Anda di halaman 1dari 72

PROGRES TESIS 1

STUDI KADAR AIR PADA MINYAK TRANSFORMATOR


DENGAN PENDEKATAN SINYAL AKUSTIK DAN OPTIK

Firnanda Pristiana Nurmaida NRP. 1122800004

PEMBIMBING:
Dr. Eng. Agus Indra Gunawan, S.T, M.Sc.
R. Sanggar Dewanto, S.T., M.T., Ph.D

PROGRAM STUDI MAGISTER TERAPAN


TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI REKAYASA
POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
2023

1
A. JUDUL TESIS
STUDI KADAR AIR PADA MINYAK TRANSFORMATOR DENGAN PENDEKATAN
SINYAL AKUSTIK DAN OPTIK

B. LATAR BELAKANG
Transformator merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses transmisi dan
distribusi tenaga listrik [1, 2, 3]. Selama masa pakai, transformator yang terendam minyak
mengalami tekanan listrik, termal, dan kimiawi yang dapat menurunkan isolasi liquid-to-paper
dan mengurangi efisiensinya [3]. Sehingga, minyak oli merupakan parameter yang sangat
penting, bahkan menjadi komponen utama dalam menentukan umur trafo [4]. Minyak yang
diisikan pada transformator harus memiliki beberapa karakteristik, di antaranya konduktivitas
termal yang rendah, stabilitas oksidasi yang lebih baik, sifat dielektrik yang baik, dan viskositas
yang rendah [5, 6].
Selain beberapa karakteristik tersebut, adapun beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi produksi bertahap dalam proses pengoperasian transformator, terutama yaitu
kontaminasi air dalam minyak transformator. Menjaga tingkat kelembaban dari sistem isolasi
merupakan hal yang sangat penting karena dapat memperlambat proses penuaan isolasi paper
dan juga dapat melindungi sistem [7]. Sebuah survei oleh IEEE menunjukkan bahwa hampir
50% kegagalan transformator disebabkan oleh kerusakan isolasi. Hal ini semakin
membuktikan bahwa menjaga sistem isolasi dalam kondisi sehat merupakan tugas yang sangat
penting, khususnya pressboard, kertas, dan minyak [8].
Kadar air dalam minyak dan kertas dapat mempercepat proses penuaan bahan isolasi,
menurunkan PDIV (Partial Discharge Inception Voltage), serta mengakibatkan resiko evolusi
gelembung dalam kondisi panas. Peningkatan kadar air dalam minyak transformator dapat
menyebabkan penurunan kemampuan isolasi. Kondisi tersebut sangat berbahaya bagi
transformator yang sedang beroperasi. Oleh karena itu, penurunan kadar air merupakan proses
yang sangat penting dalam pemeliharaan transformator yang terendam minyak [9].
Dalam beberapa tahun terakhir, sensor yang digunakan untuk mengukur kadar air
dalam minyak transformator didasarkan pada teknik elektrokimia. Hal ini berarti bahwa
elektrolit diperlukan untuk meningkatkan konduksi sistem. Sehingga sampel oli asli harus
dimodifikasi menggunakan prosedur ekstraksi yang rumit. Selain itu, sensor tersebut juga
memiliki sensitivitas yang rendah. Tesis ini menyajikan pengukuran kadar air pada
transformator dengan memanfaatkan sensor ultrasonik. Penelitian ini bekerja sama dengan PT
Bambang Djaja sebagai perusahaan yang memberikan beberapa sampel minyak transformator
2
dengan nilai kadar air tertentu menggunakan metode pengukuran yang sebelumnya biasa
digunakan sebagai acuan. Pengukuran dilakukan menggunakan frekuensi 3 MHz dan metode
pendeteksian kadar air menggunakan intensitas akustik dan kecepatan akustik dari gelombang
ultrasonik.

C. PERMASALAHAN DAN BATASAN MASALAH


Sistem isolasi pada minyak transformator merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan dalam proses pengoperasian transformator. Sistem isolasi dipengaruhi oleh
kontaminasi air yang terdapat pada minyak transformator. Semakin banyaknya kandungan air
dapat menyebabkan kerusakan isolasi bahkan kegagalan operasi dari transformator. Untuk
mengatasi hal tersebut, dibutuhkan sensor yang dapat melakukan pengukuran kandungan air
dalam minyak transformator untuk dapat menentukan waktu penggantian minyak
transformator. Sensor yang biasanya dipakai merupakan sensor yang didasarkan pada teknik
elektrokimia sehingga harus memodifikasi sampel minyak yang asli menggunakan prosedur
ekstraksi yang rumit. Sehingga pada penelitian ini, dilakukan pengukuran dengan
menggunakan teknik yang tidak merusak (Non-Destructive Technique) dengan memanfaatkan
sensor ultrasonik. Adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Sampel minyak transformator pada chamber pengukuran dengan bahan akrilik.
2. Proses pengukuran minyak transformator dilakukan pada temperatur konstan yaitu 40
o
C dan 45 oC.
3. Pengukuran minyak transformator dilakukan dalam kondisi diam tanpa adanya aliran
maupun pergerakan tertentu di dalam chamber.

D. TUJUAN TESIS
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengukur nilai Vrms dan Vpp dari gelombang ultrasonic.
2. Mengukur time of flight dari gelombang ultrasonic menggunakan 3 metode, yaitu
metode threshold, metode zero cross, dan metode cross correlation.
3. Menentukan kecepatan akustik berdasarkan time of flight.
4. Mengamati perubahan Vrms, Vpp, dan kecepatan akustik terhadap kandungan air di
dalam minyak transformator.
5. Mengkategorikan kondisi minyak transformator berdasarkan kadar air di dalamnya
sehingga dapat menentukan waktu penggantian minyak transformator.

3
6. Membandingkan hasil pengukuran dengan nilai referensi berdasarkan metode
pengukuran lainnya yang dilakukan di PT. Bambang Djaja.

E. KONTRIBUSI TESIS
Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam membuat sistem peringatan dini
berdasarkan kadar air untuk pergantian minyak transformator. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan hasil pengukuran Vrms dan Vpp dari gelombang ultrasonik. Selain itu,
pengukuran viskositas juga sangat dipengaruhi oleh nilai kecepatan akustik. Kecepatan akustik
dipengaruhi oleh time of flight. Terdapat tiga metode pengukuran time of flight yang digunakan
untuk menentukan metode time of flight yang terbaik. Dengan dapat mengukur nilai kadar air
pada minyak transformator menggunakan gelombang ultrasonik, maka estimasi masa pakai
minyak dapat diperhitungkan secara optimal. Apabila masa pakai minyak dapat diestimasi,
maka biaya operasional yang tinggi akibat waktu pergantian minyak yang tidak tepat dapat
direduksi. Waktu pergantian minyak yang terlalu cepat dapat meningkatkan penggunaan
minyak di Indonesia. Sedangkan waktu pergantian minyak yang terlalu lama akan
mengakibatkan kerusakan pada transformator.

F. PENELITIAN TERKAIT
Minyak oli transformator merupakan cairan yang sangat dibutuhkan untuk membuat
temperatur kerja transformator menjadi stabil. Parameter yang sangat penting dalam
menentukan kelayakan minyak oli transformator yaitu kadar air di dalamnya. Meningkatnya
kadar air dalam minyak dapat mempercepat proses penuaan bahan isolasi. Sehingga proses
mengganti minyak transformator secara berkala perlu untuk dilakukan. Terdapat beberapa
penelitian yang telah dilakukan untuk mengukur kadar air di dalam minyak.
J. Jiang et. Al. [9] mengusulkan pengukuran menggunakan sensor optik berbasis MNF
untuk menetapkan afinitas antara kadar air dalam minyak dan evanescent field distribution.
Sensor MNF dapat langsung dicelupkan ke dalam tangki trafo lapangan. Keuntungan dari
metode ini adalah penggunaan sampel oli yang sedikit, penggunaan sumber laser dengan
panjang gelombang tertentu, memperoleh respon real time, memperoleh hasil deteksi yang
stabil, bebas dari komposisi udara, dan murah. Itu juga tidak mempengaruhi minyak
transformator dan sinyal optik tidak terpengaruh oleh lingkungan medan elektromagnetik yang
kompleks.
Yusoff et. Al. [7] memanfaatkan serat optik berbentuk D dengan lapisan tipis platinum
di lapisan atas untuk mendeteksi kadar air dalam minyak transformer. Mereka membutuhkan
4
model numerik dengan bantuan studi elemen hingga dalam penelitian ini. Keuntungan
menggunakan serat optic berbentuk D adalah evanescent field dari bidang serat yang dapat
terpapar ke lingkungan dan area penginderaan dapat dibuat dengan mudah. Film platinum tipis
digunakan karena merupakan logam mulia yang dapat bertindak sebagai katalis yang bereaksi
dengan adsorpsi air.
Rahman et. al [8] mempresentasikan investigasi perilaku Partial Discharge (PD)
partikel tembaga berbentuk tidak beraturan dalam minyak dengan penghalang pressboard
ditempatkan di dua posisi di bawah bidang yang seragam. Objek yang diukur adalah beberapa
kadar air yang berbeda. Hal ini membutuhkan Spektroskopi Domain Frekuensi untuk
memperkirakan kadar air di pressboard. Untuk mendapatkan keakuratan hasil pengukuran,
digunakan Recovery Voltage Measurement dengan cara menganalisa karakteristik PD.
Tegangan pada karakteristik PD akan meningkat kira-kira kuadrat dengan kadar air pressboard.
Hasil data pola PRPD dan karakteristik PD sangat penting untuk menilai kondisi sistem isolasi
transformator untuk menghindari kegagalan sebelum melanjutkannya untuk aplikasi HV.
Bhaba Priyo Das et. Al. [10] melakukan pemantauan kadar air minyak transformator
berdasarkan konsep yang menggunakan sensor berbasis Fiber Bragg Grating (FBG). Dengan
metode ini, lapisan polimer digunakan sebagai lapisan sensitif kelembaban untuk FBG.
Beberapa sensor telah diproduksi dan dikarakterisasi dalam oli udara dan mineral. Hasilnya
menunjukkan bahwa FBG berlapis polimida cocok untuk pemantauan kadar air minyak trafo
secara real-time.
Salah satu metode pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kadar air pada
oli transformator yaitu dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik
sendiri telah dimanfaatkan dalam berbagai macam aplikasi. Penelitian terkait gelombang
ultrasonik telah dilakukan oleh Gunawan et. al [11, 12], Prianto et. al [13], dan Hidayat et. al
[14]. Meng et. al [15] mengatakan bahwa keuntungan utama dari teknik pengukuran ultrasonic
yaitu kemampuannya untuk menganalisis campuran yang bisa saja buram secara optic. Mereka
melakukan pengukuran dengan memanfaatkan time of flight pada gelombang ultrasonic untuk
kemudian mendapatkan nilai acoustic speed. Hasilnya yaitu semakin tinggi presentase minyak
dibandingkan air, maka kecepatan akustiknya akan menurun.
Palito et. al [16] melakukan penelitian untuk mendeteksi kandungan air pada minyak
dengan menggunakan gelombang ultrasonik. Berdasarkan penelitian tersebut, amplitudo sinyal
akan semakin tinggi dan kecepatan akustik akan semakin turun apabila kandungan air pada
minyak semakin tinggi. Penelitian dilakukan menggunakan gelombang ultrasonic dengan
frekuensi 2.25 MHz, 3.5 MHz, 5 MHz, dan 10 MHz. Frekuensi yang paling baik digunakan
5
yaitu sebesar 5 MHz, karena frekuensi tersebut lebih sensitive terhadap variasi minyak.
Selanjutnya, Tyuryumina et. al [17] melakukan penelitian untuk mengukur pengaruh kotoran
pada minyak transformer terhadap sinyal akustik. Pengujian dilakukan pada frekuensi 1 kHz,
1.6 kHz, dan 5 kHz untuk mendapatkan korelasi antara sound wave power dan selulosa.
Kadar air pada oli transformator juga sangat dipengaruhi oleh temperatur. Dalam
melakukan penelitian secara optimal untuk melihat pengaruh perubahan viskositas terhadap
gelombang ultrasonik, maka akan lebih baik apabila nila temperature dibuat stabil. Salah satu
jenis kontroler yang sering digunakan yaitu PID controller. Beberapa peneliti telah melakukan
penelitian terkait implementasi PID controller dalam mengontrol temperatur. Singgih et. al [18]
telah melakukan penelitian kontrol temperatur dan kelembapan di dalam cooling room dengan
menggunakan PID controller. Ponikvar [19] telah menggunakan design PID untuk
memanaskan dan mendinginkan suatu cairan dengan menggunakan peltier.

G. TEORI PENUNJANG
Teori penunjang pada penelitian ini meliputi teori yang sangat dibutuhkan dalam
pengukuran kadar air dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik. Penjelasan pertama yaitu
mengenai karakteristik minyak transformator. Penjelasan kedua yaitu mengenai gelombang
ultrasonik. Penjelasan ketiga yaitu yaitu terkait pengukuran gelombang ultrasonic berdasarkan
sifat material. Kemudian penjelasan keempat yaitu mengenai pengukuran kadar air dari minyak
transformator dan dilanjutkan mengenai pemanfaatan gelombang ultrasonik dalam mengukur
kadar air dari minyak transformator di penjelasan kelima. Keenam akan dijelaskan mengenai
metode pengukuran time of flight. Penjelasan terakhir yaitu terkait kontrol temperatur
menggunakan PID controller.

G.1 KARAKTERISTIK MINYAK TRANSFORMATOR


Karakteristik utama yang menentukan kondisi dan umur dari transformer adalah sistem
insulasi, yang terdiri dari insulating oil dan insulating paper. Umur dari minyak transformer
sangat perlu untuk dimonitoring untuk memastikan keamanan dari power system. D. Yang
melakukan pengujian Degree of Polymerization (DP) dari insulating paper untuk menentukan
umur dari minyak trafo. Pengukuran tingkat polimerisasi sampel dilakukan di laboratorium
untuk menentukan tingkat penuaan berdasarkan standar IEC 60450. Rata-rata DP dari
insulation paper dibagi menjadi empat status: excellent (I: DP>800), initial aging (II:
500<DP≤800), mid-stage aging (III: 250<DP≤500), dan end-stage aging (IV: DP≤250). Selain
itu, penuaan insulating oil juga mengakibatkan perubahan kandungan furfural di dalamnya.
6
Prediksi hasil DP untuk memprediksi penuaan pada minyak transformator juga telah dilakukan
oleh Shijun Li, et. al [20].
Komposisi insulating paper meliputi selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Sedangkan
insulating oil mengandung bahan organic seperti sikloheksena, dekana, tridekana,
nanodekatatetraena, dan hidroksitoluena butilasi. Proses penuaan pada oil-paper insulation
akan mengakibatkan reaksi kimia kompleks yang didominasi oleh proses oksidasi. Produk dari
proses penuaan tersebut yaitu karbon, hydrogen, dan oksigen [21].
Adanya bubble di dalam minyak trafo juga tidak dapat dihindarkan [22]. Gelembung
ini dapat menurunkan electrical strength dari oil-pressboard insulation, dan akumulasi
gelembung akan mengakibatkan kerusakan pada sistem insulasi [23]. Gelembung merupakan
kumpulan gas yang terjadi karena media isolasi yang terurai. Media isolasi terurai ketika
transformator berada pada kondisi panas berlebih, Partial Discharge, atau kegagalan pelepasan
energi tinggi. Gelembung di dalam minyak transformator terjadi akibat pengisian minyak
vakum yang buruk, getaran mekanis, maupun penuaan segel. PD mudah terjadi dalam
gelembung. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kinerja isolasi minyak transformator karena
gas yang dihasilkan akan semakin banyak lagi [22].
Selain gas bubble, minyak transformator juga dicemari oleh fibers dan partikel logam
selama proses manufacturing, installing, operation, dan maintaining. Partikel logam juga
sangat membahayakan sistem isolasi dari transformator [24]. Selain dipengaruhi oleh sifat dari
minyak trafo itu sendiri, kinerja insulasi minyak transformator juga dipengaruhi oleh pengaruh
space charge. M. Liu telah melakukan studi untuk meningkatkan kinerja insulasi minyak trafo
dengan menggunakan modifikasi pada nanopartikel. Nanopartikel yang digunakan yaitu Al 2O3
[25]. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rafiq juga menunjukkan bahwa Al 2O3 dapat
memperlambat penuaan paper insulation dan oil insulation [26].
Al2O3 merupakan salah satu dielectric nanoparticle yang dapat digunakan untuk minyak
transformator. Selain dielectric nanoparticles, terdapat pula conducting nanoparticles dan
semiconducting particles. Contoh dari conducting nanoparticles adalah Fe3O4, Fe2O3, ZnO,
dan SiC. Sedangkan contoh dari semiconducting nanoparticles adalah TiO2, CuO, Cu2O, dan
CdS [27].
Nanoparticle seringkali ditambahkan dalam minyak transformator untuk meningkatkan
breakdown strength dan usia minyak trafo. Sebagaimana yang diketahui bahwa penambahan
partikel pengotor dan air dalam minyak mineral membentuk oksida dan produk asam karena
penggunaan terus-menerus, sehingga mengurangi kekuatan penguraian minyak transformator
[28]. Dalam proses operasi dari transformator, tentunya terdapat penuaan termal. Penuaan
7
termal ini sangat berpengaruh pada sifat kelistrikan oli dan stabilitas operasional dari
transformator. Kerusakan sistem isolasi saat proses penuaan termal terjadi akibat reaksi
pirolisis [29].

G.2 GELOMBANG ULTRASONIK


Gelombang suara atau akustik merupakan energi mekanik yang menyebar melalui suatu
medium secara kontinu. Dua tipe dasar dari gelombang akustik adalah gelombang longitudinal
dan gelombang transversal. Gelombang ultrasonik adalah merupakan gelombang mekanik
longitudinal yang frekuensinya melampaui batas dengar telinga manusia atau di atas 20 kHz
[30].
Gelombang ultrasonik memiliki beberapa keunggulan ketika diterapkan sebagai sebuah
perangkat sensor, seperti: pilihan yang murah, dapat digunakan di lingkungan yang gelap, dan
tidak terpengaruh oleh warna atau transparansi. Pengujian ultrasonik adalah salah satu teknik
pengujian non-destruktif yang didasarkan pada perambatan gelombang pada objek atau bahan
uji. Dalam aplikasi pengujian ultrasonik, gelombang pulsa ultrasonik yang sangat pendek
dengan frekuensi berkisar antara 0,1 – 15 MHz ditransmisikan ke objek untuk mendeteksi cacat
internal atau untuk mengkarakterisasi objek tersebut.

Gambar 1. Prinsip Pengujian Ultrasonik

Ketika sensor memancarkan gelombang ultrasonik ke objek yang uji, ada dua buah
gelombang yang muncul pada alat ukur, gelombang pertama adalah sinyal ultrasonik dan

8
gelombang kedua merupakan sinyal echo dari pantulan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
1 di sisi kiri. Namun, ketika ada objek antara sensor dan objek uji, lebih dari dua gelombang
akan muncul pada alat ukur, gelombang pertama adalah sinyal pemicu ultrasonik, gelombang
terakhir adalah sinyal echo dari pantulan, dan sinyal di antara keduanya adalah sinyal echo
yang dipantulkan oleh objek yang berada diantara sensor dan objek uji seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1 di sisi kanan. Kedalaman objek ditentukan dan dihitung dengan rasio 𝐷 dibagi
dengan 𝐸𝑝.

G.3 PENGUKURAN ULTRASONIK BERDASARKAN SIFAT MATERIAL


Kondisi propagasi suara sangat terkait dengan sifat dari material, kecepatan
rambat dalam bahan tertentu disebut kecepatan suara. Kecepatan suara adalah merupakan
fungsi dari inersia molekul yang membentuk jaringan partikel dan fungsi dari kekakuan pegas.
Inersia diwakili oleh kepadatan jaringan partikel dan kekakuan dalam kasus kompresi dan
modulus geser dalam gerakan transversal. Persamaan 1 dan 2 melaporkan ekspresi kecepatan
suara untuk gelombang longitudinal dan geser.
𝐵
𝑐𝑙 = √𝜌 (1)

𝐺
𝑐𝑡 = √𝜌 (2)

Dimana 𝑐l adalah kecepatan suara gelombang longitudinal, 𝑐t adalah kecepatan suara


transversal, 𝐵 adalah bulk modulus, 𝜌 adalah densitas material, dan 𝐺 adalah shear modulus.
Persamaan (2.8) dan (2.9) menunjukkan bahwa kecepatan suara adalah karakteristik dari setiap
material. Kuantitas ini juga dapat dikaitkan dengan getaran frekuensi dan panjang gelombang
melalui Persamaan 3.
𝑐 = 𝑓𝜆 (3)
Dimana 𝑐 adalah kecepatan suara, 𝑓 adalah frekuensi, 𝜆 adalah panjang gelombang,
𝜆𝑠 adalah panjang gelombang sampel pengukuran. Dalam banyak aplikasi praktis,
kecepatan suara 𝑡 biasanya diukur melalui pengukuran time of flight.
Sifat akustik penting lainnya dari bahan adalah impedansi akustik, 𝑧. Properti ini
mengukur seberapa baik gelombang suara merambat melalui bahan yang ditentukan. Ini
didefinisikan sebagai rasio tekanan akustik 𝑃, yang merupakan tekanan super yang dialami
atom ketika berinteraksi dengan gelombang suara dan kecepatan perpindahan partikel, 𝑣.

9
Proses perambatan gelombang ultrasonik tidak terlepas dari kerugian energi.
Gambar 9 secara skematis menunjukkan sumber utama redaman energi suara
akibat interaksi dengan material: hamburan dan penyerapan.

Gambar 2. Representasi skematis proses redaman untuk gelombang ultrasonic

Hamburan didefinisikan sebagai pengalihan energi karena ketidakhomogenan suatu


material. Ketika gelombang suara datang pada batas suatu material, sebagian dari
gelombang dipantulkan menjauh dari arah lintasan aslinya. Penyerapan dikaitkan
dengan konversi energi getaran ultrasonik menjadi bentuk energi lain seperti energi
panas. Redaman pada bahan logam biasanya sangat rendah, sehingga memungkinkan
penyelidikan specimen tebal, sementara propagasi dalam bahan yang lebih lembut seperti
plastik jauh lebih dilemahkan. Koefisien atenuasi sangat tergantung pada temperatur dan
keadaan tegangan. Oleh karena itu, disarankan untuk menentukan koefisien atenuasi secara
eksperimental daripada mengandalkan tabel literature [31]. Gambar 10 menunjukkan
karakteristik dari berbagai jenis bahan wedge.

10
Gambar 3. Karakteristik dari berbagai jenis bahan wedge [32]
Dimana aABS adalah Acrylonitrile Butadiene Styrene, bWTD adalah Moderate Temperature
Delay Line, bHTD adalah High Temperature Delay Line, dan bVHTD adalah Very High
Temperature Delay Line

G.4 PENGUKURAN KADAR AIR DARI MINYAK TRANSFORMATOR


Pengukuran kadar air pada minyak transformator telah dilakukan menggunakan
beberapa cara, di antaranya menggunakan micro-nano fiber, platinum coated on D-Shaped
optical fiber, analisa partial discharge behavior, dan Fiber Bragg Grating based sensor.
Pengukuran kadar air pada minyak transformator menggunakan micro-nano fiber telah
dilakukan oleh J. Jiang et. al. [9]. Sensor berbasis MNF digunakan untuk menetapkan afinitas
antara distribusi moisture-in-oil dan evanescent. Sensor MNF digunakan dengan cara
dicelupkan ke dalam tangka transformator. Keuntungan metode ini adalah penggunaan sampel
oli yang sedikit, penggunaan sumber laser dengan panjang gelombang tertentu, memperoleh
respon real time, memperoleh hasil deteksi yang stabil, bebas dari komposisi udara, dan murah.
Selain itu, sinyal optic juga tidak terpengaruh oleh medan elektromagnetik yang kompleks.
Pengukuran kadar air pada minyak transformator menggunakan D-shaped optical fiber
telah dilakukan oleh Yusoff et. al. [7]. Pada studi ini, peneliti menggunakan D-shaped optical
fiber dengan lapisan tipis platinum di bagian atas untuk mendeteksi kadar air pada minyak
transformer. Model numerik dengan bantuan finite element studies pun digunakan.
Keuntungan menggunakan D-shaped optical fiber yaitu fiber field yang terpapar ke lingkungan
dan sensing area dapat dibuat dengan mudah. Film platinum tipis digunakan karena merupakan
logam mulia yang dapat bertindak sebagai katalis dan bereaksi dengan adsorpsi air.

11
Pengukuran kadar air pada minyak transformator menggunakan partial discharge
behavior telah dilakukan oleh Rahman et. al. [8]. Peneliti mempresentasikan investigasi
perilaku Partial Discharge (PD) partikel tembaga yang tidak beraturan dalam minyak dengan
insulating pressboard yang ditempatkan di dua posisi pada bagian bawah uniform field. Objek
yang diukur yaitu beberapa kadar air yang berbeda. Frequency domain spectroscopy
dibutuhkan untuk memperkirakan kadar air di pressboard. Untuk mendapatkan keakuratan
hasil pengukuran, maka digunakan pengukuran voltase dengan menganalisa karakteristik PD.
Tegangan pada karakteristik PD akan meningkat mendekati kuadratik terhadap kadar air
pressboard. Hasil data pola PRPD dan karakteristik PD sangat penting untuk menilai kondisi
sistem isolasi transformator untuk menghindari kegagalan sebelum melanjutkannya untuk
aplikasi HV.
Pengukuran kadar air pada minyak transformator menggunakan sensor berbasis Fiber
Bragg Grating telah dilakukan oleh Bhaba Priyo Das et. al. [10]. Dengan metode ini, lapisan
polimer digunakan sebagai lapisan sensitif kelembaban untuk FBG. Beberapa sensor telah
diproduksi dan dikarakterisasi dalam oli udara dan mineral. Hasilnya menunjukkan bahwa
FBG berlapis polimida cocok untuk pemantauan kadar air minyak trafo secara real-time.
Pengukuran kadar air dari minyak transformator juga dapat dilakukan dengan
memanfaatkan gelombang ultrasonik. Palito et. al. [16] menggunakan probe ultrasonik yang
beroperasi pada frekuensi MHz untuk mendeteksi sinyal ultrasonik pada minyak transformator.
Frekuensi pancaran yang berbeda digunakan dalam pengukuran ini untuk menentukan
frekuensi ultrasonik yang hasilnya paling konsisten untuk pengukuran pada minyak yang
berbeda. Frekuensi yang terpilih selanjutnya digunakan untuk pengukuran kadar air.
Berdasarkan penelitian tersebut, amplitudo sinyal akan semakin tinggi dan kecepatan akustik
akan semakin berkurang jika kadar air dalam oli semakin tinggi. Pengukuran kadar air minyak
trafo juga dilakukan oleh Tyuryumina et. al [17]. Namun, frekuensi ultrasonik yang digunakan
berada di kisaran kHz. Selain air, mereka juga melakukan penelitian untuk mengukur pengaruh
pengotor dalam minyak trafo terhadap sinyal akustik.

G.5 PENGUKURAN TIME OF FLIGHT


Time of flight dari gelombang ultrasonic yaitu waktu dari ditembakkannya gelombang
ultrasonik oleh transmitter hingga waktu diterimanya gelombang ultrasonic oleh receiver. Time
of flight didapatkan dengan menentukan terlebih dahulu titik awal dari gelombang ultrasonik.
Di sekitar titik awal gelombang ultrasonik tersebut biasanya terdapat banyak noise yang dapat

12
mengganggu pengukuran time of flight. Apabila sinyal noise dianggap sebagai titik awal dari
gelombang ultrasonik, maka nilai time of flight akan lebih kecil dari yang seharusnya.

1. Metode Threshold

Gambar 4. Pengukuran time of flight menggunakan metode threshold

Pengukuran time of flight dengan metode threshold merupakan pengukuran yang lebih
mudah untuk dilakukan dibandingkan dengan metode-metode lainnya. Pada metode threshold,
ditetapkan terlebih dahulu batas atas dan batas bawah dari sinyal untuk dapat dikatakan sebagai
sinyal stabil. Apabila terdapat sinyal yang melewati range dengan batas atas dan batas bawah
tersebut, maka sinyal tersebut dianggap sebagai sinyal ultrasonic [33].

2. Metode Zero Cross

Gambar 5. Pengukuran time of flight menggunakan metode zero cross


Pengukuran time of flight dengan metode zero cross dilakukan dengan mengukur terlebih
dahulu waktu pada titik-titik sinyal yang melewati zero line. Apabila perbedaan waktu dari dua
titik yang berada pada zero line tersebut jauh lebih kecil dari 1/(2 x frekuensi), maka sinyal
merupakan sinyal noise dan algoritma melanjutkan untuk perhitungan perbedaan waktu untuk

13
dua titik pada zero line berikutnya. Apabila perbedaan waktu untuk dua titik mendekati 1/(2 x
frekuensi), maka titik tersebut merupakan titik pertama dari sinyal ultrasonik.

3. Metode Cross Correlation

Gambar 6. Pengukuran time of flight menggunakan metode cross correlation

Cross-correlation merupakan salah satu metode pengukuran time of flight yang


optimal. Dalam pengukuran time of flight pada gelombang ultrasonic, cross-correlation antara
sinyal yang ditransmisikan dan sinyal yang diterima menghasilkan puncak pada waktu delay
dan juga peredaman noise. Sinyal yang mengalami modulasi frekuensi akan menghasilkan
cross-correlated peak yang lebih sempit dibandingkan dengan sinyal dengan satu frekuensi.
Sehingga, metode cross-correlation sering disebut sebagai matched filtering. Apabila
digunakan bersama sinyal yang mengalami modulasi frekuensi, maka akan disebut pulse
compression.
Metode cross-correlation dalam pengukuran time of flight gelombang ultrasonik
membutuhkan dua buah sinyal, yaitu sinyal yang ditransmisikan dan sinyal yang diterima.
Hasil cross-correlation yaitu dalam time-domain dengan titik maksimum delay time yaitu 𝜏0 .
Rumus cross correlation dapat dilihat pada Persamaan 4.


𝑐 (𝑡) = ∫−∞ 𝑠𝑇 (𝜏)𝑠𝑅 (𝑡 + 𝜏)𝑑𝜏 (4)

Di mana, sT(t) adalah sinyal yang ditransmisikan dan sR(t) adalah sinyal yang diterima. Hasil
cross-correlation dari dua buah sinyal dituliskan dalam c(t).
Penggunaan metode cross-correlation akan lebih akurat apabila dilakukan dalam
domain frekuensi. Sehingga sebelumnya, semua sinyal harus dibawa ke dalam domain

14
frekuensi terlebih dahulu menggunakan fourier transform. Rumus cross-correlation dalam
domain frekuensi dapat dilihat pada Persamaan 5.

𝐶 (𝑓 ) = 𝑆𝑇 (𝑓 ) ∗ 𝑆𝑅 (𝑓) (5)

Dimana, ST(f) adalah hasil transformasi fourier dari sT(t) atau dapat dituliskan ℱ(𝑠𝑇 (𝑡)).
Sedangkan SR(f) adalah hasil transformasi fourier dari sR(t) atau dapat dituliskan ℱ(𝑠𝑅 (𝑡)).
Setelah mendapatkan sinyal hasil cross-correlation dalam domain frekuensi (C(f)), maka sinyal
tersebut dikembalikan lagi ke domain waktu menggunakan Inverse Fourier Transform. Cross-
correlation disebut dapat mereduksi noise karena random noise dalam perhitungan cross-
correlation akan bernilai 0 [33].

G.6 PID CONTROLLER


Kontrol PID merupakan kontroler dengan mekanisme close loop yang seringkali
digunakan pada industri. Cara kerja dari kontroler PID yaitu menghitung error antara set poin
dengan variable terukur dan meminimalkan nilai error tersebut dengan pengaturan variabel
kontrol. Skema kontrol PID dipilih dari ketiga istilah pengendalinya, yang kemudian
dijumlahkan untuk variable manipulasi. Term proporsional, integral, dan derivative
dijumlahkan untuk menghitung keluaran kontroler PID. Bentuk akhir pada algoritma PID
ditunjukkan Persamaan 6, sedangkan blok diagram dari kontroler PID dapat dilihat pada
Gambar 7.
𝑡 𝑑𝑒(𝑡)
𝑢(𝑡) = 𝐾𝑝 𝑒(𝑡) + 𝐾𝑖 ∫0 𝑒(𝜏)𝑑𝜏 + 𝐾𝑑 𝑑𝑡
(6)

Dimana Kp adalah penguatan proporsional, Ki adalah penguatan integral, Kd adalah penguatan


derivative, e adalah error antara nilai set point dengan nilai variable terukur, t adalah waktu,
dan 𝜏 adalah variabel integrasi yang nilainya diambil dari waktu nol sampai 𝜏.

Gambar 7. Blok diagram kontroler proporsional integral derivative

15
Kontroler proporsional akan menghasilkan nilai keluaran yang berbanding lurus
dengan error. Responnya dapat diatur dengan mengalikan error dengan konstanta Kp. Gain
besar menghasilkan perubahan nilai yang besar pada keluaran untuk suatu kesalahan tertentu.
Namun, jika gain terlalu besar, sistem akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mencapai kondisi stabil. Sebaliknya, jika gain yang bernilai kecil maka respon terhadap
keluaran juga kecil, sehingga kontroler menjadi kurang responsif/sensitif, hal ini
mengakibatkan respon kontrol akan lebih lambat jika mendapatkan gangguan [34].
Kontroler integral akan menghasilkan nilai keluaran yang berbanding lurus dengan
error dan lamanya error. Kontroler integral mempercepat perpindahan dari proses menuju set
point dan menghilangkan eror kestabilan yang muncul pada kontroler proporsional. Namun,
karena integral merespon terhadap eror terakumulasi dari sebelumnya, maka dapat
menyebabkan overshoot.
Turunan eror pada proses dihitung dengan menentukan kemiringan eror setiap waktu
dan mengalikan perubahan tiap waktu dengan gain derivatif (Kd). Kontroler derivatif dapat
memprediksi perilaku sistem dan kemudian memperbaiki waktu dan stabilitas sistem. Ada
beberapa cara untuk menentukan nilai 𝐾𝑝, 𝐾𝑖, 𝐾𝑑. Salah satunya adalah dengan pengaturan
nilainya satu persatu (hand tuning). Dimulai dengan 𝐾𝑝 (Gain Proporsional) terlebih dahulu,
hal ini dikarenakan kita perlu mencari respon sistem yang paling cepat dengan meminimalkan
nilai rise time, tidak memberikan nilai 𝐾𝑝 terlalu besar atau terlalu kecil. Setelah respon dirasa
cukup tepat hal selanjutnya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan nilai pada 𝐾𝑑
(Gain Derivatif), ini bertujuan untuk mengecilkan nilai amplitudo sehingga osilasi dapat
diredam atau bahkan dihilangkan. Kemudian proses terakhir pada pengaturan nilai Gain adalah
dengan mencari nilai 𝐾𝑖 (Gain Integral), pengaturan nilai 𝐾𝑖 diperlukan jika kondisi sistem
memiliki stabil eror, yakni terjadi selisih antara nilai set point dengan nilai sistem saat mencapai
kondisi stabil.

H. DESAIN SISTEM
Desain sistem pada penelitian ini terdiri dari desain perangkat pengujian, sistem
pengukuran gelombang echo ultrasonik, dan metode yang digunakan untuk menentukan kadar
air pada minyak transformator.

16
Sistem Keseluruhan
Diagram blok dari keseluruhan sistem yang akan dibangun pada penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 8. Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari perancangan alat uji,
pengujian, dan analisa.

Desain Sistem Desain Perangkat Pengumpulan,


Pemanas Minyak Pengujian Ultrasonik Pengolahan, dan
Pelumas Analisa Data

Gambar 8. Diagram Blok Sistem

Penelitian diawali dengan proses rancangan dan realisasi sistem pemanas minyak
pelumas di dalam suatu chamber pengukuran. Kemudian dilakukan pengujian awal untuk
mengetahui apakah desain yang dibuat telah bekerja dengan baik. Hasil pengujian awal
kemudian dievaluasi untuk melakukan perbaikan terhadap frekuensi dan tegangan masukan
yang digunakan. Setelah dilakukan perbaikan, maka dilakukan proses pengujian dan analisa
yang terdiri dari pengumpulan, pengolahan, dan analisa data. Hasul pengujian dan analisa
tersebut kemudian diolah kembali untuk mendapatkan suatu kesimpulan terkait dengan
penelitian yang telah dilakukan.

Sistem Pemanas Minyak Pelumas

Penelitian yang dilakukan oleh Fajar Ramadhan Pratama dkk menunjukkan bahwa
temperatur minyak transformator yang stabil sehingga peralatan di dalam transformator tidak
cepat rusak dan pembebanan efektif yaitu pada nilai 40 oC dan 41 oC [35]. Penelitian yang
dilakukan oleh Xingxing Li dkk juga menunjukkan bahwa temperatur akan mempengaruhi
karakteristik dari oli transformator [36]. Oleh karena itu, sistem pemanas minyak pelumas pada
penelitian ini digunakan untuk menetapkan temperatur pengukuran agar tetap konstan dengan
nilai 40 oC. Selain itu, dilakukan pula pengukuran saat temperatur 45 oC untuk melihat
pengaruh temperatur terhadap pengukuran minyak transformator. Karena temperatur
ditetapkan konstan, maka perlu dibuat sebuah controller, sensor temperatur, dan pemanas.
Controller yang digunakan yaitu Arduino UNO. Sensor temperatur yang digunakan yaitu
DS18B20 sedangkan pemanas yang digunakan yaitu peltier. Karena tegangan output Arduino
UNO masih sangat kurang untuk memberi tegangan pada peltier, maka digunakan driver
BTS7960 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9 dengan tegangan input dari power supply

17
12 Vdc yang ditunjukkan pada Gambar 10. Rangkaian sistem pemanas untuk minyak pelumas
yang terhubung ke Arduino UNO dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 9. Driver BTS7960

Gambar 10. Power Supply 12 Vdc

Gambar 11. Rangkaian Sistem Pemanas dengan PID Controller

18
Setelah menentukan rangkaian sistem pemanas yang akan digunakan, selanjutnya yaitu
mendesain PCB untuk kontrol temperatur. Skematik PCB untuk kontrol temperatur dapat
dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Skematik Rangkaian Pemanas dengan PID Controller

Selanjutnya, dilakukan routing board berdasarkan skematik pada Gambar 12. Board kemudian
dicetak dan dilakukan pula pemasangan komponen yang dibutuhkan. Hasil PCB yang telah
dilengkapi komponen dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Rangkaian Pemanas dengan PID Controller

Hardware yang dirancang untuk temperature controller kemudian disusun ke dalam


sebuah hardware box. Hal ini bertujuan agar rangkaian elektronika dapat tersusun rapi sehingga
meningkatkan keamanan dari rangkaian. Box ini dapat melindungi rangkaian elektronika di

19
dalamnya dari hal yang tidak diinginkan, seperti cairan, kabel tercabut, dan debu. Apalagi objek
pengukuran pada penelitian ini yaitu oli transformator. Desain tempat hardware terlihat seperti
pada Gambar 14.

Gambar 14. Desain Hardware Box

Hasil realisasi chamber terlihat seperti pada Gambar 15.

Gambar 15. Hardware Box

20
Sistem Pengukuran Ultrasonik

Sistem yang dibuat dirancang untuk dapat mengukur gelombang ultrasonik yang
melewati media berupa minyak pelumas. Shear wave dari gelombang ultrasonic dianalisa
untuk mengetahui karakteristik minyak pelumas yang diukur, khususnya yaitu viskositas.
Sensor yang digunakan yaitu sensor ultrasonic dengan frekuensi kerja 3 MHz yang berfungsi
sebegai transreceiver (transmitter dan receiver). Agar sensor sebagai transmitter dapat
menembakkan sinyal ultrasonic 3 MHz, maka transmitter harus diberi sinyal trigger terlebih
dahulu. Sinyal trigger yang diberikan harus memiliki frekuensi sebesar 3 MHz. Setelah
transmitter menembakkan sinyal ultrasonic, sinyal ultrasonic yang telah direfleksikan (sinyal
echo) akan kembali diterima oleh sensor ultrasonic sebagai receiver dan akan diolah oleh data
acquisition module untuk kemudian diproses oleh PC. Diagaram blok sistem pengukuran kadar
air minyak transformator dengan memanfaatkan gelombang ultrasonik dapat dilihat pada
Gambar 16.

Gambar 16. Blok Sistem Pengukuran

Chamber pengukuran yang telah dilengkapi dengan peltier dan sensor temperatur
dibuat dari akrilik dengan dimensi 6 cm x 14 cm x 1 cm. Chamber pengukuran dibagi menjadi
dua bagian, bagian sebelah kiri digunakan sebagai tempat oli referensi dan bagian sebelah
kanan digunakan sebagai tempat oli yang telah digunakan. Untuk memudahkan peletakan
sensor ultrasonik di bawah chamber, maka dibuat sebuah dudukan chamber. Desain chamber
pengukuran beserta dudukannya dapat dilihat pada Gambar 17.

21
Gambar 17. Desain Wadah Pengujian

Setelah dilakukan desain, cutting akrilik, dan penyusunan akrilik untuk chamber pengukuran
beserta dudukannya, maka hasilnya tampak seperi pada Gambar 18.

Gambar 18. Wadah Pengujian

Dalam implementasi pengukuran kadar minyak pada transformator secara langsung,


sensor ultrasonik dapat diletakkan di luar dinding tangki. Dinding tangki ini terbuat dari pelat

22
baja dengan permukaan yang halus, seperti yang dituliskan pada buku spesifikasi transformator
distribusi oleh PT. PLN [37]. Sebelum dilakukan implementasi, pengujian menggunakan
material serupa perlu dilakukan terlebih dahulu, karena karakteristik material akan
mempengaruhi gelombang ultrasonik yang dipantulkan, seperti yang telah dijelaskan pada
bagian G.3.

Pengukuran ultrasonic dilakukan dengan memanfaatkan VirtualBench dari National


Instrument. Alat ini dapat berfungsi sebagai function generator sekaligus oscilloscope. Sinyal
trigger diberikan langsung dari function generator. Data sinyal trigger dapat ditentukan sendiri
dalam bentuk file csv yang kemudian diimport ke dalam VirtualBench untuk dapat
menghasilkan sinyal yang data-datanya persis seperti di dalam csv. Untuk melakukan generate
data sinyal sinus yang bagus dengan banyaknya sample yang dapat ditentukan, maka digunakan
software EasyWave.

Untuk memperoleh sinyal trigger berupa sinyal sinus dengan frekuensi 3 MHz, maka
perhitungan berdasarkan sampling rate perlu dilakukan. Semakin besar sampling rate, maka
sinyal yang dihasilkan akan semakin smooth. Nilai sampling rate tertinggi dari VirtualBench
yaitu 1,25 MHz. Artinya, waktu antar titik sample yaitu seperti pada Persamaan 7.

1
𝑡𝑠 = = 8 𝑛𝑠 (7)
1,25 𝑀𝐻𝑧

Karena sinyal sinus yang dibutuhkan yaitu sinyal sinus dengan 3 MHz, maka waktu untuk satu
gelombang atau periode gelombang yaitu sebesar 333 ns. Sehingga banyaknya titik untuk satu
gelombang yaitu seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 8.

333 𝑛𝑠
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 = ≈ 42 𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 (8)
8 𝑛𝑠

Sehingga property setting pada software EasyWave perlu diatur seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 19.

23
Gambar 19. Property Setting pada EasyWave

Setelah menetapkan property setting dan bentuk sinyal yang akan dihasilkan, maka selanjutnya
data sinyal dapat diexport ke dalam file csv. File csv tersebut akan berisi 42 data yang apabila
disusun akan membentuk sinyal sinus dengan periode 333 ns. Selanjutnya data ke 43 hingga
ke 200500 diisi dengan angka 0. Hal ini ditujukan agar pemberian trigger selanjutnya yaitu
setelah semua sinyal echo telah diterima oleh receiver. Gambar sinyal setelah file csv diexport
dan di-generate oleh function generator VirtualBench dapat ditunjukkan pada Gambar 20.

Gambar 20. Sinyal Trigger yang Telah Di-generate

Selain melakukan pengujian dengan pendekatan sinyal akustik, dilakukan pula pendekatan
dengan sinyal optic sebagai referensi. Foto pengujian dengan sinyal optic dapat dilihat pada
Gambar 21.

24
Gambar 21. Pengujian dengan Sinyal Optik

I. PROGRES PENELITIAN
Adapun progress penelitian yang sudah dilakukan yaitu melakukan pengukuran Vrms,
Vpp, time of flight, dan acoustic speed. Pengukuran time of flight dilakukan dengan tiga
metode, yaitu metode threshold, metode zero cross, dan metode cross correlation. Hasil
pengukuran time of flight kemudian digunakan untuk menghitung nilai kecepatan akustik.

I.1 PENGUKURAN VRMS BERDASARKAN KADAR AIR PADA MINYAK


TRANSFORMATOR
Pada pengujian ini, dilakukan pengukuran Vrms pada sinyal echo yang ditembakkan
melalui minyak transformator dan kemudian diterima kembali oleh sensor ultrasonik. Gambar
22 menunjukkan sinyal ultrasonik yang didapatkan.

25
Gambar 22. Sinyal Echo yang Digunakan dalam Pengukuran Vrms

Berdasarkan gambar 22, sinyal echo yang diukur adalah sinyal echo pertama yang dipantulkan
pada perbatasan akrilik dan cairan yang diuji. Data sinyal echo kemudian disimpan ke dalam
file CSV dan pengukuran Vrms dilakukan di LabVIEW berdasarkan file CSV yang disimpan.
Pengukuran Vrms dilakukan sebanyak 20 kali untuk masing-masing minyak transformator
dengan kadar air tertentu. Awalnya, pengujian dilakukan tanpa kontrol temperatur.
Selanjutnya, dilakukan pengujian pada temperatur konstan sebesar 40 oC dan 45 oC.

26
a. Pengujian Tanpa Kontrol Temperatur
Temperatur minyak transformator dengan kadar air 8 ppm, 23 ppm, dan 33 ppm pada saat
pengujian yaitu 26.8 oC, 27.3 oC, dan 27 oC.

Tabel 1. Hasil Pengujian Vrms Tanpa Kontrol Temperatur


Vrms (mV)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 30.57 30.37 30.93
2 30.57 30.37 30.92
3 30.56 30.38 30.92
4 30.37 30.37 30.92
5 30.36 30.37 30.91
6 30.35 30.36 30.92
7 30.35 30.36 30.91
8 30.34 30.36 30.91
9 30.34 31.05 30.92
10 30.33 31.05 30.92
11 30.32 31.07 30.91
12 30.32 31.07 30.91
13 30.32 31.08 30.91
14 30.32 31.08 30.9
15 30.31 31.08 30.87
16 30.31 31.08 30.86
17 30.31 31.08 30.86
18 30.31 31.09 31.61
19 30.3 31.08 31.61
20 30.31 31.08 31.61
Average 30.3635 30.7915 31.0115

Grafik Pengukuran Vrms Tanpa Kontrol


Temperatur
31,5
Rata-Rata Vrms (mV)

31

30,5

30

29,5
8 23 33
Kadar Air (ppm)

Gambar 23. Grafik Pengukuran Vrms Tanpa Kontrol Temperatur

27
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator tanpa kontrol
temperatur, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar pula
Vrms dari sinyal echo yang didapatkan.

b. Pengujian dengan Temperatur 40 oC

Tabel 2. Hasil Pengujian Vrms dengan Temperatur 40 oC


Vrms (mV)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 31.15 31.73 33.75
2 31.12 31.73 33.52
3 31.13 31.73 33.52
4 31.12 31.74 33.51
5 31.11 31.74 33.5
6 31.1 31.73 33.5
7 31.11 31.73 33.5
8 31.09 31.74 33.5
9 31.08 31.75 33.5
10 31.24 31.74 33.5
11 31.23 31.75 33.5
12 31.22 31.76 33.49
13 31.21 31.53 33.49
14 31.21 31.54 33.5
15 31.2 31.76 33.49
16 31.19 31.77 33.49
17 31.19 31.78 33.48
18 31.18 31.78 33.47
19 31.24 31.55 33.48
20 31.23 31.54 33.48
Average 31.1675 31.706 33.5085

Grafik Pengukuran Saat Temperatur 40oC


35
34
Rata-Rata Vrms (mV)

33
32
31
30
29
28
8 23 33
Kadar Air (ppm)

Gambar 24. Grafik Pengukuran Vrms saat Temperatur 40 oC

28
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan
temperatur 40 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin
besar pula Vrms dari sinyal echo yang didapatkan.

c. Pengujian dengan Temperatur 45 oC


Tabel 3. Hasil Pengujian Vrms dengan Temperatur 45 oC
Vrms (mV)
No
23 ppm 33 ppm 33 ppm
1 31.21 32.13 33.61
2 31.02 32.11 33.46
3 31.04 32.11 33.49
4 31.05 32.12 33.49
5 31.09 32.12 33.49
6 31.11 32.12 33.49
7 31.13 32.11 33.49
8 31.14 32.11 33.5
9 31.17 32.33 33.27
10 31.18 32.1 33.07
11 31.21 32.33 32.84
12 31.27 32.1 32.65
13 31.3 32.11 32.84
14 31.32 32.1 32.65
15 31.33 32.1 32.58
16 31.33 32.09 32.41
17 31.35 32.09 32.52
18 31.42 32.09 32.42
19 31.44 32.09 32.16
20 31.51 32.09 31.99
Average 31.231 32.1275 32.971

Grafik Pengukuran Saat Temperatur 45oC


34
Rata-Rata Vrms (mV)

33
32
31
30
29
8 23 33
Kadar Air (ppm)

Suhu 45 Derajat

Gambar 25. Grafik Pengukuran Vrms Saat Temperatur 45 oC

29
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan
temperatur 45 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin
besar pula Vrms dari sinyal echo yang didapatkan.

I.2 PENGUKURAN VPP BERDASARKAN KADAR AIR PADA MINYAK


TRANSFORMATOR
Pada pengujian ini, dilakukan pengukuran Vpp pada sinyal echo yang ditembakkan
melalui minyak transformator dan kemudian diterima kembali oleh sensor ultrasonik. Sama
seperti pada pengukuran Vpp, bahwa sinyal echo yang diukur adalah sinyal echo pertama yang
dipantulkan pada perbatasan akrilik dan cairan yang diuji. Data sinyal echo kemudian disimpan
ke dalam file CSV dan pengukuran Vrms dilakukan di LabVIEW berdasarkan file CSV yang
disimpan. Pengukuran Vrms dilakukan sebanyak 20 kali untuk masing-masing minyak
transformator dengan kadar air tertentu. Awalnya, pengujian dilakukan tanpa kontrol
temperatur. Selanjutnya, dilakukan pengujian pada temperatur konstan sebesar 40 oC dan 45
o
C.
a. Pengujian Tanpa Kontrol Temperatur
Tabel 4. Hasil Pengujian Vpp Tanpa Kontrol Temperatur
Vpp (mV)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 89.62 124.97 127.49
2 89.65 125.06 127.47
3 89.63 125.06 127.49
4 89.65 125.05 127.49
5 89.6 125.07 127.47
6 89.59 125.03 127.45
7 89.59 125.01 127.39
8 89.5 124.97 127.41
9 89.49 124.81 127.44
10 89.48 124.78 127.45
11 89.46 124.72 127.42
12 89.45 124.75 127.47
13 89.46 124.79 127.46
14 89.43 124.86 127.43
15 89.37 124.89 127.36
16 89.37 124.95 127.37
17 89.31 124.97 127.47
18 89.33 125 125.97
19 89.35 125 125.95
20 89.36 125.01 125.86
Average 89.4845 124.9375 127.2155

30
Grafik Pengukuran Vpp Tanpa
Kontrol Temperatur
150

Rata-Rata Vrms (mV)


100
50
0
8 23 33
Kadar Air (ppm)

Gambar 26. Grafik Pengukuran Vpp Tanpa Kontrol Temperatur

Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator tanpa kontrol
temperatur, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar pula
Vpp dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada penelitian yang
dilakukan oleh Palito et. al. [16]. Namun, penelitian tersebut dilakukan dengan sinyal ultrasonic
pada frekuensi 2.25 MHz, 3.5 MHz, 5 MHz, dan 10 MHz.

b. Pengujian dengan Temperatur 40 oC

Tabel 5. Hasil Pengujian Vpp dengan Temperatur 40 oC


Vpp (mV)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 120.03 125.56 133.8
2 119.78 125.48 133.7
3 119.77 125.45 133.66
4 119.73 125.45 133.64
5 119.7 125.41 133.59
6 119.67 125.37 133.63
7 119.6 125.37 133.67
8 119.52 125.37 133.69
9 119.53 125.34 133.67
10 119.5 125.3 133.64
11 119.42 125.32 133.65
12 119.42 125.35 133.59
13 119.38 125.36 133.66
14 119.34 125.42 133.68
15 119.29 125.44 133.68
16 119.21 125.47 133.59
17 119.16 125.5 133.58
18 119.17 125.51 133.57
19 119.15 125.46 133.55
20 119.09 125.46 133.55
Average 119.473 125.4195 133.6395

31
Grafik Pengukuran Vpp Saat Temperatur 40oC
140
Rata-Rata Vrms (mV)

130

120

110

100
8 23 33
Kadar Air (ppm)

Gambar 27. Grafik Pengukuran Vpp dengan Temperatur 40 oC

Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan


temperatur 40 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar
pula Vpp dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada penelitian yang
dilakukan oleh Palito et. al. [16]. Namun, penelitian tersebut dilakukan dengan sinyal ultrasonic
pada frekuensi 2.25 MHz, 3.5 MHz, 5 MHz, dan 10 MHz dengan tanpa kontrol temperatur.
c. Pengujian dengan Temperatur 45 oC
Tabel 6. Hasil Pengujian Vpp dengan Temperatur 45 oC
Vpp (mV)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 113.73 128.26 129.27
2 113.88 128.3 129.57
3 113.93 128.27 129.77
4 113.94 128.27 129.8
5 114.03 128.29 129.91
6 114.14 128.3 129.9
7 114.24 128.28 129.82
8 114.21 128.27 129.89
9 114.33 128.27 129.81
10 114.33 128.23 129.84
11 114.39 128.19 129.69
12 114.59 128.16 129.78
13 114.65 128.11 129.06
14 114.74 128.11 129.46
15 114.79 128.14 129.83
16 114.8 128.11 129.42
17 114.87 128.1 129.8
18 114.97 128.18 129.35
19 114.96 128.2 129.05
20 114.97 128.21 129.03
Average 114.4245 128.2125 129.6025

32
Grafik Pengukuran Vpp Saat Temperatur 45oC
150
Rata-Rata Vrms (mV)
100

50

0
8 23 33
Kadar Air (ppm)

Gambar 28. Grafik Pengukuran Vpp dengan Temperatur 45 oC

Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan


temperatur 45 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar
pula Vpp dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada penelitian yang
dilakukan oleh Palito t. al. [16]. Namun, penelitian tersebut dilakukan dengan sinyal ultrasonik
pada frekuensi 2.25 MHz, 3.5 MHz, 5 MHz, dan 10 MHz dengan tanpa kontrol temperatur.

I.3 PENGUKURAN TIME OF FLIGHT BERDASARKAN KADAR AIR PADA


MINYAK TRANSFORMATOR MENGGUNAKAN METODE THRESHOLD
Pada pengujian ini, dilakukan pengukuran time of flight pada sinyal echo yang
ditembakkan melalui minyak transformator dan kemudian diterima kembali oleh sensor
ultrasonik. Metode yang digunakan dalam pengukuran time of flight yaitu metode threshold.
Gambar 29 menunjukkan sinyal ultrasonik yang didapatkan.

ToF Measured

Gambar 29. Ilustrasi Pengukuran Time of Flight

33
Berdasarkan Gambar 29, time of flight yang diukur yaitu waktu perbatasan pertama dari akrilik
dan cairan sampai dengan waktu perbatasan kedua dari akrilik dan cairan. Data sinyal echo
kemudian disimpan ke dalam file CSV dan pengukuran time of flight dilakukan di LabVIEW
berdasarkan file CSV yang disimpan. Pengukuran time of flight dilakukan sebanyak 20 kali
untuk masing-masing minyak transformator dengan kadar air tertentu. Dalam pengukuran time
of flight, waktu sampling sangat perlu untuk diperhitungkan secara presisi. Ilustrasinya dapat
dilihat pada Gambar 30.

a b c
10b

1200 Samples

Gambar 30. Ilustrasi untuk Perhitungan Waktu Sampling

𝑎 ∶ 𝑏 ∶ 𝑐 = 0.97 ∶ 1.35 ∶ 0.98


𝑏 = 2 𝑢𝑠 → 𝑎 = 1.437 𝑢𝑠 ; 𝑐 = 1.452 𝑢𝑠
𝑎 + 10𝑏 + 𝑐 = 22.889 𝑢𝑠
22.889 𝑢𝑠
𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 =
1200 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒𝑠
𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒𝑠 = 19.074 𝑢𝑠/𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒𝑠

Awalnya, pengujian dilakukan tanpa kontrol temperatur. Selanjutnya, dilakukan pengujian


pada temperatur konstan sebesar 40 oC dan 45 oC.

34
a. Pengujian Time of Flight Menggunakan Aquades

Tabel 7. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Threshold Menggunakan Aquades


Time of Filght
No
(ns)
1 12545.383
2 12545.383
3 12545.383
4 12545.383
5 12545.383
6 12545.383
7 12545.383
8 12545.383
9 12545.383
10 12545.383
11 12545.383
12 12545.383
13 12545.383
14 12545.383
15 12545.383
16 12545.383
17 12545.383
18 12545.383
19 12545.383
20 12545.383
Average 12545.383

Pengujian dilakukan pada temperatur 24 oC. Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata hasil
pengukuran time of flight menggunakan aquades dengan metode threshold yaitu sebesar
12545.383 ns. Nilai ini digunakan untuk menghitung acoustic speed pada perhitungan
berikutnya, yang mana nilai acoustic speed aquades dapat dibandingkan dengan referensi.

35
b. Pengujian Time of Flight pada Minyak Transformator Tanpa Kontrol Temperatur

Tabel 8. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Threshold Tanpa Kontrol Temperatur
ToF Threshold (ns)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 13790.5 13637.91 13466.24
2 13771.43 13637.91 13447.17
3 13809.58 13656.98 13447.17
4 13809.58 13656.98 13447.17
5 13809.58 13656.98 13447.17
6 13809.58 13656.98 13447.17
7 13809.58 13656.98 13447.17
8 13809.58 13656.98 13466.24
9 13809.58 13637.91 13466.24
10 13809.58 13637.91 13466.24
11 13809.58 13637.91 13447.17
12 13809.58 13637.91 13447.17
13 13809.58 13637.91 13466.24
14 13809.58 13637.91 13466.24
15 13809.58 13637.91 13466.24
16 13809.58 13637.91 13466.24
17 13809.58 13637.91 13466.24
18 13809.58 13637.91 13466.24
19 13809.58 13637.91 13466.24
20 13809.58 13637.91 13466.24
Average 13806.71 13643.63 13458.61

Pengukuran Time of Flight Tanpa Kontrol


Temperatur
13900
13800
Time of Flight (ns)

13700
13600
13500
13400
13300
13200
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 31. Pengukuran Time of Flight Tanpa Kontrol Temperatur dengan Metode
Threshold

36
Grafik pada Gambar 31 menunjukkan bahwa pada pengujian minyak transformator tanpa
kontrol temperatur, semakin besar kadar air, maka nilai time of flight akan semakin kecil.

c. Pengujian Time of Flight pada Minyak Transformator dengan Temperatur 40 oC

Tabel 9. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Threshold dengan Temperatur 40 oC


ToF Threshold (ns)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 14152.91 14133.83 14095.69
2 14133.83 14114.76 14095.69
3 14133.83 14114.76 14095.69
4 14133.83 14114.76 14095.69
5 14133.83 14114.76 14095.69
6 14133.83 14133.83 14095.69
7 14133.83 14133.83 14095.69
8 14114.76 14133.83 14095.69
9 14133.83 14133.83 14095.69
10 14133.83 14133.83 14095.69
11 14152.91 14133.83 14095.69
12 14133.83 14133.83 14095.69
13 14133.83 14133.83 14095.69
14 14133.83 14133.83 14095.69
15 14133.83 14133.83 14095.69
16 14152.91 14133.83 14095.69
17 14133.83 14133.83 14095.69
18 14133.83 14133.83 14095.69
19 14114.76 14133.83 14095.69
20 14114.76 14133.83 14095.69
Average 14133.83 14130.02 14095.69

Pengukuran Time of Flight dengan


Temperatur 40 oC
14140
Time of Flight (ns)

14120
14100
14080
14060
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 32. Pengukuran Time of Flight pada Temperatur 40 oC dengan Metode Threshold

37
Grafik pada Gambar 32 menunjukkan bahwa pada pengujian minyak transformator dengan
temperatur 40 oC, semakin besar kadar air, maka nilai time of flight akan semakin kecil.

d. Pengujian Time of Flight pada Minyak Transformator dengan Temperatur 45 oC

Tabel 10. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Threshold dengan Temperatur 45 oC
ToF Threshold
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 14362.72 14191.06 14171.982
2 14362.72 14191.06 14171.982
3 14362.72 14191.06 14171.982
4 14343.65 14191.06 14171.982
5 14362.72 14191.06 14171.982
6 14343.65 14191.06 14171.982
7 14324.57 14191.06 14171.982
8 14324.57 14191.06 14171.982
9 14343.65 14191.06 14171.982
10 14343.65 14191.06 14152.908
11 14343.65 14191.06 14171.982
12 14343.65 14191.06 14171.982
13 14343.65 14210.13 14171.982
14 14343.65 14191.06 14152.908
15 14343.65 14210.13 14152.908
16 14343.65 14210.13 14152.908
17 14343.65 14210.13 14152.908
18 14343.65 14210.13 14152.908
19 14343.65 14210.13 14152.908
20 14324.57 14210.13 14152.908
Average 14344.6 14197.73 14164.3524

Pengukuran Time of Flight dengan Temperatur


45 oC
14400
Time of Flight (ns)

14350
14300
14250
14200
14150
14100
14050
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 33. Pengukuran Time of Flight pada Temperatur 45 oC dengan Metode Threshold

38
Grafik pada Gambar 33 menunjukkan bahwa pada pengujian minyak transformator dengan
temperatur 45 oC, semakin besar kadar air, maka nilai time of flight akan semakin kecil.

I.4 PENGUKURAN TIME OF FLIGHT BERDASARKAN KADAR AIR PADA


MINYAK TRANSFORMATOR MENGGUNAKAN METODE ZERO CROSS
Pada pengujian ini, dilakukan pengukuran time of flight pada sinyal echo yang
ditembakkan melalui minyak transformator dan kemudian diterima kembali oleh sensor
ultrasonik. Metode yang digunakan dalam pengukuran time of flight yaitu metode zero cross.
Sama seperti sebelumnya bahwa pengukuran time of flight dilakukan sebanyak 20 kali untuk
masing-masing minyak transformator dengan kadar air tertentu dengan waktu sampling sebesar
19.074 us/samples. Awalnya, pengujian dilakukan tanpa kontrol temperatur. Selanjutnya,
dilakukan pengujian pada temperatur konstan sebesar 40 oC dan 45 oC.

a. Pengujian Time of Flight Menggunakan Aquades


Tabel 11. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Zero Cross Menggunakan Aquades
No Time of Filght (ns)
1 12583.457
2 12583.457
3 12583.457
4 12583.457
5 12583.457
6 12583.457
7 12583.457
8 12583.457
9 12583.457
10 12583.457
11 12583.457
12 12583.457
13 12583.457
14 12583.457
15 12583.457
16 12583.457
17 12583.457
18 12583.457
19 12583.457
20 12583.457
Average 12583.457

Pengujian dilakukan pada temperatur 24 oC. Tabel 11 menunjukkan bahwa rata-rata hasil
pengukuran time of flight menggunakan aquades dengan metode zero cross yaitu sebesar

39
12583.457 ns. Nilai ini digunakan untuk menghitung acoustic speed pada perhitungan
berikutnya, yang mana nilai acoustic speed aquades dapat dibandingkan dengan referensi.
b. Pengujian Time of Flight pada Minyak Transformator Tanpa Kontrol Temperatur
Tabel 12. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Zero Cross Tanpa Kontrol Temperatur
ToF Zero Cross
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 13771.43 13618.84 13466.24
2 13752.35 13618.84 13447.17
3 13790.5 13637.91 13447.17
4 13790.5 13637.91 13447.17
5 13790.5 13637.91 13447.17
6 13790.5 13637.91 13447.17
7 13790.5 13637.91 13447.17
8 13790.5 13637.91 13466.24
9 13790.5 13637.91 13466.24
10 13790.5 13637.91 13466.24
11 13790.5 13637.91 13447.17
12 13790.5 13637.91 13447.17
13 13790.5 13637.91 13466.24
14 13790.5 13637.91 13466.24
15 13790.5 13637.91 13466.24
16 13790.5 13637.91 13466.24
17 13790.5 13637.91 13466.24
18 13790.5 13637.91 13447.17
19 13790.5 13637.91 13447.17
20 13790.5 13637.91 13447.17
Average 13787.64 13636 13455.75

Pengukuran Time of Flight Tanpa Kontrol


Temperatur
14000
Time of Flight (ns)

13800
13600
13400
13200
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 34. Pengukuran Time of Flight Tanpa Kontrol Temperatur dengan Metode Zero
Cross

Grafik pada Gambar 34 menunjukkan bahwa pada pengujian minyak transformator tanpa
kontrol temperatur, semakin besar kadar air, maka nilai time of flight akan semakin kecil.

40
c. Pengujian Time of Flight pada Minyak Transformator dengan Temperatur 40 oC

Tabel 13. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Zero Cross dengan Temperatur 40 oC
ToF Zero Cross
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 14210.13 14191.06 14076.61
2 14191.06 14171.98 14076.61
3 14191.06 14171.98 14076.61
4 14191.06 14171.98 14076.61
5 14191.06 14171.98 14076.61
6 14191.06 14191.06 14076.61
7 14191.06 14191.06 14076.61
8 14171.98 14191.06 14076.61
9 14191.06 14191.06 14076.61
10 14191.06 14191.06 14076.61
11 14210.13 14191.06 14076.61
12 14191.06 14191.06 14076.61
13 14191.06 14191.06 14076.61
14 14191.06 14191.06 14076.61
15 14191.06 14191.06 14076.61
16 14210.13 14191.06 14076.61
17 14171.98 14191.06 14076.61
18 14171.98 14191.06 14076.61
19 14152.91 14171.98 14076.61
20 14152.91 14171.98 14076.61
Average 14187.24 14185.33 14076.61

Pengukuran Time of Flight dengan


Temperatur 40 oC
14200
Time of Flight (ns)

14150

14100

14050

14000
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 35. Pengukuran Time of Flight pada Temperatur 40 oC dengan Metode Zero Cross

41
Grafik pada Gambar 35 menunjukkan bahwa pada pengujian minyak transformator dengan
temperatur 40 oC, semakin besar kadar air, maka nilai time of flight akan semakin kecil.
d. Pengujian Time of Flight pada Minyak Transformator dengan Temperatur 45 oC
Tabel 14. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Zero Cross dengan Temperatur 45 oC
ToF Zero Cross
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 14343.65 14191.06 14152.91
2 14343.65 14191.06 14152.91
3 14343.65 14191.06 14152.91
4 14324.57 14191.06 14152.91
5 14343.65 14191.06 14152.91
6 14324.57 14191.06 14152.91
7 14305.5 14191.06 14152.91
8 14305.5 14191.06 14152.91
9 14324.57 14191.06 14152.91
10 14324.57 14191.06 14152.91
11 14324.57 14191.06 14152.91
12 14324.57 14191.06 14152.91
13 14324.57 14210.13 14152.91
14 14324.57 14191.06 14133.83
15 14324.57 14210.13 14133.83
16 14324.57 14210.13 14133.83
17 14324.57 14210.13 14133.83
18 14324.57 14210.13 14133.83
19 14324.57 14210.13 14133.83
20 14305.5 14210.13 14133.83
Average 14325.53 14197.73 14146.23

Pengukuran Time of Flight dengan


Temperatur 45 oC
14350

14300
Time of Flight (ns)

14250

14200

14150

14100

14050
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 36. Pengukuran Time of Flight pada Temperatur 45 oC dengan Metode Zero Cross

42
Grafik pada Gambar 36 menunjukkan bahwa pada pengujian minyak transformator dengan
temperatur 45 oC, semakin besar kadar air, maka nilai time of flight akan semakin kecil.

I.5 PENGUKURAN TIME OF FLIGHT BERDASARKAN KADAR AIR PADA


MINYAK TRANSFORMATOR MENGGUNAKAN METODE CROSS
CORRELATION
Pada pengujian ini, dilakukan pengukuran time of flight pada sinyal echo yang
ditembakkan melalui minyak transformator dan kemudian diterima kembali oleh sensor
ultrasonik. Metode yang digunakan dalam pengukuran time of flight yaitu metode cross
correlation. Pengukuran time of flight dilakukan sebanyak 20 kali untuk masing-masing
minyak transformator dengan kadar air tertentu. Awalnya, pengujian dilakukan tanpa kontrol
temperatur. Selanjutnya, dilakukan pengujian pada temperatur konstan sebesar 40 oC dan 45
o
C.
a. Pengujian Time of Flight Menggunakan Aquades

Tabel 15. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Cross Correlation Menggunakan Aquades
No Time of Filght (ns)
1 13249.752
2 13249.752
3 13249.752
4 13249.752
5 13249.752
6 13249.752
7 13249.752
8 13249.752
9 13249.752
10 13249.752
11 13249.752
12 13249.752
13 13249.752
14 13249.752
15 13249.752
16 13249.752
17 13249.752
18 13249.752
19 13249.752
20 13249.752
Average 13249.752

43
Pengujian dilakukan pada temperatur 24 oC. Tabel 15 menunjukkan bahwa rata-rata hasil
pengukuran time of flight menggunakan aquades dengan metode cross correlation yaitu sebesar
13249.752 ns. Nilai ini digunakan untuk menghitung acoustic speed pada perhitungan
berikutnya, yang mana nilai acoustic speed aquades dapat dibandingkan dengan referensi.

b. Pengujian Time of Flight pada Minyak Transformator Tanpa Kontrol Temperatur


Tabel 16. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Cross Correlation Tanpa Kontrol
Temperatur
ToF Cross Correlation
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 14000.32 13847.72 13695.13
2 13981.24 13847.72 13676.06
3 14019.39 13866.8 13676.06
4 14019.39 13866.8 13676.06
5 14019.39 13866.8 13676.06
6 14019.39 13866.8 13676.06
7 14019.39 13866.8 13676.06
8 14019.39 13866.8 13695.13
9 14019.39 13866.8 13695.13
10 14019.39 13866.8 13695.13
11 14019.39 13866.8 13676.06
12 14019.39 13866.8 13676.06
13 14019.39 13866.8 13695.13
14 14019.39 13866.8 13695.13
15 14038.46 13866.8 13695.13
16 14038.46 13866.8 13695.13
17 14038.46 13866.8 13695.13
18 14038.46 13866.8 13676.06
19 14038.46 13866.8 13676.06
20 14038.46 13847.72 13676.06
Average 14022.25 13863.94 13684.64

Pengukuran Time of Flight Tanpa Kontrol


Temperatur
14200
Time of Flight (ns)

14000
13800
13600
13400
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 37. Pengukuran Time of Flight Tanpa Kontrol Temperatur dengan Metode Cross
Correlation

44
Grafik pada Gambar 37 menunjukkan bahwa pada pengujian minyak transformator tanpa
kontrol temperatur, semakin besar kadar air, maka nilai time of flight akan semakin kecil.
c. Pengujian Time of Flight pada Minyak Transformator dengan Temperatur 40 oC
Tabel 17. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Cross Correlation dengan Temperatur 40
o
C
ToF Cross Correlation
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 14400.87 14343.65 14324.57
2 14381.8 14324.57 14324.57
3 14381.8 14324.57 14305.5
4 14381.8 14324.57 14305.5
5 14381.8 14324.57 14305.5
6 14381.8 14343.65 14305.5
7 14381.8 14343.65 14305.5
8 14362.72 14343.65 14305.5
9 14381.8 14343.65 14305.5
10 14381.8 14343.65 14305.5
11 14400.87 14343.65 14305.5
12 14381.8 14343.65 14305.5
13 14381.8 14343.65 14305.5
14 14381.8 14343.65 14305.5
15 14362.72 14343.65 14305.5
16 14381.8 14343.65 14305.5
17 14381.8 14343.65 14305.5
18 14381.8 14343.65 14305.5
19 14362.72 14343.65 14305.5
20 14362.72 14343.65 14305.5
Average 14379.89 14339.83 14307.41

Pengukuran Time of Flight dengan


Temperatur 40 oC
14400
Time of Flight (ns)

14380
14360
14340
14320
14300
14280
14260
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 38. Pengukuran Time of Flight pada Temperatur 40 oC dengan Metode Cross
Correlation

45
Grafik pada Gambar 38 menunjukkan bahwa pada pengujian minyak transformator dengan
temperatur 40 oC, semakin besar kadar air, maka nilai time of flight akan semakin kecil.
d. Pengujian Time of Flight pada Minyak Transformator dengan Temperatur 45 oC
Tabel 18. Hasil Pengujian Time of Flight Metode Cross Correlation dengan Temperatur 45
o
C
ToF Cross Correlation
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 14591.61 14419.94 14419.94
2 14572.54 14419.94 14419.94
3 14572.54 14419.94 14419.94
4 14553.46 14419.94 14419.94
5 14572.54 14419.94 14419.94
6 14553.46 14419.94 14419.94
7 14553.46 14419.94 14419.94
8 14553.46 14419.94 14419.94
9 14572.54 14419.94 14419.94
10 14572.54 14419.94 14400.87
11 14572.54 14419.94 14419.94
12 14572.54 14419.94 14419.94
13 14572.54 14439.02 14419.94
14 14572.54 14419.94 14400.87
15 14572.54 14439.02 14400.87
16 14572.54 14439.02 14400.87
17 14572.54 14439.02 14400.87
18 14572.54 14439.02 14400.87
19 14553.46 14439.02 14400.87
20 14534.39 14439.02 14400.87
Average 14566.81 14426.62 14412.31

Pengukuran Time of Flight dengan


Temperatur 45 oC
14600
Time of Flight (ns)

14550
14500
14450
14400
14350
14300
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 39. Pengukuran Time of Flight pada Temperatur 45 oC dengan Metode Cross
Correlation

46
Grafik pada Gambar 39 menunjukkan bahwa pada pengujian minyak transformator dengan
temperatur 40 oC, semakin besar kadar air, maka nilai time of flight akan semakin kecil.

I.6 PENGUKURAN ACOUSTIC SPEED BERDASARKAN KADAR AIR PADA


MINYAK TRANSFORMATOR MENGGUNAKAN METODE THRESHOLD
Acoustic speed merupakan hasil pembagian jarak dengan time of flight. Jarak antara
perbatasan pertama akrilik dan cairan sampai dengan perbatasan kedua akrilik dan cairan
adalah 10 mm seperti yang dapat dilihat pada Gambar 40.

Gambar 40. Dimensi Measurement Chamber

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐴𝑘𝑢𝑠𝑡𝑖𝑘 =
𝑇𝑖𝑚𝑒 𝑜𝑓 𝐹𝑙𝑖𝑔ℎ𝑡

a. Pengujian Acoustic Speed Menggunakan Aquades


Tabel 19. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Threshold Menggunakan Aquades
No Acoustic Speed (m/s)
1 1594.21199
2 1594.21199
3 1594.21199
4 1594.21199
5 1594.21199
6 1594.21199
7 1594.21199
8 1594.21199
9 1594.21199
10 1594.21199
11 1594.21199
12 1594.21199
13 1594.21199
14 1594.21199
15 1594.21199
16 1594.21199
17 1594.21199
18 1594.21199
19 1594.21199
20 1594.21199
Average 1594.21199

47
Pengujian dilakukan pada temperatur 24 oC. Pada Tabel 19, terlihat bahwa rata-rata acoustic
speed menggunakan aquades berdasarkan time of flight menggunakan metode threshold adalah
1594.21 m/s. Nilai ini cukup jauh dengan kecepatan akustik pada aquades berdasarkan
referensi [15]. Nilai acoustic speed aquades pada temperatur 25 oC yaitu sebesar 1496.7 m/s.
b. Pengujian Acoustic Speed pada Minyak Transformator Tanpa Kontrol Temperatur
Tabel 20. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Threshold Tanpa Kontrol Temperatur
Acoustic Speed (m/s)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 1450.274 1466.5 1485.195
2 1452.282 1466.5 1487.302
3 1448.27 1464.452 1487.302
4 1448.27 1464.452 1487.302
5 1448.27 1464.452 1487.302
6 1448.27 1464.452 1487.302
7 1448.27 1464.452 1487.302
8 1448.27 1464.452 1485.195
9 1448.27 1466.5 1485.195
10 1448.27 1466.5 1485.195
11 1448.27 1466.5 1487.302
12 1448.27 1466.5 1487.302
13 1448.27 1466.5 1485.195
14 1448.27 1466.5 1485.195
15 1448.27 1466.5 1485.195
16 1448.27 1466.5 1485.195
17 1448.27 1466.5 1485.195
18 1448.27 1466.5 1485.195
19 1448.27 1466.5 1485.195
20 1448.27 1466.5 1485.195
Average 1448.571 1465.885 1486.037

Pengukuran Acoustic Speeed Tanpa


Kontrol Temperatur
1490
Acoustic Speed (m/s)

1480
1470
1460
1450
1440
1430
1420
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 41. Pengukuran Acoustic Speed Tanpa Kontrol Temperatur dengan Metode
Threshold

48
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator tanpa kontrol
temperatur, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar pula
nilai acoustic speed dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada penelitian
yang dilakukan oleh Meng et. al. [15].
c. Pengujian Acoustic Speed pada Minyak Transformator dengan Temperatur 40 oC
Tabel 21. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Threshold dengan Temperatur 40 oC
Acoustic Speed (m/s)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 1413.137 1415.044 1418.874
2 1415.044 1416.956 1418.874
3 1415.044 1416.956 1418.874
4 1415.044 1416.956 1418.874
5 1415.044 1416.956 1418.874
6 1415.044 1415.044 1418.874
7 1415.044 1415.044 1418.874
8 1416.956 1415.044 1418.874
9 1415.044 1415.044 1418.874
10 1415.044 1415.044 1418.874
11 1413.137 1415.044 1418.874
12 1415.044 1415.044 1418.874
13 1415.044 1415.044 1418.874
14 1415.044 1415.044 1418.874
15 1415.044 1415.044 1418.874
16 1413.137 1415.044 1418.874
17 1415.044 1415.044 1418.874
18 1415.044 1415.044 1418.874
19 1416.956 1415.044 1418.874
20 1416.956 1415.044 1418.874
Average 1415.044 1415.426 1418.874

Pengukuran Acoustic Speeed dengan Temperatur


40 Derajat Celcius
1420
Acoustic Speed (m/s)

1418
1416
1414
1412
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 42. Pengukuran Acoustic Speed pada Temperatur 40 oC dengan Metode Threshold

49
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan
temperatur 40 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar
pula nilai acoustic speed dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Meng et. al. [15].
d. Pengujian Acoustic Speed pada Minyak Transformator dengan Temperatur 45 oC
Tabel 22. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Threshold dengan Temperatur 45 oC
Acoustic Speed (m/s)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 1392.494 1409.338 1411.23521
2 1392.494 1409.338 1411.23521
3 1392.494 1409.338 1411.23521
4 1394.345 1409.338 1411.23521
5 1392.494 1409.338 1411.23521
6 1394.345 1409.338 1411.23521
7 1396.202 1409.338 1411.23521
8 1396.202 1409.338 1411.23521
9 1394.345 1409.338 1411.23521
10 1394.345 1409.338 1413.137145
11 1394.345 1409.338 1411.23521
12 1394.345 1409.338 1411.23521
13 1394.345 1407.447 1411.23521
14 1394.345 1409.338 1413.137145
15 1394.345 1407.447 1413.137145
16 1394.345 1407.447 1413.137145
17 1394.345 1407.447 1413.137145
18 1394.345 1407.447 1413.137145
19 1394.345 1407.447 1413.137145
20 1396.202 1407.447 1413.137145
Average 1394.253 1408.676 1411.995369

Pengukuran Acoustic Speeed dengan


Temperatur 45 Derajat Celcius
1420
Acoustic Speed (m/s)

1410
1400
1390
1380
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 43. Pengukuran Acoustic Speed pada Temperatur 45 oC dengan Metode Threshold

50
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan
temperatur 45 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar
pula nilai acoustic speed dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Meng et. al. [15].

I.7 PENGUKURAN ACOUSTIC SPEED BERDASARKAN KADAR AIR PADA


MINYAK TRANSFORMATOR MENGGUNAKAN METODE ZERO CROSS
a. Pengujian Acoustic Speed Menggunakan Aquades
Tabel 23. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Zero Cross Menggunakan Aquades
No Acoustic Speed (m/s)
1 1589.388353
2 1589.388353
3 1589.388353
4 1589.388353
5 1589.388353
6 1589.388353
7 1589.388353
8 1589.388353
9 1589.388353
10 1589.388353
11 1589.388353
12 1589.388353
13 1589.388353
14 1589.388353
15 1589.388353
16 1589.388353
17 1589.388353
18 1589.388353
19 1589.388353
20 1589.388353
Average 1589.388353

Pengujian dilakukan pada temperatur 24 oC. Pada Tabel 23, terlihat bahwa rata-rata acoustic
speed menggunakan aquades berdasarkan time of flight menggunakan metode threshold adalah
1589.39 m/s. Nilai ini cukup jauh dengan kecepatan akustik pada aquades berdasarkan
referensi [15]. Nilai acoustic speed aquades pada temperatur 25 oC yaitu sebesar 1496.7 m/s.

51
b. Pengujian Acoustic Speed pada Minyak Transformator Tanpa Kontrol Temperatur

Tabel 24. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Zero Cross Tanpa Kontrol Temperatur
Acoustic Speed (m/s)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 1452.282 1468.554 1485.195
2 1454.296 1468.554 1487.302
3 1450.274 1466.5 1487.302
4 1450.274 1466.5 1487.302
5 1450.274 1466.5 1487.302
6 1450.274 1466.5 1487.302
7 1450.274 1466.5 1487.302
8 1450.274 1466.5 1485.195
9 1450.274 1466.5 1485.195
10 1450.274 1466.5 1485.195
11 1450.274 1466.5 1487.302
12 1450.274 1466.5 1487.302
13 1450.274 1466.5 1485.195
14 1450.274 1466.5 1485.195
15 1450.274 1466.5 1485.195
16 1450.274 1466.5 1485.195
17 1450.274 1466.5 1485.195
18 1450.274 1466.5 1487.302
19 1450.274 1466.5 1487.302
20 1450.274 1466.5 1487.302
Average 1450.574 1466.705 1486.353

Pengukuran Acoustic Speeed Tanpa Kontrol


Temperatur
1490
Acoustic Speed (m/s)

1480

1470

1460

1450

1440

1430
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 44. Pengukuran Acoustic Speed Tanpa Kontrol Temperatur dengan Metode Zero
Cross

52
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator tanpa kontrol
temperatur, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar pula
nilai acoustic speed dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Meng et. al. [15].
c. Pengujian Acoustic Speed pada Minyak Transformator dengan Temperatur 40 oC
Tabel 25. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Zero Cross dengan Temperatur 40 oC
Acoustic Speed (m/s)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 1407.447 1409.338 1420.796
2 1409.338 1411.235 1420.796
3 1409.338 1411.235 1420.796
4 1409.338 1411.235 1420.796
5 1409.338 1411.235 1420.796
6 1409.338 1409.338 1420.796
7 1409.338 1409.338 1420.796
8 1411.235 1409.338 1420.796
9 1409.338 1409.338 1420.796
10 1409.338 1409.338 1420.796
11 1407.447 1409.338 1420.796
12 1409.338 1409.338 1420.796
13 1409.338 1409.338 1420.796
14 1409.338 1409.338 1420.796
15 1409.338 1409.338 1420.796
16 1407.447 1409.338 1420.796
17 1411.235 1409.338 1420.796
18 1411.235 1409.338 1420.796
19 1413.137 1411.235 1420.796
20 1413.137 1411.235 1420.796
Average 1409.717 1409.907 1420.796

Pengukuran Acoustic Speeed dengan Temperatur


40 Derajat Celcius
1425
Acoustic Speed (m/s)

1420
1415
1410
1405
1400
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 45. Pengukuran Acoustic Speed pada Temperatur 40 oC dengan Metode Zero Cross

53
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan
temperatur 40 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar
pula nilai acoustic speed dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Meng et. al. [15].
d. Pengujian Acoustic Speed pada Minyak Transformator dengan Temperatur 45 oC

Tabel 26. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Zero Cross dengan Temperatur 45 oC
Acoustic Speed (m/s)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 1394.345 1409.338 1413.137
2 1394.345 1409.338 1413.137
3 1394.345 1409.338 1413.137
4 1396.202 1409.338 1413.137
5 1394.345 1409.338 1413.137
6 1396.202 1409.338 1413.137
7 1398.064 1409.338 1413.137
8 1398.064 1409.338 1413.137
9 1396.202 1409.338 1413.137
10 1396.202 1409.338 1413.137
11 1396.202 1409.338 1413.137
12 1396.202 1409.338 1413.137
13 1396.202 1407.447 1413.137
14 1396.202 1409.338 1415.044
15 1396.202 1407.447 1415.044
16 1396.202 1407.447 1415.044
17 1396.202 1407.447 1415.044
18 1396.202 1407.447 1415.044
19 1396.202 1407.447 1415.044
20 1398.064 1407.447 1415.044
Average 1396.109 1408.676 1413.804

Pengukuran Acoustic Speeed dengan


Temperatur 45 Derajat Celcius
1420
Acoustic Speed (m/s)

1415
1410
1405
1400
1395
1390
1385
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 46. Pengukuran Acoustic Speed pada Temperatur 45 oC dengan Metode Zero Cross

54
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan
temperatur 45 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar
pula nilai acoustic speed dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Meng et. al. [15].

I.8 PENGUKURAN ACOUSTIC SPEED BERDASARKAN KADAR AIR PADA


MINYAK TRANSFORMATOR MENGGUNAKAN METODE CROSS
CORRELATION
a. Pengujian Acoustic Speed Menggunakan Aquades
Tabel 27. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Cross Correlation Menggunakan Aquades
No Acoustic Speed (m/s)
1 1509.462215
2 1509.462215
3 1509.462215
4 1509.462215
5 1509.462215
6 1509.462215
7 1509.462215
8 1509.462215
9 1509.462215
10 1509.462215
11 1509.462215
12 1509.462215
13 1509.462215
14 1509.462215
15 1509.462215
16 1509.462215
17 1509.462215
18 1509.462215
19 1509.462215
20 1509.462215
Average 1509.462215

Pengujian dilakukan pada temperatur 24 oC. Pada Tabel 27, terlihat bahwa rata-rata acoustic
speed menggunakan aquades berdasarkan time of flight menggunakan metode threshold adalah
1509.46 m/s. Nilai ini cukup dekat dengan kecepatan akustik pada aquades berdasarkan
referensi [15] dibandingkan dengan perhitungan dengan metode threshold dan zero cross. Nilai
acoustic speed aquades pada temperature 25 oC yaitu sebesar 1496.7 m/s.

55
b. Pengujian Acoustic Speed pada Minyak Transformator Tanpa Kontrol Temperatur
Tabel 28. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Cross Correlation Tanpa Kontrol
Temperatur
Acoustic Speed (m/s)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 1428.539 1444.281 1460.373
2 1430.488 1444.281 1462.41
3 1426.596 1442.294 1462.41
4 1426.596 1442.294 1462.41
5 1426.596 1442.294 1462.41
6 1426.596 1442.294 1462.41
7 1426.596 1442.294 1462.41
8 1426.596 1442.294 1460.373
9 1426.596 1442.294 1460.373
10 1426.596 1442.294 1460.373
11 1426.596 1442.294 1462.41
12 1426.596 1442.294 1462.41
13 1426.596 1442.294 1460.373
14 1426.596 1442.294 1460.373
15 1424.657 1442.294 1460.373
16 1424.657 1442.294 1460.373
17 1424.657 1442.294 1460.373
18 1424.657 1442.294 1462.41
19 1424.657 1442.294 1462.41
20 1424.657 1444.281 1462.41
Average 1426.305 1442.592 1461.492

Pengukuran Acoustic Speeed Tanpa Kontrol


Temperatur
1470
1460
Acoustic Speed (m/s)

1450
1440
1430
1420
1410
1400
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 47. Pengukuran Acoustic Speed Tanpa Kontrol Temperatur dengan Metode Cross
Correlation

56
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator tanpa kontrol
temperatur, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar pula
nilai acoustic speed dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada penelitian
yang dilakukan oleh Meng et. al. [15].
c. Pengujian Acoustic Speed pada Minyak Transformator dengan Temperatur 40 oC
Tabel 29. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Cross Correlation dengan Temperatur 40
o
C
Acoustic Speed (m/s)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 1388.805 1394.345 1396.202
2 1390.647 1396.202 1396.202
3 1390.647 1396.202 1398.064
4 1390.647 1396.202 1398.064
5 1390.647 1396.202 1398.064
6 1390.647 1394.345 1398.064
7 1390.647 1394.345 1398.064
8 1392.494 1394.345 1398.064
9 1390.647 1394.345 1398.064
10 1390.647 1394.345 1398.064
11 1388.805 1394.345 1398.064
12 1390.647 1394.345 1398.064
13 1390.647 1394.345 1398.064
14 1390.647 1394.345 1398.064
15 1392.494 1394.345 1398.064
16 1390.647 1394.345 1398.064
17 1390.647 1394.345 1398.064
18 1390.647 1394.345 1398.064
19 1392.494 1394.345 1398.064
20 1392.494 1394.345 1398.064
Average 1390.831 1394.716 1397.877

Pengukuran Acoustic Speeed dengan


Temperatur 40 Derajat Celcius
1400
Acoustic Speed (m/s)

1398
1396
1394
1392
1390
1388
1386
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 48. Pengukuran Acoustic Speed pada Temperatur 40 oC dengan Metode Cross
Correlation

57
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan
temperatur 40 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar
pula nilai acoustic speed dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Meng et. al. [15].
d. Pengujian Acoustic Speed pada Minyak Transformator dengan Temperatur 45 oC
Tabel 30. Hasil Pengujian Acoustic Speed Metode Cross Correlation dengan Temperatur 45
o
C
Acoustic Speed (m/s)
No
8 ppm 23 ppm 33 ppm
1 1370.651 1386.968 1386.968
2 1372.445 1386.968 1386.968
3 1372.445 1386.968 1386.968
4 1374.243 1386.968 1386.968
5 1372.445 1386.968 1386.968
6 1374.243 1386.968 1386.968
7 1374.243 1386.968 1386.968
8 1374.243 1386.968 1386.968
9 1372.445 1386.968 1386.968
10 1372.445 1386.968 1388.805
11 1372.445 1386.968 1386.968
12 1372.445 1386.968 1386.968
13 1372.445 1385.136 1386.968
14 1372.445 1386.968 1388.805
15 1372.445 1385.136 1388.805
16 1372.445 1385.136 1388.805
17 1372.445 1385.136 1388.805
18 1372.445 1385.136 1388.805
19 1374.243 1385.136 1388.805
20 1376.047 1385.136 1388.805
Average 1372.984 1386.326 1387.702

Pengukuran Acoustic Speeed dengan


Temperatur 45 Derajat Celcius
1390
Acoustic Speed (m/s)

1385
1380
1375
1370
1365
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Gambar 49. Pengukuran Acoustic Speed pada Temperatur 45 oC dengan Metode Cross
Correlation

58
Berdasarkan grafik, didapatkan bahwa pada pengukuran minyak transformator dengan
temperatur 45 oC, semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka semakin besar
pula nilai acoustic speed dari sinyal echo yang didapatkan. Fenomena ini juga terjadi pada
penelitian yang dilakukan oleh Meng et. al. [15].

I.9 PEMBACAAN ADC SENSOR PHOTODIODA BERDASARKAN KADAR AIR


PADA MINYAK TRANSFORMATOR
Tabel 31. Hasil Pengujian Minyak Transformator dengan Sinyal Optik
Objek ADC
Kosong 13.40514
Aquades 11.8746
Minyak 33 ppm 11.36334
Minyak 23 ppm 11.49518
Minyak 8 ppm 11.51768

Grafik Pembacaan ADC Menggunakan


Photodioda
12
11,9
11,8
11,7
11,6
ADC

11,5
11,4
11,3
11,2
11,1
8 ppm 23 ppm 33 ppm 1000 ppm
Kadar Air

Gambar 50. Grafik Pengujian Minyak Transformator dengan Sinyal Optik

Saat mengamati sample minyak transformator, terlihat bahwa semakin besar kadar air di
dalamnya maka warnanya menjadi semakin bening. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan
optik dapat dilakukan dalam pengujian ini. Pengujian optic yang dilakukan di sini sederhana,
yaitu menggunakan LED sebagai sumber cahaya dan photodiode yang diseri dengan resistor
22 kΩ sebagai sensor cahaya. Rangkaian photodiode kemudian dihubungkan sebagai input
ADC dari mikrokontroler (Arduino). Semakin besar intensitas cahaya, maka semakin kecil
nilai ADC yang terbaca. Pada pengujian ini, didapatkan bahwa semakin besar kadar air dalam
minyak transformator, maka nilai ADC akan semakin kecil. Namun, apabila digunakan H 2O,

59
nilai ADC yang dihasilkan malah lebih besar dibandingkan dengan nilai ADC hasil pengujian
minyak transformator dengan kadar air 8 ppm.

J. KESIMPULAN PROGRES TESIS 1


Berdasarkan progres tesis yang diperoleh, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka Vrms akan semakin
besar pula. Selain itu, didapatkan pula bahwa temperatur juga cukup mempengaruhi
pengukuran Vrms. Hasil rata-rata pengukuran Vrms terkecil didapatkan pada
pengukuran dengan temperatur 45 oC. Grafik pengukuran Vrms pada tiga temperatur
dapat dilihat pada Gambar 51.

Grafik Pengukuran Vrms


34
33,5
33
Rata-Rata Vrms (mV)

32,5
32
31,5
31
30,5
30
29,5
29
28,5
8 23 33
Kadar Air (ppm)

Tanpa Kontrol Suhu Suhu 40 Derajat Suhu 45 Derajat

Gambar 51. Grafik Pengukuran Vrms Tanpa Kontrol Temperatur, pada Suhu 40 oC,
dan pada Suhu 45 oC

2. Semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka Vpp juga akan semakin
besar pula. Selain itu, didapatkan pula bahwa temperatur juga sedikit mempengaruhi
hasil pengukuran Vpp. Grafik pengukuran Vpp pada tiga temperatur dapat dilihat pada
Gambar 52.

60
Grafik Pengukuran Vpp
160
140
120
Rata-Rata Vrms (mV)

100
80
60
40
20
0
8 23 33
Kadar Air (ppm)

Tanpa Kontrol Suhu Suhu 40 Derajat Suhu 45 Derajat

Gambar 52. Grafik Pengukuran Vpp Tanpa Kontrol Temperatur, pada Suhu 40 oC,
dan pada Suhu 45 oC

3. Terdapat tiga metode yang digunakan dalam pengukuran kadar air minyak
transformator, yaitu metode threshold, metode zero cross, dan metode cross correlation.
Berdasarkan pengukuran menggunakan aquades dengan referensi penelitian
sebelumnya [15], didapatkan bahwa hasil terbaik didapatkan saat dilakukan
pengukuran dengan menggunakan cross correlation. Semakin besar kadar air di dalam
minyak transformator, maka time of flight akan semakin kecil. Apabila time of flight
digunakan dalam mengukur intensitas akustik, maka didapatkan bahwa intensitas
akustik akan meningkat apabila kadar air dalam minyak transformator semakin besar.
Selain itu, didapatkan pula bahwa temperatur juga cukup mempengaruhi pengukuran
intensitas akustik. Hasil rata-rata pengukuran intensitas akustik terkecil didapatkan
pada pengukuran dengan temperatur 45 oC. Grafik pengukuran intensitas akustik pada
tiga temperatur dapat dilihat pada Gambar 53-55.

61
Pengukuran Acoustic Speeed dengan Threshold
1500

1480

Acoustic Speed (m/s)


1460

1440

1420

1400

1380

1360

1340
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Tanpa Kontrol Suhu Suhu 40 Derajat Suhu 45 Derajat

Gambar 53. Grafik Pengukuran Acoustic Speed dengan Metode Threshold

Pengukuran Acoustic Speeed dengan Zero Cross


1500

1480

1460
Acoustic Speed (m/s)

1440

1420

1400

1380

1360

1340
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Tanpa Kontrol Suhu Suhu 40 Derajat Suhu 45 Derajat

Gambar 54. Grafik Pengukuran Acoustic Speed dengan Metode Zero Cross

62
Pengukuran Acoustic Speeed dengan Cross
Correlation
1480

Acoustic Speed (m/s)


1460
1440
1420
1400
1380
1360
1340
1320
8 ppm 23 ppm 33 ppm
Kadar Air

Tanpa Kontrol Suhu Suhu 40 Derajat Suhu 45 Derajat

Gambar 55. Grafik Pengukuran Acoustic Speed dengan Metode Cross Correlation

4. Dengan pengukuran menggunakan photodiode sebagai sensor optic, didapatkan bahwa


semakin besar kadar air di dalam minyak transformator, maka intensitas cahaya yang
diterima oleh photodiode akan semakin besar. Hal ini ditandai dengan menurunnya
pembacaan ADC untuk photodiode. Namun, hasil pembacaan sensor pada aquades
menunjukkan nilai intensitas cahaya lebih kecil dibandingkan saat melakukan
pengukuran 8 ppm. Oleh karena itu, ke depan akan dilakukan komparasi pengukuran
menggunakan metode yang berbeda atau sebaiknya dilakukan kalibrasi rangkaian
terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian.

63
K. JADWAL PELAKSANAAN
Jadwal penelitian periode 2022/2023
Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Studi Literatur
Proposal Penelitian
Desain Sistem
Pengujian Ultrasonik
Pengujian Densitas
Pengujian Kadar Air
Pengujian Viskositas
Analisa Data
Laporan Penelitian-1

Jadwal penelitian periode 2023/2024


Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Studi Literatur
Integrasi Sistem
Pengujian Lifetime
Publikasi Jurnal
Laporan Penelitian-2
Analisa Data
Pemodelan Sistem
Laporan Akhir Penelitian

64
L. DATA PENELITI
Mahasiswa
Nama : Firnanda Pristiana Nurmaida
NRP : 1122800004
Program Studi : Magister Terapan Teknik Elektro

Pembimbing 1
Nama : Dr. Eng. Agus Indra Gunawan, S.T., M.Sc.
NIP : 197608212001121002
Jabatan Struktural : Ketua Program Studi S2 Teknik Elektro
Program Studi : S2 Teknik Elektro
Bidang Keahlian : Measurement Engineering / Ultrasonics

Pembimbing 2
Nama : R. Sanggar Dewanto, S.T., M.T., Ph.D
NIP : 197011061997031002
Jabatan Fungsional : Lektor
Program Studi : S2 Teknik Elektro
Bidang Keahlian : Control System, Robotics

65
M. PERKIRAAN BIAYA THESIS
Perkiraan biaya penelitian
No Uraian Jumlah Harga (Rp) Total (Rp)
1 Sensor Ultrasonik 3 MHz 1 5.000.000 5.000.000
2 Sensor Temperatur DS18B20 1 80.000 80.000
3 Peltier 1 30.000 30.000
4 Driver Motor BTS7960 1 60.000 60.000
5 Arduino Uno 1 75.000 75.000
6 Cutting Akrilik Hitam untuk Box 1 150.000 150.000
Hardware
7 Cutting Akrilik Bening untuk 1 20.000 20.000
Wadah Pengukur Cairan
8 Cetak PCB 50.000 50.000
9 Virtual Bench 1 20.000.000 20.000.000
10 Pembuatan Buku Thesis 1 600.000 600.000
11 Publikasi Jurnal 1 3.500.000 3.500.000
Total 29.565.000

66
N. DAFTAR PUSTAKA

[1] S. Bustamante, M. Manana, A. A, P. Castro, A. Lasso and R. Martinez, "Dissolved gas


analysis equipment for online monitoring of transformer oil: a review," Sensors, vol. 19,
no. 19, pp. 1-21, 2019.
[2] D. K. Mahanta, "Green transformer oil: a review," in International Conference on
Environment and Electrical Engineering, Madrid, 2020.
[3] S. Abdi, N. Harid, L. Safiddine, A. Boubakeur and A. Haddad, "The correlation of
transformer oil electrical properties with water content using a regression approach,"
Energies, vol. 14, no. 8, 2021.
[4] M. Hussain, F. A. Mir and M. A. Ansari, "Nanofluid transformer oil for cooling and
insulating applications: A brief review," Applied Surface Science Advances, no. 8, 2022.
[5] A. Ghaffarkhah, M. Afrand, M. Talebkeikhah, A. A. Sehat, M. K. Moraveji, F.
Talebkeikhah and M. Arjmand, "On evaluation of thermophysical properties of
transformer oil-based nanofluids: A comprehensive modeling and experimental study,"
Journal of Molecular Liquids, vol. 300, 2020.
[6] S. Senthilkumar, A. Karthick, R. Madavan, A. A. M. Moshi, S. R. S. Bharathi, S. Saroja
and C. S. Dhanalakshmi, "Optimization of transformer oil blended with natural ester oils
using Taguchi-based grey relational analysis," Fuel, vol. 288, 2021.
[7] S. F. A. Z. Yusoff, M. H. M. Mezher, I. S. Amiri, N. Ayyanar, D. Vigneswaran, H.
Ahmad and R. Zakaria, "Detection of moisture content in transformer oil using platinum
coated on D-shaped optical fiber," Optical Fiber Technology, vol. 45, pp. 115-121, 2018.
[8] M. F. Rahman and P. Nirgude, "Partial discharge behaviour due to irregular-shaped
copper particles in transformer oil with a different moisture content of pressboard barrier
under uniform field," IET Generation, Transmission & Distribution, vol. 13, no. 24, pp.
5550-5560, 2019.
[9] J. Jiang, X. Wu, Z. Wang and C. Zhang, "Moisture content measurement in transformer
oil using micro-nano fiber," IEEE Transactions on Dielectrics and Electrical Insulation,
vol. 27, no. 6, pp. 1829-1836, 2020.
[10] A. Swanson, S. Janssens, D. Bogunovic and S. Raymond, "Real time monitoring of
moisture content in transformer oil," in EEA Conference & Exhibition 2018, Auckland,
2018.
[11] A. I. Gunawan, A. Hendriawan and A. Sulthaan, "Utilization of range finder ultrasound
for acoustic impedance estimator of saline solution," in International Electronics
Symposium (IES), Surabaya, 2020.
[12] A. I. Gunawan, B. S. B. Dewantara, T. B. Santoso, I. D. Wicaksono, E. B. Prastika and
C. E. Prianto, "Characterizing acoustic impedance of several saline solution utilizing
range finder acoustic sensor," in International Electronics Symposium, Surabaya, 2017.
[13] C. E. Prianto, A. I. Gunawan and N. Tamami, "Prototipe deteksi PEN dalam tubuh
menggunakan B-Mode ultrasonic scanning," Jurnal Rekayasa Elektrika, vol. 15, no. 2,
pp. 85-94, 2019.
[14] M. E. Hidayat, A. I. Gunawan and T. B. Santoso, "Rancang bangun sistem multipoint
transmitter – receiver untuk inspeksi bawah air berbasis ultrasonik frekuensi rendah,"
Jurnal Rekayasa Elektrika, vol. 16, no. 3, pp. 143-152, 2020.

67
[15] G. Meng, A. J. Jaworski and N. M. White, "Composition measurements of crude oil and
process water emulsions using thick-film ultrasonic transducers," Chemical Engineering
and Processing, vol. 45, no. 5, pp. 383-391, 2006.
[16] T. T. C. Palito, Y. A. O. Assagra, R. A. C. Altafim, J. P. P. Carmo, A. A. O. Carneiro and
R. A. P. Altafim, "Investigation of water content in power transformer oils through
ultrasonic measurements," in IEEE Conference on Electrical Insulation and Dielectric
Phenomena, Cancun, 2018.
[17] A. Tyuryumina, A. Batrak and V. Sekackiy, "Determination of transformer oil quality by
the acoustic method," in 12th International Scientific-Technical Conference on
Electromechanics and Robotics “Zavalishin’s Readings", Krasnoyarsk, 2017.
[18] H. Singgih, S. Siswoko and A. Komarudin, "Study of PID control implementation in the
process of cheap breaking using Peltier cooling elements," in The 1st Annual Technology,
Applied Science and Engineering Conference, 2020.
[19] D. Ponikvar, "Experiments on temperature regulation using a Peltier element and PID
technique," European Journal of Physics, vol. 43, no. 3, 2022.
[20] S. Li, Z. Ge, A. Abu-Siada, S. Yang, S. Li and K. Wakimoto, "A new technique to
estimate the degree of polymerization of insulation paper using multiple aging parameters
of transformer oil," IEEE Access, vol. 7, pp. 157471-157479, 2019.
[21] D. Yang, W. Chen, F. Wan, Y. Zhou and J. Wang, "Identification of the aging stage of
transformer oil-paper insulation via Raman Spectroscopic characteristics," IEEE
Transactions on Dielectrics and Electrical Insulation , vol. 27, no. 6, pp. 1770-1777,
2020.
[22] J. Tang and Y. Zhang, "Impact of oil velocity on partial discharge characteristics induced
by bubbles in transformer oil," IEEE Transactions on Dielectrics and Electrical
Insulation, vol. 25, no. 5, pp. 1605-1613, 2018.
[23] C. Qin, Y. He, B. Shi, T. Zhao, F. Lv and X. Cheng, "Experimental study on breakdown
characteristics of transformer oil influenced by bubbles," Energies, vol. 11, no. 3, 2018.
[24] C. Pan, J. Tang, Y. Zhang, X. Luo and X. Li, "Variation of discharge characteristics with
temperature in moving transformer oil contaminated by metallic particles," IEEE Access,
vol. 6, pp. 40050-40058, 2018.
[25] M. Liu, Q. Yang and S. Wu, "Space charge injection behaviors and dielectric
characteristics of nano-modified transformer oil using different surface condition
electrodes," AIP Advances, pp. 1-10, 2019.
[26] M. Rafiq, L. Chengrong and Y. Lv, "Effect of Al2O3 nanorods on dielectric strength of
aged transformer oil/paper insulation system," Journal of Molecular Liquids, vol. 284,
pp. 700-708, 2019.
[27] M. A. Bhatt and P. J. Bhatt, "A review on electrical characteristics of nanofluid based
transformer oil," Indian Journal of Science and Technology, vol. 12, no. 27, 2019.
[28] M. A. Abid, I. Khan, Z. Ullah, K. Ullah, A. Haider and S. M. Ali, "Dielectric and Thermal
Performance Up-Gradation of Transformer Oil Using Valuable Nano-Particles," IEEE
Access, vol. 7, pp. 153509 - 153518, 2019.
[29] Y. Liu, S. Jiang, X. Fan and Y. Tian, "Effects of degraded optical fiber sheaths on thermal
aging characteristics of transformer oil," Applied Science, pp. 1-12, 2018.
[30] A. I. Gunawan, A study on acoustic impedance microscopy for biological and medical
applications, Toyohashi: Toyohashi University of Technology, 2015.

68
[31] M. M. Schirru, Development of an ultrasonic sensing technique to measure lubricant
viscosity in engine journal bearing in situ, Sheffield: The University of Sheffield, 2016.
[32] S. H. Sheen, H. T. Chien and A. C. Raptis, Ultrasonic methods for measuring liquid
viscosity and volume percent of solids, Chicago: University of Chicago, 1997.
[33] J. C. Jackson and R. Summan, "Time of flight measurement techniques for airborne
ultrasonic ranging," IEEE Transactions on Ultrasonics, Ferroelectrics, and Frequency
Control, vol. 60, no. 2, pp. 343-355, 2013.
[34] V. Vesely and D. Rosinova, "Robust PSD controller design," in 18th International
Conference on Process Control, Slovakia, 2011.
[35] F. R. Pratama and P. W. Purnawan, "Perancangan Sistem Kendali Temperature Suhu dan
Level Oil Pada Prototype Transformator Tenaga," Jurnal Telekomunikasi, Elektronika,
Komputasi, dan Kontrol, vol. 6, no. 2, pp. 85-92, 2020.
[36] X. Li, J. Tang, S. Ma and Q. Yao, "The impact of temperature on the partial discharge
characteristics of moving charged metal particles in transformer oil," in International
Conference on High Voltage Engineering and Application, ICHVE, Chengdu, 2016.
[37] K. B. D. K. B. D. P. P. P. PLN(Persero), Spesifikasi transformator distribusi bagian 1,
Jakarta Selatan: PT PLN (PERSERO), 2007.

69
O. LAMPIRAN

Lampiran 1. Program untuk PID controller

//#include <TimerOne.h>
#include <SoftwareSerial.h>
#include <OneWire.h>
#include <DallasTemperature.h>

#define BUS 8

double Sp, Ta, e, Kp, Vs, Op, Des, PWM, Od, De , e0 , Kd, OPD, eI , Oi , OPID, Ki, temp_c
= 0;
float offset = 2;
int t;
int Pinout = 3; //keluaran Sudut triger pada pin 3

OneWire oneWire(BUS);
DallasTemperature sens_temp(&oneWire);

void setup() {
pinMode(Pinout, OUTPUT);
sens_temp.begin(); //prosedur pembacaan sensor
sens_temp.setResolution(9);

//attachInterrupt(digitalPinToInterrupt(2), buttons, FALLING);


sens_temp.requestTemperatures();
Des = sens_temp.getTempCByIndex(0);
Ta = Des;

t = 0;
Sp = 40;
e = 0;
Kp = 7;
Kd = 30;
70
Ki = 1;

Serial.begin(9600); //membuka port serial dengan data rate 9600 bps


}
void loop() {
Pengukuran_PID();
}

void Pengukuran_PID () {
sens_temp.requestTemperatures();
Des = sens_temp.getTempCByIndex(0);
Ta = Des;

e = Sp - Ta;

De = e - e0;
eI = e + e0;

Op = e * Kp;
Od = Kd * De;
Oi = Ki * eI;

OPID = Op + Od + Oi;

if (OPID > 255) { //jika suhu dibawah setPoint


OPID = 255;
}
else if (OPID < 0) { //jika suhu diatas setPoint
OPID = 0;
}
else PWM = OPID;
analogWrite(Pinout, PWM);

//=== baca serial monitor ===


Serial.print(t); //mengirimkan data ke serial komputer

71
Serial.print("\t");
Serial.print(Sp); //mengirimkan data ke serial komputer
Serial.print("\t");
Serial.print(Ta); //mengirimkan data ke serial komputer
Serial.print("\t");
Serial.print(PWM); //mengirimkan data ke serial komputer
Serial.print("\t");
Serial.print(Des); //mengirimkan data ke serial komputer
Serial.print("\n");
t++;

e0 = e;
}

Lampiran 2. Cuplikan Program Pengolahan Data di LabVIEW

72

Anda mungkin juga menyukai