Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktikum ini merupakan aplikasi dari metoda ASTM D 1840 yang
meliputi penentuan kandungan senyawa hidrokarbon naftalen, acenaftalen,
dan turunan rantai alkyl di dalam avtur, avgas, dan jet fuel dengan
menggunakan metoda spektrofotometri UV-Vis. Metoda ini lebih cocok
diterapkan jika kandungan senyawa hidrokarbon alkyl tersebut tidak
memiliki kosentrasi lebih dari 5% vol. Dalam metoda ini juga diharapkan
memiliki presisi hasil analisa 0,03 – 4,25%
Spektrofotometri adalah teknik analisis kimia yang memakai sumber
REM (radiasi elektromagnetik) atau panjang gelombang pada daerah
ultraviolet (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai
instrumen spektrofotometer. Metode pengujian ini mencakup penentuan
komposisi hidokarbon dalam gasoline (Pertamax) dengan spektrofotmeteri
dengan λmaks 243,00 nm. Kegunaan Spektrofotometer UV-Vis adalah
untuk analisis kuantitatif molekul, meninjau Stiokiometri reaksi, studi
termodinamika, kinetika kimia, dan analisis kualitatif gugus fungsional pada
senyawa organik (Kusnanto, M., 2012)1.
Bahan bakar Avtur merupakan salah satu jenis bahan bakar
penerbangan yang digunakan pada pesawat terbang yang bermesin turbin
gas. Warnanya cerah sampai kekuningan. Bahan bakar yang paling umum
Jet A-1 (Avtur) yang diproduksi dalam perlengkapan spesifikasi yang
terstandarisasi secara internasional. Satu-satunya bahan bakar jet yang
umum digunakan dalam penerbangan bermesin turbin disebut Jet-B dan
digunakan untuk cuaca dingin.
bahan bakar jet adalah campuran sejumlah hidrokarbon yang
berbeda, kemungkinan ribuan lebih. Kisaran ukurannya (berat molekul
atau nomor karbon) dibatasi oleh persyaratan untuk produk, sebagai
contoh, titik beku atau titik asap. Bahan bakar jenis kerosin (termasuk Jet A
dan Jet A-1) memiliki distribusi nomor karbon antara 8-16, bahan bakar jet

1
tipe potong luas atau nafta (termasuk Jet B) berkisar antara 5-15 nomor
karbon.
Sedangkan avgas (aviation gasoline) adalah bahan bakar untuk
pesawat baling-baling. Avgas dibedakan dari mogas (motor gasoline),
yang merupakan bensin sehari-hari yang digunakan dalam mobil dan
beberapa pesawat ringan non komersial. Tidak seperti mogas, yang telahh
dirumuskan sejak tahun 1970 untuk memungkinkan penggunaan konten
platinum catalytic conventer untuk pengurangan polusi, avgas
mengandung tetraetil timbal (TEL), zat beracun yang digunakan untuk
mencegah mesin knocking (peledakan). Turbin dan mesin diesel dirancang
untuk menggunakan bahan bakar jet berbasis minyak tanah atau kerosin
(Sudjadi, 1983)2.
Praktikum ini dilatar belakangi untuk meningkatkan pegetahuan
bagaimana tentang penentuan naftalen dalam avtur dan avgas, tetapi
metode ini perlu diteliti lagi agar dapat membuktikan kandung naftalen
dalam skala yang akurat.

1.2 Maksud & Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah melatih mahasiswa dalam membuat
larutan secara pegenceran bertingkat, menentukan nilai ketelitian dalam
sebuah percobaan, dan menghitung konsentrasi kandungan hidrokarbon
naftalen di dalam avtur dan avgas.
Selain itu, maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengenali instrumen analisis spektrofotometer UV-Vis, untuk analisis
kuantitatif molekul, meninjau stiokiometri reaksi, studi termodinamika,
kinetika reaksi, untuk kualitatif gugus fungsional pada senyawa organik,
memahami prinsip kerja alat spektrofotometer UV-Vis dan cara kalibrasi,
mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksi atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang, untuk
mengukur perbedaan absorbsi antara cuplikan dengan blanko atau
pembanding, mengukur di daerah ultraviolet dan tampak, menentukan
panjang gelombang atau λmaks , ketebalan sel, konsentrasi, dan absorban
berdasarkan hukum Lambert-Beer (Fessenden, R. J. at, al, 1991) 3.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
.
2.1 Avtur (Aviation Turbine)
Bahan bakar penerbangan adalah bahan bakar jenis khusus
berbasis dari minyak bumi digunakan untuk daya pesawat. Pada
umumnya kualitasnya lebih tinggi dari bahan bakar yang digunakan dalam
aplikasi yang lain, seperti mesin pemanasan atau mesin angkut jalan, dan
sering mengandung aditif untuk mengurangi resiko icing atau ledakan
akibat suhu tinggi, antara sifat-sifat lainnya.
Sebagian besar bahan bakar penerbangan yang tersedia untuk
pesawat terbang jenis minyak bumi yang digunakan dalam mesin dengan
busi atau mesin piston dan rotary wankel, atau bahan bakar untuk mesin
turbin jet, yang juga digunakan dalam mesin pesawat diesel
Bahan bakar Avtur merupakan salah satu jenis bahan bakar
penerbangan yang digunakan pada pesawat terbang yang bermesin turbin
gas. Warnanya cerah sampai kekuningan. Bahan bakar yang paling umum
Jet A-1 (Avtur) yang diproduksi dalam perlengkapan spesifikasi yang
terstandarisasi secara internasional. Satu-satunya bahan bakar jet yang
umum digunakan dalam penerbangan bermesin turbin disebut Jet-B dan
digunakan untuk cuaca dingin
RON (Research Octane Number) memiliki nilai 100/130. Bahan bakar
minyak Avtur merupakan BBM jenis khusus yang dihasilkan dari frasi
minyak bumi. Avtur didesain untuk bahan bakar pesawat udara dengan
dengan tipe mensin pembakaran luar (External Combution) (Miller, 2005) 6.
Sifat mudah menguap di dalam mesin menentukan jenis hidrokarbon
dan campuran yang digunakan pada BBMP. Sifat mudah menguap
tersebut disebut dengan volalitas. Karena minyak bumi mentah
mempunyai kadar volalitas yang lebih rendah dan tinggi dari BBMP, maka
BBMP harus dipisahkan dari minyak bumi mentah melalui proses
destilasi, namun karena dengan proses tersebut jumlah BBMP yang
diperoleh sangat sedikit maka minyak bumi mentah tersebut akan

3
mengubah kadar volalitas hidrokarbon yang lebih rendah atau lebih tinggi
dari BBMP menjadi sama dengan BBMP (Pasto, D. at, al, 1992) 4.

2.2 Avgas (Aviation Gasoline)


Avgas adalah bahan bakar untuk pesawat jenis baling-baling yang
memiliki piston. Avgas dibedakan dari mogas (motor gasoline), yang
merupakan bensin sehari-hari yang digunakan dalam mobil dan beberapa
pesawat ringan non komersial. Avgas memiliki rantai karbon paling pendek
daripada avtur. Avgas memiliki rentang hidrokarbon dari C5 sampai C10,
lebih tepatnya C8 oktana.
Avgas memiliki ciri-ciri yaitu nilai oktan sebesar 100 karena
ditambahkan zat aditif yaitu timbal, warnanya putih kebiruan, berasal dari
fraksi minyak tanah yang dirancang sebagai bahan bakar pesawat terbang
dengan menggunkan mesin yang memiliki ruang pembakaran, dan
bermesin piston engine. Avgas serupa dengan bensin, bahan bakar ini
diolah dari bensin yang lebih disempurnakan dari segi volitility (ukuran
kecendrungan benda cair untuk menguap pada kondisi tertentu), titik didih,
titik bekunya dan flash point.
Avgas memiliki sifat sangat mudah menguap dan terbakar pada
temperatur normal. Maka dari itu, dibutuhkan dalam menangani bahan
bakar jenis ini.tidak seperti bensin yang biasa digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan, penggunaan platinum catalytic conventer pada avgas
bertujuan untuk mengurangi resiko pencemaran lngkungan karena tetraetil
timbal (TEL), zat beracun yang digunakan untuk mencegah mesin meledak.

2.3 Naftalen
Metode pengujian ini mencakup penentuan, dengan ultraviolet
spektrofotometri, dari konsentrasi total naftalena, acenaphthene, dan
turunan teralkilasi dari hidrokarbon ini dalam bahan bakar jet. Metode
pengujian ini dirancang untuk menganalisis bahan bakar mengandung tidak
lebih dari 5% dari komponen tersebut dan memiliki titik akhir di bawah 315 °
C (600 ° F).
Namun, kisaran konsentrasi yang digunakan dalam program uji antara

4
laboratorium yang menetapkan pernyataan presisi untuk metode pengujian
ini 0,03 hingga 4,25 volume% untuk Prosedur A, dan 0,08 hingga 5,6
volume % untuk Prosedur B. Metode pengujian ini menentukan maksimum
jumlah naftalena yang bisa hadir. Total konsentrasi naftalena dalam bahan
bakar jet adalah ditentukan oleh pengukuran absorbansi pada 285 nm dari
solusi bahan bakar pada konsentrasi yang diketahui

2.4 UV-Vis
Spektrofotometeri UV-Visible dapat digunakan untuk penentuan
terhadap sampel yang berupa larutan, gas, dan uap. Pada umumnya
sampel harus diubah menjadi suatu larutan yang jernih. Spektrofotometri
adalah teknik analisis kimia yang memakai sumber REM (radiasi
elektromagnetik)/panjang gelombang pada daerah ultraviolet yakni 190-
380 nm dan sinar tampak 380-780 nm dengan memakai instrumen
spektrofotometer (Andria, L., 2012)6. Untuk sampel yang berupa larutan
perlu diperhatikan beberapa persyaratan pelarutan yang dipakai antara
lain:
1. Harus melarutkan sampel dengan sempurna.
2. Pelarut yang dipakai tidak mengandung ikatan rangkap terkonjugasi
pada struktur molekulnya tidak mengandung ikatan rangkap
terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.
3. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis
4. Kemurniannya tinggi
Kegunaan spektrofotometer UV-Vis yaitu untuk analisis kuantitatif
molekul, untuk meninjau stiokiometeri reaksi, untuk studi termodinamika,
kinetika reaksi, dan untuk analisis kualitatif gugus fungsional padaa
senyawa organik. Spektrofotometer mengacu pada hukum Lambert-Beer
yaitu jumlah radiasi yang diserap proporsional dengan ketebalan sel (b),
konsentrasi analit (c), dan koefisien absorptivitas molekuler (a) dari suatu
spesi (senyawa) pada suatu panjang gelmbang. Semakin banyak sinar
diabsorbsi oleh sampel organik pada panjang gelombang tertentu, semakin
tiggi absorban, yang dinyatakan dalam hukum Lambert-Beer:

5
A=a.b.c
Keterangan:

A = absorban
b = lebar sel yang dilalui sinar (cm)
c = konsentrasi (mol/L)
Spektrum UV-Vis digambarkan dalam bentuk dua dimensi, dengan
absis merupakan panjang gelombang dan ordina merupakan absorban
(serapan). Umumnya spektrum UV-Vis berbentuk pita lebar, pita melebar
dari spektrum UV-Vis disebabkan karena energi yang diabsorbsi selain
menyebabkan transisi elektronik terjadi pula transisi rotasi elektron dan
vibrasi elektron ikatan dalam molekul.
Berbagai satuan energi beserta faktor konversinya dapat dilihat pada
tabel berbagai satuan energi.
Erg Joule Kalori l.atm E.volt
1 erg = 1 10 -7
2,3901×10 -
9,8687 × 6,2418 ×
8
10-19 1011
1 Joule = 10’ 1 2,3901×10 9,8687 × 6,2418 ×
-1 10-19 1011
1 Kalori 4.180 1 4,1291 × 2,6116 ×
=4,1849×10 7
10-2 1019
1 atm = 1,0133 24,218 1 16,6248 ×
1,0133×10 9
×10 2
1020
1 E.volt = 1,6021 1,6021× 1,5611 ×
1
1,6021×10-12 x10-19 10-20 10-20

Jika konsentrasi (c) diekspresikan sebagai molaritas (mol/L) dan


ketebalan sel (b) dinyatakan dalam centimeter (cm), koefisien absorptivitas
molaritas ( E ) dan memiliki satuan [L/(mol.cm)]
A = E .b.c
Transmitan dan absorbansi berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus
yang digunakan untuk menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan:
T = I.t.Io atau %T= I.t.Io × 100%
Absorbansi dinyatakan dengan rumus:
A = -logT = -log I.t.Io

6
Kriteria hukum Lambert-Beer terpenuhi apabila:
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel
berupa sinar dengan panjang gelombang tunggal
(monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam
larutan tidak dipengaruhi oleh molekul yang ada di dalam
larutan tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada
bersama dalam suatu larutan.
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas
penampang (tebal kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor
artinya larutan yang diukur harus benar-bear jernih agar tidak
terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau
suspensi yang ada di dalam larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi
akan menganggu kelineran grafik absorbansi versus
konsentrasi (Harvey, D., 2000)7.
2.4.1 Sumber Cahaya
Spektrofotometer menggunakan dua buah sumber
cahaya yang berbeda, yaitu sumber cahaya yang berbeda,
yaitu sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan
yang dianalisis diukur serapan sinar ultraviolet atau sinar
tampaknya. Konsentrasi larutan yang dianalisis akan
sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat terapat
dalam larutan tersebut.

Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan


warna komplementer dari warna yang teramati. Beberapa
warna yang diamati dan warna komplementernya terdapat
pada tabel berikut ini:
Panjang Warna Warna
Gelombang Terlihat Komplementer
<400 Ultraviolet -

7
400-500 Violet Kuning
450-490 Biru Jingga
490-550 Hijau Merah
550-580 Kuning Ungu
580-650 Jingga Biru
650-700 Merah Hijau
>700 Inframerah

Sinar dari sumber cahaya akan dibagi menjadi dua


berkas oleh cermin yang berputar pada bagian dalam
spektrofotometer. Berkas pertama akan melewati kuvet berisi
blanko, sementara berkas kedua akan melewati kuvet berisi
sampel. Blanko dan sampel akan diperiksa secara
bersamaan. Adanya blanko, berguna untuk menstabilkan
absorbsi akibat perubahan voltase dari sumber cahaya
(Gandjar, I., 2007)8.

2.4.2 Monokromator
Manokromator adalah alat yang berfungsi untuk
menguraikan cahaya polikromatis menjadi beberapa
komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis) yang
berbeda (terdispersi). Monokromator juga merupakan
peralatan optik yang dapat mengisolasi suatu berkas sinar dari
sumber kontinu dengan kemurnian spektral yang tinggi untuk
semua panjang gelombang.
Unsur terpenting pada sebuah monkromator adalah
sistem celah masuk, kemudian dikumpulkan oleh sebuah
lensa atau cermin sehingga sinar paralel jatuh pada prisma
atau kisi difraksi, selanjutnya melalu jalan optik monokromatis
melewati contoh yang diperiksa.
Ada dua macam monokromator, yang satu
menggunakan prisma dan yang lainnya menggunaka grating
(kisi) sebagai pendispersi cahaya yaitu:
a. Monokromator Prisma
Komponen ini dibuat dari bahan quartz untuk daerah

8
ultraviolet (UV), visible, dan infra red (IR) dekat. Prinsip
kerja suatu prisma adalah apabila seberkas sinar melewati
dua medium yang berbeda, maka berkas sinar tersebut
akan mengalami pembelokkan (refraksi). Besarnya refraksi
tergantung pada indeks bias ini berubah-ubah dengan
panjang gelombang yang berbeda, cahaya biru akn
dibelokkan daripada cahaya merah
b. Monokromator Grating (kisi)
Dispersi radiasi ultraviolet dapat diperoleh dengan
menjatuhkan sinar polikromatis pada granting transmisi
atau pada permukaan granting refleksi yang lebih praktis
dan sering digunakan.
Tahap pertama pada pembuatan grating refleksi yaitu
penyediaan master granting yang tersusun dari lekukan
paralel dengan jarak rapat disusun pada permukaan keras
yang telah dilapisi dengan perlatan seperti intan
(Silverstain. at, al, 1981)9.

2.5 Aplikasi Instrumen


Spektrofotometer UV-Vis atau spektrofotometer ultraviolet-sinar
tampak memanfaatkan sinar dengan panjang gelombang 190-380 nm untuk
daerah UV dan 380-780 nm untuk daerah visible atau sinar tampak.
Spektrofotometer ini jenisnya terdiri Was berkas tunggal (single beam) dan
berkas rangkap (double beam).

9
Perbedaan pada keduanya adalah pada spektrofotometer duble beam
pengukuran dapat dilakukan secara bersamaan antara kuvet yang berisi
larutan contoh atau standar dan kuvet yang berisi blanko dalam satu ruang
sehingga pembacaan serapan zat tidak dipengaruhi oleh perubahan
tegangan listrik karena blangko dan zat diukur secara bersamaan. Secara
umum sistem spektrofotometer terdiri atas sumber radiasi,monokromator,
sel, foto sel, detektor, dan tampilan (display).

Sumber radiasi berfungsi memberikan energi radiasi pada daerah


panjang gelombang yang tepat untuk pengukuran dan mempertahankan
intensitas sinar yang tetap pada pengukuran. Sumber radiasi untuk
spektrofotometer UV-Vis adalah lampu hidrogen atau deuterium dan lampu
filamen. Lampu hidrogen diugunakan untuk mendapatkan radiasi di daerah
ultraviolet sampai 350 ran. Lampu filamen digunakan untuk daerah sinar
tampak sampai inframerah dekat dengan panjang gelombang 350 nm
sampai sekitar 250 nm.
Manokromator berfungsi menghasilkan radiasi monokromatis yang
diperoleh dilewatkan melalui kuvet yang berisi sampel dan blanko secara
bersamaan dengan bantuan cermin beputar.
Sel atau kuvet adalah tempat bahan yang akan diukur serapannya.
Kuvet harus dibuat dari bahan yang tidak menyerap radiasi pada daerah
yang digunakan, umumnya terbuat dari kaca tembus sinar tetapi bisa pula
terbuat dari kuarsa baik untuk spektroskopi UV-Vis. Kuvet dari bahan kaca
silikat biasa tidak dapat digunakan untuk spektroskopi ultraviolet karena
bahan kaca diikat dapat menyerap ultraviolet,

10
Foto sel berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan zat dan
kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang kemudian akan
disampaikan ke detektor. Detektor adala material yang dapat menyerap
energi dari foton dan mengubahnya dalam bentuk lain, yaitu energi listrik.
Display atau tampilan berfungsi mengubah sinar listrik dari detektor menjadi
pembacaan yang berupa meter atau angka yang sesuai dengan hasil yang
dianalisis.
Pada spektrofotometer UV-Vis, zat diukur dalam bentuk larutan. Analit
yang dapat diukur dengan spektrofotometer sinar tampak adalah analit
berwarna atau yang dapat dibuat berwarna. Analit berwarna adalah analit
yang memiliki sifat menyerap cahaya secara alami. Analit yang dibuat
berwarna adalah analit yang tidak berwarna sehingga harus direaksikan
dengan zat tertentu untuk membentuk senyawa yang menyerap cahaya
pada panjang gelombang tertentu. Pembentukan warna untuk zat atau
senyawa yang tidak berwarna dapat dilakukan dengan pembentukan
kompleks atau dengan cara oksidasi sehingga analit menjadi berwarna
(Brink. at, al, 1985)10.

11
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan pada tanggak 17 Februari 2020, pukul 13.30
sampai dengan selesai, di laboratorium Logistik Migas kampus Politeknik
Energi dan Mineral AKAMIGAS.

3.2 Alat dan Bahan


A. Alat:
1. Labu ukur 50 mL
2. Labu ukur 25 mL
3. Timbangan
4. Spektrofotometer UV-Vis
5. Pipet ukur
6. Gelas beaker
7. Pipet tetes
8. Vial 10 mL
9. Bulb
B. Bahan:
1. Asetonitril sebagai pencuci alat gelas
2. Isooktane sebagai pelarut Avtur dan Avgas
3. Avtur (Aviation Turbin) dan Avgas

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Membuat larutan
1. Siapkan labu ukur 50 mL, dan diisi sekitar 15-20 mL Iso-
oktan.
2. Timbang avtur atau avgas 20 mg, 40 mg, 50 mg, 60 mg,

12
80 mg, dan 100 mg. Penimbangan ini langsung
dilakukan dengan cara memasukkan ke dalam labu ukur
yang telah diisi isooktan
3. Tepatkan larutan sampai tanda batas.
4. Lakukan pengenceran sampai tiga kali proses
pengenceran yang masing-masing larutan yang diambil
5 mL.
3.3.2 Mempersiapkan Peralatan
1. Hidupkan stabiliezer dengan arus listrik.
2. Hidupkan stabiliezer dengan cara klik tombol on sekali
saja sampai muncul tulisan on line.
3. Hidupkan alat spektrofotometeril UV-Vis dan distabilkan
selama 30 menit.
4. Hidupkan komputer dan printer.
5. Pilih tool alat UV pada dekstop.
6. Pilih on line pengukuran dan tunggu.
7. Setting panjang gelombang pada alat
8. Dan ukur absorbansi dari larutan yang telah dibuat.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang dilakukan dengan judul “Penentuan
Naftalen dalam Avtur dan Avgas dengan Metode Spektrofotometri”. Metoda
ini leih cocok diterapkan jika kandungan senyawa hidrokarbon alkyl tersebut
tidak memilki presisi hasil analisa 0,03-4,25% vol.
Pada praktikum ini, kami melakukan pengukuran kandungan
hidrokarbon sebanyak 3 kali percobaan untuk melakukan perhitungan
pengulangan pada proses pengambilan kesimpulan konsentrasi
hidrokarbon di dalam avtur, avgas, dan jet fuel. Kelompok 3 mengambil
avtur dan avgas sebanyak 50 mg, dengan tingkat absorbansi dari
hidrokarbon pada panjang gelombang 285 nm.
Dari praktikum ini menghasilkan % naftalen dengan avtur dan avgas
50 mg dan panjang gelombang 285 nm:
% NAFTALENE
No. NAME AU (286,00 nm)
((A X K)/(33,7 X W)) X 100
1 AVTUR 1-1 2,3463 0,348115727
2 AVTUR 1-2 2,3465 0,348145401
3 AVTUR 1-3 2,3116 0,342967359
4 AVTUR 2-1 0,9643 1,430712166
5 AVTUR 2-2 0,9644 1,430860534
6 AVTUR 2-3 0,9659 1,433086053
7 AVTUR 3-1 0,5949 8,826409496
8 AVTUR 3-2 0,5949 8,826409496
9 AVTUR 3-3 0,5942 8,816023739
10 AVGAS 1-1 0,8256 0,122492582
11 AVGAS 1-2 0,8267 0,122655786
12 AVGAS 1-3 0,8254 0,122462908
13 AVGAS 2-1 1,5009 2,226854599
14 AVGAS 2-2 1,5011 2,227151335
15 AVGAS 2-3 1,5013 2,227448071

14
16 AVGAS 3-1 1,3319 19,7611276
17 AVGAS 3-2 1,3323 19,76706231
18 AVGAS 3-3 1,3285 19,71068249
A ×K
Rumus % Naftalen = × 100
33,7 ×W
Dimana:
A = Absorbansi
K = Tetapan Pelarutan
Satu kali pelarutan K = 0,025
Dua kali pelarutan K = 0,25
Tiga kali pelarutan K = 2,5
W = Berat sampel (gram)
Berdasarkan perhitungan pada tabel diatas, terjadi kerusakan atau
kekeliruan persentase naftalen pada avtur pada larutan konsentrasi
bertingkat 2 ke 3, begitu juga dengan avgas. Sehingga, dengan adanya
penelitian dan penentuan naftalen dalam avtur dan avgas dapat diketahui
kerusakan dan kekeliruannya dengan metode spektrofotmetri

4.2 Perhitungan & Pembahasan


4.2.1 Perhitungan Standar Deviasi Relatif Avtur
Pada praktikum ini menggunakan λ = 285 nm. Berikut ini
data dari standar deviasi relatif Avtur dan Avgas menurut hasil
dari % Naftalen:
A SDR AVTUR 1 X-Xrata-rata (X-Xrata-rata)2  
1 2,3463 0,0115 0,00013225 SD 0,000269127 0,016405
  2 2,3465 0,0117 0,00013689 SDR 0,820254026  
3 2,3116 -0,0232 0,00053824      
JUMLAH 7,0044   0,00080738      
RATA-RATA 2,3348          
B SDR AVTUR 2 X-Xrata-rata (X-Xrata-rata)2      
1 0,9643 0,000566667 3,21111E-07 SD 5,35556E-07 0,000732
2 0,9644 0,000466667 2,17778E-07 SDR 0,036590831  
  3 0,9659 0,001033333 1,06778E-06      
JUMLAH 2,8946   1,60667E-06      
RATA-RATA 0,964867          
C SDR AVTUR 3 X-Xrata-rata (X-Xrata-rata)2      

15
1 0,5949 0,000233333 5,44444E-08 SD 1,08889E-07 0,00033
2 0,5949 0,000233333 5,44444E-08 SDR 0,016499158  
  3 0,5942 0,000466667 2,17778E-07      
JUMLAH 1,784   3,26667E-07      
RATA-RATA 0,594667          
D SDR AVGAS 1 X-Xrata-rata (X-Xrata-rata)2      
1 0,8256 -0,0003 9E-08 SD 3,26667E-07 0,000572
2 0,8267 0,0008 6,4E-07 SDR 0,019051587  
  3 0,8254 -0,0005 2,5E-07      
JUMLAH 2,4777   9,8E-07      
RATA-RATA 0,8259          
E SDR AVGAS 2 X-Xrata-rata (X-Xrata-rata)2      
1 1,5009 -0,0002 4E-08 SD 2,66667E-08 0,000163
2 1,5011 0 0 SDR 0,008164966  
  3 1,5013 0,0002 4E-08      
JUMLAH 4,5033   8E-08      
RATA-RATA 1,5011          
F SDR AVGAS 3 X-Xrata-rata (X-Xrata-rata)2      
1 1,3319 0,001 1E-06 SD 2,90667E-06 0,001705
2 1,3323 0,0014 1,96E-06 SDR 0,085244746  
  3 1,3285 -0,0024 5,76E-06      
JUMLAH 3,9927   8,72E-06      
RATA-RATA 1,3309          
Dari tabel ini di dapat ditentukan bahwa retention time ≤ 1%, dapat
ditentukan bahwa kalibrasi yang saya dan kawan-kawan buat memiliki
kelineran yang baik. Pada praktikum ini mengacu pada koefisien
determinasi yang menjelaskan bahwa kuadrat korelasi r2 yang
menghasilkan nilai dari 0 sampai 1 atau yang mendekati 1 maka kurva yang
dibuat memiliki kelineran yang baik
4.2.2 Perhitungan Berdasarkan SDR % Naftalen dalam Avtur
Pada praktikum ini menggunakan λ = 285 nm. Berikut ini data
dari standar deviasi relatif % Naftalen Avtur dan Avgas menurut hasil
dari % Naftalen pada tabel hasil:
A SDR % NAFTALENE X-Xrata-rata (X-Xrata-  

16
rata)2
1 0,348115727 0,001706231 2,91123E-06 SD 5,9243E-06 0,002433988
SD
2 0,348145401 0,001735905 3,01337E-06 0,121699416  
  R
-
3 0,342967359 1,18483E-05      
0,003442137
JUMLAH 1,039228487   1,77729E-05      
RATA-RATA 0,346409496          
(X-Xrata-
B SDR % NAFTALENE X-Xrata-rata      
rata)2
1 1,430712166 0,000840752 7,06863E-07 SD 1,17892E-06 0,001085781
SR
  2 1,430860534 0,000692384 4,79395E-07 0,05428906  
D
3 1,433086053 0,001533135 2,3505E-06      
JUMLAH 4,294658753   3,53676E-06      
RATA-RATA 1,431552918          
(X-Xrata-
C SDR % NAFTALENE X-Xrata-rata      
rata)2
  1 8,826409496 0,003461919 1,19849E-05 SD 2,39698E-05 0,004895893
SD
  2 8,826409496 0,003461919 1,19849E-05 0,24479464  
R
  3 8,816023739 0,006923838 4,79395E-05      
JUMLAH 26,46884273   7,19093E-05      
RATA-RATA 8,822947577          
(X-Xrata-
D SDR % NAFTALENE X-Xrata-rata      
rata)2
  1 0,122492582 -4,451E-05 1,98114E-09 SD 7,19089E-09 8,47991E-05
SD
  2 0,122655786 0,000118694 1,40883E-08 0,004239956  
R
  3 0,122462908 -7,4184E-05 5,50327E-09      
JUMLAH 0,367611276   2,15727E-08      
RATA-RATA 0,122537092          
(X-Xrata-
E SDR % NAFTALENE X-Xrata-rata      
rata)2
  1 2,226854599 0,000296736 8,80523E-08 SD 5,87015E-08 0,000242284
SD
  2 2,227151335 0 0 0,012114196  
R
  3 2,227448071 0,000296736 8,80523E-08      
JUMLAH 6,681454005   1,76105E-07      
RATA-RATA 2,227151335          
SDR % (X-Xrata-
F   X-Xrata-rata      
NAFTALENE rata)2
  1 19,7611276 0,0148368 0,000220131 SD 0,000639846 0,025295177
SD
  2 19,76706231 0,02077151 0,000431456 1,264758871  
R
  3 19,71068249 -0,03560831 0,001267952      
JUMLAH 59,2388724   0,001919538      

17
RATA-RATA 19,7462908          

Dari tabel ini di dapat ditentukan bahwa retention time ≤ 1%, dapat
ditentukan bahwa kalibrasi yang saya dan kawan-kawan buat memiliki
kelineran yang baik. Pada praktikum ini mengacu pada koefisien
determinasi yang menjelaskan bahwa kuadrat korelasi r2 yang
menghasilkan nilai dari 0 -1.

KESIMPULAN

Teknik analisis kimia yang memakai sumber REM (radiasi


elektromagnetik) / Panjang gelombang pada daerah ultraviolet (190-380
nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam
larutan tidak dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam
satu larutan.
Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang
(tebal kuvet) yang sama. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran
sinar pendafluor. Artinya larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar
tidak terjadi hamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi
yang ada di dalam larutan. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila
konsentrasi tinggi akan menggangu kelinearan grafik absorbansi versus
konsentrasi.
Bahan bakar Avtur merupakan salah satu jenis bahan bakar
penerbangan yang digunakan pada pesawat terbang yang bermesin turbin
gas, warnanya cerah sampai kekuningan. RON (Research Octane Number)
memiliki nilai 100/130. Bahan bakar minyak Avtur merupakan BBM jenis
khusus yang dihasilkan dari fraksi minyak bumi. Sedangkan, Avgas
memiliki ciri-ciri yaitu nilai oktan sebesar 100 karena ditambahkan zat aditif
yaitu timbal, warnanya putih kebiruan, berasal dari fraksi minyak tanah yang
dirancang sebagai bahan bakar pesawat terbang dengan menggunkan
mesin yang memiliki ruang pembakaran, dan bermesin piston engine.
Metode pengujian ini mencakup penentuan, dengan ultraviolet
spektrofotometri, dari konsentrasi total naftalena, acenaphthene, dan

18
turunan teralkilasi dari hidrokarbon ini dalam bahan bakar jet. Metode
pengujian ini dirancang untuk menganalisis bahan bakar mengandung tidak
lebih dari 5% dari komponen tersebut dan memiliki titik akhir di bawah 315 °
C (600 ° F).

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusnanto, M., 2012. “Analisis Spektrofotometri UV-Vis”. Surakarta.


Universitas Sebelas Maret.
2. Sudjadi. 1983. “Penentuan Struktur Senyawa Organik”. Ghalia
Indonesia. Jakarta.
3. Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden, 1991. “Kimia Organik”. Jilid 2,
edisi 3. Wadsworth, Inc., Belmont, alih bahasa: Aloysius Hadyana P.
4. Pasto, D., C. Johnson, M. Miller, 1992. “Experiment and Techniques
in Organic Chemistry”. Prentice Hall. Englewood Cliffs.
5. Miller, 2005. “Produk Migas Analisis.” Jakarta. Universitas Trisakti.
6. Andria, L., 2012. “Validasi Metode Spektrofotometeri UV-Vis”.
Jakarta. Univeristas Indonesia.
7. Harvey, D., 2000. “Modern Analytical Chemistry”. New York:
McGraw-Hill Comp.
8. Gandjar, I., 2007. “Kimia Farmasi Analisis”. Yogyakarta. Pustaka
Belajar.
9. Silverstein et al., 1981, “Spectrometric Identification of Organic
Compounds”. John Willey.
10. Brink, Flink dan Soebandi. 1985. “Dasar-Dasar Ilmu Instrumen”.
Bandung. Binacipta.

19

Anda mungkin juga menyukai