Anda di halaman 1dari 12

FINAL PROJECT SISTEM FOTONIKA

JUDUL FINAL PROJECT


PERANCANGAN SENSOR NILAI OKTAN BERBASIS SERAT OPTIK PADA
BENSIN PERTAMINA

Diusulkan Oleh :
NUR OKTA MILATINA
MIMA AULIA
LINDIA HEVIYANTI
DWI ANDHITIA RAFIKA
ANGGRAENI AGESITA SAPUTRI
DEVITA RACHMAT

2412100089
2413100003
2413100004
2413100036
2413100080
2413100088

JURUSAN TEKNIK FISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah penduduk di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Ini
berdampak pada peningkatan kebutuhan manusia. Tidak hanya kebutuhan primer seperti
sandang, pangan dan papan. Namun kebutuhan sekunder pun ikut mengalami
peningkatan. Salah satunya yaitu peningkatan jumlah permintaan kendaraan. Kendaraan
yang mengalami peningkatan yang pesat adalah sepeda motor. Peningkatan permintaan
sepeda motor ini akan membawa akibat pada peningakatan bahan bakarnya yaitu
bensin.
Bensin merupakan bahan bakar sepeda motor. Kebutuhan manusia akan bensin
tidak jarang digunakan beberapa oknum untuk mengambil keuntungan
pribadinya.Bahkan ada beberapa perilaku oknum yang merugikan konsumen. Sebagai
contoh, ada beberapa oknum yang mencampurkan bensin dengan beberapa bahan lain.
Ketika bensin telah dicampurkan dengan bahan lain, nilai oktan dari bensin akan
menurun. Bensin dengan nilai oktan yang rendah akan dapat merusak sepeda motor
dalam penggunaan jangka lama. Nilai oktan ini berpengaruh pada efisiensi kinerja
mesin motor. Oleh sebab itu, perlu mengetahui nilai oktan bensin yang digunakan untuk
kendaraan.
Ada beberapa cara untuk mengetahui nilai oktan dari bensin yang digunakan. Salah
satu caranya yaitu keterangan yang dikeluarkan oleh pihak PT. Pertamina secara
langsung. Salah satu cara untuk mengukur nilai oktan dengan menguji sampel ke
laboratorium. Namun kelemahan dari cara ini adalah prosesnya yang lama. Selain itu
memerlukan biaya yang relatif mahal karena melibatkan alat alat serta pihak
pihakahli di bidang perminyakan.
Cara yang lebih sederhana yaitu dengan memanfaatkan fiber optik sebagai sensor
untuk mengukur perbandingan nilai oktan dari besarnya nilai loss pada serat optik.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahn yang
akan diselesaikan dalam proposal ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana merancang dan membuat sensor untuk mengetahui perbandingan
nilai loss pada serat optik?
b. Bagaimana mengetahui perbandingan nilai loss pada serat optik dengan sampel
premium, pertamax dan pertamax plus.cara nilai oktan dari sensor yang berbasis
serat optik.?
1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui cara merancang dan membuat sensor untuk mengetahui
perbandingan nilai loss pada serat optik.
b. Mengetahui perbandingan nilai loss pada serat optik dengan sampel premium,
pertamax dan pertamax plus.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah pada proposal ini adalah sebagai berikut :
a. Tidak membahas jenis bensin dan komposisi bensin secara mendalam.
b. Hal yang diperhatikan yaitu besarnya nilai loss pada serat optik.
c. Tidak membahas cara menentukan nilai oktan dengan serat optik.
d. Jenis sumber cahaya yang digunakan adalah LED putih.
e. Jenis serat optik yang digunakan adalah serat optik kaca dengan dopping silika
(SiO2).
f. Jenis bensin yang akan diuji adalah premium, pertamax dan pertamax plus.
1.5 Manfaat
Dapat mengetahui perbandingan nilai loss pada serat optik dengan sampel
premium, pertamax dan pertamax plus.
1.6 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Membuat alat yang dapat mengukur nilai oktan berdasarkan perbandingan nilai
loss pada serat optik..
2. Menghasilkan artikel ilmiah dalam bidang fotonika dan instrumentasi
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nilai Oktan
Nilai oktan adalah salah satu parameter utama yang digunakan dalam kualitas
control bensin. Nilai oktan terutama dipengaruhi oleh hidrokarbon, isoparafin, olefin
danaditif seperti etanol dan ester . Struktur kimia hidrokarbon dalam bensin memiliki
pengaruh besar pada ledakan. Parafin yang memiliki banyak konsekuensi, olefin dan
(benzena, toluena, xilena) sangat tahan terhadap ledakan. Metode yang berbeda
digunakan untuk menentukan angka oktan bensin dengan mensimulasikan kebutuhan
mesin tertentu. Yang paling metode penting adalah: Motor Octane Number (MON),
Research Octane Number (RON) dan Antiknock Index (AKI) . Rata-rata nilai RON dan
MON dan AKI, menurut ASTM D4814, dan nilai minimum yang ditetapkan adalah 87,0
. Nilai oktan diukur dalam mesin khusus (mesin CFR), mesin silinder tunggal dengan
variable rasio kompresi, dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan untuk mengatur
pada suatu tempat tertentu. Campuran TSF ini (toluene) dengan beberapa nilai MON
dan RON dikenal untuk sistem kalibrasi yang digunakan dalam tes. Untuk menentukan
nilai MON, menurut ASTM D2700, dengan Kondisi: rotasi 900 9 rpm, suhu minyak
pelumas di 58 8 C dan cair pendingin pada100 2 C. Untuk menentukan RON nilai,
menurut ASTM D2699 , kondisinya harus: 600 6 rpm, 58 8 C dan 100 2 C. [1]
2.2 Indeks Bias
Ketika seberkas cahaya mengenai permukaan suatu benda, maka cahaya tersebut
ada yang dipantulkan dan ada yang diteruskan. Jika benda tersebut transparan
seperti kaca atau air, maka sebagian cahaya yang diteruskan terlihat dibelokkan,
dikenal dengan pembiasan. Cahaya yang melalui batas antar dua medium dengan

kerapatan optik yang berbeda, kecepatannya akan berubah. Perubahan kecepatan


cahaya akan menyebabkan cahaya mengalami pembiasan.
Perambatan cahaya dalam ruang hampa udara memiliki kelajuan c , kemudian
setelah memasuki medium tertentu akan berubah kelajuannya menjadi v dengan v
c . Ketika cahaya merambat di dalam suatu bahan, kelajuannya akan turun
sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh karakteristik bahan yang dinamakan
indeks bias ( n). Indeks bias merupakan perbandingan (rasio) antara kelajuan cahaya
di ruan hampa terhadap kelajuan cahaya di dalam bahan seperti dinyatakan oleh:
n=

c
v

..(1)

Dengan, n= indeks bias


c= kelajuan cahaya di ruang hampa (m/s)
v= kelajuan cahaya di dalam beban (m/s)
Suatu sinar melewati dua medium yang berbeda, akan terjadi pembiasan. Jika sinar
dilewatkan dari udara melewati zat cair, maka sinar di dalam zat cair itu akan
dibelokkan. Seperti pada Gambar 1, sinar datang dengan arah tidak tegak lurus sisi
kotak yang berisi zat cair. Ketika memasuki zat cair arah sinar dibelokkan, dan ketika
keluar dari zat cair pada sisi lainnya arah sinar dibelokkan kembali. Peristiwa
pembiasan pada bidang batas antara dua medium memenuhi hukum Snellius:
...(2)
Dengan, n1= indeks bias medium tempat cahaya datang
1= sudut datang
n2= indeks bias medium temat cahaya bias
2= sudut bias

Gambar 2.1. Sketsa lintasan sinar datang dan sinar bias


Titik O adalah titik tempat sinar datang mengenai kotak
Titik D adalah titik tempat sinar meninggalkan kotak
Garis BOC adalah garis yang tegak lurus kotak dan melalui titik B
Garis BA tegak lurus garis BOC

Berdasarkan Gambar 1, tidak perlu mengukur sudut secara langsung. Nilai sinus
sudut datang dan sudut bias dapat dihitung berdasarkan pengukuran lokasi jatuhnya
sinar datang dan sinar bias. Berdasarkan gambar didapatkan

sin 1=

AB
OA (3)

sin 2=

CD
OD

(4)

Dengan mengambil indeks bias udara n1= 1 dan indeks bias zat cair n2=n maka
indeks bias zat cair dapat ditentukan dari rumus. [2]
AB x OD
n=
CD x OA .(5)
Tabel 2.1. Nilai indeks bias zat cair (untuk = 589 nm)

2.3 Premium
Premium merupakan salah satu bahan bakar cair yang komponen utamanya adalah
hidrokarbon, yakni senyawa yang paling sederhana, yang hanya terdiri dari unsur
karbon (C) dan hydrogen (H). Premium adalah bahan bakar minyak jenis distilat
berwarna kekuningan dan mengandung timbal sebagai Tetra Ethyl Lead (TEL). Warna
kuning pada premium timbul dari adanya zat pewarna tambahan. Bahan bakar premium
ini digunakan untuk bahan bakar motor otto, sehingga bahan bakar ini sering disebut
juga petrol.[3]
Tabel 2.2 Spesifikasi Bahan Bakar Premium
BATASAN
METODE TEST
SIFAT
SATUAN
MAKS ASTM
LAIN
Angka Oktan Riset
RON
88,0
D-2699
Kandungan Timbal (Pb)
Gr / lt
0,30 D-3341
Distilasi:
10% Vol. Penguapan
C
7
50% Vol. Penguapan
C
4
90% Vol. Penguapan
C
12
520
TitikDidihakhir
C
Residu
%Vol
2,
5
Tekanan Uap Reid pada
D-323
06
37,8C
kPa
Getah Purwa
Mg/100ml
D-381

Periode Induksi
Kandungan belerang
Korosi Bilah Tembaga
3 jam/ 50C
Uji Doctor atau
Belerang Mercaptan
Warna
Kandungan pewarna

Menit
%massa

240
0,20
No.1

C
Gr/100lt

D-525
D-1266
D-130

Negatif
0,0020 D-3227
Kuning
0,113

IP 30
Visual

2.4 Pertamax
Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina. Pertamax, seperti halnya
Premium, adalah produk BBM dari pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan
dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya di kilang minyak. Pertamax
mempunyai nilai oktan sebesar 92. Pertamax pertama kali diluncurkan pada tanggal 10
Desember 1999 sebagai pengganti Premix 1994 dan Super TT 1998 karena unsur
MTBE yang berbahaya bagi lingkungan. Selain itu, Pertamax memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan Premium. Pertamax direkomendasikan untuk
kendaraan yang memiliki kompresi 9,1-10,1, terutama yang telah menggunakan
teknologi setara dengan Electronic Fuel Injection (EFI) dan catalytic converters
(pengubah katalitik). [3]
2.5 Pertamax Plus
Pertamax Plus adalah bahan bakar minyak produksi Pertamina. Pertamax Plus,
seperti halnya Pertamax dan Premium, adalah produk BBM dari pengolahan minyak
bumi, dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannnya di kilang
minyak. Pertamax Plus mempunyai nilai oktan sebesar 95. Pertamax Plus merupakan
bahan bakar yang sudah memenuhi standar performa International World Wide Fuel
Charter (IWWFC). Pertamax Plus adalah bahan bakar untuk kendaraan yang memiliki
rasio kompresi 10,1-11,1, serta menggunakan teknologi Electronic Fuel Injection (EFI),
Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), Turbochargers, dan catalytic
converters. [3]
2.6 Serat Optik
Serat optik adalah saluran transmisi yang terbuat dari kaca atau plastik yang
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain.
Cahaya yang ada di dalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca lebih
besar dari indeks bias udara. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser karena laser
mempunyai spektrum yang sangat sempit. Serat optik terdiri dari 2 bagian, yaitu
cladding dan core. Cladding merupakan lapisan selubung core yang mempunyai
indek bias lebih rendah daripada core, dimana cladding berfungsi memantulkan
kembali cahaya yang mengarah keluar dari core kembali kedalam core lagi. [4]
Serat optik adalah alat suatu media komunikasi yang berguna untuk
mentransmisikan informasi melalui media cahaya. Teknologi ini melakukan perubahan

sinyal listrik kedalam sinyal cahaya yang kemudian disalurkan melalui serat optik dan
selanjutnya di konversi kembali menjadi sinyal listrik pada bagian penerima.

Gambar 2.2. Struktur Fiber Optik


Secara umum struktur serat optik terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Inti (Core)
Core atau inti serat, merupakan bagian paling utama dari serat optik, karena pada
bagian ini informasi yang berupa pulsa cahaya ditransmisikan.
2. Bungkus (Cladding)
Cladding merupakan pelapis core, dan mempunyai bahan dasar yang sama
dengan core tetapi mempunyai indeks bias yang lebih kecil daripada core.
3. Jaket (Coating)
Coating berfungsi sebagai pelindung core dan cladding dari tekanan fisik. [4]
2.7 Serat Optik Gelas
Serat optik gelas (Glass fiber) dibuat melalui reaksi fusi dari oksida logam, sulfida,
atau seleneida. Ketika glass/ kaca dipanaskan dari suhu ruangan kemudian dinaikan
temperaturnya secara teratur maka glass tersebut akan berubah wujud dari yang
sangat padat kemudian meleleh sampai dengan wujudnya yang sangat cair pada
suhu yang sangat tinggi. Melting temperature adalah parameter penting yang
digunakan dalam fabrikasi glass. Parameter tersebut menyatakan rentang nilai
temperature dimana glass/ kaca masih memiliki wujud cukup cair (fluid enough/
melt) dan tidak terdapat gelembung udara didalamnya. Jenis optical glass yang
memiliki tingkat transparansi yang tinggi adalah fiber yang terbuat dari bahan
oksida glass. Oksida glass yang paling sering digunakan adalah silica (SiO2) yang
memiliki indeks bias 1,458 pada panjang gelombang 850 nm.

Gambar 1.3 Grafik konsentrasi dopan pada pembuatan fiber optik

Gambar 2.4 Contoh Komposisi Fiber


Untuk membuat dua material yang memiliki perbedaan indeks bias kecil untuk
core dan cladding dapat dilakukan dengan memberikan dopant yang bisa
berasal dari bahan fluorine atau variasi bahan oksida (B2O3, GeO2, P2O5) yang
ditambahkan kedalam silika (SiO2). [5]
2.8 Total Internal Reflection (TIR)
Serat optik menerapkan prinsip total internal reflection dengan perbedaan indeks
bias atau yang biasa disebut dengan pemanduan gelombang dielektrik. Ketika terdapat
sumber cahaya yang melewati medium dengan kerapatan tertentu dan sudut datangnya
diubah maka terdapat berkas cahaya yang dipantulkan kembali menuju medium pertama
dan ada yang diteruskan.

Gambar 2.5 Total internal reflection


Melewati sudut tertentu, semua berkas cahaya dipantulkan kembali dan tidak
ada yang diteruskan. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.2 dimana n1 > n2. Pembiasan
sinar yang terjadi merupakan hasil perbedaan kecepatan cahaya pada material yang
memiliki indeks bias berbeda. Jika cahaya memasukin medium yang lebih rapat dari
sebelumnya maka terjadi internal reflection. Jika sudut datang makin diperkecil maka
pada sudut tertentu maka akan terjadi total internal reflection. Sudut bias memiliki nilai
sudut 90o ketika berada pada kondisi tersebut. Sudut datang yang menghasilkan total
internal reflection atau biasa disebut sebagai sudut kritis dapat dicari menggunakan
persamaan 2.2
n
c sin 1 2
n1
(2.1)

Total internal reflection merupakan dasar yang digunakan untuk pemanduan


cahaya di dalam serat optik. Pemanduan cahaya pada serat optik dapat dilihat pada
gambar 2.3. [5]

Gambar 2.6 Pemanduan cahaya didalam serat optik


2.9 Teknologi Fiber Optik untuk Sensor Oktan Bensin
Serat optik merupakan pemandu gelombang berbentuk silinder yang terbuat dari
material low-loss. Serat optik terdiri dari core dan cladding. Bagian tersebut memiliki
nilai indeks bias berbeda untuk memandu cahaya yang masuk ke dalam serat optik.
Selain itu serat optik dibungkus oleh selubung jaket untuk melindungi bagian dalam
tersebut.[4] Gambar 2.3 merupakan penampang dari serat optik.

Gambar 2.7 Struktur serat optik


Serat optik awalnya menggunakan bahan kaca dan silika sebagai meterial core
dan cladding. Pada perkembangan selanjutnya untuk memenuhi permintaan serat optik
yang low-cost, bahan plastik digunakan sebagai material pembentuknya. Awalnya serat
optik plastik memiliki atenuasi yang sangat tinggi mencapai 1000 dB/km karena
kurangnya tingkat kemurnian monomer yang digunakan pada reaksi polimerasi. Seiring
berkembangnya waktu, angka atenuasi tersebut semakin berkurang dan sekarang dapat
bersaing dengan serat optik konvensional.
Struktur serat optik plastik sama denga serat optik yang terbuat dari kaca atau
silika tetapi diameter yang dimiliki oleh serat optik plastik lebih besar seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.4. Selain itu, serat optik ini memiliki karakteristik tahan
terhadap getaran dan benturan, kerapatan yang lebih rendah, dan lebih elastis. Atenuasi
yang dimiliki walaupun telah banyak berkurang dibanding fabrikasi pada saat pertama
kali dibuat, masih memiliki nilai yang tinggi sehingga kurang cocok digunakan sebagai
transmisi data dan sistem komunikasi. [5]

Gambar 2.8 Perbandingan diameter antara serat optik kaca dengan serat optik plastik
BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN
Adapun rencana pelaksanaan kerja pada Final Project Sistem Fotonika ini adalah
sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Studi literatur berisi serangkaian kegiatan mencari dan mengkaji sumber -sumber
yang relevan dan terpercaya dalam pengumpulan materi untuk dijadikan acuan
Mulai
dalam final project Sistem Fotonika ini. Literatur yang kami pakai metitik beratkan
pada buku-buku dan jurnal tentang cara menghitung nilai loss untuk
memembandingkan nilai loss pada premium, pertamax, pertamaxplus.
2. Pengujian Komponen
Melakukan 2 pengujian untuk mengetahui
nilai loss : pada komponen fiber optik
Studi Literatur
yaitu jika jaket fiber optik tidak dilepas dan jika jaket fiber optik dilepas lalu
dicelupkan ke sampel.
Pengujian Komponen
LED

Fiber
optik

Fotodetektor

osiloskop

3. Pengambilan dan Pengolahan Data


Perancangan alat
Data diambil melalui eksperimen dengan menggunakan set peralatan yang telah
dirancang. Dengan bahan uji yang akan kami gunakan adalah 3 sampel (premium,
pertamax, dan pertamaxplus) dari 3 SPBU yang berbeda untuk dijadikan
Pembuatan
pembanding. Setelah itu menembakkan
cahayaAlat
dari deret LED ke kotak bahan uji
yang telah di isi oleh bahan uji. Bahan uji diperiksa dengan mengunakan
fotodetektor. Kemudian hasilnya akan berupa nilai tegangan diyang tampilkan pada
osiloskop setelah itu dicatat untuk menghitung nilai loss.
4. Hasil yang diperoleh akan diuji keakuratannya dalam mendeteksi nilai loss dari
Tidak
ketiga jenis sampel.
5. Kesimpulan
Alat
Dari pembahasan yang dilakukan Pengujian
dengan menggunakan
data yang diperoleh akan
didapatkan kesimpulan dari perancangan alat ini.
Ya
Pengambilan dan Pengolahan Data
Adapun diagram alir penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

Analisa Hasil

Kesimpulan

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
Adapun anggaran biaya yang direncanakan untuk melaksanakan final project ini
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1. Anggaran Biaya Program
N
O
1
2
3
4

NAMA ALAT
Fiber Optik

LED
Fotodioda
ADC

BANYAKNYA
1
4
3
1

HARGA
100000
700
3000
60000

JUMLAH
100000
2800
9000
60000

5
6
7
8
9
10
11
12

LCD
Atmega 16
Cuvet
Premium
Pertamax
Pertamax Plus
Premium Eceran
Pertamax Eceran

1
1
1
1lt
1lt
1lt
1lt
1lt
TOTAL

50000
55000
20000
7150
8250
9150
10000
12000

50000
55000
20000
7150
8250
9150
10000
12000
342350

4.1 Jadwal Kegiatan


Adapun jadwal pelaksanaan program sistem fotonik ini adalah sebagai berikut
Tabel 4.2Jadwal Pelaksanaan Program
Minggu keNo
Kegiatan
I
II
III
IV
V
1 Briefing praktikum
2 Pengumpulan proposal
3 Evaluasi proposal
4 Pembelian alat
5 Pengerjaan alat
6 Pengambilan data
7 Pembuatan dan evaluasi laporan

VI

DAFTAR PUSTAKA
[1] H. G. A. P. J. B. Gisele Mendes, "Determination of octane numbers in gasoline by
distillation curves and partial least squares regression," 2010.
[2] U. N. Yogyakarta, Penentuan Loss Pada Fiber Optik, 2009
[3] http://www.pertamina.com/pertamina.php
[4] Praja,FG . Analisis Perhitumgan dan Pengukuran Transmisi Jaringan Serat Optik
Telkomsel Regional Jawa Tengah. Institut Teknologi Nasional : Jurusan Teknik
Elektro
[5] PPT : Material & Fabrikasi Serat Optik, Fakultas Teknik Elektro, Telkom
University.

Anda mungkin juga menyukai