Anda di halaman 1dari 23

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Pertalite

Pertamax dan Pertamax Green Terhadap Emisi


Gas Buang Pada Kendaraan Bermotor

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Disusun Oleh:

FARHAN ADI NUGROHO

NPM. 1910631150018

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN (S1)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

DESEMBER

2023
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik,
petunjuk, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal
Tugas Akhir ini dengan baik. Penulis ini menghadapi banyak tantangan saat
menulis. Penulis tidak dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini karena
kesulitan-kesulitan tersebut, yang berkembang menjadi hambatan.

Namun, persoalan-persoalan tersebut akhirnya dapat diselesaikan dengan


bantuan, arahan, dorongan, dan arahan dari sejumlah pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin mengakui::

1. Rahmat kepada orang tua yang mendoakan penulis agar dilancarkan dan
terselesaikan laporan ini.
2. Bobie Suhendra, S.T., M.T. sebagai dosen pembimbing atas saran dan kritik
terhadap konsep laporan penelitian saya.
3. Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah
memberikan saran, pendapat, semangat, dan doa yang terus mengalir.

Penulis mengucapkan terima kasih sekali lagi dan semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca. Selain itu, penulis mengharapkan tanggapan pembaca
berupa pujian dan kritik.

Karawang 13 Mei 2023

Farhan Adi Nugroho


1910631150018
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan pertumbuhan pesat dan lonjakan jumlah penduduk yang


tinggal di DKI Jakarta, kawasan ini juga menghadapi peningkatan signifikan
dalam jumlah kendaraan bermotor. Dengan semakin bertambahnya kendaraan
bermotor yang beroperasi di jalan-jalan ibu kota, kami melihat bahwa situasi
ini telah berkontribusi pada peningkatan konsentrasi pencemaran udara. Hal
ini merupakan perhatian serius, terutama karena polusi udara yang berlebihan
dapat mengancam kesehatan manusia dan memengaruhi kualitas udara jika
melebihi ambang batas yang telah ditetapkan.

Data yang tersedia menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan


di DKI Jakarta terus meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun
terakhir. Jumlah kendaraan pribadi, termasuk mobil dan sepeda motor, terus
bertambah setiap tahun, dan perkembangan infrastruktur transportasi juga
berperan dalam peningkatan mobilitas kendaraan bermotor.

Selain itu, beberapa daerah di DKI Jakarta, terutama daerah yang padat
penduduk dan memiliki lalu lintas yang padat, menghadapi masalah polusi
udara yang meningkat. Polusi udara ini terkait erat dengan emisi kendaraan
bermotor, yang mencakup gas buang seperti karbon monoksida (CO),
hidrokarbon (HC), nitrogen oksida (NOx), dan partikulat halus (PM2.5).
Dalam kondisi lalu lintas padat, emisi ini dapat meningkat secara signifikan
dan mengakibatkan peningkatan polusi udara.

Peningkatan polusi udara di beberapa daerah DKI Jakarta telah


memunculkan keprihatinan akan kesehatan masyarakat dan dampak
lingkungan. Oleh karena itu terdapat wacana PT Pertamina (Persero)
berencana menghapus Pertalite dan Pertamax mulai 2024 mendatang sebagai
langkah yang disebut menurunkan karbon emisi. Rencana ini disampaikan
oleh Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Nicke Widyawati saat rapat
dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI pada Rabu (30/8/2023).
https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/31/143000465/pertamina-akan-
hapus-pertalite-diganti-pertamax-green-92-pengamat-sebut. (dilihat pada tgl
26 sep 2023)

Hal ini juga sejalan dengan peraturan yang diterbitkan oleh


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yakni Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 tahun 2017 tentang
Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N,
dan O. Peraturan Menteri LHK tersebut mengatur bahwa kendaraan yang
diproduksi sejak Oktober 2018 harus menggunakan BBM dengan spesifikasi
minimal beroktan 91. Penghapusan Pertalite ini merupakan bagian dari
rencana Program Langit Biru tahap dua yang menaikkan BBM subsidi dari
RON 90 ke RON 92.

Nilai oktan atau Research Octane Number (RON) adalah angka yang
menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin
terbakar secara spontan. Nama oktan berasal dari oktana (C80) yakni seluruh
molekul penyusun bensin. Nilai oktan dapat menjadi patokan kualitas dari
BBM. Semakin tinggi nilai oktan, maka semakin baik pula kualitas BBM-
nya. Jadi apabila kebijakan tersebut benar dilakukan, maka ditahun 2024
hanya akan ada tiga produk BBM yang tersedia di Pertamina yaitu Pertamax
Green 92, Pertamax Green 95, dan Pertamax Turbo.

Maka adanya pengujian ini untuk dapat diketahui perbandingan efek


dari menggunakan bahan bakar Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Green 95
terhadap emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan sepeda motor. Pada
penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen untuk mengetahui
perbedaan dari penggunaan bahan bakar Pertalite, Pertamax, dan Pertamax
Green pada sepeda motor .... . Dengan melakukan pengujian emisi gas buang
dengan menggunakan tiga jenis bahan bakar tersebut sehingga diperoleh data
yang aktual.

Berdasarkan latar belakang diatas menimbulkan keinginan untuk


melakukan penelitian yang bertujuan sebagai pengetahuan yang baru untuk
mahasiswa Teknik Mesin dalam hal mengurangi polutan udara dengan
menggunakan bahan bakar yang sesuai dengan spesifikasi kendaraan.
Penelitian ini berjudul “Pengaruh Penggunaan bahan bakar Pertalite Pertamax
dan Pertamax Green Terhadap Emisi Gas Buang Pada Kendaraan Bermotor”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dilihat permasalahan sebagai berikut:


1. bagaimana pengaruh dari penggunaan bahan bakar Pertalite, Pertamax
dan Pertamax Green pada emisi gas buang ?
2. Apakah terdapat perbedaan dalam emisi gas buang antara kendaraan
bermotor yang menggunakan bahan bakar Pertamax Green, mengingat
Pertamax Green memiliki aditif yang diklaim dapat mengurangi emisi?
3.

1.3 Batasan Masalah

Mengingat luasnya isu dalam proses penelitian, maka perlu dilakukan


pembatasan terhadap isu yang akan dibahas dalam penelitian ini. Termasuk
bagaimana melakukan proses penelitian dan pengujian. Batasan pertanyaan
tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Objek yang diteliti adalah kendaraan motor roda dua


2. Penelitian ini meneliti kadar gas buang HC, CO, 𝑂2 dan Nilai AFR.
3. Variasi putaran untuk pengujian emisi gas buang hanya pada kondisi
Idle/ langsam.
4. Bahan bakar yang digunakan Pertalite Pertamax dan Pertamax Green.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Mengetahui pengaruh perbedaan menggunakan bahan bakar pertalite,


pertamax dan pertamax green terhadap emisi gas buang.
2. Mengetahui seberapa efektif pertamax green RON 95 untuk
mengurangi emisi gas buang kendaraan.
3. Mengetahui hasil perbandingan kadar emisi gas buang HC, CO, 𝑂2 dan
Nilai AFR pada sepeda motor ,,,, ketika menggunakan bahan bakar
pertalite, pertamax dan pertamax green RON 95.

1.5 Luaran Penelitian

Luaran yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Sebagai sumber rujukan yang digunakan sebagai landasan dalam


melakukan penelitian selanjutnya.
2. Jurnal Nasional yang berakreditasikan SINTA
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Motor Bensin 4 Langkah


Menurut I Gede Wiratmaja (2010) menjelaskan bahwa mesin bensin
merupakan jenis mesin pembakaran internal (pembakaran internal engine)
yang dapat mengubah energi panas dari bahan bakar menjadi energi mekanik
berupa daya poros pada putaran poros engkol. Energi panas diperoleh dari
pembakaran bahan bakar dengan udara yang terjadi pada ruang bakar.
Bantuan percikan api yang dihasilkan busi menghasilkan gas pembakaran.
Menurut siklus kerja motor bensin empat langkah memiliki empat proses
yaitu hisap, kompresi, usaha dan buang.

2.1.1 Prinsip kerja motor 4 langkah


Menurut buku New Step 1 PT. TOYOTA ASTRA MOTOR pada
gambar 2.1 prinsip kerja yang ada pada motor bensin empat langkah, sebagai
berikut :

1. Langkah Hisap
Pada langkah ini, campuran udara dan bensin dimasukkan ke
dalam silinder. Katup masuk terbuka dan katup buang menutup.
Campuran udara dan bensin yang masuk ke dalam silinder
disebabkan oleh adanya tekanan udara luar (tekanan atmosfer)
pada saat piston bergerak ke bawah yang menyebabkan ruang
silinder menjadi terevakuasi.
2. Langkah Kompresi
Pada langkah ini, campuran udara dan bensin dikompresi. Katup
masuk dan katup buang ditutup. Saat piston mulai naik dari titik
mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA), campuran yang
diaspirasi dikompresi. Akibatnya, tekanan dan suhu naik
sehingga mudah terbakar. Ketika piston mencapai titik mati
atas, poros engkol berputar satu kali.
3. Langkah Usaha
Pada langkah ini, mesin menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan kendaraan. Selama langkah kompresi, sebelum
piston mencapai TMA busi mengeluarkan percikan api ke
campuran yang dikompresi. Saat pembakaran terjadi, kekuatan
dan tekanan tinggi dari gas pembakaran mendorong piston ke
bawah. Menjadi urusan tenaga mesin (engine power).
4. Langkah Buang
Pada langkah ini, gas pembakaran dikeluarkan dari silinder.
Katup buang terbuka, piston bergerak dari titik mati bawah
(TMB) ke titik mati atas (TDC), dan gas buang dikeluarkan dari
silinder. Saat piston mencapai titik mati atas (TDC), piston akan
mulai bergerak kembali untuk tahap persiapan selanjutnya yaitu
tahap inhalasi.

Gambar 2.1 Cara Kerja Motor Bensin Empat Langkah


(Sumber : I Gede Wiratmaja 2012)

2.2 Bahan Bakar


Bahan bakar adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses
pembakaran yang bertujuan untuk memperoleh energi yang disebut dengan
energi panas (heat energy). Bahan bakar pada umumnya merupakan suatu
senyawa yang mengandung unsur hidrokarbon. Hampir semua jenis bahan
bakar yang beredar di pasaran berasal dari minyak bumi beserta turunannya
yang kemudian diolah menjadi berbagai macam dan jenis bahan bakar. Bahan
itu sendiri sangat diperlukan dalam proses pembakaran yang terjadi di ruang
bakar. Bahan bakar yang digunakan motor bakar harus memenuhi kriteria
sifat fisik dan sifat kimia, antara lain:

1. Densitas energi yang tinggi


2. Tidak beracun
3. Nilai bahan bakar
4. Stabilitas panas
5. Rendah polusi
6. Mudah dipakai dan disimpan

Menurut Supraptono (2004:5), bahan bakar yang digunakan dalam


motor bakar dapat dibedakan menurut bentuknya menjadi 3 golongan, yaitu
gas, cair, dan padat. Bahan bakar gas pada saat ini biasanya berasal dari gas
alam, sedangkan bahan bakar cair berasal dari hasil penyulingan minyak bumi
dan bahan bakar padat biasanya berupa batu bara.

2.2.1 Pertalite
Pertalite adalah bahan bakar minyak dari pertamina dengan RON 90.
Pertalite dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses
pengolahannya dikilang minyak. Memiliki karakteristik tertentu, termasuk
kandungan maksimum sulfur (S) sebesar 0,05% m/m, tanpa kandungan
timbal dan logam, kandungan oksigen maksimal (O) sebesar 2,7% m/m,
perwarna 0,13 gr/100 L, distilasi dengan 10% penguapan maksimal pada suhu
74 oC, titik didih 215 oC, dan massa jenis pada suhu 15 oC berkisar antara
715 ÷ 770 kg/m3.

2.2.2 Pertamax
Pertamax adalah bahan bakar minyak produksi Pertamina yang
memiliki angka oktan minimal 92. Angka oktan yang tinggi ini membuat
pembakaran menjadi lebih sempurna dan tidak meninggalkan residu, sangat
direkomendasikan buat kendaraan sehari-hari saat ini. Selain menghasilkan
pembakaran yang sempurna, Pertamax juga memiliki kelebihan lainnya
berkat formula PERTATEC (Pertamina Technology), formula zat aditif yang
memiliki kemampuan untuk membersihkan endapan kotoran pada mesin
sehingga mesin jadi lebih awet, menjaga mesin dari karat serta pemakaian
bahan bakar yang lebih efisien.

2.2.3 Pertamax green 95


Pertamax Green 95 merupakan bahan bakar hasil dari pengembangan
energi terbarukan berupa Bioetanol yang sudah teruji oleh WWFC
(Worldwide Fuel Charter) yang menjadikan Pertamax Green 95. Merupakan
gasoline bioethanol atau bahan bakar nabati untuk kendaraan bensin pertama
di Indonesia dengan formulasi menggunakan blending gasoline ditambah
dengan kandungan bioethanol 5% yang berasal dari molase tebu.

2.3 Emisi Gas Buang


Emisi gas buang merupakan zat pencemar yang dihasilkan dari proses
pembakaran motor bensin. Zat pencemar dari hasil pembakaran atau uap
bahan bakar bensin ini dapat dibagi menjadi empat macam yaitu CO (carbon
monoxide), HC (hydrocarbon), NOx (nitrogen oxide), dan timah hitam/timbal
(Pb). Bila bensin terbakar, maka akan terjadi reaksi dengan oksigen
membentuk CO2 (carbon dioxide) dan H2O. Pada negara-negara yang
memiliki emisi gas buang yang ketat, ada lima unsur yang diukur yaitu
senyawa CO, HC, CO2, O2, dan NOx. Sedangkan pada negara-negara standar
emisinya tidak terlalu ketat, hanya mengukur empat unsur dalam gas buang
yaitu senyawa CO, HC, CO2, dan O2.

Emisi gas buang yang dihasilkan kendaraan atau mesin yang


menggunakan bahan bakar bergantung pada jenis bahan bakar yang
digunakan serta perbandingan bahan bakar dan udara pada saat proses
pembakaran.
2.3.1 Komposisi Emisi Gas Buang
Secara umum komposisi gas buang kendaraan bermesin bensin
dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini:

Menurut Muziansyah dkk (2015) menyatakan bahwa komposisi


emisi gas buang meliputi, sebagai berikut:

1. Karbon monoksida (CO)


Gas CO dihasilkan oleh pembakaran yang tidak normal
karena kekurangan oksigen pada campuran udara dan
bahan bakar. CO biasanya ditemukan pada saluran
pembuangan (exhaust), tetapi bisa juga ditemui pada
crankcase. CO mempunyai sifat tidak berwarna dan tidak
berasa. Jika rasio udara dan bahan bakar kekurangan
oksigen, maka jumlah gas CO yang dihasilkan juga
semakin meningkat.
2. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon dihasilkan dari bahan bakar yang tidak
terbakar sempurna saat proses pembakaran. Emisi
hidrokarbon memiliki sifat berbau, mudah menguap, dan
bereaksi lebih lanjut dengan NOx menjadi senyawa
fotokimia dan dapat menyebabkan hujan asam/berasap.
3. Karbon Dioksida (CO2)
Karbon dioksida berasal dari pembakaran sempurna
hidrokarbon termasuk minyak bumi dan gas alam.
Sebenarnya gas karbon dioksida tidak berbahayabagi
manusia. Namun, kenaikan kadar CO2 telah mengakibatkan
meningkanya suhu di permukaan bumi. Fenomena inilah
yang disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca adalah
suatu peristiwa di alam dimana sinar matahari dapat
menenmbus atap kaca, tetapi sinar infra merah yang
dipantulkan tidak bisa menembusnya. Pada proses
pembakaran konsentrasi CO2 menunjukan secara langsung
status hasil pembakaran di ruang bakar. Semakin tinggi
semakin baik. Saat AFR berada di angka ideal, emisi CO2
berkisar 12% sampai 15%. Apabila AFR terlalu kurus atau
terlalu gemuk, maka konsentrasi CO2 akan turun drastis.
4. Oksigen (O2)
Konsentrasi dari oksigen pada gas buang berbanding
terbalik dengan konsentrasi CO2. Untuk mendapatkan
pembakaran yang sempurna, maka kadar oksigen yang
masuk ke ruang bakar harus mencukupi untuk setiap
molekul hidrokarbon. Sayangnya, ruang bakar tidak dapat
sempurna melengkung dan halus sehingga memungkinkan
molekul bensin seolah-olah bersembunyi dari molekul
oksigen dan menyebabkan proses pembakaran tidak terjadi
dengan sempurna.
5. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida dihasilkan melalui temperatur pembakaran
yang tinggi. Saat temperatur pembakaran mencapai 1.370
°C, nitrogen dan oksigen dalam udara bergabung sehingga
menghasilkan nitrogen oksida. Selama udara di atmosfir
masih mengandung 78% nitrogen, gas tersebut tidak dapat
dicegah memasuki ruang bakar. Gas NOx mempunyai sifat
tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau saat keluar
dari mesin, namun ketika bersentuhan dengan oksigen pada
atmosfir berubah menjadi NO2 yang bersifat kemerahan
dan dapat menimbulkan hujan asam.

6. 𝑃𝑀10 (Particulate Matter)


𝑃𝑀10 adalah debu partikulat yang terutama dihasilkan oleh
emisi gas buang kendaraan. Sekitar 50% - 60%
mengambang merupakan debu dengan diameter 10𝜇𝑚.
Debu P𝑀10 sangat mudah dihirup dan masuk ke dalam paru
– paru, sehingga P𝑀10 diklasifikasikan sebagai Respirable
Particulate Matter (RPM).

2.3.2 Dampak Emisi Gas Buang


Bahaya kesehatan dari emisi kendaraan bermotor bergantung pada
daya racun dari setiap senyawa dan sejauh mana orang terpapar
senyawa tersebut. Menurut karakteristik kimiawi dan perilakunya
terhadap lingkungan, maka dampak pencemar yang terkandung dalam
knalpot kendaraan bermotor diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Polutan yang terutama mengiritasi saluran pernafasan.


Oksida tersebut termasuk sulfur oksida, partikulat, nitrogen
oksida dan oksida lainnya.
2. Polutan yang diduga menyebabkan kanker, sebagai
hidrokarbon.

3. Polutan yang menyebabkan efek racun sistemik, seperti


karbon monoksida dan timah hitam.
4. Kondisi yang mengganggu kenyamanan, seperti kebisingan
dan debu jalanan.

Memperhatikan tingkat bahaya yang diakibatkan senyawa tertentu


dalam emisi gas buang kendaraan bermotor, maka pemerintah melalui
Menteri Negara Lingkungan Hidup menetapkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2023 Tentang
Baku Mutu Emisi Kendaraan Bermotor yang terlihat pada tabel 2.1
sebagai berikut:

Parameter Metode
Kategori Tahun Karbon Hidrokarbon uji
Pembuatan monoksida (HC)
(CO)
Berpenggerak penyalaan cetus api (bensin)
Sepeda motor <2010 4,5% 6000 ppm
2 Langkah Kondisi
Sepeda motor 5,5% 2200 ppm diam
4 Langkah (Idle)
Sepeda motor 2010-2016 4% 1800 ppm
>2016 3% 1000 ppm

2.3.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Emisi Gas Buang


Beberapa faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh
sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia
antara lain:

1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat.


2. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor.
3. Faktor perawatan kendaraan.
4. Jenis bahan bakar yang digunakan.
5. Jenis permukaan jalan.
6. Kesamaan waktu aliran lalu lintas.

2.4 Pengujian Gas Analyzer


Gas Analyzer adalah mesin uji yang digunakan untuk mengukur emisi
gas buang yang dihasilkan kendaraan. Gas yang bisa diukur menggunakan
Gas Analyzer adalah gas karbon dioksida (𝐶𝑂2), karbon monoksida (CO),
hidrokarbon (HC), oksigen (𝑂2) dan nilai AFR. Gas Analyzer nantinya akan
memberikan nilai pengukuran kuantitas yang ditampilkan dalam bentuk
angka. Gas Analyzer juga dilengkapi dengan sistem print sehingga hasilnya
dapat langsung diketahui.

Di Indonesia, cara uji emisi gas buang kendaraan bermesin bensin


kategori M, N dan O pada kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.1-2005.
Kondisi idle adalah kondisi dimana mesin kendaraan pada putaran dengan :

1. Sistem kontrol bahan bakar (misal : choke, akselerator)


tidak bekerja.
2. Posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi
otomatis.
3. Posisi transmisi netral atau parkir untuk kendaraan
otomatis.
4. Perlengkapan atau asesoris kendaraan yang dapat
mempengaruhi putaran tidak dioperasikan atau dapat
dijalankan atas rekomendasi manufaktur.
Pengujian idle dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan
bermotor dengan alat uji gas analyzer kemudian diukur kandungan karbon
monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC).

2.5 Air Fuel Ratio (AFR)


Air-Fuel Ratio adalah parameter yang digunakan untuk
mendeskripsikan rasio campuran udara dengan bahan bakar. Emisi gas buang
yang dihasilkan oleh kendaraan sesungguhnya dipengaruhi oleh perbandingan
campuran bahan bakar dengan udara, atau bisa disebut juga dengan AFR (Air
Fuel Ratio). Berdasarkan teori stoichiometric, nilai perbandingan campuran
yang ideal adalah sebesar 14,7:1 yang berarti untuk membakar habis 1 gram
bensin diperlukan 14,7 gram oksigen.
Untuk membandingkan antara teori dan kondisi yang terjadi secara
nyata, dirumuskan suatu perhitungan yang disebut dengan lambda (λ) dengan
rumus sebagai berikut:

jumlah udara sesungguhnya


lambda( λ)=
teori stoichimetric

Jika jumlah udara sesungguhnya 14,7 maka:

14 ,7
( λ )= =1
14 , 7 :1

Artinya:

λ = 1; menunjukkan campuran ideal

λ > 1; menunjukkan campuran miskin (terlalu banyak udara)

λ < 1; menunjukkan campuran kaya (terlalu banyak bahan bakar)

Nilai lambda merupakan kesimpulan proses pembakaran yang terjadi di


mesin, jika lambda sama dengan 1 (satu), berarti pembakaran bahan bakar di
mesin sangat efisien atau ideal, dalam artian komposisi bahan bakar dan
udara benar-benar tercampur secara homogen. Tetapi pada prakteknya, tidak
mungkin selalu mendapatkan angka yang tetap (14,7:1) dikarenakan keadaan
internal mesin dan juga keadaan lingkungan sebagai faktor eksternal yang
dapat berubah – ubah sehingga dapat berpengaruh kepadai suplai campuran
karburator. Campuran kaya berarti komposisi udara jumlahnya dibawah dari
kondisi ideal, contohnya 10 gr udara : 1 gr bensin (AFR = 10:1). Sedangkan
untuk campuran kurus mengartikan komposisi udara jumlahnya diatas dari
kondisi ideal, contohnya 17 gr udara : 1 gr bensin (AFR = 17:1). (Kela dkk,
2014)

2.6 State Of The Art


Dari penelitian ini melibatkan beberapa penelitian dari beberapa jurnal
sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini untuk dijadikan
referensi penulis. Berikut adalah beberapa penelitian yang digambarkan
dalam Tabel 2.2

Tabel 2.2 State Of The Art

2.7 motor Yamaha Mio GT 115 cc


Berikut tabel 2. spesifikasi sepeda motor Yamaha Mio GT 2013 dengan
kapasitas mesin 115 cc :

No. Uraian Spesifikasi

1. Tipe mesin 4 langkah, 2 valve SOHC


2. Jumlah/posisi silinder Silinder tunggal, mendatar

3. Volume silinder 113,7 cc


4. Diameter x Langkah 50,0 x 57,9 mm

5. Perbandingan 9,3 : 1
kompresi
6. Daya maksimum 7,75 PS (5,7 kW) / 8.500 rpm

7. Torsi maksimum 8,5 Nm (0,80 kgf-m) / 5000 rpm


8. Sistem starter Electric Starter dan Kick Starter
Sistem pelumasan Basah
Kapasitas oli mesin Total : 0,85 Liter / Berkala : 0,74 Liter
Sistem bahan bakar Fuel injection
Tipe kopling Kering, kopling sentrifugal automatic type
Tipe transmisi v-belt otomatis
Sistem pengapian TCI (Transistor Control Ignition)
Pengoperasian CVT Otomatis
transmisi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir


Bagan alir berikut memberikan gambaran tentang tahapan alur atau proses
penelitian yang akan dilakukan sebagai hasil dari penyelidikan ini:

Mulai

Studi Literatur dan


Pengumpulan data

kMerumuskan Prosedur dan


indikator yang tepat.

Persiapan mesin dan bahan-bahan untuk


melakukan proses pengujian

Pelaksanaan pengujian

Pertalite e Pertamaxe Pertamax Green


e

Konsultasi
mengenal
pengujian

fA fB
gf
fA fB

aAnalisis dan pembahasan

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir atau Flowchart

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Tempat dan waktu penelitian adalah hal yang terpenting dalam melakukan
penelitian dan pengujian agar alur penelitian ini menjadi jelas dan baik.
Tempat dan waktu penelitian yang dilakukan sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian I : Universitas Singaperbangsa Karawang.
Waktu Penelitian :
2. Tempat Penelitian II : Kosan Suto
Waktu Penelitian :
3.3 Alat dan Bahan
Sebelum melakukan penelitian dan pengujian maka dibutuhkan alat dan
bahan yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut:
3.3.1 Alat yang dibutuhkan dalam penelitian:
1. Motor
2. Laptop Lenovo
3. Gas Analyzer
4. Tool Set
5. Kadar Emisi Gas Buang
3.3.2 Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian:
1. Bahan bakar Pertalite
2. Bahan bakar Pertamax
3. Bahan bakar Pertamax Green 95
3.4 Prosedur Penelitian
Tabel 3. 1 Prosedur Pengambilan Data

3.5 Teknik pengumpulan data


3.5.1 proses pengambilan data
3.5.2 pelaksanaan pengujian emisi

Anda mungkin juga menyukai