016-2: 2018
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (PERSERO) No. 0171.P/DIR/2019
PT PLN (PERSERO)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
i
STANDAR SPLN D3.016-2: 2018
Lampiran Peraturan Direksi
PT PLN (PERSERO) PT PLN (PERSERO) No. 0171.P/DIR/2019
PT PLN (PERSERO)
Jl. Trunojoyo Blok M-1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
PERANGKAT HUBUNG BAGI
TEGANGAN RENDAH
Bagian 2 : Pasangan Dalam
Disusun oleh:
Diterbitkan oleh:
PT PLN (Persero)
Jl Trunojoyo Blok M - 1/135, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12160
*
PLN
PT PLN (PERSERO)
NOMOR: 0171.P/D|R/2019
TENTANG
SPLN D3.016-2:2018
PERANGKAT HUBUNG BAGI TEGANGAN RENDAH
BAGIAN 2: PASANGAN DALAIII
'1 dari 3
Parcl tr
+
*
PLN
'10. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-272IMBU12nU4
tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota-anggota
Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik
Negara;
1'1. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-211/MBUI1012015
tentang Pengangkatan Anggota-anggota Direksi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara;
12. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-138/MBUI0712017
tentang Pemberhentian, Perubahan Nomenklatur Jabatan,
Pengalihan Tugas, dan Pengangkatan Anggota-anggota Direksi
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik
Negara;
13. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-l09/MBU/05/2019
tentang Pemberhentian, Pengalihan Tugas, dan Pengangkatan
Anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara;
14. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat
Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perusahaan Listrik Negara Nomor SK-169iMBU/08/2019
tentang Pemberhentian Anggota Direksi Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perusahaan Listrik Negarai
15. Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 033.1(DlR/2005
lentang Penetapan PT PLN (Persero) Penelitian dan
Pengembangan Ketenagalistikan sebagai Penanggung Jawab
Kegiatan Standardisasi di Lingkungan PT PLN (Persero);
16. Keputusan Oireksi PT PLN (Persero) Nomor 304.1(DlR/2009
tentang Batasan Kewenangan Pengambilan Keputusan di
Lingkungan PT PLN (Persero) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Oireksi PT PLN (Persero)
Nomor 0297.P/DlR/20'16:
17. Peraturan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 0051.P/D|R/2018
tentang Organisasi dan Tata Keria PT PLN (Persero)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direksi PT PLN
(Persero) Nomor 0101. P/DlR/2019.
IvIEMUTUSKAN:
2 dari 3
Paraf 4Yz"
s
*
PLN
KEDUA SPLN D3.016-2: 2018 sebagaimana dimaksud dalam Diktum
PERTAMA diberlakukan di lingkungan PT PLN (Persero) dan Anak
Perusahaan PT PLN (Persero) berdasarkan Keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) Anak Perusahaan.
KETIGA Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, ketentuan-ketentuan lain yang
bertentangan dengan Peraturan ini dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal05 November 20L9
R UTAUA,
CAHAYANI
3 dari 3
?/ 4)
q
Paraf
Susunan Kelompok Bidang Standardisasi Distribusi
Keputusan General Manager PT PLN (Persero) PUSLITBANG Ketenagalistrikan
(Research Insitute)
No. 0083.K/GM/2018
Daftar Isi
i
SPLN D3.016-2: 2018
10 Pengujian .................................................................................................................... 14
10.1 Pengujian Jenis .................................................................................................. 14
10.2 Pengujian rutin ................................................................................................... 14
10.3 Pengujian serah terima ...................................................................................... 15
10.3.1 Prosedur uji serah terima ........................................................................ 15
10.3.2 Penilaian uji serah terima ........................................................................ 16
10.4 Pengujian pengawasan ...................................................................................... 16
Lampiran A Proteksi Pada PHB-TR .................................................................................. 18
Daftar Tabel
Daftar Gambar
ii
SPLN D3.016-2: 2018
Prakata
Standar ini merupakan revisi dari SPLN D3.016-2: 2013, Perangkat Hubung Bagi
Tegangan Rendah Bagian 2 : Pasangan Dalam
a. Penambahan parameter pada arus jurusan sehingga memiliki dua parameter, yaitu:
arus nominal jurusan dan arus maksimal jurusan;
b. Perubahan nomenklatur tipe PHB-TR terkait penggunaan fuse system NH2 pada tipe
baru dengan arus maksimum jurusan sampai dengan 250 A;
c. Penambahan mata uji;
d. Perbaikan spesifikasi komponen.
Dengan ditetapkannya standar ini, maka SPLN D3.016-2: 2013 dinyatakan tidak berlaku
lagi.
iii
SPLN D3.016-2: 2018
1 Ruang Lingkup
Untuk selanjutnya, perangkat hubung bagi tegangan rendah disebut dengan PHB-TR.
Pada pengoperasiannya, kinerja PHB-TR ditentukan juga oleh mutu NH fuse link,
sehingga NH fuse link yang digunakan harus memenuhi ketentuan standar ini.
2 Tujuan
3 Acuan Normatif
Dokumen-dokumen berikut terkait dengan standar ini. Dalam hal terjadi perubahan
pada dokumen tersebut, maka dapat mengikuti edisi terakhir.
a. IEC 61439-1 (2011) Low voltage switchgear and control gear Low voltage
switchgear and control gear – Part 1 : General rules
b. IEC 60947-2 (2016-06) Low-voltage switchgear and controlgear – Part 2: Circuit
breakers.
c. IEC 60947-3 (2015-07) Low-voltage switchgear and controlgear – Part 3: Switches,
disconnectors, switch-disconnectors, and fuse combination units.
d. IEC 60269-1 (2014-06) Low voltage fuses – Part 1: General requirements.
e. IEC 60269-2 (2016-08) Low-voltage fuses – Part 2: Supplementary requirements
for fuses for use by authorized persons (fuses mainly for industrial application) –
Examples of standardized systems of fuses A to K.
f. SNI 04-6629-2006 Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai
dengan 450/750 V, Bagian 3.2 Kabel tanpa selubung untuk pengawatan
pemasangan tetap (magun) butir 5: Tabel inti tunggal tanpa selubung dengan
konduktor fleksibel untuk pemakaian umum.
g. SNI IEC 60502-1: 2009, Kabel daya dengan insulasi terekstrusi dan lengkapannya
untuk voltase pengenal dari 1 kV (Um = 1,2 kV) sampai dengan 30 kV (Um = 36
kV). Bagian 1: Kabel untuk voltase pengenal 1 kV (Um = 1,2 kV) dan 3 kV (Um =
3,6 kV).
1
SPLN D3.016-2: 2018
4.1 PHB-TR
4.3 Tipe
Notasi yang menggambarkan jenis pemasangan, arus pengenal, jumlah jurusan dan
jenis sakelar utama PHB-TR.
Arus yang dapat dilalukan pada PHB-TR secara kontinyu, tanpa menyebabkan
kenaikan suhu yang melebihi batas yang ditetapkan dalam standar ini pada seluruh
komponen terpasang.
PHB-TR yang berfungsi untuk menghubung-bagi daya listrik pada gardu tembok. PHB-
TR pasangan dalam pada standar ini didesain tanpa menggunakan selungkup.
2
SPLN D3.016-2: 2018
Kabel keluar adalah opstijg (jenis NYY atau NYFGbY), yang menghubungkan terminal
keluaran PHB-TR dengan kabel JTR.
Sakelar yang berfungsi sebagai pemutus aliran daya ke PHB-TR. Sakelar utama dapat
berfungsi sebagai proteksi transformator dan pemutus beban atau hanya pemutus
beban saja.
Pengaman berupa fuse switch yang dilengkapi dengan NH fuse link terpasang setelah
sakelar utama yang berfungsi mengamankan setiap jurusan dan setiap fase jaringan
tegangan rendah.
Fuse holder set tipe vertikal tempat terpasangnya NH fuse link yang dapat difungsikan
untuk membuka dan menutup beban per fase atau tiga fase sekaligus melalui
mekanisme tuas operasinya.
4.10 Busbar
Sistem yang terdiri dari satu atau tiga busbar yang diberi jarak sesuai dengan jarak
bebas yang ditetapkan pada standar ini dan disangga dengan bahan insulasi dengan
jarak rambat yang ditetapkan pada standar ini.
3
SPLN D3.016-2: 2018
Sistem busbar yang diperuntukkan untuk hubungan dengan netral kabel masukan dan
netral kabel keluaran.
Konduktor atau bagian konduktif lainnya yang akan bertegangan dalam kondisi
operasi, termasuk konduktor netral, tetapi tidak termasuk konduktor pembumian.
5 Kondisi Pelayanan
a. Suhu udara sekitar tidak melebihi 40 ºC dan suhu rata-ratanya sepanjang 24 jam
tidak melebihi 35 ºC.
b. Kelembapan relatif tertinggi 100 %.
c. Ketinggian tempat pemasangan tidak melebihi 2000 meter dari permukaan laut.
4
SPLN D3.016-2: 2018
CONTOH :
PD-630-4-LBS
PD2-1000-5-LBS
1 2 3 4 5 6 7
CATATAN:
1) Arus maksimum jurusan per fase, namun total arus pada semua jurusan harus tidak
melebihi arus pengenal PHB TR pada kolom 3.
2) Saklar MCCB harus dapat memproteksi transformator. Tipe PL-630-4-MCCB
menggunakan saklar MCCB tipe adjustable.
5
SPLN D3.016-2: 2018
Rangka struktur
30
Sambungan busbar – busbar
60
Sambungan busbar - fuse switch
Kontak fuse 60
CATATAN: Pengujian kenaikan suhu menggunakan dummy NH-fuse link dengan disipasi
daya mengacu pada rated acceptable dissipation power pada fuse base yang disesuaikan
dengan besaran arus uji yang digunakan.
7 Komponen
Jarak bebas dan jarak rambat pada sistem busbar dan komponen:
Tegangan pengenal dan tegangan impuls pengenal dari semua komponen terpasang
harus sesuai dengan tegangan operasi PHB-TR yang tercantum pada butir 6.
Jenis sakelar utama PHB TR adalah sakelar pemutus beban (LBS) atau Molded Case
Circuit Breaker (MCCB). Karakteristik masing-masing sakelar utama tercantum pada
Tabel 3.
6
SPLN D3.016-2: 2018
Karakteristik Persyaratan
Arus pengenal PHB-TR 630 A 1000 A 1600 A
LBS (Sakelar Pemutus Beban)
Standar desain IEC 60947-3
Kategori utilisasi AC-22 atau AC-23 pada tegangan pengenal
Arus pengenal ≥ 800 A ≥ 1200 A ≥ 2000 A
Ketahanan hubung-singkat ≥ 16 kA ≥ 25 kA ≥ 31,5 kA
Fasilitas pengunci Pada posisi terbuka dapat dikunci
Bahan isolasi Tahan panas dan memadamkan-sendiri nyala api
Bahan pelapis kontak Silver plated
Bahan pelapis terminal Silver plated
MCCB
Standar desain IEC 60947-2
Arus pengenal 630 A 1000 A 1600 A
Kemampuan pemutusan hubung-
≥ 16 kA ≥ 25 kA ≥ 31,5 kA
singkat
Fasilitas pengunci -
Bahan isolasi Tahan panas dan memadamkan-sendiri nyala api
Bahan pelapis terminal Silver plated
Karakteristik Persyaratan
Standar desain IEC 60947-3
Posisi pemasangan Vertikal
Arus pengenal 250 A 400 A
Ukuran Size 1 Size 2
Rated acceptable power dissipation 32 W 45 W
7
SPLN D3.016-2: 2018
Karakteristik NH Fuse link pada fuse switch tercantum pada Tabel 5. Ukuran (size) NH
fuse link yang akan digunakan pada PHB TR harus sesuai dengan ukuran fuse switch
terpasang. Pemilihan arus pengenal NH fuse link dapat dilihat pada Lampiran.
Karakteristik Persyaratan
8
SPLN D3.016-2: 2018
Arus NH 1 NH 2
pengenal
[A] [W] [W]
50 5,5 5,7
63 7,1 7,1
80 8,4 8,5
100 9,2 9,7
125 12,4 12,8
160 15,3 15,7
200 18,3 18,3
224 - 19,2
250 - 21,0
a) Transformator arus
Kelas akurasi : 0,5
Standar desain : SPLN D3.014-1: 2009
b) Ampere-meter
Jenis : Maximum demand indicator
Julat arus : Sesuai dengan rasio transformator arus yang digunakan.
Jarum indikator dapat di-reset dari luar.
c) Kabel pengawatan
Jenis : NYAF 2,5 mm²
Warna : Instalasi internal: merah, kuning dan hitam (fase), biru
(netral), hijau kuning (pembumian).
Standar desain : SNI 04-6629-2006
d) Kotak kontak
Jenis : 1P+GND
Arus pengenal : 16 A
Standar desain : SNI 04-3892.1-2006
9
SPLN D3.016-2: 2018
8 Konstruksi
8.1 Rangka
Semua bagian rangka harus dicat dengan powder coating in textured warna abu-abu
RAL 7032 dengan ketebalan minimum 80 µm.
Tinggi tangkai operasi / tuas (handel) adalah 135 cm (untuk LBS/ MCCB) dari dasar
PHBTR, sehingga mudah dioperasikan petugas.
10
SPLN D3.016-2: 2018
Fuse switch dipasang secara vertikal pada rangka, ketinggian pemasangan adalah
sedemikian sehingga ketinggian terminal keluaran fuse switch dari dasar PHBTR 400
mm.
a. Fase R : atas
b. Fase S : tengah
c. Fase T : bawah
Setiap unit fuse switch harus dilengkapi dengan label penanda jurusan.
Busbar harus memiliki dimensi dengan ketentuan besar arus pengenal PHBTR dibagi
dengan luas penampang, maksimum 2,1 A/mm2.
Penyambungan antar busbar hanya dapat dilakukan dengan mur-baut dari baja
galvanis.
Penyambungan antara busbar dengan terminal sakelar utama dan fuse switch harus
menggunakan baut asli dari komponen tersebut.
Pabrikan harus mendokumentasi torsi pengencangan baut (dalam Nm) pada setiap
sambungan busbar gambar konstruksi.
Busbar harus terpasang kuat dan disangga dengan insulator sehingga tahan terhadap
gaya dinamik dari arus gangguan hubung singkat. Insulator tidak boleh difungsikan
sebagai media penyambungan busbar.
Busbar harus diberi identifikasi fase dengan huruf L1, L2, L3 untuk fase R, S, T.
11
SPLN D3.016-2: 2018
8.5 Terminal
Terminal masukan PHB TR adalah sistem busbar yang terhubung dengan terminal
sakelar utama. Terminal dilengkapi dengan lubang baut sesuai Tabel 7.
250 A 1 M 12
400 A 2 M 12
630 A 2 M 12
1000 A 4 M 12
1600 A 4 M 12
Terminal keluaran fuse switch berfungsi sebagai terminal keluaran dari fase PHB-TR.
Terminal netral adalah suatu sistem busbar dengan ketentuan yang sama dengan
busbar hubung.
Terminal pembumian adalah baut kuningan ukuran M14 yang dipasang pada rangka
bagian bawah PHB-TR dan diberi simbol pembumian.
PHB-TR harus dilengkapi dengan kotak-kontak dan lampu indikator. Sumber daya
kotak-kontak diambil dari masukan sakelar utama, sedangkan lampu indikator diambil
dari keluaran sakelar utama. Kotak-kontak dan lampu indikator dipasang pada papan
instrumen.
12
SPLN D3.016-2: 2018
Setiap kabel harus diberi identifikasi fase. Rangkaian kabel harus diikat dengan spiral
pengikat yang terpasang ketat pada rangka.
Papan instrumen adalah tempat kedudukan dari kotak-kontak, lampu indikator dan
ampere-meter.
Papan instrumen terbuat dari pelat baja dengan ketebalan 2 mm atau pelat aluminium
alloy dengan ketebalan 3 mm.
9 Pelat Nama
PHB-TR harus dilengkapi dengan pelat nama yang terbuat dari logam dan dipasang
pada papan instrumen.
Semua informasi pada pelat nama harus mudah terbaca dan tidak mudah terhapus.
Pelat nama harus ditulis dalam bahasa Indonesia, dengan jenis informasi tercantum
pada Tabel 8.
13
SPLN D3.016-2: 2018
10 Pengujian
Pengujian secara lengkap terhadap sampel prototipe yang mewakili suatu tipe PHB-TR
yang disiapkan oleh pabrikan untuk membuktikan apakah tipe tersebut memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standar ini. Pengujian jenis dilakukan oleh
Laboratorium PLN.
a. Laporan uji jenis dari laboratorium independen atau informasi bahwa komponen
7.2; 7.3; 7.4; dan 7.5 telah terdaftar pada direktori Sistem Pengawasan Mutu (SPM)
PLN;
b. Mill certificate busbar yang diterbitkan pabrik pembuat busbar;
c. Laporan pengujian flammability fuse rail dari laboratorium independen;
d. Data (laporan pengujian atau katalog atau brosur) mengenai merek dan tipe
insulator penyangga busbar;
e. Gambar konstruksi, diagram pengawatan, dan nilai-nilai torsi pengencangan baut;
f. Kurva arus waktu untuk saklar utama MCCB dan NH fuse link;
g. Dokumen kurva koordinasi proteksi transformator untuk saklar utama MCCB.
PHB-TR dinyatakan lulus pengujian jenis bila sampel uji dapat memenuhi seluruh mata
uji pada Tabel 10 kolom 4.
1. Penggunaan merk atau tipe lain pada sakelar utama, pengaman jurusan (fuse rail
atau fuse switch), busbar-hubung, dan insulator penyangga busbar.
2. Penggantian ukuran busbar-hubung.
dilakukan melalui uji verifikasi di laboratorium PLN. Mata uji verifikasi ditentukan
berdasarkan pengaruh perubahan terhadap mutu PHB-TR.
Merek dan tipe komponen lainnya dapat diubah tanpa uji verifikasi, sepanjang
komponen pengganti telah lulus uji jenis atau terdaftar pada direktori Sistem
Pengawasan Mutu (SPM).
Pengujian rutin adalah pengujian yang dilakukan oleh pabrikan terhadap PHB-TR yang
diproduksi untuk memastikan bahwa kualitasnya identik dengan sampel uji jenis.
Mata uji rutin tercantum pada Tabel 10 kolom 5 dan dilakukan oleh pabrikan.
14
SPLN D3.016-2: 2018
Pengujian serah terima adalah pengujian yang dilakukan terhadap sampel yang
diambil secara acak dari sejumlah PHB-TR yang akan diserahterimakan ke PLN.
Mata uji serah terima tercantum pada Tabel 10 kolom 6, dengan catatan PLN dapat
menambah mata uji lainnya berdasarkan evaluasi terhadap permasalahan baik pada
proses pengujian serah terima maupun yang terjadi di lapangan. Item pengujian yang
dilakukan terhadap masalah tersebut berdasarkan kajian teknis baik pihak PLN
maupun pabrikan.
a. PHB-TR yang akan diserah-terimakan harus telah lulus uji jenis dan identik dengan
PHB-TR yang diuji jenis;
b. PHB-TR yang akan diserah-terimakan harus lulus uji rutin dan dilengkapi dengan
laporan pengujiannya;
c. Pengujian serah terima disaksikan oleh PT PLN;
d. Jumlah sampel dan ketentuan penerimaan tercantum Tabel 9.
1 2 3
2 s/d 15 2 0
16 s/d 25 3 0
26 s/d 90 5 0
91 s/d 150 8 0
151 s/d 280 13 1
281 s/d 500 20 1
501 s/d 1200 32 2
1201 s/d 3200 50 3
15
SPLN D3.016-2: 2018
a. Sampel PHB-TR dinyatakan baik, jika hasil pengujian dari seluruh mata uji pada
Tabel 10 kolom 6 berhasil baik;
b. Seluruh PHB-TR yang akan diserahterimakan dinyatakan diterima jika semua
sampel yang diuji hasilnya baik sesuai ketentuan jumlah pada Tabel 9.
Sampel yang gagal harus dikeluarkan dari kelompok yang diserahterimakan.
c. Bila sampel gagal melebihi nilai pada Tabel 9 kolom 3 maka seluruh PHB-TR
dinyatakan ditolak.
Mata uji pengujian pengawasan dapat diambil dari mata uji jenis atau pengujian lain
dalam rangka memverifikasi kualitas PHB-TR dan komponennya, menyesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan.
16
SPLN D3.016-2: 2018
Serah
No Mata uji Metode uji/persyaratan Jenis Rutin
Terima
1 2 3 4 5 6
1. Pemeriksaan visual dan
▪ Butir 9
penandaan
2. Pemeriksaan komponen dan ▪ Butir 7 dan Butir 8
konstruksi ▪ Laporan uji jenis
3. Uji kekencangan baut ▪ Spesifikasi pabrikan
▪ Laporan uji jenis
4. Jarak rambat dan jarak bebas ▪ Butir 7.1
▪ IEC 61439-1 sub butir 10.4
5. Uji kenaikan suhu ▪ Tabel 2
▪ IEC 61439-1 sub butir 10.10
6. Uji tahanan insulasi ▪ IEC 61439-1 sub butir 11.9
▪ 1000 Vdc / 1 menit
7. Uji impuls ▪ Butir 6
▪ IEC 61439-1 sub butir 10.9.3
8. Uji tegangan ▪ Butir 6
▪ IEC 61439-1 sub butir 10.9.2
▪ Sirkit utama : 3 kV/1 menit
▪ Sirkit bantu : 2 kV/1 menit
9. Uji hubung-singkat ▪ Tabel 1
▪ IEC 61439-1 sub butir 10.11
10. Uji kontinuitas pengawatan dan ▪ Butir 8.6 dan 8.7
operasi elektrikal ▪ IEC 61439-1 sub butir 10.7
11. Uji operasi mekanis IEC 61439-1 sub butir 10.13
12. Proteksi terhadap kejut listrik
▪ IEC 61439-1 butir 10.5
dan integritas sirkit proteksi
13. Evaluasi proteksi transformator ▪ Kurva arus-waktu dari
pada sakelar utama 1) pabrikan terkait
▪ Lampiran A
14. Ketahanan panas abnormal dan
IEC 60695-2-11
api 2)
15. Cross Hatch Test ISO 2409
16. Verifikasi disipasi daya NH Fuse ▪ Tabel 6
link Nilai maksimum disipasi daya
sesuai nilai pada tabel 6
CATATAN:
1) Hanya untuk sakelar utama jenis MCCB.
2) Hanya untuk komponen plastik.
17
SPLN D3.016-2: 2018
Lampiran A
Proteksi Pada PHB-TR
Sakelar utama PHB-TR dari jenis fuse switch atau MCCB dapat difungsikan untuk
proteksi transformator distribusi, melengkapi proteksi pada sisi primer yang dilakukan
oleh pelebur expulsion yang terpasang pada fuse cutout.
Ada dua kurva yang perlu diperhatikan pada proteksi transformator, yaitu kurva
ketahanan transformator dan kurva arus operasi peralihan (transient) transformator.
1250
t= .......................................................................................... (1)
I2
Dengan :
Pada arus gangguan yang lebih rendah, durasi hubung-singkat dapat berlangsung
lebih lama, karena intervensi minyak pendingin akan menghambat kenaikan suhu
belitan yang dibangkitkan arus hubung-singkat. Ketahanan transformator terhadap
arus gangguan yang lebih rendah adalah:
Selama operasi transformator, akan timbul arus-lebih yang bersifat peralihan. Arus-
lebih ini harus dapat ditahan oleh pelebur atau proteksi (terutama sisi primer), tanpa
beroperasi memutus.
18
SPLN D3.016-2: 2018
Arus inrush timbul bila transformator yang tidak terhubung dengan beban mulai diberi
tegangan (enerjais). Besar arus inrush ditentukan oleh residual magnetik pada inti besi
dan nilai tegangan-sesaat pada waktu transformator dienerjais. Efek termal dari arus
inrush terhadap pelebur sisi primer dapat diperhitungkan setara dengan:
Arus inrush jenis lainnya adalah hot load pickup yang timbul bila pasokan daya pada
transformator yang sedang beroperasi, padam akibat gangguan temporer dan
kemudian re-close. Pada kasus ini arus inrush akan terdiri dari dua komponen yaitu
arus inrush magnetisasi dan arus peralihan dari beban terhubung (load inrush current).
Efek termal dari hot load pickup diperhitungan setara dengan 12 s/d 15 kali arus
nominal dengan durasi 0,1 detik.
Bila pasokan daya padam dalam waktu yang cukup panjang, akan timbul fenomena
cold load pickup. Arus peralihan ini cenderung berdurasi panjang dan terjadi pada
transformator yang memasok beban residensial dengan daya terpasang mendekati
atau lebih besar dari kapasitas transformator. Cold load pickup dapat berlangsung
hingga 30 menit, sejak re-enerjais, karena beberapa beban seperti AC, refrigerator dan
heater umumnya dikendalikan secara termostatik dan on-off secara random satu sama
lain. Akibat hilangnya pasokan daya dalam waktu yang cukup lama, kendali peralatan
ini akan keluar dari batas set-point. Setelah pasokan tersedia, termostat kemudian
menghubung dan peralatan segera menyerap daya.
Efek termal dari arus cold load pick-up diperhitungkan setara dengan :
Kurva dari arus-arus peralihan operasi transformator dapat digambarkan seperti kurva
C-D pada gambar A1.
Pemilihan rating arus atau setting proteksi (terutama proteksi sisi primer) dapat
dilakukan dengan mengkaji kurva arus-waktunya. Kurva tersebut harus berada lebih
kiri dari kurva A-B dan lebih kanan dari kurva C-D.
19
SPLN D3.016-2: 2018
10000
1000
100
C
10
B
waktu [s]
0,1
D
0,01
1 10 100
Arus [pu]
Gambar A1. Kurva ketahanan transformator dan kurva arus operasi peralihan
Kurva proteksi transformator 160 kVA dengan NH fuse link 200 A yang terpasang pada
fuse switch PHB-TR, dikoordinasikan dengan pelebur 10 K pada sisi primer, dapat
dilihat pada gambar A2.
10000
1000
gG 200A
75% 10K
K - 10A
100
C
10
1
B
waktu [s]
0,1
D
0,01
1 10 100
4
Arus [pu]
20
SPLN D3.016-2: 2018
Sebagai contoh, fuse link gG 200 A dapat memproteksi transformator dengan menutup
semua garis ketahanan transformator. Keberadaan fuse link ini dapat memperbaiki
cakupan proteksi fuse link pada cutout, yang hanya dapat memproteksi untuk arus
gangguan > 4 In.
Bila fuse link sisi primer dikoordinasikan dengan fuse link sisi sekunder, kedua kurva
perlu dipisahkan sejauh 25%. Kurva arus-waktu 75% fuse link sisi primer harus lebih
kanan dari kurva fuse link sisi sekunder (gambar A2). Kurva 75% didefinisikan sebagai
kurva waktu rusak pelebur (time damaging curve). Pemberian jarak 25% dimaksudkan
agar semua gangguan pada JTR, yang telah berhasil diamankan oleh fuse link sisi
sekunder, tidak menimbulkan pengaruh kerusakan pada fuse link sisi primer.
Dengan pola tersebut di atas, arus pengenal fuse link untuk sakelar utama (fuse
switch) pada PHB-TR yang dikoordinasikan dengan fuse link sisi primer, dapat
menggunakan Tabel A1.
Penentuan rating fuse link di atas, lebih mudah dilakukan bila menggunakan fuse link
tipe gTr, jenis yang khusus diperuntukkan bagi proteksi transformator. Rating fuse link
jenis ini dinotasikan identik dengan kapasitas transformator (contoh: gTr 100 kVA)
Tipe MCCB yang dapat digunakan sebagai pengaman transformator dapat dipilih
dengan pola yang sama seperti di atas, yaitu dengan cara mengkaji kurva arus-
waktunya.
Tabel A1. Rating pelebur sisi primer yang dikoordinasi dengan pelebur NH gG/gL
CATATAN :
1) perlu dipastikan dengan kurva arus-waktu dari merek pelebur yang akan
digunakan
2) rentan terhadap arus cold-load pickup dan hot-load pickup
21
SPLN D3.016-2: 2018
Fuse link pada fuse rail bertujuan untuk memproteksi kabel JTR dari arus beban lebih
dan arus gangguan hubung-singkat. Arus-lebih yang mengalir pada konduktor kabel
dapat menyebabkan suhu tinggi yang merusak insulasi kabel, sambungan dan tap
konektor yang terpasang pada jurusan JTR tersebut.
Fuse link tersebut dapat memproteksi kabel JTR terhadap beban-lebih bila memenuhi
dua kondisi berikut :
▪ IB ≤ In ≤ Iz
▪ If ≤ 1,45 Iz
dengan :
IB = arus operasi kabel
Iz = kemampuan hantar arus (KHA) kabel (lihat Tabel A2)
In = arus pengenal fuse link gG
If = arus fusing konvensional dari fuse link gG (lihat Tabel A3)
Jika fuse link dapat memenuhi ketentuan di atas, maka secara praktis dapat
memproteksi kabel terhadap arus gangguan hubung singkat.
CATATAN: Pemutusan fuse link didefinisikan dengan arus dan waktu konvensional seperti
tercantum pada Tabel A3. Nilai pada tabel merupakan konvensi dari arus yang harus dapat
diputus dan arus yang harus dapat ditahan oleh fuse link tanpa beroperasi memutus, serta
waktu yang dikonvensikan.
Sebagai contoh : fuse link dengan arus pengenal (In) = 100 A, harus dapat memutus arus
sebesar 160 A (1,6 In) dalam waktu 2 jam, namun fuse link tersebut harus dapat menahan arus
125 A (1,25 In) selama 2 jam, tanpa beroperasi memutus.
Bila sakelar utama menggunakan LBS, jumlah dari arus pengenal setiap jurusan harus
diperhitungkan agar tidak melebihi arus pengenal transformator.
Berdasarkan ketentuan di atas, arus pengenal maksimum dari fuse link jurusan yang
terpasang pada fuse rail, dapat ditentukan seperti pada Tabel A2.
22
SPLN D3.016-2: 2018
16 ≤ In ≤ 63 1
63 < In ≤ 160 2
1,25 In 1,6 In
160 < In ≤ 400 3
In > 400 4
23
Pengelola Standardisasi: