OVERVIEW PEMBANGKIT
Sistem tenaga listrik sering pula hanya disebut dengan sistem tenaga, bahkan kadangkala
cukup disebut dengan sistem. Penamaan suatu sistem tenaga biasanya menggunakan daerah
cakupan yang dilistriki, misalnya Sistem Jawa Bali berarti sistem tenaga listrik yang
mencakup Pulau Jawa, Madura dan Bali.
39
1.2 Tujuan Pengoperasian Sistem Tenaga Listrik
Tujuan operasi sistem tenaga listrik yaitu
1. Ekonomi
2. Keandalan
3. Kualitas
TUJUAN OPERASI
EKONOMI
SEKURITI MUTU
Ekonomi berarti listrik harus dioperasikan seekonomis mungkin, tetapi dengan tetap
memperhatikan keandalan dan kualitasnya.
Keandalan tenaga listrik adalah kekuatan sistem tenaga listrik dalam menghadapai gangguan.
Sedapat mungkin gangguan di pembangkit maupun transmisi dapat diatasi tanpa
mengakibatkan pemadaman di sisi konsumen.
Sedang mutu tenaga listrik adalah kualitas tegangan dan frekuensi sesuai dengan range yang
diijinkan. Mutu tegangan adalah +5% hingga 5% untuk sistem 500 kV dan +5% hingga
10% untuk sistem tegangan lainnya (150kV, 70kV, 30kV).
Efisiensi produksi tenaga listrik diukur dari tingkat biaya yang digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik. Hal yang paling mudah dalam optimasi biaya produksi tenaga
listrik adalah dengan sistem merit order. Merit order adalah suatu metoda dimana pembangkit
dengan biaya yang paling murah akan diprioritaskan untuk beroperasi dibandingkan dengan
yang lebih mahal, sampai beban tenaga listrik tercukupi.
Dalam operasi sistem tenaga listrik harus memenuhi kriteria tujuan operasi mutu, ekonomis,
sekuriti namun kondisi ini sulit untuk dipenuhi sehingga prioritas/urutan bisa berubah
tergantung kondisi sistem. Sebagai contoh, dalam kondisi siaga tujuan ekonomi bisa menjadi
prioritas terakhir dan yang diutamakan adalah keandalan. Contoh lain dalam kondisi kualitas
dan keandalan terpenuhi maka ekonomi menjadi prioritas utama.
40
1.3 Pembangkit Tenaga Listrik
Pembangkit listrik memasok tenaga listrik ke sistem tenaga. Pembangkit listrik terdiri dari
generator dan penggerak mula. Penggerak mula berupa mesin yang memutar poros generator.
Tenaga listrik diperoleh dari generator arus bolak-balik. Generator listrik menghasilkan
tenaga listrik dengan frekuensi tertentu. Generator - generator di sistem tenaga lisrik di
Indonesia menggunakan frekuensi 50 hertz. Kapasitas generator beragam, dari beberapa ratus
kW hingga lebih dari seribu MW.
Penggerak
Mula :
PLTU,
PLTP,
PLTGU, Trafo Jaringan
Generato
PLTA,
PLTD, dll r
Gambar 3. Jenis pembangkit listrik tergantung pada jenis mesin penggerak mula
Pembangkit listrik sering dikelompokkan berdasarkan jenis tenaga yang dirubah menjadi
tenaga listrik, yaitu:
- Tenaga panas (thermal)
- Tenaga air (hidro)
- Tenaga nuklir
- Tenaga alternatip lainnya
Pembangkit listrik tenaga thermal dapat dibagi berdasarkan sumber panas yang dipakai yaitu
- Energi dari bahan-bakar fosil : batubara (coal), minyak bumi (oil)dan gas
alam (natural gas)
- Dari panas-bumi (geothermal).
41
Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Di samping itu ada pula pusat listrik yang diberi-nama menurut jenis energi yang digunakan
adalah :
Secara logis kita akan berfikir bahwa tempat yang paling baik untuk menempatkan pusat
listrik adalah dekat dengan pemakai tenaga listrik. Namun hal ini tidak selalu dapat dipenuhi
karena beberapa alasan yang dijumpai pada keadaan yang sesungguhnya, antara lain
pembangkit listrik tenaga nuklir dan yang berbahan-bakar fosil memerlukan sumber air yang
besar untuk sistem pendinginannya. Hal ini hanya dapat dipenuhi dari laut, danau atau sungai.
Inilah alasan mengapa pembangkit listrik selalu dekat dengan air.
- Pembangkit listrik memerlukan sumber air dengan perubahan elevasi atau tinggi jatuh
(head) yang cukup.
- Pembangkit listrik tenaga panas bumi harus berada pada lokasi dimana sumber
tenaganya tersedia.
- Tegangan keluaran generator bermacam-macam, biasanya 25 kV atau lebih rendah.
42
Harga ekonomis
Persedian bahan bakar batu-bara banyak
Kesiapan dan keandalan cukup tinggi
Teknologi telah dikuasai
Suku cadang mudah didapat
Cocok untuk penyangga beban dasar
Kelemahan :
43
Exhaust Gas
Feed Water
ECONOMIZER
DRUM
Reheat Steam
RE- ~
Superheat Steam
Exhaust
CC
Gas BFP
Water In Water
C G ~ Out
Air
Karena PLTG termasuk internal combustion Engine seperti halnya Diesel, maka karakteristik
operasional PLTG mampu start-up sampai beban nominal dalam orde menit serta merespon
perubahan beban dengan cepat. Governor langsung berhubungan dengan injector bahan
bakar.
Sistem Hidrotermal:
Sistim panas bumi di mana sumur-sumurnya memproduksikan uap kering atau uap
basah karena rongga-rongga batuan reservoirnya sebagian besar berisi uap panas. Pada
sistem ini air mendidih menjadi uap dan mencapai permukaan pada kondisi kering
sekitar 205C dengan tekanan di atas 8 bar. Uap jenis ini sangat cocok digunakan
sebagai pembangkit listrik.Kendalanya adanya kandungan gas yang korosif dan
material yang erosif. Sumber panasbumi seperti ini sangat jarang. Lapangan Kamojang
dan Darajat termasuk ke dalam kategori jenis ini.
Sistim panas bumi dimana sumur-sumurnya menghasilkan fluida dua fasa berupa
campuran uap air. Diperkirakan air mengisi rongga-rongga, saluran terbuka atau
rekahan-rekahan. Pada sistem ini air panas tersirkulasi dan terperangkap dalam tanah
pada temperatur 174-315C. Sistem ini terdapat lebih banyak dibanding sistem vapor-
dominated. Di antaranya: Lapangan Dieng, Awibengkok-G. Salak, Patuha, Bali,
Karaha, Wayang-Windu, Ulubelu, Sibayak, Sarulla.
45
Gambar 5. Flow Diagram PLTP Kamojang
46
Kelemahan :
47
Keunggulan dan Kelemahan PLTA :
Keunggulan :
Biaya operasi sangat murah
Start/Stop time cepat
Respon frekfensi sangat baik
Ramah lingkungan bersih tidak menimbulkan polusi
Pengoperasian dan pemeliharaan mudah
Mampu start sendiri setelah terjadi blackout
Kelemahan :
Adalah pembangkit listrik yang menggunakan mesin disel dengan bahan bakar minyak
solar atau residu. Peralatan utama suatu PLTD adalah sebagai berikut :
1. Mesin Disel
2. Generator
Generator berfungsi mengubah energi mekanis yang dihasilkan mesin disel menjadi
energi listrik. Generator yang digunakan adalah generator arus bolak-balik (AC) fasa
tiga.
48
3. Peralatan hubung (Switchgears)
4. Panel Kontrol
Panel kontrol terdiri dari panel kontrol peralatan listrik dan mesin serta panel kontrol
peralatan Bantu,berfungsi untuk mengendalikan pengoperasian PLTD.
5. Step Up Transformer
49
Keunggulan dan Kelemahan PLTD :
Keunggulan :
Fleksibel : bisa dibangun dengan cepat, ditempatkan dimana saja.
Mudah dipindahkan bila diperlukan.
Kapasitas bervasiasi mulai dari yang sangat kecil hingga beberapa MW.
Start/Stop time dan manuver beban cepat
Sesuai untuk kapasitas kecil dan daerah terpencil
Kelemahan :
Kapasitas bervasiasi mulai dari yang sangat kecil hingga beberapa MW.
50
2.6.2 Keunggulan dan Kelemahan PLTN
Keunggulan PLTN :
Potensi persediaan sumber energi sangat besar untuk jangka waktu panjang
Harga sumber energi (uranium) relatip lebih murah daripada minyak bumi
Kelemahan PLTN
51
2.7 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS)
2.7.1 Prinsip Kerja PLTS
1. Solar Panel atau Photo Cell terbuat dari bahan semi konduktor, terdiri dari
dua lapis yaitu type n disisi atas dan type p di sisi bawah.
2. Apabila terkena sinar matahari maka lapisan n akan menghasilkan tegangan
listrik negatip dan lapisan n menghasilkan tegangan listrik positip.
3. Adanya beda tegangan ini akan menghasilkan energi listrik. ..
4. Listrik dari Photo Cell disimpan terlebih dahulu ke dalam battery.
5. Listrik dari battery dialirkan ke inverter untuk dirubah dari DC menjadi AC.
6. Bila yang diperlukan adalah arus DC maka bisa langsung diambilan dari
battery tanpa melalui inverter..
7. Bila yang diperlukan adalah arus AC maka harus diambilkan dari terminal
output inverter..
52
2.7.2 Keunggulan dan Kelemahan PLTS
Keunggulan PLTS :
Potensi sumber energi melimpah
Sumber energi murah, tanpa bahan bakar
Lokasi bisa dimana mana relatip bebas
Bersih tidak menimbulkan polusi
Pengoperasian dan pemeliharaan sederhana dan mudah
Kelemahan PLTS
Biaya investasi relatip mahal dibanding dengan energi yang diperoleh.
Efesiensi Solar Cell relaip rendah, hanya sekitar 15 %
Daya tidak stabil, hanya ada waktu siang hari saja dan dipengaruhi cuaca
Battery sebagai penyimpan energi, umurnya tidak panjang, perlu
penggantian secara periodik
53
2.8.2 Keunggulan dan Kelemahan PLT-Angin
Keunggulan PLT-Angin :
Kelemahan PLT-Angin
Daya tidak stabil dan tidak bisa dikendalikan sesuai dengan kebutuhan
(tergantung pada kecepatan angin)
54
3. Karakteristik Pembangkit
3.1. Speed Droop
Salah satu karakterisktik penting pembangkit dalam sistem Grid jaringan adalah speed
droop atau frekwency regulation characteristic. Pengendalian mesin keluaran dan
frekwensi akan menjadi masukan utama Governoor Turbin. Steady state pengaturan
sperti ditunjukkan gambar dibawah ini dengan rumusan sebagai berikut :
Dengan kondisi ini sebuah mesin dapat melakukan pertukaran beban (sharing) dalam
grid secara stabil serta mengatur kontribusi pembebanan dengan mesin lainnya secara
relative. Besaran speed droop setting ini umumnya untuk masing-masing Governing
Turbin berbeda, Governing Turbin Uap, Turbin Air ataupun Gas Turbin. Tentu angka
tersebut akan lebih bervariasi antar pembangkit jika memasukkan karakteristik
penggerak turbinnya. Umumnya untuk internal combustion engine seperti Gas TUrbin
dan Diesel akan lebih cepat dalam merespon perubahan frekwensi, demikian pula
55
Turbin Air. Namun untuk sistem external combustion engine, seperti boiler uap,
nuklir dan HRSG mempunyai karakterisktik yang lebih lambat.
Pada gambar diatas, sesaat sebelum sinkron, sebuah mesin akan berada pada a1
seperti ditunjukkan gambar dibawah ini. Secara perlahan, pada saat beban naik, maka
akan bergerak ke b2 dan akhir berada b3. Gambar karakteristik diatas merupakan
penyederhanaan, karena pada beberapa penerapan di pembangkit bisa tidak linear
seperti diatas. Umumnya set point untuk Governing TUrbin uap pada kisaran 6%,
tetapi hal ini tentu akan beubah jika faktor koreksi Boiler dimasukkan dalam
pengaturan beban. Umumnya enjiner pembangkit akan melakukan optimasi yang
tepat untuk mencapai keseimbangan antara sistem boiler dan turbin tersebut.
Selain itu pada gambar tersebut juga menyatakan suatu kondisi saat terjadi perubahan
frekwensi sebesar f maka pada kondisi b3 beban mesin akan mengayun mencapai c3
yang disebut overwound speed set point akibat dari turbin valve yang telah
membuka penuh. Kerugian dari kondisi ini adalah pada saat unit diminta menurunkan
beban, operator tidak akan mampu menurunkannya secara cepat untuk mencapai
c2a2. Untuk mengatasi kondisi tersebut pembangkit umunya dilengkapi dengan alarm
automatic reduction untuk membatasi beban .
56
Fasilitas pengaturan speed droop umumnya diberikan, dengan suatu rentang misalnya
dari 6 % sampai dengan 25% sperti ditunjukkan gambar dibawah ini. Garis yang lebih
tegak menunjukkan suatu nilai speed droop yang lebih tinggi dan manjadi batasan
mesin tersebut.
Pengaturan dengan membebaskan Governing Turbin merespon perubahan frekwensi
seperti diatas sering disebut dengan Governoor Free.
Turbin Uap yang beroperasi diluar Frquency Deadband akan menyebabkan terjadinya
Resonansi dan Disharmoni Gaya pada sudu tingkat akhir. Rentang Frequency Deadband
ditunjukkan seperti pada gambar di bawah.
Dead Band
Frequency
Zona C Zona B (Zona A) Zona B Zona C
49.95 50.05
49.5 49.6 49.7 49.8 49.9 50 50.1 50.2 50.3 50.4 50.5 Hz
Berikut ini ditunjukkan gambaran rentang Frekuensi Pembangkit Tambak Lorok dan GE
57
A. 48,5 sampai 51,5 Hz Pengoperasian terus-menerus
3.3. Efisiensi
Effisiensi adalah suatu parameter yang menyatakan tingkat unjuk kerja dari Unit Pembangkit.
Prinsip dasar Effisiensi adalah Perbandingan antara Kerja/Energi yang dihasilkan dengan
Usaha/Energi yang digunakan.
Pada Unit Pembangkit Listrik dikenal istilah Effisiensi Thermal yaitu perbandingan antara
Daya Output Generator dengan Pemakaian Energi Kalor Bahan Bakar disebut Specific Fuel
Consumption (SFC)
a. DAYA MAMPU BRUTTO : Daya (Kapasitas) yang dihasilkan Generator pada periode
tertentu dengan tidak dipengaruhi oleh Musim atau Derating lainnya.
b. DAYA MAMPU NETTO : Daya Mampu Brutto dikurangi dengan Pemakaian Sendiri
(Alat bantu Operasional)
c. DAYA MAMPU MINIMUM : Daya (Kapasitas) Minimum yang dihasilkan Generator
dengan tidak mempengaruhi beroperasinya peralatan bantu Unit
Daya Mampu pada PLTU biasanya dibatasi kondisi pembakaran di Boiler dan Vibrasi di
Turbin, sedangkan pada PLTA dibatasi terjadinya Kavitasi di Turbin ( Draft Tube ) dan pada
PLTGU dibatasi pembukaan Main Throttle Valve (minimum Steam masuk Turbin).
58
Pengaruh temperatur ambient terhadap performansi Gas Turbin
Secara Umum Ramp Rate juga dikenal dengan Tingkat Kecepatan Maksimum naik atau
turunnya Beban.
Contoh :
59
1. Proses Start alat-alat bantu (Auxiliary) : sistem bahan bakar, Air, Udara dll.
2. Proses Pembakaran (Firing) : terjadinya reaksi pembakaran bahan bakar (BBM, Gas, Batu
bara dll.)
3. Proses Rolling Turbin sampai dengan Full Speed No Load ( FSNL )
4. Proses Paralel Generator dengan Jaringan
Dalam kondisi mesin mengalami gangguan, Down Time didefinisikan sebagai jumlah seluruh
waktu dimana sebuah Mesin tidak dapat beroperasi akibat suatu kerusakan sampai dengan
dapat beroperasi kembali.
Down Time
Repair Time
60
3.8. MINIMUM UP TIME
Minimum Up Time adalah waktu yang diperlukan Unit Pembangkit untuk tetap dalam
kondisi terhubung dengan Jaringan ( on-line ) setelah Start-up dan Unit dibebani dengan
beban minimum atau lebih sebelum diperintahkan untuk Shutdown kembali
Rumus : AF AH 100 %
PH
2. Equivalent Availability Factor (EAF): adalah ekivalen Availability Factor yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
3. Service Factor (SF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit beroperasi
terhadap jumlah jam dalam satu periode tertentu. Besaran ini menunjukkan prosentase
jumlah jam unit pembangkit beroperasi pada satu periode tertentu.
SH
Rumus : SF 100 %
PH
4. Planned Outage Factor (POF): adalah rasio jumlah jam unit pembangkit keluar
terencana (planned outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan pemeliharaan,
inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
5. Maintenace Outage Factor (MOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (Maintenace outage) terhadap jumlah jam dalam satu periode.
Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat pelaksanaan
perbaikan, pada suatu periode tertentu.
61
Rumus : MOF MOH 100 %
PH
6. Scheduled Outage Factor (SOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar terencana (planned outage dan maintenance outage) terhadap jumlah jam
dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit
akibat pelaksanaan pemeliharaan, inspeksi dan overhoul pada suatu periode tertentu.
7. Unit Derating Factor (UDF): adalah rasio dari jumlah jam ekivalem unit pembangkit
mengalami derating terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase kondisi unit pembangkit akibat derating, pada suatu periode
tertentu.
8. Reserve Shutdown Factor (RSF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit
keluar reserve shutdown (RSH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini
menunjukkan prosentase unit pembangkit reserve shutdown, pada suatu periode
tertentu.
9. Forced Outage Factor (FOF): adalah rasio dari jumlah jam unit pembangkit keluar
paksa (FOH) terhadap jumlah jam dalam satu periode. Besaran ini menunjukkan
prosentase kondisi unit pembangkit akibat FO, pada suatu periode tertentu.
10. Forced Outage Rate (FOR): adalah jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari
sistem (keluar paksa) dibagi jumlah jam unit pembangkit dikeluarkan dari sistem
ditambah jumlah jam unit pembangkit beroperasi, yang dinyatakan dalam prosen.
FOR FOH
Rumus : 100 %
( FOH SH Synchr.Hours)
11. Forced Outage Rate demand (FORd): adalah (f x FOH) dibagi [(f x FOH)+SH].
Besaran ini menunjukkan tingkat gangguan outage tiap periode operasi yang
diharapkan.
62
FORd ( f FOH )
Rumus : 100 %
(( f FOH ) SH )
12. Equivalent Forced Outage Rate (EFOR): adalah Forced Outage Rate yang telah
memperhitungkan dampak dari derating pembangkit.
fp = (SH/AH)
T = RSH rata-rata = [RSH / jumlah start yang dilakukan, baik berhasil maupun
gagal]
Jika SH, FOH atau RSH = 0, maka untuk perhitungan diberi angka 0,001. Jika
jumlah kejadian FO, start atau start aktual = 0, maka untuk perhitungan diberi
angka 1.
14. Net Capacity Factor (NCF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jam periode tertentu (umumnya periode 1
tahun, 8760 atau 8784 jam).
Pr oduksi Netto
Rumus : NCF ( PH DMN )
100 %
15. Net Output Factor (NOF): adalah rasio antara total produksi netto dengan daya
mampu netto unit pembangkit dikali dengan jumlah jam unit pembangkit beroperasi.
Pr oduksi Netto
Rumus : NOF ( PH DMN )
100 %
63
16. Plant Factor (PF): adalah rasio antara total produksi netto dengan perkalian antara
DMN dan jumlah jam unit pembangkit siap dikurangi jumlah jam ekivalen unit
pembangkit derating akibat forced derating, maintenance derating, planned derating,
dan derating karena cuaca/musim.
Pr oduksi Netto
Rumus : PF (( AH ( EPDH EUDH ))DMN ) 100 %
64