Anda di halaman 1dari 103

SMK MIGAS

SIGNIFIKANSI Halaman 1 dari 108


PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

BAHAN AJAR
SIGNIFIKANSI DAN INTEPRETASI PENGUJIAN
BBM DAN PELUMAS
KELAS XII
PROGRAM STUDI PENGOLAHAN MIGAS DAN PETROKIMIA

GURU PENGAMPU
SUHARNO, SST.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 2 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
1. SIGNIFIKANSI PENGUJIAN
MOGAS

1. Pendahuluan
Bahan bakar motor adalah bahan bakar yang digunakan untuk motor, baik dua langkah
maupun empat langkah. Disebut motor gasoline, disingkat mogas. Mogas yang sehari-
hari disebut bensin adalah campuran kompleks hidrokarbon dari proses pengolahan
minyak bumi dengan trayek didih antara 30 – 225 oC. Bahan bakar ini digunakan
sebagai bahan bakar motor yang menggunakan busi spark ignation engine.

Komponen Hidrokarbon
Sebagai komponen hidrokarbon, molekul hidrokarbon mogas C4 – C11, terdiri atas
molekul–molekul senyawaan dari parafin, olefin, naften dan aromat. Perbandingan dari
masing–masing komponen sangat bergantung dari proses pengolahannya. Pada proses
CDU terdiri dari parafin, naften dan aromat, sedang proses kraking terdiri dari parafin,
olefin, naften dan aromat. Komposisi mogas terdiri dari parafin dan iso parafin 50 –
60%, naften 20 – 30 %, olefin sampai 30 % dan aromatik sampai 40 %. Komponen
hidrokarbon sangat berpengaruh terhadap sifat/spesifikasi mogas, misalnya angka
oktana, distilasi, kemudahan menguap, tekanan uap, dan stabilitas terhadap oksidasi.

Komponen Nonhidrokarbon
Komponen nonhidrokarbon dalam minyak bumi berupa senyawaan Sulfur, Nitrogen dan
Oksigen serta logam. Keberadaan senyawaan tersebut berupa senyawaan anorganik dan
senyawaan organik. Umumnya senyawaan tersebut menimbulkan kerugian, baik dalam
proses pengolahannya maupun dalam penggunaan produk. Karena itu perlu dilakukan
proses untuk mengurangi/menurunkannya. Komponen nonhidrokarbon sangat
berpengaruh terhadap sifat/spesifikasi mogas, misalnya sifat korosifitas, bau dan
pembentukan getah purwa (gum).

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 3 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
2. Karakteristik Mogas
Penggunaan mogas harus aman, tidak membahayakan manusia, tidak merusak mesin,
harus efisien dalam penggunaanya serta tidak menimbulkan pencemaran bagi
lingkungan. Untuk memberi jaminan mutu pada pelanggan dalam hal keselamatan dan
kenyamaan, mogas secara cepat dapat dilihat dari sifat/spesifikasi.

Sifat-sifat (karaktersitik) Mogas :


- sifat mutu pembakaran (ignition quality)
- sifat penguapan (volatility)
- sifat pengkaratan (corrosivity)
- sifat kestabilan (stability)

2.1 Sifat Mutu Pembakaran (ignition quality)

Mogas dapat memberikan kerja mesin yang memuaskan apabila dapat menghasilkan
pembakaran sempurna dalam ruang bakar. Pembakaran yang sempurna dapat dilakukan
dengan perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang seimbang dengan percikan
api busi, merambat dengan merata ke ruang bakar secara serentak. Bila hal ini dipenuhi,
maka tidak akan terjadi ketukan (knocking) di dalam mesin.

Ketukan (knocking)
Ketukan dalam mesin terjadi karena pembakaran tidak sempurna yang disebabkan oleh
tidak tepatnya perbandingan uap bahan bakar dan udara yang tidak seimbang. Hal ini
akan menyebabkan tidak semua bahan bakar terbakar dalam mesin. Bahan bakar yang
tidak terbakar akan mengakibatkan panas tidak merata dan menyebabkan terjadinya
kerak mesin. Pembakaran tidak sempurna akan menyebabkan tekanan dan panas yang
tinggi, sehingga mengakibatkan kerugian tenaga, pemborosan bahan bakar dan
kerusakan pada mesin. Mutu pembakaran mogas oleh sifat ketukan yang dapat dilihat
pada besarnya angka oktana. Terjadinya ketukan pada mesin disebabkan karena kurang
terpenuhinya angka oktana, yang ditandai dengan terjadinya reaksi berantai dari
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 4 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
peroksida. Untuk meniadakan reaksi berantai ini maka ke dalam mogas ditambahkan
bahan anti ketukan (anti knocking) berupa TEL, TML atau campuran keduanya.
Untuk masing-masing jenis mogas mempunyai spesifikasi angka oktana yang berbeda-
beda tergantung keperluannya. Angka oktana ditentukan dengan uji standar dengan
mesin CFR (Cooperation Fuel Research) menurut standar ASTM D. 2699. Semakin
tinggi angka oktana mempunyai kualitas pembakaran yang lebih baik dn diikuti oleh
perbandingan kompresi rasio yang tinggi.

2.2 Sifat Penguapan (volatility)


Karakteristik lainnya untuk mogas adalah sifat penguapan. Dalam penggunaannya
diharapkan bahwa bahan bakar mogas akan teruapkan sempurna dan terdistribusikan
merata di dalam ruang bakar, sehingga dapat terbakar sempurna. Karena bahan bakar
dapat terbakar sempurna, mengakibatkan mudahnya starting pada mesin, waktu
pemanasan mesin dan akselerasi.
Sifat penguapan mempunyai pengaruh penting dalam operasi mesin. Sifat ini diatur
sedemikian rupa sehingga untuk setiap keadaan dapat diperoleh campuran bahan bakar
dan udara yang ideal, untuk menjamin terjadinya pembakaran yang sempurna di ruang
bakar. Sebaliknya jangan terlalu mudah menguap, sehingga menimbulkan vapor lock dan
pembentukan butir-butir es di dalam karbulator, sedangkan bila sukar menguap akan
menyebabkan penyebarannya di dalam silinder tidak seimbang, mesin sulit untuk
dihidupkan. Hal ini akan menimbulkan karbon deposit serta menyebabkan pengenceran
minyak lumas.
Pengujian untuk mengetahui sifat penguapan mogas dapat dilihat pada spesifikasi dari
tiap jenis produk mogas, yaitu :
– Distilasi, ASTM D. 86
– Tekanan uap (Reid Vapor Pressure), ASTMD 323

2.3 Sifat Pengkaratan (corrosivity)

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 5 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Unsur-unsur dalam bahan bakar mogas di samping hidrokarbon, terdapat pula unsur-
unsur sulfur, oksigen, nitrogen, halogen dan logam. Senyawa unsur yang bersifat korosuf
adalah senyawa sulfur. Senyawa-senyawa sulfur dalam mogas yang korosif dapat berupa
hidrogen sulfida, merkaptan, tiofena. Pada pembakaran bahan bakar senyawaan sulfur
akan teroksidasi oleh oksigen dalam udara menghasilkan oksida sulfur. Bila oksida
sulfur ini bereaksi dengan air akan menghasilkan asam sufat. Terbentuknya asam sulfat
ini dapat bereaksi dengan logam, terutama dalam gas buang.

2S + 2O2 (udara)  2SO2


2SO2 + O2 (udara)  2SO3
2SO3 + 2H2O  2H2SO4 (korosif)

Pengujian untuk mengetahui sifat pengkaratan dalam mogas dapat dilihat pada
spesifikasi dari tiap jenis produk mogas, yaitu :
– kandungan sulfur, ASTM D. 1266
– doctor test, IP 30
– copper strip corrosion, ASTMD 130

2.4 Sifat Kestabilan dan Kebersihan (Stability and Cleanless)

Mogas yang dipasarkan tidak boleh mengandung bahan-bahan yang dapat menyebab-kan
tidak stabil, rusak selama penimbunan dan pemakaian. Mogas yang stabil adalah tidak
mengandung olefin, nitrogen serta logam Cu dan Fe dalam konsentrasi yang tinggi,
tahan terhadap udara dan tidak berubah sifat karena cuaca panas dan dingin.

 Sifat Kestabilan

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 6 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Selama disimpan olefin dan nitrogen merupakan penyebab terjadinya getah (gum),
sedang keberadaan logam Cu dan Fe merupakan katalis yang berfungsi mempercepat
terbentuknya getah. Getah ini sebenarnya adalah polimer olefin sebagai hasil proses
polimerisasi dari olefin, yang oleh adanya logam Cu dan Fe dapat dipercepat
pembentukannya. Selama penimbunan, getah ini dapat mengendap pada bagian dasar
tangki timbun. Dalam pemakaian, getah ini mengendap pada saluran bahan bakar,
sehingga akan mengganggu aliran bahan bakar dan menyebabkan terbentuknya endapan
yang menempel pada saluran pemasukan dan katub hisap. Bila ini terjadi, maka kerja
mesin terganggu.
Pengujian untuk mengetahui sifat kestabilan mogas dapat dilihat pada spesifikasi dari
tiap jenis produk mogas, yaitu :
– Uji Getah Purwa, ASTM D. 381
– Uji Periode Induksi, ASTMD 525

 Sifat Kebersihan (cleanless)

Salah satu sifat kebersihan yang berhubungan dengan keselamatan dalam pemakaian,
yaitu tidak boleh korosif yang dapat menimbulkan keausan dan kerusakan pada alat.
Oleh karena itu, mogas harus bebas dari senyawa yang bersifat korosif sebelum dan
sesudah pembakaran.
Pengujian untuk mengetahui sifat kebersihan mogas dapat dilihat pada spesifikasi dari
tiap jenis produk mogas, yaitu :
– Uji doctor, IP – 30
– Uji kandungan sulfur, ASTM D. 1266
– Uji korosi bilah tembaga, ASTM D. 130

3. Signifikansi Pengujian Mogas

Berdasarkan spesifikasi, parameter uji dan metode uji standar mogas seperti
ditunjukkan pada Tabel 1 – 1 :

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 7 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Table 1 – 1 : Parameter Uji dan Metode Uji untuk Mogas

Metode Uji
Parameter Uji
ASTM Lain
1. Angka oktana riset, RON D 2699 –
2. Kandungan timbal (Pb), gr/L D 3341 atau –
D 5059
3. Distilasi D 86 –
10 % vol penguapan, oC
50 % vol penguapan, oC
90 % vol penguapan, oC
titik didih akhir, oC
residu, % vol
4. Tekanan uap reid pada 37,8 oC D 323 –
5. Getah purwa, mg/100 mL D 381 –
6. Periode induksi, menit D 525 –
7. Kandungan belerang, % massa D 1266 –
8. Korosi bilah tembaga 3 jam/50 oC D 130 –
9. Uji doctor atau – IP 30
10. Belerang merkaptan, % massa D 3227 –
11. Kandungan seny. Oksigenat, % vol – dicampurkan
12. Warna – visual
13. Kandungan pewarna, g/100 L – dicampurkan
14. Bau – –

3.1 Pengujian Angka Oktana Riset, ASTMD 2699

Angka oktana adalah ukuran kemampuan bahan bakar mogas untuk tidak
mengakibatkan terjadinya ketukan di dalam ruang bakar mesin. Bahan bakar yang angka

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 8 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
oktananya tidak cukup dikatakan bahwa bahan bakar itu mutunya jelek, karena dapat
mengakibatkan terjadinya ketukan, sehingga dapat merusak mesin.

Untuk menaikkan angka oktana, ke dalam mogas diberikan bahan kimia aditif yaitu
senyawa–senyawa oksigenat, misalnya MTBE, ETBE atau TAME, atau dicampur
(blending) dengan produk lain yang beroktana tinggi. Sedang untuk mencegah agar
bahan bakar tidak terjadi ketukan, maka ke dalam bahan bakar mogas dapat di
tambahkan bahan anti ketuk (anti knocking) yaitu senyawa alkil timbal, misalnya TEL,
TML, atau campuran keduanya.

a. Ruang Lingkup Metode


 Metode uji secara laboratorium ini mencakup penetapan kuantitatif besarnya
ketukan dari bahan bakar cair mesin penyalaan busi yang dinyatakan sebagai Angka
Oktana Riset (RON). Metode uji ini tidak dapat digunakan untuk bahan bakar dan
komponen bahan bakar yang mengandung oksigenat. Contoh bahan bakar diuji
dengan menggunakan silinder tunggal, siklus empat langkah, rasio kompresi yang
bervariasi, karburator, yang kesemuanya standar, dengan mesin CFR yang
dioperasikan pada kondisi tertentu. Skala angka oktana ditentukan dengan komposisi
campuran bahan bakar acuan primer. Intensitas ketukan dari contoh bahan bakar
dibandingkan terhadap satu campuran bahan bakar atau lebih. Angka oktana dari
campuran bahan bakar acuan primer yang diperoleh sama dengan intensitas ketukan
contoh bahan bakar, dinyatakan sebagai Angka Oktana Riset (RON).

 Skala angka oktana mencakup kisaran angka oktana dari 0 sampai 120, tetapi metode
uji ini mempunyai kisaran daerah kerja angka oktana riset dari 40 sampai 120.
Sedang jenis bahan bakar yang dijual mempunyai kisaran RON dari 88 sampai 101.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 9 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
b. Ringkasan Metode

1. Angka Oktana Riset dari bahan bakar penyalaan busi ditetapkan dengan
menggunakan mesin uji standar dan kondisi operasinya disesuaikan dengan
karakteristik ketukan dari campuran bahan bakar acuan primer yang diketahui angka
oktananya. Rasio kompresi dan rasio bahan bakar–udara diatur untuk memperoleh
intensitas ketukan standar contoh bahan bakar, diukur dengan sistem alat detonasi
meter elektronik khusus. Sebuah tabel petunjuk standar intensitas ketukan diberikan
untuk metode uji ini, yang menyatakan hubungan antara rasio kompresi dan angka
oktana. Rasio bahan bakar–udara dari contoh bahan bakar dan tiap campuran bahan
bakar acuan yang digunakan diatur untuk memaksimumkan intensitas ketukan.

 Maksimum intensitas ketukan diperoleh (1) membuat campuran bahan bakar


acuan kemudian diukur besarnya intensitas ketukan pada setiap perubahan langkah.
Perubahan langkah dibuat bervariasi dengan selisih yang sama. Dibuat tabel antara
pembacaan nilai intensitas ketukan dan perubahan langkah dan selanjutnya diambil
nilai intensitas ketukan yang tertinggi, (2) mengambil intensitas ketukan maksimum
dari campuran bahan bakar acuan dengan perubahan dari campuran kaya ke miskin
atau miskin ke kaya pada kecepatan aliran konstant.

2. Prosedur Bracketing

Mesin dikalibrasi pada standar intensitas ketukan sesuai dengan tabel petunjuk (guide
table). Rasio bahan bakar–udara dari contoh bahan bakar diatur untuk intensitas ketukan
maksimum, dan kemudian ketinggian silinder diatur sedemikian rupa untuk mencapai
intensitas ketukan maksimum. Tanpa mengubah ketinggian silinder, dipilih dua acuan
bahan bakar primer (PRF) terdiri dari satu acuan dengan intensitas ketukan (KI) tinggi
dan satu acuan intensitas ketukan (KI) rendah pada kondisi maksimum, dimana intensitas
ketukan contoh bahan bakar terletak diantara keduanya. Angka oktana contoh bahan
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 10 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
bakar dihitung dengan cara interpolasi dari angka oktana campuran bahan bakar acuan
tinggi dan angka oktana campuran bahan bakar acuan rendah.

3. Prosedur Rasio Kompresi

Mesin dikalibrasi untuk memperoleh intensitas ketukan standar, dengan menggunakan


dua bahan bakar acuan primer (PRF) yang dipilih pada ketinggian silinder sesuai dengan
tabel petunjuk angka oktana (ON). Bahan bakar acuan yang pertama dipilih dengan ON
rendah dan yang kedua dipilih dengan ON tinggi, dimana angka oktana contoh bahan
bakar terletak diantara keduanya. Rasio bahan bakar–udara dari contoh bahan bakar dan
ketinggian silinder diatur sehingga mencapai intensitas ketukan maksimum pada kondisi
yang sama. Kalibrasi diulangi untuk kedua kalinya. Pembacaan ketinggian rata – rata
contoh bahan bakar dikonversi terhadap angka oktana dengan menggunakan tabel
petunjuk dengan menyesuaikan tekanan barometer. Hitung nilai angka oktana dari
contoh bahan bakar dengan cara interpolasi terhadap dua nilai angka oktana bahan bakar
acuan primer oktana rendah dan oktana tinggi.

Perhitungan

 Hitung pembacaan knockmeter rata–rata pada prosedur bracking untuk contoh dan
masing–masing bahan bakar acuan primer
 Hitung angka oktana dengan cara interpolasi dari rata–rata pembacaan knockmeter
yang sebanding dengan angka oktana bracketing campuran bahan bakar acuan primer
dengan persamaan :

K.I.s – K.I.LRF
ON s = ONLRF +( ) (ONHRF – ONLRF)
K.I.HRF – K.I.LRF

dimana :

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 11 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

ONs = angka oktana Contoh

ONLRF = angka oktana Bahan Bakar Acuan rendah

ONHRF = angka oktana Bahan Bakar Acuan tinggi

K.I.s = pembacaan knockmeter Contoh

K.I.LRF = pembacaan knockmeter Bahan Bakar Acuan rendah

K.I.HRF = pembacaan knockmeter Bahan Bakar Acuan tinggi

Laporan
 Laporan hasil perhitungan prosedur bracking atau prosedur rasio kompresi
dinyatakan sebagai Angka Oktana Riset bahan bakar mesin penyalaan busi
 Laporkan nilai angka oktana di bawah 72,0 dengan pembulatan. Contoh ON 67,50
dan ON 68,50 dilaporkan ON 68. Nilai angka oktana dalam kisaran ON 72,0 sampai
ON 103,5, laporkan dengan ketelitian sepersepuluh (satu angka dibelakang koma).
Contoh ON 89,55 dan ON 89,65 dilaporkan 89,6 ON. Nilai angka oktana di atas ON
103,5 yang dalam perhitungan berakhir 0,50 dibulatkan dan laporan ON dalam angka
tanpa ada angka dibelakang koma. Contoh ON 105,50 dan ON 106,50 dilaporkan
ON 106.
 Laporan disertai dengan prosedur bracking equilibrium atau bracking dynamic atau
atau rasio kompresi.
 Laporan disertai dengan tekanan barometer saat pengujian dilakukan.

c. Signifikansi
Signifikansi dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya nilai angka oktana
riset (RON) dari suatu bahan bakar yang digunakan untuk motor dua langkah maupun
empat langkah.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 12 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar : Rangkaian Mesin Metode Uji Angka Oktana Riset

d. Interpretasi
Nilai angka oktana riset (RON) dari bahan bakar mogas yang diuji tergantung dari
jenis mogas itu. Batasan yang tercantum pada spesifikasi adalah batasan maksimum. Bila
kurang dari batas maksimumnya, maka menyebabkan terjadinya ketukan pada mesin
sehingga mengakibatkan terbakarnya bahan bakar penyalaan busi. Bila lebih dari batas
maksimumnya maka tidak terjadi ketukan pada mesin namun biaya produksinya mahal
sehingga kurang ekonomis.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 13 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

3.2. Pengujian Kandungan Timbal, ASTMD 3341

Timbal dalam mogas berasal dari aditif anti knocking yang ditambahkan ke dalam
mogas, yaitu TEL, Pb(C2H5)4. Bila komponen hidrokarbon dalam mogas dinyatakan
sebagai RH dan dibakar dengan udara di dalam ruang bakar mesin, sebagai hasil
.
pembakaran hidrokarbon itu adalah ROO (baca radikal bebas peroksida) yang secara
terus menerus terbentuk. Dalam reaksinya, TEL berfungsi untuk menyetop terbentuknya
radikal bebas peroksida ini yang menyebabkan terjadinya ketukan (knocking).

a. Ruang Lingkup
Metode uji ini digunakan untuk penetapan timbal jumlah (total lead) dalam gasoline
yang mengandung aditif alkil timbal (lead alkyls) pada konsentrasi antara 0,026 dan 1,3
gr Pb/L, atau 0,12 dan 6,0 gr Pb/UK gal, atau 0,1 dan 0,5 gr Pb/US gal.

b. Ringkasan Metode
Sejumlah volume contoh dilarutkan dengan distilat berat (heavy distillate) dan dikocok
dengan perekasi larutan akuatik jodium monoklorida. Senyawaan timbal tetra alkil
bereaksi dengan jodium monoklorida dan terekstrak ke dalam fase akuatik sebagai
senyawaan timbal dialkil. Ekstrak akutik dipisahkan dari gasoline dan diuapkan sampai
diperoleh cairan pekat, maksudnya untuk menguraikan jodium monoklorida bebas.
Adanya zat–zat organik dihilangkan dengan cara dengan asam nitrat, juga diperlukan
untuk mengubah senyawa timbal dialkil menjadi senyawaan timbal anorganik. Residu
yang terbentuk dilarutkan dalam akuades dan dibuat buffer sampai pH 5 yaitu dengan
menambahkan larutan buffer natrium asetat – asam asetat. Kandungan timbal dalam
larutan yang telah dibuat buffer ditetapkan dengan titrasi dengan larutan EDTA
menggunakan xylenol orange sebagai indikator.

Perhitungan
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 14 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Hitung konsentrasi Pb dengan cara satu dari persamaan berikut :

Pb, g/US gal pada 60 oF (15,5 oC) = 31,37 TM (1 + 0,00065 (t – 60 ))

Pb, g/UK gal pada 60 oF (15,5 oC) = 37,68 TM (1 + 0,00065 (t – 60 ))

Pb, g/L pada 15oC) = 8,288 TM (1 + 0,0012 (tx – 15 ))

dimana :

T = volume larutan EDTA yang digunakan pada titrasi sampel, mL


A = molaritas larutan standar EDTA
t = suhu gasoline pada saat pemipetan, oF
tx = suhu gasoline pada saat pemipetan, oC

Catatan :
1. Konstanta 31,37 diperoleh dari (0,20721 x 3785,3)/25. Di mana 0,20721 adalah
gram Pb ekuivalen dengan 1 mL larutan EDTA. Angka 3789,3 adalah 1 US gallon =
3785,3 mL. Sedangkan angka 25 adalah jumlah mL sampel yang dipipet.
2. Konstanta 37,68 didapatkan dari 31,37 x 1,201, di mana angka ini menyatakan
konversi antara US gal dan UK gal.
1 US gal = 3785,3 mL dan 1 UK gal = 4546,0 mL.
3. Konstanta 8,288 didapatkan dari 31,37 dibagi dengan 3,7853.
4. Koefisien ekspansi gasoline diambil 0,00065/oF pada 60 oF dan 0,0012/ oC pada 15
o
C.
5. Untuk gasoline yang hanya mengandung TEL atau TML, gram Pb per unit volume
dapat diubah menjadi mL per unit volume dengan mengalikan faktor sebagai berikut
:
Untuk TEL = 0,946
Untuk TML = 0,648

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 15 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Laporan

Laporan hasil pengujian timbal dalam gasoline dengan ketelitian 0,001 gr Pb/US gal
pada 60 oF atau 0,001 g Pb/UK gal pada 60 oF atau 0,002 g Pb/L gal pada 15 oF.

c. Signifikansi

Signifikansi dari pengujian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi aditif alkil
timbal dalam gasoline. Aditif berfungsi untuk memperbaiki sifat anti ketukan (anti
knock) gasoline.

d. Interpretasi
Bila kandungan timbal berada di bawah nilai maksimum, berarti bahan bakar mogas
tidak menyebabkan terjadinya pencemaran udara emisi, sebaliknya bila melebihi nilai
maksimum bahan bakar menyebabkan pencemaran yang disebabkan oleh emisi PbO.

3.3 Pengujian Distilasi ASTM, ASTMD 86

Distilasi pada dasarnya adalah menguapkan cairan dengan cara dipanaskan, kemudian
uapnya didinginkan untuk menghasilkan distilat. Pengertian–pengertian yang penting
pada distialsi ASTMD 86 untuk jenis contoh mogas adalah :
a. Initial Boiling Point (IBP) adalah pembacaan termometer pada saat tetesan
kondensat pertama jatuh yang terlihat pada ujung tabung kondensor.
b. Persen evaporated (volume penguapan) adalah jumlah persen antara cairan yang
diperoleh dan persen yang hilang.
c. Persen recovered (volume perolehan) adalh persen maksimum yang diperoleh
dari suatu distilasi, terbaca pada tabung penampung (gelas ukur) distilat.
d. Titik didih akhir, End Point atau Final Boiling Point (FBP) adalah pembacaan
suhu maksimum selama distilasi berlangsung. Ini terjadi setelah cairan dalam
tabung distilasi teruapkan semua. Juga disebut suhu maksimum.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 16 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
e. Persen residu adalah volume residu dari suatu distilasi yang tidak teruapkan
sampai tidak terdapat tetesan kondensat.

a. Ruang Lingkup

1. Metode uji ini mencakup distilasi atmosferik dari produk minyak bumi
menggunakan unit penangas laboratorium untuk menentukan secara kuantitatif
karakteristik kisaran titik didih dari produk–produk minyak bumi yaitu gasoline
alam (natural gasoline), distilat ringan dan distilat tengahan, bahan bakar mesin
otomotif penyalaan busi, aviasi gasoline, bahan bakar aviasi turbine, 1–D dan 2–D
regular dan bahan bakar dieselsulfur rendah, spesial petroleum spirit, nafta, white
spirit, kerosine, dan bahan bakar burner grade 1 dan 2.

2. Metode uji ini didesain untuk pengujian bahan bakar distilat, metode uji ini tidak
digunakan untuk produk–produk yang mengandung sejumlah bahan residu.

b. Ringkasan Metode

Contoh sebanyak 100 mL didistilasi pada kondisi standar pengujian. Pembacaan


suhu dilakukan pada saat initial boiling point (IBP), 10 % volume distilat, 50 % volume
distilat, 90 % volume distilat, titik didih akhir dan persen volume residu.

Laporan Hasil

Laporkan hasil pengujian distilasi motor gasoline untuk suhu dalam oC pada 10 % vol
penguapan, 50 % vol penguapan, 90 % vol penguapan, titik didih akhir ( oC) dan %
volume residu.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 17 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar : Peralatan Distilasi ASTMD 86

c. Signifikansi

- Pengujian distilasi adalah suatu indikasi karakteristik kemudahan menguap


gasoline yang erat berhubungan dengan unjuk kerja dalam pemakaian.
- Dari pengujian distilasi ini secara empiris telah diketemukan hubungan antara
gasoline dan unjuk kerja otomotif serta hubungan antara kemudahan menguap
(volatility) gasoline dengan karakteristik gasoline yang lain.

d. Interpretasi
1. Lihat suhu (oC) maksiumum pada distilasi 10% volume penguapan pada
spesifikasi
Bila diperoleh suhu pada pengujian lebih rendah dari nilai maksiumumnya, maka
mesin akan mudah di start pada waktu dingin dan tidak memerlukan pemanasan
Bila diperoleh suhu pada pengujian lebih tinggi dari nilai maksiumumnya, maka
bahan bakar mengandung banyak fraksi beratnya sehingga bahan bakar susah
menguap, sehingga mesin akan sulit di start pada waktu dingin.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 18 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
2. Lihat suhu ( oC ) minimum dan maksimum pada distilasi 50 % volume penguapan
pada spesifikasi
Bila diperoleh suhu pada pengujian lebih rendah dari nilai minimumnya, maka
masih banyak bahan bakar yang belum teruapkan sehingga distribusi bahan bakar
dalam ruang bakar mesin tidak sempurna dan tidak mencapai kondisi optimum.
Bila diperoleh suhu pada pengujian lebih tinggi dari nilai maksiumumnya, maka
bahan bakar mengandung banyak fraksi beratnya sehingga akselerasi mesin
berkurang (terganggu).

3. Lihat suhu (oC) maksimum pada distilasi 90 % volume penguapan pada spesifikasi
Bila diperoleh suhu pada pengujian lebih rendah dari nilai maksimumnya, maka
bahan bakar terbakar sempurna
Bila diperoleh suhu pada pengujian lebih tinggi dari nilai maksiumumnya, maka
bahan bakar mengandung banyak fraksi berat yang tidak terbakar sempurna,
sehingga terkumpul dalam ruang bakar mesin yang akan merembes masuk ke
dalam karter mengakibatkan terjadinya oil dilution (pengenceran minyak) /
pengenceran minyak lumas dan deposit (pengendapan) karbon pada kepala piston.
4. Lihat suhu (oC) maksimum pada titik didih akhir distilasi pada spesifikasi.
Bila diperoleh suhu pada pengujian lebih rendah dari nilai maksimumnya, maka
bahan bakar terbakar sempurna
Bila diperoleh suhu pada pengujian lebih tinggi dari nilai maksiumumnya, maka
bahan bakar mengandung banyak fraksi berat yang tidak terbakar sempurna,
sehingga terkumpul dalam ruang bakar mesin yang akan merembes masuk ke
dalam karter mengakibatkan terjadinya oil dilution (pengenceran minyak) /
pengenceran minyak lumas dan deposit (pengendapan) karbon pada kepala piston.

5. Lihat Residu (% vol.) maksimum distilasi pada spesifikasi

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 19 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Bila diperoleh % vol. residu pada pengujian lebih rendah dari nilai maksimumnya,
berarti kebersihan mesin terjamin karena sedikit terdapat fraksi berat yang
tertinggal.
Bila diperoleh % vol. residu pada pengujian lebih tinggi dari nilai maksiumumnya,
maka bahan bakar mengandung banyak fraksi berat yang tidak terbakar sempurna,
sehingga terbentuk endapan karbon pada busi dan silinder yang mengakibatkan
pengausan.

3.4 Pengujian Tekanan Uap Reid, ASTMD 323

Tekanan uap gasoline sangat erat hubungannya dengan kemudahan menguap.


Kecenderungan gasoline untuk menguap dikarakterisasikan oleh penetapan secara seri
suhu penguapan pada distilasi 10 %, 50 % dan 90 %. Hal ini sangat bergantung pada
susunan hidrokarbon gasoline. Tekanan uap adalah suatu faktor yang menunjukkan
jumlah uap yang terbentuk pada distilasi gasoline. Tekanan uap gasoline diukur pada
suhu 100 oF (38oC) dalam sebuah bomb dalam perbandingan 4/1 antara udara dan bahan
bakar dinyatakan sebagai tekanan uap Reid (RVP).

a. Ruang Lingkup

Metode ini mencakup prosedur untuk penetapan tekanan uap dari gasoline, minyak bumi
yang mudah menguap (volatile crude oil) dan produk minyak bumi lain yang mudah
menguap.
 Prosedur A digunakan untuk gasoline dan produk minyak bumi lain yang
mempunyai tekanan uap kurang dari 180 kPa (26 psi). Tekanan uap Reid sebagai
tekanan uap absolut pada suhu 37,8 oC (100 oF).
 Prosedur B mungkin dapat digunakan untuk bahan lain. Prosedur ini digunakan
dalam program uji gasoline antar laboratorium untuk menetapkan presisi dari
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 20 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
metode uji ini. Kedua prosedur ini tidak dapat digunakan untuk Liquefied
Petroleum Gases (LPG) atau bahan bakar yang mengandung senyawaan
oksigenat lain kecuali MTBE. Untuk penetapan tekanan uap LPG digunakan
prosedur ASTMD 1267. Sedang untuk penetapan tekanan uap gasoline yang
dicampur (blend) dengan oksigenat mengunakan metode ASTMD 4953.
 Prosedur C digunakan untuk bahan yang mempunyai tekanan uap lebih besar dari
180 kPa (26 psi).
 Prosedur D digunakan untuk aviation gasoline yang mempunyai tekanan uap
sekitar 50 kPa (7 psi).

b. Ringkasan Metode
 Contoh yang telah didinginkan dimasukkan ke dalam liquid chamber pada vapor
pressure apparatus, kemudian dihubungkan dengan vapor chamber yang telah
dipanaskan pada 37,8 oC (100 oF) dalam sebuah bath. Rangkaian apparatus ini
direndam dalam sebuah bath pada temperatur 37,8 oC (100 oF) sampai diperoleh
tekanan konstan (tetap). Catat tekanan ini dan dilaporkan sebagai Reid Vapor
Pressure.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 21 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar : Peralatan Uji Tekanan Uap Reid

 Keempat prosedur dibedakan jenis peralatannya. Pada prosedur B menggunakan


peralatan semi automatic yang dicelupkan dalam bath datar (horozontal bath) dan
dengan pengadukan. Pula digunakan gage Bourdon atau tekanan transducer.
Pada prosedur C menggunakan liquid chamber dengan dua valve terbuka. Pada
prosedur D menggunakan ratio of vapor and liquid chamber, yaitu 3,95 dan 4,05

c. Signifikansi

 Tekanan uap adalah salah satu sifat fisik dari cairan yang mudah menguap yang
merupakan salah satu sifat penting. Metode pengujian ini dimaksudkan untuk
menetapkan vapor pressure pada 37,8 oC (100 oF) suatu produk minyak bumi dan
crude oil dengan initial boiling point (IBP) di atas 0 oC (32 oF).
 Tekanan uap merupakan sifat sangat kritis pada automatif gasoline dan aviation
gasoline, pengaruhnya terhadap starting, pemanasan dan terdapat kecenderungan
terjadinya vapor lock pada kondisi operasi temperatur tinggi.

d. Interpretasi
Pada spesifikasi motor gasoline tekanan uap Reid pada 37,8 oC maksimum 62 kPa.
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 22 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Bila kurang dari 62 kPa, maka tidak mengalami kesulitan starter pada saat mesin dalam
keadaan dingin.
Bila lebih dari 62 kPa, kemungkinan adanya fraksi ringan yang berlebihan sehingga
akan terjadi vapor lock (penguncian akibat uap) / timbul gelembung–gelembung uap
bahan bakar yang mengakibatkan tersumbatnya saluran dan menghentikan aliran bahan
bakar.

3.5 Pengujian Getah Purwa, ASTMD 381


 Getah purwa adalah residu dari penguapan bahan bakar aviasi tanpa pembersihan
(treatment).
 Kandungan getah purwa takcuci pelarut adalah residu yang tinggal bila residu
diuapkan setelah dicuci dengan heptana dan cuciannya dibuang . Untuk residu
penguapan dari motor gasoline terdiri dari getah purwa dan komponen aditif tidak
menguap (nonvolatile additive).

a. Ruang Lingkup

 Metode ini digunakan untuk penetapan kandungan getah purwa (existent gum) dari
bahan bakar aviasi, dan kandungan getah (gum content) motor gasoline dan distilat
yang mudah menguap yang lain sebagai produk akhir (termasuk yang mengandung
alkohol dan ether jenis oksigenat dan aditif sebagai kontrol endapan) pada waktu
pengujian.
 Metode ini digunakan untuk penetapan residu tak larut dalam normal heptana dari
bahan bakar bukan aviasi.

b. Ringkasan Metode

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 23 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Ukur contoh bahan bakar sebanyak 50 mL  0,5 mL dengan gelas ukur, pindahkan ke
dalam gelas beker yang telah diketahui beratnya dan ditimbang. Tempatkan gelas beker
yang berisi contoh pada penangas penguapan. Jaga suhu dan kecepatan alir udara atau
steam selama penguapan selama 30 menit  0,5 menit. Ke dalam gelas beker yang
berisi residu, tuangkan 25 mL n–heptana, aduk selama 30 detik, diamkan campuran ini
selama 10  1 menit. Dekantir dan buang larutan n–heptana, hati–hati jangan sampai
padatan residu terikut. Ekstrak untuk kedua kalinya dengan 25 mL n–heptana (dengan
cara yang sama). Bila residu hasil ekstrak berwarna, ekstrak untuk yang ketiga kalinya.
Tempat residu dalam beker gelas di atas penangas pada suhu 160 sampai 165 oC.
Diamkan beker sampai kering selama 5  0,5 menit. Pindahkan beker gelas yang berisi
residu dan dinginkan, pindahkan ke timbangan dan biarkan selama 2 jam. Catat berat
penimbangan.

Perhitungan
 Hitung kandungan getah cuci pelarut (solvent washed gum) dari mogas, sebagai
berikut :

A = 2000 (C – D + X – Z)

 Hitung kandungan getah takcuci pelarut (unwashed gum) dari mogas, sebagai
berikut :

U = 2000 (B – D + X – Z)

dimana :

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 24 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
A = kandungan getah purwa, mg/100 mL
S = kandungan getah dicuci pelarut, mg/100 mL
U = kandungan getah takcuci pelarut, mg/100 mL
B = berat penimbangan residu kering tanpa ekstrak pelarut n–heptana + beker, g
C = berat penimbangan residu kering ekstrak pelarut n–heptana + beker, g
D = berat beker kosong, g
X = berat beker kosong + residu, g
Z = berat beker kosong + residu, g

Laporan
Laporkan sebagai kandungan getah cuci pelarut (solvent washed gum) atau getah tak
cuci pe;arut (solvent unwashed gum), dalam mg/100 mL dengan ketelitian0,5 mg/100
mL.

c. Signifikansi

Signifikansi yang nyata dari pengujian ini adalah untuk penetapan getah purwa dalam
motor gasoline tidak memberikan ketentuan secara pasti. Gasoline yang mengandung
getah purwa tinggi dapat menyebabkan endapan (deposit) pada sistem induksi dan
melekat pada katup masuknya bahan bakar. Sebaliknya bagi gasoline yang mengandung
getah purwa rendah akan menjamin tidak terdapatnya deposit, baik pada sistem induksi,
katup masuknya bahan bakar. Namun demikian tidak terdapat hubungan antara getah
purwa dengan endapan (deposit).

d. Interpretasi
Pada spesifikasi motor gasoline getah purwa maksimum 4 mg/100 mL.
Bila kurang dari 4 mg/100 mL, maka kemungkinan tidak terjadinya penyumbatan
pada aliran bahan bakar. Bila lebih dari 4 mg/100 mL, mengakibatkan terjadinya
penyumbatan aliran pada saluran bahan bakar menuju ruang bakar mesin.
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 25 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

3.6 Pengujian Periode Induksi, ASTMD 525

 Break point adalah titik pada kurva tekanan–waktu yang didahului oleh penurunan
tekanan (pressure drop) sebesar 2 psi (13,8 kPa) dalam waktu 15 menit dan berhasil
dengan penurunan tekanan tidak kurang dari 2 psi dalam 15 menit.
 Periode induksi (induction period) adalah waktu lewat antara penempatan bomb
dalam penangas dan break point pada suhu 100 oC (217 oF).

a. Ruang Lingkup

Metode ini digunakan untuk penetapan stabilitas gasoline pada kondisi kecepatan
oksidasi. Metode ini tidak dapat digunakan untuk penetapan komponen gasoline
terutama untuk komponen dengan titik didih rendah yang mengandung senyawa tidak
jenuh dalam persen tinggi, sebab akan mengakibatkan terjadinya ledakan dalam
peralatan yang digunakan.

b. Ringkasan Metode

Contoh dioksidasi di dalam bomb yang berisi oksigen. Pengisian oksigen dilakukan pada
suhu 15 – 25 oC (59 – 77 oF) pada tekanan 100 psi (689 kPa). Sampel dalam bomb
kemudian dipanaskan pada suhu antara 98 dan 102 oC (208 dan 216 oF). Tekanan dicatat
pada interval tertentu atau dicatat terus-menerus sampai mencapai break point. Waktu
yang diperlukan sampel untuk mencapai titik ini dicatat sebagai periode induksi
pengamatan (observed induction period) pada suhu pengujian. Kemudian periode induksi
pada 100 oC dapat dihitung.
Perhitungan
a. Untuk induction period observed di atas 100 oC (212 oF)
Periode induksi pada 212 oF = (IPt)(1 + 0,056. t)
Periode induksi pada 100 oC = (IPt)(1 + 0,101. t)

dimana, IPt = periode induksi pada suhu pengujian


Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 26 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
=

t selisih antara suhu pengujian dan 100 oC (212 oF)

b. Untuk induction period observed di bawah 100 oC (212 oF)


Periode induksi pada 212 oF = (IPt)(1 + 0,056. t)
Periode induksi pada 100 oC = (IPt)(1 + 0,101. t)

dimana, IPt = periode induksi pada suhu pengujian

t = selisih antara suhu pengujian dan 100 oC (212 oF)

c. Signifikansi

Periode induksi dapat digunakan sebagai indikasi kecenderungan motor gasoline untuk
dapat membentuk getah purwa dalam penimbunan. Getah purwa mungkin disebabkan
oleh terdapatnya senyawaan olefin dalam motor gasoline. Terbentuknya getah purwa
sangat bergantung pada kondisi penimbunan dan jenis gasoline. Dengan gasoline yang
berbeda kecenderungan terbentunya getah purwa juga berbeda.

d. Interpretasi
Pada spesifikasi motor gasoline periode induksi minimum 240 menit.
Bila kurang dari 240 menit, maka kurang stabil pada saat penimbunan dan
pengangkutan.
Bila lebih dari 240 menit, maka mogas stabil pada saat penimbunan maupun
pengangkutan.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 27 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar : Komposisi Vesel Tekanan untuk Pengujian Stabilitas Oksidasi Gasoline

3.7 Pengujian Kandungan Sulfur, ASTMD 1266


Senyawaan sulfur dalam minyak bumi dan produknya banyak sekali jenisnya, antara lain
hidrogen sulfida (H2S), merkaptan (RSH), sulfida (RSR), disulfida (RSSR), siklo sulfida

(CH2)5S, alkil sulfat (R2SO4), asam sulfonat (RSO2OH), sulfoksida (RSOR), sulfona

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 28 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
(RSO2R), tiofena (C4H4S) dan benzotiofena (C8H6S). Oleh sebab itu dalam
pengujiannya dikatakan sebagai sulfur jumlah. Sulfur dalam bahan bakar minyak dapat
meyebabkan bau yang tak menyenangkan, ikut membentuk gum dan sludge dalam
penyimpanan, dan dalam pembakaran akan menimbulkan asap dan menyebabkan korosi.
Tidak semua akibat sulfur merugikan. Sulfur yang ada dalam aditif bersifat sebagai
penghambat oksidasi (oxidation inhibitor) dalam minyak lumas, sementara ada senyawa
sulfur yang bertindak penghambat korosi dalam lumas gear atau sebagai extreem
pressure properties untuk cutting oil.

a. Ringkasan Metode

 Metode uji ini mencakup penetapan total sulfur dalam produk – produk minyak bumi
cair dalam konsentrasi dari 0,01 – 0,4 % massa. Khusus prosedur untuk analisis
sulfat yang terdapat pada halaman tambahan dapat digunakan untuk penetapan sulfur
dalam konsentrasi paling rendah 5 mg/kg.
 Prosedur pembakaran langsung digunakan untuk analisis bahan seperti gasoline,
kerosine, nafta, dan cairan lain yang dapat terbakar sempurna oleh sumbu lampu.
Prosedur campuran digunakan untuk analisis gas oils dan minyak bakar distilat,
asam naftenat, alkil fenol, produk petroleum dengan kandungan sulfur tinggi dan
banyak bahan lain yang tidak dapat terbakar dengan baik oleh prosedur pembakaran
langsung.
 Senyawaan fosfor yang umumnya terdapat dalam komersial gasoline tidak
menganggu dalam penetapan ini. Koreksi diberikan untuk jumlah asam kecil yang
dihasilkan dari pembakaran anti ketuk cairan timbal (lead anti knock fluids) dalam
gasoline. Terbentuknya asam atau basa dalam pembakaran yang berasal dari unsur
lain akan mengganggu pada penetapan dengan cara titrasi, dalam prosedur tidak
diberikan koreksi.

b. Ringkasan Metode

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 29 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
 Contoh dibakar dalam suatu sistem yang tertutup dengan lampu dan udara buatan
terdiri dari 70% CO2 dan 30% O2 untuk mencegah terbentuknya NOx. Oksida sulfur

yang terbentuk diserap dan dioksidasi oleh larutan hidrogen peroksida (H 2O2),

menghasilkan asam sulfat (H2SO4), dan kemudian dihembus (flushing) dengan udara

untuk menghilangkan CO2 yang terlarut. Sulfur sebagai sulfat di dalam larutan H2O2
(absorbent), ditetapkan secara asidimetri dengan titran larutan standar NaOH, atau
ditetapkan secara gravimetri dengan diendapkan sebagai barium sulfat.

Gambar : Sketsa Ilustrasi Rangkaian Unit Lampu

 Alternatif lain, sampel dibakar dalam udara. Sulfur sebagai sulfat di dalam
absorbent ditetapkan dengan diendapkan sebagai barium sulfat, dipanaskan dan
ditimbang sebagai Barium sulfat.
 Untuk kandungan sulfur di bawah 0,01% massa, sulfat di dalam absorbent
ditetapkan dengan cara turbidimetri sebagai Barium sulfat.
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 30 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar : Diagram Skematik Manipol Suplai CO2 – O2 dan Sistem lampu

Perhitungan

Hitung kandungan sulfur dalam contoh cair sebagai berikut :

Kandungan sulfur, % massa = 16,03 M x (A / 10 W)

dimana :

A = mL larutan NaOH yang diperlukan untuk titrasi asam dalam larutan


absorbent dari pembakaran contoh
M = Molaritas larutan NaOH
W = gram contoh yang terbakar

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 31 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
c. Signifikansi

Pengujian ini dimaksudkan untuk memantau tingkat kandungan Sulfur dalam berbagai
macam produk minyak bumi dan aditif. Dengan mengetahui tingkat kandungan sulfur
dapat digunakan untuk memprediksi unjuk kerja suatu produk, penanganan atau
mengetahui sifat– sifar suatu umpan untuk proses pengolahan. Dalam beberapa hal
keberadaan senyawaan sulfur dapat memberikan informasi terhadap mutu suatu produk,
dan dilain hal senyawaan sulfur akan merugikan peralatan proses atau penggunaan
produk.

d. Interpretasi

Dalam spesifikasi gasoline nilai kandungan sulfur (sulphur content) maksimum 0,5 %
massa. Bila dari hasil pengujian diperoleh kandungan sulfur lebih besar dari 0,5 %
massa, akan menyebabkan penurunan nilai kalor bahan bakar. Disamping menyebabkan
pencemaran udara dan menaikkan sifat korosifitas pada gas buang. Tidak ada hubungan
antara tingkat korosifitas dengan besarnya nilai kandungan total sulfur.

3.8 Pengujian Korosi Bilah Tembaga, ASTMD 130


Sifat korosif mogas disebabkan oleh sulfur bebas, dan senyawaan sulfur reaktif (terutama
merkaptan dan hidrogen sulfida). Senyawaan sulfur ini reaktif terhadap tembaga,
menghasilkan noda dari kupri merkaptida yang berwarna merah kecoklatan. Merkaptan
diklasifikasikan atas merkaptan ringan dan merkaptan berat. Bahan bakar yang
mengandung merkaptan berlebihan perlu dilakukan treating dengan proses soda washing.
Proses ini hanya menghilangkan merkaptan ringan, sedang merkaptan berat tidak hilang
oleh proses ini. Pengujian korosif ini sebagai uji kualitatif, sedang uji kuantitatifnya
ditetapkan sebagai merkaptan sulfur.

a. Ruang Lingkup Metode

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 32 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Metode ini digunakan untuk mendeteksi korosi tembaga dari aviasi gasoline, aviasi
turbin, otomotif gasoline, natural gasoline atau hidrokarbon yang mempunyai tekanan
uap Reid tidak lebih besar dari 18 psi (124 kPa), solven pencuci, kerosine, minyak
diesel, minyak bakar distilat, minyak lumas, dan produk minyak bumi yang penting
lainnya.

b. Ringkasan Metode

Lempengan tembaga yang telah digosok bersih, dicelupkan ke dalam sejumlah sampel
dan dipanaskan pada suhu tertentu dan dengan waktu tertentu sesuai dengan sifat dari
sampel yang diuji. Pada akhir pengujian lempengan tembaga diambil, dicuci, dan
warnanya dibandingkan dengan korosi bilah tembaga standar ASTM (ASTM Copper
Strip Corrosion Standards).

Laporan Hasil
Laporan pengujian korosif bilah tembaga adalah salah satu warna ASTM dari warna
standar ASTM, sesuai dengan Tabel di bawah ini.

Tabel: Klasifikasi Bilah Tembaga

Klasifikasi Penandaan Deskripsi


Bilah gosokan baru
1 agak kusam a. oranye muda, hampir sama dengan bilah
gosokan baru
b. oranye gelap

2 kusam tengah a. merah anggur


b. bungan lavender
c. multiwarna dengan lavender biru atau perak,
atau kedua-duanya
d. keperak-perakan
e. warna brass, warna emas
3 kusam gelap a. magenta (merah tua) yang menutupi warna
brass

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 33 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
b. multiwarna dengan merah dan hijau (burung
merak), tetapi bukan abu-abu
4 korosi a. hitam transparan, abu-abu gelap atau coklat
dengan hijau burung merak
b. grafit atau agak kehitaman
c. hitam mengkilap atau manik hitam

c. Signifikansi

Minyak bumi yang mengandung sulfur, umumnya dihilangkan selama proses


pengolahan. Bagaimanapun, senyawaan sulfur masih tertinggal dalam produk yang
dihasilkan, di antaranya bersifat korosif terhadap berbagai jenis logam. Sifat korosifitas
sulfur tidak terkait langsung dengan kandungan sulfur jumlah (total sulfur), namun
bergantung pada jenis senyawaannya. Pengujian korosifitas bilah tembaga ditujukan
untuk mengetahui tingkat korosif dari produk minyak bumi.

d. Interpretasi

Pada spesifikasi uji korosi bilah tembaga 3 jam pada 50 oC adalah maksimum warna
ASTM No. 1. Bila lebih tinggi, maka memungkinkan bahan bakar mogas ini bersifat
korosif

3.9 Uji Doctor, IP – 30

Metode uji ini adalah suatu uji kualitatif, untuk menentukan ada/tidaknya merkaptan,
hidrogen sulfida, sulfur bebas dan peroksida yang terdapat dalam bahan bakar motor,
kereosine dan produk petroleum yang sejenis. Disebut uji doctor karena menggunakan
larutan doctor, yaitu campuran larutan plumbit dan sedikit sejumlah Sulfur bebas.
Penambahan Sulfur bebas berfungsi untuk memperbesar konsentrasi Sulfur dalam
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 34 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
contoh sehingga dengan mudah dapat terendapkan. Bila contoh mengandung senyawaan
sulfur, maka akan dihasilkan noda yang berwarna coklat–kehitaman dari PbS.
Sebaliknya bila tidak terjadi noda coklat–kehitaman menunjukkan bahwa di dalam
produk tidak mengandung senyawaan Sulfur.

a. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk pengujian adanya senyawa sulfur dalam bentuk merkaptan
dalam gasoline secara kualitatif.

b. Ringkasan Metode
 10 mL Contoh ditempat dalam tabung reaksi yang bertutup dan ditambahkan 5 mL
larutan plumbit dan kocok kuat–kuat selama 15 detik. Amati warna yang terbentuk.
 20 mL Contoh ditempatkan dalam corong pemisah yang bertutup, tambahkan larutan
kadmium klorida, kemudian kocok kuat–kuat selama 15 detik. Diamkan agar terjadi
dua lapisan yang terpisah. Ambil 10 mL lapisan atas, masukkan ke dalam tabung
reaksi bertutup dan amati warna yang terbentuk
Bila test yang kedua ini tidak terbentuk endapan hitam, tambahkan sedikit sulfur
bebas (jangan berlebihan), kocok selama 15 detik dan diamkan selama 1 menit agar
terbentuk endapan. Amati warna endapan yang terbentuk. Bila dalam pengamatan
terjadi endapan coklat atau hitam maka Contoh bahan bakar mengandung
merkaptan. Bila pada test yang kedua ini terbentuk endapan berwarna hitam,
pisahkan endapan dan ke dalam lapisan atasnya tambahkan larutan kadmium klorida
baru, dan kocok lagi. Pisahkan endapannya. Ulangi pekerjaan ini secara
berulang–ulang sampai tidak terbentuk endapan hitam. Tambahkan ke dalam cairan
terakhir dengan sedikit sulfur bebas (jangan berlebihan), kocok selama 15 detik dan
diamkan selama 1 menit agar terbentuk endapan. Amati warna endapan yang
terbentuk. Bila dalam pengamatan terjadi endapan coklat atau hitam maka Contoh
bahan bakar mengandung merkaptan.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 35 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
 10 mL Contoh bahan bakar ditempat dalam tabung reaksi yang bertutup dan
ditambahkan 2 mL larutan kalium jodida dan 2 tetes larutan asam asetat dan dua tetes
larutan amilum, dan kocok kuat–kuat selama 15 detik. Amati terbentuk warna biru
atau tidak. Bila dalam pengamatan terjadi warna biru, maka Contoh bahan bakar
mengandung peroksida.

Laporan

1. Bila selama pengkocokan dengan larutan natrium plumbit terjadi warna coklat, dan
setelah penambahan sulfur terbentuk endapan coklat atau hitam, laporkan hasil
pengujian sebagai “Doctor Positif–mengandung merkaptan” (Doctor
Positive–mercaptans (thiols) present).

2. Bila selama pengkocokan, larutan dari tidak berwarna menjadi gelap, laporkan hasil
pengujian sebagai “Doctor Positif–mengandung merkaptan dan sulfur bebas” (Doctor
Positive–mercaptans (thiols) and elemental sulphur present).

3. Bila selama pengkocokan dengan larutan natrium plumbit terjadi endapan warna
hitam, laporkan hasil pengujian sebagai “Doctor Positif–mengandung hidrogen
sulfida” (Doctor Positive–hydrogen sulphide present).

4. Bila setelah hidrogen sulfida dipisahkan, pada penambahan sulfur terbentuk endapan
coklat atau hitam, laporkan hasil pengujian sebagai “Doctor Positif–mengandung
merkaptan (thiols) dan hidrogen sulfida” (Doctor Positive–mercaptans (thiols) and
hydrogen sulphide present).

5. Bila tidak terbentuk endapan setelah penambahan sulfur, laporkan hasil pengujian
sebagai “Doctor Negatif–tidak mengandung merkaptan (thiols)” (Doctor
Negative–mercaptans (thiols) absent)

6. Bila mengandung peroksida, laporkan hasil pengujian sebagai “peroksida positif”


(peroxides present). Hasil pengujian adalah tidak valid (the result of the test is
invalid).
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 36 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

c. Signifikansi
Pengujian secara kualitatif, menentukan ada tidaknya senyawa sulfur dan peroksida,
karena senyawa – senyawa ini bersifat korosif.

d. Interpretasi

Bila doctor test positif, contoh mengandung senyawaan korosif, sebaliknya bila negatif
bahan bakar tidak korosif selama penyimpanan, pengangkutan dan pemakaian produk.

3.10 Pengujian Merkaptan Belerang, ASTMD 3227

Keberadaan merkaptan dalam mogas tidak dikehendaki, karena bersifat korosif dan
penyebab bau. Pada metode uji ini, secara kuantitatif merkaptan ditetapkan dengan
metode potensiometri, dimana titik ekuivalen ditunjukkan oleh lonjakan perubahan
potensial. Dibandingkan dengan titrasi indikator, titrasi potensiometri lebih memberikan
hasil yang akurasinya lebih tinggi.

a. Ruang Lingkup

Metode uji ini mencakup penetapan merkaptan belerang, dalam gasoline, kerosine, bahan
bakar aviasi turbine dan bahan bakar distilat yang mengandung merkaptan sulfur 0,0003
– 0,01 % massa. Pada penetapan ini, senyawaan organik sulfur yaitu sulfida, disulfida
dan tiofen tidak mengganggu. Sedang keberadaan sulfur bebas yang konsentrasinya
kurang 0,0005 % massa juga tidak mengganggu, tetapi terdapatnya hidrogen sulfida
(H2S) akan mengganggu. Oleh karena itu, hidrogen sulfida dalam penetapan ini harus
dihilangkan terlebih dahulu.

b. Ringkasan Metode

Sejumlah sampel yang telah bebas gas H2S dilarutkan dalam pelarut titrasi dari natrium
asetat alkoholat, dititrasi secara potensiometri dengan larutan standar perak nitrat dengan
elektrode acuan gelas dan atau perak sulfida. Pada kondisi pengujian ini, merkaptan
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 37 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
belerang diendapkan sebagai perak merkaptida dan titik akhir titrasi ditunjukkan oleh
terjadinya penyimpangan potensial yang besar yang terjadi dalam sel potensial.

a. Perhitungan

Perhitungan kandungan merkaptan belerang dalam sampel adalah sebagai berikut :

Merkaptan belerang, % massa = M (A1 – Ao ) x 3,206)/W

atau
Merkaptan belerang, % massa = M (A 1 – Ao ) x 3,206)/(d x V)

dimana

A = mL larutan standar AgNO3 yang diperlukan pada titrasi sampel


sampai mencapai  300 mV
B = mL larutan standar AgNO3 yang diperlukan pada titrasi blanko
sampai mencapai  300 mV
d = density contoh pada suhu transfer, g/mL
M = molaritas larutan AgNO3
W = berat sampel yang dianalisis dalam gram
3,206 = 100 x gr meq berat S dalam merkaptan
V = ML contoh yang dianalisis

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 38 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar : Ilustrasi Kurva Titrasi Potensiometri

c. Signifikansi

Terdapatnya merkaptan dalam produk akan menyebabkan bau, mempunyai pengaruh


kurang baik terhadap elastomer sistem bahan bakar dan korosif terhadap komponen
sistem bahan bakar.

d. Interpretasi
Pada spesifikasi nilai merkaptan belerang dari berbagai jenis mogas maksimum 0,0020
% massa. Bila hasil pengujian melebihi nilai maksimum, maka mogas bersifat korosif.

2. SIGNIFIKANSI PENGUJIAN
KEROSINE

1. Pendahuluan
Kerosine atau minyak tanah adalah fraksi yang dihasilkan dari proses pemgolahan
minyak bumi yang digunakan untuk lampu dan untuk bahan bakar. Dalam
penggunaannya, kerosine harus memenuhi persyaratan, seperti viskositas rendah, flash
point yang lebih tinggi dari pada gasoline, warna yang stabil, bebas bau, bebas dari
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 39 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
hidrokarbon yang dapat terbakar menghasilkan nyala yang berjelaga, kandungan sulfur
rendah, dan mempunyai sifat–sifat lain yang dapat terbakar oleh sumbu lampu. Kerosine
mempunyai titik didih 175 – 275 oC (350 – 525 oF) dan SG 60/60 oF kira–kira 0,80 ;
viskositas kira–kira 2,5 cSt, jernih sampai suhu 0 oF ( – 18 oC).

Komposisi
Komposisi kimia kerosine menentukan jenis nyala dalam pembakaran dan residu yang
tertinggal setelah pembakaran, terdiri dari naften dan parafin cabang dalam jumlah yang
besar. Permolekulnya mengandung C10 sampai C14. Pada pembakaran, parafin cabang
dan naften tidak menghasilkan terbentuknya residu karbon. Sedang terdapatnya mono
aromat dan poli aromat, pada pembakaran akan menghasilkan jelaga dan sisa
pembakaran karbon.

2. Karakteristik Kerosine
Sifat-sifat Kerosine sebagai bahan bakar adalah :
1. sifat umum
2. sifat mutu pembakaran
3. sifat penguapan
4. sifat pengkaratan
5. sifat kebersihan
6. sifat keselamatan
2.1 Sifat Umum

Sifat umum bahan bakar kerosine sangat erat hubungannya dengan pemuatan,
kontaminasi, material balance dan transaksi jual – beli.
Sifat umum kerosese sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Specific Gravity 60/60 oF, ASTMD 1298
– Density 15 oC, ASTMD 1298

2.2 Sifat Mutu Pembakaran


Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 40 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Sifat mutu pembakaran artinya kerosine sebagai bahan bakar harus dapat memberikan
nyala api yang baik, tidak berasap dan menghasilkan panas yang tinggi.
Sifat mutu pembakaran kerosine sesuai spesifikasi, ditunjukkan pada pengujian :
– Smoke point
– Char value

2.3 Sifat Penguapan

Dalam penggunaannya, diharapkan bahwa kerosine akan teruapkan sempurna, tidak


meninggal residu setelah pembakaran selesai, mudah mengalir lewat sumbu, mudah
menyala pada suhu dingan/rendah. Terbentuknya residu setelah pembakaran selesai akan
menimbulkan kebuntuan saluran bahan bakar. Bila tingkat penguapannya rendah, ini
menunjukkan bahwa di dalam keosene terdapat fraksi yang lebih berat.
Sifat penguapan kerosine sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Distilasi ASTMD 86
– Flash Point ASTMD 93

2.4 Sifat Pengkaratan

Kerosine sebagai bahan bakar harus tidak korosif. Unsur-unsur dalam kerosine sebagai
penyebab yang bersifat korosif adalah senyawa sulfur, dapat berupa hidrogen sulfida,
merkaptan, tiofena. Terdapatnya senyawaan sulfur dalam kerosine, disamping bersifat
korosif juga menyebabkan menurunkan nilai panas pembakaran (nilai kalori).
Sifat pengkaratan kerosine sesuai spesifikasi, ditunjukkan pada pengujian :
– kandungan sulfur, ASTM D. 1266
– copper strip corrosion, ASTMD 130

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 41 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

2.5 Sifat Kebersihan

Sifat kebersihan kerosine, berhubungan dengan ada / tidaknya kotoran yang terdapat di
dalam kerosine, sebab kotoran ini akan berpengaruh terhadap pembakaran. Kerosine
sebagai bahan bakar diharapkan tidak mengeluarkan banyak asap. Hasil pembakaran
tidak membahayakan atau mengakibatkan pencemaran.
Sifat kebersihan kerosine sesuai spesifikasi, ditunjukkan pada pengujian :
– Kandungan belerang, ASTMD 1266

2.6 Sifat Keselamatan

Sifat keselamatan kerosine meliputi keselamatan di dalam pengangkutan, penyimpanan


dan penggunaan. Kerosine harus memiliki salah satu sifat keselamatan yaitu bahwa
kerosine tidak terbakar akibat terjadi loncatan api. Bila kerosine terlalu mudah menguap
akan menaikkan tekanan sehingga menyebabkan terjadinya ledakan. Disamping itu
kemudahan menguap akan menurunkan titik nyala.
Sifat keselamatan kerosine sesuai spesifikasi, ditunjukkan pada pengujian :
– Flash Point, ASTMD 93

3. Signifikansi Pengujian Kerosine

Berdasarkan atas spesifikasi, parameter uji dan metode uji standar kerosine seperti
ditunjukkan pada Tabel berikut ini :

SPESIFIKASI KEROSINE

Batasan Metode
No. Parameter Satuan
Min Max ASTM Lain

1. Density 15 oC kg/m3 835 D 1298


2. Titik Asap mm 15 – D 1322

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 42 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
3. Nilai Jelaga (Char value) mg/kg – 40 D 613
4. Distilasi D 86
4.1 Perolehan pada 200 C o
% vol 18 – –
4.2 Titik Akhir o
C – 310 –
5. Titik Nyala Abel o
C 38,0 – – IP 170
6. Kandungan belerang % massa – 0,20 D 1266
7. Korosi bilah tenbaga ( (3 jam/50 C)
o
– No. 1 D 130
8. Bau dan warna Dapat dipasarkan

3.1 Density 15 oC, ASTMD 1298

Density adalah berat cairan per unit volume pada 15 oC dan 101,325 kPa dengan satuan
standar pengukuran misalnya kg/m3

Penetapan specific gravity (relative density), density, atau API gravity, ditetapkan
dengan metode hidrometer akan sangat akurat apabila suhu contoh sama atau mendekati
sama dengan suhu acuan. Specific Gravity (SG) dan API gravity dan density dikoreksi
dengan menggunakan “Tabel Pengukuran Minyak” mendasarkan pada angka muai rata-
rata dari tipikal material.. Suhu uji yang baik mendekati suhu acuan, atau bila suhu yang
digunakan yang berhubungan dengan pengukuran minyak curah mempunyai selisih ± 3
o
C.

a. Ruang Lingkup

 Metode uji ini mencakup penetapan secara laboratorium dengan menggunakan


hidrometer gelas, untuk penetapan specific gravity (relative density), atau API
gravity atau density suatu minyak mentah, produk minyak bumi atau campuran
produk minyak bumi dan produk non minyak bumi, yang biasa ditangani sebagai
cairan dan mempunyai tekanan uap Reid 101,325 kPa (14,696 psi) atau lebih kecil

 Nilai diukur dengan hidrometer baik pada suhu acuan ataupun suhu lain yang
dikehendaki, dan pembacaan dikoreksi terhadap suhu acuan dengan menggunakan
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 43 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Tabel Pengukuran Minyak; nilai yang diperoleh pada pembacaan hidrometer pada
suhu lain selain suhu acuan bukan pengukuran specific gravity.

 Nilai ditetapkan sebagai specific gravity (SG), dan density ditetapkan dari
pengukuran SG dan pengukuran suhu dengan menggunakan Tabel Pengukuran
Minyak.

c. Ringkasan Metode Uji


 Tuangkan contoh ke dalam silinder hidrometer yang bersih yang suhunya telah
dibuat tetap tanpa terjadi percikan, hindari terbentuknya gelembung udara, dan
minimalkan penguapan konstituen titik didih rendah bagi contoh-contoh yang
mudah menguap.
 Tempatkan silinder yang berisi contoh uji pada posisi tegak di tempat yang bebas
dari hembusan udara dan yang media suhu sekitar tidak berubah lebih dari 2 oC
selama waktu yang diperlukan sampai pengujian selesai. Masukkan termometer
yang sesuai atau alat pengukur suhu dan aduk contoh uji dengan batang pengaduk,
gunakan kombinasi gerakan dari gerakan vertikal dan gerakan memutar untuk
memperoleh suhu dan kerapatan merata di seluruh silinder hidrometer. Catat suhu
contoh dengan ketelitian 0,1oC dan ambil termometer/alat pengukur suhu dan batang
pengaduk dari silinder hidrometer.
 Tenggelamkan hidrometer yang sesuai ke dalam cairan dan lepaskan apabila telah
berada dalam posisi keseimbangan, batang termometer yang berada di atas
permukaan cairan dijaga agar tidak basah saat hidrometer mengapung bebas.
 Apabila hidrometer telah diam mengapung bebas dari dinding silinder, catat
pembacaan skala hidrometer dengan ketelitian satu per lima pembagian skala penuh

Perhitungan

Specific gravity pada 60/60 oF (SG 60/60 oF) dan density 15 oC diperoleh dengan
mengkonversikan pembacaan skala hidrometer dan suhu sampel dengan menggunakan

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 44 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
bagian yang sesuai dari Tabel Pengukuran Minyak (TPM) ASTMD 1250, sesuai Tabel
21 untuk SG 60/60oF atau Tabel 3 untuk API gravity atau Tabel 51 untuk density 15oC .

Laporan
 Laporkan nilai SG 60/60 oF dengan tidak berdemensi pada dua suhu acuan, dengan
ketelitian 0,0001.
 Laporkan nilai akhir API gravity dengan ketelitian 0,1 oAPI
 Laporkan nilai Density 15 oC dalam kilogram per kubik meter dengan ketelitian 0,1
kg/m3

c. Signifikansi
1. Ketepatan pengukuran SG 60/60 oF atau API gravity atau density 15 oC dari minyak
bumi dan produk-produknya diperlukan untuk konversi volume terukur ke volume
atau massa, atau keduanya, pada suhu acuan standar selama pelaksanaan transfer.

2. Metode uji ini sangat sesuai untuk penetapan SG 60/60 oF atau API gravity atau
density 15 oC dari cairan transparan berviskositas rendah. Metode uji ini juga dapat
digunakan untuk cairan kental dengan mendiam-kan hidrometer untuk beberapa
waktu sampai mencapai keseimbangan, dan untuk cairan gelap dengan
menggunakan

koreksi meniskus yang sesuai.

3. Apabila digunakan dalam hubungannya dengan pengukuran minyak curah,


kesalahan koreksi volume dapat diminimalkan dengan pengamatan pembacaan
hidrometer pada suhu yang berdekatan dengan suhu minyak curah itu.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 45 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar 1 : Pembacaan skala hidrometer Gambar 2: Pembacaan skala hidrometer


Untuk Cairan Transparan Untuk Cairan Opaque

4. SG 60/60 oF atau API gravity atau density 15 oC adalah faktor penentu mutu dan
harga minyak mentah. Tetapi, sifat minyak ini merupakan suatu indikasi yang tidak
jelas atas mutunya karena itu dikorelasikan dengan sifat-sifat yang lain. SG 60/60 oF
atau density 15 oC merupakan suatu indikator mutu yang penting bagi bahan bakar
otomotif, aviasi dan bahan bakar kapal, dimana density berpengaruh terhadap
penyimpanan, penanganan dan pembakaran.

d. Interpretasi

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 46 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Nilai density 15 oC pada spesifikasi kerosine maksimum 835 kg/m 3. Penyimpangan nilai
density pada 15 oC menunjukkan bahwa kerosine tidak memenuhi spesifikasi. Density
adalah faktor penentu mutu dan harga kerosine. Tetapi, sifat ini merupakan suatu
indikasi yang tidak jelas atas mutunya karena itu harus dikorelasikan dengan sifat-sifat
yang lain.
Interpretasi hasil pengujian terhadap density 15 oC adalah :
 Bila diperoleh hasil uji di atas 835 kg/m3, maka kerosine itu :
– terkontaminasi oleh fraksi yang lebih berat, nisalnya kerosine
– Mengandung senyawaan naften dan aromat tinggi, sehingga pada pembakaran
kerosene banyak asap
 Bila hasil uji jauh di bawah 835 kg/m3, maka kerosine itu :
– terkontaminasi oleh fraksi yang lebih ringan, misalnya mogas
– mengandung senyawaan parafin dan iso parafin tinggi, berarti kerosine mudah
menguap sehingga dapat mengakibatkan terjadinya ledakan

3.2 Pengujian Titik Asap, ASTMD 1322

Titik asap (smoke point) adalah ketinggian maksimum nyala yang tidak berasap,
dinyatakan dalam milimeter dari suatu bahan bakar bila dibakar dalam sumbu lampu
yang didesain khusus. Titik asap berhubungan dengan sifat pembakaran, sifat kebersihan
dan pencemaran, yang kesemuanya ini berhubungan dengan komposisi hidrokarbon
kerosine. Poli naften dan mono aromat dan poli aromat penyebab kerosine berasap dan
menurunkan nilai pembakaran.

a. Ruang Lingkup Metode

Metode uji ini mencakup prosedur untuk penetapan titik nyala kerosine dan bahan bakar
aviasi turbin.

b. Ringkasan Metode

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 47 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Contoh dibakar di dalam sumbu lampu yang tertutup yang tiap hari dikalibrasi terhadap
campuran hidrokarbon murni yang telah diketahui nilai titik nyalanya. Ketinggian
maksimum nyala yang tidak berasap yang dapat dicapai dari bahan bakar yang diuji
ditetapkan dengan ketelitian 0,5 mm.

c. Signifikansi

Metode uji ini menunjukkan suatu indikasi nyala relatif berasap dari bahan bakar
kerosine dan aviasi turbine dalam sebuah defusi nyala. Titik nyala berhubungan dengan
komposisi hidrokarbon bahan bakar. Umumnya bahan bakar yang lebih mengandung
senyawaan aromatik memberikan nyala yang berasap. Tingginya titik nyala
menunjukkan bahwa bahan bakar cenderung mempunyai titik nyala yang rendah.
Secara kuantitatif titik nyala berhubungan dengan perpindahan panas radiant dari hasil
pembakaran dari bahan bakar. Besarnya radiant perpindahan panas berpengaruh kuat
terhadap suhu logam yang terdapat dalam sistem peralatan pembakaran. Untuk bahan
bakar aviasi turbine berpengaruh terhadap suhu logam pada saluran pembakar
(combustor liner) dan bagian yang panas lainnya.

d. Interpretasi

Nilai titik nyala pada spesifikasi adalah minimum 15 mm. Bila titik nyala di bawah nilai
minimum, ini berarti bahan kerosine itu pada pembakaran dihasilkan banyak asap. Ini
menunjukkan bahwa nilai kalori bahan bakar ini rendah, dan juga mengakibatkan
terjadinya pencemaran lingkungan.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 48 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar : Lampu Titik Asap

3.3 Pengujian Nilai Jelaga, IP 10

Kerosine harus memiliki kebersihan nyala dan kelangsungan nyala, serta tidak
memberikan tendensi pembakaran yang dapat membentuk jelaga, dan deposit karbon.
Pengujian nilai jelaga (char value) merupakan pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui kebersihan dari adanya kontaminasi dari fraksi berat yang disebabkan oleh
lamanya waktu penyimpanan.

a. Ruang Lingkup

Metode uji ini mencakup untuk penetapan sifat – sifat pembakaran suatu produk
kerosine sebagai bahan bakar alat penerangan dan bahan bakar kompor.

b. Ringkasan Metode

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 49 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Sejumlah contoh dibakar dalam suatu lampu khusus selama 24 jam dengan nyala api
pada ukuran dan bentuk ketajaman yang khusus di dalam ruangan yang bebas dari aliran
udara. Pada akhir waktu test konsumsi dari kerosine dan jumlah arang yang terbentuk
pada sumbunya, kemudian ditimbang dan hasilnya dilaporkan dalam satuan mg/kg dari
contoh.

c. Signifikasi

Nilai jelaga adalah suatu metode yang bertujuan untuk menentukan sifat kebersihan
bahan bakar kerosine sebagai bahan bakar alat penerangan dan bahan bakar kompor.

d. Interpretasi

Pada spesifikasi minyak tanah (kerosine), nilai jelaga maksimum 40 mg/kg. Bila dari
hasil pengujian diperoleh hasil di atas 40 mg/kg, ini menunjukkan bahwa bahan bakar
kerosine terkontaminasi oleh fraksi yang lebih berat, dan juga mungkin disebabkan oleh
lamanya penyimpanan.

3.4 Pengujian Distilasi, ASTMD 86


Distilasi pada dasarnya adalah menguapkan cairan dengan cara dipanaskan, kemudian
uapnya didinginkan untuk menghasilkan distilat

Pengertian - pengertian yang penting dalam suatu distilasi adalah :


a. Initial Boiling Point (IBP) adalah pembacaan termometer pada saat tetesan kondensat
pertama jatuh yang terlihat pada ujung tabung kondenser.
b. Prosen evaporated adalah jumlah persen antara cairan yang diperoleh dan persen yang
hilang

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 50 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

c. Persen recovered adalah persen maksimum yang diperoleh dari suatu distilasi, terbaca
pada tabung (gelas ukur) penampung distilat.
d. End point alan Final Boiling Point (FBP) adalah pembacaan suhu maksimum selama
distilasi berlangsung. lni terjadi setelah cairan dalam tabung distilasi teruapkan
semua.
Juga disebut suhu maksimum.

a. Ruang Lingkup

 Metode uji ini mencakup distilasi atmosferik dari produk minyak bumi menggunakan
unit penangas laboratorium untuk menentukan secara kuantitatif karakteristik kisaran
titik didih dari produk-produk minyak bumi, yaitu gasoline alam (natural gasoline),
distilat ringan dan distilat tengahan, bahan bakar mesin otomotif penyalaan busi,
aviasi gaoline, aviasi turbine, I-D dan 2-D regular dan bahan bakar diesel sulfur
rendah, spesial petroleum spirit, nafta, white spirit, kerosine, dan bahan bakar burner
grade 1 dan 2.
 Metode uji ini didesain untuk pengujian bahan bakar distilat, tidak digunakan untuk
produk - produk yang mengandung sejumlah bahan residu.

b. Ringkasan Metode

Contoh sebanyak 100 mL didistilasi pada kondisi standar pengujian. Pembacaan suhu
dilakukan pada saat initial boiling point (IBP), 10 % volume distilat, 20 % volume
distilat, 30 % volume distilat, 40 % volume distilat, 50 % volume distilat, 60 % volume
distilat, 70 % volume distilat, 80 % volume distilat, 90 % volume distilat, titik akhir,
residu, kehilangan penguapan, dan jumlah volume pada suhu 200 °C

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 51 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar: Rangkaian Peralatan Distilasi menggunakan Gas Burner

c. Signifikansi

Sifat volatilitas (distilasi) hidrokarbon rnempunyai pengaruh yang penting untuk


keselamatan dan unjuk kerja, khususnya untuk bahan bakar distilat dan solvent. Kisaran
titik didih memberikan informasi terhadap komposisi, sifat-sifat dan perilaku bahan
bakar minyak selama penyimpanan dan penggunaan.
Volatilitas (kemudahan menguap) adalah faktor pokok yang menentukan kecenderungan
campuran hidrokarbon untuk menghasilkan uap yang mudah meledak.

d. Interpretasi

 Pada spesifikasi kerosine, perolehan distilasi pada 200 oC minimum 18 % vol. Bila
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 52 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

hasil pengujian di bawah nilai minimum, ini berarti banyak mengandung fraksi yang
lebih berat atau kandungan naften dan aromat tinggi. Hal ini dimungkinkan
terjadinya kontaminasi oleh fraksi yang lebih berat. Sebaliknya bila sifat penguapan
bahan bakar. terlalu tinggi, maka tekanan akan membesar secara tiba–tiba sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya ledakan.
 Pada spesifikasi kerosine, nilai titik akhir maksimum 310 oC. Bila hasil pengujian di
atas nilai maksimumnya, ini berarti banyak mengandung fraksi yang lebih berat atau
kandungan naften dan aromat tinggi. Akibatnya dalam pembakaran timbul asap yang
lebih tebal. Hal ini dimungkinkan terjadinya kontaminasi oleh fraksi yang lebih
berat.

3.5 Pengujian Titik Nyala Abel, IP 170

Titik nyala adalah suhu terendah yang terkoreksi terhadap tekanan barometer 101,3 kPa,
yang digunakan untuk pengujian nyala uap dari contoh yang dapat terbakar pada
kondisi pengujian khusus.

a. Ruang Lingkup

Metode standar ini untuk penetapan titik nyala mangkok tertutup (flash point closed cup)
dari produk minyak bumi dan cairan lain yang mempunyai titik nyala antara – 30 oC dan
70 oC. Presisi metode ini hanya valid untuk flash point dalam kisaran – 5 oC sampai 66,6
o
C.
b. Ringkasan Metode

Contoh ditempatkan dalam mangkok peralatan Abel dan dipanaskan pada kecepatan
tertentu. Sebuah nyala api uji kecil langsung dilewatkan di atas mangkok yang terdapat
uap contoh dengan interval waktu tertentu. Titik nyala dilaporkan sebagai suhu terendah
dimana nyala api uji menyebabkan uap di atas contoh uji menyala sesaat yang ditandai
percikan nyala api dalam mangkok.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 53 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
c. Signifikansi

1. Metode uji ini digunakan untuk mengukur dan menggambarkan tentang sifat – sifat
bahan, produk yang dapat memberikan respon terhadap panas dan nyala di bawah
kondisi pengujian laboratorium. Metode uji ini tidak dapat digunakan untuk
menggambarkan bahaya kebakaran atau resiko kebakaran dari suatu bahan, produk
di bawah kondisi kebakaran yang sebenarnya. Namun demikian, hasil pengujian
dapat digunakan sebagai salah satu elemen asesmen resiko kebakaran dari beberapa
faktor asesmen bahaya kebakaran.

2. Titik nyala digunakan dalam pengapalan, penyimpanan, penanganan dan peraturan


keselamatan yang diklasifikasikan sebagai bahan dapat menyala (flammable
material) dan bahan dapat terbakar (combustible material)

d. Interpretasi

Pada spesifikasi kerosine, nilai titik nyala Abel minimum 38 oC. Bila pada hasil

pengujian diperoleh nilai lebih kecil dari 38 oC, ini menunjukkan bahwa kerosine
mengandung bahan yang mempunyai volatilitas tinggi relatif terhadap bahan non volatil
atau bahan non flammable. Menunjukkan bahwa kerosine terkontaminasi oleh fraksi
yang lebih ringan sehingga mempunyai sifat flammable (dapat menyala) atau
combustion (dapat terbakar).

3.6 Pengujian Kandungan Belerang, ASTMD 1266

Senyawaan sulfur dalam minyak bumi dan produknya banyak jenisnya, antara lain
hidrogen sulfida (H2S), merkaptan berat (RSH), sulfida (RSR), disulfida (RSSR), siklo

sulfida (CH2)5S, alkil sulfat (R2SO4), asam sulfonat (RSO2OH), sulfoksida (RSOR),

sulfona (RSO2R), tiofena (C4H4S) dan benzotiofena (C8H6S). Oleh sebab itu dalam
pengujiannya dikatakan sebagai sulfur jumlah. Sulfur dalam bahan bakar minyak dapat
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 54 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
meyebabkan bau yang tak menyenangkan, ikut membentuk gum dan sludge dalam
penyimpanan, dan dalam pembakaran akan menimbulkan asap dan menyebabkan korosi.
Tidak semua akibat sulfur merugikan. Sulfur yang ada dalam aditif bersifat sebagai
penghambat oksidasi (oxidation inhibitor) dalam minyak lumas, sementara ada senyawa
sulfur yang bertindak penghambat korosi dalam lumas gear atau sebagai extreem
pressure properties untuk cutting oil.

a. Ringkasan Metode

 Metode uji ini mencakup penetapan total sulfur dalam produk – produk minyak bumi
cair dalam konsentrasi dari 0,01 – 0,4 % massa. Khusus prosedur untuk analisis
sulfat yang terdapat pada halaman tambahan dapat digunakan untuk penetapan sulfur
dalam konsentrasi paling rendah 5 mg/kg.
 Prosedur pembakaran langsung digunakan untuk analisis bahan seperti gasoline,
kerosine, nafta, dan cairan lain yang dapat terbakar sempurna oleh sumbu lampu.
Prosedur campuran digunakan untuk analisis gas oils dan minyak bakar distilat,
asam naftenat, alkil fenol, produk petroleum dengan kandungan sulfur tinggi dan
banyak bahan lain yang tidak dapat terbakar dengan baik oleh prosedur pembakaran
langsung.
 Senyawaan fosfor yang mungkin terdapat dalam komersial gasoline tidak menganggu
dalam penetapan ini. Koreksi diberikan untuk jumlah asam kecil yang dihasilkan dari
pembakaran anti ketuk cairan timbal (lead anti knock fluids) dalam gasoline.
Terbentuknya asam atau basa dalam pembakaran yang berasal dari unsur lain akan
mengganggu pada penetapan dengan cara titrasi, dalam prosedur tidak diberikan
koreksi.

b. Ringkasan Metode

 Contoh dibakar dalam suatu sistem yang tertutup dengan lampu dan udara buatan
terdiri dari 70% CO2 dan 30% O2 untuk mencegah terbentuknya NOx. Oksida sulfur

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 55 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
yang terbentuk diserap dan dioksidasi oleh larutan hidrogen peroksida (H 2O2),

menghasilkan asam sulfat (H2SO4), dan kemudian dihembus (flushing) dengan udara

untuk menghilangkan CO2 yang terlarut. Sulfur sebagai sulfat di dalam larutan H2O2
(absorbent), ditetapkan secara asidimetri dengan titran larutan standar NaOH, atau
ditetapkan secara gravimetri dengan diendapkan sebagai barium sulfat.
 Alternatif lain, sampel dibakar dalam udara. Sulfur sebagai sulfat di dalam
absorbent ditetapkan dengan diendapkan sebagai barium sulfat, dipanaskan dan
ditimbang sebagai Barium sulfat.
 Untuk kandungan sulfur di bawah 0,01% massa, sulfat di dalam absorbent
ditetapkan dengan cara turbidimetri sebagai Barium sulfat.

Perhitungan

Hitung kandungan sulfur dalam contoh cair sebagai berikut :

Kandungan sulfur, % massa = 16,03 M x (A / 10 W)

dimana :

A = mL larutan NaOH yang diperlukan untuk titrasi asam dalam larutan


absorbent dari pembakaran contoh
M = Molaritas larutan NaOH
W = gram contoh yang terbakar

c. Signifikansi

Pengujian ini dimaksudkan untuk memantau tingkat kandungan Sulfur dalam


berbagai macam produk minyak bumi dan aditif. Dengan mengetahui tingkat
kandungan sulfur dapat digunakan untuk memprediksi unjuk kerja suatu produk,
penanganan atau mengetahui sifat– sifar suatu umpan untuk proses pengolahan.
Dalam beberapa hal keberadaan senyawaan sulfur dapat memberikan informasi

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 56 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
terhadap mutu suatu produk, dan dilain hal senyawaan sulfur akan merugikan
peralatan proses atau penggunaan produk.

d. Interpretasi

Dalam spesifikasi kerosine nilai kandungan belerang (sulphur content) maksimum 0,20
% massa. Bila dari hasil pengujian diperoleh kandungan sulfur lebih besar dari 0,20 %
massa, akan menyebabkan penurunan nilai kalor bahan bakar. Disamping menyebabkan
pencemaran udara dan menaikkan sifat korosifitas pada gas buang pada pembakaran.
Tidak ada hubungan antara tingkat korosifitas dengan besarnya nilai kandungan total
sulfur.

3.7 Pengujian Korosi Bilah Tembaga, ASTMD 130

Sifat korosif kerosine disebabkan oleh sulfur bebas, dan senyawaan sulfur reaktif
(terutama merkaptan dan hidrogen sulfida). Senyawaan sulfur ini reaktif terhadap
tembaga, menghasilkan noda dari kupri merkaptida yang berwarna merah kecoklatan.
Merkaptan diklasifikasikan atas merkaptan ringan dan merkaptan berat. Bahan bakar
yang mengandung merkaptan berlebihan perlu dilakukan treating dengan proses soda
washing. Proses ini hanya menghilangkan merkaptan ringan, sedang merkaptan berat
tidak hilang oleh proses ini. Pengujian korosif ini sebagai uji kualitatif, sedang uji
kuantitatifnya ditetapkan sebagai merkaptan sulfur.

a. Ruang Lingkup Metode

Metode ini digunakan untuk mendeteksi korosi tembaga dari aviasi gasoline, aviasi
turbin, otomotif gasoline, natural gasoline atau hidrokarbon yang mempunyai tekanan
uap Reid tidak lebih besar dari 18 psi (124 kPa), solven pencuci, kerosine, minyak
diesel, minyak bakar distilat, minyak lumas, dan produk minyak bumi yang penting
lainnya.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 57 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
b. Ringkasan Metode

Lempengan tembaga yang telah digosok bersih, dicelupkan ke dalam sejumlah sampel
dan dipanaskan pada suhu tertentu dan dengan waktu tertentu sesuai dengan sifat dari
sampel yang diuji. Pada akhir pengujian lempengan tembaga diambil, dicuci, dan
warnanya dibandingkan dengan korosi bilah tembaga standar ASTM (ASTM Copper
Strip Corrosion Standards).

Laporan Hasil
Laporan pengujian korosif bilah tembaga adalah salah satu warna ASTM dari warna
standar ASTM, sesuai dengan Tabel di bawah ini.

Tabel: Klasifikasi Bilah Tembaga

Klasifikasi Penandaan Deskripsi


Bilah gosokan baru
1 agak kusam a. oranye muda, hampir sama dengan bilah
gosokan baru
b. oranye gelap
2 kusam tengah a. merah anggur
b. bungan lavender
c. multiwarna dengan lavender biru atau perak,
atau kedua-duanya
d. keperak-perakan
e. warna brass, warna emas

3 kusam gelap a. magenta (merah tua) yang menutupi warna


brass
b. multiwarna dengan merah dan hijau (burung
merak), tetapi bukan abu-abu
4 korosi a. hitam transparan, abu-abu gelap atau coklat
dengan hijau burung merak
b. grafit atau agak kehitaman
c. hitam mengkilap atau manik hitam

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 58 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
c. Signifikansi

Minyak bumi yang mengandung sulfur, umumnya dihilangkan selama proses


pengolahan. Bagaimanapun, senyawaan sulfur masih tertinggal dalam produk yang
dihasilkan, di antaranya bersifat korosif terhadap berbagai jenis logam. Sifat korosifitas
sulfur tidak terkait langsung dengan kandungan sulfur jumlah (total sulfur), namun
bergantung pada jenis senyawaannya. Pengujian korosifitas bilah tembaga ditujukan
untuk mengetahui tingkat korosif dari produk minyak bumi.

d. Interpretasi

Pada spesifikasi uji korosi bilah tembaga 3 jam pada 50 oC adalah maksimum warna
ASTM No. 1. Bila lebih tinggi, maka memungkinkan kerosine bersifat korosif

3. SIGNIFIKANSI PENGUJIAN
MINYAK SOLAR

1. Pendahuluan
Bahan bakar solar atau minyak solar adalah bahan bakar yang digunakan untuk mesin
diesel putaran tinggi di atas 1000 rpm. Bahan bakar solar disebut juga High Speed Diesel
(HSD) atau Automotif Diesel Oil (ADO). Pada motor diesel penyalaannya adalah
penyalaan kompresi, merupakan jenis mesin Internal Combustion Engine. Berbeda
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 59 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
dengan motor bensin dimana motor bensin penyalaannya menggunakan busi motor, baik
dua langkah maupun empat langkah. Minyak solar adalah campuran kompleks
hidrokarbon C15 – C20 , yang mempunyai trayek didih antara 260–315 oC. Mutu minyak
solar yang baik adalah bahwa minyak solar harus memenuhi batasan sifat – sifat yang
tercantum pada spesifikasi dalam segala cuaca. Secara umum minyak solar adalah mudah
teratomisasi menjadi butiran – butiran halus, sehingga dapat segera menyala dan terbakar
dengan sempurna sesuai dengan kondisi dalam ruang bakar mesin.
Beberapa batasan sifat–sifat minyak solar, baik sifat fisika maupun sifat kimia yang
harus dipenuhi di dalam penggunaannya adalah :
– Mesin mudah di starter dalam keadaan dingin
– Tidak menimbulkan ketukan
– Mempunyai kemampuan pengkabutan yang sempurna
– Mempunyai komposisi kimia yang tidak menyebabkan pembentukan kerak
(forming deposits)
– Tidak menimbulkan pencemaran udara

2. Karakteristik Minyak Solar


Penggunaan minyak solar harus aman, tidak membahayakan manusia, tidak merusak
mesin, harus efisien dalam penggunaanya serta tidak menimbulkan pencemaran bagi
lingkungan. Untuk memberi jaminan mutu bagi pelanggan dalam hal keselamatan dan
kenyamaan, minyak solar secara cepat dapat dilihat dari sifat/spesifikasi.
Sifat-sifat Minyak Solar :
1. sifat umum 5. sifat kestabilan
2. sifat mutu pembakaran 6. sifat kemudahan mengalir
3. sifat penguapan 7. sifat keselamatan
4. sifat pengkaratan

2.1 Sifat Umum

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 60 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Sifat umum minyak solar sangat erat hubungannya dengan pemuatan, kontaminasi,
material balance dan transaksi jual – beli.
Sifat umum minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Specific Gravity 60/60 oF, ASTMD 1298
– Density 15 oC, ASTMD 1298

2.2 Sifat Mutu Pembakaran ( ignition quality)

Minyak solar dapat memberikan kerja mesin yang memuaskan apabila dapat
menghasilkan pembakaran sempurna dalam ruang bakar. Udara yang dikompresikan ke
dalam ruang bakar mesin sampai tekanan antara 20 – 30 kgf/cm 2 sehingga suhu dalam
ruang bakar berkisar 650–750 oC. Pembakaran yang sempurna dapat dilakukan dengan
menginjeksikan bahan bakar (berupa kabut) ke dalam ruang bakar yang di dalamnya
terdapat udara panas sehingga mampu menyalakan bahan bakar. Pembakaran yang
terjadi menyebabkan tekanan dalam ruang bakar naik secara mendadak dan
menimbulkan tenaga. Bila hal ini dipenuhi, maka tidak akan terjadi ketukan (knocking)
di dalam mesin.
Ketukan (knocking)
Ketukan dalam mesin diesel terjadi akibat keterlambatan terbakarnya bahan bakar di
dalam ruang bakar. Ini disebabkan oleh terjadinya akumulasi bahan bakar di dalam ruang
bakar, dan begitu terbakar maka akan terjadi ledakan secara berturut – turut.
Jarak waktu antara bahan bakar diinjeksikan ke ruang bakar (silinder) sampai saat
terbakar, disebut waktu tunda (delay period), dinyatakan dalam menit. Waktu tunda
yang panjang akan menyebabkan terakumulasinya bahan bakar cukup banyak, akibatnya
terjadi penyalaan yang spontan dan akan menimbulkan suatu kenaikkan tekanan yang
mendadak dan mengakibatkan pukulan yang hebat pada ruang bakar. Hal ini dapat
menimbulkan suara yang keras yang selanjutnya disebut Diesel Knock.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 61 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Sifat mutu pembakaran adalah salah satu ukuran sifat bahan bakar minyak solar. Minyak
solar bermutu rendah mempunyai waktu tunda lebih lama. Sifat ini ditunjukkan oleh
besar kecilnya angka setana (cetane number).
Sifat mutu pembakaran minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Diesel Index
– Cetane Index
– Cetane Number

2.3 Sifat Penguapan (volatility)


Dalam penggunaannya, diharapkan bahwa minyak solar akan teruapkan sempurna dan
terdistribusikan merata di dalam ruang bakar, sehingga dapat terbakar sempurna. Karena
bahan bakar dapat terbakar sempurna, mengakibatkan mudahnya starting pada mesin,
waktu pemanasan mesin dan akselerasi. Jika minyak solar sulit untuk terjadi penguapan
maka minyak solar tersebut akan sulit pula untuk memenuhi kemudahan start mesin dan
rendahnya akselerasi mesin. Bila tingkat penguapannya rendah, ini menunjukkan bahwa
di dalam minyak solar terdapat fraksi yang lebih berat.
Sifat penguapan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Distilasi ASTMD 86
– Flash Point ASTMD 93

2.4 Sifat Pengkaratan (corrosivity)


Unsur-unsur dalam minyak solar di samping hidrokarbon, terdapat pula unsur-unsur
sulfur, oksigen, nitrogen, halogen dan logam. Senyawa unsur yang bersifat korosif
adalah senyawa sulfur. Senyawa-senyawa sulfur dalam minyak solar yang korosif dapat
berupa hidrogen sulfida, merkaptan, tiofena. Pada pembakaran bahan bakar senyawaan
sulfur akan teroksidasi oleh oksigen dalam udara menghasilkan oksida sulfur. Bila
oksida sulfur ini bereaksi dengan uap air akan menghasilkan asam sufat. Terbentuknya
asam sulfat ini dapat bereaksi dengan logam, terutama dalam gas buang. Terdapatnya
senyawaan sulfur dalam minyak solar dapat juga ditunjukkan oleh tingkat keasaman

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 62 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
minyak solar itu. Makin tinggi sifat keasaman sifat pengkaratan makin besar terutama
bila minyak solar terdapat strong acid number.
Sifat pengkaratan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– kandungan sulfur, ASTM D. 1266
– copper strip corrosion, ASTMD 130
– strong acid number, ASTMD 974
– total acid number, ASTMD 974

2.5 Sifat Kebersihan (cleanless)

Sifat kebersihan minyak solar yang berhubungan dengan ada / tidaknya kotoran yang
terdapat di dalam minyak solar, sebab kotoran ini akan berpengaruh terhadap mutu,
karena dapat mengakibatkan kegagalan dalam suatu operasi dan merusak mesin. Kotoran
itu dapat berupa air, lumpur, atau endapan atau sisa pembakaran yang berupa abu dan
karbon. Untuk itu makin kecil adanya kotoran di dalam minyak solar makin baik mutu
bahan bakar tersebut.
Sifat kebersihan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Color ASTM, ASTMD 1500
– Water content, ASTMD 96
– CCR (10 % vol. bottom), ASTMD 189
– Ash content, ASTMD 482
– Sediment by Extraction, ASTMD 473

2.6 Sifat Keselamatan

Sifat keselamatan minyak solar meliputi keselamatan di dalam pengangkutan,


penyimpanan dan penggunaan. Minyak solar harus memiliki salah satu sifat keselamatan
yaitu bahwa minyak solar tidak terbakar akibat terjadi loncatan api.
Sifat kebersihan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Flash Point, ASTMD 93

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 63 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

2.7 Sifat Kemudahan Mengalir

Sifat kemudahan mengalir minyak solar dinyatakan sebagai viskositas dinamik dan
viskositas kinetik. Viskositas dinamik adalah ukuran tahanan untuk mengalir dari suatu
zat cair, sedang viskositas kinetik adalah tahanan zat cair untuk mengalir karena gaya
berat. Bahan yang mempunyai viskositas kecil menunjukkan bahwa bahan itu mudah
mengalir, sebaliknya bahan dengan viskositas tinggi sulit mengalir. Suatu minyak bumi
atau produknya mempunyai viskositas tinggi berarti minyak itu mengandung
hidrokarbon berat (berat molekul besar), sebaliknya viskositas rendah maka minyak itu
banyak mengandung hidrokarbon ringan.
Viskositas minyak solar erat kaitannya dengan kemudahan mengalir pada pemompaan,
kemudahan menguap untuk pengkabutan dan mampu melumasi fuel pump plungers.
Penggunaan bahan bakar yang mempunyai viskositas rendah dapat menyebabkan
keausan pada bagian-bagian pompa bahan bakar. Apabila bahan bakar mempunyai
viskositas tinggi, berarti tidak mudah mengalir sehingga kerja pompa dan kerja injektor
menjadi berat.
Sifat kebersihan minyak solar sesuai spesifikasi ditunjukkan pada pengujian :
– Viskositas Kinematik, ASTMD 445
– Pour Point, ASTMD 97

3. Signifikansi Pengujian Minyak solar

Berdasarkan atas spesifikasi, parameter uji dan metode uji standar minyak solar seperti
ditunjukkan pada Tabel 3 – 1

Tabel 3 – 1 : SPESIFIKASI MINYAK SOLAR

No. Parameter Satuan Batasan Metode

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 64 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Min Max ASTM Lain

9. Specific Gravity at 60/60 oF – 0,820 0,870 D 1298


10. Density 15 C o
gr/ml 0,815 0,870 D 1298
11. Color ASTM – – 3,0 D 1500
12. Cetane Number or – 45 – D 613
13. Alternatively Calculated Cetane – 48 – D 976
Index
14. Viscosity Kinematic at 100oF cSt 1,6 5,8 D 445
15. Pour Point o
F – 18 D 97
16. Sulphur Content % wt – 0,5 D 1552
17. CCR (10 % vol. bottom) % wt – 0,1 D 189
18. Water Content % wt – 0,05 D 96
19. Sediment by Extraction % wt – 0,01 D 473
20. Ash Content % wt – 0,01 D 482
21. o
Copper strips (3 hrs/100 C) – No. 1 D 130
22. Strong Acid Number mg KOH/gr – Nol D 974
23. Total Acid Number mg KOH/gr – 0,6 D 974
24. Flash Point o
C 60 – D 93
25. Distilasi D 86
IBP o
C – –
10 % vol. Rec. o
C – –
50 % vol. Rec. o
C – –
90 % vol. Rec. o
C – –
Rec.at 300 C o
% vol. 40 –

3.1 Pengujian Specific Gravity dan Density, ASTMD 1298

 Specific Gravity (Relative density) adalah perbandingan massa sejumlah volume


zat pada suhu tertentu terhadap massa air murni dengan volume yang sama pada suhu
yang sama atau suhu yang berbeda.
Oleh sebab itu specific gravity dinyatakan dengan dua angka suhu. Angka pertama
menunjukkan suhu zat, sedang angka kedua menunjukkan suhu air. Umumnya suhu

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 65 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
acuan meliputi 60/60oF, 20/20oC, 20/4oC. Kedua suhu acuan harus dinyatakan secara
eksplisit.

 API gravity adalah fungsi khusus dari realtive density (specific gravity) 60/60 oF,
dinyatakan dengan rumusan :
o
API = 141,5 / (sp gr 60/60 oF) – 131,5

Berat jenis API tidak diperlukan pernyataan suhu acuan, sebab 60 oF sudah termasuk
dalam definisi.

 Density adalah berat cairan per unit volume pada 15 oC dan 101,325 kPa dengan
satuan standar pengukuran misalnya kg/m3
Penetapan specific gravity (relative density), atau API gravity dan density ditetapkan
dengan metode hidrometer akan sangat akurat apabila suhu contoh sama atau mendekati
sama dengan suhu acuan. Specific Gravity (SG) dan API gravity dan density dikoreksi
dengan menggunakan Tabel Pengukuran Minyak mendasarkan pada angka muai rata-rata
dari tipikal material.. Suhu uji yang baik mendekati suhu acuan, atau bila suhu yang
digunakan yang berhubungan dengan pengukuran minyak curah mempunyai selisih ±
3oC.

a. Ruang Lingkup

 Metode uji ini mencakup penetapan secara laboratorium dengan menggunakan


hidrometer gelas, untuk penetapan specific gravity (relative density), atau API
gravity atau density suatu minyak mentah, produk minyak bumi atau campuran
produk minyak bumi dan produk non minyak bumi, yang biasa ditangani sebagai
cairan dan mempunyai tekanan uap Reid 101,325 kPa (14,696 psi) atau lebih kecil

 Nilai diukur dengan hidrometer baik pada suhu acuan ataupun suhu lain yang
dikehendaki, dan pembacaan dikoreksi terhadap suhu acuan dengan menggunakan
Tabel Pengukuran Minyak; nilai yang diperoleh pada pembacaan hidrometer pada
suhu lain selain suhu acuan bukan pengukuran specific gravity.
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 66 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
 Nilai ditetapkan sebagai specific gravity (SG), dan density ditetapkan dari
pengukuran SG dan pengukuran suhu dengan menggunakan Tabel Pengukuran
Minyak.

e. Ringkasan Metode Uji

 Tuangkan contoh ke dalam silinder hidrometer yang bersih yang suhunya telah
dibuat tetap tanpa terjadi percikan, hindari terbentuknya gelembung udara, dan
minimalkan penguapan konstituen titik didih rendah bagi contoh-contoh yang
mudah menguap.
 Tempatkan silinder yang berisi contoh uji pada posisi tegak di tempat yang bebas
dari hembusan udara dan yang media suhu sekitar tidak berubah lebih dari 2 oC
selama waktu yang diperlukan sampai pengujian selesai. Masukkan termometer
yang sesuai atau alat pengukur suhu dan aduk contoh uji dengan batang pengaduk,
gunakan kombinasi gerakan dari gerakan vertikal dan gerakan memutar untuk
memperoleh suhu dan kerapatan merata di seluruh silinder hidrometer. Catat suhu
contoh dengan ketelitian 0,1oC dan ambil termometer/alat pengukur suhu dan batang
pengaduk dari silinder hidrometer.
 Tenggelamkan hidrometer yang sesuai ke dalam cairan dan lepaskan apabila telah
berada dalam posisi keseimbangan, batang termometer yang berada di atas
permukaan cairan dijaga agar tidak basah saat hidrometer mengapung bebas.
 Apabila hidrometer telah diam mengapung bebas dari dinding silinder, catat
pembacaan skala hidrometer dengan ketelitian satu per lima pembagian skala penuh

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 67 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar 1 : Pembacaan skala hidrometer


Untuk Cairan Transparan

Perhitungan

Specific gravity pada 60/60 oF (SG 60/60 oF) dan density 15 oC diperoleh dengan
mengkonversikan pembacaan skala hidrometer dan suhu sampel dengan menggunakan
bagian yang sesuai dari Tabel Pengukuran Minyak (TPM) ASTMD 1250, sesuai Tabel
21 untuk SG 60/60oF atau Tabel 3 untuk API gravity atau Tabel 51 untuk density 15oC .

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 68 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar 2: Pembacaan skala hidrometer


Untuk Cairan Opaque

Laporan
 Laporkan nilai SG 60/60 oF dengan tidak berdemensi pada dua suhu acuan, dengan
ketelitian 0,0001.
 Laporkan nilai akhir API gravity dengan ketelitian 0,1 oAPI
 Laporkan nilai Density 15 oC dalam kilogram per kubik meter dengan ketelitian 0,1
kg/m3
c. Signifikansi

1. Ketepatan pengukuran SG 60/60 oF atau API gravity atau density 15 oC dari minyak
bumi dan produk-produknya diperlukan untuk konversi volume terukur ke volume
atau massa, atau keduanya, pada suhu acuan standar selama pelaksanaan transfer.

Metode uji ini sangat sesuai untuk penetapan SG 60/60 oF atau API gravity atau density 15 oC dari
cairan transparan berviskositas rendah. Metode uji ini juga dapat digunakan untuk cairan kental dengan
mendiam-kan hidrometer untuk beberapa waktu sampai mencapai keseimbangan, dan untuk cairan gelap
dengan menggunakan
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 69 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
koreksi meniskus yang sesuai.
Apabila digunakan dalam hubungannya dengan pengukuran minyak curah, kesalahan koreksi volume
dapat diminimalkan dengan pengamatan pembacaan hidrometer pada suhu yang berdekatan dengan
suhu minyak curah itu.
SG 60/60 oF atau API gravity atau density 15 oC adalah faktor penentu mutu dan harga minyak mentah.
Tetapi, sifat minyak ini merupakan suatu indikasi yang tidak jelas atas mutunya karena itu dikorelasikan
dengan sifat-sifat yang lain. SG 60/60 oF atau density 15 oC merupakan suatu indikator mutu yang
penting bagi bahan bakar otomotif, aviasi dan bahan bakar kapal, dimana density berpengaruh terhadap
penyimpanan, penanganan dan pembakaran.

d. Interpretasi
Penyimpangan nilai SG 60/60 oF atau density 15 oC menunjukkan bahwa bahan bakar minyak tidak
memenuhi spesifikas. Density, relative density (specific gravity) atau API gravity adalah faktor penentu
mutu dan harga minyak mentah. Tetapi, sifat minyak ini merupakan suatu indikasi yang tidak jelas atas
mutunya karena itu harus dikorelasikan dengan sifat-sifat yang lain.
Interpretasi hasil pengujian terhadap SG 60/60 oF, atau density 15 oC adalah :
Bila diperoleh hasil uji untuk SG 60/60 oF minyak solar adalah 0,820 – 0,870, atau density 15 oC adalah
0,815 – 0,870, maka minyak solar itu tidak terkontaminasi
Bila hasil uji SG 60/60 oF adalah  0,820, atau density 15 oC  0,815 maka minyak solar itu :
– terkontaminasi oleh fraksi ringan
– mengandung banyak senyawaan parafin
Bila hasil uji SG 60/60 oF atau density 15 oC minyak solar adalah  0,870, maka minyak solar itu :
– terkontaminasi oleh fraksi berat
– mengandung banyak senyawaan naften dan aromat

3.2 Pengujian Color ASTM, ASTMD 1500


Metode uji ini menggantikan metode uji D155. Metode D1500 lebih baik dari metode
D155 dalam tiga hal: (1) gelas standar dispesifikasikan lebih mendasar; (2) perbedaan
kromatis antara gelas standar yang berurutan seragam diseluruh skala; dan (3) standar
warna yang lebih terang mendekati warna produk minyak.
Hubungan antara skala warna ASTM dan warna ASTM Union (Metode Uji D155) tidak
dapat dinyatakan dengan tepat karena perbedaan yang diketahui muncul diantara standar
warna ASTM Union saat sedang dipakai. Perbedaan yang signifikan antara standar
Warna Union yang sedang dipergunakan sebagai standar resmi perusahaan.
Standar Warna ASTM Union dispesifikasikan di dalam Analisis Warna Lovibond. Hal ini menunjukkan
bahwa spesifikasi warna standar gelas sudah tidak tepat. Warna ASTM Union dibuat satu seri Master
Standar Gelas. Standar ini dipercayakan kepada perusahaan yang telah mendapat ijin untuk membuat
kolorimeter ASTM Union.
Terdapat korelasi antara Master Standar Union Color dan skala Warna ASTM secara spectrometer
diberikan pada gambar Korelasi antara skala warna ASTM dan warna ASTM Union. Spesifikasi untuk
skala Warna ASTM membatasi variasi maksimum dalam warna menjadi kira-kira ( 0,1 warna. Variasi
pada Skala Warna Union yang diketahui ada sampai sebesar 0,5 warna.

a. Ruang Lingkup.
Metode uji ini meliputi penetapan warna berbagai produk minyak bumi seperti minyak lumas, minyak
pemanas, minyak diesel, dan lilin minyak bumi.
Metode uji ini melaporkan hasil yang dinyatakan sebagai “Warna ASTM ”.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 70 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
b. Ringkasan Metode Uji
Contoh cair diletakkan dalam tabung uji dan disinari dengan sumber cahaya, kemudian warnanya
dibandingkan dengan piringan gelas berwarna standar yang nilainya berkisar dari 0,5 sampai 8,0 Bila
warna yang tepat tidak ditemukan, atau warna contoh berada diantara dua warna standar, maka
dilaporkan sebagai warna yang lebih tinggi.

c. Signifikansi
Penentuan warna produk minyak bumi digunakan terutama untuk keperluan kontrol pabrik dan suatu ciri
mutu yang penting karena warna paling mudah teramati oleh pemakai produk. Dalam beberapa kasus
warna bertindak sebagai indikasi dari tingkat kemurnian bahan. Bila kisaran warna produk diketahui,
variasi diluar kisaran yang ditentukan dapat merupakan indikasi kemungkinan terkontaminasi dengan
produk lain. Tetapi, warna tidak selalu menunjukkan mutu produk dan jangan diperlakukan istimewa
pada spesifikasi produk.

Gambar 1 : Standar Jar Gelas Sampel

Gambar 2 : Korelasi Warna antara warna ASTM dan warna ASTM Union Pertama

d. Interpretasi

Warna dari bahan bakar minyak solar adalah untuk indikasi kontaminasi baik oleh bahan bakar residu,
air ataupun kotoran padat. Pada spesifikasi minyak solar warna dibatasi maksimum 3,0 warna ASTM.
Oleh sebab itu bila dari hasil pengujian diperoleh warna lebih besar dari 3,0 warna ASTM, maka bahan
bakar itu terkontaminasi oleh produk lain, air atau kotoran padatan.

3.3 Pengujian Angka Setana, ASTMD 613

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 71 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Angka setana (cetane number) adalah sebuah ukuran unjuk kerja penyalaan bahan bakar minyak diesel
yang diperoleh dengan membandingkannya terhadap bahan bakar acuan (reference fuels) di dalam mesin
uji yang telah distandardisasi. Dalam konteks metode ini, pengertian unjuk kerja penyalaan adalah waktu
kelambatan penyalaan bahan bakar sebagai ditetapkan di dalam mesin uji standar pada kondisi tertentu
dalam hal kecepatan aliran bahan bakar, waktu injeksi, dan rasio kompresi. Kompresi rasio adalah
perbandingan volume ruang pembakaran termasuk ruang pembakaran awal (precombustion) dengan
piston pada titik mati bawah terhadap volume dengan piston pada titik api atas.
Kelambatan penyalaan (delay ignition) adalah periode waktu dinyatakan dalam derajad sudut putaran
gardan antara bahan bakar mulai diinjeksikan dan bahan bakar mulai menyala. Waktu injeksi adalah
waktu awal dalam satu siklus pembakaran diukur dalam derajad putaran gardan dimana bahan bakar
diinjeksikan ke dalam ruang bakar.
Dikatakan angka setana karena dari hasil pengujian diperoleh angka pada mesin CFR No.F5 yang
menunjukkan sifat kelambatan pembakaran dari bahan bakar. Makin tinggi nilai angka setana,
menunjukkan bahwa bahan bakar mutunya makin tinggi, sebab semakin pendek kelambatan pembakaran.
Ini berarti jumlah bahan bakar yang digunakan semakin sedikit sehigga mesin mempunyai efisiensi
tinggi. Karena itu angka setana yang tinggi memberikan kenaikkan tekanan yang cepat dan tekanan
maksimum yang rendah, sehingga mengurangi suara pembakaran.
Pada mesin CFR No. F5 angka setana ditentukan dengan menggunakan persen volume campuran dari n-
setana (heksa dekana) dan hepta metil nonana.
Dirumuskan :
angka setana = (% vol n – setana) + 0,15 (% vol hepta metil nonana

a. Ruang Lingkup.
Metode uji ini digunakan untuk penetapan kemampuan bahan bakar diesel dinyatakan dalam term dari
sebuah skala angka setana dengan menggunakan standar silinder tunggal, siklus empat langkah, kompresi
rasio yang bervariasi, mesin diesel injeksi tak langsung.
Skala angka setana mencakup kisaran dari nol (0) sampai 100, tetapi tipikal pengujian angka setana
dalam kisaran 30 – 65.

b. Ringkasan Metode Uji

Metode ujian ini dilakukan dengan menggunakan mesin CFR F5, prinsipnya adalah dengan
membandingkan karaktersitik pembakaran di dalam mesin uji dengan campuran bahan bakar acuan yang
angka setananya diketahui pada kondisi operasi standar. Dilakukan dengan menggunakan prosedur
bracking handwheel dimana kompresi rasio dari contoh divariasi dan angka setana contoh diperoleh
dengan interpolasi dari dua acuan bahan bakar bracking dinyatakan sebagai kelambatan pembakaran
spesifik dalam term pembacaan roda tangan (handwheel).

Perhitungan

Hitung pembacaan handwheel rata–rata untuk contoh dan masing –masing bahan bakar acuan
Hitung Gambar
angka setana dengan cara interpolasi
: Gelas Contoh Standardari rata –rata pembacaan handwheel yang sebanding dengan
angka setana bracketing campuran bahan bakar acuan dengan persamaan :

CNs
=
CNLRF
+(
HWs – HWLRF
)

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 72 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
(CNHRF – CNLRF)

HWHRF – HWLRF

dimana :

CNs
=
angka setana Contoh

CNLRF
=
angka setana Bahan Bakar Acuan rendah

CNHRF
=
angka setana Bahan Bakar Acuan tinggi

HWs
=
pembacaan handwheel Contoh

HWLRF
=
pembacaan handwheel Bahan Bakar Acuan rendah

HWHRF
=
pembacaan handwheel Bahan Bakar Acuan tinggi

Tidak dibenarkan menggunakan persent volume campuran bahan bakar acuan dikonversi ke persen
angka setana

Laporan
Laporan dinyatakan sebagai Angka Setana
Bila contoh sebelum diuji disaring, dalam laporan diberi keterangan
Laporkan nilai angka setana dengan ketelitian satu angka dibelakang koma. Bila diperoleh angka kedua
dari dua angka dibelakang koma adalah 5, lakukan pembulatan seperti contoh berikut ; 35,55 dan 35,65
menjadi 35,6.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 73 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
c. Signifikansi

Angka setana adalah ukuran karakteristik pembakaran dari bahan bakar diesel dalam mesin pembakaran
kompresi
Pengujian ini digunakan oleh pabrik mesin, kilang minyak dan pemasaran, dan dalam komersial sebagai
ukuran spesifikasi utama yang berhubungan antara bahan bakar dan mesin.
Angka setana ditetapkan pada kecepatan tetap di dalam sebuah ruang bakar awal (precombustion) jenis
mesin penguji pembakaran kompresi
Pengujian ini mungkin dapat digunakan untuk bahan bakar bukan konvensional seperti misalnya bahan
bakar sintetis, minyak tumbuhan, dan lainnya.

Gambar : Rangkaian Mesin Uji Metode Setana

d. Interpretasi

Pada spesifikasi minyak solar ditetapkan nilai angka setana yaitu minimum 45.
Bila diperoleh angka setana di atas 45, berarti bahan bakar solar mempunyai angka setana tinggi. Makin
tinggi angka setana makin pendek kelambatan pembakaran. Makin pendek kelambatan pembakaran
makin sedikit jumlah bahan bakar yang terdapat di dalam ruang pembakaran, ini akan memberikan
kenaikkan tekanan yang cepat dan tekanan maksimum yang rendah, sehingga mengurangi suara
pembakaran. Karena jumlah bahan bakar dalam ruang pembakaran sedikit maka akan meningkatkan
efisiensi mesin dan tenaga yang dihasilkan.
Bila lebih kecil dari 45, berarti bahan bakar solar mempunyai angka setana rendah, maka makin banyak
jumlah bahan bakar yang terdapat dalam ruang pembakaran mesin. Akibatnya menurunnya tekanan yang
cepat sehingga menimbulkan suara pembakaran, tidak efisien baik untuk bahan bakar maupun tenaga
yang dihasilkan.

3.4 Pengujian Calculated Cetane Index, ASTMD 976

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 74 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Calculated Cetane Index (CCI) adalah suatu cara untuk memprediksi nilai angka setana dari minyak
solar dengan menggunakan suatu rumusan. Rumusan perhitungan ini tidak dapat digunakan untuk bahan
bakar yang mengandung aditif yang menunjukkan kecenderungan menaik dan juga tidak dapat
digunakan untuk senyawa hidrokarbon murni, bahan bakar sintetis misalnya shale oil dan tar sands,
alkilat atau produk–produk coal –tar. Data yang diperlukan untuk perhitungan adalah API gravity
ASTMD 1298 atau ASTMD 287, distilasi ASTMD 86 dan density pada 15oC ASTMD 1298. Disamping
itu calculated cetane index untuk bahan bakar distilat dapat diturunkan secara konvensional dengan
menggunakan kar (nomograf).

a. Ruang Lingkup.
Perhitungan indek setana dinyatakan dengan rumusan yang secara langsung sebagai prediksi angka
setana ASTM dari bahan bakar distilat dari API gravity dan titik didih tengah (mid boiling point). Nilai
indeks sebagai hitungan dari rumusan dinyatakan term Perhitungan Indeks Setana (Calculated Cetane
Index).

Calculated Cetane Index bukan sebuah opsional metode untuk menyatakan angka setana ASTM. Ini
hanya merupakan kelengkapan alat untuk prediksi angka setana.
Rumusan Calculated Cetane Index secara khusus digunakan untuk bahan bakar straight run, produk
katalitik kraking dan campuran dari keduanya.

b. Persamaan untuk Perhitungan Indeks Setana (Calculated Cetane Index)

Perhitungan Indeks Setana ditetapkan dari persamaan berikut :

CCI = – 420,34 + 0,016 G2 + 0,192 G log M + 65,01 (log M)2 – 0,0001809 M2


atau
CCI = 454,74 – 1641,416 D + 774,74 D2 – 0,554 B + 97,803 (log B)2

dimana :

G
=
API gravity, ditetapkan dengan metode uji D 287 atau D 1298

M
=
suhu mid boiling, oF , ditetapkan dengan metode uji D 86 dan terkoreksi terhadap tekanan barometer
standar

D
=
Density pada 15oC, g/mL, ditetapkan dengan metode uji D 1298

B
=
Suhu mid boiling , oC, ditetapkan dengan metode uji D 86 dan terkoreksi terhadap tekanan barometer
standar

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 75 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar : Nomograf untuk Calculated Cetane Index

Nilai Calculated Cetane Index (CCI) untuk bahan bakar distilat mungkin secara konvensional ditetapkan
dengan menggunakan kar (lihat gambar nomograp) jarang digunakan dari pada dengan menggunakan
persamaan.

c. Signifikansi
CCI digunakan sebagai alat untuk memprediksi angka setana ASTM apabila tidak didapatkan
pengujian dengan menggunakan mesin. Ini digunakan sebagai pendekatan angka setana bila jumlah
contoh sangat sedikit untuk sebuah pengujian angka setana. Dalam hal ini angka angka setana dari bahan
bakar dapat secepatnya diperoleh, indeks dapat digunakan sebagai angka setana terhadap contoh bahan
bakar yang berasal dari pabrik yang tidak mengalami perubahan.

d. Interpretasi

Dalam spesifikasi CCI ditetapkan nilainya minimum 48.


Bila diperoleh CCI di atas 48, berarti bahan bakar solar mempunyai angka setana tinggi. Makin tinggi
CCI bahan bakar makin pendek kelambatan pembakaran. Makin pendek kelambatan pembakaran makin
sedikit jumlah bahan bakar yang terdapat di dalam ruang pembakaran, ini akan memberikan kenaikkan
tekanan yang cepat dan tekanan maksimum yang rendah, sehingga mengurangi suara pembakaran.
Karena jumlah bahan bakar dalam ruang pembakaran sedikit maka akan meningkatkan efisiensi mesin
dan tenaga yang dihasilkan.
Bila lebih kecil dari 48, berarti bahan bakar solar mempunyai CCI rendah, maka makin banyak jumlah
bahan bakar yang terdapat dalam ruang pembakaran mesin. Akibatnya menurunnya tekanan yang cepat
sehingga menimbulkan suara pembakaran, tidak efisien baik untuk bahan bakar maupun tenaga yang
dihasilkan.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 76 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

3.5 Pengujian Viskositas Kinematik, ASTMD 445

Viskositas dinamik adalah perbandingan antara tegangan geser yang diberikan dan kecepatan geser suatu
cairan
Viskositas dinamik kadang-kadang disebut koefisien viskositas dinamik atau lebih sederhana disebut
viskositas. Jadi viskositas dinamik adalah ukuran tahanan untuk mengalir atau perubahan bentuk dari
suatu cairan. Istilah viskositas dinamik juga dapat digunakan dalam suatu konteks yang berbeda untuk
menunjukkan suatu kuantitas yang tergantung frekwensi dimana tegangan geser dan kecepatan geser
mempunyai ketergantungan terhadap waktu sinusodial
Viskositas kinematik adalah tahanan cairan untuk mengalir karena gaya berat
Untuk aliran gaya berat pada suatu ketinggian hidrostatik tertentu, ketinggian tekanan suatu cairan
proporsional dengan kerapatannya, (. Untuk setiap viskometer tertentu, waktu alir dari volume tetap
suatu cairan berbanding langsung dengan viskositas kinematiknya, (, dimana ( = (/(, dan ( adalah
koefisien viskositas dinamik.

a. Ruang Lingkup
Metode uji ini menggariskan suatu prosedur untuk penetapan viskositas kinematik, (, produk minyak
bumi cair, baik yang transparan maupun yang gelap, dengan mengukur waktu yang diperlukan oleh
sejumlah cairan untuk mengalir dengan gaya berat melalui suatu viskometer kapiler gelas yang telah
dikalibrasi. Viskositas dinamis, (, dapat diperoleh dengan cara mengalikan viskositas kinematik terukur
dengan kerapatan, (, cairan.
Hasil yang diperoleh dari metode uji ini tergantung pada perilaku contoh dan dimaksud- kan untuk
aplikasi pada cairan dimana tegangan geser dan kecepatan geser sebanding (perilaku aliran Newtonian).
Tetapi jika, viskositas bervariasi secara nyata dengan kecepatan geser, dapat diperoleh hasil yang
berbeda dari viskometer-viskometer dengan diameter kapiler yang berbeda. Prosedur dan nilai ketelitian
untuk bahan bakar residu, yang pada beberapa kondisi memperlihatkan perilaku non-Newtonian, juga
tercakup.
Kisaran viskositas kinematik yang dicakup dengan metode uji ini adalah dari 0.2 sampai dengan 300.000
mm2/detik pada semua suhu.

b. Ringkasan Metode Uji


Sejumlah volume contoh yang terukur dalam kapiler viskometer yang sesuai direndam dalam bath
viscositydengan suhu konstant 100 oF selama 30 menit, kemudian dialirkan. Waktu diukur untuk volume
cairan tertentu contoh di atas yang mengalir di bawah gaya berat lewat kapiler viskometer yang telah
dikalibrasi pada suatu “driving head” yang reprodusibel dan pada suhu yang diketahui dan terkontrol
dengan baik. Viskositas kinematik adalah hasil pengukuran waktu alir dan viskosimeter tetap yang
terkalibrasi.

Perhitungan

1. Hitung viskositas kinematik, (, dari waktu alir yang diukur, t, dan konstanta viskometer, C, dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

(=Ct

dimana:
v = viskositas kinematik, mm2/detik
C = konstanta dari viskometer yang dikali-brasi, (mm2/detik)/detik, dan
t = waktu alir rata-rata, detik

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 77 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

2. Hitung viskositas dinamik, (, dari viskositas kinematik, (, dan kerapatan, (, dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
( = ( x ( x10 –3 ................... ( 3 )

dimana:
( = viskositas dinamik, mPa.detik
( = density, kg/m3, pada suhu yang sama yang digunakan untuk penetapan viskositas kinematik, dan
( = viskositas kinematik, mm2/detik
Density dari contoh dapat ditetapkan pada suhu uji penetapan viskositas kinematik dengan metode yang
sesuai seperti Metode Uji D 1217, D1480 atau D 1481

Laporan
Laporkan hasil uji viskositas kinematik atau viskositas dinamik, atau keduanya, dalam empat angka
nyata, bersama suhu uji

c. Signifikansi
Kebanyakan produk-produk minyak bumi dan beberapa material bukan minyak bumi, digunakan sebagai
pelumas, dan operasi yang benar dari peralatan tergantung pada kesesuaian viskositas cairan yang
digunakan. Disamping itu, viskositas dari kebanyakan bahan bakar minyak penting untuk keperluan
estimasi kondisi optimal penyimpanan, penanganan dan operasional. Dengan demikian, pengukuran
viskositas yang tepat penting untuk kebanyakan spesifikasi produk.

d. Interpretasi
Viskositas ini penting untuk diketahui karena berhubungan sifat pemompaan dan sisten injeksi bahan
bakar ke ruang bakar mesin. Nilai viskositas pada spesifikasi minyak solar adalah min. 1,6 dan maks. 5,8
cSt. Bila hasil pengujian diperoleh nilai sesuai dengan spesifikasi, tidak mendatangkan masalah pada
pemompaan dan pembentukan kabut di ruang bakar mesin.
Bila hasil pengujian diperoleh nilai kurang dari 1,6 cSt, minyak solar mempunyai viskositas encer berarti
banyak mengandung fraksi ringan, sehingga boros dalam pemakaiannya, walaupun kerja pompa ringan.
Sebaliknya bila hasil pengujian diperoleh nilai lebih besar dari 5,8 cSt, minyak solar mempunyai
viskositas tinggi (pekat) berarti mengandung fraksi berat, minyak solar sulit untuk dikabutkan, dan kerja
pompa berat.

3.6 Pengujian Pour Point, ASTMD 97

Pour point (titik tuang) adalah suhu terendah dimana bahan bakar minyak masih dapat mengalir dengan
sendirinya pada kondisi pengujian. Kemudahan mengalir minyak solar dipengaruhi oleh komposisi
hidrokarbon dalam bahan bakar itu. Kegagalan untuk mengalir pada titik tuang umumnya berhubungan
dengan kandungan lilin dari minyak; tetapi dapat juga karena pengaruh viskositas minyak yang sangat
kental. Bahan bakar yang banyak mengandung parafin (lilin) akan lebih mudah membeku dibanding
dengan bahan bakar kandungan parafinnya rendah. Struktur lilin yang berhubungan dengan pendinginan
minyak, dapat diatasi dengan cara diberi tekanan yang relatif kecil

a. Ruang Lingkup
Metode uji ini dimaksudkan digunakan untuk produk minyak bumi. Prosedur ini cocok untuk minyak
hitam, minyak silinder dasar dan minyak bakar non distilat. Prosedur untuk pengujian sifat alir dari
minyak bakar residu pada suhu tertentu, dlakukan dengan menggunakan tabung U ukuran 12,5 mm pada
tekanan 152 mm Hg, yang mengalir 2 mm dalam 1 menit.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 78 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
b. Ringkasan Metode Uji
Sejumlah volume contoh dalam jar test dipanaskan dalam penangas sampai 115 oF, kemudian dibiarkan
di udara terbuka sampai suhunya 90 oF. Selanjutnya didinginkan dalam alat pendingin dan setiap
penurunan suhu 5 oF (3oC) diangkat dan dilihat sifat pengalirannya. Bila sudah tidak mengalir lagi maka
suhunya dicatat dan ditambah 5oF (3oC) dan dilaporkan sebagai Pour Point.

Gambar : Peralatan untuk pengujian Titik Tuang

c. Signifikansi

Titik tuang minyak merupakan petunjuk temperatur terendah dari penggunaannya untuk
pemakaian tertentu.
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 79 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
 Pengujian kemungkinan digunakan sebagai prosedur “go-no-go” untuk keadaan
operasional dimana hal ini dibutuhkan untuk memastikan sifat alir minyak di bawah
kondisi yang ditentukan dalam penerimaan.
 Pengujian ini digunakan untuk kondisi pemompaan, dimana minyak diharapkan
mengalir melalui pipa 12 mm sedikit di bawah tekanan pada suhu yang ditentukan.
 Pengujian ini digunakan untuk menentukan sifat alir bahan bakar dalam keadaan
dingin.

d. Interpretasi

Pour point adalah suhu terendah dimana bahan bakar masih dapat mengalir. Sifat ini
memberikan indikasi tentang sifat pemompaan pada suhu rendah. Nilai pour point untuk
minyak solar sesuai dengan spesifikasi maksimum 18 oC. Bila hasil pengujian lebih besar
dari 18 oC, berarti minyak solar mempunyai nilai pour point tinggi. Dalam minyak solar
ini mengandung komponen parafin (lilin), sehingga pada suhu pengkabutan dihasilkan
kristal – kristal lilin. Ini akan memberikan indikasi tentang suhu pada saat dimana akan
terjadi penyumbatan saringan oleh kristal lilin. Minyak solar yang baik mempunyai Pour
point 8 – 10 oC di bawah titik kabut.

3.7 Pengujian Kandungan Sulfur, ASTMD 1552

Senyawaan sulfur dalam minyak bumi dan produknya banyak sekali jenisnya, antara lain
hidrogen sulfida (H2S), merkaptan (RSH), sulfida (RSR), disulfida (RSSR), siklo sulfida

(CH2)5S, alkil sulfat (R2SO4), asam sulfonat (RSO2OH), sulfoksida (RSOR), sulfona

(RSO2R), tiofena (C4H4S) dan benzotiofena (C8H6S). Oleh sebab itu dalam
pengujiannya dikatakan sebagai sulfur jumlah. Sulfur dalam bahan bakar minyak dapat
meyebabkan bau yang tak menyenangkan, ikut membentuk gum dan sludge dalam
penyimpanan, dan dalam pembakaran akan menimbulkan asap dan menyebabkan korosi.
Tidak semua akibat sulfur merugikan. Sulfur yang ada dalam aditif bersifat sebagai

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 80 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
penghambat oksidasi (oxidation inhibitor) dalam minyak lumas, sementara ada senyawa
sulfur yang bertindak penghambat korosi dalam lumas gear atau sebagai extreem
pressure properties untuk cutting oil.
a. Ruang Lingkup

 Metode uji ini mencakup tiga prosedur untuk penetapan sulfur jumlah (total sulfur)
dalam produk minyak bumi meliputi minyak lumas yang mengandung aditif, dan
dalam aditif pekat. Metode uji ini digunakan untuk contoh–contoh yang mempunyai
titik didih di atas 177oC (350oF) dan mengandung Sulfur tidak kurang dari 0,06 %
massa. Dua dari tiga prosedur menggunakan deteksi Jodat, dimana pirolisisnya satu
menggunakan dapur induksi (induction furnace), yang lain menggunakan dapur
resistansi (resistance furnace). Prosedur yang ketiga menggunakan detekasi IR
dengan pirolisis dapur resistansi.
 Metode uji ini dapat digunakan untuk analisis Sulfur dalam Petroleum Coke dengan
kandungan Sulfur di atas 8% massa.

b. Ringkasan Metode

 Sistem Deteksi Jodat.


Sampel dibakar dalam aliran gas oksigen pada suhu tinggi untuk mengubah
kira–kira 97 % Sulfur menjadi SO 2. Disini menggunakan suatu faktor standardisasi

agar diperoleh hasil yang akurat. Gas SO 2 sebagai hasil pembakaran dialirkan ke
dalam suatu absorber yang berisikan larutan asam kalium jodida (KJ asam) dan
indikator amilum. Warna biru tipis larutan absorber dijaga tetap yaitu dengan
meneteskan larutan standar kalium jodat (KJO3). Selama proses pembakaran, gas

SO2 yang terbentuk dialirkan lewat absorber. Dengan mengalirnya gas SO2 ini akan

menyebabkan lunturnya warna biru, sehingga selama gas SO2 mengalir, warna biru
awal dijaga tetap seperti warna biru awal yaitu dengan meneteskan larutan standar
KJO3 sampai contoh habis terbakar. Banyaknya larutan standar KJO3 yang

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 81 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
digunakan pada titrasi selama pembakaran menunjukkan jumlah Sulfur yang
terkandung dalam contoh.

Gambar 1 : Skematik Ilustrasi Dapur Jenis Induksi

 Sistem Deteksi IR

Contoh dibakar dalam perahu keramik khusus yang kemudian ditempatkan dalam
dapur pembakaran (combustion furnace) pada 1317 oC (2500 oF) dalam aliran gas
oksigen atmosfer. Kandungan sulfur dalam contoh terbakar menjadi SO2 yang
kemudian diukur dengan detektor Inframerah setelah kandungan air (kelembaban)
dan abu dihilangkan dengan sebuah trap. Perhitungan % massa. Sulfur dilakukan
oleh suatu mikroprosesor dengan menggunakan faktor sinyal detektor dan faktor
kalibrasi awal kemudian dicatat oleh printer. Faktor kalibrasi ditetapkan dengan
menggunakan standar bahan yang hampir sama dengan contoh yang dianalisis.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 82 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar 2 : Skematik Ilustrasi Dapur Jenis Resistansi

c. Signifikansi

Pengujian ini dimaksudkan untuk memantau tingkat kandungan Sulfur dalam berbagai
macam produk minyak bumi dan aditif. Dengan mengetahui tingkat kandungan sulfur
dapat digunakan untuk memprediksi unjuk kerja suatu produk, penanganan atau
mengetahui sifat– sifar suatu umpan untuk proses pengolahan. Dalam beberapa hal
keberadaan senyawaan sulfur dapat memberikan informasi terhadap mutu suatu produk,
dan dilain hal senyawaan sulfur akan merugikan peralatan proses atau penggunaan
produk.

d. Interpretasi

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 83 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Dalam spesifikasi minyak solar nilai kandungan sulfur (sulphur content) maksimum 0,5
% massa. Bila dari hasil pengujian diperoleh kandungan sulfur lebih besar dari 0,5 %
massa, akan menyebabkan penurunan nilai kalor bahan bakar. Disamping menyebabkan
pencemaran udara dan menaikkan sifat korosifitas pada gas buang. Tidak ada hubungan
antara tingkat korosifitas dengan besarnya nilai kandungan total sulfur.

3.8 Pengujian CCR (10 % vol. Bottom), ASTMD 189

Residu karbon (carbon residue) adalah residu yang terbentuk dari penguapan dan
degradasi panas dari suatu bahan yang mengandung karbon. Dibedakan antara residu
karbon dan coke. Residu karbon tidak seluruhnya karbon sedang coke berasal
pengubahan karbon karena proses pirolisis. Terdapat hubungan antara residu karbon dan
API gravity minyak dan juga konstituen aspaltik. Untuk residu karbon (% massa) tinggi,
makin tinggi pula kandungan aspaltik (% massa), berarti minyak tersebut tidak mudah
menguap (non volatil). Pengujian residu karbon digunakan untuk evaluasi karakteristik
deposit oleh karbon dalam peralatan jenis pembakaran minyak (oil burning) dan mesin
internal combustion.
Umumnya minyak solar yang diberi aditif alkil nitrat, misalnya amil nitrat, heksil nitrat,
atau oktil nitrat mempunyai nilai residu karbon tinggi. Kandungan alkil nitrat dapat
dideteksi dengan metode ASTMD 4046.

a. Ruang Lingkup

Metode uji ini mencakup penetapan dari jumlah residu karbon yang tertinggal setelah
penguapan dan pirolisis dari minyak, dan diperlukan untuk suatu indikasi pembentuk
coke. Metode uji ini digunakan secara umum untuk produk minyak bumi relatif non
volatil dimana sebagian terurai pada distilasi tekanan atmosfer. Produk minyak yang
mengandung konstituen pembentuk abu sebagai ditetapkan dengan Metode Uji D 482
atau Metode IP 4 untuk residu karbon tinggi akan diperoleh suatu kesalahan, tergantung
jumlah abu yang terbentuk.
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 84 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

b. Ringkasan Metode

Contoh yang hendak diuji kandungan residu karbonnya terlebih dahulu didistilasi,
kemudian diambil 10 % residu (sisa penguapan). Ditimbang sejumlah contoh 10 %
residu dalam krusibel dan dibakar dalam alat CCR dengan menggunakan gas oksigen.
Residu akan mengalami reaksi perengkahan (cracking) dan reaksi pembentukan coke
selama periode waktu tertentu. Akhir dari periode pembakaran, krusibel yang berisi
residu karbon didinginkan dalam desikator. Persen residu yang tinggal dihitung dari
jumlah contoh awal, dan dilaporkan sebagai carbon residu Conradson.

Perhitungan

Hitung residu karbon dari contoh atau residu distilasi 10 % sebagai berikut :

Residu karbon = (A x 100) / W

dimana :
A = berat residu karbon, g
W = berat contoh, g

Laporan
Laporkan nilai yang diperoleh sebagai persen Residu Carbon Conradson atau sebagai
persen Residu Carbon Conradson pada 10 % residu distilasi

c. Signifikansi

 Nilai residu karbon dari bahan bakar burner sebagai suatu pendekatan kasar
kecenderungan bahan bakar itu untuk membentuk endapan (deposit) dalam
penguapan burner tipe periuk (pot type) dan tipe lengan (sleeve type). Umumnya
residu karbon dari bahan bakar diesel yang tidak mengandung alkil nitrat (atau bila
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 85 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
ada, pengujian dilakukan berdasarkan pada bahan bakar tanpa aditif), mendekati
sama dengan deposit yang terdapat pada ruang bakar.
 Nilai residu karbon minyak motor yang mengandung aditif, mengindikasikan
sejumlah endapan karbon yang terbentuk di dalam ruang bakar mesin. Misalnya
aditif deterjen pembentuk abu mungkin akan menaikkan nilai residu karbon minyak,
akan tetapi secara umum justru mengurangi kecenderungan pembentukan deposit.
 Nilai residu karbon dari gas oil berguna sebagai petunjuk dalam pembuatan gas dari
gas oil, demikian juga nilai residu karbon dari residu minyak bumi, minyak lumas
dasar, minyak silinder berguna dalam pembuatan minyak lumas.

d. Interpretasi

Nilai residu karbon dalam minyak solar maksimum 0,1 % massa. Bila diperoleh hasil
pengujian lebih besar dari 0,1 % massa, terjadi deposit dalam ruang bakar mesin.
Terdapatnya deposit dalam ruang bakar mesin menyebabkan panas dalam ruang bakar
mesin tidak merata, sehingga pemuaian logam mesin untuk disetiap bagian tidak
sama, mengakibatkan rusaknya mesin. Bila terbentuk deposit yang keras akan
mempercepat proses keausan logam.
Disamping itu bila nilai residu karbon lebih besar dari 0,1 % massa, dapat
menyumbat lubang penyemprot bahan bakar, sehingga bahan bakar tidak mengalir.

3.9 Pengujian Kandungan Air, ASTM D 95

Keberadaan air di dalam bahan bakar minyak adalah air yang terlarut dalam bahan bakar
dan air yang tak terlarut dalam bahan bakar. Air yang tak terlarut (air bebas) dalam
bahan bakar dapat dipisahkan dengan cara pengendapan dan selanjutnya penurasan.
Terdapatnya air akan menyebabkan turunnya panas pembakaran, busa dan bersifat
korosif. Bahan yang mudah menguap yang larut dalam air, bila ada, dapat diukur sebagai
air. Bila suhu dingin, air dapat mengkristal sehingga menyumbat saluran bahan bakar
atau sarmgan
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 86 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
a. Ruang Lingkup .
Metode uji ini mencakup penetapan air dalam kisaran 0 sampai 25 % volume dalam
produk petroleum, ter, dan bahan bitumen lain dengan metode distilasi.

b. Ringkasan Metode Uji


Bahan yang akan diuji direfluk dengan pelarut yang tidak dapat bercampur dengan air,
dimana air dalam contoh akan terdistilasi. Pelarut dan air yang terkondensasi secara
kontinyu akan memisah di dalam tabung penangkap, air terkumpul dalam tabung
penangkap berskala dan pelarut kembali ke dalam labu didih.

Gambar 1 : Tipikal Susunan Gambar 2: Hubungan Tabung


Peralatan dengan Labu Penangkap 2 mL dengan Labu Didih
Didih

Perhitungan
Hitung kadar air di dalam contoh sebagai persen berat atau persen volume, sesuai
dengan dasar pada saat pengambilan contoh, sebagai berikut :

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 87 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Air, % (v/v)

(Volume air dlm tabung penangkap,mL) – (Air dlm. Pelarut blanko,mL) x 100
=
Volume contoh yang di uji, mL

Air, % (v/m)

(Volume air dlm tabung penangkap,mL) – (Air dlm. Pelarut blanko,mL) x 100
=
Berat contoh yang di uji, g

Laporan
Laporkan hasil sebagai kadar air dengan ketelitian 0.05%, hila menggunakan tabung
penangkap berukuran 2 mL, clan dengan ketelitian 0,1 %, hila menggunakan tabung
penangkap berukuran 10 mL atau 25 mL dengan menggunakan 100 mL atau 100 g
contoh.

c. Signifikansi
 Kandungan kadar air dari produk-produk minyak bumi penting dalam pengolahan,
pembelian, penjualan dan pengiriman produk.
 Jumlah air yang ditetapkan dengan metode uji ini (dengan ketelitian 0.05 % volume)
dapat digunakan untuk mengkoreksi volume dalam pengiriman produk petroleum
dan bahan bitumen.
 Jumlah air yang diijinkan bila mungkin ditetapkan pada kontrak

d. Interpretasi
Kandungan air (water content) dalam bahan bakar minyak solar sesuai dengan spesifikasi
maksimum 0,05 % massa. Bila kandungan air dalam minyak solar lebih besar 0,05 %,
akan menyebabkan gangguan pada penyaringan karena tersumbat oleh air dalam bentuk
kristal-kristal es. Disamping itu, air merupakan katalisator sehingga mempercepat sifat
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 88 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
korosi bahan bakar minyak.

Gambar 3: Hubungan Tabung Penangkap 2 mL dengan Labu Didih Logam

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 89 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

3.10 Pengujian Sedimen Cara Ekstraksi, ASTMD 473

Terdapatnya sedimen dalam bahan bakar minyak dikhawatirkan akan menyumbat


saringan bahan bakar. Disamping itu sedimen dapat membentuk endapan pada sistem
injeksi atau ruang pembakaran. Saat bahan bakar minyak terbakar, endapan ini akan
membara, menghasilkan endapan (deposit) dalam keadaan dingin.

a. Ruang Lingkup Metode


Metode uji ini mencakup penetapan sedimen dalam minyak mentah dan minyak bakar
dengan cara diekstraksi dengan toluena.

b. Ringkasan Metode Uji

Sejumlah berat contoh ditimbang dimasukkan ke dalam thimble yang telah diketahui
berat konstannya, kemudian dipanaskan pada alat ekstraksi dan diekstrak dengan
menggunakan toluena panas sampai tetesan toluena yang masuk ke dalam thimble sama
jernihnya dengan toluena yang menetes keluar dari thimble. Kemudian thimble
dikeringkan dalam oven pada suhu 112 sampai 120 oC selama 1 jam. Dinginkan dan
timbang beratnya. Pekerjaan ini dilakukan berulang–ulang sampai terakhir diperoleh
berat konstan (selisih dua penimbangan penimbangan tidak lebih dari 0,2 mg). Berat
sedimen adalah selisih berat konstant akhir thimble dikurangi dengan berat konstan
thimble sebelum digunakan.

Perhitungan
Hitung massa sedimen sebagai persen dari contoh sebagai berikut :

massa sedimen
% massa = x 100
massa contoh

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 90 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar : Peralatan Ekstraksi untuk Penetapan Sedimen

Laporan
Laporkan hasil pengujian dengan ketelitian 0,01 % sebagai persen massa sedimen
cara ekstraksi. Laporan pengujian mengacu pada Metode Uji D 473 ini sebagai prosedur
yang digunakan.

c. Signifikansi

Pengujian kandungan sedimen dari minyak mentah dan bahan bakar minyak adalah
penting untuk keperluan operasi pengolahan dan dalam transaksi pembelian atau
penjualan minyak..

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 91 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

d. Interpretasi
Sedimen dalam bahan bakar minyak merupakan kotoran sebagai padatan tersuspensi,
yang tingkat bahayanya bergantung pada nilai persen massa sedimen itu. Dari spsifikasi
minyak solar kandungan sedimen (sediment content) diperbolehkan maksimum 0,01 %
massa. Apabila hasil pengujian diperoleh lebih besar dari 0,01 % massa, berarti bahan
bakar itu mengandung kotoran tersuspensi sehingga akan menyumbat saringan.

3.11 Pengujian Kandungan Abu, ASTMD 482

Abu dari minyak solar dapat berasal dari senyawaan logam yang larut dalam air, aditif
sabun surfaktan sebagai bahan untuk netralisasi asam bahan bakar, atau dari padatan
ikutan lain seperti debu dan produk pengkaratan.
Metode uji ini adalah gravimetri yaitu analisis kimia dengan cara pembakaran,
pemijaran, pendinginan, dan penimbangan. Karena gravimetri, maka penimbangan
dilakukan sampai diperoleh berat konstan artinya selisih dua penimbangan 0,2 mg.

a. Ruang Lingkup

Metode uji ini digunakan untuk penetapan abu di dalam kisaran 0,001 – 0,180 %
massa, dari bahan bakar distilat dan bahan bakar residu, bahan bakar gas turbin, minyak
mentah, minyak lumas, lilin dan produk minyak bumi yang lain, dimana mengandung
bahan pembentuk abu, yang umumnya disebabkan oleh kotoran yang tidak dikehendaki
atau kontaminan. Metode uji ini dipergunakan untuk produk–produk minyak bumi yang
tidak mengandung aditif pembentuk abu, terutama senyawaan fosfat.

b. Ringkasan Metode Uji

Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam suatu vesel, kemudian dinyalakan dan


didiamkan agar terbakar sampai tinggal abu dan karbon. Residu karbon ini dijadikan

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 92 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
abu dengan pemanasan di dalam muffle furnace pada suhu 775 oC, dinginkan dan
ditimbang konstan.
c. Signifikansi

 Pengujian kandungan bahan pembentuk abu dalam produk dapat memberikan


informasi apakah bahan bakar itu layak atau tidak untuk digunakan. Abu dapat
dihasilkan dari minyak atau senyawaan logam yang larut dalam air atau dari padatan
ikutan lain seperti debu dan produk pengkaratan.

d. Interpretasi

Kadar abu diperbolehkan maksimum 0,01 % massa. Bila dalam pengujian diperoleh
hasil lebih besar dari 0,01 % massa, ini menunjukkan bahwa abu sebagai sisa
pembakaran terdapat ruang bakar, dimana sebagian dapat keluar dan sebagian mungkin
tertinggal. Abu yang tertinggal dalam mesin menyebabkan gangguan pada mesin yaitu
mempercepat keausan mesin dan pula

3.12 Pengujian Copper Strips, ASTMD 130

Sifat korosif mogas disebabkan oleh sulfur bebas, dan senyawaan sulfur reaktif (terutama
merkaptan dan hidrogen sulfida). Senyawaan sulfur ini reaktif terhadap tembaga,
menghasilkan noda dari kupri merkaptida yang berwarna merah kecoklatan. Merkaptan
diklasifikasikan atas merkaptan ringan dan merkaptan berat. Bahan bakar yang
mengandung merkaptan berlebihan perlu dilakukan treating dengan proses soda washing.
Proses ini hanya menghilangkan merkaptan ringan, sedang merkaptan berat tidak hilang
oleh proses ini. Pengujian korosif ini sebagai uji kualitatif, sedang uji kuantitatifnya
ditetapkan sebagai merkaptan sulfur.

a. Ruang Lingkup Metode

Metode ini digunakan untuk mendeteksi korosi tembaga dari aviasi gasoline, aviasi
turbin, otomotif gasoline, natural gasoline atau hidrokarbon yang mempunyai tekanan
uap Reid tidak lebih besar dari 18 psi (124 kPa), solven pencuci, kerosine, minyak
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 93 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
diesel, minyak bakar distilat, minyak lumas, dan produk minyak bumi yang penting
lainnya.

b. Ringkasan Metode

Lempengan tembaga yang telah digosok bersih, dicelupkan ke dalam sejumlah sampel
dan dipanaskan pada suhu tertentu dan dengan waktu tertentu sesuai dengan sifat dari
sampel yang diuji. Pada akhir pengujian lempengan tembaga diambil, dicuci, dan
warnanya dibandingkan dengan korosi bilah tembaga standar ASTM (ASTM Copper
Strip Corrosion Standards).

Gambar : Test Bomb Copper Strip Corrosion

Laporan Hasil
Laporan pengujian korosif bilah tembaga adalah salah satu warna ASTM dari warna
standar ASTM, sesuai dengan Tabel di bawah ini.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 94 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Tabel: Klasifikasi Bilah Tembaga

Klasifikasi Penandaan Deskripsi


Bilah gosokan baru
1 agak kusam a. oranye muda, hampir sama dengan bilah
gosokan baru
b. oranye gelap
2 kusam tengah a. merah anggur
b. bungan lavender
c. multiwarna dengan lavender biru atau perak,
atau kedua-duanya
d. keperak-perakan
e. warna brass, warna emas
3 kusam gelap a. magenta (merah tua) yang menutupi warna
brass
b. multiwarna dengan merah dan hijau (burung
merak), tetapi bukan abu-abu
4 korosi a. hitam transparan, abu-abu gelap atau coklat
dengan hijau burung merak
b. grafit atau agak kehitaman
c. hitam mengkilap atau manik hitam

c. Signifikansi

Minyak bumi yang mengandung sulfur, umumnya dihilangkan selama proses


pengolahan. Bagaimanapun, senyawaan sulfur masih tertinggal dalam produk yang
dihasilkan, diantaranya bersifat korosif terhadap berbagai logam. Sifat korosifitas
tidak terkait langsung dengan kandungan sulfur jumlah (total sulfur). Sifat korosifitas
sulfur bergantung jenis senyawaannya. Pengujian korosifitas bilah tembaga ditujukan
untuk mengetahui tingkat korosifitas dari produk minyak bumi..

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 95 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

d. Interpretasi

Nilai korosi bilah tembaga maksimum warna ASTM No. 1. Bila diperoleh hasil
pengujian lebih besar dari ASTM No. 1, bahan bakar minyak bersifat korosif terhadap
logam, mengandung senyawaan sulfur dari hidrogen sulfida (H2S), merkaptan (RSH)

dan tiofena C4H4S.

3.13 Pengujian Angka Netralisasi, ASTMD 974

Angka asam adalah sejumlah basa, dinyatakan dalam miligram kalium hidroksida per
gram contoh yang digunakan untuk titrasi contoh sampai titik ekuivalen tertentu.
Dalam metode pengujian ini, titrasi dilakukan dengan menggunakan indikator
p–naftolbenzena sampai diperoleh titik ekuivalen berwarna hijau/hijau kecoklatan dalam
pelarut campuran toluena – air – iso propil alkohol.

Angka asam kuat (strong acid number) adalah sejumlah basa, dinyatakan dalam
miligram kalium hidroksida per gram contoh yang digunakan untuk titrasi air panas hasil
ekstrak dari contoh dan air panas, sampai titik ekuivalen berwarna coklat keemasan
dengan menggunakan larutan methyl orange sebagai indikator.

a. Ruang Lingkup
 Metode uji ini mencakup penetapan konstituen yang bersifat asam atau basa
dalam produk minyak bumi dan minyak lumas yang larut atau agak larut dalam
campuran toluena dan iso propil alkohol. Metode uji ini digunakan untuk penetapan
keasaman atau kebasaan yang mempunyai konstanta disosiasi dalam air lebih besar

dari 10 9, sedang asam–asam lemah atau basa–basa yang mempunyai konstanta

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 96 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
–9
disosiasi lebih kecil dari 10 tidak mengganggu . Garam–garam bereaksi bila

konstanta hidrolisis lebih besar dari 10 9.
 Metode ini dapat digunakan untuk mengindikasi perubahan relatif dalam minyak
selama digunakan dalam kondisi oksidasi. Meskipun titrasi dibuat dalam kondisi
kesetimbangan tertentu, metode ini tidak mengukursifat keasaman absolut atau
kebasaan absolut yang dapat digunakan untuk memprediksi unjuk kerja minyak
dalam kondisi pelayanan (service conditions). Tidak ada korelasi antara korosi roda
(bearing corrosion) dan angka asam atau angka basa diketahui.

b. Ringkasan Metode

Untuk penetapan angka asam atau angka basa, contoh dilarutkan dalam campuran
toluena dan iso propil alkohol yang mengandung sedikit air, dan hasilnya adalah
campuran fase tunggal dititrasi pada suhu kamar dengan larutan standar basa
alkoholat sampai titik ekuivalen yang ditunjukkan oleh perubahan warna setelah
ditambahkan larutan p–naftolbenzena (oranye dalam larutan asam dan hijau
kecoklatan dalam larutan basa). Penetapan angka asam kuat, contoh diekstrak dengan
air panas, pisahkan lapisan akuatik dan ekstrak akuatik ini dititrasi dengan kalium
hidroksida dengan menggunakan methyl orange sebagai indikator.

Perhitungan
Hitung angka asam sebagai berikut :
[ ( A – B ) M x 56,1 ]
Angka asam, mg KOH/g =
W

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 97 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

dimana :
A = larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi contoh, mL
B = larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi blanko, mL
M = molaritas larutan standar KOH
W = Berat contoh yang dianalisis, g

 Hitung angka asam sebagai berikut :


(a). Bila titrasi blanko dilakukan dengan asam

[ ( CM + Dm ) x 56,1 ]
Angka asam kuat, mg KOH/g =
W

dimana :
C = larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi ekstrak air, mL
M = molaritas larutan standar KOH
D = larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi blanko, mL
m = molaritas larutan standar HCl
W = Berat contoh yang dianalisis, g

(b). Bila titrasi blanko dilakukan dengan basa


[ ( C – D ) M x 56,1 ]
Angka asam kuat, mg KOH/g =
W

dimana :
C = larutan KOH yang diperlukan untuk titrasi ekstrak air, mL
D = larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi blanko, mL
M = molaritas larutan standar KOH
W = Berat contoh yang dianalisis, g

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 98 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Laporan
Laporkan hasil sebagai angka asam, angka asam kuat dengan dua angka nyata di
belakang koma.

c. Signifikansi
Berbagai macam produk oksidasi memberikan konstribusi pada angka asam dan
asam–asam organik menjadikan sifat korosif bahan bakar. Oleh sebab itu dikatakan
sebagai angka asam jumlah (total acid number), yaitu penjumlahan dari asam
anorganik dan asam organik. Tidak ada korelasi antara angka asam dan
kecenderungan korosi terhadap logam – logam.

d. Interpretasi
Berdasarkan spesifikasi minyak solar, nilai angka asam maksimum adalah 0,6 mg
KOH/g.
Bila hasil pengujian memberikan nilai lebih besar dari 0,6 mg KOH/g, menunjukkan
bahwa minyak solar bersifat korosif. Dan bila pada pengujian diperoleh bahwa angka
asam kuat, menunjukkan bahwa minyak solar mengandung asam kuat, sehingga bahan
bakar ini sangat bersifat korosif.

3.14 Pengujian Titik Nyala PMcc, ASTMD 93

Titik nyala (flash point) adalah suhu terendah terkoreksi pada tekanan barometer 101,3
kPa (760 mm Hg), dimana dengan menggunakan sumber nyala yang menyebabkan uap
contoh terbakar pada kondisi pengujian tertentu. Tinggi/rendahnya flash point sangat
bergantung pada komponen hidrokarbon dalam bahan bakar. Parafin akan lebih mudah
terbakar dari pada olefin, olefin lebih mudah terbakar dari pada naften, dan aromat

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 99 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
paling sulit terbakar. Makin tinggi fraksi minyak bumi makin tinggi pula flash pointnya,
produk dengan flash point rendah makin mudah mnguap sehingga mudah terbakar.

a. Ruang Lingkup

 Metode uji ini mencakup penetapan flash point produk minyak bumi dalam
kisaran suhu dari 40–360oC dengan menggunakan peralatan manual Pensky–Martin
closed cup atau dengan peralatan otomatik Pensky–Martin closed cup.
 Prosedur A digunakan untuk bahan bakar distilat (minyak diesel, kerosene,
heating oil, turbine fuels), minyak lumas baru, dan cairan minyak bumi yang lain
yang homogen yang tidak termasuk dalam ruang lingkup B.
 Prosedur B digunakan untuk bahan bakar residu, cutback residue, minyak lumas
bekas, campuran minyak cair dengan padat, minyak cair yang cenderung membentuk
film dipermukaan pada kondisi pengujian, atau minyak cair yang mempunyai
viskositas kinematik tidak bersifat uniform saat dipanaskan dengan cara pengadukan
dan dalam kondisi dipanaskan dari prosedur A.
 Metode uji ini digunakan untuk deteksi kontaminasi bahan relatif non volatil atau
bahan yang tidak dapat menyala dengan bahan volatil atau bahan dapat menyala.

b. Ringkasan Metode

Mangkok uji dari kuningan diisi contoh sampai batas bagian dalam dan ditutup rapat.
Kemudian dipanaskan dan diaduk dengan kecepatan tertentu, dengan mengunakan
satu dari dua prosedur (A atau B). Selanjutnya api kecil pencoba dicobakan secara
periodik. Pengujian dilakukan pada tiap kenaikkan suhu 1 oC (2oF), suhu terendah
pada saat terjadinya sambaran api dicatat sebagai flash point.

c. Signifikansi
 Suhu flash point adalah satu ukuran kecenderungan bahan bakar minyak untuk
menyala dalam campuran dengan udara pada kondisi laboratorium. Flash point ini

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 100 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
hanya salah satu sifat dari sejumlah sifat yang lain untuk mengetahui bahaya sifat
kemudahan dapat menyala ( flammability) dari bahan bakar.
 Flash point digunakan dalam pengapalan bahan bakar, peraturan keselamatan
untuk menentukan sifat kemudahan menyala dan kemudahan terbakar dari suatu
bahan bakar. Nilai flash point dapat digunakan untuk mengklasifikasi bahan sesuai
dengan peraturan yang ada.
 Hasil pengujian flash point digunakan sebagai elemen dari asesmen resiko api
(fire risk) dari sejumlah faktor asesmen bahaya api (fire hazard)..

d. Interpretasi
Dalam spesifikasi minyak solar, nilai flash point minimum 60 oC.
Bila hasil pengujian diperoleh lebih kecil dari 60 oC, minyak solar saat penyimpanan dan
pengapalan/pengangkutan dapat menyala dalam campuran udara pada suhu di bawah 60
o.
C. Berarti bahan bakar mempunyai kecenderungan mudah menyala sehingga
membahayakan keselamatan selama pengangkutan dan penyimpanan.

3.15 Pengujian Distilasi ASTM, ASTMD 86


Distilasi pada dasarnya adalah menguapkan cairan dengan cara dipanaskan, kemudian
uapnya didinginkan untuk menghasilkan distilat
Pengertian - pengertian yang penting dalam suatu distilasi adalah :
a. Initial Boiling Point (IBP) adalah pembacaan termometer pada saat tetesan kondensat
pertama jatuh yang terlihat pada ujung tabung kondenser.
b. Prosen evaporated adalah jumlah persen antara cairan yang diperoleh dan persen yang
hilang
c. Persen recovered adalah persen maksimum yang diperoleh dari suatu distilasi, terbaca
pada tabung (gelas ukur) penampung distilat.
f. End point alan Final Boiling Point (FBP) adalah pembacaan suhu maksimum selama
distilasi berlangsung. lni terjadi setelah cairan dalam tabung distilasi teruapkan
semua.
Signifikansi Pengujian BBM
SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 101 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN
Juga disebut suhu maksimum.

a. Ruang Lingkup
 Metode uji ini mencakup distilasi atmosferik dari produk minyak bumi menggunakan
unit penangas laboratorium untuk menentukan secara kuantitatif karakteristik kisaran
titik didih dari produk-produk minyak bumi, yaitu gasoline alam (natural gasoline),
distilat ringan dan distilat tengahan, bahan bakar mesin otomotif penyalaan busi,
aviasi gaoline, aviasi turbine, I-D dan 2-D regular dan bahan bakar diesel sulfur
rendah, spesial petroleum spirit, nafta, white spirit, kerosine, dan bahan bakar burner
grade 1 dan 2.

 Metode uji ini didesain untuk pengujian bahan bakar distilat, tidak digunakan untuk
produk - produk yang mengandung sejumlah bahan residu.

b. Ringkasan Metode
Contoh sebanyak 100 mL didistilasi pada kondisi standar pengujian. Pembacaan suhu
dilakukan pada saat initial boiling point (IBP), 10 % volume distilat, 50 % volume
distilat, 90 % volume distilat, dan jumlah volume pada suhu 300 °C.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 102 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Gambar: Rangkaian Peralatan Distilasi menggunakan Gas Burner

c. Signifikansi
Sifat volatilitas (distilasi) hidrokarbon rnempunyai pengaruh yang penting untuk
keselamatan dan unjuk kerja, khususnya untuk bahan bakar distilat dan solvent. Kisaran
titik didih memberikan informasi terhadap komposisi, sifat - sifat dan perilaku bahan
bakar minyak selama penyimpanan dan penggunaan.
Volatilitas (kemudahan menguap) adalah faktor pokok yang menentukan kecenderungan
campuran hidrokarbon untuk menghasilkan uap yang mudah meledak.

d. Interpretasi
Dalam spesifikasi minyak solar, IBP, 10 % vol. rec., 50 % vol. rec., dan 90 % vol. rec.
tidak ada batasan minimum atau maksimum. Pada dasarnya bila sifat penguapan bahan
bakar terlalu rendah, bahan bakar sukar untuk diatomisasikan sehingga akan menurunkan
tenaga yang dihasilkan. Sebaliknya bila sifat penguapan bahan bakar. terlalu tinggi,
bahan bakar mudah untuk diatomisasikan berarti di dalam ruang bakar mesin banyak uap
yang dihasilkan sehingga mengakibatkan penurunan tenaga, karena vapor lock dan
disamping itu juga dapat menyebabkan terjadinya detonasi.
Juga pengujian distilasi ini mengindikasikan terjadinya kontaminasi bahan bakar itu oleh
fraksi yang lebih ringan atau fraksi yang lebih berat. Minyak solar yang mempunyai sifat
penguapan terlalu tinggi berarti minyak solar itu kemungkinan terkontaminasi oleh
produk kerosine, misalnya terjadinya interface PKS.

Signifikansi Pengujian BBM


SMK MIGAS
SIGNIFIKANSI Halaman 103 dari 108
PENGOLAHAN MIGAS
DAN PETKIM PENGUJIAN

Signifikansi Pengujian BBM

Anda mungkin juga menyukai