Anda di halaman 1dari 71

BAB XI

PEMELIHARAAN PERALATAN GI

Pemeliharaan Lightning Arrester (La)

I. TUJUAN
1. Mampu melakukan pemeliharaan 1 tahunan pada Lightning Arrester (LA)
meliputi Pentanahan (Grounding), Isolator, Kekencangan Baut dan
Pondasi
2. Mampu melakukan pengukuran pada Lightning Arrester (LA) meliputi
Tahanan Isolasi, Tahanan Pentanahan, dan Pengujian Counter
3. Mampu mengidentifikasi kondisi Lightning Arrester (LA)

II. TEORI DASAR


Lightning Arrester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi
peralatan tenaga listrik dengan cara membatasi tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ke tanah. Lightning Arrester merupakan sebuah alat pelindung
yang baik untuk membatasi tegangan lebih yang timbul karena adanya tegangan
surja yang melebihi nilai maksimum yang diperbolehkan pada waktu pelepasan
(discharge) dan menahan tegangan sistem 50 Hz maksimum sesudah pelepasan
terjadi. Pada keadaan normal, Lightning Arrester berlaku sebagai isolator. Bila
timbul tegangan surja, Lightning Arrester bersifat sebagai konduktor yang
tahanannya relatif rendah sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah.
Setelah surja hilang, Lightning Arrester harus dengan cepat kembali menjadi
isolator sehingga pemutus daya tidak sempat membuka. Lightning Arrester
bersifat by-pass di sekitar isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh
arus surja petir ke sistem pertanahanan. Lightning Arrester diletakkan pada ujung
SUTT/SUTET yang memasuki Gardu Induk dan di depan trafo daya.

249
Gambar 1. Lightning Gambar 2. Lightning Gambar 3. Lightning
Arrester GSI Arrester Saluran Transmisi Arrester Gardu Induk

Tahanan Isolasi adalah tahanan yang terdapat diantara dua kawat saluran
(kabel) yang diisolasi satu sama lain atau tahanan antara satu kawat saluran
dengan tanah (ground). Pengukuran Tahanan Isolasi digunakan untuk memeriksa
status isolasi rangkaian dan perlengkapan listrik, sebagai dasar pengendalian
keselamatan.
Tahanan pentanahan merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dalam
pemasangan jaringan instalasi listrik. Pentanahan yang kurang baik tidak hanya
membuang-buang waktu saja, tetapi pentanahan yang kurang baik juga berbahaya
dan meningkatkan resiko kerusakan peralatan. Tanpa sistem pentanahan yang
efektif, maka akan dihadapkan pada resiko sengatan listrik, disamping itu juga
mengakibatkan kesalahan instrumen, distorsi harmonik, masalah faktor daya dan
delima kemungkinan adanya intermitten. Jika arus gangguan tidak mempunyai
jalur ke tanah melalui sistem pentanahan yang didesain dan dipelihara dengan
baik, arus gangguan akan mencari jalur yang tidak diinginkan termasuk manusia.
Counter Lightning Arrester adalah alat untuk menghitung sambaran petir
secara langsung. Mekanisme kerja alat ini adalah dengan menggunakan power
dari induksi sambaran petir yang melewati pada down conductor sehingga

250
kumparan dalam Counter Lightning Arrester dapat bergerak dengan indikator
angka. Alat ini dapat bekerja biasanya jika dilalui arus 40 kA.

III. ALAT DAN BAHAN


Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan dan pengukuran Lightning
Arrester antara lain yaitu :
1. Lightning Arrester 150 kV Penghantar
2. Mega Ohm Meter (Kyoritsu, High Voltage Insulation Tester, Model
3125)
3. Earth Tester
4. Jumper
5. MCB 220 V
6. MK Bay Penghantar 150 kV
7. Safety Helmet
8. Safety Boot
9. Safety Gloves
10. Body Harness

IV. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN


a. Pengukuran Tahanan Isolasi
1. Menyiapkan alat pengukuran yang akan digunakan yaitu Mega Ohm
Meter
2. Berdoa
3. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sebelum melakukan pengukuran
4. Menghubungan terminal positif alat ukur tahanan isolasi ke terminal
atas Lightning Arrester dan terminal ground alat ukur ke terminal
ground Lightning Arrester
5. Menyalakan alat ukur tahanan isolasi. Mengatur waktu pengukuran
(time setting) sebesar 10 detik dan tegangan kerja sebesar 5000 V DC
6. Menjalankan pengukuran dan tunggu hingga proses pengukuran
selesai

251
7. Mencatat hasil pengukuran
8. Menghubungan terminal positif alat ukur tahanan isolasi ke terminal
tengah Lightning Arrester (release pressure) dan terminal ground alat
ukur ke terminal ground Lightning Arrester
9. Menyalakan alat ukur tahanan isolasi. Mengatur waktu pengukuran
(time setting) sebesar 10 detik dan tegangan kerja sebesar 5000 V DC
10. Menjalankan pengukuran dan tunggu hingga proses pengukuran
selesai
11. Mencatat hasil pengukuran
12. Menghubungan terminal positif alat ukur tahanan isolasi ke terminal
bawah Lightning Arrester (isolasi bawah) dan terminal ground alat
ukur ke terminal ground Lightning Arrester
13. Menyalakan alat ukur tahanan isolasi. Mengatur waktu pengukuran
(time setting) sebesar 10 detik dan tegangan kerja sebesar 5000 V DC
14. Menjalankan pengukuran dan tunggu hingga proses pengukuran
selesai
15. Mencatat hasil pengukuran
16. Pengukuran dilakukan secara bergilir untuk fasa R, S, dan T
b. Pengukuran Tahanan Pentanahan
1. Menyiapkan alat pengukuran yang akan digunakan yaitu Earth Tester
2. Berdoa
3. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sebelum melakukan pengukuran
4. Membuka baut pentanahan pada masing-masing fasa R, S, dan T
5. Menyambungkan jumper hijau dari Earth Tester dengan ground
Lightning Arrester
6. Untuk jumper merah dan kuning, dijauhkan dari ground Lightning
Arrester sejauh 10 m untuk jumper merah dan 5 m untuk jumper
kuning. Posisi jumper antara merah dan kuning peletakannya boleh
disejajarkan
7. Menyalakan alat ukur Earth Tester. Pilih range untuk besar hambatan
di range 20

252
8. Menjalankan pengukuran dan tunggu hingga proses pengukuran
selesai
9. Mencatat hasil pengukuran
10. Pengukuran dilakukan secara bergilir untuk fasa R, S, dan T
c. Pengujian Counter
1. Menyiapkan alat yang digunakan yaitu jumper dan MCB 220 V
2. Berdoa
3. Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sebelum melakukan pengukuran
4. Membuka baut yang ada pada counter
5. Siapkan power dari MK Bay Penghantar 150 kV
6. Sambungkan dengan MCB 220 V. MCB ini berfungsi untuk
menghindari trip pada PMT ketika ada arus yang mengalir pada
Lightning Arrester
7. Sambungkan pada counter selama beberapa detik untuk mengetahui
apakah counter masih berfungsi atau tidak
8. Mencatat hasil perubahan pada counter
9. Pengukuran dilakukan secara bergilir untuk fasa R, S, dan T

253
V. RANGKAIAN PERCOBAAN
a. Rangkaian Pengukuran Tahanan Isolasi

ATAS

TENGAH

BAWAH

Gambar 4. Skema Rangkaian Pengukuran Tahanan


Isolasi Lightning Arrester

b. Rangkaian Pengukuran Tahanan Pentanahan

Gambar 5. Skema Rangkaian Pengukuran Tahanan


Pentanahan Lightning Arrester

254
c. Rangkaian Pengujian Counter

Gambar 6. Skema Rangkaian Pengujian Counter


Lightning Arrester

VI. DATA PENGUKURAN


a. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi
Pada tabel 1 di bawah ini, dapat diamati hasil pengukuran tahanan isolasi
Lightning Arrester yang terpasang pada masing-masing saluran tegangan
tinggi.

255
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Lightning Arrester
Fasa R Fasa S Fasa T
Titik
Standar Pengukura Standar Pengukura Standar
Ukur Pengukuran
t n t n t
Atas-
1 kV / 1 kV / 1 kV /
Ground 11,6 G 47,7 G 11,4 G
1M 1M 1M
(M)
Tengah
- 1 kV / 1 kV / 1 kV /
4,73 G 44,2 G 3,6 G
Ground 1M 1M 1M
(M)
Bawah-
1 kV / 1 kV / 1 kV /
Ground >JJJ1 G >JJJ1 G >JJJ1 G
1M 1M 1M
(M)

b. Hasil Pengukuran Tahanan Pentanahan


Pada tabel 2 di bawah ini, dapat diamati hasil pengukuran tahanan
pentanahan Lightning Arrester yang terpasang pada masing-masing saluran
tegangan tinggi.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Lightning Arrester
Standart Fasa R Fasa S Fasa S
Tahanan
Pentanahan 1 0,16 0,22 0,26

256
c. Hasil Pengujian Counter
Pada tabel 3 di bawah ini, dapat diamati hasil pengujian counter Lightning
Arrester yang terpasang pada masing-masing saluran tegangan tinggi.

Tabel 3. Hasil Pengujian Counter Lightning Arrester


Pengujian Counter Fasa R Fasa S Fasa S
Lightning Arrester Dengan
162 - 164 207 - 209 Rusak
Tegangan AC 220 V

VII. PEMBAHASAN
Pada pengukuran tahanan isolasi untuk fasa R diperoleh nilai untuk tahanan
isolasi antara bagian atas Lightning Arrester dengan ground adalah 11,6 G,
untuk tahanan isolasi antara bagian tengah Lightning Arrester dengan ground
adalah 4,73 G, untuk tahanan isolasi antara bagian bawah Lightning Arrester
dengan ground adalah > 1 G. Nilai tahanan isolasi di bagian atas lebih besar
karena peletakannya paling jauh dengan ground sehingga diperoleh tahanan lebih
besar dibandingkan lainnya. Nilai tahanan isolasi pada fasa R untuk bagian atas,
bagian tengah, dan bagian bawah memenuhi standart, yaitu diatas 1 kV / M.
Pada pengukuran tahanan isolasi untuk fasa S diperoleh nilai untuk tahanan
isolasi antara bagian atas Lightning Arrester dengan ground adalah 47,7 G,
untuk tahanan isolasi antara bagian tengah Lightning Arrester dengan ground
adalah 44,2 G, untuk tahanan isolasi antara bagian bawah Lightning Arrester
dengan ground adalah > 1 G. Nilai tahanan isolasi di bagian atas lebih besar
karena peletakannya paling jauh dengan ground sehingga diperoleh tahanan lebih
besar dibandingkan lainnya. Nilai tahanan isolasi pada fasa S untuk bagian atas,
bagian tengah, dan bagian bawah memenuhi standart, yaitu diatas 1 kV / M.
Pada pengukuran tahanan isolasi untuk fasa T diperoleh nilai untuk tahanan
isolasi antara bagian atas Lightning Arrester dengan ground adalah 11,4 G,
untuk tahanan isolasi antara bagian tengah Lightning Arrester dengan ground

257
adalah 3,6 G, untuk tahanan isolasi antara bagian bawah Lightning Arrester
dengan ground adalah > 1 G. Nilai tahanan isolasi di bagian atas lebih besar
karena peletakannya paling jauh dengan ground sehingga diperoleh tahanan lebih
besar dibandingkan lainnya. Nilai tahanan isolasi pada fasa T untuk bagian atas,
bagian tengah, dan bagian bawah memenuhi standart, yaitu diatas 1 kV / M.
Pada pengukuran tahanan pentanahan, hasil pengukuran pada fasa R, S, dan T
masing-masing yaitu 0,16 , 0,22 , dan 0,26 . Standart yang digunakan yaitu
tahanan pentanahan peralatan tidak boleh lebih dari 1 . Nilai tahanan pentanahan
untuk fasa R, S, dan T memenuhi standart, yaitu < 1 .
Pada pengujian counter, dilakukan injeksi tegangan AC sebesar 220 V.
Injeksi ini mewakili adanya arus gangguan yang akan dibaca oleh counter. Untuk
fasa R, sebelum dilakukan injeksi, nilai counter menunjukkan angka 162. Setelah
diinjeksi, fasa R menunjukkan nilai counter angka 164. Sehingga counter fasa R
masih berfungsi dengan baik. Untuk fasa S, sebelum dilakukan injeksi, nilai
counter menunjukkan angka 207. Setelah diinjeksi, fasa S menunjukkan nilai
counter angka 209. Sehingga counter fasa S masih berfungsi dengan baik. Untuk
fasa T, tidak ada perubahan nilai counter ketika diinjeksi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa counter yang ada pada fasa T telah mengalami kerusakan.

VIII. KESIMPULAN
Lightning Arrester yang dipelihara berada dalam kondisi yang sangat baik
karena kemampuan isolasinya yang sangat besar melebihi standartnya. Selain itu,
tahanan pentanahan pada peralatan tersebut juga tidak melebihi batas standart
yang telah ditentukan. Fungsi counter pada fasa R dan S masih dalam kondisi
baik, namun pada fasa T mengalami kerusakan.
Untuk standart tahanan isolasi peralatan tersebut yang digunakan yaitu 1 kV /
150
1M. Tegangan pada peralatan tersebut adalah kV atau 86 kV. Sehingga
3

batas minimal untuk tahanan isolasi pada peralatan ini adalah 86 M. Namun
karena masing-masing dari tahanan isolasi tersebut setiap fasanya memiliki hasil
yang maksimal atau lebih dari standart yang telah ditentukan, maka dapat
disimpulkan bahwa tahanan isolasi peralatan tersebut masih bagus.

258
Untuk standart tahanan pentanahan pada peralatan tersebut yang digunakan
yaitu 1 . Sehingga, hasil dari pengukuran tahanan pentanahan tidak boleh
sampai melampaui nilai tersebut. Namun karena masing-masing dari tahanan
pentanahan tersebut setiap fasanya tidak melebihi standart yang telah ditentukan,
maka dapat disimpulkan bahwa tahanan pentanahan peralatan tersebut masih
bagus.
Untuk pengujian counter peralatan tersebut, dapat dilihat bahwa counter yang
masih dapat beroperasi hanya counter yang berada pada fasa R dan S. Sedangkan
pada fasa T, counter tidak mengubah angka sekalipun walaupun telah diinjeksi
beberapa kali.
Namun, perlu dilakukan pengukuran pada saat seluruh peralatan dalam gardu
terhubung karena hubungan paralel seluruh peralatan gardu dapat menurunkan
nilai tahanan isolasi totalnya.

259
PENGUJIAN PENGUKURAN PADA PEMISAH (PMS)

I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan siswa dapat:
1. Mengetahui nilai tahanan isolasi, tahanan kontak, tahanan pentanahan, dan
arus kerja pada PMS.
2. Mengetahui prinsip pengukuran tahanan isolasi, tahanan kontak, dan tahanan
pentanahan, serta mengetahui besar tahanan isolasi, arus kerja dan kualitas
PMS pada Gardu Induk Simulator Udiklat Semarang.

II. TEORI DASAR


Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS) adalah peralatan untuk
memisahkan tegangan pada instalasi tenaga listrik atau memisahkan peralatan
listrik dari peralatan lain yang bertegangan, dimana pembukaan atau penutupan
Pms ini hanya dapat dilakukan dalam kondisi tanpa beban.
Ada dua macam fungsi PMS, yaitu:
1. Pemisah Peralatan ;
Berfungsi untuk memisahkan peralatan listrik dari peralatan lain atau
instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya pada
rangkaian yang tidak berbeban.
2. Pemisah Tanah (Pisau Pentanahan/Pembumian) ;
Berfungsi untuk mengamankan dari arus tegangan yang timbul sesudah
saluran tegangan tinggi diputuskan atau induksi tegangan dari penghantar atau
kabel lainnya. Hal ini perlu untuk keamanan bagi orang-orang yang bekerja pada
peralatan instalasi.
Sesuai dengan penempatannya di daerah mana Pemisah tersebut dipasang,
PMS dapat dibagi menjadi :
1. Pemisah Penghantar/Line : Pemisah yang terpasang di sisi penghantar.
2. Pemisah Rel/Bus : Pemisah yang terpasang di sisi rel.
3. Pemisah Kabel : Pemisah yang terpasang di sisi kabel.

260
4. Pemisah Seksi : Pemisah yang terpasang pada suatu rel
sehingga rel tersebut dapat terpisah menjadi
dua seksi.
5. Pemisah Tanah : Pemisah yang terpasang pada penghantar /
line / kabel untuk menghubungkan ke
tanah.

Gambar. 7 Single Line Penetapan PMS


Pemisah terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai
fungsinya adalah sebagai berikut :
1. Struktur Mekanik
Terdiri dari struktur baja/besi atau beton serta pondasi sebagai
dudukan/penopang struktur peralatan pemisah.
a. Struktur baja / besi atau struktur beton
Adalah rangkaian besi / baja atau beton yang dibuat sesuai dengan
kebutuhan peralatan yang akan dipasang. Struktur baja / besi atau beton
berfungsi sebagai penyangga peralatan / dudukan pemisah
b. Pondasi
Adalah bagian dari suatu sistem rekayasa teknik yang mempunyai fungsi
untuk memikul beban luar yang bekerja dan beratnya sendiri yang pada

261
akhirnya didistribusikan dan disebarkan pada lapisan tanah dan batuan
yang berada dibawahnya untuk distabilisasi.

Struktur
baja / besi

Pondasi

Struktur
beton

Gambar 8. Struktur Mekanik

2. Isolasi (Insulation)
Isolator adalah alat yang berfungsi sebagai isolasi dan pemegang mekanis
dari perlengkapan atau penghantar yang dikenai beda potensial. Isolator
berbentuk piringan-piringan yang terbuat dari bahan porselin atau komposit
yang ukurannya disesuaikan dengan tegangan, jenis, ukuran konduktor,
kekuatan mekanis dan konstruksi penopangnya.

Gambar 9. Isolator

262
3. Penghantar Arus Listrik
Penghantar Arus Listrik ( Electrical Current Carrying ) merupakan bagian
dari PMS yang bersifat konduktif dan berfungsi untuk menghantarkan /
mengalirkan arus listrik. Terdiri dari pisau-pisau / Kontak PMS dan terminal
utama.
a. Pisau Pisau atau Kontak PMS:
Menghubungkan atau memisahkan bagian yang bertegangan. Macam-
macam pisau pemisah berdasarkan gerakan lengan/pisau pemisahnya
antara lain :
- Pemisah Engsel
Pemisah tersebut gerakannya seperti engsel. Pemisah engsel dapat
membuka ke atas dengan sudut 90 derajat dan biasanya digunakan
untuk tegangan menengah 6 kV 20 kV.

Gambar 10. Pemisah Engsel


- Pemisah Putar
Pemisah putar mempunyai dua buah kontak diam dan dua buah
kontak gerak yang dapat berputar pada sumbunya. Pemisah ini
biasanya terletak di luar Gardu Induk.

Gambar 11. Pemisah Putar

263
- Pemisah Siku
Pemisah siku tidak mempunyai kontak diam, hanya mempunyai dua
kontak gerak yang gerakannya mempunyai sudut 90 derajat.
Pemisah ini juga biasanya terletak di luar Gardu Induk.

Gambar 12. Pemisah Siku

- Pemisah Luncur
PMS ini gerakannya ke atas ke bawah (vetikal) atau ke samping
(horisontal). Banyak dioperasikan di instalasi 20 kV.

Gambar 13. Pemisah Luncur

264
- Pemisah Pantograph
Pemisah ini kontak diamnya terletak pada rel, dan kontak geraknya
pada ujung lengan pantograph. Banyak dioperasikan di instalasi 500
kV.

Gambar 14. Pemisah Pantograph

b. Terminal Utama (Klem)


Bagian dari Pms yang merupakan titik sambungan antara Pms dengan
konduktor luar dan berfungsi untuk mengalirkan arus dari atau ke
konduktor luar.

Gambar 15. Terminal Utama (Klem)

4. Sistem Pentanahan / Grounding


Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem
pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik
sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dan lain - lain. Fungsi
pentanahan peralatan listrik adalah untuk menghindari bahaya tegangan

265
sentuh bila terjadi gangguan atau kegagalan isolasi pada peralatan /
instalasi.

Gambar 16. Sistem Pentanahan / Grounding

5. Mekanik Penggerak
Memposisikan pisau/kontak PMS untuk membuka dan menutup yang terdiri
dari Stang/Tuas Penggerak dan Tenaga Penggerak. Jenis tenaga penggerak
PMS dapat dibedakan :
a. Secara Manual, pengoperasian PMS ini (membuka /menutup) secara
manual dengan memutar/ menggerakkan lengan PMS melalui fasilitas
mekanik.

Gambar 17. Mekanik Penggerak Secara Manual

b. Tenaga penggerak dengan motor. Pengoperasian PMS ini (membuka


/menutup) dengan memutar/ menggerakkan lengan PMS melalui fasilitas
penggerak dengan motor.

266
Gambar 18. Mekanik Penggerak Dengan Tenaga Motor

c. Tenaga penggerak pneumatik (tekanan udara). Pengoperasian Pms ini


(membuka / menutup) dengan memutar / menggerakkan lengan Pms
melalui fasilitas penggerak dengan pneumatik (tekanan udara).

Gambar 19. Mekanik Penggerak Dengan Tenaga Pneumatik

6. Control Auxiliary Circuit


Control/Auxilliary circuit, terdiri dari:
a. Lemari mekanik/kontrol, untuk melindungi peralatan tegangan rendah dan
sebagai tempat secondary equipment.

Gambar 20. Lemari Mekanik dan Box Mekanik

267
b. Terminal dan wiring control, sebagai terminal wiring kontrol PMS serta
memberikan trigger pada mekanik penggerak untuk operasi PMS.

Gambar 21. Terminal dan Wiring Control

7. Pisau Pentanahan
Berfungsi untuk mentanahkan/ membumikan tegangan induksi atau tegangan
sisa sesudah jaringan diputus dari sumber tegangan. Pemisah tanah atau Earth
Switch mempunyai sistem interlock dengan pemisah penghantar dimana jika
pemisah dalam posisi masuk maka pemisah tanah posisi keluar, begitu pula
sebaliknya.

Gambar 22. Pisau Pentanahan

268
III. PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI
3.1 ALAT DAN BAHAN
a. Alat Pengukuran
PMS (Pemisah) / Disconnecting Switch
Tool Kit
Alat pengukur tahanan isolasi (magger)
Alat Tulis

b. APD (Alat Pelindung Diri)


Tangga
Safety helmet
Body harness
Safety shoes

3.2 LANGKAH LANGKAH PERCOBAAN


a. Persiapan perlengkapan dan alat pengukuran yang digunakan dalam
pengukuran tahanan isolasi PMS.
b. Kenakan alat pelindung diri sesuai dengan SOP (standar operasi
prosedur) yang berlaku.
c. Koordinasikan dengan instruktur sebelum memasang peralatan
pengukuran tahanan isolasi pada PMS.
d. Pasang alat pengukur tahanan isolasi sesuai dengan rangkaian
percobaan tahanan isolasi PMS.
e. Inject tegangan 5000 VDC dari alat pengukur tahanan isolasi
kemudian lakukan pengukuran tahanan isolasi selama 10 detik sesuai
dengan SOP untuk tiap-tiap phasanya.
f. Catat hasil pengukuran dan koordinasikan kembali dengan instruktur.

3.3 RANGKAIAN PERCOBAAN

269
Gambar 23. Rangkaian Wiring Pengukuran Tahanan Isolasi Pada PMS 150 kV
(Atas-Ground).

Gambar 24. PMS Gambar 25. Magger

3.4 DATA PENGUKURAN


Tabel 4. Hasil Pengukuran Tahanan Isolasi Pada PMS 150 kV
Titik
Fasa R Fasa S Fasa T
Ukur
Standard A B Standard A B Standard A B
Atas
1 kV/ 179 403 1 kV/ 262 425 1 kV/ 204 513
Ground
1M G G 1M G G 1M G G

3.5 PEMBAHASAN

270
Pada pengukuran tahanan isolasi PMS titik ukur yang digunakan adalah
titik atas dengan ground, maka diperoleh pembahasan sebagai berikut :
Standard pengukuran tahanan isolasi adalah 1kV/1M , maka dari
itu standard nilai tahanan isolasi pada PMS 150 kV adalah 150M.
Pada fasa R tepatnya pada titik A yang terhubung ke busbar
diperoleh hasil pengukuran sebesar 179 G , dan pada titik B yang
terhubung ke line diperoleh hasil pengukuran sebesar 403 G.
Pada fasa S tepatnya pada titik A yang terhubung ke busbar
diperoleh hasil pengukuran sebesar 262 G , dan pada titik B yang
terhubung ke line diperoleh hasil pengukuran sebesar 425 G.
Pada fasa T tepatnya pada titik A yang terhubung ke busbar
diperoleh hasil pengukuran sebesar 204 G , dan pada titik B yang
terhubung ke line diperoleh hasil pengukuran sebesar 513 G.

3.6 KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengukuran dan analisa tahanan isolasi
PMS yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa nilai tahanan
isolasi PMS 150 kV pada fasa R,S, dan T diatas dari standard yang
ditentukan. Maka dari itu isolasi pada PMS 150kV dalam kondisi baik dan
layak operasi.

IV. PENGUKURAN TAHANAN KONTAK


4.1 ALAT dan BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini:
a. Alat ukur tahanan kontak (Vanguard Instrument)
b. Kunci pas dan ring
c. Tang dan obeng
d. Peralatan APD (Alat Pelindung Diri)

4.2 LANGKAH LANGKAH PERCOBAAN

271
Langkah langkah percobaan pengukuran tahanan kontak PMS, sebagai
berikut:
1. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sebelum melakukan
percobaan.
2. Berdoa sebelum mengerjakan percobaan.
3. Menyiapkan alat dan bahan.
4. Memposisikan PMS dalam keadaan tertutup (Close).
5. Merangkai alat ukur tahanan kontak (Vanguard Instrument) dengan
PMS.
6. Menghidupkan alat ukur tahanan kontak (Vanguard Instrument)
7. Mengatur besar arus injeksi dengan range 100 A, 200 A, dan 300 A.
8. Mengatur lama waktu injeksi, yaitu selama 5 detik.
9. Menjalankan operasi pengukuran dengan menekan tombol start.
10. Mencatat data hasil pengukuran.

4.3 RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 26. Rangkaian percobaan tahanan kontak

4.4 DATA PENGUKURAN

272
Tabel 5. Pengukuran Tahanan Kontak PMS

Hasil Pengukuran
Arus
Injeksi Tahun Lalu () Hasil Ukur ()

(selama
PMS 5 detik) R S T R S T
Posisi
ON
100 A 11,7 13 12,3 8,1 11,2 9,2

200 A 12 12,8 13,1 7,9 11,1 9,9

300 A 7,6 12,7 9,4 7,8 11,1 9,2

4.5 PEMBAHASAN
Alat yang digunakan untuk mengukur tahanan kontak pada PMS adalah
Vanguard Contact Resistance Tester.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada PMS Gardu
Induk Simulator Semarang, di dapat hasil pengukuran tahanan kontak pada
fasa R, S, dan T sebesar 8,1 , 7,9 , dan 7,8 dengan arus injeksi 100
A. Pada saat fasa R, S, dan T di injeksi lagi dengan arus 200 A, maka tahanan
kontak PMS berubah menjadi 11,2 , 11,1 , dan 11,1 . PMS kembali
di injeksi untuk yang ketiga kalinya dengan arus 300 A, tahanan kontak pada
tiap tiap fasa R, S, dan T berubah lagi menjadi 9,2 , 9,9 , dan 9,2 .
Nilai tahanan kontak yang di dapat kemudian dibandingkan dengan standart
yang diterapkan PLN yakni, nilai tahanan kontak harus dibawah 40 agar
dapat dikategorikan dalam kondisi baik.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tahanan kontak pada PMS di fasa R,
S, dan T dikategorikan dalam kondisi baik, karena nilai tahanan kontaknya di
bawah 40 (sesuai dengan standart yang diterapkan PLN).

4.6 KESIMPULAN

273
Tahanan kontak PMS di tiap fasa R, S, dan T dalam kondisi baik, namun
tahanan kontak pada PMS harus selalu di pelihara agar nilainya selalu
memenuhi standart yang diterapkan PLN.

V. PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN


5.1 ALAT dan BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini:
a. Alat ukur tahanan pentanahan (Earth Tester)
b. Kunci pas dan ring
c. Pasak
d. Peralatan APD (Alat Pelindung Diri)

5.2 LANGKAH LANGKAH PERCOBAAN


Langkah langkah percobaan pengukuran tahanan pentanahan PMS,
sebagai berikut:
1. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sebelum melakukan
percobaan.
2. Berdoa sebelum mengerjakan percobaan.
3. Menyiapkan alat dan bahan.
4. Melepas baut yang terhubung ke counter dan ke grounding.
5. Memasang dua buah pasak dengan jarak masing masing pasak 5
meter dan 10 meter dari PMS.
6. Merangkai alat ukur tahanan pentanahan (Earth Tester).
7. Menghidupkan alat ukur tahanan pentanahan (Earth Tester) dan
langsung memutar selektor injeksi.
8. Mencatat data hasil pengukuran.

274
5.3 RANGKAIAN PERCOBAAN
Rangkaian percobaan pengukuran tahanan pentanahan PMS dapat dilihat
seperti gambar di bawah ini:

Gambar 27. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Pentanahan PMS

Gambar 28. Alat Uji Tahanan Pentanahan

5.4 DATA PENGUKURAN


Tabel 7. Pengukuran Tahanan Pentanahan PMS
Hasil Pengukuran
Fasa R Fasa S Fasa T
0,09 0,12 0,21

5.5 PEMBAHASAN
Alat yang digunakan untuk mengukur tahanan pentanahan pada PMS
adalah Earth Tester.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada PMS Gardu
Induk Simulator Semarang, di dapat hasil pengukuran tahanan pentanahan
pada fasa R, S, dan T sebesar 0,09 , 0,12 , dan 0,21 setelah di injeksi
menggunakan Earth Tester. Nilai tahanan pentanahan yang di dapat kemudian

275
dibandingkan dengan standart yang diterapkan PLN yakni, nilai tahanan
pentanahan harus dibawah 1 agar dapat dikategorikan dalam kondisi baik.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tahanan pentanahan pada PMS di
fasa R, S, dan T dikategorikan dalam kondisi baik, karena nilai tahanan
pentanahannya di bawah 1 (sesuai dengan standart yang diterapkan PLN).

5.6 KESIMPULAN
Tahanan pentanahan PMS di tiap fasa R, S, dan T dalam kondisi baik,
dengan nilai tahanan dibawah 1 . Tahanan pentanahan pada PMS harus
selalu di pelihara dengan cara menguji nilai tahanannya menggunakan Earth
Tester agar nilainya selalu memenuhi standart yang diterapkan PLN.

VI. PENGUKURAN WAKTU KERJA PMS


6.1 ALAT DAN BAHAN
Sebelum melakukan pengukuran peralatan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Peralatan ukur berupa stopwatch
b. Peralatan kerja
c. Peralatan APD (Alat Pelindung Diri) seperti
Sepatu Safety
Helm
Wear pack
Body Harnes

6.2 LANGKAH LANGKAH PERCOBAAN


Pengukuran waktu kerja PMS dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
penanganan sendiri (local) dan pengontrolan secara jauh (remote). Jika
membuka dan menutup PMS menggunakan remote maka terlebih dahulu
selector yang terletak di dalam box PMS harus diputar ke arah remote,
kemudian proses pembukaan dan penutupan PMS dilakukan di dalam ruang

276
control. Namun jika remotenya tidak berfungsi (rusak) maka dilakukan
pengontrolan local. Langkah-langkah untuk pengontrolan local yaitu :
Memindahkan selector switch kea rah local yang terletak dalam
box PMS
Menenkan tombol Open yang terletak dalam box
Maka PMS akan membuka, pada saat PMS membuka kita dapat
menghitung berapa lama waktu PMS membuka dengan
menggunakan stopwatch
Setelah PMS terbuka maka grounding dimasukkan. Grounding di
sini berfungsi untuk menghilangkan tegangan sisa yang ada di
penghantar.
Dan pada saat ingin menutup (close) maka terlebih dahulu
grounding di lepas/diangkat.
Setelah grounding dilepas maka kita menekan tombol close yang
terletak dalam box PMS, pada saat proses close PMS waktunya
juga dihitung dengan menggunakan stopwatch untuk mengetahui
seberapa lama PMS close. Dan mencatat hasilnya di lembar hasil
pengukuran.

6.3 DATA PENGUKURAN


Tabel 8. Pengukuran Waktu Kerja PMS
Hasil Ukur
Waktu Kerja PMS Close Open
3,64 detik 3,66 detik

6.4 PEMBAHASAN
Hasil pengujian waktu kerja pemisah (PMS) saat membuka dan menutup
dibandingkan dengan batasan yang umumnya dicantumkan pada instruction
manual dari pabrikan atau pada name plate pemisah tersebut . Sebagai contoh
dari buku instuction manual merk COELME disebutkan bahwa Operating
time < 20 s . Sedangkan dari hasil praktek waktu close dan open tidak

277
melebihi kapasitas waktu pada name platenya sehingga hasil percobaan
praktek ini di katakan peralatan masih baik/aman untuk di operasikan.

6.5 KESIMPULAN
Waktu kerja PMS menutup dan membuka masih memenuhi standar yang
telah di tetapkan PLN, namun peralatan tetap harus dipelihara agar
peralatan dapat bertahan lama

278
PENGUJIAN PEMUTUS TEGANGAN (PMT)

I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan siswa dapat:
1. Mengetahui nilai tahanan isolasi PMT.
2. Mengetahui nilai tahanan kontak PMT.
3. Mengetahui kondisi pemutus tenaga yang diuji.

II. TEORI DASAR


2.1. Pengertian PMT
Circuit Breaker (CB) atau Saklar Pemutus Tenaga (PMT) adalah
suatu peralata pemutus rangkaian listrik pada suatu system tenaga listrik
yang mampu membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua
kondisi, termasuk arus hubung singkat sesuai dengan ratingnya. Selain
itu PMT dapat memutus tenaga pada kondisi tegangan yang normal.
Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-
14-20 Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan
peralatan saklar / switching mekanis, yang mampu:
Menutup, mengalirkan dan memutus arus beban dalam kondisi
normal,
Menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus
arus beban dalam spesifik kondisi abnormal / gangguan seperti
kondisi short circuit / hubung singkat.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau
menutup saat terjadi arus gangguan ( hubung singkat ) pada jaringan atau
peralatan lain.
Setiap PMT dirancang sesuai dengan fungsinya dengan
mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1. Tegangan nominal dan frekuensi daya jaringan
2. Arus maksimum yang dapat dialirkan terus-menerus.

279
3. Arus hubung singkat maksimum yang akan diputuskan.
4. Lama maksimum arus hubung singkat yang boleh berlangsung.
5. Jarak bebas antara bagian bertegangan dengan objek lain di
sekitarnya.
6. Jarak rambat arus bocor pada isolatornya.
7. Kekuatan dielektrik media isolator sela kontak.
8. Iklim dan ketinggian lokasi PMT.
Tegangan pengenal PMT dirancang untuk lokasi dengan ketinggian
maksimum 1000 mdpl. Jika PMT dipasang pada lokasi yang ketinggiannya
lebih dari 1000 mdpl, maka tegangan operasi maksimum dari PMT
tersebut harus dikoreksi dengan factor berikut.

Tabel 9. Faktor Koreksi antara Tegangan dan Lokasi


Ketinggian (mdpl) Faktor Koreksi
1000 1,00
1212 0,98
1515 0,95
3030 0,80

2.2. Pengukuran Keserempakan (Breaker Analyzer)


Tujuan dari pengujian keserempakan PMT adalah untuk
mengetahui waktu kerja PMT secara individu serta untuk mengetahui
keserempakan PMT pada saat menutup ataupun membuka.
Berdasarkan cara kerja penggerak, maka PMT dapat dibedakan
atas jenis three pole (penggerak PMT tiga fasa) dan single pole
(penggerak PMT satu fasa). Untuk T/L Bay biasanya PMT
menggunakan jenis single pole dengan maksud PMT tersebut dapat
trip satu fasa apabila terjadi gangguan satu fasa ke tanah dan dapat
reclose satu fasa yang biasa disebut SPAR (Single Pole Auto Reclose).
Namun apabila gangguan pada penghantar fasa fasa maupun tiga
fasa maka PMT tersebut harus trip 3 fasa secara serempak. Apabila PMT

280
tidak trip secara serempak akan menyebabkan gangguan, untuk itu
biasanya terakhir ada sistem proteksi namanya pole discrepancy relay
yang memberikan order trip kepada ketiga PMT pahasa R,S,T.
Hal yang sama juga untuk proses menutup PMT maka yang
tipe single pole ataupun three pole harus menutup secara serentak pada
fasa R,S,T, kalau tidak maka dapat menjadi suatu gangguan didalam
sistem tenaga listrik dan menyebabkan sistem proteksi bekerja.

2.3. Pengujian Tahanan Kontak


Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik
sambungan. Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari
beberapa jenis konduktor bertemu secara fisik sehingga arus/energi
listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti. Pertemuan dari
beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan/resistan terhadap
arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan menjadikan
kerugian teknis. Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya
tinggi.
Sambungan antara konduktor dengan PMT atau peralatan lain
merupakan tahanankontak yang syarat tahanannya memenuhi kaidah
Hukum Ohm sebagai berikut:
=
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 Ohm dan arus yang
mengalir adalah 10 Amp maka ruginya adalah:
= 2
= 10.000
Prinsip dasarnya adalah sama dengan alat ukur tahanan
murni (Rdc), tetapi padatahanan kontak arus yang dialirkan lebih
besar I=100 Amperemeter.
Kondisi ini sangat signifikan jika jumlah sambungan
konduktor pada salah satu jalurterdapat banyak sambungan sehingga
kerugian teknis juga menjadi besar, tetapi masalahini dapat

281
dikendalikan dengan cara menurunkan tahanan kontak dengan
membuat danmemelihara nilai tahanan kontak sekecil mungkin. Jadi
pemeliharaan tahanan kontak sangat diperlukan sehingga nilainya
memenuhi syarat nilai tahanan kontak.
Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur
tegangan (drop Teganganpada obyek yang diukur). Dengan sistem
elektronik maka pembacaan dapat diketahui dengan baik dan ketelitian
yang cukup baik pula (digital).
Digunakannya arus sebesar 100 amp karena pembagi dengan
angka 100 akan memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak
dan lebih cepat.
Dalam melakukan pengukuran skala yang digunakan harus
diperhatikan jangan sampai arus yang dibangkitkan sama dengan batasan
skala sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil penunjukan
tidak sesuai dengan kenyataannya

2.4. Pemadaman Busur Api


Pada waktu pemutusan dan penghubungan suatu rangkaian system
tenaga listrik maka pada PMT akan terjadi busur api. Terdapat beberapa
cara dalam pemadaman busur api.
a. Pemadaman busur api dengan gas Sulfur Hexa Flourrida (SF6)
Sebagai isolasi, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang
lebih tinggi dibandingkan dengan udara dan kekuatan dielektrik ini
bertambah seiring dengan pertambahan tekanan.
Umumnya PMT jenis ini merupakan tipe tekanan tunggal
(single pressure type), dimana selama operasi membuka atau menutup
PMT, gas SF6 akan ditekan kedalam suatu tabung/silinder yang
menempel ada kntak yang bergerak. Pada waktu pemutusan, gas SF6
ditekan melalui nozzle dan tiupan yang mematikan busur api.
b. Pemadaman busur api dengan Oli/Minyak

282
Jenis PMT dengan minyak ini dapat dibedakan menjadi baynak
minyak (bulk oil) dan sedikit minyak. PMT jenis ini digunakan mulai
tegangan menengah 6V sampai dengan tegangan ekstra tinggi (425 kV
dengan arus nominal 400 A sampai 1250 A dengan arus pemutusan
simetris 12 kA sampai 50 kA.
c. Pemadaman busur api dengan udara hembus / Air Blast
PMT ini menggunakan udara sebagai media pemadaman busur
api dengan menghembuskan udara ke ruang pemutus. PMT ini disebut
juga sebagai PMT Udara Hembus.
d. Pemadaman busur api dengan Hampa Udara (Vacuum)
Ruang hampa udara mempunyai kekuatan dielektrik (dielektrik
strength) yang tinggi dansebagai media pemadam busur api yang
baik. Saat ini, PMT jenis vacuum umumnya digunakan untuk
tegangan menengah (24kV). Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1
cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiapkenaikan tegangan 3
kV. Untuk pemutus vacuum tegangan tinggi, digunakan PMT jenis
ini dengan dihubungkan secara seri.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan
antara lain porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara.
Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan umur kontak
utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan tegangan dielektrik yang
tinggi maka bentuk fisik PMT jenis ini relatif kecil.

III. ALAT DAN BAHAN


1. PMT 20Kv
2. Megger
3. Vanguard Instrument
4. Jumper
5. Kabel Penjepit Buaya

283
IV. LANGKAH PERCOBAAN (PENGUKURAN PMT)
1. Pengukuran tahanan isolasi pada PMT
a. Menyiapkan alat ukur tahanan isolasi (megger merk Kyoritsu 3125).
b. Memasang kabel probe pada megger
c. Melakukan kalibrasi megger dengan cara menghubungkan probe line
dengan probe earth
d. Memindahkan selector switch dari posisi off ke 500 V lalu menekan
tombol press and lock, apabila pada layar lcd menunjukkan nilai nol
artinya megger dalam kondisi baik
e. Mengukur tahanan isolasi antara fasa atas-bawah (Ra-Rb, Sa-Sb,
Ta-Tb) kondisi PMT off
f. Menghubungkan kabel line megger ke fasa atas PMT
g. Menghubungkan kabel earth megger ke fasa bawah PMT
h. Mengatur tegangan megger dengan memutar switch ke 5000 V
i. Mengatur waktu pengukuran 10 detik
j. Menekan tombol press and lock untuk memulai pengukuran
k. Mencatat hasil pengukuran
l. Mengukur tahanan isolasi antara terminal atas (Ra, Sa, Ta)
terhadap tanah kondisi PMT off
m. Menghubungkan kabel line megger ke terminal atas PMT
n. Menghubungkan kabel earth megger ke tanah (body PMT)
o. Mengatur tegangan megger dengan memutar switch ke 5000 V
p. Mengulangi langkah percobaan dari i ke k
q. Mengukur tahanan isolasi antara terminal bawah (Rb, Sb, Tb)
terhadap tanah kondisi PMT off
r. Menghubungkan kabel line megger ke bagian bawah PMT
s. Menghubungkan kabel earth megger ke tanah (body PMT)
t. Mengatur tegangan megger dengan memutar switch ke 1000 V
u. Mengulangi langkah percobaan dari i ke k
v. Mengukur tahanan isolasi terhadap terminal fasa (R, S, T)
terhadap tanah kondisi PMT on

284
w. Menutup PMT dengan cara menekan tombol close
x. Menghubungkan kabel line megger ke bagian fasa PMT
y. Menghubungkan kabel earth megger ke tanah (body PMT)
z. Mengatur tegangan megger dengan memutar switch ke 1000 V
aa. Mengulangi langkah percobaan dari i ke k

Keterangan:
Ra = Terminal atas fasa R (Merah)
Rb = Terminal bawah fasa R
Sa = Terminal atas fasa S (Kuning)
Sb = Terminal bawah fasa S
Ta = Terminal atas fasa T (Biru)
Tb = Terminal bawah fasa T

Gambar. 29 Terminal tempat pengukuran tahanan isolasi PMT

2. Pengukuran tahanan kontak pada PMT


a. Menyiapkan alat ukur tahanan kontak (mikro-ohm meter)
b. Memastikan PMT dalam keadaan tertutup (close)
c. Memasang alat ukur mikro-ohm meter sesuai dengan rangkaian pada
gambar 4.2
d. Menghidupkan alat ukur mikro-ohm meter
e. Mengatur besar arus injeksi (100A, 200A dan 300A)
f. Mengatur lama waktu injeksi selama 5 detik
g. Menjalankan operasi pengukuran dengan menekan tombol start
h. Mencatat data hasil pengukuran

285
Gambar 30. Pengukuran Tahanan Kontak PMT

3. Pengukuran keserempakan dan kecepatan kontak PMT


Kondisi PMT Terbuka :
a. Menyiapkan alat ukur keserempakan dan kecepatan kontak PMT
(breaker analyzer)
b. Memastikan PMT dalam kondisi terbuka (open)
c. Memasang alat ukur sesuai dengan rangkaian percobaan pada gambar
d. Menghidupkan alat ukur Breaker Analyzer dengan menekan saklar
start
e. Memilih menu reset set up Breaker Analyzer
f. Memilih menu internal triger mode
g. Memilih menu close
h. Menekan dan tahan tombol merah kemudian tekan tombol start
i. Hasil pengukuran akan secara otomatis tercetak

Kondisi PMT Tertutup :


a. Menyiapkan alat ukur keserempakan dan kecepatan kontak PMT
(breaker analyzer)
b. Memastikan PMT dalam kondisi tertutup (close)

286
c. Memasang alat ukur sesuai dengan rangkaian percobaan pada gambar
d. Menghidupkan alat ukur Breaker Analyzer dengan menekan saklar
start
e. Memilih menu reset set up Breaker Analyzer
f. Memilih menu internal triger mode
g. Memilih menu open
h. Menekan dan tahan tombol merah kemudian tekan tombol start
i. Hasil pengukuran akan secara otomatis tercetak

4. Langkah langkah percobaan pengukuran tahanan pentanahan


PMT, sebagai berikut:
a. Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) sebelum melakukan
percobaan.
b. Berdoa sebelum mengerjakan percobaan.
c. Menyiapkan alat dan bahan.
d. Melepas baut yang terhubung ke counter dan ke grounding.
e. Memasang dua buah pasak dengan jarak masing masing pasak 5
meter dan 10 meter dari PMT.
f. Merangkai alat ukur tahanan pentanahan (Earth Tester).
g. Menghidupkan alat ukur tahanan pentanahan (Earth Tester) dan
langsung memutar selektor injeksi.
h. Mencatat data hasil pengukuran.

V. RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar 31. Rangkaian Pengukuran Tahanan Isolasi PMT Atas-Ground

287
Gambar 32. Rangkaian Pengukuran Tahanan Isolasi PMT Tengah-Ground

Gambar 33. Rangkaian Pengukuran Tahanan Isolasi PMT Atas-Tengah

Gambar 34. Rangkaian Pengukuran Tahanan Pentanahan PMT

288
Gambar 35. Rangkain Pengujian Tahanan Kontak PMT

Gambar 36. Rangkaian Percobaan Pengukuran Tahanan Pentanahan PMS

Gambar 37. Alat Uji Tahanan Pentanahan

289
VI. DATA PERCOBAAN
Tabel 10. Tahanan Isolasi
No. Titik Ukur Kondisi Fasa: R Fasa: S Fasa: T
PMT (G ) (G) (G)
1 Atas Bawah OFF 391 266 200
2 Atas Tanah OFF 138 103 89
3 Bawah Tanah OFF >2 >2 >2
4 Fasa Tanah ON >2 >2 >2
Keterangan : Standard 1kV/1M

Tabel 11.Tahanan Kontak


Titik Ukur Kondisi Arus Inject Fasa: R Fasa: S Fasa: T
PMT (5 detik)
Atas ON 100 A 1,017 m 1, 76 m 141
Bawah 200 A 1,741 m 1, 82 m 133,7
300 A 1,3484 m 1, 49 m 140,3
Keterangan : Standard < 10

Tabel 12. Faktor Keserempakan


Pengukuran Standar Hasil Pengukuran
Fasa R Fasa S Fasa T
Open to Close 90ms 234,40 ms 225,30 ms 228,50 ms
Close to Open 50ms 56,90 ms 58,40 ms 57,40 ms
Keterangan : 10

Tabel 13. Pengukuran Tahanan Pentanahan PMT


Hasil Pengukuran
Fasa R Fasa S Fasa T
0,11 0,14 0,23

290
VII. PEMBAHASAN
Tahanan isolasi minimal PMT sesuai buku pemeliharaan peralatan
SE.032/PST/1984 dan menurut standar VDE (katalogue 228/4) besar
tahanan isolasi pada suhu operasi dihitung 1 kV = 1 M dengan catatan
1 kV = besarnya tahanan fasa terhadap tanah, kebocoran arus yang
diijinkan setiap kV = 1 mili Ampere. Karena yang diukur adalah PMT 150
kV maka besar minimim tahanan isolasi adalah 150/akar 3 = 86,6kV.
Pengukuran yang pertama adalah pengukuran tahanan isolasi
dalam kondisi off dengan hasil ukur pada titik ukur atas bawah untuk
fasa R adalah 391 G, pada fasa S adalah 266 G, dan fasa T adalah 200
G. Pada titik ukur atas - tanah didapatkan hasil fasa R sebesar 138 G,
fasa S sebesar 103 G, dan fasa T adalah 89 G. Pada titik ukur bawah
tanah pada fasa R lebih dari 2 G, fasa S lebih dari 2 G, dan fasa T juga
lebih dari 2 G.
Pengukuran yang kedua adalah pengukuran tahanan kontak dalam
kondisi on, pada titik ukur atas bawah dengan arus 100 ampere
didapatkan hasil pada fasa R sebesar 1,017 mili Ohm, pada fasa S sebesar
1,76 mili Ohm, dan pada fasa T sebesar 141 mikro Ohm. Pada arus 200
ampere didapatkan hasil pada fasa R sebesar 1,741 mili Ohm, pada fasa S
sebesar 1,82 mili Ohm, dan pada fasa T sebesar 133,7 mikro Ohm. Pada
arus 300 ampere didapatkan hasil pada fasa R sebesar 1,3484 mili Ohm,
pada fasa S sebesar 1,49 mili Ohm, dan pada fasa T sebesar 140,3 mikro
ohm.
Pengukuran yang ketiga adalah pengukuran faktor keserempakan
PMT, yaitu kecepatan kontak PMT untuk membuka dan menutup. Pada
proses closing PMT pada fasa R dibutuhkan waktu sebesar 234,4 ms, pada
fasa S dibutuhkan waktu sebesar 225,3 ms, dan pada fasa T dibutuhkan
waktu sebesar 228,5 ms. Sehingga didapatkan delta T sebesar 9,1 ms. Pada
proses opening PMT waktu yang dibutuhkan pada fasa R sebesar 56,9 ms,
pada fasa S dibutuhkan waktu sebesar 58,3 ms, dan pada fasa T

291
dibutuhkan waktu sebesar 57,4 ms. Sehingga didapat delta T sebesar 1,4
ms.
Pengukuran keempat yaitu pengukuran tahanan pentanahan,
didapat hasil pengukuran tahanan pentanahan pada fasa R, S, dan T
sebesar 0,11 , 0,14 , dan 0,23 setelah di injeksi menggunakan Earth
Tester. Nilai tahanan pentanahan yang di dapat kemudian dibandingkan
dengan standart yang diterapkan PLN yakni, nilai tahanan pentanahan
harus dibawah 1 agar dapat dikategorikan dalam kondisi baik.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tahanan pentanahan pada
PMS di fasa R, S, dan T dikategorikan dalam kondisi baik, karena nilai
tahanan pentanahannya di bawah 1 (sesuai dengan standart yang
diterapkan PLN).

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan pengukuran tahanan isolasi PMT yang telah dilakukan
disimpulkan bahwa tahanan isolasi PMT masih berada dalam kondisi baik.
Hasil ini berdasarkan pengujian pada posisi atas-bawah, atas-tanah,
bawah-tanah, fasa-tanah, dan dengan referensi standar 1m / 1kV. Hasil
percobaan pengukuran baik pada posisi OFF dan posisi ON berada diatas
standar yang ditetapkan PLN.
Pengujian tahanan kontak dilakukan sebanyak tiga kali percobaan
masing-masing untuk arus injeksi 100A, 200A, dan 300A selama 5 detik,
dan dengan standar yang telah ditetapkan yaitu lebih kecil dari 10. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa tahanan kontak sesuai dengan standard dan
pada kondisi yang baik.
Pengujian keserempakan PMT dengan Breaker Analyser dilakukan
sebanyak dua kali yaitu pengujian open dan pengujian close. Berdasarkan
standar, waktu yang dibutuhkan baik untuk open maupun untuk close tidak
sesuai dengan standar. Namun, untuk factor keserempakan dengan standar
dibawah 10ms, PMT dapat bekerja dengan keserempakan sesuai standar.

292
Tahanan pentanahan PMS di tiap fasa R, S, dan T dalam kondisi
baik, dengan nilai tahanan dibawah 1 . Tahanan pentanahan pada PMS
harus selalu di pelihara dengan cara menguji nilai tahanannya
menggunakan Earth Tester agar nilainya selalu memenuhi standart yang
diterapkan PLN.

293
PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI PADA
CVT (CAPACITOR VOLTAGE TRANSFORMER)
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, siswa diharapkan dapat :
1. Mengetahui standar laik operasi pada peralatan CVT (Capacitor Voltage
Transformer).
2. Mengetahui kesesuaian hasil pengujian tahanan isolasi pada CVT
(Capacitor Voltage Transformer).

II. TEORI DASAR


A. Pengertian CVT
CVT (Capacitor Voltage Transformer) merupakan rangkaian seri
2 (dua) buah kapasitor atau lebih yang berfungsi sebagai pembagi
tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah pada primer,
selanjutnya tegangan pada satu kapasitor ditransformasikan oleh IVT
menjadi tegangan sekunder.
B. Bagian Bagian CVT

Keterangan
1. Terminal Primer
2. Pembagi Tegangan
3. Damping circuit
4. IVT
5. Expansion Chamber
6. Isolator Penyangga
7. Termina Sekunder

Gambar. 38 bagian bagian CVT

Secara umum bagian trafo tegangan jenis kapasitif dapat jelaskan


sebagai berikut:

294
a. Dielectric
Komponen ini terdiri atas dua bagian yaitu:
- Minyak Isolasi
Berfungsi untuk mengisolasi bagian-bagian yang bertegangan dan
sebagai media dielectric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2
(dua) kapasitor atau lebih sebagai pembagi tegangan yang
terhubung seri.
- Kertas-plastik film (paper-polypropylane film)
Berfungsi sebagai media dieletric untuk memperoleh nilai
kapasitansi dari 2 (dua) kapasitor atau lebih sebagai pembagi
tegangan yang terhubung seri bersama-sama minyak isolasi.
b. Pembagi Tegangan (Capacitive Voltage Devider)
C1, C2 (capacitor element) adalah kapasitor pembagi
tegangan (Capacitive Voltage Divider) yang berfungsi sebagai
pembagi tegangan tinggi untuk diubah oleh trafo tegangan menjadi
tegangan pengukuran yang lebih rendah. Kapasitansi C2 lebih
besar dari C1 dan terhubing seri.
Sebagai contoh untuk CVT 150/3 kV / 100/3 V,
kapasitansi masukan (input capacity) 8.300 pF yang terdiri dari C1
= 8994 pF, dan C2 = 149.132 pF.
c. Ferroresonance supression/damping circuit
Ferroresonance supression/damping circuit adalah induktor
penyesuai tegangan (medium voltage choke) yang berfungsi untuk
mengatur/menyesuaikan supaya tidak terjadi pergeseran fasa antara
tegangan masukan (vi) dengan tegangan keluaran (vo) pada
frekuensi dasar. Pada merk tertentu komponen ferroresonance
ditandai dengan simbol L0.
d. Trafo Tegangan (Intermediate Voltage Transformer / IVT)
Berfungsi untuk mentransformasikan besaran tegangan listrik
dari tegangan menengah yang keluar dari kapasitor pembagi ke

295
tegangan rendah yang akan digunakan pada rangkaian proteksi dan
pengukuran.
e. Expansion Chamber
Merupakan peralatan yang digunakan untuk mengkompensasi
level ketinggian minyak akibat perubahan volume sebagai
pengaruh temperatur. Jenis yang umum digunakan adalah
metallic/rubber bellow dan gas cushion.
f. Terminal Primer
HVT adalah terminal tegangan tinggi (high voltage terminal)
yaitu bagian yang dihubungkan dengan tegangan transmisi baik
untuk tegangan bus maupun tegangan penghantar terminal
tegangan tinggi/primer.
g. Terminal Sekunder
Adalah terminal yang terhubung pada sisi tegangan rendah,
untuk keperluan peralatan ukur dan relai. Pada merk tertentu
terminal ini ditandai dengan simbol 1a dan 2a. Pada box terminal
sekunder terdapat juga komponen lain yang terdiri dari:
- PG (protective gap) adalah gap pengaman,
- H.F (high frequency) adalah teminal frekuensi tinggi yang
berkisar sampai puluhan kilohertz, sebagai pelengkap pada
salah satu konduktor penghantar dalam memberikan sinyal
komunikasi melalui PLC.
- L3 adalah reaktor pentanahan yang berfungsi untuk
meneruskan frekuensi 50 Hz,
- SA (surge arrester) atau arester surja adalah pelindung
terhadap gelombang surja petir.
- S adalah sakelar pentanahan (earthing switch), yang biasanya
dipergunakan pada kegiatan pemeliharaan
h. Struktur Mekanikal
Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong
berdirinya trafo tegangan yang terdiri dari:

296
- Pondasi
- Struktur penopang CVT
- Isolator penyangga (porselen/polyester). tempat kedudukan
kapasitor dan berfungsi sebagai isolasi pada bagian-bagian
tegangan tinggi.
i. Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi mengalirkan
arus lebih akibat tegangan surja atau sambaran petir ke tanah.

C. Prinsip Kerja CVT


Coupling Capacitive Voltage Transformer (CCVT) digunakan
untuk instrumentasi, khususnya pada peralatan-peralatan meter dan
proteksi. Pada umumnya kinerja CCVT sangat baik pada kondisi steady
state.
Prinsip kerja CCVT adalah menurunkan besaran tegangan primer
menjadi besaran tegangan sekunder melalui kapasitor (C1 & C2) yang
berfungsi sebagai pembagi tegangan (voltage divider) dan trafo
tegangan sebagai penurun tegangan. Keluaran tegangan sekunder
dirancang seakurat mungkin sama dengan perbandingan rasio tegangan
masukan disisi primer dalam segala kondisi operasi.

Gambar. 39 Rangkaian Ekivalen CVT


Dimana :
VI = tegangan tinggi ekivalen (input)

297
Vp = tegangan tinggi sisi primer CVT
Vo = tegangan keluaran (output)
C1 = kapasitor tegangan tinggi
C2 = kapasitor tegangan menengah
LC = indukstansi choke
Zb = impedansi beban

Tegangan keluaran CVT :

2
9
1

Pada keadaan tunak (steady state) kondisi ini dapat dipenuhi sesuai
dengan desain dan penyetelan CCVT, namun akurasi CCVT akan
menurun pada keadaan peralihan (transient) mengikuti komponen
induktif, kapasitif dan nonliniernya, seperti:
- pada gejala peralihan switching operations pemutus tenaga
(PMT) atau pemisah (PMS).
- terjadinya sambaran petir langsung atau tidak langsung pada
saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT/SUTET) yang terhubung
ke busbar gardu induk, yang diikuti ataupun tidak diikuti kerusakan
isolasi; atau kerjanya arrester.
Oleh karena itu, dalam menentukan rancangan instalasi meter dan
proteksi, harus mempertimbangan beberapa karakteristik kerja CCVT
dan kesalahan (error) akibat arus eksitasi dan pembebanan (burden)
CCVT tersebut.
Kesalahan (error) pembacaan pada meter dan proteksi dapat juga
disebabkan terjadinya osilasi feroresonansi (ferroresonance) yang
diakibatkan:
- Apabila sirkit kapasitansi beresonansi dengan induktasi nonlinier inti
besi (iron core). Gejala-gejala ini juga terjadi pada kondisi operasi
pemberian tegangan (energize) pada saluran tanpa beban yang

298
diikuti fenomena tegangan lebih (overvoltage), sehingga dapat
menyebabkan kerusakan peralatan atau penurunan tahanan.
- Pelepasan beban (rejection of load) sebelum hilangnya gangguan
hubung singkat temporer juga menyebabkan kondisi kritis terjadinya
osilasi feroresonansi.
- Bahaya tegangan lebih tidak terjadi selama periode gangguan
hubung singkat, karena terjadi penurunan tegangan pada saat hubung
singkat, namun sebaliknya pada saat hilangnya gangguan, tegangan
sistem dapat naik dan menimbulkan gejala feroresonansi.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Megger Kyoritsu 3125
b. Kabel + Konektor
c. APD (Alat Pelindung Diri)

IV. LANGKAH PERCOBAAN


a. Menyiapkan alat ukur tahanan isolasi (megger Kyoritsu 3125).
b. Memasang kabel probe pada megger
c. Melakukan kalibrasi megger dengan cara menghubungkan probe line
dengan probe earth
d. Memindahkan selector switch dari posisi off ke 500 V lalu menekan
tombol press and lock, apabila pada layar lcd menunjukkan nilai nol
artinya megger dalam kondisi baik
e. Mengukur tahanan isolasi belitan primer dengan ground.
f. Menghubungkan kabel line megger ke titik P (primer)
g. Menghubungkan kabel earth megger ke ground
h. Mengatur tegangan megger dengan memutar switch ke 5000 V
i. Mengatur waktu pengukuran 10 detik
j. Menekan tombol press and lock untuk memulai pengukuran
k. Mencatat hasil pengukuran
l. Mengukur tahanan isolasi belitan primer dengan belitan sekunder

299
m. Menghubungkan kabel line megger ke titik P (primer)
n. Menghubungkan kabel earth megger ke titik 1a (sekunder)
o. Mengulangi langkah percobaan dari h ke k
p. Mengukur tahanan isolasi belitan sekunder dengan ground
q. Menghubungkan kabel line megger ke titik 1a (sekunder)
r. Menghubungkan kabel earth megger ke titik ground
s. Mengulangi langkah percobaan dari h ke k

V. RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar. 40 Pengujian Tahanan Isolasi

VI. DATA PENGUKURAN


Tabel. 14 Data Pengukuran Pengujian Tahanan Isolasi
Titik Ukur Hasil Pengukuran
Fasa R Fasa S Fasa T
P Ground 15,96 G 47,6 G 29,66 G
P 1a 7,66 G 63,2 G 36,2 G
1a Ground 2 G 669 M 1,2 M

300
VII. PEMBAHASAN
CVT berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah pada primer, selanjutnya diinduksikan ke belitan sekunder
menjadi tegangan rendah agar dapat diukur. Salah satu indikator baik atau
tidaknya keadaan CVT adalah nilai tahanan isolasinya. Pada praktek ini,
diukur nilai tahanan isolasi untuk mengetahui kesesuaian besaran isolasi
CVT dengan standar yang telah ditetapkan oleh PLN.
Standar isolasi tahanan pada CVT dinyatakan bekerja baik adalah
memiliki nilai tahanan isolasi minimum 1 M setiap 1kV tegangan kerja.
Misalnya tegangan kerja 150 kV, maka nilai minimum tahanan isolasi
adalah 150M.
Pada pengukuran belitan primer (titik P) dengan ground dan belitan
primer (titik P) dengan belitan sekunder (titik 1a) menggunakan supply
tegangan DC sebesar 5000VDC, sedangkan pengukuran belitan sekunder
(titik 1a) dengan ground menggunakan supply tegangan DC sebesar
1000VDC. Pengukuran dilakukan selama 1 menit dikarenakan jumlah
belitan pada CVT hanya sedikit.
Pengukuran pertama adalah mengukur tahanan isolasi belitan primer
(titik P) dengan ground, didapatkan hasil sebesar 15,9 x 103 M untuk
phasa R, 47,66 x 103 M untuk fasa S, dan 29,6 x 103 M untuk fasa T.
Pengukuran kedua adalah tahanan isolasi belitan primer (titik P) dengan
belitan sekunder (titik 1a), didapatkan hasil sebesar 7,66x 103 M untuk
fasa R, 63,2 x 103 M untuk fasa S, dan 36,2 x 103 M untuk fasa T.
Pengukuran terakhir adalah mengukur tahanan isolasi belitan sekunder (titik
1a) dengan ground. Hasil yang didapatkan yaitu sebesar >2 x 103 M untuk
fasa R, 669 M untuk fasa S dan 1,2 M untuk fasa T.

VIII. KESIMPULAN
Tahanan isolasi pada CVT fasa R, S dan T masih dalam kondisi baik,
karena nilai tahanan isolasinya masih diatas standar yang ditetapkan yaitu
1M setiap 1 kV tegangan kerja.

301
PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI
CT ( CURRENT TRANSFORMER)

I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum pengujian tahanan isolasi ini,
diharapkan para siswa dapat mengetahui dan mengerti bagaimana cara
melakukan pengujian tahanan isolasi pada CT ( Current Transformer )
serta mengetahui keadaan isolasi pada CT apakah sesuai dengan standart
yang berlaku atau tidak.

II. TEORI DASAR


1. Pengertian CT ( Current Transformer )
CT ( Current Transformer ) atau trafo arus adalah peralatan yang
digunakan untuk melakukan pengukuran besaran arus pada intalasi
tenaga listrik disisi primer (TET, TT dan TM) yang berskala besar
dengan melakukan transformasi dari besaran arus yang besar menjadi
besaran arus yang kecil secara akurat dan teliti untuk keperluan
pengukuran dan proteksi. Fungsi untuk trafo arus sendiri, yaitu :
a. Mengkonversi besaran arus pada sistem tenaga listrik dari besaran
primer menjadi besaran sekunder untuk keperluan pengukuran
sistem metering dan proteksi
b. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap rangkaian primer,
sebagai pengamanan terhadap manusia atau operator yang
melakukan pengukuran.
c. Standarisasi besaran sekunder, untuk arus nominal 1 Amp dan 5
Amp
Prinsip kerja CT ( Current Transformer ) adalah sebagai berikut :

302
Gambar 41. Lilitan
Untuk trafo yang dihubung singkat :
I1 . N1 = I2 . N2
Untuk trafo pada kondisi yang tidak berbeban :
E1/E2 = N1/N2
Dimana :
a = N1/N2
I1 > I2 = N1 > N2
N1 : jumlah lilitan primer
N2 : jumlah lilitan sekunder
Sedangkan rangkaian ekivalen trafo arus adalah sebagai berikut :

Gambar 42. Rangkaian Ekuivalen Trafo CT


Tegangan induksi pada sisi sekunder :
E2 = 4,44 . B . A . f . N2 Volt
Tegangan jepit rangkaian sekunder adalah sebagai berikut :
E2 = I2 . ( Z2 + Zb ) Volt
Zb = Zkawat + Zinst Volt
Dalam aplikasinya harus dipenuhi U1 > U2
Dimana :
B : kerapatan fluksi (tesla)

303
A : luas penampang (m2)
f : frekuensi (Hz)
N2 : jumlah lilitan sekunder
U1 : tegangan sisi primer
U2 : tegangan sisi sekunder
Zb : impedansi/tahanan beban trafo arus
Z kawat : impedansi/tahanan kawat dari terminasi CT ke instrumen
Z inst : impedansi/tahanan internal instrumen, misalnya relai
proteksi atau peralatan meter

Sedangkan diagram fasor Arus dan Tegangan pada Trafo Arus adalah
sebagai berikut:

Gambar 43. Diagram Fasor Arus dan Tegangan Trafo CT


Sedangkan pada praktikum ini, pengukuran tahanan isolasi pada CT (
Current Transformer ) dilakukan pada CT (Current Transformer)
pasangan luar (Outdoor) pada Gardu Induk. Trafo arus pemasangan
luar ruangan memiliki konstruksi fisik yang kokoh, isolasi yang baik,
biasanya menggunakan isolasi minyak untuk rangkaian elektrik
internal dan bahan keramik/porcelain untuk isolator ekternal.

304
Gambar 44. Bagian bagian CT
2. Pengujian Tahanan Isolasi pada CT (Current Transformer)
Pengujian tahanan isolasi berfungsi untuk mengetahui kualitas
tahanan isolasi pada trafo arus baik antar belitan maupun antara belitan
dan ground. Pengujian ini dilakukan dengan cara memberikan
tegangan DC kepada media isolasi yang akan diukur tahanannya.
Dengan mengukur arus bocor yang melewati media isolasi, maka akan
didapatkan nilai tahanan isolasi dalam satuan mega ohm. Alat yang
digunakan untuk pengujian tahanan isolasi adalah Mega Ohm meter.

III. ALAT DAN BAHAN

305
Gambar. 45 Alat dan Bahan Pengukuran CT

1. Kyoritsu, High Voltage Insulation Tester, Model 3125


2. Kabel
3. Konektor
4. APD (Alat Pelindung Diri)
5. Alat tulis

IV. LANGKAH PERCOBAAN


1. Siapkan alat ukur insulation tester Kyoritsu 3125.
2. Ukur tahanan isolasi belitan Primer Tanah.
3. Hubungkan kabel line insulation tester ke primer, lepaskan terlebih
dahulu kabel line insulation tester sebelum melakukan pengukuran.
4. Hubungkan kabel earth insulation tester ke tanah.
5. Atur tegangan insulation tester dengan mengatur switch ke 5000 VDC.
6. Atur waktu pengukuran 1 menit.
7. Memulai pengukuran dengan menekan run (tombol merah), dan
masukan kabel line (merah).

306
8. Setelah selesai catat hasil pengukuran.
9. Ukur tahanan isolasi belitan sekunder 3 tanah.
10. Hubungkan kabel line insulation tester ke sekunder 3, lepaskan terlebih
dahulu kabel ine di insulation tester sebelum melakukan pengukuran.
11. Hubungkan kabel earth insulation tester ke tanah.
12. Atur tegngan insulation tester dengan memutar switch ke 5000 VDC.
13. Atur waktu pengukuran 1 menit.
14. Memulai dengan menekan tombol run (tombol merah), dan masukan
kabel line (merah).
15. Setelah selesai catat hasil pengukuran.
16. Ulangi langkah percobaan 9 sampai dengan 15, untuk sekunder 4
tanah.
17. Ukur tahanan isolasi belitan primer sekunder 3.
18. Hubungkan kabel line insulation tester ke primer, lepaskan terlebih
dahulu kabel line di insulation tester sebelum melakukan pengukuran.
19. Hubungkan kabel earth insulation tester ke sekunder.
20. Atur tegangan insulation tester dengan memutar switch ke 5000 VDC.
21. Atur waktu pengukuran 1 menit.
22. Memulai pengukuran dengan menekan run (tombol merah), dan
memasukan kabel line (merah).
23. Setelah selesai catat hasil pengukuran.
24. Ulangi langkah percobaan 17 sampai dengan 23 Primer Sekunder 4.
25. Ukur tahanan isolasi belitan sekunder 3 Sekunder 4.
26. Hubungkan kabel line insulation tester ke sekunder 3, lepaskan terlebih
dahulu kabel line di insulation tester sebelum melakukan pengukuran.
27. Hubungkan kabel earth insulation tester ke sekunder 4.
28. Atur tegangan insulation tester dengan memutar switch ke 500 VDC.
29. Atur waktu pengukuran 1 menit.
30. Memulai pengukuran dengan menekan run (tombol merah), dan
masukan kabel line (merah).
31. Setelah selesai catat hasil pengukuran.

307
V. RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar. 46 Rangkaian Pengukuran CT

VI. DATA PENGUKURAN


Tabel. 15 Data Pengukuran CT
HASIL (G )
TITIK UKUR STANDART TINDAKAN KESIMPULAN
R S T
a. Primer
52,8 >1000 >1000 - Baik
Tanah
b. Sekunder 1
10,4 >100 >100 - Baik
Tanah
R 500 M
c. Sekunder 2
9,49 >100 >100 - Baik
Tanah
d. Sekunder 3
13,9 >100 >100 - Baik
Tanah

308
e. Sekunder 4
7,09 >100 >100 - Baik
Tanah
f. Primer -
>100 >100 >100 - Baik
Sekunder 1
g. Primer -
>100 >100 >100 - Baik
Sekunder 2 R 25.000
h. Primer - M
>100 >100 >100 - Baik
Sekunder 3
i. Primer -
>100 >100 >100 - Baik
Sekunder 4
j. Sekunder 1 -
>2 >2 >2 - Baik
Sekunder 2
k. Sekunder 1 -
>2 >2 >2 - Baik
Sekunder 3
l. Sekunder 1 -
>2 >2 >2 - Baik
Sekunder 4

R 500 M
m.Sekunder 2 -
>2 >2 >2 - Baik
Sekunder 3
n. Sekunder 2 -
>2 >2 >2 - Baik
Sekunder 4
o. Sekunder 3 -
>2 >2 >2 - Baik
Sekunder 4

VII.PEMBAHASAN
Pada praktik pengukuran tahanan pada CT, diberikan inject sebesar
5000V untuk primer ke tanah, 2500V untuk sekunder-tanah dan sekunder-
primer serta di inject 1000V untuk sekunder sekunder. Pada hasil seperti
pada tabel diatas, diketahui bahwa titik ukur primer ke tanah dan sekunder
ke tanah memiliki batas standart tahanan isolasi sebesar 500 M
sedangkan standart tahanan isolasi untuk titik primer sekunder sebesar
25000 M. Dengan melakukan pengujian tahanan kontak ini maka dapat
diketahui besarnya tingkat kebocoran arus yang mungkin terjadi. Semakin

309
besar nilai tahanan isolasi yang dimiliki maka akan semakin kecil
kemungkinan terjadinya kebocoran arus.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dipaparkan pada tabel data
pengukuran, maka tahanan isolasi dalam keadaan baik dan aman untuk
dioperasikan karena sudah sesuai dengan standart yang ditetapkan
sehingga kecil kemungkinan untuk terjadi kebocoran arus.

310
PENGUKURAN TAHANAN ISOLASI
PADA PEMLIHARAAN TRAFO TENAGA

I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini, diharapkan siswa dapat:
1. Mengetahui tahanan isolasi pada belitan transformator tenaga 150 kV
2. Mengetahui tahanan isolasi pada belitan transformator tenaga 20 kV
3. Mengetahui IP (Indeks Polaritas) pada transformator tenaga.

II. TEORI DASAR


Pengukuran tahanan isolasi bertujuan untuk mengahui kondisi isolasi
antara belitan dengan ground atau antara dua belitan. Metoda yang umum
dilakukan adalah dengan memberikan tegangan DC dan merepresentasikan
kondisi isolasi dengan satuan mega Ohm. Tahanan isolasi yang diukur
merupakan fungsi dari arus bocor yang menembus melewati isolasi atau
melalui jalur bocor pada permukaan eksternal. Pengujian tahanan isolasi
dapat dipengaruhi suhu, kelembaban dan jalur bocor pada permukaan
eksternal seperti kotoran pada bushing dan isolator. Megaohm meter
biasanya memiliki kapasitas pengujian 500 tau 5000 V dc. Dari hasil
pengukuran tahanan isolasi tersebut, didapatlah indeks polarisasi.
Tujuan dari pengujian indeks polarisasi adalah untuk memastikan
peralatan tersebut layak dioperasikan atau bahkan untuk dilakukan
overvoltage test. Indeks polarisasi merupakan rasio tahanan isolasi saat
menit ke 10 dengan menit ke 1 dengan tegangan ang constant. Arus total
yang muncul saat memberikan tegangan dc steady state terdiri dari:
Charging current karena sifat kapasitansi dari isolasi yang diukur.
Arus ini turun dari nilai maksimumke nol sangat cepat.
Absorption current karena molecular charge shifting pada isolasi.
Arus transien ini menghilang sampai nol lebih lambat.
Leakage current merupakan arus konduksi nyata pada isolasi.
Leakage current bervariasi tergantung tegangan uji. Juga termasuk

311
arus bocor dikarenakan kebocoran pada permukaan akibat
kontaminasi.

Leakage current meningkat lebih cepat dengan kehadiran moisture


disbanding absorption current, pembacaan megaohm tidak akan meningkat
seiring waktu layaknya antara kecepatan pada isolasi buruk dengan
cepatnya isolasi yang bagus. Hal ini berdampak pada rendahnya indeks
polarisasi. Kaeuntungan dari indeks rasio adalah dengan banyaknya hal
yang dapat mempengaruhi pembacaan megaohm seperti suhu dan
humidity baik pada 1 menit maupun 10 menit. Indeks polarisasi
merupakan perbandingan antara nilai tahanan isolasi pada menit ke 10
dengan menit ke 1.
Pengkategorian kondisi isolasi berdasarkan hasil pengujian
tahanan isolasi dilihat dari nilai tahanan isolasinya itu sendiri (megaohm)
dan indeks polarisasi (perbandingan hasil pengujian tahanan isolasi pada
menit ke 10 dengan menit ke 1).
NIlai tahanan isolasi minimum mengacu ke rumus berikut:
Keterangan :
R = tahanan isolasi (M)
C = 1,5 untuk oil filled transformator pada suhu 20C, 300C untuk
untaked oil impregnated transformers
E = Rating tegangan (V) antar fasa pada kondisi delta, fasa netral pada
kondisi konesksi star
kVA = rating kapasitas belitan yang diuji.

Hasil pengukuran tahanan isolasi belitan trafo juga dipengaruhi


oleh kebersihan permukaan isolator bushing, suhu trafo, faktor usia dan
kelembaban udara di sekitarnya. Batasan dari tahanan isolasi kumparan
trafo sesuai Buku Pemeliharaan Peralatan SE. 032/PST/1984 adalah :

312
Menurut standard VDE (catalogue) 228/4) minimum besarnya tahanan
isolasi kumaran trafo, pada suhu operasi dihitung 1 kilo Volt = 1 M
(Mega Ohm).
Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa terhadap tanah kebocoran
arus yang diijinkan setiap kV = 1 mA.
Pada dasarnya pengukursn tahanan isolasi belitan trafo adalah
untuk mengetahui besar nilai kebocoran arus (leakage current) yang terjadi
pada isolasi belitan atau kumparan primer, sekunder atau tersier.
Kebocoran arus yang menembus isolasi perlatan listrik memang tidak
dapat dihindari. Oleh karena itu, salah satu cara meyakinkan bahwa trafo
cukup aman untuk diberi tegangan adalah dengan mengukur tahanan
isolasinya. Kebocoran arus yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan
akan memberikan jaminan bagi trafo itu sendiri sehingga terhindar dari
kegagalan isolasi.
Insulation tester banyak jenisnya (merk dan type megger), masing-
masing memiliki spesifikasi yang berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya. Mulai dari tipe sederhana, menengah dampai dengan yang
canggih. Display (tampilannya) juga bnyak ragamnya, mulai dari ampilan
analog, semi digital dan digital murni. Pada panel kendali (Front Panel)
ada yang sangat sederhana, namun ada pula yang super canggih. Tapi
selurunya memiliki prinsip kerja yang sama.

III. ALAT DAN BAHAN


1. Kyoritsu, High Voltage Insulation Tester, Model 3125
2. Kabel
3. Konektor
4. APD (Alat Pelindung Diri)
5. Alat tulis

313
IV. LANGKAH PERCOBAAN
Untuk mencegah kerusakan pada alat ukur perlu dipastikan dulu
apakah titik ukur benar-benar tidak ada tegangan induksi atau muatan
residual. Berikut prosedur pengukurannya :
1. Melepaskan konduktor R, S, T dan N dari terminal bushing sisi
primer trafo dan menghubung singkatkan semua terminal bushing
sisi primer trafo ke ground
2. Melepaskan konduktor R, S, T dan N dari terminal bushing sisi
sekunder trafo dan Menghubung singkatkan semua terminal
bushing sisi sekunder trafo ke ground
3. Melepaskan kabel output pada terminal bushing sisi tersier trafo
4. Memilih tegangan uji insulation tester dengan nominal 500 V, 1000
V, 2500 V, 5000 V dengan memindah posisi selector switch sesuai
kebutuhan.
5. Menghubungkan titik ukur dengan kedua prob (LINE) dan
(EARTH). Lalu menyetting time set 1 selama 1 menit dan time set
2 selama 10 menit.
6. Menekan tombol PRESS TO TEST untuk melakukan pengujian,
tunggu sampai dengan display alat ukur menunjukjkan hasil
pengukuran.
7. Melakukan pengukuran tahanan isolasi antara :
a. Terminal primer (R, S, T) terhadap Cashing (body)/ tanah.
b. Terminal sekunder (R, S, T) terhadap Cashing (body)/
tanah.
c. Terminal tersier (tsr) terhadap Cashing (body)/ tanah.
d. Terminal primer (R, S, T) terhadap terminal sekunder
(R, S, T).
e. Terminal primer (R, S, T) terhadap terminal tersier (tsr)
f. Terminal sekunder (R, S, T) terhadap terminal tersier (tsr)

314
8. Mencatat hasil pengukuran yang ditunjuk oleh alat ukur setelah
pada menit ke-1, hasil pengukuran pada menit ke-10 dan hasil
pengukuran Indeks polaritas (IP).

V. RANGKAIAN PERCOBAAN

Gambar. 47 Rangkaian Pengukuran Pada Trafo Tenaga


Name plate Trafo Tenaga :

Gambar 48. Name Plate Trafo Tenaga

315
VI. DATA PENGUKURAN
Tabel.16 Hasil Pengukuran Trafo Tenaga

NO URAIAN KEGIATAN ACUAN HASIL IP

A B C D F

TRAFO 150 Kv 1 MENIT 10 MENIT

Primer Tanah (M) 2.51 G 4.01 G 1.59


Sekunder Tanah
6.24 G 29.0 G 4.64
(M)
Standar VDE
1 Tersier Tanah (M) 7.30 G 33.8 G 4.63
(Catalouge 228/4)
Primer Sekunder
6.06 G 21.2 G 3.49
(M)
1 kV = 1 M
Primer Tersier (M) 6.18 G 17.3 G 2.79
Sekunder Tersier
5.64 G 33.7 G 5.97
(M)

TRAFO 150 kV

Primer Tanah (M) 6.00


5.80 M 1.03
M
2 Standar VDE
Sekunder Tanah 13.6
(Catalouge 228/4) 17.6 M 0.77
(M) M
1 kV = 1 M
Tersier Tanah (M) 8.50
4.40 M 1.93
M

316
VII. PEMBAHASAN
Pengukuran pada trafo tenaga ini bertujuan untuk mengetahui
keadaan isolasi antara belitan dengan ground atau antara dua belitan.
Metode pengukuran yang dilakukan yaitu dengan memberikan tegangan
DC sebesar 5000 Volt dan mempresentasikan kondisi isolasi dengan
satuan Mega Ohm. Pengukuran tahanan isolasi dilakukan pada dua trafo
yakni dengan daya senilai 10 MVA dan 31.5 MVA
Pada MegaOhm Meter terdapat indikator hasil tahanan isolasi
dalam waktu 1 menit (T1), 10 menit (T2) dan nilai indeks polarisasi (IP).
Indeks polarisasi merupakan rasio tahanan isolasi saat menit ke 10 dengan
menit ke 1. Berdasarkan pengukuran pada trafo 1 (10 MVA) didapatkan
nilai tahanan isolasi lebih besar dari standard pengukuran yakni > 1 G
dan nilai IP diatas standard baik yakni > 1.25. Sehingga trafo 1 memiliki
kondisi isolasi yang baik dengan tingkat kelembaban yang rendah, serta
angka arus bocor juga rendah. Sedangkan kondisi isolasi pada trafo 2 (31.5
MVA) adalah buruk karena memiliki nilai tahanan isolasi kurang dari nilai
standard dan nilai IP pun kurang dari nilai standard baik yakni < 1.25.
Pada trafo 2 kondisi belitan tersier sudah rusak sehingga tidak dapat
diperoleh hasil pengukuran (Zero). Pada trafo 2 tidak ada minyak isolasi
menyebabkan tingkat kelembaban yang cukup tinggi.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan data pengkuran trafo tenaga maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Trafo 1 memiliki kondisi isolasi baik dengan nilai IP sesuai standard.
2. Trafo 2 memiliki kondisi isolasi buruk karena memiliki nilai IP kurang
dari nilai standard.
3. Standard baik dari nilai IP lebih dari 1.25

317
DOKUMENTASI

318
319

Anda mungkin juga menyukai