Anda di halaman 1dari 10

Nama: Ahmad Mushawwir Alfkri

NIM: 2018-11-233

Kelas: Teknik Tegangan Tinggi (E)

Tugas 2: Peralatan-peralatan yang digunakan pada Tegangan Tinggi

A. Transformator

Transformator (trafo) adalah alat transformasi tegangan AC dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain dengan frekuensi yang sama, dengan menaikkan atau menurunkan
tegangan. Transformator memindahkan dan mengubah besar energi listrik menggunakan prinsip
induksi elektromagnetik melalui suatu gandengan magnet (dari kumparan primer ke kumparan
skunder). Trafo menimbulkan GGL pada kumparan sekunder karena medan magnet yang berubah-
ubah akibat aliran arus listrik bolak-balik pada kumparan primer yang diinduksikan oleh besi lunak ke
dalam kumparan skunder.

Dalam bidang elektronika, transformator digunakan antara lain sebagai gandengan impedansi antara
sumber dan beban; untuk memisahkan satu rangkain dari rangkaian yang lain; dan untuk
menghambat arus searah sambil tetap melakukan atau mengalirkan arus bolak-balik antara
rangkaian.

Berdasarkan frekuensi, transformator dapat dikelompokkan sebagai berikut :

- frekuensi daya, 50–60 Hz,

- frekuensi pendengaran, 50Hz–20 kHz,

- frekuensi radio, diatas 30 kHz.

Dalam bidang tenaga listrik pemakaian transformator dikelompokkan menjadi :

- transformatror daya,

- transformatror distribusi,

- transformatror pengukuran, yang terdiri dari atas transformator arus dan transformator tegangan.

Pengujian Transformator distribusi dan transformator Gardu Induk harus dibedakan. Pengujian
transformator gardu induk tidak sesederhana pada transformator distribusi. Masing-masing
transformator akan dibahas secara terpisah. Yang pertaa kali akan dibahas adalah pengujian pada
transformator distribusi.

Pengujian Transformator Distribusi

Adapun jenis-jenis pengujian yang perlu dilakukan pada transformator disbusi adalah :

1. Pengujian ketahanan tegangan tinggi AC frekuensi kerja.

2. Pengujian tegangan tinggi impuls.

3. Pengujian tan .

4. Pengujian tahanan isolasi.


5. Pengujian minyak trafo.

- Tegangan ketahanan diterapkan antara belitan yang hendak diuji dengan belitan lain atau dengan
tanah untuk waktu tertentu. Penguian ini dilakukan setelah pengujian suhu.

- Pengujian tegangan impuls dapat dipergunakan impuls 1,5 x 40 us. Pengujian tan δ dilakukan
dengan bantuan jembatan Schering serta memperhitungkan factor koreksi. Jika harga tan δ > 1%
maka isolasi dikatakan tidak baik. Pengujian tahanan isolasi dilakukan dengan membandingkan
tahanan isolasi pada t = 10 menit dengan t = 1 menit atau dengan kata lain dengan melihat indek
polarisasi (αp). Jika harga αp = 1 maka isolasi tidak baik. Sebagai bahan perbandingan dapat dihitung
tahanan isolasi trafo dengan rumus :
𝑉
R ≥ 𝑆+1000 𝑀𝛺

dengan V = tegangan nominal trafo dalam volt.

S = Kapasitas trafo dalam kVA

- Tan delta atau sering disebut Loss Angle atau pengujian faktor disipasi adalah metoda diagnostik
secara elektikal untuk mengetahui kondisi isolasi. Jika isolasi bebas dari defect, maka isolasi tersebut
akan bersifat kapasitif sempurna seperti halnya sebuah isolator yang berada diantara dua elektroda
pada sebuah kapasitor.

Pada kapasitor sempurna, tegangan dan arus fasa bergeser 90o dan arus yang melewati isolasi
merupakan kapasitif. Jika ada kontaminasi pada isolasi contohnya moisture, maka nilai tahanan dari
isolasi berkurang dan berdampak kepada tingginya arus resistif yang melewati isolasi tersebut.
Isolasi tersebut tidak lagi merupakan kapasitor sempurna. Tegangan dan arus tidak lagi bergeser 90o
tapi akan bergeser kurang dari 90o. Besarnya selisih pergeseran dari 90o merepresentasikan tingkat
kontaminasi pada isolasi.

Gambar 6.5 merupakan gambar rangakaian ekivalen dari sebuah isolasi dan diagram phasor arus
kapasitansi dan arus resistif dari sebuah isolasi. Dengan mengukur nilai IR / IC dapat diperkirakan
kualitas dari isolasi. Pada isolasi yang sempurna, sudut akan mendekati nol. Menigkatnya sudut
mengindikasikan meningkatnya arus resistif yang melewati isolasi yang berarti kontaminasi. Semakin
besar sudut semakin buruk kondisi isolasi.

Sistem isolasi trafo secara garis besar terdiri dari isolasi antara belitan dengan ground dan isolasi
antara dua belitan.

1. Primer – Ground

2. Sekunder – Ground

3. Tertier – Ground

4. Primer – Sekunder

5. Sekunder – Tertier

6. Primer – Tertier

Kondisi isolasi trafo dapat perkirakan dengan melihat hasil pengujian tangen deltanya. Dimana untuk
interpretasi hasil pengujian merujuk ke standar ANSI C57.12.90.
- Teknik perhitungan resistansi biasanya dipergunakan sebagai referensi jika pengukuran
menggunakan Megger.

- Pada umumnya trafo daya menggunakan minyak trafo yang berfungsi sebagai bahan isolasi dan
juga sebagai pendingin. Minyak trafo harus selalu diuji untuk mengetahui apakah kekuatan dielektrik
masih layak atau tidak. Kekuatan dielektrik minyak trafo dipengaruhi oleh ketakmurnian (pencemar)
yang terkandung pada minyak trafo tersebut. Ketakmurnian dapat berupa padat, cair dan gas.

Pengujian Transformator Gardu Induk

Sampai saat ini kita hanya mendiskusikan pengujian pada transformator distribusi, sedangkan pada
transformator digardu induk diperlukan lagi beberapa pengujian tambahan, Selain itu beberapa
metoda atau hasil dari pengujian pada trafo distribusi tidak mencukupi atau belum dapat diterima
pada pada pengujian trafo gardu induk. Tidak saja minyak isolasi yang diuji tetapi juga peralatan
pendukung pada trafo tersebut perlu diuji.

- Pengujian kualitas minyak isolasi (Karakteristik) pada Transformator Gardu Induk

Oksidasi dan kontaminan adalah hal yang dapat menurunkan kualitas minyak yang berarti dapat
menurunkan kemampuannya sebagai isolasi. Oksidasi pada minyak isolasi trafo juga akan ikut andil
dalam penurunan kualitas kertas isolasi trafo. Pada saat minyak isolasi mengalami oksidasi, maka
minyak akan menghasilkan asam. Asam ini apabila bercampur dengan air dan suhu yang tinggi akan
mengakibatkan proses hydrolisis pada isolasi kertas. Proses hydrolisis tersebut akan menurunkan
kualitas kertas isolasi.

Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan atau terjadi tidaknya oksidasi didalam minyak
dilakukanlah pengujian oil quality test (karakteristik). Pengujian oil quality test melingkupi beberapa
pengujian yang metodanya mengacu pada standar IEC 60422. Adapun jenis pengujiannya berupa:

1. Pengujian kadar air. Fungsi minyak trafo sebagai media isolasi di dalam trafo dapat menurun
seiring banyaknya air yang mengotori minyak. Oleh karena itu dilakukan pengujian kadar air untuk
mengetahui seberapa besar kadar air yang terlarut / terkandung di minyak. Metoda yang dipakai
adalah metoda Karl Fischer. Metoda ini menggunakan satu buah elektroda dan satu buah generator.
Generator berfungsi menghasilkan senyawa Iodin yang berfungsi sebagai titer/penetral kadar air
sedangkan Elektroda berfungsi sebagai media untuk mengetahui ada tidaknya kadar air di dalam
minyak.

2. Dissolved Gas Analysis (DGA). Pada dasarnya DGA adalah proses untuk menghitung kadar/nilai
dari gas-gas hidrokarbon yang terbentuk akibat ketidaknormalan. Dari komposisi kadar/nilai gas-gas
itulah dapat diprediksi dampak-dampak ketidaknormalan apa yang ada di dalam trafo, apakah
overheat, arcing atau corona. Gas gas yang dideteksi dari hasil pengujian DGA adalah H2 (hidrogen),
CH4 (Methane), N2 (Nitrogen), O2 (Oksigen), CO (Carbon monoksida), CO2 (Carbondioksida), C2H4
(Ethylene), C2H6 (Ethane), C2H2 (Acetylene).

Hasil pengujian DGA dibandingkan dengan nilai batasan standar untuk mengetahui apakah trafo
berada pada kondisi normal atau ada indikasi kondisi 2, 3 atau 4. Nilai batasan standar ditunjukkan
pada tabel 5.2.1.

Apabila nilai salah satu gas ada yang memasuki kondisi 2, maka lakukan pengujian ulang untuk
mengetahui peningkatan pembentukan gas.

3. Pengujian Furan. Isolasi kertas merupakan bagian dari sistem isolasi trafo. Isolasi kertas berfungsi
sebagai media dielektrik, menyediakan kekuatan mekanik dan spacing. Proses penurunan isolasi
kertas merupakan proses depolimerisasi. Pada proses depolimerisasi isolasi kertas yang merupakan
rantai hidrokarbon yang panjang akan terputus/terpotong potong dan akhirnya akan menurunkan
kekuatan tensile dari isolasi kertas itu sendiri. Proses depolimerisasi akan selalu diiringi oleh
terbentuknya gugus furan. Nilai furan yang terbentuk akan sebanding dengan tingkat DP (degree of
polimerization).

Berdasarkan informasi besarnya kandungan gugus furan dapat diketahui estimasi atau perkiraan
kondisi DP yang dialami isolasi kertas dan estimasi sisa umur daripada kertas isolasi tersebut
(Estimated percentage of remaining life – %Eprl)

4. Pengujian kadar asam. Minyak yang rusak akibat oksidasi akan menghasilkan senyawa asam yang
akan menurunkan kualitas kertas isolasi pada trafo. Asam ini juga dapat menjadi penyebab proses
korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat dari bahan metal. Untuk mengetahui seberapa
besar asam yang terkandung di minyak, dilakukan pengujian kadar asam pada minyak isolasi.
Besarnya kadar asam pada minyak juga dapat dijadikan sebagai dasar apakah minyak isolasi trafo
tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau diganti.

Pada dasarnya minyak yang akan diuji dicampur dengan larutan alkohol dengan komposisi tertentu
lalu campuran tersebut (bersifat asam) di titrasi (ditambahkan larutan) dengan larutan KOH (bersifat
basa). Perhitungan berapa besar asam yang terkandung didalam minyak didasarkan dari berapa
banyak KOH yang dilarutkan. Pengujian ini mengacu pada standar IEC 62021 – 1

5. Pengujian Corrosive Sulfur. Salah satu yang dapat menurunkan kualitas isolasi kertas pada trafo
adalah corrosive sulfur yang terkandung di dalam minyak isolasi trafo. Corrosive sulfur adalah
senyawa sulfur yang bersifat tidak stabil terhadap suhu yang berada di minyak isolasi yang dapat
menyebabkan korosi pada komponen tertentu dari trafo seperti tembaga dan perak. Senyawa sulfur
yang terkandung di dalam minyak isolasi saat bersentuhan dengan Tembaga (Cu) maka akan
bereaksi dengan tembanga (Cu) dari belitan trafo tersebut. Tidak memerlukan panas dalam reaksi
tersebut, namun dengan adanya peningkatan suhu maka reaksi akan lebih cepat. Reaksi ini akan
menghasilkan Copper Sulfide yang akan terbentuk dipermukaan tembaga dan meresap kedalam
lapisan isolasi kertas yang membungkus belitan trafo. Karena sifat dari copper sulfide adalah
konduktor maka semakin banyak senyawa tersebut terbentuk maka akan semakin banyak juga
penurunan kekuatan isolasi dari kertas tersebut. Metoda pengujian corrosive sulfur mengacu kepada
standar ASTM D 1275 / 1275 b. Tingkatan korosif suatu minyak ditunjukan dengan perubahan warna
pada media uji berupa tembaga (Cu).

Pengujian Perlengkapan Trafo

Pada trafo gardu induk selain pengujian minyak juga dilakukan pengujian perlengkapan yaitu: Rele
Jansen dan Rele Bucholz dan pengujian belitan trafo. Kedua rele tersebut tidak mensensor arus atau
tidak bekerja jika jaringan mengalami gangguan. Rele rele tersebut bekerja jika terjadi ketidak
normalan pada internal trafo.

1. Rele Bucholz. Rele bucholz menggunakan kombinasi limit switch dan pelampung dalam
mendeteksi ketidaknormalan di transformator. Oleh karena itu perlu dipastikan limit switch dan
pelampung tersebut masih berfungsi dengan baik. Indikasi alarm yang diinformasikan dari rele ke
ruang kontrol disampaikan melalui kabel kontrol. Pengujian rele bucholz juga ditujukan untuk
memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga malkerja rele yang berakibat
pada kesalahan informasi dapat dihindari.
2.Pengujian rele Jansen. Sama halnya dengan rele bucholz, indikasi alarm dari rele jansen yang
diinformasikan ke ruang kontrol disampaikan melalui kabel kontrol. Pengujian rele jansen ditujukan
untuk memastikan kondisi kabel kontrol masih dalam kondisi baik sehingga malkerja rele yang
berakibat pada kesalahan informasi dapat dihindari.

3. Pengujian belitan Trafo. Pengujian belitan trafo gardu induk sama seperti pengujian belitan pada
pada trafo distribusi.

B. Kabel Daya

Kabel adalah materi penghantar yang dilapisi bahan isolasi dan bahan pelindung sedemikian rupa
sehingga penghantar tersebut tahan terhadap pengaruh luar seperti air, udara, kelembaban serta
pengaruh mekanis. Kabel daya biasanya dibedakan atas 2 bagian, yaitu :

- Kabel tampa logam pelindung

- Kabel dengan lapisan pelindung.

Bahan isolasi yang sering dipergunakan untuk isolasi kabel daya adalah:

1. Pita isolasi, terbuat dari kertas atau kain yang dicelupkan pada vernis.

2. Karet sintetis.

3. PVC (Polyvinyl Chloride)

Isolasi lapisan kertas mengandung lapisan lapisan pita kertas mengelilingi konduktor. Ruang antar
lapisan kertas diisi cairan isolasi yang berfungsi untuk meningkatkan viskositas. Isolasi katun digunakan
untuk membungkus konduktor. Isolasi jenis ini biasanya dipergunakan untuk trafo dan switch .

Isolasi karet biasanya dibuat dari karet alam atau karet sintetis. Komposisi karet antara 20% - 90%
dengan campuran bahan lain untuk memperoleh keuntungan yang tidak dimiliki oleh karet. Sistem
pelindung isolasi terbuat dari bahan logam nonmagnetic, sementara lapisan bawahnya terbuat dari
semikonduktor non-logam. Ada juga sistem pelindung terbuat dari bahan isolasi yang berfungsi untuk
memperoleh distribusi tegangan yang merata diseluruh bahan dielektrik. Lapisan ini juga melindungi
kabel dari benda benda lain yang dapat menginduksi tegangan kabel dan untuk membatasi radio
interferensi. Jika lapisan logam pelindung ditanahkan maka akan berfungsi mengurangi bahaya
kejutan listrik pada keadaan tak sengaja. Kegagalan yang sering terjadi pada kabel daya yang sedang
dipakai pada operasi sehari-hari disebabkan karena isolasinya membusuk atau karena terjadi
breakdown pada bagian bagiannya. Melemahnya isolasi ini disebabkan karena panas, kelembaban,
kerusakan mekanis, korosi kimiawi, korona, dan lain-lain. Apabila korelasi antara karakteristik listrik
dan umur isolasi dapat diketahui maka proses pelemahan kabel dapat diketahui.

Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui proses pelemahan yang terjadi agar kegagalan dalam
operasi dapat dihindari. Bahan isolasi yang baik adalah yang rugi-rugi dielektriknya kecil, mempunyai
kekuatan mekanik yang tinggi, bebas dari penyerapan gas dan cairan, tahan terhadap pelemahan
akibat panas dan kimiawi. Peristiwa kimiawi yang dialami bahan dielektri anatara lain:

- oksidasi

- Hidrolisa

- Reaksi kimia
- Breakdown akibat internal discharge.

Pengujian yang dilakukan terhadap kabel daya adalah :

1. Pengukuran tahanan isolasi.

2. Pengujian ketahanan tegangan tinggi AC frekuensi kerja.

3. Pengujian ketahanan tegangan tinggi impuls.

C. Konduktor

- Jenis Konduktor yang digunakan:

a. Tembaga dengan konduktivitas 100% (Cu 100%)

b. Tembaga dengan konduktivitas 97,5% (Cu 97,5%)

c. Aluminium dengan konduktivitas 61% (Al 61%)

- Kawat Tembaga

Kelebihan: konduktivitas dan kuat tarik yang lebih tinggi

Kelemahan: lebih berat dan lebih mahal dari aluminium

- Kawat Aluminium

Untuk memperbesar kuat tarik dari kawat aluminium, digunakan campuran aluminium (aluminium
alloy). Untuk saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan,
mencapai ratusan meter, digunakan kawat penghantar ASCR, karena dibutuhkan kuat tarik yang lebih
tinggi. Saat ini dikembangkan penggunaan T-ASCR (Thermal Alluminium Steel Reinforce) yang memiliki
kemampuan hantar arus (KHA) kurang lebih 1,7 kali dari KHA ASCR.

- Kuat penghantar aluminium terbagi menjadi:

a. AAC (All-Aluminium Conductor), konduktor yang seluruhnya terbuat dari aluminium

b. AAAC (All-Aluminium Conductor), konduktor yang seluruhnya terbuat dari campuran aluminium

c. ACSR (Aluminium Conductor, Steel-Reinforced), konduktor aluminium berinti kawat baja

d. ACAR (Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced), konduktor aluminium yang diperkuat dengan


logam campuran

- PLN menetapkan ketentuan suhu operasi maksimum konduktor saluran udara transmisi sebesar 75°C

- Pertimbangan pemilihan ukuran konduktor

a. Tensile Strength

b. Strain Strength

c. Voltage Drop

d. Power Loss
e. Length of Line

f. Cost

g. Minimum requirements to avoid corona

h. Continous current and short-time current carrying rating

D. Isolator

Pengujian yang dilakukan pada isolator:

1. Pengujian Flashover AC Kering.

2. Pengujian Flashover AC Basah.

3. Pengujian Flashover tegangan Impuls.

4. Pengujian Frekuensi tinggi.

Flashover adalah peristiwa gagalnya udara disepanjang permukaan isolator melaksanakan fungsinya
sebagai isolasi atau dengan kata lain mengalirnya arus pada permukaan bahan isolator. Tegangan
Flashover pengujian sangat dipengaruhi oleh bentuk elektoda dan benda yang ada disekelilingnya.
Oleh sebab itu pada waktu pengujian elektroda dan benda yang disekelilingnya harus diatur
sedemikian rupa sehingga kedaan yang sebenarnya dapat ditirukan.

E. Elektroda

Tipe-tipe Elektroda yang digunakan sebagai Peralatan Tegangan Tinggi:

- Elektroda Batangan

- Elektroda Bola

- Elektroda Jarum

- Elektroda Plat

Pengujian yang dapat dilakukan adalah Pengujian Tegangan Tembus Elektroda yang bertujuan untuk
memahami pengaruh faktor bentuk elektroda dan jarak kedua elektroda terhadap breakdown
voltage.

F. Lightning Arrester

Alat Pelindung arrester berfungsi melindungi peralatan tenaga listrik dengan cara membatasi surja
tegangan lebih dan mengalirkannya ketanah. Persyaratan yang dituntut oleh peralatan ini ialah
harus memiliki protective ratio yang tinggi yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum
yang diperbolehkan pada waktu pelepasan dan tegangan system 50 Hz maksimum yang dapat
ditahan sesudah pelepasan (discharge) terjadi. Tabel 5.4 contoh dari tegangan surja pada saat
arrester bekerja. Sebelum Lightning arrester dipasang maka ia harus terlebih dahulu diuji, apakah
sudah memenuhi spesifikasinya. Pengujian yang dilakukan antara lain:
1. Pengujian tegangan frekuensi kerja.

2. Pengujian tegangan impuls tiruan standart (petir).

Penggunaan arrester dapat mengurangi bahan penggunaan bahan isolasi sampai 80 % BIL (Basic
Insulation Impulse Level). Tegangan gagal sela disebut juga tegangan percik pada frekuensi system
50 Hz harus mempunyai harga yang tinggi untuk mengurangi seminimum mungkin pelepasan yang
disebabkan oleh adanya hubung singkat ketanah dan surja hubung. Tegangan pelepasan disebut
juga tegangan sisi (residual) atau jatuh tegangan I.R adalah tegangan antara terminal terminal
arrester bila ia sedang melalukan arus surja.

G. Bushing

Bushing merupakan konduktor yang diselimuti oleh isolator padat, biasanya konduktor yang
diselimuti oleh porselin. Sehingga bentuk bushing sebahagian besar sama dengan isolator tetapi
memiliki penghantar pada bagian tengahnya. Fungsi bushing sendiri adalah untuk menghantarkan
arus tanpa harus terjadi flashover pada bagian peralatan tersebut, misalnya pada transformator.
Pengujian yang dilakukan pada bushing adalah penguian kekuatan dielektrik sesuai dengan
ketentuan table 5.5 dan pengujian lompatan api 50 %.

H. Circuit Breaker (CB)

Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan yang mampu menutup,
mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi normal atau dalam kondisi abnormal/
gangguan seperti kondisi short circuit.

Berdasarkan bahan isolasi (Pemadaman Busur api) yang dipergunakan, maka CB dibedakan menjadi:
Gas SF6, Minyak, udara Hembus (Air Blast), dan Hampa Udara (Vacuum).

Gas SF6, media pemadam busur api yang timbul pada waktu memutus arus listrik, mempunyai
kekuatan dielektrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan dielektrik ini
bertambah seiring dengan pertambahan tekanan.

CB dengan minyak, digunakan mulai dari tegangan menengah 6 kV sampai tegangan ekstra tinggi
425 kV dengan arus nominal 400 A sampai 1250 A dengan arus pemutusan simetris 12 kA sampai 50
kA, dibedakan menjadi :

· CB menggunakan banyak minyak (bulk oil)

· CB menggunakan sedikit minyak (small oil)

CB Pemadam busur api dengan udara hembus/air blast menggunakan udara sebagai media
pemadam busur api dengan menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini disebut juga sebagai
PMT Udara Hembus (Air Blast).

CB Pemadam busur api dengan Hampa Udara (Vacuum). Ruang hampa udara mempunyai kekuatan
dielektrik (dielektrik strength) yang tinggi dan sebagai media pemadam busur api yang baik. Saat ini,
PMT jenis vacuum umumnya digunakan untuk tegangan menengah (24kV). Jarak (gap) antara kedua
katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiap kenaikan tegangan 3 kV. Ruang kontak
utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain, kaca atau plat baja yang kedap
udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20 tahun.
Karena kemampuan dielektrik yang tinggi maka bentuk pisik PMT jenis ini relatip kecil.

Pengukuran / Pengujian Media Pemutus Gas SF6

Sebagaimana diketahui Gas SF6 pada CB berfungsi sebagai media pemadam busur api listrik saat
terjadi pemutusan arus listrik (arus beban atau arus gangguan). Selain itu, gas ini berfungsi sebagai
isolasi antara bagian – bagian yang bertegangan (kontak tetap dengan kontak bergerak pada ruang
pemutus) pada CB, serta sebagai isolasi antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak
bertegangan. Saat ini gas SF6 banyak digunakan pada CB atau GIS (Gas Insulating Switchyard) mulai
dari tegangan 20 kV sampai dengan 500 kV karena gas SF6 mempunyai sifat / karakteristik yang lebih
baik dari jenis bahan isolasi lainnya.

Pengujian/pengukuran gas SF6 pada CB meliputi :

1. Pengukuran Tekanan Gas SF6.

2. Pengukuran karapatan (density) gas SF6.

3. Dekomposisi produk (impurity) gas SF6.

Pemeriksaan tekanan/kerapatan gas SF6 pada CB atau GIS konvensional dilakukan untuk
mengetahui apakah tekanan/kerapatan gas SF6 masih berada pada batas tekanan ratingnya (rated
pressure)

Alat ukur yang digunakan untuk pemeriksaan tekanan gas tersebut baik yang terpasang permanen
maupun yang tidak, ada dua macam yaitu:

1. alat ukur yang hanya dapat mengukur tekanan gas saja ( standard pressure ) dan alat ini
digunakan pada PMT dan GIS < 150 kV.

2. alat yang dapat mengukur tekanan dan kerapatan gas ( densimeter ) alat ini terpasang
pada PMT / GIS 500 kV

Gas SF6 selain berfungsi sebagai isolasi juga berfungsi sebagai pemadam busur api listrik saat terjadi
pemutusan arus. Pada setiap pemadaman busur api listrik gas SF6 akan mengalami proses kimia
yang dapat mengakibatkan perubahan sifat gas SF6 tersebut. Untuk mengetahui perubahan sifat gas
(terutama pada GIS) perlu dilakukan pengukuran/pengujian Kemurnian (Impurity test) dan
Dekomposisi product (Decomposition product test). Pengujian kemurnian gas SF6 dilaksanakan
untuk mengetahui perubahan kandungan gas SF6 setelah mengalami penguraian karena telah
bekerja sekian kali/lama memadamkan busur api listrik. Alat yang digunakan untuk menguji
kemurnian gas SF6 tersebut adalah Impurity test. Pengujian dekomposisi produk dilaksanakan
apabila diperlukan setelah melihat terlebih dahulu hasil pengujian kemurnian gas SF6 dan juga dari
hasil evaluasi jumlah gangguan dan besar arus gangguan yang terjadi dalam periode tertentu.

Pengukuran / Pengujian Media Pemutus Minyak (Oil)

Untuk mengetahui apakah minyak CB masih layak operasi sesuai dengan standard pengusahaan
maka perlu adanya acuan yang sesuai. Karakteristik dan fungsi bahan isolasi minyak pada CB adalah
berbeda dengan karakteristik minyak isolasi pada transformator. Selain berfungsi sebagai isolasi
terhadap tegangan tinggi (menengah) bahan isoalsi minyak pada CB juga berfungsi sebagai
pemadam busur api listrik (arching) pada saat pemutusan arus beban atau bila terjadi arus
gangguan. Ada beberapa CB yang menggunakan minyak volume banyak (bulk-oil) dan ada yang
menggunakan relatip sedikit minyak (low oil contents).

Kelayakan operasi CB dengan bahan isoalsi minyak tergantung pada banyak faktor, terutama yang
menyangkut kualitas minyak itu sendiri. Faktor yang sering dijadikan acuan antara lain :

a) Kandungan gas terlarut dalam minyak (terutama gas Hydrogen dan Acethylene)

b) Jumlah kandungan partikel

c) Tegangan tembus minyak

Khusus PMT jenis sedikit minyak ( low oil contents ) perlu dilakukan analisa komersial tentang
untung dan ruginya. Karena biaya penggantian minyak baru dibandingkan dengan biaya untuk uji
kandungan gas terlarut dalam minyak perlu menjadi bahan pertimbangan. Sehingga untuk
operasional PMT low oil contents jarang dilakukan pengujian karakteristik minyak dan cenderung
diganti dengan minyak sejenis yang baru.

Pengukuran / Pengujian Media Pemutus Vacuum

Pengukuran/pengujian karakteristik media pemutus vacuum adalah untuk mengetahui apakah


kevacuum-an ruang kontak utama (breaking chamber) PMT tetap hampa sehingga masih berfungsi
sebagai media pemadam busur api listrik.

PMT jenis vacuum kebanyakan digunakan untuk tegangan menengah dan hingga saat ini masih
dalam pengembangan sampai tegangan 36 kV.

Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiap kenaikan
tegangan 3 kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis ini dengan
dihubungkan secara serie.

Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porcelain, kaca atau plat
baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan umur kontak utama
sekitar 20 tahun. Karena kemampuan ketegangan dielektrikum yang tinggi maka bentuk pisik PMT
jenis ini relatip kecil.

I. Alat Pengaman Transmisi

Pengaman Transmisi terbagi menjadi:

1. Kawat Tanah (Grounding Cable) dan perlengkapannya

2. Pentanahan Tiang

3. Jaringan pengaman (Safety Net)

4. Bola pengaman (Balistor)

Anda mungkin juga menyukai