Anda di halaman 1dari 8

ANALISA PENGGUNAAN PENGAPIAN PLATINA DENGAN TCI

TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA TOYOTA KIJANG 1.8


TAHUN 2002

ABSTRAK

Analisa penggunaan pengapian platina dengan TCI pada Toyota kijang tahun 2002
terhadap emisi gas buang. Dahulu sistem pengapian adalah secara konvensional,
sekarang sudah diganti dengan yang terbaru yaitu CDI. Dengan adanya perubahan
tersebut, pengguna mobil telah di manjakan dengan inovasi –inovasi canggih yang
sudah ada. Pembakaran yang terjadi di dalam mesin kendaraan tidak selalu berjalan
sempurna sehingga terdapat hasil torsi dan daya yang dihasilkan serta dalam
pengapian tentu menghasilkan gas buang mengandung senyawa berbahaya bagi
kesehatan tubuh manusia Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui perbandingan
penggantian platina dengan TCI terhadap perbandingan emisi gas buang yang
dihasilkan.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat Emission Gas Analyzer pada


Toyota kijang dengan variasi pengapian platina dan TCI.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa emisi gas buang yang di dapat untuk
pengapian platina untuk CO, HC, O2 pada pengapian TCI lebih tinggi dari pengapian
platina, sedangkan untuk CO2 pada pengapian platina lebih tinggi dari pengapian TCI.

KATA KUNCI : platina, TCI, gas buang.

1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1.1 Identifikasi Masalah

Pada zaman yang serba canggih ini Berdasarkan latar belakang yang telah
semua alat terus berkembang, termasuk diuraikan, maka dapat diidentifikasibeberapa
juga sistem pengapian pada mobil. Dahulu masalah yang ditemui antara lain
sistem pengapian adalah secara konvensional,
sekarang sudah diganti dengan yang terbaru 1. Berapa hasil konsumsi bahan bakar
yaitu CDI. Dengan adanya perubahan dari mobil kijang 1.8 ketika
tersebut, pengguna mobil telah di manjakan menggunakan sistem pengapian
dengan inovasi – inovasi canggih yang sudah
ada. platina dan juga TCI.
2. Bagaimana gas buang yang
Tapi sistem pengapian tersebut tidak berlaku
pada mobil kijang 1.8 yang sampai saat ini dihasilkan dari mobil kijang 1.8
masih menggunakan system pengapian ketika menggunakan sistem
konvensional (platina), karena keluaran pengapian platina dan juga TCI.
Toyota kijang terbaru sudah menggunakan
3. Bagaimana perbedaan gas buang yang
CDI semua rata – rata. Banyak yang
mengeluhkan dengan sistem lama di hasilkan mobil kijang ketika suhu
konvensional tersebut. Ada yang menyebut rendah dan suhu tinggi saat
tarikan kurang maksimal karena tegangan
menggunakan pengapian platina
kurang,konsumsi bahan bakar lebih boros
dan platina cepat aus, pada saat pagi mesin dengan menggunakan TCI.
kadang sulit dinyalakan, sering meledak –
meledak di kenalpot. 1.2 Rumusan Masalah

Oleh karena itu, seniman otomotif berusaha Penelitian ini dimaksudkan untuk mengatasi
semaksimal mungkin agar dapat membuat keluhan pengguna mobil yang masih
sistem pengapian mobil kijang 1.8 dapat menggunakan sistem pengapian konvensional,
bersaing dengan mobil – mobil terbaru. Yaitu Maka perlu adanya alternatif pengganti platina
TCI ( Transistor Control Ignition ) sebagai untuk memaksimalkan kinerjanya. Oleh karena
pengganti sistem pengapian yang lama. itu, Permasalahan dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Dengan sistem TCI yang diletakkan di mobil 1. Bagaimana perbandingan penggantian
toyota Kijang 1.8 tersebut diharapkan dapat
pengapian platina dengan TCI terhadap
membuat performa mesin menjadi lebih
dari sebelumnya. Karena pada TCI yang emisi gas buang ?
memutus dan menghubungkan arus adalah 2. Berapa perbedaan CO yang di hasilkan
Transistor bukan logam yang bertemu dari mobil kijang dengan menggunakan
langsung dengan logam. Jadi TCI ini pasti
pengapian platina dan TCI ?
lebih awet dari pada platina. Serta hasil emisi
gas buang yang di hasilkan diharapkan lebih 3. Berapa perbedaan HC yang di hasilkan
ramah dibandingkan dengan pengapian antara pengapian platina dengan TCI ?
platina sebelumnya.

2
4. Berapa perbedaan O2 yang di hasilkan Emisi kendaraan bermotor
antara pengapian platina dengan TCI ? mengandung berbagai senyawa kimia. emisi
5. Apakah dengan penggunaan TCI dapat gas buang di definisikan sebagai berikut :
menurunkan emisi gas buang yang di Gas buang yang dihasilkan dari pembakaran
hasilkan ? bahan bakar dan udara terdiri dari banyak
komponen gas yang sebagian besar
2. STUDI LITERATUR
merupakan polusi bagi lingkungan hidup.
Motor Bakar
Motor bakar adalah mesin yang Gas Karbon Monoksida (CO)
menggunakan energi hasil pembakaran
Gas karbonmonoksida adalah gas beracun
sebagai sumber energi. Hal ini berbeda yang membahayakan terutama bagi
dengan mesin uap, karena meskipun sama - manusia,Gas karbonmonoksida (CO) merupakan
sama menggunakan bahan bakar sebagai gas yang tidak berwarna, tidak berbau, sukar
sumber energi, tetapi pada mesin uap, larut dalam air dan tidak mempunyai rasa
pembakaran berlangsung di luar sistem Hydrokarbon (HC)
penggerak, sedangkan pada motor bakar,
Hydrokarbon merupakan sisa
proses pembakaran berlangsung di dalam
pembakaran motor bensin yang berdampak
sistem. Pembakaran.
buruk terhadap lingkungan.Hydrokarbon

Katup (HC) merupakan emisi yang timbul karena


bahan bakar yang belum terbakar tetapi
Katup berfungsi Untuk membuka dan
sudah keluar bersama-sama gas buang
menutupnya lubang intake dan exhaust
menuju atsmosfer. [12]
secara bergantian agar mendapatkan Efisiensi
Karbondioksida (C )
Volumetrik yang baik dan membuang gas
sisa pembakaran dengan baik tanpa tersisa. Karbondioksida (C𝑂2) pada prinsipnya

Penyetelan katup adalah salah satu unit berbanding terbalik dengan gas buang

kompetensi dalam klaster Tune Up. karbonmonoksida (CO), apabila C𝑂2 tinggi

Penyetelan katup diperlukan karena maka CO akan rendah, karena dalam proses

kerapatan/kerenggangan katup dapat pembakaran yang hampir sempurna C𝑂2

mempengaruhi kerja (Performa) mesin yang harus tinggi dan O2 rendah, akan tetapi C𝑂2

disebabkan oleh pemasukan (Efisiensi yang tinggi hasil pembakaran dapat dicegah

Volumetrik) dan kebocoran ruang bakar. dengan melakukan penghijauan untuk

Emisi Gas Buang menyerap CO2


METODOLOGI PENELITIAN

3
Metode penelitian merupakan seperangkat Katup Eksperimen, untuk Mencari Nilai
upaya dan cara sistematis yang diterapkan CO Dan HC Terendah maka dilakukan
oleh peneliti dalam rangka memperoleh penyetelan ukuran celah katup sebagai
jawaban atas apa yang menjadi pertanyaan Berikut :
penelitiannya. Metode penelitian secara Ukuran Penyetelan celah katup IN dan
langsung berkaitan dengan bagaimana EX ke satu
mengetahui sesuatu. 1. Ukuran standart celah katup sepeda
Dalam penelitian ini metode yang digunakan motor Yamaha Mio 2006

oleh penulis dalam memperoleh, mengolah katup masuk IN = 0,06 mm


dan menganalisis data adalah dengan metode katup buang EX = 0,08 mm
eksperimen 2. Ukuran pengujian celah katup sepeda
Diagram Alur Penelitia motor yamaha mio 2006
katup masuk IN = 0,10 mm
mulai
katup buang EX = 0,12 mm
3. Ukuran pengujian celah katup sepeda
Landasan riset motor yamaha mio 2006
katup masuk IN = 0,05 mm
Menentukan rumusan masalah
katup buang EX = 0,07 mm
4. Ukuran pengujian celah katup sepeda
Pengumpulan data
motor yamaha mio 2006
katup masuk IN = 0,07 mm
eksperimen
katup buang EX = 0,09 mm

Pelaksanaan dilapangan 5. Ukuran pengujian celah katup sepeda


motor yamaha mio 2006
Hasil dan kesimpulan katup masuk IN = 0,12 mm
katup buang EX = 0,14 mm
selesai 6. Ukuran pengujian celah katup sepeda
motor yamaha mio 2006
1. PEMBAHASANNYA
katup masuk IN = 0,03 mm
Dari Eksperimen penyetelan celah
katup dengan Dua pengujian pada katup buang EX = 0,05 mm
putaran 900 rpm dan 2000 rpm yang Ukuran Penyetelan celah katup IN dan
dilakukan Tersebut, Katup Standar Dan EX ke 2

4
1. Ukuran standart celah katup sepedah 2006 tentang cara pengujian kendaraan
motor Yamaha Mio 2006 bermotor kategori L pada kondisi idle ( SNI
katup masuk IN = 0,06 mm 09-7118.3-2005)
katup buang EX = 0,08 mm Hasil Eksperimen CO dan HC

2. Ukuran pengujian celah katup sepeda Table hasil uji emisi


motor yamaha mio 2006 KATUP RPM 900 RPM 2000

NO Carbon Carbon Hidro Keterangan


Masuk Buang Hidrokarbon
katup masuk IN = 0,10 mm (IN) (EX)
monoksida(C
O)
(HC)
monoksid karbon
a (CO) (HC)

73
katup buang EX = 0,12 mm 1 0,06 mm 0,08 mm 0,22 % 84 ppm 0,63 %
ppm Eksperimen

37
3. Ukuran pengujian celah katup sepeda 2 0,10 mm 0,12 mm 0,09 % 77 ppm 0,07 %
ppm Eksperimen

motor yamaha mio 2006 3 0,05 mm 0,07 mm 0,07 % 22 ppm 0,30 %


31
ppm
Eksperimen

55
katup masuk IN = 0,05 mm 4 0,07 mm 0,09mm 0,07 % 43 ppm 1,18 %
ppm Eksperimen

82
5 0,12 mm 0.14 mm 0,06 % 47 ppm 2,40 %
katup buang EX = 0,07 mm ppm Eksperimen

54
6 0,03 mm 0,05 mm 0,07 % 37 ppm 0,91 % Eksperimen
4. Ukuran pengujian celah katup sepeda ppm

motor yamaha mio 2006


Percobaan Konfirmasi CO pada 900rpm
katup masuk IN = 0,07 mm
katup buang EX = 0,09 mm Untuk memperoleh Ukuran celah katup
terbaik mendapatkan CO optimum adalah
5. Ukuran pengujian celah katup sepeda
motor yamaha mio 2006 penyetelan celah katup in:0.05mm ,katup

katup masuk IN = 0,12 mm ex:0,07mm Berikut adalah hasil percobaan


konfirmasi dengan menggunakan dua kali
katup buang EX = 0,14 mm
pengujian.
6. Ukuran pengujian celah katup sepeda
NO KATUP RPM 900
motor yamaha mio 2006
Masuk Buang CO Carbon
(IN) (Ex) Monoksida
katup masuk IN = 0,03 mm
1 O,O6mm 0,08mm 0,22%
katup buang EX = 0,05 mm 2 0,10mm O,12mm 0,09%
3 0,05mm 0,07mm 0,07%
Hasil Pengukuran Eksperimen
4 0,07mm 0,09mm 0,07%
Uji emisi dilakukan dengan unit gas 5 0,12mm 0,14mm 0,06%
analyzer untuk mendapatkan data CO dan 6 0,03mm 0,05mm 0,07%

HC.Pencatatan dilakukan pada kondisi Gambar. tabel Eksperimen Konfirmasi CO ke

stasioner (1600 rpm ± 100 rpm).Tata cara Percobaan Konfirmasi HC pada 900rpm
pengujian mengikuti prosedur uji emisi
penyetelan celah katup in:0.05mm ,katup
sesuai dengan lampiran Keputusan Menteri
ex:0,07mm berikut ;
Negara Lingkungan Hidup nomor 05 tahun

5
tabel hasil percobaan konfirmasi HC 1. Dengan Optimasi penyetelan celah
pada 900rpm katup in 0,05 mm dan katup ex
NO KATUP RPM 900 0,13mm terhadap celah katup in 0,05
Masuk Buang HC Hidro
(IN) (Ex) Carbon mm dan ex 0,10 mm dan celah katup in
1 O,O6mm 0,08mm 84ppm 0,06 mm dan ex 0,12 mm pada sepeda
2 0,10mm O,12mm 77ppm motor, ada pengaruh sebesar 87,71%
3 0,05mm 0,07mm 22ppm
4 0,07mm 0,09mm 43ppm untuk emisi CO dan 16,09 % untuk
5 0,12mm 0,14mm 47ppm emisi HC
6 0,03mm 0,05mm 37ppm
2. Terdapat Penurunan kadar gas buang
Gambar tabel Eksperimen Konfirmasi HC ke 1
CO sebesar 7,43 % dan HC sebesar
Percobaan Konfirmasi CO pada 2000 rpm 6,79 % dengan optimasi penggunaan
NO KATUP RPM 2000 viskositas pelumas SAE 10W-40,
Masuk Buang CO Carbon penyetelan celah katup in 0,07
(IN) (Ex) Monoksida
1 O,O6mm 0,08mm 0,63%
mm,katup ex 0,13mm dan celah
2 0,10mm O,12mm 0,07% elektroda busi 0,7 mm terhadap
3 0,05mm 0,07mm 0,30%
pengukuran standar pada sepeda motor
4 0,07mm 0,09mm 1,18%
5 0,12mm 0,14mm 2,40% skywave
6 0,03mm 0,05mm 0,91% 3. Emisi CO dan HC optimum diperoleh
Gambar hasil tabel Eksperimen konfirmasi CO
pada kombinasi penggunaan viskositas
percobaan ke 2 HC pada putaran 2000 rpm pelumas SAE 10W-40,celah katup in

NO KATUP RPM 2000 0,7mm,ex 013 mm dan celah elektroda


Masuk Buang HC Hidro 0,70 mm
(IN) (Ex) Carbon
4. Optimasi penggunaan viskositas
1 O,O6mm 0,08mm 73ppm
2 0,10mm O,12mm 37ppm pelumas,penyetelan celah katup ,dan
3 0,05mm 0,07mm 31ppm celah elektroda busi dapat memenuhi
4 0,07mm 0,09mm 55ppm
5 0,12mm 0,14mm 82ppm
6 0,03mm 0,05mm 54ppm
SARAN
Gambar. percobaan ke 2 HC pada putaran 2000
Dari serangkaian hasil pengujian dan
rpm analisis data yang telah dilakukan, maka
dapat diberikan beberapa saran sebagai
berikut:
5.KESIMPULAN
1. Karena terdapat berbagai range ukuran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
standar maka diharapkan ada penelitian
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

6
yang lebih lengkap variasi ukurannya 8.Permen Lingkungan Hidup Nomor 05. 2006.
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan
sehingga bisa mendapatkan emisi gas Bermotor Lama.
buang yang lebih baik
2. Karena penelitian ini terbatas pada
kondisi idle tanpa beban diharapkan ada
tindak lanjut penelitian yang menguji
emisi gas buang kendaraan pada berbagai
variasi kecepatan
3. Perlunya penelitian dan rekayasa lebih
lanjut mengenai emisi gas buang
DAFTAR PUSTAKA
1.Muhamad, Muhtadi Mahfudz.2013.Jurnal
Pengaruh Berbagai Macam Campuran Ethanol
Absolut Dan Premium Terhadap Emisi Gas Buang
Sepeda Motor Vario Tahun 2010

2.Mohamad Punantoro 2012,Analisis Campuran


Pertamax Plus dalam Premium 88 Terhadap
Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi Gas Buang pada
Sepeda Motor Honda

3.Syahril Machmud,Yokie Gendro Irawan 2011,


Jurnal Dampak Kerenggangan Celah Elektroda Busi
Terhadap Konerja Motor Bensin 4 Tak

4.Ellyanie. 2011. Pengaruh Penggunaan Three–


Way Catalytic Converter Terhadap Emisi Gas
Buang Pada Kendaraan Toyota Kijang Innova.
Prosiding Seminar Nasional Avoer, Hal 437-445
ISBN : 979-587-395-4

5.Mustafa,Wahidin Nuriana.2011.Jurnal Analisis


Celah Busi terhadap Konsumsi BahanBakar dan
Kinerja Pada Mesin Suzuki Tornado

6.Kabib, Masruki. 2009. Pengaruh pemakaian


campuran premium dengan champor terhadap
performasi dan emisi gas buang mesin Toyota
kijang seri 4K. Jurnal Sain dan Teknologi. Vol. 2
No. 2. Hal : 1-17

7.Raharjo, Winarno Dwi dan Karnowo. 2008.


Mesin Konversi Energi. Semarang: Universitas
Negeri Semarang Press

7
8

Anda mungkin juga menyukai