DKIKP
Jangka pendek:
Keperluan Operasional
Keperluan Perencanaan
97
Jangka Panjang:
Dalam tinjauan system tenaga listrik jangka panjang, data IKP digunakan
untuk keperluan:
98
1. STATUS OPERASI PEMBANGKIT
Speed Droop
Selain itu pada gambar tersebut juga menyatakan suatu kondisi saat
terjadi perubahan frekwensi sebesar f maka pada kondisi b3 beban
mesin akan mengayun mencapai c3 yang disebut overwound speed set
point akibat dari turbin valve yang telah membuka penuh. Kerugian dari
kondisi ini adalah pada saat unit diminta menurunkan beban, operator
tidak akan mampu menurunkannya secara cepat untuk mencapai c2a2.
Untuk mengatasi kondisi tersebut pembangkit umunya dilengkapi dengan
alarm automatic reduction untuk membatasi beban .
99
PLTU Batu-Bara
Sistem Pusat Pembangkit Listrik sperti ditunjukkan gambar dibawah ini,
terdiri atas beberapa sub sistem utama pula
100
sistem yang penting dalam operasional PLTU Batu-bara adala sistem bahan
bakar utama (Coal Handling) terdiri dari
1) Dermaga berguna untuk sandar kapal pengangkut batu-bara
2) Belt Conveyor yang berguna untuk menyalurkan batu-bara
3) Crusher yang berguna untuk memecahkan batu-bara serta material ikutan
menjadi lebih kecil sehingga memungkinkan untuk dihaluskan Pulveriser
4) Magnetic Separator yang berguna untuk memisahkan material besi ikutan
5) Stacker-Reclaimer berguna untuk mengambil dan melakukan stocking di area
6) Junction House berguna untuk melakukan inter-koneksi penyaluran batu-bara
7) Plant distribution hopper yang berguna untuk mendistribusikan batu-bara pada
unit yang dituju
8) CHCR atau Coal Handling Control Room merupakan tempat pengendalian
penyaluran batu-bara
101
Bagian-bagian utama dan operasional PLTG/U
Sedangkan PLTGU adalah seperti halnya PLTG namun panas gas buang PLTG
dimanfaatkan untuk memanaskan Uap dalam HRSG.
102
Bagian-bagian utama dan operasional PLTP
Pusat listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebenarnya sejenis dengan PLTU.
Perbedaannya adalah uap air yang digunakan adalah uap air yang dihasilkan oleh
sumber panas bumi (dari dalam bumi) yang biasanya terdapat di daerah-daerah
tertentu misalnya Kamojang (Jawa Barat), Lahendong (Sulawesi Utara), Gunung
Salak (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah).
PLTM (Mikrohidro) adalah PLTA dengan kapasitas kecil yaitu <50 kW,
sedangkan PLTM (Minihidro) adalah PLTA berkapasitas 50 kW 5000KW.
Adalah pembangkit listrik yang menggunakan mesin disel dengan bahan bakar
minyak solar atau residu. Peralatan utama suatu PLTD adalah sebagai berikut :
1. Mesin Disel
2. Generator
3. Peralatan hubung
4. Panel control
5. Step up transformer
103
2.2 DIAGRAM KONDISI PEMBANGKIT
Dua kategori utama status unit pembangkit ditunjukkan pada Gambar-1, yaitu
AKTIF dan TIDAK AKTIF. TIDAK AKTIF didefinisikan sebagai status unit
tidak siap operasi untuk jangka waktu lama karena unit dikeluarkan untuk alasan
ekonomi atau alasan lainnya yang tidak berkaitan dengan peralatan/instalasi
pembangkit. Dalam kondisi ini, unit pembangkit memerlukan persiapan beberapa
hari sampai minggu/bulan untuk dapat siap operasi. Yang termasuk dalam kondisi
ini adalah INACTIVE RESERVE.
KE F F F S M P S M P R D M P
DARI O1 O2 O3 F O O E E E S E DE DE
FO1 Y T T Y Y Y T T T Y
FO2 Y T T Y Y Y T T T Y
104
FO3 Y T T Y Y Y T T T Y
SF Y T T Y Y Y T T T Y
MO Y T T Y T Y Y Y T Y
PO Y T T Y T T Y T Y Y
ME Y T T Y T T T T T Y
PE Y T T Y T T T T T Y
SE Y T T Y T T T T T Y
RS Y T T Y Y Y T T T Y
FD1 T T T
FD2 T T T
FD3 T T T
Standar IEEE 762 tidak mengizinkan perpindahan
MD Y Y T
dari/ke status derating ke/dari jenis peristiwa yang lain
PD kecuali yang telah ditunjukkan (pada Tabel ini) Y T Y
DE Y
MDE Y T
PDE T Y
CATATAN:
Y berarti bisa pindah status; Tberarti tidak bisa pindah status
2.4 OUTAGE
Outage terjadi apabila suatu unit tidak sinkron ke jaringan dan bukan dalam
status Reserve Shutdown.
Suatu outage dimulai ketika unit dikeluarkan dari jaringan atau pindah status
misalnya dari status Reserve Shutdown menjadi Maintenance Outage. Outage
berakhir ketika unit terhubung ke jaringan atau pindah ke status lain.
2.5 DERATING
Derating terjadi apabila daya keluaran (MW) unit kurang dari DMN-nya.
Derating digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda. Derating mulai
ketika unit tidak mampu untuk mencapai 98% DMN dan lebih lama dari 30
105
(tiga puluh) menit. Derating berakhir ketika peralatan yang menyebabkan
derating tersebut kembali normal, terlepas dari apakah pada saat itu unit
diperlukan sistem atau tidak.
Tidak ada derating untuk unit shutdown. Setiap unit perlu shutdown
dengan aman, dengan mengurangi peralatan atau memperhatikan resiko
keselamatan personil. Beberapa shutdowns dapat cepat seperti layaknya unit
106
trip; yang lain bisa lebih lambat seperti turunnya unit menuju PO. Dalam
kasus manapun, unit tidaklah derated.
Forced Outage Hours (FOH): adalah jumlah jam unit keluar paksa
sebagai akibat dari gangguan Unplanned (Forced) Outages) + Startup
Failures (SF).
108
Maintenance Outage Hours (MOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat
beroperasi sebagai akibat dari keluar pemeliharaan karena Maintenance
Outages (MO) + Maintenance Outage Extensions (MEH) dari
Maintenance Outages (MO).
Scheduled Outage Hours (SOH): adalah jumlah jam unit tidak dapat
beroperasi sebagai akibat dari keluar terencana baik Planned Outage
maupun Maintenance Outage+ Scheduled Outage Extensions (SE) dari
Maintenance Outages (MO) dan Planned Outages(PO).
Reserve Shutdown Hours (RSH): adalah jumlah jam unit tidak beroperasi
karena tidak dibutuhkan oleh sistem (pertimbangan ekonomi).
Periode Hours (PH):adalah total jumlah jam dalam suatu periode tertentu
yang sedang diamati selama unit dalam status Aktif.
Unit Derating Hours (UDH): adalah jumlah jam unit mengalami derating.
109
Equivalent Unplanned Derated Hours (EUDH): adalah perkalian antara
jumlah jam unit pembangkit derating tidak terencana (FD1, FD2, FD3,
MD, DE) dan besar penurunan derating dibagi dengan DMN.
110
2. CAUSE CODE PEMBANGKIT
111
Daftar kode penyebab yang ditetapkan ini selanjutnya harus ditinjau
dari waktu ke waktu untuk menjamin kode penyebab yang terakhir dapat
digunakan pada persamaan OMC.
Typical Interconnection
Utility Distribution Co
Transmission or Distribution System
Point of Ownership Change
Utility Distribution Co with Utility Distribution Co
3 Generation Facility
Disconnect Device Operated
by Utility Distribution Co
OUT
Utility Distr Co ISO
Metering Metering
Disconnect Device Owned &
Operated by Generation IN
Entity
B
2 High Side CB or Recloser
Owned by Generation Entity
Dedicated Transformer
Owned by Generation Entity
Generator Aux.
Load
A GCB
1
Aux. PT
~
Generator
kondisi OMC akan hadir dalam dua bentuk: outages atau deratings.
Kondisi OMC dapat dikategorikan sebagai FO, MO, PO tetapi diharapkan
mayoritas adalah kondisi FO.
112
3). pada batas dimana peralatan yang mungkin layak dipertimbangkan
sesuai bentuk wujud dan disain unit pembangkit.
Namun, jika operator memilih kontrak bahan bakar di mana bahan bakar
(sebagai contoh, gas-alam) dapat disela sedemikian sehingga para penyalur
dapat menjual bahan bakar ke orang yang lain (bagian dari bahan bakar
pembangkit karena pertimbangan costsaving), maka ketiadaan bahan bakar
tersebut adalah di bawah manajemen pengendalian dan tidak dapat
digunakan untuk kasus ini.
113
o Tekanan pekerja (mogok kerja). Outages atau pengurangan beban
disebabkan oleh mogok kerja tidaklah secara normal di bawah kendali
langsung manajemen pembangkit. Tekanan ini mungkin permasalahan
kebijaksananaan perusahaan atau menyangkut urusan di luar yurisdiksi
perusahaan itu seperti permasalahan menunda perbaikan atau transportasi
pasokan bahanbakar.
114
kami sementara menghitung kembali AH sebagai (SH+ RSH+
Synchronous-Condensing.H+ OMC H.)
Dalam hal kondisi derating, perlu diketahui status unit tertentu ketika
kondisi dipindahkan. Untuk mengetahui ini tempatkan bagian jam tersedia
ekivalen sebagai cadangan maupun operasi. Ketika kondisi dipindahkan
perlu mencari kondisi derating yang mungkin telah shadowed oleh atau
overlap dengan kondisi yang dipindahkan. Jam overlap harus dihitung oleh
software yang memproses kondisi OMC. Itu belum cukup untuk
mengkalkulasi kembali Ketersediaan Padanan dengan menambahkan
jumlah kondisi OMC yang dipindahkan sebab kami sekarang harus
mempertimbangkan efek kondisi derating yang baru saja terbuka (un-
overlapped).
115
roda turbin HP dan termasuk hanya manhours worker pada field jam
manusia bekerja reblading.
116
3. INDEKS KINERJA PEMBANGKIT (IKP)
Availability Factor (AF):adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini
menunjukkan prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada
satu periode tertentu.
Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor
yang telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi
terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan
prosentase jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.
Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat
pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam
satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit
akibat pelaksanaan perbaikan, pada suatu periode tertentu.
Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar terencana (planned outage dan maintenance outage)
terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase
kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan
overhoul pada suatu periode tertentu.
Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit
pembangkit mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating,
pada suatu periode tertentu.
Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit
pembangkit keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu
periode. Besaran ini menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve
shutdown, pada suatu periode tertentu.
117
Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu
periode tertentu.
Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan
dari sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan
dalam prosen.
Forced Outage Rate demand (FORd): adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)
+SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi
yang diharapkan.
Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang
telah memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd): adalah [(fxFOH)+
(fpxEFDH)] dibagi [(f x FOH) + SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat
gangguan outage dan derating tiap periode operasi yang diharapkan.
Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan
daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu
(umumnya periode 1 tahun, 8760 atau 8784 jam).
Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan
daya mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit
beroperasi.
Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian
antara DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam
ekivalen unit pembangkit derating akibat forced derating, maintenance
derating, planned derating, dan derating karena cuaca/musim.
Sudden outage Frequency (Sdof) : adalah rata rata jumlah gangguan
mendadak unit pembangkit per periode tinjauan
118
4.2 FORMULA INDEKS KINERJA PEMBANGKIT
119
15. Net Output Factor (NOF) 13. W. Equivalent Forced Outage Rate
demand (WEFORd)
16. Plant Factor (PF)
14. Weighted Net Capacity Factor
17. Sudden Outage Frequency (Sdof)
(WNCF)
15. Weighted Net Output Factor
(WNOF)
16. Weighted Plant Factor (WPF)
17. Weighted Sudden Outage
Frequency (Wsdof)
** Formula OMC digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit tanpa peristiwa-peristiwa
diluar tangguang jawab managemen pembangkit tersebut. Formula OMC sama dengan
Formula Non OMC. Untuk membedakannya, gunakan tanda X di awal persamaan.
Contoh: AF menjadi XAF; FOR menjadi XFOR; WEAF menjadi XWEAF; dan seterusnya.
Formula masing-masing indeks kinerja tersebut diuraikan pada sub 4.2.1 s.d. 4.2.4
4.3 FORMULA IKP PER PEMBANGKIT (BASIS WAKTU)
AH
1 Availability factor [ 100%
PH
AF ]
AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH )
2 Equivalent Availability Factor [ 100%
PH
EAF ]
SH
3 Service Factor [ SF ] 100%
PH
POH
4 Planned Outage Factor [ 100%
PH
POF ]
MOH
5 Maintenance Outage Factor [ 100%
PH
MOF ]
120
RSH
6 Reserve Shutdown Factor [ 100%
PH
RSF ]
EPDH EUDH
7 Unit Derating Factor [ 100%
PH
UDF ]
POH MOH
8 Scheduled Outage Factor 100%
PH
[ SOF ]
FOH
9 Forced Outage Factor [ 100%
PH
FOF ]
FOH
10 Forced Outage Rate [ 100%
FOH SH SynchronousHours
FOR ]
f FOH
11 Forced Outage Rate demand 100%
( f FOH ) SH
[FORd]
FOH EFDH
12 Equivalent Forced Outage Rate 100%
FOH SH Synchr.Hrs. EFDHRS
[EFOR]
Equivalent Forced Outage Rate ( f FOH ) ( fp EFDH )
13 100%
demand [ EFORd ] **) ( f FOH ) SH
121
P r oduksi Netto
15 Net Output factor [ NOF SH DMN
100%
]
Pr oduksi Netto
16 Plant Factor [ PF ] ( AH ( EPDH EUDH ))DMN 100%
FO1
17 Sudden Outage Frequency [ Unit. Kit
Sdof]
AH
1 Availability factor [ 100%
PH
AF ]
( AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH ))
2 Equivalent Availability Factor [ PH
100%
EAF ]
SH
3 Service Factor [ SF ] 100%
PH
POH
4 Planned Outage Factor [ 100%
PH
POF ]
MOH
5 Maintenance Outage Factor [ 100%
PH
MOF ]
RSH
6 Reserve Shutdown Factor [ 100%
PH
RSF ]
( EPDH EUDH )
7 Unit Derating Factor [ 100%
PH
UDF ]
( POH MOH )
8 Scheduled Outage Factor 100%
PH
[ SOF ]
122
FOH
9 Forced Outage Factor [ 100%
PH
FOF ]
FOH
10 Forced Outage Rate [ 100%
( FOH SH Synchr.Hours )
FOR ]
( f FOH )
11 Forced Outage Rate demand 100%
(( f FOH ) SH )
[FORd]
( FOH EFDH )
12 Equivalent Forced Outage Rate 100%
( FOH SH Synchr.Hrs . EFDHRS )
[EFOR]
Equivalent Forced Outage Rate (( f FOH ) ( fp EFDH ))
13 100%
demand [ EFORd ] **) (( f FOH ) SH )
P r oduksi Netto
15 Net Output factor [ NOF ( SH DMN )
100%
]
Pr oduksi Netto
16 Plant Factor [ PF ] (( AH ( EPDH EUDH ))DMN ) 100%
n. FO1
17 Sudden Outage Frequency [ n.unit kit
Sdof]
123
4.5 UNIT PEMBANGKIT GABUNGAN (BASIS KAPASITAS)
125
1 XAF, XWAF Lihat Formula No. 1 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
2 XEAF, XWEAF Lihat Formula No. 2 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
3 XSF, XWSF Lihat Formula No. 3 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
4 XPOF, XWPOF Lihat Formula No. 4 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
5 XRSF, XWMOF Lihat Formula No. 5 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
6 XRSF, XWRSF Lihat Formula No. 6 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
7 XUDF, XUDF Lihat Formula No. 7 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
8 XSOF, XWSOF Lihat Formula No. 8 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
9 XFOF, XWFOF Lihat Formula No. 9 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
10 XFOR, XWFOR Lihat Formula No. 10 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
11 XFORd, XWFORd Lihat Formula No. 11 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
12 XEFOR, XWEFOR Lihat Formula No. 12 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
13 XEFORd, XWEFORd Lihat Formula No. 13 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
14 XNCF, XWNCF Lihat Formula No. 14 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
15 XNOF, XWNOF Lihat Formula No. 15 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
16 XPF, XWPF Lihat Formula No. 16 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
17 XSdof, XWSdof Lihat Formula No. 17 pada Sub E.7.1., E.7.2., dan E.7.3.
Untuk menandai bahwa formula tersebut dipakai tanpa peristiwa OMC, maka
ditambahkan karakter X di awal formula. Jadi XAF artinya AF tanpa peristiwa
OMC, XWAF artinya WAF tanpa peristiwa OMC, dan seterusnya.
4 (empat) metoda Formula Baku Indeks Kinerja Pembangkit tersebut dipakai dan
diinformasikan secara bersama-sama dalam aplikasi berbasis web GAIS
(Generation Availability Information System), dengan maksud agar semua pihak
yang berkepentingan bisa mendapatkan informasi data kinerja dan statistik
peristiwa pembangkit pada Sistem Jawa Bali secara cepat, tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
126
CATATAN PERHITUNGAN FORd DAN EFORd
Perhitungan FORd dan EFORd dapat dipakai jika SH, FOH, atau RSH memenuhi kriteria
berikut ini:
127
4.7 LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN IKP
PLTU Suralaya
Nama Pembangkit Identitas pembangkit
#2
Penyederhanaan perhitungan
Durasi Eqivalent (jam) 5,56
(time base)
128
Cause Code 0310 Kode penyebab
129