Kompetensi mahasiswa:
1. Mahasiswa mampu memahami jenis-jenis bahan bakar
2. Mahasiswa mampu memahami parameter penting bahan bakar
3. Mahasiswa mampu memahami gas hasil pembakaran
4. Mahasiswa mampu memahami energi pembakaran
Tolok ukur:
1. Mahasiswa mampu menjelaskan bahan bakar fosil dan alternatif
2. Mahasiswa mampu menjelaskan angka oktan dan angka setana
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengaruh gas hasil pembakaran bagi
kesehatan dan lingkungan
4. Mahasiswa mampu menghitung energi pembakaran
Di Indonesia Badan Usaha Milik Negara Pertamina saat ini menjadi pemeran
tunggal yang sekaligus melaksanakan fungsi mencari sumber minyak dan gas
bumi, mengolah dan menyediakan bahan bakar. Adapun jenis-jenis bahan bakar
minyak yang diproduksi dan diperdagangkan di Indonesia untuk keperluan
kendaraan bermotor, rumah tangga, industri dan perkapalan adalah sebagai
berikut:
1. Premium dan Pertamax,
2. LPG dan BBG,
3. Minyak Tanah (kerosene),
4. Minyak Solar (gas oil),
5. Minyak Diesel (diesel oil),
6. Minyak Bakar (fuel oil)
108
X.1 Gasolin
Gasolin adalah suatu senyawa organik yang dibutuhkan dalam suatu pembakaran
dengan tujuan untuk mendapatkan energi/tenaga. Gasolin ini merupakan hasil dari
proses distilasi minyak bumi (Crude Oil) menjadi fraksi-fraksi yang diinginkan.
Jenis gasolin yang diproduksi dan dipasarkan oleh Pertamina dengan nama
premium saat ini memiliki angka oktan 88 dengan kandungan timbal maksimum 3
gram/liter dan kadar belerang maksimum 2% bobot. Di samping premium
disediakan pula gasolin yang beroktan lebih tinggi , yaitu Premix, dengan angka
oktan 94. Proses produksinya ditempuh dengan cara pencampuran premium
dengan 15% MTBE (Methyl Tertiery Butyl Ether) sehingga kandungan timbalnya
sama dengan premium.
Angka oktan suatu bahan bakar adalah bilangan yang menyatakan persentase
volume iso-oktana dalam campuran yang terdiri dari iso-oktana (2,2,4-
109
trimethylpentane) dan normal-heptana (n-heptane). Contoh sederhana adalah
Premium dengan angka oktan 88, yang berarti campuran volume iso-oktana
sebanyak 88% dan 12% volume normal-heptana. Angka oktan bisa ditingkatkan
dengan menambahkan zat aditif bensin. Beberapa angka oktan untuk bahan bakar:
87 → Bensin standar di Amerika Serikat
88 → Bensin tanpa timbal Premium
91 → Bensin standar di Eropa, Pertamax
92 → Bensin standar di Taiwan
91 → Pertamax
95 → Pertamax Plus
Untuk mendapatkan bensin dengan angka oktan yang cukup tinggi dapat
ditempuh beberapa cara: memilih minyak bumi dengan kandungan aromat yang
tinggi dalam trayek didih gasoline; meningkatkan kandungan aromatik melalui
pengolahan reformasi atau alkana bercabang dengan alkilasi atau isomerisasi atau
olefin bertitik didih rendah; mengunakan komponen berangka oktan tinggi
sebagai bahan ramuan seperti alcohol atau eter; dan menambahkan aditif
peningkat angka oktan.
110
Beberapa bahan adittif pada gasoline adalah:
1. Tetraethyl Lead (TEL)
Zat aditif yang masih digunakan di Indonesia hingga saat ini adalah
Tetraethyl Lead (TEL). Namun penggunaan zat aditif tersebut did uga sebagai
penyebab utama keberadaan timbal di atmosfer. Para ahli lingkungan meneliti
sampai sejauh mana mekanisme transportasi timbal di atmosfer serta dampak
yang ditimbulkannya terhadap kehidupan manusia dan lingkungannya.
2. Senyawa Oksigenat
Di Amerika dan beberapa negara-negara Eropa Barat, penggunaan TEL
sebagai aditif anti ketuk di dalam bensin makin banyak digantikan oleh
senyawa organik beroksigen (oksigenat) seperti alkohol (methanol, etanol,
isopropil alkohol) dan eter (Metil Tertier Butil Eter (MTBE), Etil Tertier
Butil Eter (ETBE) dan Tersier Amil Metil Eter (TAME)). Oksigenat adalah
senyawa organik cair yang dapat dicampur ke dalam bensin untuk menambah
angka oktan dan kandungan oksigennya.
111
untuk methanol. Penggunaan alkohol sebagai zat aditif pengganti TEL masih
terbatas karena beberapa masalah antara lain tekanan uap dan daya
hidroskopisnya yang tinggi. Oleh karena itu senyawa eter lebih banyak
digunakan daripada alkohol. Senyawa eter yang telah banyak digunakan
adalah MTBE, sedangkan ETBE dan TAME masih terbatas karena teknologi
prosesnya masih belum banyak dikembangkan. Namun berdasarkan hasil
pengamatan dan penelitian dalam satu dasawarsa ini, MTBE juga
menimbulkan masalah pencemaran air tanah, sehingga penggunaannya
sebagai zat aditif bensin banyak ditinjau lagi. Penggunaan eter tersebut
sebagai zat aditif saat ini agaknya mulai digantikan dengan alternatif aditif
yang lain, seperti di Amerika mulai dilakukan pengkajian terhadap
penggunaan etanol sebagai pengganti MTBE. Di Indonesia walaupun masih
menggunakan MTBE, namun Bapedal melakukan pengkajian terhadap
Methylcyclopentadienyl Manganese Tricarbonyl (MMT), senyawa
organologam.
Metanol memiliki angka oktan yang tinggi dan mudah didapat dan
penggunaannya sebagai aditif bensin tidak menimbulkan pencemaran udara.
Namun perbedaan struktur molekul methanol yang sangat berbeda deari
struktur hidrokarbon bensin menimbulkan permasalahan dalam
penggunaannya, antara lain kandungan oksigen yang sangat tinggi dan rasio
stoikiometri udara per bahan bakar. Nilai bakarnya pun hanya 45% dari
bensin.
Etanol memiliki angka oktan yang hampir sama dengan metanol. Daya
toleransi etanol terhadap air lebih baik daripada metanol. Di negara-negara
yang mempunyai kelebihan produksi pertanian etanol dibuat dari fermentasi
produk pertanian. Etanol juga bersifat toksik. Di dalam tubuh manusia
keberadaan etanol diproses di dalam hati di mana enzim dehidrogenasi
mengubah etanol menjadi asetaldehida. Akumulasi asetaldehida itu dapat
mengganggu sistem kesadaran otak manusia. Namun begitu penggunaan
etanol sebagai aditif bensin dinilai relatif lebih aman dibanding metanol.
112
MTBE memiliki sifat yang paling mendekati bensin ditinjau dari nilai kalor,
kalor laten penguapan dan rasio stoikimoetri udara per bahan bakar.
3. MMT
Methylcyclopentadienyl Manganese Tricarbonyl (MMT) adalah senyawa
organologam yang digunakan sebagai pengganti bahan aditif TEL, dan telah
digunakan selam dua puluh tahun terakhir di Kanada, Amerika Serikat serta
beberapa negara Eropa lainnya. RVP-nya rendah yaitu 2,43 psi dan
penggunaannya dibatasi hingga 18 mg Mn/liter bensin. Indeks pencampuran
RVP yang rendah menguntungkan dalam proses pencampuran bensin karena
mengurangi tekanan uap bahan bakar RVP sehingga emisi uap selama operasi
dan penggunaan bahan bakar pada kendaraan bermotor berkurang.
Penggunaan MMT hingga 18 mg Mn/liter bensin dapat meningkatkan angka
oktan bensin sebesar 2 poin, namun masih kurang menguntungkan jika
dibandingkan dengan peningkatan angka oktan yang lebih tinggi yang
dihasilkan senyawa oksigenat. Dalam penerapannya MMT memiliki tingkat
toksisitas yang lebih rendah daripada TEL.
4. Naphtalene
Naftalena adalah salah satu komponen yang termasuk benzena aromatik
hidrokarbon, tetapi tidak termasuk polisiklik. Naftalena memiliki kemiripan
sifat yang memungkinkannya menjadi aditif bensin untuk meningkatkan
angka oktan. Sifat-sifat tersebut antara lain: sifat pembakaran yang baik,
mudah menguap sehingga tidak meninggalkan getah padat pada bagian-
bagian mesin.
113
X.4 Bahan Baker Diesel
Bahan bakar mesin diesel sebagian besar terdiri dari senyawa hidrokarbon dan
senyawa nonhidrokarbon. Senyawa hidrokarbon yang dapat ditemukan dalam
bahan bakar diesel antara lain parafinik, naftenik, olefin dan aromatik. Sedangkan
untuk senyawa nonhidrokarbon terdiri dari senyawa yang mengandung unsur non
logam, yaitu S, N, O dan unsur loga m seperti vanadium, nikel dan besi.
Angka setana yang tinggi menunjukkan bahwa bahan bakar dapat menyala pada
temperatur yang relatif rendah, dan sebaliknya angka setana rendah menunjukkan
bahan bakar baru dapat menyala pada temperatur yang relatif tinggi. Penggunaan
bahan bakar mesin diesel yang mempunyai angka setana yang tinggi dapat
mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar diinjeksikan ke dalam
silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar dan tidak
terakumulasi.
114
senyawa hidrokarbon yang dikenal sebagai Butana, Propana, Isobutana atau
campuran antara Butana dengan Propana.
115
kemampuan Hb untuk mengikat CO jauh lebih besar (sekitar 200 kali
lebih) dibandingkan kemampuan Hb untuk mengikat O2. Selain itu
kandungan COHb dalam darah dapat menyebabkan terganggunya sistem
urat saraf dan fungsi tubuh pada konsentrasi rendah (2-10%) dan bisa
menyebabkan kematian pada konsentrasi tinggi (>10%).
5. NOx
Oksida-oksida Nitrogen (NOx) biasanya dihasilkan dari proses
pembakaran pada suhu tinggi dari bahan bakar gas, minyak atau batu bara.
Secara umum reaksi yang terjadi adalah
116
yang dapat dikonservasikan lagi menjadi nitrogen-dioksida (NO2) dan
nitrogen-tetraoksida (N2O4).
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk menghadapi krisis energi ini,
diantaranya adalah dengan memanfaatkan sumber energi dari Matahari,
batubara, dan nuklir, serta mengembangkan bahan bakar dari sumber daya
117
alam yang dapat diperbaharui (renewable). Brasil telah menggunakan
campuran bensin dengan alkohol yang disintesis dari tebu untuk bahan
bakar kendaraan bermotor. Beberapa jenis minyak tumbuhan seperti
minyak kelapa, minyak kedelai, dan minyak sawit juga telah diteliti untuk
digunakan langsung sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, seperti
halnya nenek moyang kita dahulu menggunakan minyak tumbuhan lokal
sebagai bahan bakar alat penerangan.
2. Etanol.
Etanol merupakan alkohol cair dengan bilangan oktana yang tinggi dan
mampu menggantikan bensin.Ethanol diproduksi dari sumber daya alam
yang dapat diperbaharui (renewable recources) seperti jagung di Amerika
serikat dan tebu di Brazil. Menurut studi yang ada, ethanol lebih
menguntungkan terhadap lingkungan yang bersih dibandingkan dengan
118
bensin premium. Bahan bakar ethanol menurut laporan mengurangi carbon
monoksida (CO), hidrokarbon serta emisi beracun lainnya. Tapi bisa
terjadi kemungkinan ethanol ini menghasilkan emisi acetaldehyde sebagai
polutan beracun. Pada umumnya harga ethanol lebih mahal jika
dibandingkan dengan harga bensin. Ethanol sementara ini belum
dikembangkan di Indonesia. Brasil merupakan negara yang paling maju
dibidang kendaraan bermotor dengan bahan bakar ethanol.
3. BBG.
Gas bumi akan menjawab salah satu solusi pencemaran udara Ibukota.
Populasi kendaraan bermotor untuk umum berjumlah sekitar 2600
kendaraan. Sedangkan jumlah kendaraan di Jakarta sekitar 2,6 juta.
Kendaraan ini terdiri atas armada taxi, bus umum, mikrolet dan mikro
mini. Bebepa mikron gram setiap harinya emisi pegas buang dikeluarkan
oleh kendaraan ini jika tidak teratasi.
4. LPG
Selain BBG,kini telah dikembangkan pula LPG untuk bahan bakar
kendaraan bermotor. Ini menunjukan bahwa trend bahan bakar transportasi
dimasa mendatang mengarah semakin jelas , yakni bahan bakar yang tidak
mencemari lingkungan. Di beberapa negara maju seperti Belanda, Italia,
Australia dan bahkan Singapura telah lama memanfaatkan LPG untuk
kendaraan bermotor.
5. Biogas
Kotoran ternak dapat dipergunakan sebagai sumber energi alternatif yang
ramah lingkungan. Lewat proses fermentasi, limbah yang baunya amat
merangsang itu dapat diubah menjadi biogas. Energi biogas punya
kelebihan dibanding energi nuklir atau batu bara, yakni tak berisiko tinggi
bagi lingkungan. Selain itu, biogas tak memiliki polusi yang tinggi
sehingga sanitasi lingkungan pun makin terjaga.
119
X.9 Katalitik Konverter
Dengan adanya tuntutan lingkungan akan mengakibatkan adanya perubahan pada
industri automotive. Kendaraan bermotor (mobil) yang diproduksi dituntut agar
gas buangannya lebih dapat dilendalikan, yaitu dengan perubahan pada mesin –
mesin mobil serta pemasangan Catalytic Converter pada sistem gas buang
sehingga kadar gas buang yang tidak dikehendaki seperti gas CO, NOx, SOx, dan
Volatile Hidrocarbon dapat ditekan/dikurangi. Catalytic Converter tersebut
membutuhkan bahan bakar yang tidak mengandung timah hitam/lead ( unleaded
gosaline), karena timah hitam akan merusak/meracuni katalis pada catalytic
converter tersebut.
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan, perubahan entalpi
dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan
untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan
120
akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang
dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun
tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi
aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui.
Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika
suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan
entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik, maka tanda
perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH).
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui
dengan pengurangan entalpi pembentukan produk-produk dikurangi entalpi
pembentukan reaktan. Secara matematis
.
Hukum Hess menyatakan bahwa perubahan entalpi keseluruhan dari suatu proses
hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir reaksi, dan tidak tergantung
kepada rute atau langkah-langkah diantaranya. Dengan mengetahui ΔHf
(perubahan entalpi pembentukan) dari reaktan dan produknya, dapat diramalkan
perubahan entalpi reaksi apapun, dengan rumus
𝛥𝐻 = 𝛥𝐻𝑓𝑝 − 𝛥𝐻𝑓𝑅
121
Tabel X.1 Entalpi pembentukan standar
Berdasarkan hukum Hess, energi pembakaran dari reaksi-reaksi berikut ini adalah
a. Pembakaran sempurna isooktana:
C8H18 (l) +12 ½ O2 (g) 8 CO2 (g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ
Tabel X.2 Emisi dari pembakaran sempurna berbagai bahan bakar fosil
(dalam kg CO2 per GJ energi yang dibebaskan)
122
X.11 Soal-soal Latihan
1. Jelaskan salah satu jenis bahan bakar alternatif dan diperoleh dari apa?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan angka oktan?
3. Jelaskan pengaruh gas buang pembakaran bagi kesehatan dan lingkungan?
4. Berapa energi pembakaran sempurna dari 1 liter gas metana yang berada pada suhu
25oC dan tekanan 1 atm?
123