Slamet Hani1
1
Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta, e-mail :
shani.akprind.@yahoo.com
ABSTRACT
Transformer oil is a liquid oil that is used as insulation and cooling transformer, therefore the purity of
transformer oil should always be considered, the temperature must be monitored because it can cause the
expansion to allow the contamination due to increased volume, these factors lead to losses that can reduce
dielectric strength of the transformer oil thus speeding up the breakdown process. Test methods for determining
the voltage of insulation oil breakdown voltage using spherical electrodes, applying the test electrodes from zero
up to the breakdown voltage in a span of 10-20 seconds. the distance between electrodes of 2.5 mm and 3 mm.
From the test results at 30 º C with a distance of 3 mm and 5 times the test scored an average voltage of 16.32
kV oil fail, much larger than the temperature of 25 º C with an average value of the voltage of 15.54 kV oil fails.
While the distance between the ball of 2.5 mm with the same test result in average voltage of 9.52 kV failed oil
at 30 º C and at 25 º C is obtained 8.78 kV.
INTISARI
Minyak transformator merupakan cairan minyak yang digunakan sebagai isolasi dan pendingin
transformator, oleh sebab itu kemurnian minyak transformator harus selalu diperhatikan, temperatur harus selalu
dipantau karena dapat menyebabkan terjadinya pemuaian sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi akibat
pertambahan volume, faktor tersebut menyebabkan rugi-rugi dielektrik yang dapat mengurangi kekuatan
dielektrik minyak transformator sehingga mempercepat proses breakdown. Metode pengujian untuk menentukan
besarnya tegangan dadal dari minyak isolasi dengan menggunakan elektrode berbentuk bola, yaitu menerapkan
pada elektroda pengujian dari nol sampai dengan tegangan tembusnya dalam rentang waktu 10 - 20 detik .
dengan jarak sela elektroda 2,5 mm dan 3 mm. Dari hasil pengujian pada suhu 30ºC dengan jarak 3 mm dan 5
kali pengujian memperoleh nilai rata-rata tegangan gagal minyak sebesar 16,32 kV, jauh lebih besar dari pada
suhu 25ºC yang memiliki nilai rata-rata tegangan gagal minyak sebesar 15,54 kV. Sedangkan jarak sela bola 2,5
mm dengan pengujian yang sama mengahasilkan nilai rata-rata tegangan gagal minyak sebesar 9,52 kV pada
suhu 30ºC dan pada suhu 25ºC diperoleh 8,78 kV.
PENDAHULUAN
Minyak transformator merupakan cairan minyak yang digunakan sebagai isolasi dan
pendingin transformator, oleh sebab itu kemurnian minyak transformator harus selalu
diperhatikan. Di samping itu temperatur minyak transformator harus selalu dipantau karena
dapat menyebabkan terjadinya pemuaian sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi
akibat pertambahan volume. Faktor tersebut di atas menyebabkan rugi-rugi dielektrik yang
dapat mengurangi kekuatan dielektrik minyak transformator sehingga mempercepat proses
breakdown minyak transformator. Bila terjadi pertambahan volume minyak transformator
akibat suhu dingin oleh embun air di sekitar trafo yang dikarenakan penurunan dari suhu
normal (280C) dan dapat menyebabkan terkontaminasinya minyak transformator akibat
embun air tersebut, yang berakibat dapat mempercepat proses breakdown.
Kegagalan isolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan karena
beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik
B-153
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada prinsipnya tegangan pada isolator
merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator itu
sendiri agar isolator tidak gagal.
Dalam struktur molekul material isolasi, elektron-elektron terikat erat pada
molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan oleh
tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka sifat isolasi pada tempat itu hilang.
Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron-
elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus
bocor. Karakteristik isolator akan berubah bila material tersebut kemasukan suatu
ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang dapat
menurunkan tegangan gagal (Ariawan, Putu Rusdi, 2010).
Bahan isolasi digunakan untuk memisahkan bagian-bagian bertegangan atau bagian-
bagian yang aktif. Untuk itu sifat kelistrikannya memegang peran yang sangat penting, namun
demikian sifat mekanis, sifat termal, ketahanan terhadap bahan kimia serta sifat lainnya perlu
diperhatikan (Muhaimin, 1999).
Tegangan lompatan api dari isolator sangat dipengaruhi oleh bentuk elektroda dan
benda yang ada disekelilingnya. Oleh sebab itu pada waktu pengujian elektroda dan benda
yang mengelilinginya harus diatur sedemikian rupa sehingga keadaan yang sebenarnya
diturunkan (Artono Arismunandar, 2001).
Isolator cair memiliki dua fungsi yaitu sebagai pemisah antara bagian yang
bertegangan dan juga sebagai pendingin sehingga banyak digunakan pada peralatan seperti
transformator, pemutus tenaga, switchgear. Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair
digunakan, antara lain adalah isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih
dibandingkan dengan isolasi gas, namun kekurangan utama isolasi cair adalah mudah
terkontaminasi (Artono Arismunandar, 1994).
Kekuatan dielektrik merupakan ukuran kemampuan suatu material untuk bisa tahan
terhadap tegangan tinggi tanpa berakibat terjadinya kegagalan. Kekuatan dielektrik ini
tergantung pada sifat atom dan molekul cairan itu sendiri. Namun demikian dalam prakteknya
kekuatan dielektrik tergantung pada material dari elektroda, suhu, jenis tegangan yang
diberikan, gas yang terdapat dalam cairan dan sebagainya yang dapat mengubah sifat molekul
cair. Dalam isolasi cairan kekuatan dielektrik setara dengan tegangan kegagalan yang terjadi
METODE
Metode yang digunakan dengan cara pengujian waktu singkat (Short Time Test) yaitu
menerapkan pada elektroda pengujian dari nol sampai dengan tegangan tembusnya dalam
rentang waktu 10 - 20 detik, kecepatan kenaikan tegangan dalam penelitian ini sebesar 1,5
kV/detik.
B-154
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
1. Menyiapkan rangkaian pembangkit dan pengukuran tegangan tinggi serta tempat pengujian
(sel tes).
2. Membersihkan sel tes dengan minyak isolasi untuk memastikan tidak adanya zat pengotor
dalam tempat tersebut
3. Menurunkan suhu minyak transformator dengan proses pendinginan, dimulai dari
pengujian suhu ruangan 28ºC terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan supaya mengetahui
tegangan tembus pada suhu norma.
4. Memindahkan minyak isolasi yang telah diturunkan suhunya ke sel tes, dengan terlebih
dahulu mengatur sela elektroda 2,5 mm dan 3 mm karena dalam pengujian ini dilakukan
perbedaan jarak sela elektroda, ukur kembali suhu minyak dalam sel tes, bila suhu masih
dibawah suhu yang dikehendaki, biarkan sebentar sampai suhu naik mencapai yang
dikehendaki sambil menunggu tidak adanya gelembung-gelembung udara pada minyak
isolasi dalam sel tes.
5. Tegangan diterapkan pada elektroda dinaikkan dengan 1,5 kV/detik mulai dari nol sampai
harga yang menunjukkan tegangan gagal (breakdown voltage), kemudian dicatat berapa
tegangan ketika terjadi flash over, tegangan tembus untuk tiap-tiap suhu minyak. Tes
dilakukan sebanyak 5 kali untuk setiap pengujian, dimulai dari suhu 0ºC setelah tiap
breakdown terjadi suhu minyak diukur untuk pengujian suhu yang selanjutnya, berulang-
ulang dengan kelipatan 5 sampai dengan suhu 25ºC.
6. Setelah pengujian selesai rangkaian dibuka secara normal (di ground), bila lompatan busur
api transien terjadi diantara 2 elektroda. Elektroda dalam sel dibersihkan dengan kain kasa
yang bersih, kering untuk menghilangkan karbon yang dihasilkan oleh aksi busur api, dan
menuang kembali minyak yang sudah didinginkan untuk pengujian yang selanjutnya.
Tegangan breakdown adalah tegangan yang dicapai saat terjadi lompatan api/busur
diantara dua elektroda. Dari 5 kali pengetesan yang dilakukan, diambil nilai rata-rata nilai
tegangan gagal. Kekuatan dielektrik merupakan rata-rata dari tegangan gagal dibagi dengan
lebar sela.
PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian dengan jarak sela bola 2,5 mm dan 3 mm, kelembaban udara :
70%, tekanan udara : 980 mmHg dan volume minyak: 225 ml. menghasilkan suatu nilai
tegangan gagal pada isolasi minyak. Adapun Hasil Tegangan Uji Kegagalan Isolasi Pada
Minyak Trafo Dengan JarakSela Bola 2,5 mm Yang Dilakukan Sebanyak 5 Kali.
B-155
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
Tabel 1. Hasil Tegangan Uji Kegagalan Isolasi Pada Minyak Trafo Dengan Jarak
Sela Bola 2,5 mm Yang Dilakukan Sebanyak 5 Kali.
B-156
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
Tabel 5. Nilai Rata-rata Tegangan Gagal Tabel 6. Tegangan gagal isolasi minyak
Minyak berdasarkan persamaan regresi
Nilai Rata-Rata Tegangan Rata-Rata Regresi Tegangan
SUHU ºC Suhu ºC
Gagal (kV) Gagal (kV)
30 ºC 16,32 30 ºC 16,44
25 ºC 15,54 25 ºC 15,445
20 ºC 14,48 20 ºC 14,45
15 ºC 13,58 15 ºC 13,445
10 ºC 12,52 10 ºC 12,46
5 ºC 11,48 5 ºC 11,465
0 ºC 10,36 0 ºC 10,47
B-157
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 3 November 2012
KESIMPULAN
Dengan hasil penelitian mengenai tegangan tembus yang terjadi pada isolator minyak
transformator, dapat disimpulkan:
B-158