NIM : 2001031031
Keterangan :
IP = Indeks Polaritas
R1 = Nilai tahanan isolasi pengujian menit pertama, R10 = Nilai tahanan isolasi pengujian pada
menit kesepuluh.
Jika nilai indeks polaritas (IP) terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa isolasi telah
terkontaminasi oleh kotoran, kelembaban, suhu dan arus bocor. Metode ini digunakan untuk
mengetahui kondisi isolasi berdasarkan hasil pengujian tahanan isolasi. Kondisi isolasi berdasarkan
indeks polarisasi menurut standard IEEE- 62 tahun 1995 ditunjukan pada Tabel 3.1 [9].
Tabel 3.1 Tabel Indeks Polarisasi (IP) menurut standar IEEE-62 tahun 1995
Hasil Keterangan Rekomenda
si
Pengujia
n
<1 Berbahaya Ditindak
lanjuti
1-1,1 Jelek Ditindak
lanjuti
1,1-1,25 Dipertanyak Uji kadar
an
minyak,
uji
tangen delta
1,25-2 Baik -
>2 Sangat baik -
High Voltage Insulation Tester ini digunakan untuk mengukur nilai tahanan isolasi antara
belitan dengan ground atau antara dua belitan. Untuk prinsip pengukuran High Voltage Insulation
Tester sama dengan Ohm Meter, yaitu memberikan tegangan dari alat ukur ke isolasi peralatan, dan
karena nilai resistansi isolasi ini cukup tinggi maka diperlukan tegangan yang cukup tinggi pula
agar arus dapat mengalir.
Merk KYORITSU
Type KEW 3123A Tegangan pengukuran yang digunakan
Tegangan 5000/1000 V tergantung pada
Inject tegangan kerja dari alat yang akan diukur.
Rentangan 5GΩ/200GΩ (Auto-ranging) (5000V) Tegangan untuk mengetes isolasi dapat
Ukur 10GΩ/400GΩ (Auto-ranging) (10000V
dirubah berdasarkan pada keadaan
Satuan Giga Ohm (GΩ) tergantung pada kelas isolasi yang
Akurasi ± 5% rdg digunakan. Besar tahanan
Tegangan isolasi yang memenuhi persyaratan secara
Sumber R6 (AA) (1.5V) × 8
umum, ditentukan oleh tegangan kerja dari
Dimensi 200 (L) × 140 (W) × 80 (D) mm
peralatan tersebut. Adapun parameter yang
Berat ± 1 kilogram
di ukur pada saat pengujian transformator
yaitu hambatan insulation sehinga didapat
index polarisasi. Adapun spesifikasi teknis
dari High Voltage Insulation Tester dapat
dilihat pada Tabel 4.1
Untuk isolasi belitan yang baik, nilai indeks polarisasi harus minimum 1.25 pada
pengukuran di temperatur 20 C. Umtul nilai Indeks Polarisasi dibawah diantara 1.25-2,0, peralatan
masih dapat dioperasikan, tapi perlu pengawasan dan pemantauan berkala. Nilai Indeks Polarisasi
dibawah 1.25, mengindikasikan isolasi belitan peralatan tersebut dalam keadaan basah, kotor atau
sudah ada yang bocor. Sehingga perlu dilakukan pembersihan, pengeringan dan refurbish apabila
ditemukan kerusakan pada isolasinya.
Transformator distribusi ada berbagai macam jenis dari merk dan tipenya, semua
keterangan dari masing – masing jenis transformator ada pada name plat. Berikut adalah name plat
transformator yang diuji pada Gambar 4.3
2.4 Data Hasil Pengujian Tahanan Isolasi Transformator Setelah melakukan pengujian tahanan
isolasi pada
transformator distribusi pada PT. PLN (Persero) UP3 Bengkulu maka diperoleh hasil pengukuran.
Disini penulis mengukur dua jenis transformator sebagai perbandingan antara transformator yang
masih dalam kondisi baik dan rusak yang dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan 4.3
Dari kedua Tabel diatas yaitu Tabel 4.2 dan 4.3 didapatkan hasil pengukuran tahanan
isolasi transformator. Pada Tabel 4.2 hasil pengukuran tahanan isolasi transformator
(TRAFINDO) dan Tabel 4.3 adalah hasil pengukuran tahanan isolasi transformator (B&D
TRANSFORMER). Pada Transformator TRAFINDO didapatkan R - Body : 35 M Ohm, S -
Body : 40 M Ohm, T - Body : 40 M Ohm untuk Primer – Body, R-r : 40 M Ohm, S-s : 40 M
Ohm, T-t : 40 M Ohm untuk Primer – Sekunder, r - Body : 30 M Ohm, s - Body : 30 M Ohm, t -
Body : 30 M Ohm untuk Sekunder – Body. Untuk Primer – primer dan Sekunder – sekunder
adalah 0 G Ohm.
Pada Transformator B&D Transformer didapatkan hasil pengukuran tahanan isolasinya
yaitu R - Body : 6 M Ohm, S - Body : 6 M Ohm, T - Body : 6 M Ohm untuk Primer – Body, R-r :
2 M Ohm, S-s : 2 M Ohm, T-t : 2 M Ohm, r - Body : 4 M Ohm, s - Body : 4 M Ohm, t - Body : 4
M Ohm untuk Sekunder – Body. Untuk Primer – primer dan Sekunder – sekunder yaitu sama G M
Ohm. Referensi hasil pengukuran tahanan isolasi adalah 1 MOhm/kV (SE PLN
No.032/PST/1984), tahanan isolasi kumparan trafo sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan SE.
032/PST/1984 adalah : Menurut standard VDE (catalouge 228/4) minimum besarnya tahanan
isolasi kumparan trafo, pada suhu operasi dihitung “ 1 kilo Volt = 1 MΩ (Mega Ohm) “ dan untuk
batas minimum transformator dalam kondisi baik adalah 20 untuk inject 5000V. Dari kedua
transformator diatas dapat dilihat menurut batasan minimum 20 G Ohm, bahwa TRAFINDO
Transformator dapat dioperasikan atau baik, sedangkan B&D Transformer tidak layak
dioperasikan karena < 20 G Ohm atau kurang dari 20 G Ohm.
2.5 Data Hasil Indeks Polarisasi (Polarization Index)
Setelah dilakukan pengujian tahanan isolasi transformator dan pengambilan data di PT. PLN
(Persero) UP3 Bengkulu, untuk memastikan peralatan tersebut layak dioperasikan selain dari
pengujian, dilakukan perhitungan Indeks Polarisasi (Polarization Index). Perhitungan ini hanya
dilakukan pada transformator TRAFINDO dikarenakan jenis transformator ini sudah layak
dioperasikan menurut pengujian tahanan isolasinya. Pengujian Ini digunakan persamaan 2.2
1) Primer – Body (Ground)
𝑅10
𝐼𝑃 =
𝑅1
50 𝐺 𝑂ℎ𝑚
𝐼𝑃 =
40 𝐺 𝑂ℎ𝑚
𝐼𝑃 = 1,25
2) Sekunder – Body (Ground)
𝑅10
TRAFINDO Transformer dan B&D Transformer yaitu pada Grafik 4.1 dan 4.2
Dari Grafik 4.1 dan 4.2 diatas untuk nilai index polarisasi pada TRAFINDO Transformer
menunjukkan dalam kondisi baik dengan nilai IP Primer – Body yaitu: R-Body = 1,25, S-Body
dan T-Body=1,33 dan nilai index polarisasi Sekunder- Body yaitu : r-Body = 1,5, s- Body dan T-
Body = 1,42 (standar baik antara 1,25 – 2,0).
Nilai index polarisasi pada B&D Transformer menunjukkan dalam kondisi kurang baik
(jelek) dengan nilai IP Primer – Body yaitu : R-Body = 1.08, S-Body dan T-Body=1.07 dan nilai
index polarisasi Sekunder- Body yaitu : r-Body = 1.125, s-Body dan T-Body = 1,2 (standar baik
antara 1,25 – 2,0)
1. Pengujian tegangan tembus isolasi minyak transformator fasilitas gedung
Fasilitas Gedung dalam pengoperasian catu daya menggunakan sebuah unit transformator dengan
kapasitas trans- formator 630 kVA, tegangan sisi primer terhubung dengan tegangan menengah 20
kV, tegangan sisi sekunder adalah 380–220 Volt.
Sistim kerja Transformator adalah seperti pada umumnya Transformator, bila kumparan primer
dihubungkan dengan tegangan/arus bolak-balik maka pada kumparan tersebut timbul fluksi yang
menginduksikan tegangan, bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka akan
mengalir arus pada minyak trafo.
Minyak Transformator.
Fungsi dari minyak Transformator adalah sebagai berikut:
Isolasi yaitu mengisolasi kumparan didalam trafo supaya tidak terjadi loncatan bunga
api listrik (hubunganpendek) akibat tegangan tinggi.
Pendingin yaitu mengambil panas yang ditimbulkan sewaktu transformator berbeban lalu
melepaskannya.
Melindungi komponen-komponen di dalam Transformator terhadap korosi danoksidasi.
Spesifikasi dan metode pengetesan minyak yang digunakan untuk minyak isolasi transformator
adalah menggunakan standar IEC Publ 296 “Specification for unused mineral insulating oil for
transfor- mer and switchgear”.
Jika minyak isolasi transformer didatangkan dengan tangki tersendiri, besar moisture yang terdapat
dalam minyak tidak boleh lebih besar dari 10 ppm dan dalam masa pengangkutan minyak tidak
boleh terkontaminasi oleh udara, maka sebelum minyak dipompakan ke dalam tangki
transformator perlu dilakukan penyaringandan pemurnian (Treatment).
Pengaman Transformator.
Sistim pengaman pada Transfor- mator diantaranya adalah sebagai berikut:
- Tangki dan Konservator.
Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam minyak transformator berada dalam
tangki. Untuk menampung pemuaian minyak transformator, tangki dilengkapi dengan
konservator.
- Pendingin.
Pada inti besi dan kumparan- kumparan akan timbul panas akibat rugi- rugi besi dan rugi-rugi
tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, akan merusak
isolasi di dalam transformator, maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan
tersebut transformator perlu dilengkapi dengan sistem pendingin. Sedangkan untuk
menyalurkan panas keluar transformator dengan melalui kisi-kisi dari tangki minyak
transformator sebagai mediator pemindah panas yang bersinggungan langsung dengan udara
luar. Media yang digunakan pada sistem pendingin dapat berupa udara atau gas, minyak dan
air.
- Alat pernapasan.
Karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun suhu udara luar, maka suhu
minyakpun akan berubah- ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila suhu minyak tinggi, minyak
akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan minyak keluar dari dalam tangki.
Sebaliknya bila suhu minyak turun, minyak menyusut maka udara luar akan masuk ke dalam
tangki.
Kedua proses di atas disebut pernapasan transformator.
Permukaan minyak transformator akan selalu bersinggungan dengan udara luar yang menurunkan
nilai tegangan tembus minyak transformator, yang menyebabkan ketidak murnian pada minyak.
Maka untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara luar dilengkapi tabung
berisi kristal zathygroskopis ( Sillikagel).
Pemakaian minyak transformator mempunyai persyaratan khusus yang telah di atur oleh
SPLN'50-1982 “Pedoman Pepengujian Transformator Terendam Minyak”. dan IEC
No.56.Thn1991 antara lain mengenai persyaratan dan keandalan minyak transformator dengan
daya tembus minyak harus serendah-rendahnya 30 kV
/2,5 mm.
Berdasarkan peraturan tersebut dan mengingat faktor keamanan dan kesela- matan, maka perlu
kiranya dilakukanpengujian daya tembus minyak trans- formator secara berkala.
Prosedur kerja.
Peralatan yang dapat digunakan selain Merk Megger, Tipe OTS60PB, misalnya Merk
Hipotronics type EP600CD.Cara pengujian:
a. Bersihkan tempat sample oli dari kotorandengan mencucinya dengan oli sampaibersih.
b. Ambil contoh/sample oli yang akan diuji, usahakan pada saat pengambilan
sample oli tidak tersentuh tangan atau terlalu lama terkena udara luar karena oli
/minyak ini sangat sensitive.
c. Tempatkan sample oli pada alat test.
d. Nyalakan power alat test.
e. Tekan tombol start dan counter akan mencatat secara otomatis sejauh mana kemampuan
dielektrik oli tersebut. Setelah counter berhenti dan tombol reset menyala, tekan tombol reset
untuk mengembalikan ke posisi semula.
f. Hasil pengujian tegangan tembus diambil rata-ratanya setelah dilakukan 6 (lima) kali
dengan selang waktu 30 detik.
Cara kerja
Cara pengujian minyak transfor- mator dilakukan sesuai dengan Standar SPLN'50-1982 dan IEC
No.56.Thn1991.
Cara kerja pengujian tersebut adalahsebagai berikut: [4]
Pengambilan sampel sebanyak setengah liter dengan cara membuka katup buang tanki yang
terletak pada bagian bawah dari tangki. Gambar 1 berikut ini menunjukkan katub buang tangki
minyak Transformator.
Tombol Start
Alat penguji tersebut dilengkapi dengan dua buah elektroda positip dan negatip dengan
diameter 12,5 mm. Kerapatan diatur 2,5 mm kemudian disambung pada jalur listrik, tuas Main
Circuit Breaker (MCB) yang terdapat pada panel penguji di naikkan. Regulator diatur pada
posisi 2 kV, naikkan setiap detik sampai terjadi loncatan bunga api antara dua buah elektroda.
Hal ini dilakukan enam kali pengujian dengan selang waktu 30 detik, dilakukan setiap kali
proses pengujian sebanyak enam kali, dan diambil rata-rata.
Lebih jelasnya seperti pada Gambar 3.
Pengujian tegangan tembus isolasi minyak Transformator dilakukan pada suhu 30 oC dengan
menggunakan alat uji merk : Megger tipe OTS60PB.
Mulai
Tembus minyak Transformator setelah dila-
kukan proses purifikasi /treatment ditunjuk-
kan pada Tabel 2 berikut ini.
35 80
30 70
Pengujian 60
25 Waktu (detik)
50
20
40
15 Teg. Tembus Rata-rata Teg.
30 Tembus /2,5 (kV)
10 /2,5 mm (kV) 20
5
10
0 0
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6
35
30
25
Waktu (detik)
20
15 Rata-rata Teg.
10 Tembus /2,5 (kV)
5
0
1 2 3 4 5 6
100
80
Pengujian
60
40 Teg. Tembus
20 /2,5 mm (kV)
0
1 2 3 4 5 6
Jika dibandingkan dengan peraturan yang telah ditetapkan menurut SPLN'50- 1982 dan IEC
No. 56 tahun 1991, minyak trafo tergolong di bawah standar (standar ≥
30 kV/2,5 mm). Perubahan penurunan tegangan tembus minyak transformator disebabkan
adanya partikel uap air dalam minyak. Terjadinya penambahan partikel air pada minyak trafo,
karena pengaruh naik turunnya beban transformator maupun temperatur udara luar. Oleh
sebab itu, temperatur minyakpun akan berubah-ubah mengikuti keadaan tersebut. Bila
temperatur minyak tinggi, minyak akan memuai dan mendesak udara di atas permukaan
minyak keluar dari dalam tangki. Sebaliknya apabila temperatur minyak turun, minyak
menyusut sehingga udara luar akan masuk ke dalam tangki. Kedua proses di atas disebut
pernapasan transformator.
Permukaan minyak transformator akan selalu bersinggungan dengan udara luar sehingga uap
air dalam udara masuk ke minyak transformator dan menurunkan nilai tegangan tembus
minyak transformator. Apabila silikagel berfungsi dengan baik maka udara yang masuk ke
dalam minyak
transformator menjadi kering. Untuk mencegah hal tersebut, pada ujung pipa penghubung udara
luar dilengkapi tabung yang terisi kristal zat higroskopis (Sillikagel). Sillikagel dinyatakan jenuh
apabila telah terjadi perubahan warna, yakni dari warna dasar biru menjadi merah. Perubahan
warna tersebut disebabkan minyak transformator yang telah merembes ke dalam sillikagel.
Rembesan minyak transformator tidak akan terjadi apabila minyak transformator dalam kondisi
baik dengan kandungan partikel air tidak terlalu banyak bedasarkan hasil uji tegangan tembus
yang berada di bawah standar. Dapat dipastikan bahwa minyak transformator sudah dapat diganti
dengan minyak transformator yang baru atau dilakukanpenanganan.
Setelah dilakukan penanganan perawatan rutin dan melalui proses purifikasi /treatment pada
minyak transformator diperoleh rata-rata hasil pengujian tegangan tembus isolasi minyak
transformator sebesar 72,05 kV /2,5 mm (lihat Gambar 7), menurut SPLN'50-1982 dan IEC No.
56 tahun 1991, minyak transformator tergolong diatas standar (standar ≥ 30 kV/2,5 mm).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pengujian tegangan tembus isolasi minyak Transformator fasilitas Gedung dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tegangan tembus rata-rata isolasi minyak. Transformator pada suhu 30oC sebelum
dilakukan proses purifikasi
/treatment dalah 22,4 kV /2,5 mm, menurut SPLN' 50-1982 dan IEC No.56 Tahun 1991.
Isolasi minyak Transformator tergolong dibawah standar (standar ≥ 30 kV /2,5 mm).
2. Warna minyak Transformator masih dalam kategori baik, yaitu angka 2 (belum
disyaratkan untuk diganti).
3. Tegangan tembus rata-rata isolasi minyak Transformator pada suhu 30oC setelah
dilakukan proses purifikasi
/treatment adalah 72,05 kV /2,5 mm, menurut SPLN'50-1982 dan IEC No.56 Tahun
1991 isolasi minyak Transformator tergolong diatas standar (standar ≥ 30 kV/2,5 mm).
Saran
1. Perlu dilakukan penanganan guna menjaga kesetabilan dan
keselamatan transformator dari kerusakan.
2. Perlu dilakukan penggantian sillika gel, karena sillikagel merupakan filter
penghubung dengan udara luar. Untuk perawatan minyak transformator perlu
dilakukan pengujian daya tembus minyak dan silikagel setiap dua tahun sekali.
2. PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS PADA MINYAK TRAFO
Umumnya, kegagalan alat listrik pada waktu dipakai karena kegagalan isolasi dalam
menjalankan fungsinya sebagai isolator. dalam hal ini isolasi minyak merupakan hal yang
sangat penting dalam peralatan sistem tenaga khususnya transformator, circuit breaker.
Isolasi minyak mempunyai kerapatan lebih tinggi daripada isolasi gas, dan dapat mengisi
celah atau ruang yang akan diisolasi secara serentak. Akan tetapi minyak juga mudah
terkontaminasi. partikel-partikel dan uap air yang menyebabkan ketidakmurnian dalam
minyak.
Karena mudahnya isolasi cair terkontaminasi sehingga menyebabkan jumlah isolasi cair
yang tidak lagi di pakai bertambah banyak karena kekuatan dielektriknya menurun,
semakin banyak isolasi cair yang tidak layak pakai yang akan menjadi sampah bahkan
akan menjadi limbah yang akan menyebabkan pencemaran lingkungan. dan juga isolasi
dari minyak bumi yang sewaktu- waktu akan
berkurang jumlahnya. Untuk mengembalikan lagi kekuatan dielektrik isolasi cair yang
tidak di pakai lagi dengan cara di filter ulang, dengan mencoba melakukan pengukuran
tegangan tembus minyak trafo bekas sebelum dan sesudah di filter menggunakan alat
uji minyak merk Megger OTS100AF dengan acuan standard pengujian IEC 156.
1. LANDASAN TEORI
dikatakan bahwa medan listrik merupakan suatu beban yang menekan dielektrik agar
berubah sifat menjadi konduktor.
Beban yang dipikul dielektrik disebut juga terpaan medan listrik yang satuannya
dinyatakan dalam Volt/cm. Setiap dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk
memikul terpaan listrik. Jika terpaan listrik yang dipikulnya melebihi batas tersebut
dan terpaan berlangsung lama, maka dielektrik akan menghantar arus atau gagal
melaksanakan fungsinya sebagai isolator. Dalam hal ini dielektrik mengalami tembus
listrik atau “breakdown”.
B. Elektroda Bola
Elektroda bola yang digunakan untuk pengukuran tegangan tembus minyak trafo
mempunyai diameter 25 mm . Elektroda bola digunakan sebagai contoh penggunaan
bentuk elektroda seragam dan selain itu, elektroda bola juga digunakan untuk
menganalisis pengaruh jarak sela antar elektroda.
C. Elektroda Bidang
Elektroda bidang yang digunakan untuk pengukuran tegangan tembus minyak trafo
mempunyai diameter 45 mm dan secara khusus dipasangkan dengan elektroda bola
diameter 20 mm untuk melakukan pengujian pengaruh medan tak seragam.
minyak akan menghambat sirkulasi minyak sehingga proses aliran panas akan terhambat.
Minyak Isolasi Sintesis. contoh dari minyak isolasi sintesis adalah askarel, silikon cair,
fluorinasi cair, ester sintesis.
Minyak Isolasi Dari Bahan Olahan Nabati, contohnya :Minyak jarak,Minyak kelapa
murni (VCO),Minyak kelapa sawit (CPO),Minyak kedelai danMinyak jagung
Minyak dipanaskan hingga titik didih air dalam alat yang disebut Boiler.
C. Penyaringan (Filtering)
Dengan metode ini minyak disaring melalui kertas penyaring sehingga pengotor tidak
dapat melalui pori-pori penyaring yang kecil, sementara embun atau uap telah diserap
oleh kertas yang mempunyai hygroscopicity yang tinggi.
.
D. Regenerasi (Regeneration)
Produk-produk penuaan tidak dapat dipindahkan dari minyak dengan cara sebelumnya.
Penyaringan hanya baik untuk memindahkan bagian endapan yang masih tersisa dalam
minyak. Semua sifat sifat minyak yang tercemar dapat dipindahkan dengan pemurnian
menyeluruh yang khusus yang disebut regenerasi.
Pada dasarnya tegangan pada isolasi merupakan suatu tarikan atau tekanan yang harus
dilawan oleh gaya yang terdapat pada isolasi. Perlawanan ini diharapkan mampu
mencegah terjadinya kegagalan pada isolasi tersebut.
Teori kegagalan isolasi yang terjadi pada minyak transformator dibagi menjadi empat
jenis sebagai berikut :
A. Teori kegagalan zat murni atau elektronik
Jika diantara elektroda diterapkan suatu kuat medan yang sangat kuat, sedangkan pada
elektroda tersebut terdapat permukaan yang tidak rata, maka kuat medan yang terbesar
terdapat pada bagian yang tidak rata tersebut. Perolehan ini digunakan untuk
mengionisasikan molekul karena benturan dan mengawali banjiran.
Dari semua teori yang membahas tentang kegagalan zat cair tidak memperhitungkan
hubungan antar panjang ruang celah (sela) dengan kekuatan kegagalan maksimum
yang dicapai. Namun dari semua teori diatas dapat ditarik suatu persamaan baru yang
berisi komponen panjang ruang celah dan komponen kekuatan peristiwa kegagalan
pada benda cair, yaitu :
Dimana :
Vb = tegangan gagal / breakdown (kV) d = panjang ruang celah
(mm)
A = konstanta
n = konstanta yang nilainya <1
Namun pada pengujian tegangan tembus yang kita lakukan tidak dapat dicari tegangan
kegagalan / breakdown minyak trafo menggunakan rumus di atas dikarenakan pada
saat purifikasi yang dilakukan tidak menggunakan fenol sebagai bahan pemurnian
namun yang kita lakukan adalah purifikasi menggunakan metode filtering jadi tidak
ada zat kimiawi pada proses pemurniannya.
2. Persiapan Sampling
Sesegera mungkin sebelum mengisi kotak uji, sampling harus dikocok berulang kali
secara lembut untuk memastikan adanya homogenisasi kontaminan cairan tanpa
menimbulkan gelembung udara pada cairan.
3. Pengisian Kotak Uji
Sebelum melaksanakan pengujian, bersihkan kotak uji, dinding-dindingnya, elektroda
dan komponen lainnya. Kemudian tuang kedalam kotak uji secara
C. Laporan
Data yang dimasukkan dalam laporan adalah hasil dari nilai rata-rata dari 6 kali percobaan
yang sudah dilakukan.
Tabel 2.1 Standarisasi tegangan tembus untuk minyak trafo IEC 156
Menurut standarisasi SPLN 49-1 tegangan tembus yang harus dipenuhi untuk spesifikasi
minyak isolasi baru adalah >50 kV/2.5 mm.
2.8.3 Fenomena yang Terjadi Saat Pengujian Tegangan Tembus Minyak
Untuk mendapatkan nilai tegangan tembus pada sampel minyak, maka dimulai dengan
menaikkan tegangan uji secara bertahap, saat kondisi sampel uji mendekati nilai tegangan
tembusnya, akan timbul suara mendesis. Hal ini terjadi karena adanya tekanan yang terus-
menerus dan semakin besar pada sampel minyak. Pada saat terjadi tegangan tembus pada
sampel uji akan timbul suara ledakan. Dalam kondisi sesudah terjadi tegangan tembus akan
timbul gelembung gas dan kabut hitam (arang) pada sampel minyak. Hal ini disebabkan
oleh :
b.Adanya tabrakan elektron saat terjadi tegangan tembus, sehingga muncul produk-
produk baru berupa gelembung gas atau arang.
c.Adanya penguapan cairan karena lucutan pada bagianbagian elektroda yang tajam dan
tak teratur
d.Zat cair dikenai perubahan suhu dan tekanan
Panel indikator ini bertfungsi sebagai pengontrol dari mesin filter tersebut dan indikator
apabila bila minyak telah selesai di filter.
2.9.1 Prinsip Kerja Mesin Filter Minyak
Ada 2 proses penting dalam proses purifikasi minyak trafo, antara lain :
A. Heating
Minyak dipanaskan hingga titik didih air. Air yang ada dalam minyak akan menguap
karena titik didih minyak lebih tinggi dari pada titik didih air. Pemanasan dilakuan dalam
ruang vacum. Penggunaan ruang vacum ini bertujuan agar air mendidih pada suhu rendah
sehingga air menguap lebih cepat. Dengan suhu rendah diharapkan minyak tidak menua
dengan cepat.
B. Penyaringan ( filter press )
Setelah minyak terpisah dari uap air dan asam, minyak trafo tersebut disaring oleh filter
yang berbahan higroscopicity sehingga pengotor dapat tersaring.
2.9.2 Metode Filtering
Purifikasi minyak transformator dilakukan dalam kondisi transformator tersebut sedang
bekerja (on line). Secara sederhana, prinsip kerja purifikasi ini yaitu mensirkulasikan
minyak transformator yang akan dipurifikasi. Minyak disedot masuk ke dalam alat
purifikasi untukdimurnikan, kemudian dipompa kembali dimasukkan ke dalam
transformator
Secara detail, proses purifikasi minyak transformator dapat dilihat pada diagram alir di
bawah ini.
menggunakan elektroda setengah bola, minyak trafo yang digunakan pada pengujian ini
adalah minyak trafo jenis shell diala B sebelum dan sesudah di filter untuk mendapatkan
perbandingan nilai tegangan tembus dari minyak trafo tersebut.
Pada alat uji tegangan tembus tersebut ada beberapa panah yang menunjukan fungsi dari
item tersebut diantaranya : Tombol On/Off untuk menghidupkan dan mematikan alat 2)
Tombol arah untuk memilih item item pada layar 3) Tombol Test untuk memulai
pengujian 4) Tombol huruf dan angka untuk mengedit item pengujian
5) Layar monitor untuk melihat hasil pengujian 6) Tempat kotak minyak diletakan untuk di
uji 7) Printer hasil pengujian untuk mengetahui detail dari pengujian
B. Mesin Filtering minyak
Gambar 3.4 Minyak trafo merk shell type diala B sesudah di filter
Data-data yang dibutuhkan merupakan data yang diambil dari survey langsung ke
lapangan dan data dari Gardu Induk tersebut, seperti : Hasil pengujian tegangan tembus
minyak trafo sebelum di filter dan Hasil pengujian tegangan tembus minyak trafo
sesudah di filter
3.5 METODE PENGAMBILAN DATA melakukan studi pustaka yang berkaitan
dengan pengujian tegangan tembus minyak trafo Pengambilan data
baik data tertulis maupun pengamatan langsung.
3.6 PENGUJIAN DAN ANALISIS DATA
Proses pengambilan data dilakukan untuk mengetahui karakteristik tegangan tembus
pada minyak trafo tersebut sebelum dan sesudah di filter.
3.6.1 Urutan Pengujian
Urutan pengujian isolasi cair berdasarkan IEC 156 adalah sebagai berikut:
A. Sampel minyak trafo bekas diuji terlebih dahulu untuk mengetahui tegangan
tembusnya.
B. Kemudian minyak trafo bekas di filter dengan menggunakan mesin filter minyak.
C. Sebelum minyak dituang, kotak uji harus dalam keadaan bersih dan kering.
D. Pada saat menuang minyak ke dalam kotak uji harus hati-hati agar tidak menimbulkan
gelembung gas dalam minyak.
E. Banyaknya minyak harus sedemikian rupa sehingga tingginya di atas puncak elektroda
lebih dari 20 mm.
F. Kemudian minyak dibiarkan kira-kira 10 menit untuk menghilangkan gelembung gas
yang masih mungkin terjadi saat pengisian minyak ke dalam kotak uji.
G. Selanjutnya tegangan naik otomatis secara bertahap 2 kV/detik sampai terjadi tembus
listrik
H. Setelah terjadi tembus listrik minyak diaduk dengan suatu tangkai tipis dan bersih
untuk menghilangkan gelembung gas yang timbul saat terjadi tembus listrik.
I. Setelah terjadi tembus listrik elektroda juga harus di periksa untuk meyakinkan
bahwa elektroda tidak mengalami kerusakan pada permukaannya yang diakibatkan saat
terjadi tembus listrik.
J. Selang dua menit pengujian di ulang kembali sampai dengan enam kali pengujian.
K. Tegangan tembus dari keenam pengujian dijumlahkan untuk mendapatkan tegangan rata-
rata.
PENGUJIAN TEGANGAN TEMBUS MINYAK TRAFO SEBELUM DAN
SESUDAH DI FILTER
4.1 PENGUJIAN
Pengujian yang telah dilakukan pada minyak trafo dengan metode uji IEC 156 dan
rangkaian pengujian seperti pada gambar 2.2 Elektroda uji medan seragam yang digunakan
adalah elektroda setengah bola.
Data pengujian yang didapatkan adalah sebagai berikut :
A. Pengujian tegangan tembus minyak trafo sebelum di filter menggunakan elektroda
setengah bola dengan suhu dan jarak sela elektroda.
B. Pengujian tegangan tembus minyak trafo sesudah di filter menggunakan elektroda
setengah bola dengan suhu dan jarak sela elektroda .
proses pengujian tegangan tembus minyak sebelum dan sesudah di filter,
Pada gambar 4.2 bisa dilihat langkah pengujian tegangan tembus minyak trafo dari
rangkaian tersebut dari mulai pengambilan sample minyak dari valf bawah, kemudian
sample di siapkan di dalam alat uji da terakhir sample minyak di uji tegangan tembusnya.
Untuk memulai pengujian tegangan tembus minyak trafo sebelum di filter
menggunakan alat uji merk megger
Gambar 4.4 Rangkaian Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo sesudah di Filter
dipasang di valf atas atas maintank untuk mendorong minyak dari mesin filter, kemudian
memulai pengambilan sample minyak adri valf bawah, sample di siapkan dalam alat uji
dan terakhir sample minyak di uji tegangan tembusnya.
4.3 ANALISIS
Pengujian tegangan tembus minyak trafo dilakukan dengan menerapkan 6 tahap
pengujian untuk mendapatkan nilai rata-rata dari hasil pengujian sebelum dan sesudah di
filter. Dari hasil pengujian yang telah didapatkan, diperoleh gambar grafik karakteristik
yang menunjukkan tegangan tembus minyak transformator sebelum dan sesudah di
filter.
Gambar 4.7 Tabel hasil pengujian tegangan tembus minyak trafo sebelum di Filter
Gambar 4.8 Hasil rata – rata pengujian tegangan tembus minyak trafo dan viskositas
sebelum di filter
Bahwa nilai kekuatan dielektrik dari minyak trafo yang di uji sebelum di filter rata-rata
berada di kisaran 29.1kV/2.5mm dengan menggunakan elektroda setengah bola. Dari
hasil rata-rata pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai tegangan tembus pada
minyak trafo sebelum di filter adalah JELEK.
4.3.2 Analisis karakteristik tegangan tembus minyak trafo sesudah di filter
Gambar 4.10Tabel hasil pengujian tegangan tembus minyak trafo sesudah di filter
Gambar 4.11 Hasil rata – rata pengujian tegangan tembus minyak trafo dan viskositas
sesudah di filter
Gambar 4.13 Grafik perbandingan hasil pengujian tegangan tembus minyak trafo
sebelum dan sesudah di Filter
Dari gambar 4.13 dapat dilihat bahwa hasil pengujian tegangan tembusi minyak trafo
sebelum dan sesudah di filter sangat berbeda, itu menujukan bahwa proses filtering
pada minyak trafo adalah salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas tahanan isolasi
minyak pada trafo.
4.3.4 Analisis Fenomena Yang Terjadi Pada Pengujian Tegangan Tembus Minyak
trafo
Jika suatu tegangan diterapkan pada elektroda yang di celup pada isolasi cair maka
akan timbul medan listrik pada isolasi cair tersebut. Medan listrik ini akan memberi
gaya kepada elektron-elektron agar terlepas dari ikatannya dan menjadi elektron
bebas. Sehingga medan listrik ini merupakan beban yang menekan isolasi cair agar
berubah sifat menjadi konduktor.
Beban yang dipikul isolasi cair disebut juga terpaan medan listrik. Setiap isolasi cair
atau dielektrik mempunyai batas kekuatan untuk memikul terpaan listrik. Jika terpaan
listrik yang dipikulnya melebihi batas tersebut dan terpaan berlangsung lama, maka
isolasi cair akan menghantar arus atau gagal melaksanakan fungsinya sebagai isolator.
Dalam hal ini isolasi cair atau dielektrik mengalami tembus listrik atau “breakdown”.
Jika zat cair yang digunakan dalam pengujian ini adalah minyak trafo maka pada saat
tegangan diterapkan pada dua buah elektroda yang dicelup pada minyak trafo , maka
akan timbul medan listrik dalam minyak trafo tersebut. Medan listrik ini akan
memberikan gaya pada elektron-elektron yang terikat pada struktur molekul minyak
trafo agar terlepas dari ikatannya. Jika ikatan ini lepas maka isolasi hilang pada tempat
itu dan minyak trafo akan menghantar arus (konduktor) dan minyak trafo gagal
melaksanakan fungsinya sebagai isolator.
Jadi sesungguhnya bagi bahan isolasi tegangan merupakan tekanan yang harus dilawan
oleh suatu gaya dalam bahan isolasi itu sendiri supaya bahan isolasi tidak gagal
menjalankan fungsinya sebagai isolator.
Untuk memperoleh tegangan tembus pada setiap pengujian, tegangan uji diberikan pada
sistem secara bertahap dengan tingkat kenaikan yang sama per satuan waktu
menggunakan peralatan pengontrol. Dengan demikian dapat diamati fenomena apa saja
yang terjadi selama pelaksanaan pengujian dengan digolongkan kedalam kelompok
sebagai berikut :
A. Saat sebelum terjadi Tegangan Tembus Proses sebelum terjadi tembus dimulai dari
menaikkan tegangan uji secara bertahap dari keadaan tegangan rendah sampai
mendekati tegangan tembus. Dalam kondisi mendekati nilai tegangan tembus timbul
suara mendesis, Hal ini terjadi karena adanya tekanan yang terus- menerus dan
semakin besar pada minyak isolasi.
B. Saat terjadi terjadi tegangan tembus Pada saat terjadi tegangan tembus terjadi
lucutan diantara kedua elektroda tersebut. Lucutan dalam ini terdiri dari unsur-
unsur sebagai berikut :
Aliran listrik yang besarnya ditentukan oleh karakteristik rangkaian.
Lintasan cahaya yang cerah yang bergerak dari satu elektroda ke elektroda
lainnya.
Pembentukan lubang pada elektroda.
Tekanan impulsif dalam zat cair disertai suara ledakan.
C. Saat sesudah terjadi tembus
Dalam kondisi sesudah terjadi tegangan tembus timbul gelembung gas dan kabut hitam
(arang) pada minyak isolasi. Hal ini disebabkan oleh :
Permukaan elektroda tidak rata, sehingga terdapat kantong-kantong udara di
permukaannya
Adanya tabrakan elektron saat terjadi tegangan tembus, sehingga muncul
produk-produk baru berupa gelembung gas atau arang,
Adanya penguapan cairan karena lucutan pada bagian-bagian elektroda yang
tajam dan tak teratur
Zat cair dikenai perubahan suhu dan tekanan.
4.3.5 Record Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Sebelum dan
Sesudah di Filter 1 tahun ke belakang
Gambar 4.15 Tabel Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo sebelum di Filter
Gambar 4.16 Tabel Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo sebelum di Filter
Gambar 4.17 Tabel Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo sebelum di Filter
B. Tabel Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo Sesudah di Filter 1 Tahun
ke belakang dengan kurun waktu 3 bulan sekali
Gambar 4.18 Tabel Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo sesudah di Filter
Gambar 4.19 Tabel Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo sesudah di Filter
Gambar 4.20 Tabel Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo sesudah di Filter
Gambar 4.21 Tabel Hasil Pengujian Tegangan Tembus Minyak Trafo sesudah di Filter