Anda di halaman 1dari 33

BAB V

DKIKP

1.1 DASAR HUKUM DKIKP

Pelaksanaan DKIKP didasarkan pada SK Direksi PT PLN (Persero) No


357.K/DIR/2007 tanggal 19 Desember 2007 tentang SPLN K7.001:2007
Untuk Standarisasi Indikator Kinerja Pembangkit.

Pokok-pokok dari SK tersebut adalah :


a. Mengesahkan SPLN K7.001:2007 Untuk Standarisasi Indikator
Kinerja Pembangkit sebagaimana terdapat pada Lampiran Keputusan
ini
b. Memberlakukan SPLN K7.001:2007 Untuk Standarisasi Indikator
Kinerja Pembangkit sebagaimana dimaksud pada Diktum
PERTAMA Keputusan ini di lingkungan PT PLN (Persero). Anak
Perusahaan PT PLN (Persero) di bidang Pembangkitan dan
Perusahaan-perusahaan Pembangkit Tenaga Listrik yang mempunyai
ikatan Perjanjian/Kontrak dengan PT PLN (Persero) serta pihak-
pihak terkait.
1.2 KEGUNAAN DKIKP

Indeks Kinerja Pembangkit adalah angka indikator yang menggambarkan


berbagai status pembangkit seperti Available, Derating, PO, MO, FO, dan
sebagainya dalam periode waktu tertentu.

Manfaat yang dapat diperoleh dari DKIKP antara lain:

Jangka pendek:

Mengetahui kondisi pembangkit dengan benar dan cepat, sehingga


dapat melakukan tindak lanjut secara efektif

Keperluan Operasional

Keperluan Perencanaan

Benchmark dengan perusahaan pembangkit lain

97
Jangka Panjang:

Dalam tinjauan system tenaga listrik jangka panjang, data IKP digunakan
untuk keperluan:

98
1. STATUS OPERASI PEMBANGKIT

2.1 KARAKTERISTIK PEMBANGKIT

Speed Droop

Salah satu karakterisktik penting pembangkit dalam sistem Grid


jaringan adalah speed droop atau frekwency regulation characteristic.

Steady state pengaturan sperti ditunjukkan gambar dibawah ini dengan


rumusan sebagai berikut :
(NO NPR)/NR * 100%
Dimana
NR = rated Speed
NPR = Speed pada Full Load
NO = Speed pada No Load

Pada gambar diatas, sesaat sebelum


sinkron, sebuah mesin akan berada pada
a1 seperti ditunjukkan gambar dibawah
ini. Secara perlahan, pada saat beban naik,
maka akan bergerak ke b2 dan akhir
berada b3. Gambar karakteristik diatas
merupakan penyederhanaan, karena pada beberapa penerapan di
pembangkit bisa tidak linear seperti diatas. Umumnya set point untuk
Governing Turbin uap pada kisaran 6%, tetapi hal ini tentu akan berubah
jika faktor koreksi Boiler dimasukkan dalam pengaturan beban.

Selain itu pada gambar tersebut juga menyatakan suatu kondisi saat
terjadi perubahan frekwensi sebesar f maka pada kondisi b3 beban
mesin akan mengayun mencapai c3 yang disebut overwound speed set
point akibat dari turbin valve yang telah membuka penuh. Kerugian dari
kondisi ini adalah pada saat unit diminta menurunkan beban, operator
tidak akan mampu menurunkannya secara cepat untuk mencapai c2a2.
Untuk mengatasi kondisi tersebut pembangkit umunya dilengkapi dengan
alarm automatic reduction untuk membatasi beban .

99
PLTU Batu-Bara
Sistem Pusat Pembangkit Listrik sperti ditunjukkan gambar dibawah ini,
terdiri atas beberapa sub sistem utama pula

Jenis start-up umumny ditentukan oleh First Stage Metal Temperatur


(FSMT) Turbin, yang terdiri dari
1. Cold Start-Up
2. Warm Start-Up
3. Hot Start-up

100
sistem yang penting dalam operasional PLTU Batu-bara adala sistem bahan
bakar utama (Coal Handling) terdiri dari
1) Dermaga berguna untuk sandar kapal pengangkut batu-bara
2) Belt Conveyor yang berguna untuk menyalurkan batu-bara
3) Crusher yang berguna untuk memecahkan batu-bara serta material ikutan
menjadi lebih kecil sehingga memungkinkan untuk dihaluskan Pulveriser
4) Magnetic Separator yang berguna untuk memisahkan material besi ikutan
5) Stacker-Reclaimer berguna untuk mengambil dan melakukan stocking di area
6) Junction House berguna untuk melakukan inter-koneksi penyaluran batu-bara
7) Plant distribution hopper yang berguna untuk mendistribusikan batu-bara pada
unit yang dituju
8) CHCR atau Coal Handling Control Room merupakan tempat pengendalian
penyaluran batu-bara

101
Bagian-bagian utama dan operasional PLTG/U

Turbin Gas adalah suatu


pembangkit tenaga listrik yang
menggunakan bahan bakar gas/HSD
dan terdiri dari beberapa bagian
antara lain :
a. Starting unit.
b. Compressor.
c. Ruang Bakar.
d. Turbin.
e. Peralatan Bantu.

Sedangkan PLTGU adalah seperti halnya PLTG namun panas gas buang PLTG
dimanfaatkan untuk memanaskan Uap dalam HRSG.

102
Bagian-bagian utama dan operasional PLTP

Pusat listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebenarnya sejenis dengan PLTU.
Perbedaannya adalah uap air yang digunakan adalah uap air yang dihasilkan oleh
sumber panas bumi (dari dalam bumi) yang biasanya terdapat di daerah-daerah
tertentu misalnya Kamojang (Jawa Barat), Lahendong (Sulawesi Utara), Gunung
Salak (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah).

Bagian-bagian utama dan operasional PLTA

Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA/PLTM) merupakan instalasi pembangkit listrik


yang mengubah energi air (energi gravitasi) menjadi energi listrik.

Secara garis besar peralatan PLTA dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu:

a) Bangunan Sipil : Bendungan, saluran air (pipa-pesat)

b) Peralatan Mekanik & Elektrikan : turbin air, Generator dan lain-lain


(termasuk peralatan kontrol dan instrument)

c) Peralatan penyaluran tenaga listrik: Switchgear, step-up transformer dll

PLTM (Mikrohidro) adalah PLTA dengan kapasitas kecil yaitu <50 kW,
sedangkan PLTM (Minihidro) adalah PLTA berkapasitas 50 kW 5000KW.

Bagian-bagian utama dan operasional PLTD

Adalah pembangkit listrik yang menggunakan mesin disel dengan bahan bakar
minyak solar atau residu. Peralatan utama suatu PLTD adalah sebagai berikut :

1. Mesin Disel

2. Generator

3. Peralatan hubung

4. Panel control

5. Step up transformer

103
2.2 DIAGRAM KONDISI PEMBANGKIT

Berikut gambar pengelompokan status unit pembangkit.

Gambar-1. Pengelompokan Kondisi Unit Pembangkit

Dua kategori utama status unit pembangkit ditunjukkan pada Gambar-1, yaitu
AKTIF dan TIDAK AKTIF. TIDAK AKTIF didefinisikan sebagai status unit
tidak siap operasi untuk jangka waktu lama karena unit dikeluarkan untuk alasan
ekonomi atau alasan lainnya yang tidak berkaitan dengan peralatan/instalasi
pembangkit. Dalam kondisi ini, unit pembangkit memerlukan persiapan beberapa
hari sampai minggu/bulan untuk dapat siap operasi. Yang termasuk dalam kondisi
ini adalah INACTIVE RESERVE.

2.3 PERPINDAHAN STATUS KONDISI PEMBANGKIT

Tabel-2.3: Perpindahan Kondisi Yang Diizinkan

KE F F F S M P S M P R D M P
DARI O1 O2 O3 F O O E E E S E DE DE

FO1 Y T T Y Y Y T T T Y
FO2 Y T T Y Y Y T T T Y

104
FO3 Y T T Y Y Y T T T Y
SF Y T T Y Y Y T T T Y
MO Y T T Y T Y Y Y T Y
PO Y T T Y T T Y T Y Y
ME Y T T Y T T T T T Y
PE Y T T Y T T T T T Y
SE Y T T Y T T T T T Y
RS Y T T Y Y Y T T T Y
FD1 T T T
FD2 T T T
FD3 T T T
Standar IEEE 762 tidak mengizinkan perpindahan
MD Y Y T
dari/ke status derating ke/dari jenis peristiwa yang lain
PD kecuali yang telah ditunjukkan (pada Tabel ini) Y T Y
DE Y
MDE Y T
PDE T Y
CATATAN:
Y berarti bisa pindah status; Tberarti tidak bisa pindah status

2.4 OUTAGE

Outage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam
status Reserve Shutdown.

Suatu outage dimulai ketika unit dikeluarkan dari jaringan atau pindah status
misalnya dari status Reserve Shutdown menjadi Maintenance Outage. Outage
berakhir ketika unit terhubung ke jaringan atau pindah ke status lain.

2.5 DERATING

Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN-nya.
Derating digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda. Derating mulai
ketika unit tidak mampu untuk mencapai 98% DMN dan lebih lama dari 30

105
(tiga puluh) menit. Derating berakhir ketika peralatan yang menyebabkan
derating tersebut kembali normal, terlepas dari apakah pada saat itu unit
diperlukan sistem atau tidak.

2.6 RESERVE SHUTDOWN (RS) DAN NON


CURTAILING (NC)

RS - Reserve Shutdown:adalah suatu kondisi apabila unit siap operasi


namun tidak disinkronkan ke sistem karena beban yang rendah. Kondisi ini
dikenal juga sebagai economy outage atau economy shutdown.

2.7 CATATAN OUTAGE DAN DERATING

a). Outside Management Control Outages

Penyebab outagestetapi tidaklah terbatas pada) misalnya badai salju,


angin topan, angin ribut, kualitas bahan bakar rendah, gangguan pasokan
bahanbakar, dan lain lain.

b). Testing Terkait Outages

Pengujian On-line: Jika unit harus disinkron pada beban tertentu


dalam rangka menguji performance terkait PO, MO, atau FO ( U1, U2,
U3, SF), laporkan pengujian tersebut sebagai Derating Direncanakan
(PD), Pemeliharaan Yang Derating (D4), atau Derating Tidak
direncanakan ( D1).

Pengujian off-line: Laporkan pengujian terkait outage yang tidak


sinkron sebagai bagian dari peristiwa outagenya.

c). Derating saat Unit Startup atau Shutdown.

Tiap unit mempunyai waktu "standar" atau "normal" untuk mencapai


beban penuh setelah/dari keadaan outage

Tidak ada derating untuk unit shutdown. Setiap unit perlu shutdown
dengan aman, dengan mengurangi peralatan atau memperhatikan resiko
keselamatan personil. Beberapa shutdowns dapat cepat seperti layaknya unit

106
trip; yang lain bisa lebih lambat seperti turunnya unit menuju PO. Dalam
kasus manapun, unit tidaklah derated.

d). Derating karena Pengaruh Lingkungan (Ambient-related Losses)

Derating karena kondisi lingkungan, misalnya disebabkan oleh


temperatur masukan air pendingin tinggi (kode penyebab 9660, dll.), tidak
dilaporkan sebagai peristiwa derating ke P3B. Derating tersebut mudah
dihitung dengan mengurangi DMN terhadap Daya Ketergantungannya.

e). Kebutuhan Pengaturan Sistem (Dispatch Requirement)

Unit pembangkit yang beroperasi dibawah DMN karena pengaturan


sistem dikenal sebagai load following, baik unit Pembangkit yang diatur
secara manual, governor free, maupun oleh LFC (Load frequency control)
tidak dilaporkan ke P3B sebagai derating, dengan syarat:

1) Daya mampu pembangkit dapat mencapai perintah dispatch LFC (untuk


pembangkit yang bisa LFC dan diaktifkan);

2) Daya mampu pembangkit dapat mencapai + 2,5% dari DMN dibandingkan


dengan perintah dispatch (untuk pembangkit yang Governor Free nya
diaktifkan)

3) Daya mampu pembangkit dapat mencapai perintah dispatch (untuk


pembangkit yang tidak bisa Governor Free/LFC).

f). Overlap Deratings

Deratings tumpang-tindih satu sama lain dalam waktu bersamaan.


Derating-derating ini akan diperhitungkan secara aditip (kecuali yang
tertutup dengan suatu outage atau derating yang lebih besar untuk jangka
waktu keseluruhan mereka

g). Derating yang Dominan

Tujuan Kode Derating yang Dominan untuk menandai derating yg


mendominasi pada peristiwa Overlaping Deratings. Tandai derating yang
107
dominan dengan D, sehingga tidak akan terjadi pengurangan derating
pada peristiwa tersebut.

h). Deratings Bervariasi

Deratings dalam periode tertentu bisa berubah-ubah. Laporan derating


ini bisa dilaporkan dengan dua metoda:
1) Laporkan sebagai derating baru setiap kemampuan unit berubah.
2) Menentukan kemampuan unit rata-rata tersedia sepanjang deratings yang
berbeda-beda dan hanya satu peristiwa rata-ratanya yang dilaporkan ke
P3B.

2.8 DURASI OUTAGE DAN DERATING

Service Hours (SH): adalah jumlah jam operasi unit pembangkit


tersambung ke jaringan transmisi, baik pada kondisi operasi normal
maupun kondisi derating.

Available Hours (AH):adalah jumlah jam unit pembangkit siap


dioperasikan yaitu Service Hours ditambah Reserve Shutdown Hours.

Planned Outage Hours (POH):adalah jumlah jam unit tidak dapat


beroperasi sebagai akibat dari Planned Outage untuk pelaksanaan
pemeliharaan, inspeksi dan overhaul, yang telah dijadwalkan jauh hari
sebelumnya (misal: overhaul boiler, overhaul turbin) + Scheduled Outage
Extensions (SE) dari Planned Outages (PO).

Unplanned Outage Hours (UOH): adalah jumlah jam yang dialami


selama Unplanned (Forced) + Startup Failures (SF) + Maintenance
Outages (MO) + Maintenance Outage Extensions (MEH).

Forced Outage Hours (FOH): adalah jumlah jam unit keluar paksa
sebagai akibat dari gangguan Unplanned (Forced) Outages) + Startup
Failures (SF).

108
Maintenance Outage Hours (MOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat
beroperasi sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance
Outages (MO) + Maintenance Outage Extensions (MEH) dari
Maintenance Outages (MO).

Unavailable Hours (UH):adalah jumlah jam dari semua Planned Outage


Hours (POH +PEH) + Unplanned (Forced) Outage Hours (FOH +SH) +
Maintenance Outage Hours (MOH +MEH).

Scheduled Outage Hours (SOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat
beroperasi sebagai akibat dari keluar terencana baik Planned Outage
maupun Maintenance Outage+ Scheduled Outage Extensions (SE) dari
Maintenance Outages (MO) dan Planned Outages(PO).

Reserve Shutdown Hours (RSH): adalah jumlah jam unit tidak beroperasi
karena tidak dibutuhkan oleh sistem (pertimbangan ekonomi).

Synchronous Hours (Syn.H): adalah jumlah jam unit dalam kondisi


kondensasi.

Periode Hours (PH):adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu
yang sedang diamati selama unit dalam status Aktif.

Unit Derating Hours (UDH): adalah jumlah jam unit mengalami derating.

Equivalent Seasonal Derated Hours (ESEDH): adalah perkalian antara


MW derating unit pembangkit akibat pengaruh cuaca/musim dengan
jumlah jam unit pembangkit siap dibagi dengan DMN.

Equivalent Forced Derated Hours (EFDH):adalah perkalian antara


jumlah jam unit pembangkit derating secara paksa (forced derating: FD1,
FD2, FD3) dengan besar penurunan derating dibagi DMN..

Equivalent Planned Derated Hours (EPDH):adalah perkalian antara


jumlah jam unit pembangkit derating terencana (Planned Derating)
termasuk Extension (DE) dan besar penurunan derating dibagi dengan
DMN.

109
Equivalent Unplanned Derated Hours (EUDH): adalah perkalian antara
jumlah jam unit pembangkit derating tidak terencana (FD1, FD2, FD3,
MD, DE) dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN.

Equivalent Forced Derated Hours during Reserve Shutdown


(EFDHRS): adalah perkalian antara jumlah jam unit pembangkit forced
derating (FD1, FD2, FD3) selama reserve shutdown dan besar penurunan
derating dibagi dengan DMN.

Equivalent Planned Derated Hours During Reserve Shutdowns


EPDHRS (PD): adalah perkalian antara jumlah jam unit keluar terencana
(Planned Derating, PD) selama reserve shutdown dan besar penurunan
derating dibagi dengan DMN.

110
2. CAUSE CODE PEMBANGKIT

3.1 KELOMPOKCAUSE CODE PEMBANGKIT

Setiap pencatatan peristiwa outage, derating, ataupun peristiwa yang


lain perlu dilengkapi kode penyebab (Cause Code). Dengan kode peristiwa
tersebut, susunan data menjadi terstruktur dengan baik, sehingga
memudahkan dan mempercepat pengguna informasi (perusahaan
pembangkit, operator sistem, pengambil keputusan, dan yang lain) dapat
mengambil manfaat untuk kepentingan pengusahaan sistem. Pencatatan
kondisi pembangkit secara garis besar (Cause Code level 1)
dikelompokkan sebagai berikut.

NO KELOMPOK PENYEBAB PLTA PLTG PLTGU PLTU PLTD PLTP


1 GENERATOR ADA ADA ADA ADA ADA ADA
2 BALANCE OF PLANT ADA ADA ADA ADA ADA ADA
3 BOILER - - - ADA - -
4 TURBINE ADA ADA ADA ADA - ADA
POLLUTION CONTROL
5 - ADA ADA ADA - ADA
EQUIPMENT
6 EXTERNAL ADA ADA ADA ADA ADA ADA
REGULATORY, SAFETY ,
7 ADA ADA ADA ADA ADA ADA
ENVIRONMENTAL
PERSONEL OR PROCEDURE
8 ADA ADA ADA ADA ADA ADA
ERRORS
9 INACTIVE STATE ADA ADA ADA ADA ADA ADA
10 PERFORMANCE ADA ADA ADA ADA ADA ADA
11 HRSG - - ADA - - -
12 DIESEL ENGINE - ADA - - ADA -

3.2 Cari kode CAUSE CODE OMC

Standar IEEE 762 (Annex D) dan GADS DRI NERC 2012


menyatakan bahwa:

"Ada sejumlah penyebab outage yang dapat mencegah energi dari


pembangkit sampai pelanggan. Beberapa penyebab terjadi berkaitan
dengan operasi pembangkit dan peralatan sementara yang lain adalah di
luar manajemen pengendalian pembangkit"

111
Daftar kode penyebab yang ditetapkan ini selanjutnya harus ditinjau
dari waktu ke waktu untuk menjamin kode penyebab yang terakhir dapat
digunakan pada persamaan OMC.

Semua kondisi (termasukk semua kondisi OMC) perlu dilaporkan ke


P3B dan perhitungan OMC akan meniadakan kondisi tersebut.

Typical Interconnection
Utility Distribution Co
Transmission or Distribution System
Point of Ownership Change
Utility Distribution Co with Utility Distribution Co

3 Generation Facility
Disconnect Device Operated
by Utility Distribution Co
OUT
Utility Distr Co ISO
Metering Metering
Disconnect Device Owned &
Operated by Generation IN
Entity
B
2 High Side CB or Recloser
Owned by Generation Entity
Dedicated Transformer
Owned by Generation Entity
Generator Aux.
Load

A GCB
1

Aux. PT

~
Generator

kondisi OMC akan hadir dalam dua bentuk: outages atau deratings.
Kondisi OMC dapat dikategorikan sebagai FO, MO, PO tetapi diharapkan
mayoritas adalah kondisi FO.

Mengacu pada persamaan NERC, kondisi OMC akan diperlakukan


sebagai kondisi standard, yaitu FO, FD.

3.3 BATAS FISIK

Ketentuan standard GADS-DRI NERC menetapkan batas fisik peralatan


yang menjadi tanggung jawab menejemen pembangkit (lihat Gambar
disamping) adalah dari unit pembangkit termasuk semua peralatan sampai
pada (mana yang lebih cocok):
1). PMT tegangan trafo sisi beban generator GSU;
2). PMT terminal tegangan tinggi trafo stepup generator ( GSU) dan GI
yang melayani trafo; atau

112
3). pada batas dimana peralatan yang mungkin layak dipertimbangkan
sesuai bentuk wujud dan disain unit pembangkit.

Rugi-rugi energi yang terkait dengan penyebab berikut harus tidak


dipertimbangkan ketika menghitung kinerja unit yang dapat diawasi sebab
kerugian ini dianggap bukan di bawah kendali manajemen pembangkit:
o Koneksi Grid Atau Gangguan GI. Alasan ini karena permasalahan
jalur transmisi dan peralatan2 switchyard adalah di luar batasan-batasan
pembangkit tsb. sebagaimana ditetapkan oleh "batas tanggung jawab
pembangkit" yang ditunjukkan pada Gambar di atas.
o Bencana alam seperti hujan lebat, angin topan, angin kencang, kilat, dll
bukanlah di bawah manajemen pengendalian pembangkit, baik di dalam
atau di luar batas pembangkit itu.
o Aksi teror atau kesalahan operasi/perbaikan transmisi bukanlah di
bawah manajemen pengendalian pembangkit.
o Pengaruh lingkungan khusus seperti tingkat kolam pendingin rendah,
atau saluran masuk air terhambat yang tidak bisa dicegah oleh tindakan
operator. Pengaruh alam seperti suhu lingkungan tinggi di mana peralatan
bekerja tidak dalam spesifikasi disain. Namun, jika peralatan tidak
dirawat oleh pembangkit seperti sifat taktembus cahaya keluar batas atau
NOX tak bisa diatasi, dll, maka manajemen harus mengambil keputusan.
Ini permasalahan peralatan dan di dalam manajemen pengendalian
pembangkit.
o Keterbatasan bahan bakar ( air dari sungai atau danau, tambang batu
bara, saluran gas, dll) di mana operator bukan sbg penanggung kontrak
terhadap penyediaan saluran, atau penyerahan bahan bakar.

Namun, jika operator memilih kontrak bahan bakar di mana bahan bakar
(sebagai contoh, gas-alam) dapat disela sedemikian sehingga para penyalur
dapat menjual bahan bakar ke orang yang lain (bagian dari bahan bakar
pembangkit karena pertimbangan costsaving), maka ketiadaan bahan bakar
tersebut adalah di bawah manajemen pengendalian dan tidak dapat
digunakan untuk kasus ini.

113
o Tekanan pekerja (mogok kerja). Outages atau pengurangan beban
disebabkan oleh mogok kerja tidaklah secara normal di bawah kendali
langsung manajemen pembangkit. Tekanan ini mungkin permasalahan
kebijaksananaan perusahaan atau menyangkut urusan di luar yurisdiksi
perusahaan itu seperti permasalahan menunda perbaikan atau transportasi
pasokan bahanbakar.

Bagaimanapun, keluhan manajemen pembangkit secara langsung yang


mengakibatkan pemogokan atau tekanan adalah di bawah manajemen
pengendalian pembangkit dan masuk sebagai hukuman terhadap
pembangkit. Jika mogok kerja disebabkan oleh permasalahan
management/worker pembangkit selama outage, outage perluasan
manapun adalah dimasukkan sebagai rugi2 energi sepanjang unit tidak
mampu distart kembali karena gangguan peralatan, pemeliharaan,
overhauls, atau aktivitas lain.
o Permasalahan lain yang berhubungan dengan Ketergantungan
cuaca seperti variasi musim dalam jumlah kapasitas besar dalam kaitan
dengan variasi temperatur air pendingin bukanlah di dalam manajemen
pengendalian pembangkit.

3.4 Kebijakan Menangani Kondisi OMC

Dalam menghitung persamaan tanpa kondisi OMC, penting untuk


diingat bahwa sasaran peniadaan kondisi OMC adalah untuk
mempengaruhi kesiapan unit.Untuk ini, kami menangani outages dengan
cara yang berbeda dibanding derates. Dalam meniadakan kondisi tertentu
dari catatan kondisi kami dihadapkan dengan pertanyaan atas apa yang
bisa ditempatkan sebagai pengganti kondisi yang hilang. Dalam kasus dari
suatu outage, tidak ada cara yang pasti mengetahui status apa suatu unit
harus dipertimbangkan. Satu-Satunya hal sasaran pasti kami
mengembalikan jam itu kepada status tersedia. Itu persisnya apa yang
kami lakukan dan itu semua kami kira bahwa unit dalam reserve atau
dalam keadaan operasi sepanjang waktu kondisi outage OMC ditiadakan,
sehingga, penambahan jam operasi maupun jam cadangan menghadirkan
suatu ringkasan kinerja unit yang khayal. Dalam meninjau jam tersedia,

114
kami sementara menghitung kembali AH sebagai (SH+ RSH+
Synchronous-Condensing.H+ OMC H.)

Dalam hal kondisi derating, perlu diketahui status unit tertentu ketika
kondisi dipindahkan. Untuk mengetahui ini tempatkan bagian jam tersedia
ekivalen sebagai cadangan maupun operasi. Ketika kondisi dipindahkan
perlu mencari kondisi derating yang mungkin telah shadowed oleh atau
overlap dengan kondisi yang dipindahkan. Jam overlap harus dihitung oleh
software yang memproses kondisi OMC. Itu belum cukup untuk
mengkalkulasi kembali Ketersediaan Padanan dengan menambahkan
jumlah kondisi OMC yang dipindahkan sebab kami sekarang harus
mempertimbangkan efek kondisi derating yang baru saja terbuka (un-
overlapped).

Sebelum kami mulai melukiskan metodanya, ada suatu asumsi penting


yang perlu dibuat menyangkut pengolahan data.- Karena kepindahan
outage OMC dilihat sebagai suatu penyesuaian, mereka akan berasumsi
bahwa kondisi outage telah diproses seperti kondisi normal dan
kepindahan OMC itu dianggap sebagai data dan kinerja total itu adalah
jumlah bersih untuk unit. Juga, dalam kondisi derate, kerugian yang terkait
kondisi telah dihitung terutama dalam kasus overlap dan kondisi
shadowed.

Laporan Instrumen atau Controls (seperti pressure switches, pressure


regulators, position indicators, dll.) yang menjadi bagian tertentu dari fan,
pompa, atau klep, menggunakan kode komponen itu. Kode telah
disediakan untuk beberapa sistem kontrol, seperti kontrol feedwater.

Kode Major Overhaul hanya untuk pekerjaan memeriksaan secara


seksama yang tidak spesifik. Pekerjaan pembetulan skala besar yang
dilakukan selama major overhaul diharapkan dilaporkan secara terpisah
menggunakan kode yang sesuai. Sebagai contoh, ketika dilakukan general
turbine overhaul dilakukan juga reblading roda turbin tekanan tinggi.
Gunakan kode 4400 untuk melaporkan overhaul dan termasuk seperti
pembukaan dan penutupan turbin, pembersihan, dan minor repairs sampai
jam manusia bekerja. Gunakan kode 4012 untuk melaporkan reblading

115
roda turbin HP dan termasuk hanya manhours worker pada field jam
manusia bekerja reblading.

Kode "External" dan "Safety, Regulatory, and Environmental "


hanya ketika tidak ada kode penyebab system/component lain yang cocok.
Sebagai contoh, jika batas emisi terlewati karena salah memasang corong
asap gas secrubber, gunakan kode secrubber. Namun, jika batas emisi
terlewati, sementara secrubber berfungsi dengan baik, maka gunakan kode
Environmental.

116
3. INDEKS KINERJA PEMBANGKIT (IKP)

4.1 DEFINISI IKP

Availability Factor (AF):adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini
menunjukkan prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada
satu periode tertentu.
Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor
yang telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi
terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan
prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.
Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat
pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam
satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit
akibat pelaksanaan perbaikan, pada suatu periode tertentu.
Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar terencana (planned outage dan maintenance outage)
terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase
kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan
overhoul pada suatu periode tertentu.
Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit
pembangkit mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating,
pada suatu periode tertentu.
Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu
periode. Besaran ini menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve
shutdown, pada suatu periode tertentu.
117
Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu
periode tertentu.
Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan
dari sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan
dalam prosen.
Forced Outage Rate demand (FORd): adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)
+SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi
yang diharapkan.
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang
telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd): adalah [(fxFOH)+
(fpxEFDH)] dibagi [(f x FOH) + SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat
gangguan outage dan derating tiap periode operasi yang diharapkan.
Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan
daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu
(umumnya periode 1 tahun, 8760 atau 8784 jam).
Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan
daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit
beroperasi.
Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian
antara DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam
ekivalen unit pembangkit derating akibat forced derating, maintenance
derating, planned derating, dan derating karena cuaca/musim.
Sudden outage Frequency (Sdof) : adalah rata rata jumlah gangguan
mendadak unit pembangkit per periode tinjauan

118
4.2 FORMULA INDEKS KINERJA PEMBANGKIT

Terdapat 4 metode perhitungan Indeks Kinerja Pembangkit yang yaitu:


1. Perhitungan Pembangkit Tunggal (basis waktu)
2. Perhitungan Pembangkit Gabungan (basis waktu)
3. Perhitungan Pembangkit Gabungan (basis energi)
4. Perhitungan Pembangkit Tunggal/Gabungan OMC (Outside
Management Control)

Indeks kinerja pembangkit yang digunakan untuk pelatihan ini yaitu:

PER UNIT PEMBANGKIT UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN


(Termasuk OMC) ** (Termasuk OMC) **
1. Availability Factor (AF) 1. Weighted Availability Factor (WAF)
2. Equivalent Availabity Factor (EAF) 2. Weighted Equivalent Availability Factor
(WEAF)
3. Service Factor (SF)
3. Weighted Service Factor (WSF)
4. Planned Outage Factor (POF)
4. Weighted Planned Outage Factor (WPOF)
5. Maintenance Outage Factor (MOF)
5. Weighted Maintenance Outage Factor
6. Forced Outage Factor (FOF)
(WMOF)
7. Reserve Shutdown Factor (RSF)
6. Weighted Forced Outage Factor (WFOF)
8. Unit Derating Factor (UDF)
7. Weighted Reserve Shutdown Factor (WRSF)
9. Seasonal Derating Factor (SEDF)
8. Weighted Unit Derating Factor (WUDF)
10. Forced Outage Rate (FOR)
9. Weighted Seasonal Derating Factor (WSEDF)
11. Forced Outage Rate Demand (FORd)
10. Weighted Forced Outage Rate
12. Equivalent Forced Outage Rate (WFOR)
(EFOR)
11. Weighted Equivalent Forced
13. Eq. Forced Outage Rate demand Outage Rate (WFORd)
(EFORd)
12. W. Equivalent Forced Outage Rate
14. Net Capacity Factor (NCF) (WEFOR)

119
15. Net Output Factor (NOF) 13. W. Equivalent Forced Outage Rate
demand (WEFORd)
16. Plant Factor (PF)
14. Weighted Net Capacity Factor
17. Sudden Outage Frequency (Sdof)
(WNCF)
15. Weighted Net Output Factor
(WNOF)
16. Weighted Plant Factor (WPF)
17. Weighted Sudden Outage
Frequency (Wsdof)
** Formula OMC digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit tanpa peristiwa-peristiwa
diluar tangguang jawab managemen pembangkit tersebut. Formula OMC sama dengan
Formula Non OMC. Untuk membedakannya, gunakan tanda X di awal persamaan.
Contoh: AF menjadi XAF; FOR menjadi XFOR; WEAF menjadi XWEAF; dan seterusnya.
Formula masing-masing indeks kinerja tersebut diuraikan pada sub 4.2.1 s.d. 4.2.4
4.3 FORMULA IKP PER PEMBANGKIT (BASIS WAKTU)

Formula Indeks Kinerja Pembangkit untuk pembangkit tunggal (per pembangkit)


adalah sebagai berikut:

AH
1 Availability factor [ 100%
PH
AF ]
AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH )
2 Equivalent Availability Factor [ 100%
PH
EAF ]
SH
3 Service Factor [ SF ] 100%
PH

POH
4 Planned Outage Factor [ 100%
PH
POF ]
MOH
5 Maintenance Outage Factor [ 100%
PH
MOF ]

120
RSH
6 Reserve Shutdown Factor [ 100%
PH
RSF ]
EPDH EUDH
7 Unit Derating Factor [ 100%
PH
UDF ]
POH MOH
8 Scheduled Outage Factor 100%
PH
[ SOF ]
FOH
9 Forced Outage Factor [ 100%
PH
FOF ]
FOH
10 Forced Outage Rate [ 100%
FOH SH SynchronousHours
FOR ]
f FOH
11 Forced Outage Rate demand 100%
( f FOH ) SH
[FORd]
FOH EFDH
12 Equivalent Forced Outage Rate 100%
FOH SH Synchr.Hrs. EFDHRS
[EFOR]
Equivalent Forced Outage Rate ( f FOH ) ( fp EFDH )
13 100%
demand [ EFORd ] **) ( f FOH ) SH

**) Untuk pembangkit pemikul dimana:


beban puncak fp = (SH/AH)
Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
untuk perhitungan diberi angka r = Durasi FO rata-rata = [FOH /
0,001. jumlah kejadian FO]
D = jam operasi rata-rata = [SH /
Jika jumlah kejadian FO, start atau jumlah start aktual]
start aktual = 0, maka untuk T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah
perhitungan diberi angka 1. start yang dilakukan, baik berhasil
maupun gagal]
P r oduksi Netto
14 Net Capacity Factor [ PH DMN 100%
NCF ]

121
P r oduksi Netto
15 Net Output factor [ NOF SH DMN
100%
]

Pr oduksi Netto
16 Plant Factor [ PF ] ( AH ( EPDH EUDH ))DMN 100%

FO1
17 Sudden Outage Frequency [ Unit. Kit
Sdof]

4.4 FORMULA IKP PEMBANGKIT GABUNGAN (BASIS


WAKTU)

AH
1 Availability factor [ 100%
PH
AF ]
( AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH ))
2 Equivalent Availability Factor [ PH
100%

EAF ]
SH
3 Service Factor [ SF ] 100%
PH

POH
4 Planned Outage Factor [ 100%
PH
POF ]
MOH
5 Maintenance Outage Factor [ 100%
PH
MOF ]
RSH
6 Reserve Shutdown Factor [ 100%
PH
RSF ]
( EPDH EUDH )
7 Unit Derating Factor [ 100%
PH
UDF ]
( POH MOH )
8 Scheduled Outage Factor 100%
PH
[ SOF ]

122
FOH
9 Forced Outage Factor [ 100%
PH
FOF ]
FOH
10 Forced Outage Rate [ 100%
( FOH SH Synchr.Hours )
FOR ]
( f FOH )
11 Forced Outage Rate demand 100%
(( f FOH ) SH )
[FORd]
( FOH EFDH )
12 Equivalent Forced Outage Rate 100%
( FOH SH Synchr.Hrs . EFDHRS )
[EFOR]
Equivalent Forced Outage Rate (( f FOH ) ( fp EFDH ))
13 100%
demand [ EFORd ] **) (( f FOH ) SH )

**) Untuk pembangkit pemikul dimana:


beban puncak fp = (SH/AH)
Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
untuk perhitungan diberi angka r = Durasi FO rata-rata = [FOH /
0,001. jumlah kejadian FO]
D = jam operasi rata-rata = [SH /
Jika jumlah kejadian FO, start atau jumlah start aktual]
start aktual = 0, maka untuk T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah
perhitungan diberi angka 1. start yang dilakukan, baik berhasil
maupun gagal]
P r oduksi Netto
14 Net Capacity Factor [ ( PH DMN ) 100%
NCF ]

P r oduksi Netto
15 Net Output factor [ NOF ( SH DMN )
100%
]

Pr oduksi Netto
16 Plant Factor [ PF ] (( AH ( EPDH EUDH ))DMN ) 100%

n. FO1
17 Sudden Outage Frequency [ n.unit kit
Sdof]

123
4.5 UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN (BASIS KAPASITAS)

Weighted (W) Availability factor ( AH DMN )


1 100%
[WAF] ( PH DMN )

Weighted (W) Equivalent [( AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH ))] DMN


2 100%
( PH DMN )
Availability Factor [WEAF]

W Service Factor ( SH DMN )


3 100%
[WSF] ( PH DMN )

W Planned Outage Factor ( POH DMN )


4 100%
[WPOF] ( PH DMN )

W Maintenance Outage Factor ( MOH DMN )


5 100%
[WMOF] ( PH DMN )

W Reserve Shutdown Factor ( RSH DMN )


6 100%
[WRSF] ( PH DMN )

W Unit Derating Factor [( EPDH EUDH )] DMN


7 100%
[WUDF] ( PH DMN )

W Scheduled Outage Factor [( POH MOH )] DMN )


8 100%
[WSOF] ( PH DMN )

W Forced Outage Factor ( FOH DMN )


9 100%
[WFOF] ( PH DMN )

W Forced Outage Rate ( FOH DMN )


10 100%
[WFOR] [( FOH SH Synchr.Hours ) DMN ]

W Forced Outage Rate demand [( f FOH ) DMN ]


11 100%
[WFORd] [(( f FOH ) SH ) DMN ]

W Eq. Forced Outage Rate [( FOH EFDH ) DMN ]


12 100%
[( FOH SH Synchr.Hrs . EFDHRS ) DMN ]
[WEFOR]
W Eq. Forced Outage Rate demand [(( f FOH ) ( fp EFDH )) DMN ]
13 100%
- [(( f FOH ) SH ) DMN ]
[WEFORd] **)
dimana:
fp = (SH/AH)
**) Untuk pembangkit pemikul
f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)
124
beban puncak r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah
Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka kejadian FO]
untuk perhitungan diberi angka D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start
0,001. aktual]
Jika jumlah kejadian FO, start atau T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang
start aktual = 0, maka untuk dilakukan, baik berhasil maupun gagal]
perhitungan diberi angka 1.
W Net Capacity Factor P r oduksi Netto
14 ( PH DMN )
100%
[WNCF]

W Net Output factor P r oduksi Netto


15 ( SH DMN ) 100%
[WNOF]

W Plant Factor Pr oduksi Netto


16 (( AH ( EPDH EUDH ))DMN ) 100%
[WPF]

Sudden Outage Frequency [ n.FO1


17 n.unit kit
WSdof]

4.6 FORMULA TANPA OMC

Formula ini dimaksudkan untuk menghitung Indeks Kinerja Pembangkit tanpa


memasukkan peristiwa-peristiwa outage dan/atau derating yang penyebabnya
diluar tanggungjawab management perusahaan pembangkit tersebut (Outside
Management plant control OMC)

Formula yang digunakan sama persis dengan Formula-formula yang


terdatpat pada sub bahasan 4.2.1, 4.2.2., dan 4.2.3., dengan maksud dan
tujuannya sama.

125
1 XAF, XWAF Lihat Formula No. 1 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

2 XEAF, XWEAF Lihat Formula No. 2 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

3 XSF, XWSF Lihat Formula No. 3 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

4 XPOF, XWPOF Lihat Formula No. 4 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

5 XRSF, XWMOF Lihat Formula No. 5 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

6 XRSF, XWRSF Lihat Formula No. 6 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

7 XUDF, XUDF Lihat Formula No. 7 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

8 XSOF, XWSOF Lihat Formula No. 8 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

9 XFOF, XWFOF Lihat Formula No. 9 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

10 XFOR, XWFOR Lihat Formula No. 10 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

11 XFORd, XWFORd Lihat Formula No. 11 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

12 XEFOR, XWEFOR Lihat Formula No. 12 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

13 XEFORd, XWEFORd Lihat Formula No. 13 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

14 XNCF, XWNCF Lihat Formula No. 14 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

15 XNOF, XWNOF Lihat Formula No. 15 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

16 XPF, XWPF Lihat Formula No. 16 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

17 XSdof, XWSdof Lihat Formula No. 17 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.

Untuk menandai bahwa formula tersebut dipakai tanpa peristiwa OMC, maka
ditambahkan karakter X di awal formula. Jadi XAF artinya AF tanpa peristiwa
OMC, XWAF artinya WAF tanpa peristiwa OMC, dan seterusnya.

4 (empat) metoda Formula Baku Indeks Kinerja Pembangkit tersebut dipakai dan
diinformasikan secara bersama-sama dalam aplikasi berbasis web GAIS
(Generation Availability Information System), dengan maksud agar semua pihak
yang berkepentingan bisa mendapatkan informasi data kinerja dan statistik
peristiwa pembangkit pada Sistem Jawa Bali secara cepat, tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.

126
CATATAN PERHITUNGAN FORd DAN EFORd

Perhitungan FORd dan EFORd dapat dipakai jika SH, FOH, atau RSH memenuhi kriteria
berikut ini:

127
4.7 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN IKP

Untuk menghitung Indeks Kinerja Pembangkit diperlukan data seperti berikut

Parameter Contoh Keterangan

PLTU Suralaya
Nama Pembangkit Identitas pembangkit
#2

DMN (MW) 371 Kontrak tahunan

Kondisi/Status FD1 PO, MO, FO1, FD, dst

Outage/Derating (MW) 139 Penurunan kapasitas thd DMN

Awal 4/4/2008 3:49 Tanggal & Jam mulai

Akhir 4/4/2008 18:40 Tanggal & Jam akhir

Durasi (jam) 14,85 Periode selama outage/derating

Penyederhanaan perhitungan
Durasi Eqivalent (jam) 5,56
(time base)

Energi yg tdk bisa


dimanfaatkan karena
ENS (MWh) 2.064
outage/derating (utk
perhitungan capacity base)

Produksi yg dihasilkan selama


Produksi Energi (MWh) 4.452
sinkron

128
Cause Code 0310 Kode penyebab

Komponen Penyebab Pulverizer mills Komponen Penyebab L3

OMC/Non OMC NON OMC Batas tangung jawab persh

Keterangan Mil 2D trip penjelas

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghitung IKP adalah:


Buat tabel data operasi pembangkit lengkap selama periode tinjauan seperti
table diatas
Pilih data pembangkit/entitas yang akan dihitung IKP nya
Filter data berdasarkan: tanggal selesai, tanggal mulai, Status outage/derating,
dan nama pembangkit
Keluarkan (buat 0) status NC
Pastikan tidak ada data yang overlaping
Hitung durasi/energi eqivalentnya
Hitung IKP
Output IKP

129

Anda mungkin juga menyukai