Anda di halaman 1dari 7

JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN

ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 21
Vol. 4., No. 1, Januari 2021, pp. 21 – 27 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

Viktor Herlambang a,1*, Mulyadib,


a
SMKN 1 GUNUNG GURUH, Sukabumi, Indonesia
b
Universitas Nusa Putra, Sukabumi, Indonesia
1
viktorherlambang689@gmail.com
* Corresponding Author

ABSTRACT
Basically every engine that has a combustion system to produce power allows for exhaust
emissions. Exhaust emissions are the residue from burning fuel (gasoline) and air in the
combustion engine which is expelled through the engine exhaust system. Therefore, one of the
efforts to reduce exhaust gas levels is to innovate to create a more perfect ignition system. The
purpose of this study was to determine the comparative effect of replacing platinum ignition with KEYWORDS
TCI ignition on the exhaust emissions produced. Tests were carried out using the Emission Gas Platinum
Analyzer on the Toyota Kijang 1.8 in 2002 with variations in engine speed of 1000 rpm, 1500 TCI
rpm, 3000 rpm and 6000 rpm using platinum ignition and TCI ignition to determine the value of Exhaust Gas
CO, HC and CO2 concentrations. Based on the test results it was found that the use of the TCI
ignition system resulted in a decrease in CO emission levels of 3.69% HC 430 ppm at 1000
rpm, 1500 rpm for CO 0.23% HC 54 ppm at 3000 rpm for CO 0.78% HC 0 ppm and CO 0.23%
HC 54 ppm at 6000 rpm.

ABSTRAK
Setiap kendaraan yang mengalami sistem pembakaran untuk menghasilkan tenaga
memungkinkan adanya emisi gas buang. Emisi gas buang yaitu sisa hasil pembakaran bahan
bakar (bensin) dan udara didalam mesin pembakaran yang di keluarkan melalui sistem
pembuangan mesin. Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengurangi kadar gas buang yaitu
dengan berinovasi menciptakan sistem pengapian yang lebih sempurna. Tujuan dari penelitian KEYWORDS
ini adalah Mengetahui pengaruh perbandingan penggantian pengapian platina dengan Platina
pengapian TCI terhadap emisi gas buang yang dihasilkan. Pengujian dilakukan dengan TCI
menggunakan alat Emission Gas Analyzer pada Toyota kijang 1800 cc tahun 2002 dengan Gas Buang
variasi putaran mesin 1000 rpm 1500 rpm 3000 rpm dan 6000 rpm dengan menggunakan
pengapian platina dan pengapian TCI untuk mengetahui nilai kosentrasi CO, HC dan CO2.
Berdasarkan hasil pengujian yang didapat bahwa penggunaan sistem pengapian TCI
menghasilkan penurunan kadar emisi CO 3,69% HC 430 ppm pada putaran 1000 rpm, 1500
rpm sebesar CO 0,23 % HC 54 ppm pada 3000 rpm sebesar CO 0,78 % HC 0 ppm dan CO
0,23% HC 54 ppm pada putaran 6000 rpm.

This is an open-access article under the CC–BY-SA license

1. Pendahuluan
Setiap tahunnya kendaran terus berkembang, dari mulai desain sampai ke mesin termasuk juga
sistem pengapian pada mobil. Dahulu sistem pengapian adalah secara konvensional, sekarang sudah
diganti dengan yang terbaru yaitu CDI. Tapi sistem pengapian tersebut tidak berlaku pada mobil kijang
1.800 cc tahun 2002 yang sampai saat ini masih menggunakan system pengapian konvensional
(platina), karena keluaran Toyota kijang terbaru sudah menggunakan CDI semua. Banyak yang
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 22
Vol. 4., No. 1, Januari 2021, pp. 21 – 27 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

mengeluhkan dengan sistem pengapian konvensional tersebut. Ada yang menyebut tarikan kurang
maksimal karena tegangan kurang, konsumsi bahan bakar lebih boros dan platina cepat aus, pada saat
pagi mesin kadang sulit dinyalakan, sering meledak – meledak di knalpot [1]. Perkembangan teknologi
dibidang otomotif memang cukup tinggi, terlebih pada kendaraan. Pada dasarnya setiap mesin yang
mengalami sistem pembakaran untuk menghasilkan tenaga memungkinkan adanya emisi gas buang.
Emisi gas buang yaitu sisa hasil pembakaran bahan bakar (bensin) dan udara didalam mesin
pembakaran yang di keluarkan melalui sistem pembuangan mesin. Dari hasil pembakaran terdapat
beberapa senyawa kimia yang sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia terutama
Karbonmonoksida (CO) dan Hidrocarbon (HC) [1].
Oleh sebab itu para ahli otomotif bekerja keras untuk menciptakan mesin dengan tujuan untuk
mengurangi kadar gas buang serta ramah lingkungan. Dalam mesin bensin sistem pengapian sangatlah
penting karena tujuan dari sistem pengapian dalam mesin bensin adalah untuk membakar campuran
bensin dan udara diruang bakar pada akhir langkah kompresi. “Kualitas gas buang banyak ditentukan
oleh sistem pengapian, karena proses pembakaran yang terjadi berakibat langsung terhadap timbulnya
bermacam-macam unsur dari gas bekas. Sudut pengapian yang optimal dengan mempertimbangkan
emisi gas buang” [2].
Dengan sistem TCI yang diletakkan di mobil toyota Kijang 1800 cc tersebut diharapkan dapat
membuat performa mesin menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena pada TCI yang memutus dan
menghubungkan arus adalah Transistor bukan logam yang bertemu langsung dengan logam. Jadi TCI
ini pasti lebih awet dari pada platina. Serta hasil emisi gas buang yang di hasilkan diharapkan lebih
ramah dibandingkan dengan pengapian platina sebelumnya.

2. Studi Literatur
2.1. Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional adalah sebuah rangkaian mekatronika sederhana yang dibuat dengan
tujuan untuk membangkitkan percikan api pada busi pada interval waktu tertentu. Percikan api pada
busi, dapat terbentuk karena adanya energi listrik tegangan tinggi yang mengalir melewati elektroda
busi. Tegangan Energi listrik tersebut mencapai 30.000 V DC. Sehingga dengan celah sekitar 0,8 mm
pada elektroda busi, akan timbul lompatan elektron yang berbentuk percikan api [3]. Namun, percikan
api tersebut hanya diperlukan saat langkah usaha saja. Untuk itu, ada rangkaian pemutus arus yang akan
mengatur waktu busi untuk memercikan api. Sehingga busi tidak selamanya menyala. Untuk lebih
jelasnya simak Prinsip kerja pengapian konvensional dibawah
2.2. Transistor Controlled Ignition (TCI)
Sistem pengapian semi transistor (TCI-C) merupakan sistem pengapian elektronik yang masih
menggunakan kontak pemutus platina. Sistem pengapian TCI-C ini biasa juga sering disebut dengan
sistem pengapian semi transistor. Fungsi dari kontak pemutus platina (breaker point) pada sistem
pengapian TCI-C ini tidak sama persis seperti pada sistem pengapian yang masih konvensional [5].
Aliran arus pada rangkaian primer coil pengapian tidak langsung dihubungkan dan diputuskan oleh
kontak pemutus platina, tapi peran sebagai penghubung dan pemutus arus primer diganti dengan
transistor sehingga kontak pemutus platina akan cenderung menjadi lebih awet karena tidak secera
langsung menerima beban arus yang cukup besar dari aliran arus primer. Platina pada sistem pengapian
TCI-C ini hanyalah bertugas sebagai switch untuk mengatur kerja dari transistor. Percikan bunga api
yang terjadi pada busi, terjadi ketika transistor off yang disebabkan oleh aliran arus primer yang
terputus, sehingga terjadi induksi tegangan tinggi pada coil pengapian [5].
2.3. Emisi Gas Buang
Definisi emisi atau gas buang adalah hasil pembakaran bahan bakar yang berasal dari fosil seperti
minyak, gas alam ataupun batubara yang terbuang ke udara. Hal-hal yang mempengaruhi adalah
komposisi, jenis dan juga ukuran boiler dari bahan bakar yang digunakan [6]. Emisi sangat berperan
dalam pencemaran udara saat ini dan memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesehatan dan juga
lingkungan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Namun untuk menentukannya harus dilakukan
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 23
Vol. 4., No. 1, Januari 2021, pp. 21 – 27 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

kajian lebih lanjut. Tujuannya tidak lain adalah untuk melakukan tindakan pencegahan mengenai
dampak dan seberapa jauh sebarannya. Untuk lebih spesifiknya pada kendaraan bermotor, emisi gas
kendaraan adalah sisa pembakaran di dalam internal combustion engine. Sisa pembakaran ini akan
keluar melalui exhaust system atau knalpot [7]

3. Metodologi
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan mengacu ketentuan
pengujian SNI 09-7118.2-2005 tentang uji emisi bermotor kategori M N dan O dan menggunakan
standar ambang batas emisi gas buang pada permen LH. Nomer 05 tahun 2006 sesuai tabel diatas.
Metode yang digunakan perbandingan pengapian platina dengan pengapian TCI untuk menemukan
nilai CO dan HC Terendah dan dilakukan berdasarkan tahapan – tahapan penelitian / block diagram ini
adalah sebagai berikut :

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian

3.1. Spesifikasi Toyota Kijang Kapsul


Spesifikasi Toyota Kijang Kapsul tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Spesifikasi Toyota Kijang Kapsul tahun 2002
Dimensi
Panjang x Lebar x tinggi 4,245 mm x 1,670 mm x 1,770 mm
Mesin
Tipe Mesin 7K-E 1,8 Liter 4 Silinder Segaris OHV
Kapasitas Silinder 1,781 cc
Daya Maksimum 94 HP / 5000 rpm
Torsi Maksimum 155 Nm/ 3300 rpm
Sistem Transmisi 5 Tingkat Percepatan Manual
Handling
Suspensi Depan Double Wishbone dengan Pegas
Suspensi Belakang Rigid Axle Isoclamp dengan Pegas
Rem Depan Cakram Berventilasi
Rem Belakang Tromol denga Tandem Vacuum Booster
Bahan Bakar
Tipe Bahan Bakar Bensin
Sistem Bahan Bakar Konvensional (karburator)
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 24
Vol. 4., No. 1, Januari 2021, pp. 21 – 27 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

3.2. Tune Up Kendaraan


Sebelum dilakukan pengujian, kendaraan ditune up terlebih dahulu. Adapun cara untuk tune up
kendaraan adalah sebagai berikut:
1. Disiapkan peralatannya seperti obeng – dan obeng +,kunci ring pas ukuran 8 mm dan kunci
shock serta fuller gauge
2. Putar poros engkol dengan menggunakan kunci sock searah jarum jam.
3. Pastikan tanda “coakan” pada pulley satu arah dengan sudut pengapian pada 8֯ titik TMA posisi
top 1
4. Buka tutup kepala silinder,setel celah katup pada posisi Top 1 menggunakan kunci pas,obeng
min dan fuller.
5. Putar kembali poros engkol searah jarum jam hingga pada posisi Top 4 lakukan langkah yang
sama seperti pada posisi Top 1
6. Setelah penyetelan selesai tutup kembali kepala silinder.
7. Lepas kabel busi dan buka busi menggunakan kunci busi. Bersihkan kepala busi menggunakan
amplas. Kemudian cek nyala api busi, jika nyala api busi berwarna merah maka ganti busi
dengan yang baru.
8. Buka tutup distributor, cek kondisi platina. Setel platina menggunakan obeng min dan fuller,
ukuran celah platina 0.40 mm.
9. Buka saringan udara pada karburator dan bersihkan menggunakan air gun.setelah selesai pasang
kembali saringan udara
3.3. Pengujian
Dari Penelitian ini pengujian yang dilakukan adalah pengujian pengapian platina dan pengapian
TCI. Adapun untuk variabelnya adalah kedua pengujian tersebut diuji pada putaran 1000 rpm, 1500
rpm, 3000 rpm dan 6000 rpm, dan suhu kerja mesin 69,4 oC. Pengujian yang digunakan pada penelitian
kali ini mengacu pada pengujian SNI 09-7118.2-2005.

4. Hasil dan Diskusi


4.1. Pengapian Platina
Pada Gambar 2 menunjukan hasil CO dari pengapian platina, dengan kadar CO tertinggi pada 1000
rpm yaitu CO 9,08%, pada 1500 rpm kadar CO sebesar 6,52% dan pada 3000 rpm kadar CO sebesar
5,16% kadar terendah pada 6000 rpm dengan kadar CO 4,56%.

Gambar 2 Nilai CO Pengujian Platina


JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 25
Vol. 4., No. 1, Januari 2021, pp. 21 – 27 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

Gambar 3 Nilai HC Pengapian Platina


Pada Gambar 3 menunjukan hasil HC dari pengapian platina, dengan kadar HC tertinggi pada 1000
rpm yaitu HC sebesar 1105 ppm, pada 1500 rpm kadar HC sebesar 240 ppm dan pada 3000 rpm HC
sebesar 276 ppm, kadar terendah pada 6000 rpm dengan kadar HC sebesar 231 ppm.

Gambar 4 Nilai CO2 Pengapian Platina


Pada Gambar 4 menunjukan hasil CO2 dari pengapian platina, dengan kadar CO2 terendah pada 1000
rpm yaitu CO2 7,05%, pada 1500 rpm kadar CO2 sebesar 11,08% dan pada 3000 rpm kadar CO2 sebesar
12,04%, kadar tertinggi pada 6000 rpm dengan kadar CO2 13,08%.
4.2. Pengapian TCI
Pada Gambar 5 menunjukan hasil HC dari pengapian platina, dengan kadar HC tertinggi pada 1000
rpm yaitu HC sebesar 675 ppm, pada 1500 rpm kadar HC sebesar 186 ppm dan pada 3000 rpm HC
sebesar 276 ppm, pada 6000 rpm dengan kadar HC sebesar 206 ppm.

Gambar 5 Nilai HC Pengapian TCI


JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 26
Vol. 4., No. 1, Januari 2021, pp. 21 – 27 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

Gambar 6 Nilai CO Pengapian TCI


Pada Gambar 6 menunjukan hasil CO dari pengapian platina, dengan kadar CO tertinggi pada 1000
rpm yaitu CO 6,77%, pada 1500 rpm kadar CO sebesar 6,29% dan pada 3000 rpm kadar CO sebesar
4,38% kadar terendah pada 6000 rpm dengan kadar CO 3,97%.

Gambar 7 Nilai CO2 Pengapian TCI


Pada Gambar 7 menunjukan hasil CO2 dari pengapian platina, dengan kadar CO2 terendah pada
1000 rpm yaitu CO2 9,09%, pada 1500 rpm kadar CO2 sebesar 12,00% dan pada 3000 rpm kadar CO2
sebesar 12,09%, kadar tertinggi pada 6000 rpm dengan kadar CO2 13,09%.

4.3. Diskusi
Dari hasil pengujian pengapian TCI dan Platina didapatkan selisih hasil pengujian yang di dapat
pada penggunaan pengapian platina dengan pengapian TCI. Pada putaran 1000 rpm selisihnya sebesar
CO 2,31 % HC 430 ppm lebih rendah pengapian TCI dan untuk CO2 lebih tinggi pengapian TCI sebesar
2,4 %. Pada putaran 1500 rpm selisihnya sebesar CO 0,23 % HC 54 ppm lebih rendah pengapian TCI
dan untuk CO2 lebih tinggi pengapian TCI sebesar 0,2 %. Pada putaran 3000 rpm selisihnya sebesar
CO 0,78 % HC 0 ppm lebih rendah pengapian TCI dan untuk CO2 lebih tinggi pengapian TCI sebesar
0,5 %. Pada putaran 6000 rpm selisihnya sebesar CO 0,59 % HC 25 ppm lebih rendah pengapian TCI
dan untuk CO2 lebih tinggi pengapian TCI sebesar 0,1 %. Pada suhu kerja mesin 69,4 selisihnya sebesar
CO 0,20 lebih rendah pengapian TCI sedangkan untuk HC dan CO2 lebih tinggi pengapian TCI sebesar
HC 129 ppm CO2 0,1 %.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 05 Tahun 2006. Dengan mengacu
ketentuan pengujian SNI 09-7118.2-2005 tentang uji emisi kendaraan bermotor kategori M N dan O,
maka hasil dari penelitian mobil Toyota kijang 1.800 cc dengan penggunaan pengapian platina dan TCI,
bahwa hasil pengujian menunjukan kadar CO terendah pada putaran mesin 6000 rpm dengan kadar CO
sebesar 3,97% dengan menggunakan pengapian TCI, sedangkan kadar HC terendah berada pada
putaran mesin 1500 rpm dengan kadar HC sebesar 186 ppm dengan menggunakan pengapian TCI. Dan
dapat di analisis nilai rata – rata dari keseluruhan hasil pengujian dengan penggunaan pengapian platina
JURNAL PERANCANGAN, MANUFAKTUR, MATERIAL, DAN
ISSN 1570009926
ENERGI (JURNAL PERMADI) 27
Vol. 4., No. 1, Januari 2021, pp. 21 – 27 https://permadi.nusaputra.ac.id/index

kadar CO sebesar 6,52%, kadar HC sebesar 483 ppm. Sedangkan dengan penggunaan pengapian TCI
menghasilkan nilai rata – rata sebesar kadar CO 5,07% dan untuk kadar HC sebesar 407 ppm. Dari hasil
analisis ada penurunan kadar CO 1,45% dan kadar HC 76 ppm lebih rendah penggunaan pengapian
TCI.

5. Kesimpulan
Berdasarkan perancangan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pengujian penurunan kadar CO yang di hasilkan antara pengapian platina
dengan pengapian TCI pada 1000 rpm sebesar CO 2,31 %, pada 1500 rpm sebesar CO 0,23
%,pada 3000 rpm sebesar CO 0,78 %, dan pada 6000 rpm sebesar CO 0,59 % lebih rendah
pengapian TCI.
2. Berdasarkan hasil pengujian penurunan kadar HC yang di hasilkan antara pengapian platina
dengan pengapian TCI pada 1000 rpm sebesar HC 430 ppm, pada 1500 rpm sebesar HC 54 ppm,
dan pada 6000 rpm sebesar HC 25 ppm lebih rendah pengapian TCI.
3. Pada 1000 rpm CO2 yang dihasilkan ketika menggunakan pengapian platina sebesa CO2 7,5%.
Dan pengapian TCI sebesar CO2 9,9%. Selisihnya sebesar CO2 2,4% lebih tinggi pengapian TCI.
Untuk pengujian 1500 rpm selisih penurunan CO2 sebesar 0,2 %. Pada 3000 rpm selisih CO2
sebesar 0,5 %Dan pada 6000 rpm CO2 yang dihasilkan pengapian platina sebesar CO2 11,8%.
Sedangkan pengapian TCI sebesar CO2 12,0% selisihnya adalah CO2 0,2% lebih tinggi
pengapian TCI.
4. Berdasarkan hasil pengujian diatas pengapian TCI dapat menurunkan kadar emisi gas buang
sebesar CO 3,69% dan HC 430 ppm pada 1000 rpm. Dan CO 0,23%, HC 54 ppm pada 1500 rpm.
Pada putaran 3000 rpm CO 0,78%, HC 0%. Dan pada putaran 6000 rpm CO 0,59% dan HC
25ppm

References
[1] Surbakti, Adnan. 2017. “Analisis Perbandingan Kadar Gas Buang Pada Motor Bensin Sistem Pengapian Elektronik
(CDI) dan Pengapian Konvensional”. PISTON (Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Fakultas Teknik UISU). Vol 2 No 1
[2] Wahyudi. 2014. “Perbedaan Antara Pengapian Konvensional Dengan Pengapian Elektronik CDI Terhadap Emisi
Gas Buang Pada Mesin Toyota Kijang Seri 5K”. Gardan. Vol. 4 No. 2. Nopember 2014. IKIP Veteran Semarang.
[3] M. W. Malik and M. M. Ilham, “Analisa Pengaruh Pengapian Konvensional Break Point dan TCI Pada Kijang
Super Terhadap Torsi , Daya dan Emisi Gas Buang Oleh :Dibimbingoleh :1.Fatkur Rhohman,M . Pd Program Studi
Teknik Mesin TAHUN 2019,”2019.
[4] M. Ferdnian, “Analisis Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya Terhadap Lingkungan di Kota
Balikpapan (Kal-Tim),” Transmisi, vol. XII, pp. 15–24, 2016.
[5] Hendrik J.R.S.“ Modifikasi Sistem Pengapian konvensional Menjadi Pengapian Eletronik “ Vol. 17, no.1 , pp.2012
[6] M. N. Ega Firina1, Faisal Ismet2, “Pengaruh Saat Pengapian Terhadap Kandungan Emisi Gas Buang Pada Toyota
Kijang 7K,” p. 8,2016.
[7] Eko prasetio Pristian, “Universitas Negri Padang,” Perbandingan Sistem Pengapian Platina Dengan Sistem
Pengapian TCI (Transistor Control Ignition) Terhadap konsumsi bahan Bakar Dan Emisi Gas Buang Pada Mesin
Empat Langkah, vol. 147, no. Maret, pp. 11–40,2016.
[8] R. C. Putra and A. Rosyidin, “Karakteristik Kinerja dengan Variasi Jenis Bensin Pada Sistem Pengapian Standar
dan Racing,” no. penulis 1,2018

Anda mungkin juga menyukai