesawat uap dalam kondisi


pesawat uap beroparasi bersuhu amat
tinggi.
3. Dalam Boiler terjadi pembakaran,dan
didekatnya terdapat bahan bakar.
---- PELEDAKAN, KEBAKARAN…………
Sumber Bahaya Pada Pesawat Uap
terutama akibat dari pada :
1. Bila manometer tidak berfungsi dengan baik, atau bila
tidak dikalibrasi dapat menimbulkan peledakan si
Operator tidak mengetahui tekanan yang sebenarnya
dalam boiler dan alat yang lain tidak berfungsi.
2. Bila safety valve tidak berfungsi dengan baik karena
karat atau sifat kepegasannya tidak sesuai lagi maka
untuk boiler bila tekanan lebih tidak dapat membuka
secara otomatis
3. Bila gelas duga tidak berfungsi dengan baik dimana
nozel-nozelnya atau pipa-pipanya tersumbat karena
karat, sehingga jumlah air tidak dapat terkontrol lagi.
Lanjutan ……….
4. Bila pengisi ketel tidak memenuhi syarat, sehingga
pada pipa air, pipa-pipa dapat timbul secara didalam
atau diluar pipa sehingga terjadi pemanasan setempat,
hal ini bisa menimbulkan bengkak atau pecah akibat
tidak mentransfer panas.
5. Bila boiler tidak dilakukan blowdown dapat
menimbulkan scall atau tidak sering dikunci.
6. Terjadi pemanasan lebih karena kebutuhan produksi
uap.
7. Tidak berfungsinya pompa air pengisi ketel, sumbat
timah atau leleh.
Lanjutan……
8. Karena perubahan tidak sempurna tau rouster,
nizel fuel tidak berfungsi dengan baik.
9. Karena boilernya sudah tua sehingga
materialnya tidak memenuhi syarat lagi.
10. Karena material boiler tersebut sudah
mengalami perubahan tebal atau terdapat
karat.
11. Tidak teraturnya diadakan inspection sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
POTENSI BAHAYA
POTENSI BAHAYA
PENYEBAB PELEDAKAN PADA
PESAWAT UAP
1. Alat Pengaman tidak berfungsi
2. Terdapat cacat konstruksi
3. FWB ( air umpan) tdk memenuhi standar
4. Pengoparasian yg tdk tepat
5. Inspeksi yang tdk berkualitas :
a. Pelaksana belum berwenang
b. Peralatan uji
c. Prosedur riksa – uji :
1). Riksa visual
2). Ukur ketebalan
3). Ukur kekuatan bahan dg Hardness terster.
4). Perhitungan kekuatan konstruksi dg ASME,
JIS, DIN,BS atau GronsLagen.
5). Hydrostatic Test dg air dingin
6). Steam Test untuk memastikan Bekerjanya apandages
d. Kesimpulan hasil uji
VI. RUANG LINGKUP PENGAWASAN K3
PESAWAT UAP
1. Perencanaan
2. Pembuatan
3. Perakitan / Pemasangan
4. Pemakaian
5. Pemeliharaan
6. Modifikasi
7. Reparasi
PROSEDUR PENGESAHAN GAMBAR RENCANA/DESIGN

Pengesahan design Boiler adalah


wewenang Direktur PNK3
Kemenakertrans RI.

Diajukan oleh perusahaan pembuat


yang ber-SKP Dirjen BINWASNAKER
Kemenakertrans RI.
Berkas permohonan berisi :
1. Gambar konstruksi ( kalkir = 1 set, afdruknya 4 set
terkecil skala minimal 1 : 12 )

2. Gambar detail sambungan las / rol


(skala 1:1, kalkir satu set, afdruknya 4 set).

3. Perhitungan kekuatan konstruksi


( ASME, JIS, BS, DIN atau Gronslagen)

4. Material certificat yang syah.


PROSEDUR PENGESAHAN
GAMBAR RENCANA
3

1
3 3
Perusahaan Dinas Tenaga Pemerintah
pembuat Kerja 1 2 (Dirjen
1
Binwasnaker)

PENGAWASAN
1 Evaluasi berkas
BERKAS PERMOHONAN / BA 1 2
Evaluasi berkas
• Surat permohonan 1
• Gambar konstruksi
• Lembar perhitungan
kekuatan
• Dokumen pendukung
Pengesahan
3
Surat Pengantar
2
PEMBUATAN DI PERUSAHAAN PEMBUAT
. Boiler dapat mulai dibuat setelah pengesahan
gambar design telah diberikan oleh Direktur PNK3
Kemenakertrans RI.

. Pembuatannya di perusahaan pembuat diawasi


secara terus menerus/ riksa-uji oleh
Pengawas Ketenagakerjaan/AK3 spesialis Pesawat
Uap dan Bejana Tekan.
Contoh Pabrik Pembuat yg ber SKP Di Indonesia:
1. PT.Mugi
2. PT.Grand Kartex
3. PT.Atmindo
4. PT.SAS
5. PT.Mechmar
6. PT.Boma Indera, dsb.
- Pengelasan dilakukan oleh
welder yang memiliki
Sertifikat Juru Las Kelas I
dari Dirjen Binwasnaker
Kemenakertrans RI.
- X-ray / Gamma-Ray / UT
dilaksanakan oleh
Radiographer Kelas II /
UTman Level II yang
berwenang dari PJK3 yang
memiliki SKP dari Dirjen
Binwasnaker
Kemenakertrans.
Contoh hasil NDT
- Heat treatment dilakukan sampai suhu
sekitar 7000 C.

- Dokumen pengawasan pembuatan yang


ditandatangani engineer perusahaan
pembuat dan Pengawas Ketenagakerjaan /
AK3 spesialis Pesawat Uap & Bejana Tekan,
dilampiri gambar konstruksi, gambar detail
sambungan, sertifkat bahan, perhitungan
kekuatan konstruksi, hasil NDT, laporan heat
treatment

- Dokumen tersebut diatas disertakan Boiler


yang bersangkutan Kemana Boiler itu akan
dikirim, baik dalam negeri maupun luar negeri.
. Packaged boiler dikirim oleh perusahaan
pembuat ke calon pemakai dalam keadaan
build up.
. Stationary boiler dikirim ke calon pemakai
dalam kondidi komponennya masih terpisah-
pisah, perlu perakitan di lokasi.
PERAKITAN DI LOKASI PEMAKAI
. Sebelum dikakukan pembuatan pondasi Stationary boiler
di lokasi pemakai, harus dilaporkan terlebih dahulu ke
Disnaker setempat dimana boiler akan dirakit.

. Perusahaan perakit harus memiliki SKP sbg


perusahan perakit Boiler dari Dirjen PPK.

. Selama perakitan dilakukan pengawasan / rksa-uji


oleh Pengawas Ketenagakerjaan / AK3 spesialis PU & BT.

- X-Ray/Gamma-Ray/UT dilaksanakan oleh PJK3 yang


memiliki SKP Dirjen PPK Kemenakertrans RI.
PROSEDUR PEMBUATAN DAN PENGAWASANNYA

4 3
4
Perusahaan Dinas Tenaga Pemerintah
pembuat Kerja (Dirjen
1 2
Binwasnaker)
PENGAWASAN
Pengesahan gambar 1  Evaluasi
rencana  Verifikasi Dok teknik
dok. teknik 1 2
3 4

Dokumen teknik 2
bahan baku  Riksa/uji
1. Visual, NDT, dll
2. Hydrotest
Bahan baku SERTIFIKAT
Kelayakan pembuatan

Proses pembuatan 5
Laporan
barang produk pengawasan 4
Dokumen teknik Pemesan /
3
pembuatan Barang produk pemakai
1 2 3 4 5
VII. TATA CARA SERTIFIKASI PESAWAT UAP

“ Adalah dilarang untuk menjalankan


atau mempergunakan sesuatu
pesawat uap dengan tidak
mempunyai Ijin untuknya “

(Pasal 6 ayat (1) UU Uap 1930 )


Untuk memperoleh Akte Izin, calon pemakai
harus menyampaikan berkas permohonan
ke Disnaker setempat
Isi Berkas Permohonan :
1. Formulir btk.6
2. Dokumen pengawasan pembuatan;
3. Gambar konstruksi,
4. Gambar detail sambungan,
5. Material certifikat,
6. Hasil NDT,
7. Laporan heat treatment,
8. Perhitungan kekuatan konstruksi.
9. Laporan hasil pengawasan pembuatan.
PROSEDUR PEMBERIAN IJIN/PENGESAHAN PEMAKAIAN DAN
PENGAWASANNYA
3
***
1 *** ** 3
3
Perusahaan/ Dinas Tenaga Pemerintah
**
Calon Pemakai Kerja (Dit. PNK3)
1 2
**
PENGAWASAN **
BERKAS PERMOHONAN 1
 Verifikasi
berkas 1
• Bentuk 6
• Pengesahan gambar
rencana + lampiran  Riksa/ uji
• Dok. Teknik pembuatan 1. Visual
• Dok. Teknik lainnya * 2. NDT (bila perlu)
3. Pengujian
Pesawat / peralatan • Hydrosatatis
mekanik / instalasi pipa • Steam test

Pemeriks. & pengujian 2 * Perakitan


** Lintas Kab/Kota
Tenaga kerja + *** Diluar wil Kab/Kota
peralatan bantu Ijin pemakaian
3
CONTOH :

AKTE IZIN KETEL UAP

lembar 1
CONTOH :

AKTE IZIN KETEL UAP

lembar 2
CONTOH :

AKTE IZIN KETEL UAP

lembar 3
CONTOH :

AKTE IZIN KETEL UAP

lembar 4
Pemeriksaan Pertama
. Pemeriksaan pertama = pemeriksaan sebelum
Boiler memiliki Akte Izin.
Untuk Ketel uap tetap sebelum tembok dipasang.

. Riksa-uji pertama wewenang Pengawas Ketenaga


kerjaan spesialis / AK3 spesialis PU & BT.

. Jika dari hasil riksa-uji pertama yang dilaporkan


dalam Btk.9 dinyatakan memenuhi standar /
ketentuan yang berlaku, maka AI diterbitkan.
Teknik riksa-uji pertama
1. Verifikasi berkas
2. Pemeriksaan visual
3. Recaculation kekuatan konrtuksi.
4. Hydrostatic Test ;
Wpx2, Wp+5, Wpx1,5.
(tergantung Wp nya ).
5. NDT ulang jika perlu.
6. Steam Test.
Hasil riksa uji dibuat dalam laporan Btk.9/9a.
Pemeriksaan berkala
Ketel Uap Kapal, min 1 x setiap 1 tahun,
Ketel Uap Darat, min 1 x setiap 2 tahun,
Ketel Uap Loko, min 1 x setiap 3 tahun.

Tekanan Hydro Test = Wp + 3 Kg/Cm2.

Hasil riksa-uji ditulis pada lembar isian hasil


riksa-uji dalam Buku Akte Izin.

Pelaksana riksa-uji : Pengawas Ketenagakerjaan


spesialis/AK3 spesialis P.Uap dan Bejana Tekan.
Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan khusus karena reparasi.
sebelum dan setelah repair harus riksa uji
oleh Pengawas Ketenagakerjaan/AK3 spesialis
Pesawat
Uap dan Bejana Tekan.
Pelaksana reparasi : PJK3 bidang perepasi Boiler yang
memiliki SKP Dirjen PPK.

Hasil riksa-uji Radiography Test/UT dilaksanakan oleh


Radiographer Level II / UT level II dari PJK3, diawasi
oleh Pengawas Ketenagakerjaan / AK3 spesialis
Pesa- wat Uap dan Bejana Tekan.
2. Pemeriksaan khusus karena Mutasi
. Ketel uap tetap jika dipindah dari pondasi semula,
Akte Izin dicabut.

. Ketel uap packaged dapat di mutasi ke seluruh


wilayah RI, tetapi harus disertai AI nya dan
surat keterangan mutasi dari Disnaker setempat.
3. Pemeriksaan khusus karena umur boiler mencapai 35 th
. Harus dilakukan PB (penelitian bahan)
. Pelat untuk PB diambil dari pelat drum boiler tepat
pada batas antara air dengan uap.
. Ukuran pelat sampel untuk PB , inside
diameter= 10 cm, outside diemeter = 12 cm.
. Pemotongan pelat sampel untuk PB dilakukan
dengan mata bor berdiameter 10 mm.

. Pengiriman sampel pelat untuk PB ke B4T Bandung


harus disertai surat pengantar dari Disnaker setempat.

. Hasil uji sampel pelat PB dianalisis Tim di DPNK3


Kemenakertrans RI. kemudian ditetapkan umur
pemakaian boiler ybs.
. Surat keputusan DPNK3 mengenai umur
pemakaian boiler dikirimkan kepada pemakai
melalui Disnaker setempat.

. Lubang bekas pengambilan pelat drum boiler di


tambal dengan teknik yang benar.

. Pemeriksaan visual, Hydrotest ( Wp + 3 Kg/cm2).

. Hasil riksa-uji khusus ini ditulis dalam lembar isian


hasil riksa-uji dalam Buku Akte Izin.
Pemeriksaan khusus karena
Pesawat Uap meledak
. Dalam waktu 2x24 jam wajib dilaporkan oleh
pemakai ke Pemda dalam hal ini Disnaker setempat,
dan ke POLRI.
. Dilakukan pemeriksaan khusus oleh Pengawas
Ketenagakerjaan spesialis PU & BT untuk mengetahui
secara akurat penyebabnya, guna;
langkah hukum dan teknis, agar tdk terjadi peristiwa
yang serupa di Indonesia.
VIII. TATA CARA SERTIFIKASI PERSONIL

Pengoperasian Boiler tidak boleh dilakukan


oleh pekerja yang belum bersertifikat / SIO dari
Dirjen Binwasnaker Kemenakertrans.
OPERATOR BOILER
1. Boiler kapasitas > 10 Kg/Cm2, operator kelas I

2. Boiler kapasitas < 10 Kg/Cm2 operator kelas II


Untuk yang dioperasikan secara paralel
Bagaimana ….?
SYARAT OPERATOR KELAS I
a. Pendidikan Min imal SLTA Jurusan mekanik, listrik,
atau IPA.
b. Telah berpengalaman dibidang pelayanan pesawat
uap sekurang-kurangnya 2 tahun.
c. Berkelakuan baik dari kepolisian.
d. Berbadan sehat dari dokter.
e. Umur sekurang-kurangnya 23 tahun.
f. Harus lulus paket Al + A2.
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen
Tenaga Kerja cq. Ditjen Binawas.
SYARAT OPERATOR KELAS II
a. Sekurang-kurangnya berpendidikan SLTP, dan
diutamakan teknik mekanik, atau listrik.
b. Pernah sebagai pembantu operator selama 1 tahun
c. Berkelakuan baik dari kepolisian.
d. Umur sekurang-kurangnya 20 tahun.
e. Berbadan sehat dari dokter.
f. Mengikuti kursus operator paket A1.
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Departemen
Tenaga Kerja cq. Ditjen Binawas
PENINGKATAN OPERATOR
Operator kelas II dapat ditingkatkan menjadi
Operator kelas I dengan ketentuan:

a. Telah berpengalaman sebagai operator


kelas II sekurang-kurangnya 2 th secara
terus menerus.
b. Telah mengikuti pendidikan paket A2 dan
lulus ujian yang diselenggarakan oleh Ditjen
Binawas.
WEWENANG OPERATOR
Operator kelas I berwenang melayani:
a. Sebuah ketel uap dengan kapasitas uap lebih besar
dari 10 ton/jam.
b. Pesawat uap selain uap untuk semua ukuran.
c. Mengawasi kegiatan operator kelas II bila menurut
ketentuan pada peraturar ini perlu didampingi
operator kelas II.

Operator kelas II berwenang melayani:


a. Sebuah ketel uap dengan kapasitas uap paling tinggi
10 ton/jam.
b. Pesawat uap selain ketel uap untuk semua ukuran.
Prosedur Sertifikasi Operator
Pemerintah
Dirjen Binwasnaker
Direktur PNK3

Sertifikat + SIO SIO


(baru) (perpanjangan)
Data
Peserta &
Kelulusan

Dinas TK Propinsi
Pembinaan &
pengujian lisensi K3
Dinas TK
Kab/Kota

PJK3 Perusahaan/Tempat Kerja


Diklat
OPERATOR SIO
Lama
Baru Perpanjangan
KEWAJIBAN PEMAKAI DAN OPERATOR
I. Pemakai
1. Menjaga/memelihara kondisi pesawat uap dan
perlengkapannya
2. Melaksanakan syarat-syarat yang tertera pada akte ijin
pemakaian atau perintah pegawai pengawas
3. Menugasi operator yang sesuai kapasitas boiler dan kelas
operator
4. Melapor kepada depnaker setempat apabila menemukan
cacat (konstruktif) pada pesawat/perlengkapannya
5. Menjaga/memperhatikan dokumen teknik/perijinan
 Keberadaan
 Melapor bila terjadi kehilangan/perubahan
6. Melaporkan ke Depnaker setempat bila terjadi
peledakan/kecelakaan atas pesawat uap/sarana
penunjang
II. Operator
(1) Dilarang meninggalkan tempat pelayanan selama
pesawat uapnya dioperasikan.
(2) Melakukan pengecekan dan pengamatan
kondisi/kemampuan kerja serta merawat
pesawat uap, alat-alat pengaman dan alat
perlengkapan lainnya yang terkait dengan bekerjanya
pesawat uap yang dilayaninya.
(3) Mengisi buku laporan harian pengoperasian pesawat
uap yang bersangkutan selama melayani pesawat uap
meliputi data tekanan kerja, produksi uap, debit air
pengisi ketel uap, pH air, jumlah bahan bakar dan lain-
lain, serta tindakan operator yang dilakukan selama
melayani pesawat uap yang bersangkutan.
(4) Apabila pesawat uap dan atau alat-alat
pengaman/perlengkapannya tidak berfungsi dengan
baik atau rusak, maka operator harus segera
menghentikan pesawatnya dan segera melaporkan
pada atasannya.
(5) Untuk operator kelas I juga wajib mengawasi
kegiatan dan mengkoordinir operator kelas II.
(6) Operator kelas I bertanggung jawab atas seluruh
unit instalasi uap.
(7) Pemakaian pesawat uap dimana menurut
peraturan ini tidak diperlukan operator kelasI, maka
operator kelas II atau salah satu operator kelas II
yang ditunjuk oleh perusahaan bertanggung jawab
atas seluruh instalasi uap.
8) Segera melaporkan kepada atasannya apabila
terjadi kerusakan/peledakan atau gangguan-
gangguan lain pada pesawat uap, penyalur uap
dan alat-alat perlengkapannya.
(9) Membuat laporan bulanan pemakaian
pesawat uap kepada P2K3 di perusahaan yang
Bersangkutan.
CONTOH :

SERTIFIKAT OPERATOR
PESAWAT UAP KELAS I (SATU)

depan
CONTOH :

SERTIFIKAT OPERATOR
PESAWAT UAP KELAS I (SATU)

belakang
depan

CONTOH :

S I O PESAWAT UAP
KELAS I

belakang
CONTOH :

SERTIFIKAT OPERATOR
PESAWAT UAP KELAS II (DUA)

depan
CONTOH :

SERTIFIKAT OPERATOR
PESAWAT UAP KELAS II (DUA)

belakang
depan

CONTOH :

S I O PESAWAT UAP
KELAS II

belakang
SEKIAN

Anda mungkin juga menyukai