Anda di halaman 1dari 26

BAB III

OVERVIEW PEMBANGKIT

1. Peran Pembangkit Pada Sistem Tenaga Listrik


1.1 Sistem Tenaga Listrik
Secara umum sistem tenaga listrik dapat dikatakan terdiri dari tiga bagian utama yaitu :
1. Pembangkitan tenaga listrik,
2. Penyaluran tenaga listrik.
3. Distribusi tenaga listrik.

Sistem tenaga listrik sering pula hanya disebut dengan sistem tenaga, bahkan kadangkala
cukup disebut dengan sistem. Penamaan suatu sistem tenaga biasanya menggunakan daerah
cakupan yang dilistriki, misalnya Sistem Jawa Bali berarti sistem tenaga listrik yang
mencakup Pulau Jawa, Madura dan Bali.

Gambar 1. Penyederhanaan Sistem Tenaga Listrik, terdiri dari : Pembangkit,


Transmisi dan Distribusi

39
1.2 Tujuan Pengoperasian Sistem Tenaga Listrik
Tujuan operasi sistem tenaga listrik yaitu

1. Ekonomi
2. Keandalan
3. Kualitas

TUJUAN OPERASI

EKONOMI

SEKURITI MUTU

Gambar 2. Tujuan Pengendalian Operasi Sistem Tenaga Listrik

Ekonomi berarti listrik harus dioperasikan seekonomis mungkin, tetapi dengan tetap
memperhatikan keandalan dan kualitasnya.

Keandalan tenaga listrik adalah kekuatan sistem tenaga listrik dalam menghadapai gangguan.
Sedapat mungkin gangguan di pembangkit maupun transmisi dapat diatasi tanpa
mengakibatkan pemadaman di sisi konsumen.
Sedang mutu tenaga listrik adalah kualitas tegangan dan frekuensi sesuai dengan range yang
diijinkan. Mutu tegangan adalah +5% hingga 5% untuk sistem 500 kV dan +5% hingga
10% untuk sistem tegangan lainnya (150kV, 70kV, 30kV).

Efisiensi produksi tenaga listrik diukur dari tingkat biaya yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Hal yang paling mudah dalam optimasi biaya produksi tenaga
listrik adalah dengan sistem merit order. Merit order adalah suatu metoda dimana pembangkit
dengan biaya yang paling murah akan diprioritaskan untuk beroperasi dibandingkan dengan
yang lebih mahal, sampai beban tenaga listrik tercukupi.
Dalam operasi sistem tenaga listrik harus memenuhi kriteria tujuan operasi mutu, ekonomis,
sekuriti namun kondisi ini sulit untuk dipenuhi sehingga prioritas/urutan bisa berubah
tergantung kondisi sistem. Sebagai contoh, dalam kondisi siaga tujuan ekonomi bisa menjadi
prioritas terakhir dan yang diutamakan adalah keandalan. Contoh lain dalam kondisi kualitas
dan keandalan terpenuhi maka ekonomi menjadi prioritas utama.

40
1.3 Pembangkit Tenaga Listrik
Pembangkit listrik memasok tenaga listrik ke sistem tenaga. Pembangkit listrik terdiri dari
generator dan penggerak mula. Penggerak mula berupa mesin yang memutar poros generator.
Tenaga listrik diperoleh dari generator arus bolak-balik. Generator listrik menghasilkan
tenaga listrik dengan frekuensi tertentu. Generator - generator di sistem tenaga lisrik di
Indonesia menggunakan frekuensi 50 hertz. Kapasitas generator beragam, dari beberapa ratus
kW hingga lebih dari seribu MW.

Penggerak
Mula :
PLTU,
PLTP,
PLTGU, Trafo Jaringan
Generato
PLTA,
PLTD, dll r

Gambar 3. Jenis pembangkit listrik tergantung pada jenis mesin penggerak mula

Pembangkit listrik sering dikelompokkan berdasarkan jenis tenaga yang dirubah menjadi
tenaga listrik, yaitu:
- Tenaga panas (thermal)
- Tenaga air (hidro)
- Tenaga nuklir
- Tenaga alternatip lainnya

Pembangkit listrik tenaga thermal dapat dibagi berdasarkan sumber panas yang dipakai yaitu

- Energi dari bahan-bakar fosil : batubara (coal), minyak bumi (oil)dan gas
alam (natural gas)
- Dari panas-bumi (geothermal).

1.4 Jenis Jenis Pembangkit Listrik


Sekelompok pembangkit listrik yang sejenis pada satu lokasi membentuk pusat listrik.
Pemberian nama pusat listrik menurut jenis penggerak mula yang digunakan, seperti
Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

41
Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU)


Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)

Di samping itu ada pula pusat listrik yang diberi-nama menurut jenis energi yang digunakan
adalah :

- Pusat Listrik Tenaga Panas-Bumi (PLTP)


- Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
- Pusat Listrik Tenaga Suryya (PLTS)
- Pusat Listrik Tenaga Angin (PLT-Angin)

Secara logis kita akan berfikir bahwa tempat yang paling baik untuk menempatkan pusat
listrik adalah dekat dengan pemakai tenaga listrik. Namun hal ini tidak selalu dapat dipenuhi
karena beberapa alasan yang dijumpai pada keadaan yang sesungguhnya, antara lain
pembangkit listrik tenaga nuklir dan yang berbahan-bakar fosil memerlukan sumber air yang
besar untuk sistem pendinginannya. Hal ini hanya dapat dipenuhi dari laut, danau atau sungai.
Inilah alasan mengapa pembangkit listrik selalu dekat dengan air.

- Pembangkit listrik memerlukan sumber air dengan perubahan elevasi atau tinggi jatuh
(head) yang cukup.
- Pembangkit listrik tenaga panas bumi harus berada pada lokasi dimana sumber
tenaganya tersedia.
- Tegangan keluaran generator bermacam-macam, biasanya 25 kV atau lebih rendah.

2. Jenis Jenis Pembangkit Tenaga Listrik


1.1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
PLTU adalah suatu jenis pembangkit listrik yang menggunakan tenaga uap air untuk
memutar mesin turbin yang selanjutnya memutar generator untuk menghasilkan listrik.
Sumber energi untuk menghasilkan uap pada PLTU biasanya diperoleh dari pembakaran
bahan bakar minyak (MFO) atau dari pembakaran batu bara. Karena harga bahan bakar
minyak semakin tinggi maka pemakaian PLTU berbahan bakar minyak makin dikurangi dan
PLTU berbahan bakar batu bara makin ditingkatkan. Saat ini PLTU bebahan bakar batu bara
merupakan jenis pembangkit listrik yang kontribusinya paling besar yaitu mensupplay sekitar
60 % dari total kebutuhan listrik di Indonesia.

Keunggulan dan Kelemahan PLTU:


Keunggulan :
Kapasitas besar

42
Harga ekonomis
Persedian bahan bakar batu-bara banyak
Kesiapan dan keandalan cukup tinggi
Teknologi telah dikuasai
Suku cadang mudah didapat
Cocok untuk penyangga beban dasar
Kelemahan :

Kemampuan manuver beban lambat


Waktu untuk Star/Stop lama
Polusi abu sisa pembakaran dan debu B-bara
Emisi CO2, Sox, Nox , tinggi
Ketergantungan pada supplay bahan bakar
Harga batu bara cenderung terus naik
Batu bara bukan sumber energi terbarukan

1.2. Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)


Prinsip kerja dari Turbin gas adalah udara luar dihisap oleh Compressor melalui Intake Air
Filter dan Inlet Gaude Van masuk keruang bakar. Diruang bakar udara bercampur dengan
bahan bakar untuk proses pembakaran di combuctor cilinder. Gas panas hasil dari proses
pembakaran tersebut masuk ke turbin untuk menggerakan sudu-sudu turbin, putaran turbin
digunakan untuk menggerakan generator. Sebagian dari udara tersebut untuk proses
pendinginan pada komponen-komponen turbin. Sedangkan PLTGU adalah seperti halnya
PLTG namun panas gas buang PLTG dimanfaatkan untuk memanaskan Uap dalam HRSG
seperti ditunjukkan gambar 4. Proses pembangkitan listrik pada PLTGU sebagai berikut.

43
Exhaust Gas

Feed Water
ECONOMIZER

DRUM

Reheat Steam

RE- ~
Superheat Steam

Exhaust
CC
Gas BFP
Water In Water
C G ~ Out
Air

Karena PLTG termasuk internal combustion Engine seperti halnya Diesel, maka karakteristik
operasional PLTG mampu start-up sampai beban nominal dalam orde menit serta merespon
perubahan beban dengan cepat. Governor langsung berhubungan dengan injector bahan
bakar.

Keunggulan dan Kelemahan PLTGU:


Keunggulan :
Kemampuan manuver beban cepat
Start/Stop time cepat
Respon frekfensi bagus
Lokasi bisa dibangun di dekat kota
Bila menggunakan bahan bakar gas maka lingkungan bersih dan polusi rendah
Sesuai untuk penyangga beban puncak
Kelemahan :

Bila dioperasikan hanya PLTG saja maka bahan bakar boros


44
Bila menggunakan bahan bakar minyak maka biaya produksi sangat mahal
Spare part mahal dan cepat rusak
Bahan bakar gas tidak mudah didapat

1.3. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)


Pusat listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebenarnya sejenis dengan PLTU. Perbedaannya
adalah uap air yang digunakan adalah uap air yang dihasilkan oleh sumber panas bumi (dari
dalam bumi) yang biasanya terdapat di daerah-daerah tertentu misalnya Kamojang (Jawa
Barat), Lahendong (Sulawesi Utara), Gunung Salak (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah). Uap
yang digunakan pada PLTP berasal dari perut bumi sehingga tidak diperlukan Ketel (Boiler)
untuk memproduksi uap air dan tidak perlu bahan bakar.

Sistem Hidrotermal:

Dominasi uap (Vapor dominated)

Sistim panas bumi di mana sumur-sumurnya memproduksikan uap kering atau uap
basah karena rongga-rongga batuan reservoirnya sebagian besar berisi uap panas. Pada
sistem ini air mendidih menjadi uap dan mencapai permukaan pada kondisi kering
sekitar 205C dengan tekanan di atas 8 bar. Uap jenis ini sangat cocok digunakan
sebagai pembangkit listrik.Kendalanya adanya kandungan gas yang korosif dan
material yang erosif. Sumber panasbumi seperti ini sangat jarang. Lapangan Kamojang
dan Darajat termasuk ke dalam kategori jenis ini.

Dominasi cairan (Liquid dominated)

Sistim panas bumi dimana sumur-sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa
campuran uap air. Diperkirakan air mengisi rongga-rongga, saluran terbuka atau
rekahan-rekahan. Pada sistem ini air panas tersirkulasi dan terperangkap dalam tanah
pada temperatur 174-315C. Sistem ini terdapat lebih banyak dibanding sistem vapor-
dominated. Di antaranya: Lapangan Dieng, Awibengkok-G. Salak, Patuha, Bali,
Karaha, Wayang-Windu, Ulubelu, Sibayak, Sarulla.

45
Gambar 5. Flow Diagram PLTP Kamojang

Keunggulan dan Kelemahan PLTP :


Keunggulan :
Kemampuan manuver beban lebih baik daripada PLTU
Start/Stop time lebih cepat
Keandalan dan ketersediaan bagus
Sumber energi kontinyu tidak tergantung pada musim
Persediaan energi tahan untuk jangka panjang / tidak cepat habis

46
Kelemahan :

Uap mengandung sulfur tinggi , mengganggu kesehatan dan peralatan


Biaya explorasi tinggi harga uap tinggi
Kualitas uap sulit dikendalikan , dapat merusak turbin dan pelatan lainnya.
Kapasitas tergantung pada alam tidak bisa disesuaikan dengan kebutuhan
Lokasi biasanya di pegunungan , jauh dari konsumen

1.4. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


Berlainan dengan PLTD, PLTG, PLTU yang merupakan pembangkit listrik tenaga termal,
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA/PLTM) merupakan instalasi pembangkit listrik yang
mengubah energi air (energi gravitasi) menjadi energi listrik. Mesin penggerak yang
digunakan adalah turbin air yang akan memutar generator untuk menghasilkan listrik.

Secara garis besar peralatan PLTA dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu:

a. Bangunan Sipil : Bendungan, saluran air (pipa-pesat)


b. Peralatan Mekanik & Elektrikan : turbin air, Generator dan lain-lain (termasuk
peralatan kontrol dan instrument)
c. Peralatan penyaluran tenaga listrik: Switchgear, step-up transformer dll
PLTM (Mikrohidro) adalah PLTA dengan kapasitas kecil yaitu <50 kW, sedangkan PLTM
(Minihidro) adalah PLTA berkapasitas 50 kW 5000KW.

Gambar 6. Instalasi PLTA

47
Keunggulan dan Kelemahan PLTA :
Keunggulan :
Biaya operasi sangat murah
Start/Stop time cepat
Respon frekfensi sangat baik
Ramah lingkungan bersih tidak menimbulkan polusi
Pengoperasian dan pemeliharaan mudah
Mampu start sendiri setelah terjadi blackout
Kelemahan :

Biaya investasi mahal


Kapasitas biasanya tidak terlalu besar
Ketergantungan pada musim
Kapasitas bendungan terancam oleh endapan lumpur
Lokasi biasanya jauh dari pusat beban

2.5 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL (PLTD)

2.5.1 Bagian-bagian utama dan operasional PLTD

Adalah pembangkit listrik yang menggunakan mesin disel dengan bahan bakar minyak
solar atau residu. Peralatan utama suatu PLTD adalah sebagai berikut :

1. Mesin Disel

Merupakan penggerak utama yang akan menggerakkan generator untuk menghasilkan


energi listrik. Dalam mesin disel terjadi proses pembakaran bahan bakar dengan udara.
Mesin disel dilengkapi dengan turbocharger (pengisi udara),intercooler (pendingin
udara),governor (pengatur kecepatan) dan peralatan lainnya. Mesin disel dapat
dioperasikan dengan bahan baker minyak maupun bahan bakar gas.

2. Generator

Generator berfungsi mengubah energi mekanis yang dihasilkan mesin disel menjadi
energi listrik. Generator yang digunakan adalah generator arus bolak-balik (AC) fasa
tiga.

48
3. Peralatan hubung (Switchgears)

Peralatan ini berfungsi untuk menyalurkan energi listrik yang dihasilkan


generator,terdiri dari panel-panel dan switchgears,yaitu Circuit Breaker (CB) atau
PMT,Disconnector Switch (DS) atau PMS,Rele proteksi & meter-meter pengukuran
dll.

4. Panel Kontrol

Panel kontrol terdiri dari panel kontrol peralatan listrik dan mesin serta panel kontrol
peralatan Bantu,berfungsi untuk mengendalikan pengoperasian PLTD.

5. Step Up Transformer

Step Up Transformer berfungsi menaikkan tegangan dari generator (tegangan rendah


380 Volt,tegangan menegah 6 kV atau 11 kV )dinaikkan menjadi tegangan system
sistem penyaluran atau system distribusi (20 kV,70 kV atau 150 kV).

Gambar berikut ini menunjukan blok diagram suatu PLTD

49
Keunggulan dan Kelemahan PLTD :

Keunggulan :
Fleksibel : bisa dibangun dengan cepat, ditempatkan dimana saja.
Mudah dipindahkan bila diperlukan.
Kapasitas bervasiasi mulai dari yang sangat kecil hingga beberapa MW.
Start/Stop time dan manuver beban cepat
Sesuai untuk kapasitas kecil dan daerah terpencil

Kelemahan :

Fleksibel : bisa dibangun dengan cepat, ditempatkan dimana saja

Mudah dipindahkan bila diperlukan

Kapasitas bervasiasi mulai dari yang sangat kecil hingga beberapa MW.

Start/Stop time dan manuver beban cepat

Sesuai untuk kapasitas kecil dan daerah terpencil

2.6 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUCLEAR (PLTN)


2.6.1 Prinsip Kerja PLTN
1. Di dalam reaktor , bahan radio aktip Uranium mengalami reaksi pembelahan
inti sehingga menghasilkan energi panas.
2. Panas dari hasil reaksi inti ini digunakan untuk memanaskan air hingga
menjadi uap.
3. Uap yang dihasilkan dari pemanasan ini disalurkan untuk memutar mesin
turbin yang selanjutnya memutar generator hingga menghasilkan listrik
untuk disalurkan ke saluran transmisi.
4. Uap setelah melewati turbin diembunkan di kondenser hingga menjadi air
kemudian dipompakan lagi ke dalam reaktor untuk dipanaskan lagi menjadi
uap., begitu seterusnya.

50
2.6.2 Keunggulan dan Kelemahan PLTN
Keunggulan PLTN :

Mampu menjawab krisis minyak bumi

Potensi persediaan sumber energi sangat besar untuk jangka waktu panjang

Tidak menimbulkan polusi udara yang mengakibatkan global warming

Harga sumber energi (uranium) relatip lebih murah daripada minyak bumi

Kelemahan PLTN

Resiko kebocoran bahan radio aktip

Menghasilkan limbah radio aktip

Biaya tinggi untuk : investasi, keselamatan kerja dan pengolahan limbah.

Membutuhkan ketelitian dan keahliian tinggi dalam pengoperasian

Adanya penolakan masyarak

Ketergantungan pada pihak asing

Pengaruh politik internasional sangat kuat

51
2.7 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)
2.7.1 Prinsip Kerja PLTS
1. Solar Panel atau Photo Cell terbuat dari bahan semi konduktor, terdiri dari
dua lapis yaitu type n disisi atas dan type p di sisi bawah.
2. Apabila terkena sinar matahari maka lapisan n akan menghasilkan tegangan
listrik negatip dan lapisan n menghasilkan tegangan listrik positip.
3. Adanya beda tegangan ini akan menghasilkan energi listrik. ..
4. Listrik dari Photo Cell disimpan terlebih dahulu ke dalam battery.
5. Listrik dari battery dialirkan ke inverter untuk dirubah dari DC menjadi AC.
6. Bila yang diperlukan adalah arus DC maka bisa langsung diambilan dari
battery tanpa melalui inverter..
7. Bila yang diperlukan adalah arus AC maka harus diambilkan dari terminal
output inverter..

52
2.7.2 Keunggulan dan Kelemahan PLTS
Keunggulan PLTS :
Potensi sumber energi melimpah
Sumber energi murah, tanpa bahan bakar
Lokasi bisa dimana mana relatip bebas
Bersih tidak menimbulkan polusi
Pengoperasian dan pemeliharaan sederhana dan mudah
Kelemahan PLTS
Biaya investasi relatip mahal dibanding dengan energi yang diperoleh.
Efesiensi Solar Cell relaip rendah, hanya sekitar 15 %
Daya tidak stabil, hanya ada waktu siang hari saja dan dipengaruhi cuaca
Battery sebagai penyimpan energi, umurnya tidak panjang, perlu
penggantian secara periodik

2.8 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLT-ANGIN)


2.8.1 Prinsip Kerja PLT-Angin
1. Tenga angin memutar baling baling
2. Poros baling-baling melalui roda gigi memutar generator..
3. Generator yang berputar menghasilkan listrik DC.
4. Arus listrik DC digunakan untuk mengisi battery.
5. Arus listrik DC dari battery dilewatkan inverter untuk dirubah menjadi arus
AC.
6. Arus AC dari inverter bisa langsung dipakai ke beban atau bisa juga
interkoneksi masuk jaringan.

53
2.8.2 Keunggulan dan Kelemahan PLT-Angin

Keunggulan PLT-Angin :

Potensi sumber energi cukup besar

Sumber energi murah, tanpa bahan bakar

Bersih tidak menimbulkan polusi

Pengoperasian dan pemeliharaan sederhana dan mudah

Kelemahan PLT-Angin

Daya tidak stabil dan tidak bisa dikendalikan sesuai dengan kebutuhan
(tergantung pada kecepatan angin)

Biaya investasi relatip mahal dibanding dengan energi yang diperoleh.

Perlu survey yang mendalam untuk menetapkan lokasi yang tepat

54
3. Karakteristik Pembangkit
3.1. Speed Droop
Salah satu karakterisktik penting pembangkit dalam sistem Grid jaringan adalah speed
droop atau frekwency regulation characteristic. Pengendalian mesin keluaran dan
frekwensi akan menjadi masukan utama Governoor Turbin. Steady state pengaturan
sperti ditunjukkan gambar dibawah ini dengan rumusan sebagai berikut :

(NO NPR)/NR * 100%


Dimana
NR = rated Speed
NPR = Speed pada Full Load
NO = Speed pada No Load

Dengan kondisi ini sebuah mesin dapat melakukan pertukaran beban (sharing) dalam
grid secara stabil serta mengatur kontribusi pembebanan dengan mesin lainnya secara
relative. Besaran speed droop setting ini umumnya untuk masing-masing Governing
Turbin berbeda, Governing Turbin Uap, Turbin Air ataupun Gas Turbin. Tentu angka
tersebut akan lebih bervariasi antar pembangkit jika memasukkan karakteristik
penggerak turbinnya. Umumnya untuk internal combustion engine seperti Gas TUrbin
dan Diesel akan lebih cepat dalam merespon perubahan frekwensi, demikian pula

55
Turbin Air. Namun untuk sistem external combustion engine, seperti boiler uap,
nuklir dan HRSG mempunyai karakterisktik yang lebih lambat.

Pada gambar diatas, sesaat sebelum sinkron, sebuah mesin akan berada pada a1
seperti ditunjukkan gambar dibawah ini. Secara perlahan, pada saat beban naik, maka
akan bergerak ke b2 dan akhir berada b3. Gambar karakteristik diatas merupakan
penyederhanaan, karena pada beberapa penerapan di pembangkit bisa tidak linear
seperti diatas. Umumnya set point untuk Governing TUrbin uap pada kisaran 6%,
tetapi hal ini tentu akan beubah jika faktor koreksi Boiler dimasukkan dalam
pengaturan beban. Umumnya enjiner pembangkit akan melakukan optimasi yang
tepat untuk mencapai keseimbangan antara sistem boiler dan turbin tersebut.

Selain itu pada gambar tersebut juga menyatakan suatu kondisi saat terjadi perubahan
frekwensi sebesar f maka pada kondisi b3 beban mesin akan mengayun mencapai c3
yang disebut overwound speed set point akibat dari turbin valve yang telah
membuka penuh. Kerugian dari kondisi ini adalah pada saat unit diminta menurunkan
beban, operator tidak akan mampu menurunkannya secara cepat untuk mencapai
c2a2. Untuk mengatasi kondisi tersebut pembangkit umunya dilengkapi dengan alarm
automatic reduction untuk membatasi beban .

56
Fasilitas pengaturan speed droop umumnya diberikan, dengan suatu rentang misalnya
dari 6 % sampai dengan 25% sperti ditunjukkan gambar dibawah ini. Garis yang lebih
tegak menunjukkan suatu nilai speed droop yang lebih tinggi dan manjadi batasan
mesin tersebut.
Pengaturan dengan membebaskan Governing Turbin merespon perubahan frekwensi
seperti diatas sering disebut dengan Governoor Free.

3.2. FREQUENCY DEADBAND


Frequency Deadband adalah suatu rentang Frekuensi yang diijinkan dimana Turbin Generator
dapat beroperasi sesuai dengan karakteristiknya.

Turbin Uap yang beroperasi diluar Frquency Deadband akan menyebabkan terjadinya
Resonansi dan Disharmoni Gaya pada sudu tingkat akhir. Rentang Frequency Deadband
ditunjukkan seperti pada gambar di bawah.
Dead Band
Frequency
Zona C Zona B (Zona A) Zona B Zona C

49.95 50.05

49.5 49.6 49.7 49.8 49.9 50 50.1 50.2 50.3 50.4 50.5 Hz

Berikut ini ditunjukkan gambaran rentang Frekuensi Pembangkit Tambak Lorok dan GE

Rentang frekuensi Durasi Penyimpangan

57
A. 48,5 sampai 51,5 Hz Pengoperasian terus-menerus

B. < 48,5 Hz Pemutusan seketika

C..> 51,5 Hz Pemutusan seketika

3.3. Efisiensi
Effisiensi adalah suatu parameter yang menyatakan tingkat unjuk kerja dari Unit Pembangkit.

Prinsip dasar Effisiensi adalah Perbandingan antara Kerja/Energi yang dihasilkan dengan
Usaha/Energi yang digunakan.

Pada Unit Pembangkit Listrik dikenal istilah Effisiensi Thermal yaitu perbandingan antara
Daya Output Generator dengan Pemakaian Energi Kalor Bahan Bakar disebut Specific Fuel
Consumption (SFC)

3.4. DAYA MAMPU


Daya Mampu pada unit pembangkit ada 3 (tiga) macam, yaitu :

a. DAYA MAMPU BRUTTO : Daya (Kapasitas) yang dihasilkan Generator pada periode
tertentu dengan tidak dipengaruhi oleh Musim atau Derating lainnya.
b. DAYA MAMPU NETTO : Daya Mampu Brutto dikurangi dengan Pemakaian Sendiri
(Alat bantu Operasional)
c. DAYA MAMPU MINIMUM : Daya (Kapasitas) Minimum yang dihasilkan Generator
dengan tidak mempengaruhi beroperasinya peralatan bantu Unit

Daya Mampu pada PLTU biasanya dibatasi kondisi pembakaran di Boiler dan Vibrasi di
Turbin, sedangkan pada PLTA dibatasi terjadinya Kavitasi di Turbin ( Draft Tube ) dan pada
PLTGU dibatasi pembukaan Main Throttle Valve (minimum Steam masuk Turbin).
58
Pengaruh temperatur ambient terhadap performansi Gas Turbin

3.5. RAMP RATE


Ramp Rate adalah suatu besaran yang membawa Turbin pada titik Temperatur Operasi,
satuan 0C/Jam dengan berpatokan pada kenaikan First Stage Metal Turbine Temperature,
tujuannya adalah menghindari Thermal Stress pada Turbin.

Secara Umum Ramp Rate juga dikenal dengan Tingkat Kecepatan Maksimum naik atau
turunnya Beban.

Contoh :

- Turbin Gas MS 9001E 6.0 MW/menit

- PLTU 100 600 MW rata-rata 5.0 MW/menit

3.6. START-STOP TIME


Start-stop Time adalah waktu dimana Unit Pembangkit dilakukan Start atau Stop dalam
suatu waktu dan kondisi tertentu

Tahapan Proses Start Unit Pembangkit:

59
1. Proses Start alat-alat bantu (Auxiliary) : sistem bahan bakar, Air, Udara dll.
2. Proses Pembakaran (Firing) : terjadinya reaksi pembakaran bahan bakar (BBM, Gas, Batu
bara dll.)
3. Proses Rolling Turbin sampai dengan Full Speed No Load ( FSNL )
4. Proses Paralel Generator dengan Jaringan

Jenis Start pada PLTU ( tergantung kapasitasnya ):

1. Start Dingin (Cold Start) : Unit Stop > 48 Jam


2. Start Hangat (Warm Start) : Unit Stop 8 s/d 48 Jam
3. Start Panas (Hot Start) : unit Stop < 8 Jam

Tahapan Proses Stop Unit Pembangkit:

1. Penurunan beban secara bertahap


2. Pelepasan Generator dari Jaringan
3. Penutupan Katup Utama
4. Penurunan Putaran Turbin (natural)
5. Pendinginan (Cooling) : a. Forced Cooling
b. Natural Cooling

3.7. MINIMUM DOWN TIME


Minimum Down Time adalah waktu yang diperlukan Unit Pembangkit untuk tetap dalam
kondisi tidak terhubung dengan Jaringan dan Mesin tersebut tidak beroperasi setelah
Shutdown untuk Stand-by atau gangguan.

Dalam kondisi mesin mengalami gangguan, Down Time didefinisikan sebagai jumlah seluruh
waktu dimana sebuah Mesin tidak dapat beroperasi akibat suatu kerusakan sampai dengan
dapat beroperasi kembali.

Down Time

Mesin stop Mencari orang


Mendiagnosa Mencari spare Memperbaiki Pengetesan Mesin dapat
yg dapat
kerusakannya part kerusakan mesin dioperasikan
memperbaiki

Repair Time

60
3.8. MINIMUM UP TIME
Minimum Up Time adalah waktu yang diperlukan Unit Pembangkit untuk tetap dalam
kondisi terhubung dengan Jaringan ( on-line ) setelah Start-up dan Unit dibebani dengan
beban minimum atau lebih sebelum diperintahkan untuk Shutdown kembali

3.9. INDEKS KINERJA PEMBANGKIT (IKP)


1. Availability Factor (AF): adalah rasio antara jumlah jam unit pembangkit siap
beroperasi terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan
prosentase kesiapan unit pembangkit untuk dioperasikan pada satu periode tertentu.

Rumus : AF AH 100 %
PH

2. Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

( AH ( EFDH EMDH EPDH ESEDH))


Rumus : EAF 100 %
PH

3. Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi
terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase
jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.

SH
Rumus : SF 100 %
PH

4. Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar
terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan,
inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.

Rumus : POF POH 100%


PH

5. Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan
perbaikan, pada suatu periode tertentu.

61
Rumus : MOF MOH 100 %
PH

6. Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam
dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit
akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.

Rumus : SOF ( POH MOH ) 100%


PH

7. Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit pembangkit
mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating, pada suatu periode
tertentu.

Rumus : UDF ( EPDH EUDH) 100%


PH

8. Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve shutdown, pada suatu periode
tertentu.

Rumus : RSF RSH 100 %


PH

9. Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar
paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan
prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu periode tertentu.

Rumus : FOF POH 100%


PH

10. Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem
ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen.

FOR FOH
Rumus : 100 %
( FOH SH Synchr.Hours)

11. Forced Outage Rate demand (FORd): adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH].
Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang
diharapkan.

62
FORd ( f FOH )
Rumus : 100 %
(( f FOH ) SH )

12. Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.

EFOR ( FOH EFDH )


Rumus : 100 %
( FOH SH Synchr.Hrs. EFDHRS)

13. Equivalent Forced Outage Rate demand (EFORd): adalah [(fxFOH)+(fpxEFDH)]


dibagi [(f x FOH) + SH]. Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage dan
derating tiap periode operasi yang diharapkan.

Rumus : EFORd (( f FOH ) ( fp EFDH )) 100 %


(( f FOH ) SH )
dimana:

fp = (SH/AH)

f = (1/r + 1/T) / (1/r + 1/T + 1/D)

r = Durasi FO rata-rata = [FOH / jumlah kejadian FO]

D = jam operasi rata-rata = [SH / jumlah start aktual]

T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang dilakukan, baik berhasil maupun
gagal]

**) Untuk pembangkit pemikul beban puncak

Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka untuk perhitungan diberi angka 0,001. Jika
jumlah kejadian FO, start atau start aktual = 0, maka untuk perhitungan diberi
angka 1.

14. Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1
tahun, 8760 atau 8784 jam).

Pr oduksi Netto
Rumus : NCF ( PH DMN )
100 %

15. Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.

Pr oduksi Netto
Rumus : NOF ( PH DMN )
100 %

63
16. Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara
DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit
pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned derating,
dan derating karena cuaca/musim.

Pr oduksi Netto
Rumus : PF (( AH ( EPDH EUDH ))DMN ) 100 %

64

Anda mungkin juga menyukai