PERANCANGAN PEMBANGKIT
LISTRIK TENAGA THERMAL
Disusun Oleh:
Kartono
Ali Mashar
Bambang Puguh Manunggal
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, buku ajar matakuliah Perancangan
Pembangkit Listrik Tenaga Thermal ini dapat diselesaikan. Buku ajar ini disusun untuk
menunjang pembelajaran mahasiswa Program Studi Sarjana Sains Terapan (D IV) Teknologi
Pembangkit Tenaga Listrik (TPTL) semester 7, JurusanTeknik Konversi Energi, Politeknik
Negeri Bandung (Polban).
Pada dasarnya matakuliah Perancangan Listrik Tenaga Thermal tidak memerlukan pengetahuan
pendukung tambahan lagi, karena pengetahuan-pengetahuan prerequisitnya sudah diberikan pada
semester-semester sebelumnya walaupun masih bersifat individual, seperti: mesin thermal, mesin
fluida, mesin listrik, perpindahan panas, instrumen dan kontrol serta PLTT. Dalam kuliah
perancangan ini tinggal mengintegrasikan pengetahuan-pegetahuan tersebut menjadi sistem yang
disebut pembangkit listrik atau subsistemnya dalam bentuk desain konseptual dan desain rinci.
Dengan demikian, buku ajar yang disusun ini lebih bersifat melengkapi dan review pengetahuanpengetahuan terdahulu guna membantu proses pebelajaran mahasiswa d i bidang perancangan
dan dalam proses pelaksanaan matakuliah ini perlu didukung oleh program-program aplikasi
perancangan pembangkit yang relevan.
Gambaran lebih lengkap tentang buku ajar ini disajikan dalam Deskripsi Matakuliah.
Dengan selesainya buku ajar ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman
dosen yang banyak memberikan masukan, pimpinan Jurusan dan Polban atas kepercayaan yang
telah diberikan. Semoga usaha ini diterima Allah swt sebagai amal ibadah. Amin.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa buku ajar edisi pertama ini masih belum lengkap
dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari mahasiswa, teman-teman dan
pihak lain sangat penyusun harapkan untuk perbaikan ke depan. Akhirnya penyusun berharap
agar buku ajar ini dapat bermanfaat dan memberikan maslahat bagi para mahasiswa dan
pembaca pada umumnya serta menjadi amal jariah bagi semuanya.
Bandung, Desember 2013
Penyusun
1.1
1.2
Nomor Kode/SKS
Semester/Tingkat
: Gasal / IV
Jumlah Jam/Minggu
: 8 jam
/4
Ringkasan Topik/Silabus
Matakuliah ini dimasukkan dalam kategori mata kuliah praktek walaupun dalam pelaksanaannya
tidak harus melakukan uji secara fisik di laboratorium sebagaimana matakuliah praktikum lainnya.
Mata kuliah ini diarahkan pada bagaimana mahasiswa memiliki pengalaman merancang
pembangkit listrik tenaga thermal berdasarkan mata kuliah-matakuliah pendukung yang diperoleh
sebelumnya. Walaupun begitu, dari komponen-komponen yang telah dimiliki untuk menjadi suatu
sistem yang terintegrasi perlu ada review tentang pengalaman belajar sebelumnya ditambah
dengan hal-hal baru, yaitu tentang perancangan sendiri dan contoh-contohnya yang ada di
lapangan. Dengan alasan kelengkapannya, yang dibahas dalam perancangan ini adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Atas dasar itu, isi mata kuliah ini terdiri atas: Dasar Perancangan, Review tentang PLTT, Deskripsi
pembangkit, Perancangan Pembangkit, dan Contoh-contoh perancangan. Dalam pelaksanaannya,
proses perancangan dilakukan dengan menggunakan software pendukung: Cycle Tempo atau
sejenisnya.
1.3
1.4
1.5
Keluaran dari mata kuliah ini adalah dokumen desain konseptual dan desain rinci pembangkit atau
subsistemnya.
PETUNJUK PENGGUNAAN
Pedoman Mahasiswa
Buku ajar ini disusun untuk membantu memudahkan mahasiswa dalam belajar tentang
perancangan pembangkit listrik tenaga thermal (PLTT) secara sistematis.
Pada dasarnya yang termuat dalam buku ini hanya sebagian kecil dari yang akan dilakukan
mahasiswa. Ada dua hal penting yang dibutuhkan bagi perancang, yaitu: konsep dan teknik
merancang dan pengetahuan tentang sistem dan atau subsistem yang akan dirancang.
Pengetahuan tentang dasar-dasar perancangan secara umum dapat dipelajari pada Bab 1.
Bab 3 berisi tentang deskripsi operasi sebuah pembangkit. Adalah mustahil seorang perancang
tidak paham tentang operasi sistem peralatan pembangkit. Pada bab ini mahasiswa disodori
bagaimana operasi komponen-komponen individu menunjang operasi sistem yang handal lengkap
dengan susunan (arrangement) sistem sesuai kenyataan di lapangan. Dalam bab ini pula disajikan
bermacam-macam karakteristik start up sistem, mulai dari cold start sampai dengan yang very hot
start sehingga memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang sistem kontrol dan
instrumentasinya.
Bab 4 merupakan puncak dari tujuan matakuliah ini yang memuat bagaimana perencanaan dan
perancangan power plant dilakukan. Bab ini memuat teknik perancangan pembangkit yang
dimulai dari studi potensi bahan bakar, lokasi, dan kualitas geologinya yang kesemuanya
diperlukan untuk penentuan jenis pembangkit dan lokasi pembangunannya yang tepat.
Pada akhirnya, bab ini memuat cara membuat desain konseptual dan desain rinci yang merupakan
puncak dari matakuliah ini. Bagaimana penentuan spesifikasi teknis peralatan/sistem dilakukan
berdasarkan konsep-konsep teoritis dan praktisnya yang diperlukan dalam membuat desain
konseptual. Kemudian dilanjutkan dengan desain rinci yang dibuat berdasarkan desain konseptual
atau dokumen kontrak.
Untuk memperkuat pemahaman tentang desain konseptual dan desain rinci dilengkapi dengan
contoh-contoh yang dimuat pada lampiran.
Dalam
pelaksanaan
perancangan
mahasiswa
membutuhkan
program-program
aplikasi
pendukung, seperti: Cycle Tempo untuk analisis proses mekanikal, dan Etap untuk sistem
kelistrikannya.
Pedoman Pengajar
Bagi pengajar, buku ajar ini dapat membantu dalam memberikan materi -materi yang dibutuhkan
bagi mahasiswa dalam pembelajaran perancangan PLTT. Bahan ajar ini sebagai petunjuk yang
dalam implementasinya sudah tentu perlu dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan. Seperti
penambahan contoh-contoh lain yang relevan.
BAB 1
DASAR-DASAR PERANCANGAN REKAYASA
1. Pendahuluan
1.1 Peranan Engineer Perancangan (Design Engineer)
Setiap perancangan suatu sistem yang kompleks memerlukan peranan enjineer, bahkan
enjineer di sini merupakan salah satu titik sentral dalam suatu proyek seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1.
Gambar 1 menunjukkan sistem komunikasi para pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu
proyek yang dimaksudkan untuk merealisasikan suatu kebutuhan/keinginan menjadi suatu
sistem riil yang mampu beroperasi sesuai dengan yang dikehendaki. Di sini menunjukkan
komunikasi antar satu dan lainnya yang sangat diperlukan dalam merealisasikan dari suatu
kebutuhan/gagasan menjadi suatu produk.
Seorang enjiner perancang perlu mendapatkan informasi dari pelanggan tentang kebutuhan
atau masalahnya. Sebaliknya, pelanggan memerlukan jasa enjiner untuk merealisasikan
kebutuhan menjadi suatu konsep rancangan untuk dapat direalisasikan oleh pabrik. Dalam
2. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan tujuannya bukanlah untuk memecahkan suatu permasalahan tapi memahami
permasalahan. Pada bagian ini perlu dikaji dan dipahami apa yang diinginkan pelanggan atau masalah
apa yang perlu dirancang atau dicarikan solusi.
Ada
dua jenis
pelanggan,
yaitu:
pelanggan
yang
sudah
mengetahui
secara
akurat
kebutuhan/keinginannya dan pelanggan yang tahu secara global saja. Bahkan ada pelanggan yang
sudah mempunyai dokumen lengkap dan siap untuk ditenderkan, yang disebut dengan dokumen
tender. Tidak hanya terbatas sampai di situ saja, dokumen yang memuat tentang kebutuhan ini bisa
sudah berupa dokumen kontrak yang sudah disepakati antara kedua belah pihak antara kontraktor
dan pemilik (owner) pekerjaan.
Dampak lingkungan
Keselamatan (Safety)
Rumuskan kriteria untuk meyakinkan bahwa desain tersebut memenuhi maksud dan
tujuannya.
Tentukan pengujiannya untuk memverifikasi.
2.3 Spesifikasi
Spesifikasi merupakan ekspresi keinginan pelanggan sehingga jelas bagi seorang enjiner.
Ekspresi ini bisa dalam bentuk angka atau ukuran dan spesifikasi merukan deskripsi rinci dan
akurat tentang karakter obyek yang akan dirancang.
Jenis-jenis spesifikasi:
Spesifikasi rancangan (Design specs): menjadi dasar mengevaluasi desain.
Spesifikasi fungsional (Functional specs): penjelasan tentang apa yang harus dilakukan
oleh suatu obyek.
o
Hubungan Input-output
2.4 Dokumentasi
Hasil dari analisis kebutuhan ini kemudian dituangkan dalam bentuk dokumen. Adapun isi
dokumen ini meliputi, antara lain:
o
Spesifikasi Kebutuhan
Pertimbangan-pertimbangan Implementasi
Pembuatan (manufaktur)
3. Perancangan Sistem
Ada 3 (tiga) hal utama yang perlu dilakukan dalam perancangan suatu sistem, yaitu: konseptualisasi,
sintesis dan analisis.
3.1 Konseptualisasi
Konseptualisasi merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam perancangan suatu sistem.
Dalam konseptualisasi yang lebih dipentingkan adalah penggalian konsep atau gagasan yang
kira-kira dapat digunakan sebagai solusi.
Dalam tahap ini perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
o
3.2 Sintesis
Dalam sintesis ini, konsep hasil konseptualisasi dijabarkan lebih kongkrit kearah sistem
sebenarnya yang dikehendaki. Pada langkah ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
o
Desain pendahuluan
Fungsi-fungsi yang sama dijadikan dalam satu kotak (common power supply)
Coba hindari loop feedback antar kotak (designed by different engineers, may be
unstable)
Gunakan standard
3.3 Analysis
Langkah ini merupakan verifikasi dari hasil sintesa sampai dengan dipilih satu solusi yang
dianggap tepat untuk diterapkan dengan melakukan pengembangan sebagai berikut:
o
Tentukan resikonya
Analisis lagi
3.4 Dokumentasi
Setelah desain sistem selesai, maka perlu dilakukan dokumentasi secara baik. Isi dokumen ini
meliputi:
Konsep
Prinsip kerja (operasi)
Informasi latar
Diagram kotak (block diagram)
Spesifikasi input dan output dari kotak-kotak
Deskripsi fungsional dari kotak-kotak
Subseksi pada setiap kotak
Deskripsi sistem
Bagaimana kotak-kotak tersebut berinteraksi satu sama lain untuk membuat sistem
bekerja
Analisis sistem
Hasil analisis matematika, simulasi dan eksperimen serta evaluasi
BAB 2
PERALATAN UTAMA DAN BANTU
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA THERMAL (PLTT)
1. PENDAHULUAN
Seperti yang telah ditetapkan dalam kurikulum, bahwa lulusan Prodi Teknologi Pembangkit Tenaga
Listrik (TPTL) memiliki kompetensi yang salah satunya adalah sebagai Design Integrator. Untuk
memudahkan jalan ke arah kemampuan tersebut, maka pemahaman terhadap komponen-komponen
individu merupakan sebuah prasyarat. Oleh karena itu, pada bagian ini mahasiswa akan diajak untuk
mengingat kembali sistem peralatan pembangkit listrik tenaga thermal. Gambar dan ilustrasi yang
dimuat pada bagian ini merupakan salah satu PLTU tipikal yang telah beroperasi. Yang harus dilakukan
oleh mahasiswa adalah memahami secara lebih mendalam lagi tentang pembangkit listrik tenaga
thermal.
Pembangkit Listrik Tenaga Thermal (Uap) menurut areanya dikelompokkan menjadi: Main Power
Equipments, Balance Of Plant (BOP), dan Coal Handling.
Main Power Equipments meliputi:
Boiler
Turbin
Generator
Transformator dan
Kondenser.
BOP (Balance Of Plant) meliputi:
Water Treatment Plant (MED, Mixed Bed, Demineralized Tank)
Water Pump House (Service Water Pump House, Raw Water Tank, Portable Reservoir, Sea
Water Reservoir)
Waste Water Treatment Plant
CHCR
Start Up Boiler
Fuel Oil Pump House
Chlorine Plant
Circulating Water Pump
Coal Handling:
Ship Unloader
Conveyor
Transfer Tower
Stacker Reclaimer
Coal Yard
Ash Yard
2. BIDANG MEKANIKAL
2.1 Siklus Dasar Uap
Demineralized Tank
Fungsi :
Untuk menampung Raw water yang dihasilkan oleh MED dengan
kualitas air < 15,6 S/Cm
Gambar 2.9 Service Water Pump
Portable Reservoir
Fungsi :
Untuk menampung Raw water yang dihasilkan oleh MED
dengan kualitas air < 15,6 S/Cm yang akan di gunakan
sebagai service water di area PLTU Lontar
Gambar 2.10 Portable Reservoir
Fungsi :
Untuk menampung air laut yang sudah melalui proses settling basin, yang
kemudian akan di salurkan ke MED untuk diolah menjadi RAW Water
Fungsi :
Untuk menampung air limbah, untuk diolah lebih lanjut
menjadi air standart (PH Normal)
Gambar 2.12 Waste Water Treatment Plant
Fungsi :
Sebagai tempat dimana operator memonitoring seluruh
kegiatan peralatan yang bersangkutan dengan batubara dan
abu
Gambar 2.13 Coal Handling Control Room
Start Up Boiler
BAB 3
OPERASI DASAR PEMBANGKIT
(Plant Basic Operating Description)
Bab ini menjelaskan konsep operasi dasar pembangkit Coal-Fired Power Station, 2 x 660 MW tipikal yang
meliputi peralatan-peralatan utama pembangkit dan konsep start up/shut down dan kontrolnya serta
operasi khusus Power Load Unbalance, House Load Operation dan Fast Valve Action yang dikutip dari
salah satu pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Indonesia. Bagian ini menjadi sangat penting bagi
para mahasiswa yang akan dan sedang belajar tentang perancangan sebuah pembangkit. Mengapa hal
ini sangat penting? Siapa pun yang akan merancang suatu pembangkit, pengetahuan tentang operasi
pembangkit tersebut harus dikuasai terlebih dahulu di samping pengetahuan-pengetahuan lainnya.
BAB 4
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK
(POWER PLANT)
1. PENDAHULUAN
Proses pembangunan pembangkit tenaga listrik baru mulai dari awal sampai menjadi komersial
sangatlah rumit dan dinamis. Banyak cara dan pendekatan yang bisa dilakukan, seperti yang
diilustrasikan pada gambar-gambar berikut. Gambar 1 merupakan proses pembangunan suatu
pembangkit yang diberikan oleh Black Veatch. Sedangkan Gambar 2 merupakan proses pembangunan
pembangkit tenaga listrik yang dikembangkan oleh PT. PLN.
Sumber: PLN
Gambar 4.2. Proses Pembangunan Pembangkit oleh PLN
Proses perancangan pembangkit berubah tergantung pada keuangan, persyaratan teknis, lingkungan,
dan persyaratan lainnya. Bahkan desain pembangkit atau plant
Tujuan, sasaran, dan batasan untuk tiap proyek perlu didefinisikan secara cermat dalam tahap
perencanaan dan analisis. Perencanaan dan analisis proyek meliputi elemen-elemen strategis dari suatu
proyek, yang harus dipertimbangan sejak awal dan dianggap sebagai titik awal pengembangan proyek.
Studi tentang suplai bahan bakar, perencanaan sistem, lokasi, analisis perencanaan transmisi, analisis
kelayakan lingkungan, lokasi, ekonomi dan keuangan, merupakan bagian integral dari perencanaan dan
analisis proyek untuk suatu pembangkit baru.
Desain konseptual mencakup banyak kegiatan yang berbeda-beda. Proses rancangan konseptual terdiri
dari penentuan dan evaluasi kondisi-kondisi dan keterbatasan-keterbatasan untuk suatu pembangkit
tertentu. Desain konseptual berawal sebagai bagian dari proyek perencanaan dan kegiatan analisis, dan
semakin banyak diperlukan dalam mendukung proses perijinan dan lisensi.
Desain rinci (detailed design) meliputi penentuan persyaratan teknis semua komponen pembangkit.
Desain ini mencakup ukuran peralatan, reliabilitas, konstrain (hambatan), kebutuhan kinerja, peraturan
dan standar, yang semuanya diarahkan pada pemenuhan persyaratan keberhasilan spesifikasi,
konstruksi, dan startup.
Setelah desain rinci selesai untuk sistem dan peralatan, dilakukan pengembangan spesifikasi pengadaan
dan konstruksi untuk memastikan bahwa persyaratan teknis dan komersial sesuai dengan tujuan desain
secara keseluruhan.
Akhirnya, kendali terhadap jadwal, biaya, desain, dan konstruksi menjadi sangat penting untuk
keberhasilan proyek pembangkit listrik. Pengendalian proyek ini meliputi kegiatan pengendalian kritis
jalan penjadwalan dan kegiatan konstruksi pembangkit, kontrol biaya dan penilaian resiko biaya, kontrol
desain dan kontrol konstruksi.
Lima faktor yang harus dipertimbangkan dalam evaluasi suplai bahan bakar adalah: jenis bahan bakar
potensial, sumber bahan bakar, sistem transportasi, harga bahan bakar, desain dan dampak
operasionalnya.
pembakaran bahan bakar minyak sulingan atau gas alam. Juga, pembakaran minyak residu
dalam ruang bakar turbin meningkatkan biaya operasi dan pemeliharaan (O&M).
Sifat-sifat batubara mempengaruhi desain konseptual dan desain rinci serta karakteristik
pembangkit. Kelas batubara sangat berpengaruh pada ukuran boiler dan biaya investasi awal.
Ukuran boiler dengan bahan bakar lignitic yang tingkat kelembabannya tinggi akan jauh lebih
besar dari yang berbahan bakar batu bara bituminous kelas tinggi.
Lebih tinggi kandungan abu memerlukan penangkap abu dan sistem penangannya yang lebih
besar pula sehingga memperbesar biaya modal, operasi dan pemeliharaannya. Demikian pula
dengan biaya sistem disulfurisasi, akan meningkat dengan semakin tingginya kandungan
sulfurnya.
3. EVALUASI LOKASI
Pemilihan lokasi pembangkit yang efektif melibatkan suatu proses yang sistematik teknik, lingkungan,
dan kriteria penggunaan tanah untuk mengidentifikasi, menyaring (skrining), dan mengevaluasi
tempat/lokasi pembangkit. Proses evaluasi lokasi untuk studi kewilayahan yang menyeluruh dapat
dikelompokkan menjadi tiga tingkat skrining. Untuk lingkup yang lebih kecil cukup dengan satu atau dua
tingkat skrining.
Pada skrining tingkat pertama, fokus studi disempitkan dengan mengeluarkan bagian utama
kewilayahan karena tidak memenuhi persyaratan untuk pembangkit
environmental dan geologikal yang kritis. Skrining tingkat kedua merupakan kegiatan identifikasi dan
evaluasi tempat-tempat potensial pada wilayah lokasi sisa dari hasil skrining tingkat pertama untuk
masuk dalam daftar calon lokasi.
3.1 Identifikasi Lokasi
Dalam proses pemilihan lokasi tingkat pertama, ditetapkan kriteria teknis spesifik berkenaan dengan
pembangunan dan operasi pembangkit yang diusulkan. Kriteria ini kemudian digunakan secara
berurutan sedemikian rupa untuk menghapuskan wilayah geografis tertentu untuk tidak dibahas
lebih lanjut. Kriteria teknis ini meliputi akses untuk bahan bakar, jaringan transmisi, dan pasokan air
serta hambtan geologikal dan lingkungan. Wilayah geografis yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan akan dipertimbangkan untuk menjadi tempat/lokasi di mana pembangkit akan didirikan.
Bahan bakar biasanya merupakan kriteria pertama. Pembangkit bahan bakar batu bara harus
diletakkan di mana pengiriman bahan bakarnya ekonomis dengan menggunakan alat-alat
transportasi sesuai dengan ukuran pembangkit. Demikian pula dengan pembangkit dengan bahan
bakar gas alam, tempatnya harus dalam jarak ekonomis dari jaringan pipa gas yang ada dengan
kapasitas yang mencukupi.
Kriteria kedua adalah jarak dari jaringan transmisi yang cocok. Jaringan transmisi baru sangat mahal
dan biasanya tergantung dari kondisi lingkungan.
Kriteria yang ketiga adalah akses ke pasokan air yang cocok dari segi jumlah dan mutu. Air tanah dan
air permukaan harus diselidiki dan yang berubah-ubah dan kualitasnya rendah tidak dipakai. Untuk
pasoka air sungai, bila pemakaian airnya maksimum 10 % dari aliran terendahnya, maka ini bisa
dianggap mencukupi.
Kriteria ke empat adalah kualitas udara daerah yang sensitif. Di Amerika Serikat, daerah yang
ditetapkan sebagai PSD Kelas I atau sangat polutan, serta daerah penyangga di sekitar kawasan
tersebut, tidak bisa digunakan sebagai lokasi pembangunan pembangkit.
Kriteria kelima adalah menilai struktur dan fitur geologinya.
Budaya, darat, atau batasan lingkungan akuatik (termasuk pemakaman, lahan basah,
atau habitat sensitif lainnya) mempengaruhi lisensi situs, pengembangan, atau operasi;
dan
Faktor-faktor geologi
Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi tempat yang paling cocok dan lokasi alternatif.
4. DESAIN KONSEPTUAL
Desain konseptual adalah proses yang sistematik, obyektif dan investigatif di mana persyaratan teknis
dasar, karakteristik operasional dan keterbatasan-keterbatasan yang dapat diterapkan pada suatu
pembangkit listrik dievaluasi dan ditentukan. Desain konseptual memberikan dasar untuk pemilihan
konsep desain dan peralatan, dan menjelaskan fitur-fitur desain suatu plant, sistem fungsional dan
struktur, keterbatasan-keterbatasan desain sistem dan peralatan, unjuk kerja plant, dan biayanya.
Desain konseptual meletakkan dasar-dasar teknis untuk proses desain rinci, pembelian alat, konstruksi
dan operasi sistem peralatan yang baru.
Karakterisasi desain level ketiga sangatlah spesifik tentang desain sistem dan peralatan dan
meletakkan fondasi desain rinci, spesifikasi peralatan dan pembelian/pengadaannya.
Proses ini tidaklah unik dan telah diterapkan pada desain konseptual dan desain rinci dari
banyak pembangkit. Pendekatan sistem ini juga digunakan selama konstruksi, pengujian,
dan startup peralatan plant.
Kategori-kategori untuk beberapa jenis pembangkit berbahan bakar fosil disajikan dalam
Tabel 2. Tabel ini menunjukkan sistem-sistem yang secara umum diterapkan untuk jenis
power plant tertentu, meskipun persyaratan khusus suatu proyek akan menghasilkan
listing proyek yang spesifik. Dalam setiap kategori yang ditampilkan pada tabel, dapat
dilihat perbedaan antara satu sistem dan sistem yang lain. Misalnya, kategori abu dan
scrubber solid dapat dibagi lagi menjadi sistem handling bottom ash dan fly ash. Hal yang
sama, kategori cycle heat rejection dapat dibagi lagi menjadi sistem condensing dan sistem
sirkulasi air. Jumlah sistem untuk pembangkit berbahan bakar batu bara bisa sangat banyak
(>100).
Sebagai seorang perancang yang menyelidiki suatu sistem tertentu, desain konseptualnya
disusun berdasarkan hal-hal berikut:
Susunan aliran proses,
Persyaratan pengoperasian sistem,
Persyaratan keandalan dan redundansi,
Kriteria desain peralatan/komponen,
Filosofi kontrol, dan
Persyaratan antarmuka sistem.
Sistem truk
memerlukan modal awal yang lebih kecil dari pada sistem konveyor, akan tetapi bahan
bakar tahunan dan biaya pemeliharaan lebih tinggi. Sistem angkutan kereta api cocok
untuk jarak jauh. Pengangkutan menggunakan tongkang dan kapal laut lebih murah
dibandingkan yang lainnya. Walaupun begitu sangat dimungkinkan membutuhkan investasi
besar untuk membangun dermaga dan fasilitas bongkarnya.
SUSUNAN SIKLUS UAP. Jumlah, lokasi, dan syarat-syarat desain untuk pemanas feedwater
regeneratif dalam siklus uap dibentuk dalam studi desain sistem substitusi (tradeoff). Selain
itu, ditentukan lokasi untuk ekstraksi uap dari turbin untuk pemanasan feedwater,
perbedaan suhu terminal, dan pendekatan feedwater drain cooler. Pemasangan pemanas
tambahan dalam siklus uap meningkatkan biaya modal awal pembangkit, namun biaya
bahan bakar tahunanya lebih rendah karena plant heat ratenya lebih baik. Jika harga bahan
bakar cukup tinggi dan diperkirakan akan tetap tinggi, perbedaan biaya modal dengan
pemanas tambahan masih bisa diimbangi oleh penghematan biaya bahan bakar tahunan.
Untuk jangka waktu yang panjang (bertahun-tahun), maka pemasangan pemanas ini akan
menghemat bahan bakar sehingga memenuhi kriteria seleksi ekonomi.
BOILER FEED PUMP (BFP). Daya yang diperlukan untuk menggerakkan BFP, pada
umumnya, merupakan beban terbesar dalam suatu pembangkit. Sudi tradeoff ini
mengarah pada jumlah dan susunan penggerak BFP (motor atau turbin uap). Penggerak
motor listrik lebih murah dibandingkan dengan penggerak turbin uap akan tetapi
membutuhkan daya yang besar yang seharusnya bisa dijual/dikirim ke jaringan transmisi.
Penggerak turbin uap membutuhkan uap tekanan tinggi dan operasinya berpengaruh pada
heat rate pembangkit dan daya outputnya. Penggerak menggunakan turbin uap tidak
sefleksibel motor listrik. Ketersediaan sistem tergantung pada jumlah BFP, jenis penggerak,
dan konfigurasinya (seri atau paralel). Penggantian biaya energi dapat ditentukan pada
pilihan dengan suatu ketersediaan sistem yang lebih rendah.
CYCLE HEAT REJECTION. Metode yang paling menguntungkan dari disipasi panas untuk
pembangkit listrik dipilih dalam studi tradeoff ini. Sistem cycle heat rejection biasanya
meliputi mekanik evaporatif menara pendingin baik crossflow maupun counterflow, natural
draft cooling tower, air-cooled condenser, wet/dry cooling tower dan river water oncethrough cooling. Untuk menara pendingin evaporative, air segar dan menara air garam bisa
dipertimbangkan jika tempatnya terletak di dekat laut. Pilihan sistem pendingin plant
mungkin sudah jelas bagi perancang sistem berdasarkan pengamatan kondisi lokasinya.
Misalnya, sebuah air-cooled condenser merupakan pilihan yang tepat jika sumber makeup
water sangat terbatas atau air sama sekali tidak tersedia.
INDUCED DRAFT. Studi tradeoff ini termasuk evaluasi pengaturan induced fan draft
alternatif, jumlah kipas, jenis kipas, dan penggerak kipas. Pilihan untuk jenis-jenis kipas
termasuk kipas sentrifugal dan aliran aksial. Susunan multi kipas dapat menawarkan
keandalan yang lebih baik tetapi biaya modal awal mungkin lebih besar dari kipas tunggal.
Biaya Operasi mungkin lebih tinggi untuk konfigurasi banyak kipas karena beroperasi pada
titik di bawah desainnya. Penggerak fan meliputi motor listrik dan turbin uap. Motor listrik
memberikan biaya awal rendah, namun biaya operasi tahunannya bisa lebih tinggi dari
sistem penggerak turbin uap. Studi tradeoff harus dilakukan pada awal desain konseptual
bersama-sama dengan penentuan parameter-parameter desain boiler. Studi tradeoff yang
sama dapat dilakukan untuk sistem udara pembakaran (draft fan paksa dan kipas udara
primer).
AIR QUALITY CONTROL (KONTROL KUALITAS UDARA). Sistem kontrol kualitas udara
alternatif untuk sulfur dioksida (S02) dan pengendalian emisi dievaluasi dalam studi
tradeoff ini. Studi ini menentukan instalasi dengan teknologi terbaik untuk kontrol emisi
dari pembangkit dan yang murah harganya serta keandalan yang memadai. Pilihan kontrol
emisi meliputi electrostatic precipitator konvensional dan penyaring kain (fabric filter).
Untuk pengendalian emisi S02, pada saat ini tersedia banyak pilihan, namun banyak yang
tidak bisa dipakai karena faktor-faktor seperti terbatasnya ukuran, kurangnya pengalaman
komersial, dan biaya tinggi. Tipikal scrubber termasuk spray dryer absorber dan scrubbers
batu kapur basah. Sebagai bagian dari analisis ini, rencana pengelolaan air awal dapat
dikembangkan untuk menunjukkan apakah air limbah layak untuk digunakan kembali. Studi
ini mungkin juga memasukkan evaluasi metode pengganti untuk penanganan dan
pembuangan padatan dan fly ash scrubber.
TINGKAT TEKANAN HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR. Studi tradeoff ini hanya berlaku
untuk combustion turbine combined cycle plants saja. Dalam studi ini, ditentukan tinggi
tekanan optimum untuk heat recovery steam generator (HRSG). Semakin tinggi tekanan
dapat meningkatkan modal awal biaya tetapi mungkin juga dapat menghemat bahan bakar
terkait dengan meningkatnya efisiensi.
5. DESAIN RINCI
Desain rinci memperluas informasi yang dikembangkan dalam rancangan konseptual menjadi bentuk
yang dalam bentuk yang membolehkan pembangunan fasilitas pembangkit listrik. Gambar konstruksi
tipikal yang disiapkan dalam tahan desain rinci ini dimuat dalam Tabel 3. Dalam konteks desain rinci,
desain sistem sudah lengkap dan diberikan ukuran/spesifikasi peralatan cukup memadai sehingga
kontraktor dapat dengan mudah menentukan persyaratan manufaktur dan pekerjaan konstruksinya.
Gambar konstruksi disiapkan guna meminimalisir keterlambatan desain enjinering dan konstruksinya.
Perhitungan-perhitungan enjinering dilakukan untuk mendukung keputusan-keputusan desain,
pemilihan peralatan dan bahan, serta persiapan gambar konstruksi. Daftar rekayasa disiapkan untuk
menentukan parameter-parameter spesifik dari komponen-komponen individual, informasi pengadaan
dan instalasinya.
Kegiatan desain rinci membutuhkan sejumlah disiplin teknik, yaitu: sipil-struktur, mesin, kimia,
listrik, dan kontrol.
Desain sipil-struktur meliputi analisis geoteknik dan penelitian tanah untuk desain fondasi, desain
rekayasa untuk struktur dalam kaitannya dengan peraturan perundangan dan kriteria seismic,
desain struktur, fondasi, beton, baja, baja struktur, kerja pipa, landasan, tangga, dan enclosure;
persiapan diagram alir penangan bahan dan arsitektural dan desain landscaping.
Desain rinci sistem mekanik meliputi ukuran dan pemilihan peralatan, ukuran perpipaan dan katup;
persiapan piping and instrument diagrams (P&ID); routing dari sistem perpipaan, persiapan gambar
piping spool dan rincian gantungan pipa; analisis stress pipa dan desain untuk sistem suhu tinggi
kritikal; analisis water hammer; dan persiapan keseimbangan panas dan bahan.
Kegiatan desain rinci listrik meliputi persiapan diagram satu-garis dan tiga-garis untuk sistem
kelistrikan (termasuk alat ukur, sinkronisasi, dan sistem proteksi; persiapan gambar cable tray,
saluran udara, saluran bawah tanah; persiapan gambar pengetanahan, raceway dan daftar
rangkaian; persiapan gmbar skema raceway dan instalasi dalam pipa; dan penentuan setting relai
proteksi.
Desain rinci Instrumentasi dan kontrol meliputi: tata letak panel kontrol atau layar komputer,
persiapan sistem kontrol digital dan diagram logic analog untuk sistem pembangkit listrik, persiapan
diagram skematik dan interkoneksi kontrol dan instrumen ; dan persiapan gambar instalasi
instrumen.
Desain rinci sistem kimia terutama berfokus pada sistem air di seluruh plant. Desain rinci teknik
kimia meliputi: persiapan diagram keseimbangan massa air yang menunjukkan persyaratan air
untuk pembangkit; desain fasilitas perlakuan air; desain sistem pengolahan limbah; desain dan
pemilihan bahan-bahan untuk aplikasi karatan, pemilihan alat dan ukurannya untuk sistem proses
kimia, dan desain peralatan laboratorium analisis air.
Instalasi siklus puncak (cycle peaking) sederhana yang terdiri dari unit combustion turbine-generator
modular memerlukan spesifikasi pengadaan dan konstruksi. Sebagai perbandingan, pembangkit listrik
bahan bakar batubara berisi ribuan komponen individual dan memerlukan banyak spesifikasi pengadaan
dan pemasangan. Daftar spesifikasi pengadaan tipikal untuk pembangkit listrik besar ditampilkan pada
Tabel 4. Daftar tipikal spesifikasi konstruksi diperlihatkan pada Tabel 5. Daftar yang diperlihatkan dalam
tabel-tabel ini perlu disesuaikan untuk persyaratan-persyaratan individu dari setiap proyek.
Suatu spesifikasi pengadaan untuk peralatan merupakan dokumen komprehensif yang berisi
informasi tentang prosedur tender, syarat-syarat kontrak, ikatan, dan asuransi (jaminan). Dokumen
ini juga berisi persyaratan desain teknis untuk penyediaan peralatan dan bahan. Produsen peralatan
bertanggung jawab dalam menyediakan peralatan dan layanan-layanan sesuai dengan lingkup
pekerjaan, sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar konstruksi detail yang dipasok oleh enjiner.
Informasi dari tahap desain konseptual dan desain rinci disatukan di dalam bagian teknis dari
dokumen pengadaan ini.
Perlengkapan alat dan spesifikasi pemasangan (erection) mungkin diperlukan bagi peralatan yang
mempunyai persyaratan pemasangan yang unik yang terbaik di akomodasi oleh pabrik aslinya
(seperti boiler kapasitas besar yang dipasang di tempat). Spesifikasi konstruksi berisi informasi dan
gambar rinci yang dibutuhkan untuk memasang komponen-komponen peralatan individual (yang
dibeli dalam paket-paket tersendiri).
Kontrak lain yang digunakan untuk pembangunan pembangkit tenaga adalah kontrak layanan.
Kontrak layanan mencakup layanan-layanan khusus seperti keamanan dan kebersihan setempat.
Spesifikasi turnkey biasanya menentukan jaminan performa dengan banyak (jika tidak semua),
desain rinci tertentu diserahkan kepada kebijaksanaan kontraktor proyek. Pendekatan turnkey
memerlukan satu kontraktor bertanggung jawab untuk desain plant, pengadaan peralatan,
performa plant, biaya, konstruksi, dan jadwal. Spesifikasi jenis ini cocok untuk proyek yang bebas
(independen) menggunakan pembiayaan proyek.
Tabel 4.4. Kontrak Pengadaan tipikal untuk Pembangkit Listrik Batu Bara Besar
Table 4.5. Kontrak Konstruksi Tipikal untuk Pembangkit Besar Berbahan Bakar Batu Bara
Lampiran A
ELECTRICAL SYSTEMS OF POWER PLANT
1. GENERAL
Electrical System of a Power Plant is a system connection between generator, grid and auxiliary
components in a power plant which need electrical power to functions. A basic electrical system of
power plant is shown in Figure 1.
Electrical system of a power plant basically consists of the high voltage, generator, medium voltage, low
voltage, dc systems as explained bellow.
This is the system on the high voltage side of the step-up or main transformer
It is usually composed of switch yard and take off to the bulk power transmission system
Typical voltage could be 150 kV, 230 kV, 275 kV, 500 kV, etc
This is the system and voltage level where the main generator unit is connected. Typical voltage
here is 13,8 kV, 16 kV, etc.
The station service transformer or an auxiliary transformer steps down the generator voltage to
a medium voltage, typically 4,16 kV.
The medium voltage system and switchgear powers-up the plant major auxiliary loads, a mostly
large motor (CWP, Hot Well Pump, and Cooling Tower Fan for Geothermal Power Plants)
The voltage in the medium voltage system is further stepped down to low voltage, typically 380
V and 220 V, etc, to serve the smaller loads. These loads include small motors and lighting
equipments.
Using an AC-DC converter the ac voltage of the auxiliary supply is converted to DC to charge a
battery and power dc loads which typically, include Instrumentation and Control Devices.
During total plant and grid shutdown or when there is no available feedback power from the
grid to supply power to the plant, the energy stored in the battery is used to continuously power
the Plants DC loads like the control system.
Some ac loads that need to be continuously running during this event, like oil pump, are also
powered by the battery through an DC to AC inverter.
Each main generator shall be connected to the transmission system through a generator
transformer.
Each unit auxiliary transformer shall be rated to supply all the unit auxiliary loads for the units
plus the common auxiliary loads.
The voltage on the 150 kV lines of the Grid System will normally remain within +/- 5 percent of
the nominal value unless abnormal conditions prevail.
The minimum voltage is -10 percent and the maximum voltage is +10 percent under abnormal
conditions.
The Generator shall be capable of operating continuous by at maximum rated KVA output at any
power factor between the rated 0.80 power factor lagging and 0.95 leading and at any voltage
between 5 percent below and 5 percent above rated volts, within guaranteed temperature
limits.
The generator shall be properly designed for application directly coupled to the turbine as its
prime mover and to operate continuously at the steam turbine maximum output.
The generator shall be designed to operate safely and reliably and shall be capable of operation
as a base load unit, i.e. minimum 8000 hours per annum.
The generator shall be supplied complete with all necessary auxiliary equipment to make a
completely functional system.
Core monitor
Terminal enclosure
All special tools and instruments for rotor and cooler withdrawal and insertion gear
The generator shall be capable of continuously supplying 1.05 times its nominal rated output at
rated voltage and power factor over the frequency range 48.5 Hz to 51 Hz, and at rated
frequency and power factor with a voltage variation of +/-5%. It is appreciated that this overload
capability could effectively increase the maximum continuous rating of the generator.
Moreover, the design shall be such as to meet the following condition or requirements:
a) Operation at MCR, from 51 to 48.5 Hz, at rated load and power factor over a voltage range
of 0.95 to 1.05 p.u. within temperature rise limits.
b) Operation over the power factor range 0.80 lag to 0.95 lead
Each generator shall be the cylindrical rotor type and together with its excitation system shall be
fully interchangeable with other units in the station.
The generator shall be fully capable of operating in parallel with other generating units
connected to the transmission system, and if the circumstance arises, individually supplying the
local load of an 'island system'. This shall apply during the specified steady state and system
transient load conditions and load changes, without active or reactive load oscillations.
The generator shall be designed to withstand the forces and torques imposed during the
conditions (a) and (b) listed below without sustaining damaging movement of the stator
windings frame or core, or damage to the rotor or other major components:
a) 3-phase zero-impedance short-circuit suddenly applied at the terminals from rated
open-circuit voltage.
b) Line-to-line zero-impedance short-circuit suddenly applied at the terminals from rated
open-circuit voltage.
The generator shall be capable of withstanding the effects of system harmonic frequency
currents caused by loads such as large arc furnaces located in close proximity to the power
station, without harmful deformation of the windings or shafting or other mechanical damage,
and without significantly reducing the life of the generator
The excitation system shall be of either the brushless or static type. The excitation equipment
shall be rated for continuous operation over the full range of generator rated conditions and
comply with IEC 60034-3 The exciter ceiling voltage shall not be less than 2 p.u. at full load rated
conditions.
The excitation control equipment shall consist of an automatic voltage regulator (AVR) (with
power factor controller) and power system stabilizer (PSS). The AVR shall as a minimum, be of
the dual auto channel type with manual control device and appropriate auto/manual
changeover circuits.
The automatic voltage regulator channels shall be of the continuously acting type. The auto
channels shall sense all three phases of the generator terminal voltage. Its sensitivity shall be
such that it is capable of maintaining the generator terminal voltage within 0.5% of the set value
over the whole operating voltage, frequency and load range of the generator and over the
operating temperature range.
The AVR reference device shall be insensitive to changes in the ambient conditions and to
changes in the frequency of generator voltage supplies over the operating range of the
equipment. The voltage setting control shall be capable of adjusting the terminal voltage to give
the required range.
The AVR shall include an under-excitation limiter (VAr limiter) to prevent the excitation being
reduced to a level which would endanger synchronous stability during automatic operation. The
operating point and stabilizing controls shall be adjustable while the generator is on load. It shall
respond to changes in real and reactive power, and to the square of the generator terminal
voltage in such a manner that an increase in voltage will permit an increase in leading VAr.
A follow up device shall ensure that, should the auto control fail the manual control will take
over control with no significant change in excitation current. A balance indicator shall be
provided to demonstrate that this feature is operating correctly.
An automatic limiter shall prevent the manual controller follow-up device from reducing its
setting below the prescribed safe limits of excitation for the generator when under normal
control. The operating point of the device shall be adjustable.
During run-up, the generator shall be automatically excited in a gradual controlled manner to
rated voltage at rated speed. The voltage/frequency ratio shall be controlled when the
generator is not synchronized.
The excitation shall be rapidly suppressed in the event of a major fault or main protection trip.
When on load the excitation control equipment shall be capable of restoring the generator
terminal voltage, in a well damped manner, to within plus or minus 0.5% of the reference value
within five seconds.
With rated as supply voltage and frequency, the excitation system shall be capable of delivering
continuously within temperature rise, any value of field current from zero to 110% of the field
current required by the generator at its rated output, power factor and 90% to 107% rated
voltage.
The performance of the VAr limiter shall be demonstrated by testing its response to a 5% step
decrease in reference voltage with the generator operating just off the limit line. The resulting
maximum VAr excursion shall be limited to 30% of its unlimited value.
System
Ground
Stator
Ground
Exciter
The
"Wild"
Power
System
Stator
Phase
System
Phase
Abnormal Operating Conditions
Loss of Synchronism
Abnormal Frequency
Overexcitation
Field Loss
Inadvertent Energizing
Breaker Failure
Loss of Prime Mover Power
Blown VT Fuses
Open Circuits
Over
Power
Overexcitation
Loss of Field
Open
Circuits
Loss of Field
Overexcitation
Overexcitation
The
"Wild"
Power
System
Exciter
G
Abnormal
Frequency
Reverse
Power
Inadvertent
Energizing,
Pole Flashover
Breaker
Failure
Abnormal
Frequency
Loss of
Synchronism
32 Reverse Power
40 Loss of Excitation
51V voltage restraint
51G Ground overcurrent
87 Differential
Medium up to 12.5 MW
32 Reverse Power
40 Loss of Excitation
46 Negative Sequence
51V voltage restraint
51G Ground overcurrent
87 Differential
Large up to 50 MW
32 Reverse Power
40 Loss of Excitation
46 Negative Sequence
49 Thermal Overload
51V voltage restraint
51G Ground overcurrent
64 Ground Relay
87 Differentia
Unit Connected,
High Z Grounded
32 Reverse Power
40 Loss of Excitation
46 Negative Sequence
49 Thermal Overload
51V voltage restraint
51G Ground overcurrent
64 Ground Relay
87 Differential
Protection Functions
Protection Functions Include:
3. TRANSFORMER
Generator transformer shall have ONAN/ONAF cooling. Unit transformers shall preferably have
ONAN/ONAF cooling.
Generator transformer and unit transformers shall be oil immersed, free breathing, conservator
type.
All other auxiliary transformers or Power Distribution Center (PDC) transformers shall be either
oil immersed with ONAN cooling or naturally air cooled dry or cast resin type. Dry and cast resin
type transformers shall be enclosed in naturally air ventilated enclosures.
Generator transformers shall be provided with on-load tap changing facilities to suit the
specified operational and VAr import/export capability requirements +/- 10%, 1.25% step
Unit transformers shall have off-circuit taps to suit the operational requirements +/- 5%, 1.25%
step
All transformers shall be provided with winding temperature indicator having contacts for
temperature high alarm and trip functions.
All transformers having bushing connections to external circuits shall be provided with
coordinating gap structures or surge arresters.
Oil samples for analysis of dissolved gases shall be taken before commencement of final testing
of generator and unit auxiliary transformers. Further samples shall be taken following power
frequency testing, following impulse testing and before, during and after load current runs.
Grounding terminal
j)
Oil filled transformer tanks shall be routine oil leak tested according to IEC standard or other
acceptable standard.
k) The transformer shall be equipped with all required protection, metering and all accessories
including fault pressure device, thermal, over-current, differential, earth fault, etc
l)
Lampiran B
1. DESIGN PRINCIPLE
All design principle must accord with the requirements in EPC contract.
All design principle must accord with requirements of environment protection in Indonesia.
The system design and selection of equipments, structure and architecture shall be safe and
mezzo in technical.
The general layout of the power plant should be in reason and harmony.
The arrangement of factory and building shall be carve up in reason, easy for construction,
maintenance and operation.
Economize to use the water, all waste water must be treated and discharge meet the criterion
of environment.
Lampiran C