Abstract
Pendahuluan
Enterococcus faecalis
banyak ruang dan gizi dibandingkan dengan kanal yang diobturasi dengan baik,
dan ruang yang tersedia dapat membuat lingkungan fakultatif anaerob.
Sebaliknya, kanal dengan obturasi yang baik menjaga lingkungan anaerobik
obligat yang tidak mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan E. faecalis.
Pembersihan dan bentuk yang memadai juga mungkin telah menghilangkan debris
terinfeksi.5
E. faecalis telah umum terletak di sepertiga apikal kanal akar,
menunjukkan invasi yang mungkin terjadi selama perawatan endodontik (Nair,
2005).5 Dinyatakan juga bahwa hubungan positif mungkin ada di antara terjadinya
E. faecalis dan jumlah kunjungan klinik, karena kebocoran mikro koronal melalui
pengisian sementara ditempatkan di antara sesi perawatan endodontik (Siren,
1997).5 Selama restorasi fase koronal, kanal akar yang diobturasi dapat terpapar
ke rongga mulut di beberapa titik selama perawatan, terutama ketika restorasi
sementara diperlukan selama pembuatan restorasi indirek. Dengan demikian,
kualitas restorasi sementara mungkin penting untuk prevalensi infeksi E. faecalis
di kanal akar (Zehnder, 2009).5
E. faecalis telah ditemukan lebih sering pada kanal dengan pengisian tanpa
lesi radiografi dibandingkan pada mereka dengan lesi, menunjukkan bahwa
masuknya bakteri dapat terjadi setelah obturasi (Kaufman, 2005).5 Di sisi lain,
restorasi ekstrakoronal dengan marjin memuaskan dapat mengurangi risiko
kebocoran pasca perawatan ekstrakoronal dan meningkatkan keberhasilan
perawatan kanal akar (Chu, 2005).5
Penyelidikan
vitro
menunjukkan
bahwa
E.
faecalis
kanal
akar
2003). Selain kondisi oksigen, faktor lain yang tidak berpengaruh terhadap
pemulihan E. faecalis adalah kapasitas gelatinase strain E. faecalis dan kepadatan
sel awal. Gelatinase adalah kemampuan endopeptidases seng ekstraseluler dari
hidrolisis peptida gelatin, kolagen dan lainnya yang diproduksi oleh 70% dari
strain E. faecalis yang diisolasi dari kanal akar (Sedgley dkk. 2005b). Ekspresi
Gel E mungkin berkontribusi terhadap penyebaran peningkatan E. faecalis dalam
lingkungan densitas tinggi. (Waters et al. 2003).6
Kekurangan nutrisi E. faecalis sel pulih dengan lebih baik di media yang
dilengkapi dengan serum manusia, penambahan serum manusia diselidiki karena
cairan menyerupai serum dalam jaringan periapikal berpotensi bisa memasok
nutrisi untuk mendukung mikroorganisme tinggal di atau dekat dentin(Figdor et
al. 2003). Serum meningkatkan formasi biofilm E. faecalis pada gutta perca
(Takemura et al. 2004).6
Setelah kekurangan nutrisi jangka lama, jumlah sel yang dapat dikultur
akan menurun sementara jumlah total bakteri tetap pada tingkat awal.
Penjelasannya adalah sel telah memasuki keadaan di mana mereka hidup tetapi
tidak sapat dikultur dengan teknik standar mikrobiologi. Sampai saat ini, tidak ada
teknik yang memadai untuk membuktikan kelangsungan hidup sel-sel dalam
keadaan fisiologis. Sebagai resusitasi, konsekuensi atau restorasi pembelahan sel
akan mendukung hipotesis VBNC. Selain itu, penambahan nutrisi tidak
menyebabkan resusitasi. Whitesides & Oliver menunjukkan bahwa setelah suhu
meningkat, sel Vibrio vilnificus yang tidak dapat dikultur dapat diresusitasi.
Penjelasan untuk hasil ini adalah bahwa sel sedang melewati keadaan cedera
sebelum mati dan berada di batas deteksi. Oleh peningkatkan suhu mereka bisa
pulih dari cidera dan tumbuh. Namun engulangan percobaan dengan Bogosian et
al. membawa pada kesimpulan bahwa pergeseran suhu tidak berpengaruh pada sel
yang tidak dapat dikultur.7
endodontik, seperti spesies Candida (Nair et al. 1990a, Waltimo et al. 1997,
Waltimo et al. 1999) dan Actinomyces radicidentis (Kalfas et al. 2001).8
Pemulihan umum E. faecali dalam kanal akar gigi di mana perawatan
endodontik telah gagal menyiratkan bahwa spesies ini
membran sel yang rendah untuk ion dan kemampuan buffering dari sitoplasma;
dan mekanisme aktif yang berfungsi terutama melalui transportasi terkontrol
kation (kalium, natrium dan proton) melintasi membran sel (Booth : 1999). Dalam
lingkungan asam, sistem antiport kation diperkirakan menaikkan pH internal
dengan mengusir proton di dinding sel. Dalam basa medium, kation /proton
dipompa ke dalam sel untuk menurunkan pH internal (Booth : 1999). Perluasan
kerja dengan Enterococcus hirae (sebelumnya Streptococcus faecalis) telah
mengkonfirmasikan peran mendasar sistem antiport kalium / proton dalam
mempertahankan pH sitoplasma dalam lingkungan alkalin (Kakinuma & Igarashi
: 1999).8
telah
relevan dengan proses inflamasi lokal. Ketika sel host yang terikat dengan LTA
terkena plasma, mereka akan menderita lisis yang dimediasi komplemen. LTA
dari organisme gram positif secara klinis penting, termasuk enterococci juga
merangsang produksi interleukin-1, interleukin-6 dan factor nekrosis tumor dari
kultur monosit
manusia. Tingkat
dari sampel) dalam penelitian ini adalah antara 40 dan 7 x 107 cfu, tanpa korelasi
dengan ukuran lesi apikal.11 Hal ini jelas bahwa dalam gigi dengan pengisian
akar, lokalisasi dari bakteri dalam kanal akar sangat tergantung pada ruang yang
tersedia, dan akar yang terisi dapat membatasi kemungkinan flora infektif untuk
berinteraksi dengan jaringan periapikal melalui foramen apikal. Pinheiro et al.
12
12
akut
dominan spesies dalam akar gigi dengan pengisian dengan periodontitis apikalis
yang resisten terhadap banyak prosedur perawatan, tidak ada bukti bahwa ia
bertanggung jawab untuk infeksi akut yang parah.
Kesimpulan
dengan
menghilangkan
mikroorganisme
dan
penyakit
yang
Daftar Pustaka
1. Aysin D., Oguz Y., Sehnaz Y., et al. In Vitro Susceptibility of E. faecalis and
C. albicans Isolates from Apical Periodontitis to Common Antimicrobial
Agents, Antibiotics and Antifungal Medicaments. J Clin Exp Dent Vol 4 (1)
:1-7. 2012.
2. Anda M., Rita K., Vizma N., Daina E., Zaiga P. Microflora of Root Filled
Teeth with Apical Periodontitis in Latvian Patients. Stomatologija, Baltic
Dental and Maxillofacial Journal, 12: 116-121. 2010
3. Zhejun W., Ya Shen, and Markus H. Effectiveness of Endodontic Disinfecting
Solutions Against Young and Old Enterococcus faecalis Biofilms in Dentin
Canals. JOE Vol 38 (10) : 1576-1579. 2012.
4. C. H. Stuart, S. A. Schwartz, T. J. Beeson, C. B. Owatz. Enterococcus
faecalis: Its Role in Root Canal Treatment Failure and Current Concepts in
Retreatment. JOE Vol 32 (2) : 93-98. 2006
5. Q. Q. Wang. C. F. Zhang, C. H. Chu, X. F. Zhu. Prevalence of Enterococcus
faecalis in Saliva and Filled Root Canals of Teeth Associated with Apical
Periodontitis. International Journal of Oral Science : 15. 2012.