Anda di halaman 1dari 6

PENTINGNYA KATALITIK KONVERTER

Mobil mengeluarkan gas buang bukanlah sesuatu yang memusingkan. Tetapi


gas buang beracun ataupun yang membuat efek negatif, selalu mendapat
kepedulian utama. Idealnya, pembakaran dalam mesin menghasilkan
pembuangan yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan. Tapi
kenyataannya tidak semua pembakaran berlangsung sempurna.

Sebenarnya, pihak pabrikan mobil telah berusaha sedini mungkin untuk


mendapatkan pembakaran sempurna. Komposisi antara udara dan bahan
bakar sudah punya takaran yang ideal. Dengan rasio ideal maka bahan bakar
akan terbakar sempurna dengan oksigen yang diperoleh dari udara. Untuk
mesin bensin, takaran stoikiometrinya adalah 14,7:1. Artinya, tiap pon bahan
bakar dapat terbakar dengan 14,7 pon udara. Bila pembakaran sempurna
maka gas buang yang dihasilkan antara lain gas nitrogen (N2). Udara yang
ada di muka bumi terdiri dari 78% N2. Sisa pembakaran lainnya adalah CO2
dan uap air.

Tetapi karena mobil adalah benda yang bergerak, maka ada saja efek yang
ditimbulkan selain dari masalah usia komponen yang mempengaruhi efisiensi
kerja. Takaran bisa saja berubah tanpa kita sadari. Bila pembakaran tidak
sempurna, maka gas buang yang dihasilkan adalah karbon monoksida,
hidrokarbon, dan nitrogen oksida. Semuanya punya efek negatif seperti CO
yang bersifat racun tetapi tidak terdeteksi keberadaannya karena tidak
berwarna dan berbau. Sementara HC bila bereaksi dengan NOx bisa
menyebabkan terganggunya lapisan ozon. NOx pun bisa menyebabkan hujan
asam yang menyebabkan iritasi bagi makhluk hidup.

Reduksi emisi
Peraturan pembatasan emisi gas buang sudah dilakukan sejak lama,
sayangnya Indonesia regulasinya tak seketat yang dilakukan negara maju.
Kepentingan dagang masih menjadi wilayah abu-abu yang selalu membuat
tarik ulur regulasi tersebut. Ambil contoh bila regulasi mengikuti standar
Euro 1, misalnya, tentu mesin berkaburator sudah tidak diproduksi lagi di
sini. Masalah bensin tanpa timbal pun belum menjadi standar di Tanah Air.

Kesadaran akan arti kelestarian lingkungan sudah dimulai dari dulu. Contoh
di Amerika, penggunaan katalitik konverter sudah digunakan pada kendaraan
sejak pertengahan dekade ‘70-an. Bila alat ini digunakan, berarti bensin yang
dipakai haruslah bensin tanpa timbal. Sebaliknya bila menggunaan bensin
bertimbal maka katalitik konverter akan tersumbat sehingga aliran gas
buang berbalik ke arah ruang bakar yang justru bisa menyebabkan mesin
tidak dapat beroperasi.

Mobil modern kini sudah memakai three way katalitik konverter. Arti dari
three ways sendiri tak lain adalah kemampuannya mengubah gas NOx, CO,
dan HC menjadi lebih sempurna sehingga kadar yang keluar dari mesin
berada di bawah ambang batas yang ditentukan. Konverter ini sendiri
menggunakan dua katalis berbeda, pertama reduction catalyst dan
oxidization catalyst. Keduanya berisi struktur keramik yang melapisi metal
katalis, biasanya platinum, rhodium, dan atau palladium. Gunanya adalah
untuk menciptakan struktur yang dapat memaksimalkan permukaan katalis
terhadap arus gas buang selain meminimalkan jumlah katalis yang dipakai
(karena mahal). Struktur permukaan yang terbentuk terdiri dari dua tipe,
honeycomb dan ceramic beads. Paling banyak dipakai adalah struktur sarang
lebah.

Katalis
Tahap awal dari proses yang dilakukan pada katalitik konverter adalah
reduction catalyst. Tahap ini menggunakan platinum dan rhodium untuk
membantu mengurangi emisi NOx. Ketika molekul NO atau NO2
bersinggungan dengan katalis, sirip katalis mengeluarkan atom nitrogen dari
molekul dan menahannya. Sementara oksigen yang ada diubah ke bentuk
O2. Atom nitrogen yang terperangkap dalam katalis tersebut diikat dengan
atom nitrogen lainnya sehingga terbentuk format N2. Rumus kimianya
sebagai berikut: 2NO=> N2 + O2 atau 2NO2=>N2+2O2
Tahap kedua dari proses di dalam katalitik konverter adalah oxidization
catalyst. Proses ini mengurangi hidrokarbon yang tidak terbakar di ruang
bakar dan CO dengan membakarnya (oxidizing) melalui katalis platinum dan
palladium. Katalis ini membantu reaksi CO dan HC dengan oksigen yang ada
di dalam gas buang. Reaksinya sebagai berikut; 2CO+O2=>2CO2. Tetapi
sebenarnya dari mana asal oksigen itu?

Tahap ketiga adalah pengendalian sistem yang memonitor arus gas buang.
Informasi yang diperoleh dipakai lagi sebagai kendali sistem injeksi bahan
bakar. Ada sensor oksigen yang diletakkan sebelum katalitik konverter dan
cenderung lebih dekat ke mesin ketimbang konverter itu sendiri. Sensor ini
memberi informasi ke komputer mesin seberapa banyak oksigen yang ada di
saluran gas buang. Komputer akan mengurangi atau menambah jumlah
oksigen sesuai rasio udara bahan bakar. Skema pengendalian membuat
komputer mesin memastikan kondisi mesin mendekati rasio stoikiometri dan
memastikan ketersediaan oksigen di dalam saluran buang untuk proses
oxidization HC dan CO yang belum terbakar.

CATALITYC CONVERTER TIGA JALUR

Teknologi pencegah bahaya polusi akibat emisi buangan kendaraan bermotor


sebetulnya telah cukup lama dikembangkan. Tengok saja piranti dalam
mesin yang berupa positive crankshaft ventilation yang dibuat untuk
mengurangi pencemaran NOx. Ada lagi kanister, komponen pencegah
timbulnya uap yang berada dalam saluran bahan bakar.

Tetapi penerapan kedua komponen tersebut ternyata belum bisa benar-


benar mengurangi bahaya polusi yang dikeluarkan knalpot. Kemudian,
pabrikan pun mengembangkan alat penyaring emisi dalam saluran buang
yang diperkenalkan sebagai catalityc converter (CC).

Namun bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia, penggunaan CC untuk


produk mobil baru bisa jadi malah memunculkan persoalan baru. Pemakaian
CC bisa membuat komponen rusak dan hancur berantakan atau malah bisa
menghasilkan gas buang yang jauh lebih beracun. Ini karena diperlukannya
sejumlah persyaratan pemakaian CC berkait dengan BBM yang digunakan
mobil bersangkutan.

Piranti CC hanya dapat digunakan dan bisa berfungsi maksimal hanya bila
mesin mobil bersangkutan menggunakan bahan bakar minyak tanpa timbal
(unleaded fuel). Karena terletak dalam saluran buang, maka penerapan CC
juga akan menyebabkan berkurangnya tenaga mesin.Catalityc converter
merupakan komponen yang terdiri dari tabung -serupa dengan saringan
knalpot-- berbahan stainless steel.

Dalamnya berisi bahan keramik monolit dan butiran pelet bahan kimia
dengan elemen sarang tawon yang biasa disebut sel. Elemen sarang tawon
itu dilapisi dengan washcoat aluminium oksida kasar. Dan di luar washcoat
terbungkus lapisan platina dan radium seberat 2-3 gram. Terakhir
pembungkus baja yang berfungsi melindungi keramik monolit dari panas dan
getaran.

Sebetulnya CC itu bersifat seperti ruang bakar kedua. Karenanya aliran


emisi buangan akan mangalami oksidasi, sehingga unsur karbon monoksida
(CO) dan hidrokarbon (HC) bisa diubah menjadi karbon dioksida (CO2) dan
uap air (H2O) yang relatif lebih aman. Karena memerlukan proses
oksidasi yang sempurna maka diperlukanlah suhu ideal sekitar 400-800
derajat Celcius.

Bisa dibayangkan betapa perangkat catalityc converter itu bekerja dengan


suhu tinggi sehingga memerlukan rangkaian komponen yang kedap panas.
Karena dirancang untuk keperluan mobil dan terletak di bawah kolong, maka
CC juga tak terbuat dari rangkaian bahan yang tahan terhadap suhu panas
berlebihan.
Akibatnya bila terjadi suhu amat panas pada saluran buang itu, justru
CC akan mengalami kerusakan. Apalagi bila temperatur meningkat sampai di
atas 1.000 derajat C (yang bisa terjadi akibat pengapian mobil tak
sempurna) dipastikan CC akan hancur. Adanya bahan bakar yang
mengandung timah hitam, sisa oli di bahan bakar dipastikan pula akan
membuat CC rusak.

Komponen CC tipe lama memang dapat mengurangi kandungan HC dan CO,


namun sebaliknya akan meningkatkan NOx akibat proses reduksi yang
membuat unsur oksigen dan nitrogen terpecah. Itu sebabnya sekarang
dipakai CC tiga jalur yang juga dapat mengurangi unsur NOx dalam emisi.

Dari segi penggunaannya, alat ini termasuk komponen bebas perawatan dan
tak memerlukan penggantian dalam jangka waktu tertentu. Namun bila suhu
gas buang terlalu tinggi dan bensin yang digunakan mengandung timah
hitam (leaded fuel), justru akan menjadikan CC tak berfungsi atau malah
bakal mengeluarkan gas lebih beracun.

Karena itu banyak mobil keluaran baru yang oleh pabrikannya telah
dilengkapi CC, tetapi saat diperdagangkan di Indonesia komponen ini dilepas
oleh ATPM (agen tunggal pemegang merk). Pertimbangannya jelas, selain
bisa mengurangi harga jual, juga menghindari ancaman polusi yang lebih
parah.

WARNA GAS BUANG

Mesin mobil dengan emisi yang baik tidak akan mengeluarkan gas buang
yang berwarna. Karena salah satu fungsi system emisi adalah untuk
membersihkan gas buang dari mesin dan membuangnya ke udara terbuka.
Dari gas buang yang keluar dari knalpot mobil Anda, Anda bisa mendeteksi
apakah system emisi mobil Anda masih perlu dirawat kembali.
A. Gas buang berwarna putih kebiru - biruan
Cek kembali system pelumasan mobil Anda. Penyebabnya konsumsi oli
terlalu banyak sehingga oli terbakar dalam ruang bakar. Bisa juga terjadi
kebocoran oli di dalam sehingga oli ikut terbakar dalam ruang bakar.

B. Gas buang berwarna hitam


Cek system pembakaran bahan bakar. Penyebab utamanya adalah
konsumsi bahan bakar yang berlebih karena campuran bahan bakar dan
udara yang terlalu kaya, sehingga tidak dapat terbakar sempurna. Hal itu
terjadi karena ada beberapa kerusakan diantaranya :
 pompa bahan bakar bocor atau tekanan
 pompa bahan bakar terlalu tinggi
 katup throttle macet
 filter udara kotor sehingga terjadi
 penyumbatan aliran udara
 katup silinder sudah rusak
 karburator bocor
 lubang penyemprot bahan bakar di
 karburator sudah aus dll.

C. Gas buang berwarna putih


Hal itu terjadi karena ada kebocoran, sehingga ada uap air di dalam gas
buang. Segera ganti gasket kepala silinder, kencangkan baut pemegang
kepala silinder untuk mengurangi kebocoran.

Anda mungkin juga menyukai