Anda di halaman 1dari 24

PERHITUNGAN REGULASI

SEKUNDER
.

INSTITUT TEKNOLOGI PLN

http://www.itpln.ac.id Pemasaran
Institutdan AdmisiPLN
Teknologi IT-PLN
Regulasi Sekunder

• Proses pengaturan frekwensi melalui pengaturan sekunder berlangsung


dalam sistem sebagai akibat penambahan beban
• Pengaturan sekunder dapat dilakukan secara :

Manual maka dalam sistem yang terdiri


dari banyak unit pembangkit dan juga Komputer maka software dari komputer
banyak pusat listrik yang tersebar, harus di isi datanya oleh Pusat Pengatur
pelaksanaannya perlu di koordinir. Beban agar sesuai dengan kondisi sistem,
Koordinasi pengaturan sekunder ini berarti hal ini menyangkut penentuan unit
pula koordinasi pembagian dalam sistem, pembangkit yang akan diikuti dalam
oleh karenanya perlu dilakukan pengaturan pengaturan frekwensi sistem serta
oleh Pusat Pengatur Beban sistem tenaga penentuan faktor partisipasi
listrik

http://www.itpln.ac.id
Pengaturan sekunder untuk menaikkan frekwensi sistem

http://www.itpln.ac.id
Pengaturan sekunder yang diikuti dengan perubahan beban sistem

http://www.itpln.ac.id
Regulasi Sekunder

• Menurut PERMEN ESDM No. 20 tahun 2020, terdapat metode


pelaksanaan regulasi sekunder, yaitu :
1. Load frequency control atau LFC pengaturan frekuensi secara
sekunder
2. Unit pembangkit yang memiliki AGC atau Automatic Generation
Control sebagai pengendalian sekunder; Pembangkit harus mampu
menerima sinyal AGC dari dispatch pengelola operasi sistem PT
PLN (Persero) untuk memungkinkan pengaturan sekunder frekuensi
sistem

http://www.itpln.ac.id
Regulasi Sekunder

• Cara mengendalikan frekuensi ini adalah dengan melakukan


pengaturan/regulasi, salah satunya dengan LFC yang erat kaitannya
dengan fasilitas AGC (automatic generation control). AGC
memungkinkan JCC mengendalikan beban MW pembangkit listrik
(Po) dan rentang bebannya (Pr)
• Regulasi sekunder (LFC: Load Frequency Control)
1. Mengembalikan frekuensi ke nilai nominalnya
2. Secara otomatis mengembalikan power interchange antar area

http://www.itpln.ac.id
Pengaturan Sekunder LFC

• Definisi LFC
LFC adalah suatu pengaturan frekwensi sistem tenaga listrik yang
dikendalikan secara auto dari control center dengan cara
menaik/menurun/mengatur keluaran daya aktif dari suatu pembangkit
melalui peralatan SCADA dengan tujuan mempertahankan frekwensi
sistem optimal (50Hz)
• Prinsip
Mengirimkan sinyal “N Level” untuk kemudian dikonversikan oleh unit
pembangkit menjadi “Pg” berdasarkan “Po” dan “Pr” setiap unit

http://www.itpln.ac.id
Pengaturan Frekwensi
• Pengaturan frekwensi bertujuan memperkecil variasi frekwensi agar
senantiasa berada dalam kisaran yang diijinkan (misalnya 50 ± 0.2Hz)
• Pengaturan frekwensi diperoleh dari pengaturan primer yaitu
mengoperasikan unit pembangkit dengan mode free acting governor
dan pengaturan sekunder yang terpusat dari pusat pengatur.
• Pengaturan sekunder tersebut dilakasanakan dengan perintah
dispatcher kepada operator unit pembangkit dan pengaturan frekwensi
otomatis oleh program Load Freqency Control (LFC)

http://www.itpln.ac.id
Pengaturan Frekuensi

• Fungsi Regulasi Sekunder (LFC)


1. LFC adalah pengendali frekuensi kedua, bereaksi lebih lambat dari
governor, tetapi lebih cepat dibandingkan operator
2. LFC bertugas mengatasi variasi beban unit pembangkit dalam order 4
s/d 20 detik
3. LFC bekerja secara terpusat atas dasar deteksi akumulasi
penyimpangan frekuensi (Df) yang dipantau Control Center
4. LFC berfungsi pada saat sistem tenaga listrik kondisi normal
5. LFC berfungsi mengembalikan frekuensi ke nilai nominalnya

http://www.itpln.ac.id
Kurva Reaksi Regulasi Sekunder
• Misal sebuah pembangkit listrik punya Po = 400 MW dan Pr = 15 MW, maka pembangkit ini secara otomatis dapat naik dan turun bebannya
dari 385 MW sampai dengan 415 MW, mengikuti naik turunnya frekuensi sistem. Ketika frekuensi kurang dari 50 Hz, beban akan lebih dari
400 MW, sedang ketika f > 50 Hz, load akan < 400 MW, ditandai dengan nilai N yang bergerak di antara -1<N<1

Ilustrasi di atas menjelaskan apa yang terjadi ketika beban sistem tiba-tiba naik. Tanpa regulasi frekuensi akan turun terus. Dengan regulasi
primer (governor free), dalam waktu sekitar < 20 detik frekuensi dapat ditahan. Namun selama demand > supply maka akan tetap ada Δf. Hal ini
dapat diatasi jika sistem juga punya regulasi sekunder (LFC). Dalam waktu 1-2 menit frekuensi akan kembali ke nominal ketika pembangkit2 listrik
yang mengaktifkan LFC-nya mulai berkontribusi menyumbang daya ke sistem

http://www.itpln.ac.id
Pengaturan Frekuensi
Pembagian Fungsi LFC
1. Fungsi pengaturan frekuensi sistem
• Dalam fungsi ini LFC akan mengatur frekuensi sistem tenaga listrik dengan menaikkan dan
menurunkan beban pembangkit berdasarkan perbedaan antara frekuensi sistem dengan
frekuensi yang ditetapkan oleh operator master station di pusat pengatur beban. Bila frekuensi
lebih rendah maka LFC akan memberi perintah menaikkan output pembangkit
2. Fungsi pengaturan beban
• Dalam fungsi ini LFC akan menaikkan output pembangkit berdasarkan perbedaan antar total
pengukuran pembangkit dengan total perubahan beban konsumen
3. Fungsi pengaturan beban dan frekuensi
• Fungsi ini merupakan gabungan dari fungsi pengaturan beban dan fungsi pengaturan frekuensi,
untuk itu LFC akan menaikkan atau menurunkan beban pembangkit berdasarkan beban dan
frekuensi saat itu

http://www.itpln.ac.id
Prinsip Regulasi Sekunder
Daya keluaran pembangkit ber-LFC

Pg = Po + N.Pr

Pg = Po + N.Pr – k.Δf
Dimana:
Pg : Daya keluaran unit pembangkit (MW)
Po : Set point (MW)
Pr  : Rentang regulasi (MW)
N : Level isyarat (output PI controller ACE)
k : Faktor partisipasi (MW/Hz)
Δf : Deviasi frekuensi (f – fo) (Hz)

http://www.itpln.ac.id
Sinyal N Level

• Suatu besaran tertentu yang dihasilkan oleh komputer pada pusat


kontrol
• Berfungsi memberi komando ke Unit Pembangkit untuk
menaik/menurunkan beban
• Makin banyak Unit yang ikut LFC, makin kecil perubahan N level
• Dengan perubahan N level yang kecil, maka frekuensi makin lebih
stabil

http://www.itpln.ac.id
Logic LFC

Area Control Error (ACE)

ACE adalah deviasi freluensi (Hz) yang dikonversi menjadi selisih daya
(MW) berdasarkan bias /indeks Kekuatan Sistem (MW/Hz)

Dirumuskan : (jika hanya ada 1 pengatur frekuensi)


ACE = B.Δf (MW)
B : bias (indeks kekuatan sistem) (MW/Hz)

http://www.itpln.ac.id
Persyaratan LFC
• Unit dalam kondisi baik
• Unit tidak posisi “load limit”
• Unit harus pada p”Coordinate Mode”
• Tidak terjadi alarm LFC di MCP (Main Control Panel)
• RTU/Gateway dapat berkomunikasi dengan Vontrol Venter di “In Pool”
• Sinyal Po dan Pr dikirim dari Vontrol Center
• Sinyal P’o dan P’r dikirim dari MCP
• Tidak terjadi discrepancy yang besar antara Po-P’o dan Pr-P’r
• Sinyal N level dari Vontrol Center tidak blok
• LFC request (LFR) dari JCC “ON”
• LFC switch ON dari operator MCP

http://www.itpln.ac.id
Syarat LFC
• Berdasarkan studi EDF
1. LFC Bandwidth: 20% DMN untuk PLTA
2. LFC Bandwidth: 10%DMN unruk PLTU dan PLTGU
3. Availabilitas : 70%
4. Kebutuhan LFC : 2.5% Beban
• Berdasarkan Grid Code
1. Kebutuhan LFC : 2.5% Beban
• Asumsi beban sistem 2014 : 23.000 MW, kebutuhan LFC sistem : 575
MW

http://www.itpln.ac.id
Contoh kasus

Sebuah sistem tenaga lustrik dipasok oleh 3 buah generator listrik yang memiliki
sistem Load Frequency Control. Dengan set point sebesar 90 MW, rentang
regulasi sebesar 20 MW, daya maksimum 120 MW dan daya minimum 60 MW.
Tentukan Daya keluaran unit masing-masing pembangkit Pg?

http://www.itpln.ac.id
Diagram alir LFC (Contoh Kasus)
Berdasarkan perhitungan tersebut, untuk
mempertahankan frekuensi sistem yang
optimum pada 50.0 Hz, maka masing-
masing generator harus memberikan
daya keluaran pada sistem Pg1, Pg2, dan
Pg3 sebesar 103.33 MW.

http://www.itpln.ac.id
Perhitungan Load Frequency Control

• Perubahan daya mekanis

• Deviasi frekwensi

http://www.itpln.ac.id
Perhitungan Load Frequency Control

• Perubahan daya

B1 dan B2 disebut dengan faktor bias frekwensi

http://www.itpln.ac.id
Perhitungan Load Frequency Control
Contoh kasus :
Dua pembangkit gas beroperasi secara paralel terhadap grid. Tie line memliki kapasitas 2 p.u sehingga koefesien sinkronisasi dapat
dianyatakan dalam persamaan T0= 2 p.u cos 31.78o=1.7 p.u. Diketahui perubahan beban di area 1 sebesar 5 MVA maka dengan
demikian
ΔPD1= 5MVA = 0.05 p.u
R1/ R2=0.04
Untuk memodelkan sistem ketenagaan multi area, simulasi yang sama dilakukan terhadap dua kontrol area. Adapun paramter masing-
masing area adalah sebagai berikut.

http://www.itpln.ac.id
Contoh kasus LFC
Maka nilai defiasi frekuensi pada keadaan steady state adalah

Dalam Hz maka defiasi perubhaan frekunesi adalah

Sehingga nilai frkuensi baru adalah

http://www.itpln.ac.id
Contoh kasus LFC

Perubahaan daya mekanis adalah

Dengan peningkatan beban sebesar 5 MVA, maka generasi pada area satu meningkat sebesar 2.5
MVA dan area dua sebesar 2.5 MVA dan nilai frekuensi baru adalah 49.95 Hz.

http://www.itpln.ac.id
http://www.itpln.ac.id

Anda mungkin juga menyukai