1. Kualitas Bensin
Bensin adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang
digunakan oleh kendaraan roda dua, tiga dan empat. Bensin
mengandung lebih dari 500 jenis hidrokarbon yang memiliki
rantai C5 – C10. Kadarnya bervariasi tergantung komposisi
minyak mentah dan kualitas yang diinginkan. Ada 3 (tiga)
jenis bensin yaitu premium, pertamax dan pertamax plus.
Ketiganya mempunyai kualitas yang berbeda. Kualitas bensin
biasanya dikaitkan dengan jumlah ketukan (knocking) yang
ditimbulkan. Kualitas bensin dinyatakan dengan bilangan
oktan.
Ketukan adalah pembakaran yang terjadi terlalu dini
sebelum piston berada pada posisi yang tepat. Ketukan
mengurangi efisiensi bahan bakar dan bisa merusak mesin.
Ketukan ini mengurangi tenaga yang dihasilkan oleh mesin
dan menyebabkan aus.
Untuk menentukan bilangan oktan, ditetapkan dua senyawa
sebagai pembanding yaitu: isooktana dan n-heptana.
Isooktana menghasilkan ketukan paling sedikit, diberi nilai
oktan 100, sedangkan n-heptana menghasilkan ketukan paling
banyak, nilai oktan = 0 (nol).
Contoh :
Suatu campuran terdiri dari 80% isooktana dan 20% n-
heptana, besar nilai oktan adalah : Nilai oktan = 80. Secara
umum alkana rantai bercabang mempunyai nilai oktan lebih
tinggi daripada isomer rantai lurusnya.
CH3 CH3
CH3 – C – CH2 – CH – CH3 CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3
CH3
Bensin hasil fraksionasi dari minyak bumi mempunyai bilangan oktan yang rendah,
kira-kira 70. Untuk menaikkan mutu bensin (menaikkan bilangan oktannya) perlu ditambah zat
aditif yang sifatnya anti ketukan. Makin besar nilai oktan, makin baik mutu bensin.
2. Zat aditif pada bensin
Zat aditif yang biasanya ditambahkan pada bensin misalnya TEL (Tetra Ethyl Lead)
dengan rumus kimia Pb(C2H5)4 dan MTBE (metil tersier butil eter).Dengan mencampur aditif
TEL maka bilangan oktan bensin dapat dinaikkan hingga 80 – 85 (premium), sampai 95
(premix). Agar timbal yang terbentuk tidak tertimbun pada bagian mesin maka diikat dengan zat
aditif etil bromida (C2H4Br2) atau 1,2-dibromoetana menjadi timbal bromida (PbBr2) yang bisa
menguap bersama gas buang mesin. Tetapi timbal di udara ini berbahaya (beracun), karena bila
terhirup, masuk ke dalam tubuh, akan mengganggu pembentukan sel darah merah, menghalangi
proses metabolisme dan merusak otak. Sekarang penggunaan TEL diganti dengan MTBE yang
bebas timbal.
C2H5 CH3
C2H5 CH3
3. Pertamax plus 95
Keunggulan Pertamax dan Pertamax Plus dibandingkan Premium :
o Mempunyai bilangan oktan yang tinggi
Bensin dengan bilangan oktan yang tinggi dibutuhkan agar tenaga bensin menjadi
lebih besar dan kendaraan dapat melaju dengan kencang.
o Meningkatkan kinerja mesin agar mesin lebih bertenaga
o Bersifat ramah lingkungan
Pertamax dan pertamax plus tidak mengandung Pb yang bersifat racun. Pembakaran
yang makin sempurna juga dapat mengurangi kadar emisi gas polutan seperti CO,
NO2.
o Lebih ekonomis dari segi biaya perawatan mesin.
Kalau pada kasus truck yang menggunakan solar dan terjadi pembakaran tidak
sempurna bisa diakibatkan oleh rantai hidrokarbon yang terlalu besar. Pada truck yang
menggunakan solar (C15H32 – C6H34) terlihat lebih berasap hitam dibandingkan bensin (C6H14
– C9H20), maka solusinya adalah dengan berinovasi dalam menciptakan bahan bakar,
misalnya dengan memperpendek rantai karbon atau menaikan nilai oktan atau bisa juga
dengan membuat bahan bakar tanpa timbal (unleaded), contohnya pertamax, tapi karena
harganya yang sedikit mahal
membuat banyak kendaraan
memilih menggunakan teknik
mencampur (pertamax
campur premium) bahkan ada
yang memilih kembali ke
bensin campur. Apakah
berpengaruh terhadap mesin ?
Semua tergantung dari
pabrikan dan merek
mobilnya.
Ada cara lain juga
untuk mengurangi banyaknya
gas karbon monoksida yang
keluar dari knalpot kendaraan
bermotor yaitu dengan
menggunakan catalytic
converter. Catalityc converter
mengandung katalis logam
rodium dan platina yang dapat
berikatan sementara dengan
gas karbon monoksida
sebelum gas itu berikatan
dengan gas lain untuk
membentuk ikatan yang lebih
kuat dan stabil. Gas karbon
monoksida sebelum melewati
catalytic converter akan dikeluarkan menjadi gas karbon. Selain karbon monoksida, catalytic
converter mengubah gas nitrogen oksida menjadi gas nitrogen dan hidrokarbon yang tidak
terbakar.
Selain itu perlu dilakukan program pengalihan bahan bakar minyak ke bahan bakar
nabati, seperti penggunaan biofuel. Bahan bakar nabati (BBN) dinilai tidak banyak
memproduksi CO2. Seperti diketahui, tumpukan CO2 di atmosfer akan menimbulkan efek
rumah kaca yang mengakibatkan suhu dunia naik.
Dalam pemanfaatannya, minyak nabati memang bisa dicampur dengan minyak fosil
dalam kadar-kadar tertentu untuk menghasilkan campuran bahan bakar. Misalnya kode bahan
bakar E5, itu berarti bensin ditambah dengan campuran 5% bioetanol. Begitu juga B10,
misalnya, artinya campuran solar dengan 10% biodieel.
Namun yang sangat diharapkan perusahaan pabrikan mobil harus sinkron dengan
program lingkungan dengan mulai ramah terhadap lingkungan melalui produk-produk yang
dihasilkan. Dimana mesin mobil yang diproduksi harus bisa mengakomodir bahan bakar
nabati (BBN). Namun yang menjadi masalah yaitu, para pengambil kebijakan serta pengelola
keuangan di negara ini belum memandang industri biofuel sebagai industri masa depan. Lihat
saja kenyataan di lapangan, pemerintah lebih memilih melakukan subsidi BBM dibandingkan
pengembangan BBN yang lebih ramah lingkungan, malah subsidi tidak berjalan efektif
karena orang-orang yang tercover dalam golongan orang kaya juga ikut menikmati BBM
subsidi.
Kenyataan biofuel lebih mahal dari BBM, apalagi mayoritas masyarakat di Indonesia
cenderung memilih sesuatu yang lebih murah. Lihat saja petramax yang mahal sehingga
banyak yang enggan membelinya, kalau bisa membeli kebanyakan dicampur. Banyak
investor yang belum tertarik menanamkan modalnya di sektor pengembangan biofuel karena
takut investasi di sektor ini tidak menguntungkan dan juga melihat kebijakan pemerintah
yang sepenuhnya belum mendukung pengembangan energi terbarukan ini sehingga peluang
untuk meraup untung sangat kecil.