Anda di halaman 1dari 37

1.

Pengaturan Frekuensi (Pendahuluan)

Salah satu karakteristik pada sistem tenaga listrik yang sangat penting untuk dijaga
kestabilannya adalah frekuensi. Pentingnya menjaga frekuensi berkaitan erat dengan upaya untuk
menyediakan sumber energi yang berkualitas bagi konsumen. Pasokan energi dengan frekuensi
yang berkualitas baik akan menghindarkan peralatan konsumen dari kerusakan (umumnya alat
hanya dirancang untuk dapat bekerja secara optimal pada batasan frekuensi tertentu saja – 50 s.d
60 Hz).
Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi para pelanggan
dengan frekuensi yang praktis konstan. Penyimpangan frekuensi dari nilai nominal harus selalu
dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif mempunyai hubungan erat dengan nilai
frekuensi dalam sistem, sedangkan beban sistem yang berupa daya aktif maupun daya reaktif
selalu berubah sepanjang waktu. Sehubungan dengan hal ini harus ada penyesuaian antara daya
aktif yang dihasilkan dalam sistem pembangkitan dengan daya aktif beban. Penyesuaian daya
aktif ini dilakukan dengan mengatur besarnya kopel penggerak generator.
Menurut hukum Newton ada hubungan antara kopel mekanis penggerak generator
dengan perputaran generator
TG – TB = H x dw/dt … (1)
Dimana :
TG = Kopel penggerak generator
TB = Kopel beban yang membebani generator
H = Momen inersia dari generator beserta mesin penggeraknya
w = kecepatan sudut perputaran generator ,
dimana f = w/2pi …(2)
secara mekanis dengan melihat persaman (1) dan (2) maka :
TG – TB = ∆T < 0 , maka w< 0 frekuensi turun
TG – TB = ∆T> 0 , maka w> 0 frekuensi naik
Dari persamaan di atas terlihat bahwa besarnya frekuensi tergantung dari besarnya selisih antara
kopel generator dengan kopel yg membebani generator, sehingga untuk mengatur frekuensi
dalam sistem tenaga listrik dapat diatur dari dua sisi yaitu sisi generator maupun sisi beban.
Cara pengaturan frekuensi :
1. Pengaturan daya aktif sisi generator
Frekuensi pada sistem tenaga listrik dapat diatur dengan melakukan pengaturan daya
aktif yang dihasilkan generator. Pengaturan daya aktif ini erat kaitannya dengan kenaikan
jumlah bahan bakar yang digunakan untuk menaikkan daya aktif. Pada PLTU adalah berapa laju
batu bara yang ditambah untuk dibakar sedangkan pada PLTA adalah berapa besar debit air yang
dinaikkan untuk menggerakkan turbin sehingga menghasilkan kenaikan daya aktif. Pengaturan
bahan bakar ini dilakukan dengan menggunakan governor. Sehingga pada pengaturan daya aktif
ini erat kaitannya dengan kerja governor pada sistem pembangkit thermal maupun air.
2. Pengaturan daya aktif sisi beban (Load shedding)
Jika terdapat gangguan dalam sistem yang menyebabkan daya tersedia tidak dapat
melayani beban, misalnya karena ada unit pembangkit yang besar jatuh (trip), maka untuk
menghindarkan sistem menjadi collapsed perlu dilakukan pelepasan beban. Keadaan yang kritis
dalam sistem karena jatuhnya unit pembangkit dapat dideteksi melalui frekuensi sistem yang
menurun dengan cepat.
Pada sistem tenaga listrik yang mengalami gangguan karena lepasnya (trip) unit
generator yang besar dapat mengurangi aliran daya aktif yang mengalir ke beban, sehingga
menyebabkan generator-generator yang lain dipaksa bekerja. Jika hal ini berlangsung terus
menerus dapat menyebabkan kerusakan mekanis pada batang kopel generator karena dipaksa
bekerja. Untuk itu diperlukan under frequency relay (UFR) yang berfungsi untuk mendeteksi
penurunan frekuensi sistem secara tiba-tiba akibat adanya unit pembangkit besar yang lepas dari
sistem. Pelepasan beban secara bertahap oleh UFR akan membantu menaikan frekuensi secara
cepat dan membantu menghindarkan sistem menjadi collapsed sampai frekuensi sistem kembali
normal.
2. Pengaturan Daya Aktif Oleh Pembangkit

Pengaturan Daya Aktif Oleh Pembangkit dapat dilakukan dengan regulasi primer (Governor
free), regulasi sekunder (Load Frequency Control/LFC) dan manual dispatch oleh pengendali real time
(dispatcher) .
Governor Free bertugas mengatasi dinamika beban suatu unit pembangkit dengan cepat.
Governor Free digunakan di pembangkit-pembangkit besar dengan kapasitas di atas 50 MW.
Governor Free bekerja atas dasar penyimpangan frekuensi secara lokal. Prinsip Kerja Governor Free
yaitu pengaturan besarnya kopel mekanis yang diperlukan untuk memutar generator, hal ini berarti
pengaturan pemberian uap pada turbin uap atau pengaturan pemberian bahan bakar pada turbin
gas dan mesin diesel dan pengaturan banyaknya air yang masuk turbin air pada unit PLTA (Pusat
Listrik Tenaga Uap). Respon frekuensi yang diberikan generator ditentukan oleh:
a. Speed Droop. Speed Droop menyatakan nilai perubahan keluaran MW generator terhadap
perubahan frekuensi sistem.
b. Frequency Deadband. Frequency Deadband didefinisikan sebagai besar total perubahan laju
(frekuensi) yang tidak menghasilkan perubahan katub (valve/gate) yang dikendalikan governor.
c. Ramp Rate. Ramp Rate adalah laju perubahan keluaran MW generator terhadap waktu.
LFC adalah pengendali Frekuensi ke-dua, bereaksi lebih lambat dari Governor Free, tapi lebih
cepat dibandingkan operator. Prinsip Kerja LFC pada pembangkit hampir sama dengan Governor
Free, perbedaannya adalah LFC bekerja secara terpusat atas dasar deteksi penyimpangan frekuensi
yang dipantau oleh control center sedangkan GOV bekerja secara local atas dasar deteksi penyimpangan
frekuensi yang dipantau oleh unit local pembangkit. LFC diatur oleh komputer master station di
control center kemudian setelah sampai di unit pembangkit diatur oleh sebuah peralatan yang
disebut Load Coordinator yang langsung berhubungan dengan peralatan control unit pembangkit.

3. Prinsip Kerja LFC Di Pembangkit

LFC bekerja full automatic yang diatur oleh komputer di Master Station kemudian setelah
sampai di unit pembangkit diatur oleh suatu peralatan yang disebut Load Coordinator yang langsung
berhubungan dengan peralatan control unit pembangkit.
Antara komputer di Master Station dan Load Coordinator saling mengontrol bila terjadi alarm di
salah satu sisi maka menyebabkan LFC Off dan bila ini terjadi, maka unit pembangkit menerima data
terakhir yang dikirim dari Master/RTU.
Prinsip kerjanya sangat simpel, yaitu ketika LFC beroperasi, master station akan mengirimkan
sinyal “N Level” untuk kemudian dikonversikan oleh unit pembangkit menjadi “Pg” berdasarkan “Po”
dan “Pr” setiap unit.

Pg = P'o + N.P'r

Dimana :
- Pg = Output unit pembangkit.
- P'o = Base Load yang diset oleh operator unit.
- P'r = Rentang regulasi dari unit (bandwide) yang diset operator unit
- N = Level dari Master Station yang mempunyai nilai -1 s/d +1.

Bila terjadi gangguan LFC (LFC Off) maka tidak ada pengaturan yang otomatis dari
Master Station dan pengaturan diambil alih oleh operator Unit Pembangkit secara manual.
contoh :
Misal Unit Pembangkit mempunyai kapasitas Max 150 MW.
Ditentukan P’o = 100 MW
P’r = 25 MW
N perhitungan dari komputer menghasilkan + 1 maka berdasarkan rumus
diatas
Pg = Po + Pr.N → P = 100 + 25.1 = 125 MW

Jadi generator Unit pada kondisi seperti ini harus membangkit 125 MW dan besarnya
unit untuk membangkit tergantung berasnya level N yang dikirim oleh komputer Master. Dengan
demikian untuk contoh ini unit pembangkit bisa membangkitkan beban antara 75 s/d 125 MW.

4. Prinsip Kerja LFC Di Master Station


Untuk mendapatkan nilai N yang dikirim ke unit pembangkit, master station melakukan
perhitungan-perhitungan dari nilai Pr yang ada di seluruh pembangkit yang berpartisipasi LFC. Rumus
perhitungan nilai N pada master station yaitu:

Dimana:
ACE = Area control error (MW)
TURR = Total unit regulating range (MW)

Nilai ACE dan TURR dapat dicari dengan rumus-rumus berikut:

𝐴𝐶𝐸= 𝐵𝑠𝑦𝑠 𝑥 (𝐹𝐷−𝐹𝑓𝑖𝑙𝑡)


Dengan:
ACE = Area control error (MW)
Bsys = Bias sistem frekuensi / indeks kekuatan sistem (MW/Hz)
FD = Desired system frequency (Hz)
FFilt = frekuensi sistem yang sudah difilter (Hz)

Dengan :
i = Index dari unit berpartisipasi LFC (i=1….n)
TURR = Total unit regulating range (MW)
PRAQ = Bandwidht regulasi dari tele-measured yang dikirim oleh RTU (MW)
Nilai indeks kekuatan sistem (IKS) / bias sistem (Bsys) diinput manual oleh dispatcher disesuaikan
dengan kondisi pada saat itu. Misal IKS adalah 684,894 dan frekuensi 49.962 Hz. Sehingga dapat kita
hitung nilai ACE sebagai berikut:
𝐴𝐶𝐸 = 𝐵𝑠𝑦𝑠 𝑥 (𝐹𝐷−𝐹𝑓𝑖𝑙𝑡)
ACE = 684.894x (50 – 49.962)
ACE = (684.894) x (0.038)
ACE = 26.025972 ≈ 26.026

Untuk nilai TURR, misal pembangkit yang aktif dengan LFC adalah 6 unit dengan masing-masing
PRAQ = 20, 19.8, 20, 0.1, 5.1, dan 12 MW. Maka nilai TURR adalah :

TURR = (20 + 19.8 + 20 + 0.1 + 5.1 + 12) MW


TURR = 77 MW
Untuk menghitung Nlevel setelah mendapatkan nilai dari ACE dan TURR lalu dilakukan
perhitungan di bawah ini.
Nlevel=ACE/TURR
Nlevel=26.026/77
Nlevel= 0.3379 ≈0.338

Dalam Program LFC, nilai N telah dibatasi besarnya yaitu -1 s/d +1 bila perhitungan dari
komputer melewati harga tersebut maka LFC level akan berhenti di -1 atau +1.
Misal TURR = 77 MW, ACE = 154, maka
Nlevel=ACE/TURR
Nlevel=154/77
Nlevel= 2, karena nilai N dibatasi -1 s/d +1 maka
Nlevel= 1

Apabila ini terjadi operator harus mengambil langkah-langkah manual dispatch untuk menaik-
turunkan atau start-stop unit pembangkit secara manual agar frekuensi kembali ke nilai normal (50 Hz).
Pengiriman level N dari komputer adalah setiap 10 detik sekali dengan pulsa pengiriman selama
1 detik, oleh karena itu LFC berfungsi pada saat sistem dalam kondisi normal. Pada saat sistem keadaan
terganggu LFC tidak berfungsi. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan LFC terganggu antara lain :

a. Di Master Station :
- Gangguan frekwensi meter.
LFC Blok ketika peralatan monitor frekwensi ( Frekwensi meter ) mengalami
gangguan atau alat tersebut memberikan data tidak benar/invalid.
- Gangguan sistem Deviasi
LFC blok ketika terjadi perubahan atau deviasi beban yang terlalu besar (ACE
dengan TURR berbeda sangat jauh)
- Jaringan sistem terpisah ( separated Network )
LFC Blok ketika terjadi gangguan sistem jaringan listrik ( interkoneksi terpisah ).
- Frekwensi Deviasi.
LFC Blok ketika terjadi deviasi ( perubahan ) Frekwensi terlalu besar sehingga
melewati batas frekwensi yang telah ditentukan oleh operator control center.
- Power regulator ( Band Wide Power )
LFC Blok ketika komputer master tidak menerima total PRAQ dari masing-masing
unit pembangkit ( TURR = 0 ).
- Manual Blok
LFC dapat di blok secara manual oleh operator di control center kemudian level N
dapat diberikan secara manual.

b. Di Power Station
- Gangguan Komunikasi Data.
- Gangguan RTU.
Ketika RTU mati maka alarm dari RTU dikirim ke Unit pembangkit sehingga LFC
blok.
- Gangguan Load Koordinator.
LFC bisa terganggu disebabkan oleh peralatan kontrol (Load Koordinator) di Power
Plant Pembangkit.
- Ketidaksamaan pengesetan antara Po dengan P'o atau Pr dengan P'r.

Disamping perhitungan N secara otomatis oleh sistem di master station, operator di control
center dapat juga memberikan Level N secara manual ke Unit-unit pembangkit berdasarkan perhitungan
sesuai dengan rencana pembebanan operasional. Dengan dirubahnya Level N oleh operator maka N
tersebut langsung dikirimkan ke unit-unit pembangkit yang mempergunakan LFC untuk menaikkan atau
menurunkan beban pembangkit. Dengan cara ini operator di control center harus betul-betul
memperhatikan perubahan Frekwensi pada saat itu sehingga cara ini jarang sekali dilakukan.
LFC harus menggunakan Frekwensi yang terpasang di control center walaupun disetiap GI ada
fasilitasnya dan dapat dimonitor karena untuk menghindarkan kesalahan perhitungan. Frekwensi-
frekwensi yang datang dari gardu induk ini berfungsi sebagai referensi apabila terjadi gangguan
terpisahnya sistem interkoneksi (separated network).

5. SCADA LFC di Remote Station


LFC adalah salah satu bagian dari input / output pada peralatan RTU yang terpasang di Unit
pembangkit ( TM, TS, RCA dan RCD ). Dari Master Station ( Pusat Kontrol ) mengirim ke signal N ( level )
yang besarnya amtara -1 s/d +1 ke semua unit yang berpartisipasi menggunakan LFC. Besarnya level N
tersebut dihasilkan dari perhitungan komputer di Master Station yang berdasarkan frekwensi sistem dan
jumlah total bandwide beban dari masing- masing unit pembangkit.
Dalam pengoperasian LFC ada beberapa parameter yang dibutuhkan baik dari Master Station
maupun dari Unit pembangkit antara lain :
- Signal dan besaran yang dikirim oleh komputer Master.
- Signal dan besaran yang dikirim dari Unit Pembangkit.
- Signal alarm dari RTU ke Pembangkit atau sebaliknya.

a. Signal dan besaran2 yang dikirim oleh komputer master


- Referensi base load dalam MW
- Referensi rentang regulasi ( Bandwide ) beban generator unit pembangkit ( Pr ) dalam
MW
- Level N yang mempunyai nilai -1 s/d +1.
- Remote Control untuk LFC Request ( LFC ON dan LFC OFF ).

b. Signal dan besaran2 yang dikirim oleh unit pembangkit.


- Base Load ( P'o ) dalam MW
- Variasi ( Bandwide ) beban generator unit pembangkit ( P'r ) dalam MW
- Indikasi LFC ON dan LFC OFF.
- Indikasi kesiapan peralatan LFC ( LFA )
- Indikasi balik LFC Request yang dilakukan Remote dari JCC.

c. Signal alarm dari RTU ke pembangkit.


Untuk sistem proteksi /pengamanan beroperasinya LFC, Unit pembangkit perlu juga memonitor
indikasi kesiapan RTU untuk itu RTU disiapkan suatu alarm yang disebut RTU Faulty ( RTU mati ) . Bila
RTU fault muncul, maka unit pembangkit ( Load Coordinator ) secara otomatis akan mati (LFC Off) dan
untuk pengaturan beban diambil aleh oleh operator unit secara manual.

Besarnya Band Wide dan base point untuk masing-masing Generator ditentukan oleh operator
dari Unit Pembangkit yang sebelumnya telah dikoordinasikan dengan operator control center. Untuk
pembangkit saguling dan cirata, nilai PROP yang diset oleh dispatcher JCC menjadi inputan PRAQ di DCS,
sehingga nilai request dari PRAQ akan selalu sama dengan PROP. Begitu juga dengan base point, untuk
pembangkit saguling dan cirata nilai request dari POOP akan selalu sama dengan POAQ. Sedangkan di
pembangkit lain terutama pembangkit thermal, nilai POOP dan PROP merupakan nilai referensi atau
nilai permintaan dari dispatcher yang perlu diketahui oleh operator pembangkit. Operator unit
pembangkit tidak harus mengikuti permintaan dari dispatcher JCC karena berkaitan dengan kondisi dan
karakteristik pembangkitan. Jumlah PRAQ dari unit-unit Pembangkit inilah yang dipergunakan komputer
untuk menentukan besarnya level N dan diperhitungkan juga dengan Frekwensi pada saat itu.
6. AGC
Dengan semakin berkembangnya sistem control berbasis komputer saat ini, sangat
dimungkinkan untuk mempertimbangkan keekonomisan pembangkit, jenis pembangkit, dan bahkan
stabilitas sistem dalam menghitung partisipasi unit pembangkit. Didalam sistem tenaga listrik modern,
komponen dari AGC minimal memiliki fungsi sebagai berikut :
• Load-frequency control (LFC)
• Economic dispatch (ED)

Load Frequency Control pada AGC merupakan penyempurnaan LFC sebelumnya, dimana pada
generasi awal system LFC tidak memperhatikan jenis/karakteristik pembangkit. Agar tidak bias maka LFC
pada AGC selanjutnya disebut AGC. Berbeda dengan LFC yang mengirimkan nilai N yang sama ke semua
pembangkit kemudian pembangkit menghitung nilai Pg-nya, AGC mengirimkan langsung nilai Pg yang
berbeda-beda ke setiap pembangkit dengan memperhitungkan ramp rate dan juga berinterkasi dengan
economic dispatch agar menghasilkan pembangkitan yang aman, handal, dan ekonomis. Berikut
perhitungan yang dipakai dalam AGC.

6.1 Perhitungan Awal

Filter Frekuensi Sistem


Frekuensi sistem yang telah difilter dapat dihitung untuk kernel AGC sebagai sarana
untuk memastikan bahwa sinyal ACE adalah representasi yang baik dari sebuah area kontrol
pada kondisi small signal.
Area Control Error (ACE)
Perhitungan Area Control Error (ACE) menggunakan mode sebagai berikut:
• Flat Frequency - Mode ini meminimalkan kesalahan frekuensi
• Flat Frequency with Time Correction - Mode ini meminimalkan error frekuensi ditambah
perbaikan error waktu

Istilah yang dapat digunakan dalam menghitung ACE adalah:


a. Frekuensi Term
Istilah ini digunakan saat mode yang dipilih adalah Flat Frequency. Hal ini dihitung
dengan rumusan:

Sebagai perbandingan, Area Control Error sesaat (raw ACE) juga dihitung dengan
rumusan:

b. Time Error Term

Ketika mode Flat Frequency with Time Correction dipilih, system perhitungan yang akan
di gunakan adalah sebagai berikut
ACE total dihitung sebagai frequency term ditambah time error term

6.2 Spesifikasi skema kontrol AGC

Sinyal unit AGC akan diproses dari faktor partisipasi pengaturan unit (unit’s regulation
participation factor). Unit regulation participation ditentukan oleh program AGC berdasarkan
distribusi sistem pembangkitan sementara (temporary generation system) dan pembangkitan
unit sementara (temporary unit generation). Faktor ini dihitung jika AGC aktif (AGC On) dan
ketika tipe pengaturan unit diset ke “flexible/supportive”. Sinyal AGC akan dikirim ke setiap unit
yang dikontrol melalui sistem SCADA.

Sistem Pembangkitan Sementara

Sistem Pembangkitan Sementara dihitung oleh fitur Unit Desired Generation Calculation,
seperti:

Alokasi Sistem Pembangkitan Sementara

Alokasi dari sistem Pembangkitan Sementara ditentukan oleh kondisi sistem regulasi:

• Normal
Sistem pembangkitan sementara dialokasikan untuk unit pembangkit mode fleksibel
sebanding dengan Regulating Margin masing-masing unit pembangkit.

• Boost
Setiap unit pembangkit mode fleksibel menerima alokasi beban sistem pembangkitan
sementara sebesar Regulating Margin. Sedangkan sisa sistem pembangkitan sementara
dialokasikan ke Fleksibel unit sesuai dengan Boosted Regulating Range.

• Assist
Setiap unit pembangkit mode fleksibel menerima alokasi beban sistem pembangkitan
sementara yang sama dengan total Regulating Margin ditambah Boosted Regulating
Rangenya. Sistem Pembangkitan Sementara yang tersisa dialokasikan ke unit pembangkit
mode supportive. Setiap Unit supportive menerima bagian secara proporsional sesuai dengan
total Regulating Margin ditambah Boosted Regulating Range.

• Limited
Setiap unit pembangkit fleksibel dan unit supportive menerima sistem pembangkitan
sementara sebesar total Regulating Margin ditambah Boosted Regulating Range. Sistem
pembangkitan sementara yang tersisa tidak dialokasikan.

Hasil proses alokasi sistem pembangkitan sementara adalah nilai-nilai Unit Pembangkitan
Sementara,

Dimana adalah unit regulating range (range atas & bawah)

Perhitungan Unit Penyertaaan Regulasi

Unit penyertaan regulasi dalam bentuk unit faktor partisipasi URPF (Unit Regulation
Participation Factor) dihitung dari Sistem Pembangkitan Sementara dan Unit Pembangkitan
Sementara dengan mempertimbangkan status sistem pengaturan (Normal, Boost dan Assist)
sebagai berikut:

Diagram berikut menggambarkan pertukaran data antara unit pembangkit dengan


Master Station (Sinaut Spectrum).
Skema Flow Chart AGC
Sinyal SCADA untuk AGC

Untuk setiap unit pembangkit yang berpartisipasi dalam AGC harus dilakukan pemodelan unit
berupa data statik sesuai karakteristik masing-masing unit pembangkit. Selain data statik tersebut, harus
tersedia data pengukuran dari tiap unit pembangkit yang akan digunakan sebagai sinyal input
perhitungan fungsi AGC. Unit pembangkit juga harus dapat menerima setpoint Unit Desired Power P
yang merupakan besaran daya yang harus dibangkitkan oleh unit pembangkit.

2 Economic Dispatch

2.1 Fungsi Economic Dispatch

• Meminimalkan Biaya Operasional

Economic Dispatch (ED) bertanggung jawab untuk alokasi pembangkitan yang tersambung
ke sistem pada waktu tertentu untuk memenuhi beban sistem pada saat itu dengan cara
yang meminimalkan biaya operasi sistem. Economic Dispatch menyediakan base point
untuk setiap unit pembangkit yang turut serta dalam optimasi. Unit yang berpartisipasi
dikelompokkan berdasarkan mode operasinya.

2.2 Mode Dispatch

Berdasarkan mode operasi, Mode Dispatch dapat dikelompokkan menjadi tiga untuk
memenuhi persyaratan real-time dispatch dan juga persyaratan advisory bagi operator:
• Control Dispatch
Control dispatch menghitung nilai base point ekonomis untuk unit yang dikontrol secara
otomatis untuk mencapai daya pembangkitan yang dibutuhkan. Nilai-nilai base point akan
dievaluasi (real-time dispatch) secara periodik.

• Advisory Dispatch

Advisory dispatch menghitung nilai base point ekonomis untuk unit


yang dikontrol secara manual dan unit lain yang diinginkan operator.

• Target Dispatch
Target dispatch menghitung nilai base point optimum untuk semua unit online tanpa
memperhitungkan mode operasi unit pembangkit. Hasil perhitungan dapat digunakan
sebagai nilai acuan oleh sistem operator atau fungsi lainnya.

2.3 Lambda Dispatch


Economic Dispatch didasarkan pada prinsip kenaikan biaya yang sama (yaitu lambda
dispatch). Dengan penerapan algoritma langkah-demi-langkah yang cepat, lambda
ditentukan tanpa proses iterasi . Hal ini memungkinkan waktu siklus ED menjadi sangat
pendek.

2.4 Fungsional environment

ED menerima komponen sistem pembangkitan sementara dari fungsi AGC untuk


dialokasikan secara ekonomis. Kemudian ED memberikan nilai beban dasar ke fungsi AGC.

Dari reserve monitoring, ED menerima jumlah cadangan pembangkitan yang


diperlukan untuk memenuhi kebutuhan cadangan pembangkitan. Dengan nilai ini, ED
melakukan alokasi cadangan sebelum mengalokasikan pembangkitan.
2.5 Konstruksi Incremental Cost Curve

Incremental Cost Curve akan dibuat ulang setiap kali ada perubahan pada salah satu
parameter yang mempengaruhi kurva tersebut. Parameter-parameter tersebut adalah :
• Pilihan tipe bahan bakar unit (unit fuel type selection)
• Biaya bahan bakar untuk jenis bahan bakar yang dipilih
• Unit topping fuel cost & MW breakpoint
• Unit incremental heat rate
• Unit efficiency factor
• Unit incremental maintenance cost

2.6 Solusi Dispatch

Proses optimasi ED menggunakan teknik yang mencakup pencarian nilai incremental cost,
lambda ( ), yang mengkondisikan semua unit beroperasi pada incremental cost yang sama.
Setelah dari fungsi alokasi cadangan, ED menghitung lambda dan Economic base point
bagi semua unit yang turut serta dalam AGC. Unit pembangkit, besaran pembangkitan yang
akan dikontrol, dan limit unit pembangkit ditentukan oleh jenis dispatch yang dilakukan:
control / advisory / target dispatch. Setiap base point yang dihitung memiliki target waktu
tertentu yang kemudian dijadikan jadwal berikutnya untuk pelaksanaan kontrol dispatch.

7. Praktek Pengoperasian Dan Pemeliharaan LFC Di Jawa Bali Control


Center

LFC/AGC di dalam sinaut spectrum dari SIEMENS diatur oleh aplikasi yang bernama Power
Application. Power Application (PA) merupakan bagian dari EMS yang berfugsi untuk mengatur distribusi
daya terhadap sejumlah pembangkit yang sedang beroperasi dengan meminimalkan biaya tetapi tetap
memperhitungkan sekuritas system.
1.1.1 Klasifikasi
Bagian – bagian PA dijelaskan dengan bagan di bawah ini :

Load Frequency Control (LFC)

Reserve Monitoring (RM)

Load Forecasting (LF)


PA
Economic Dispatch (ED)

Production Cost Monitoring (PC)

Interchange Transaction Scheduling (ITS)

Interchange Transaction Evaluation A (ITEA)


Keterangan yang lebih lanjut mengenai sub bagian di dalam PA dapat dilihat dalam penjelasan
dibawah ini :

1. Load Frequency Control (LFC) berfungsi untuk mengatur keluaran daya aktif dari suatu unit
pembangkit dengan tujuan mempertahankan frekuensi sistem optimal (50 Hz). Dengan
prinsip sebagai berikut :

- Mengirim sinyal LFC.

- Direspons dengan sinyal LFA (1) dan LFF (0) dari unit pembangkit.

- Mengirimkan sinyal “N Level” untuk kemudian dikonversikan oleh unit

pembangkit menjadi “Pact” berdasar kan “Po” dan “Pr” setiap unit.

2. Reserve Monitoring (RM) berfungsi untuk memonitor dan menampilkan cadangan daya
aktif dan reaktif yang tersedia. Tujuannya : mengecek kekuatan sistem bila terjadi
kehilangan besar pada sistem pembangkitan.

3. Load Forecasting (LF) berfungsi untuk memprediksi besar beban sistem ke depan
berdasarkan data statistik sebelumnya. Data ini akan digunakan Economic Dispatch
sebagai dasar mengatur alokasi pembangkitan setiap unit pembangkit. Metoda nya dengan
menggunakan fasilitas Bus Scheduler untuk belajar karakteristik beban sistem, terutama
terkait tipe jam harian dan hari mingguan.

4. Economic Dispatch (ED) berfungsi untuk mengatur alokasi pembangkitan di antara unit-unit
pembangkit untuk meminimalkan biaya pembangkitan. Metoda yang digunakan
pemrograman Linier dengan optimasi koefisien Lambda ()

5. Production Cost Monitoring (PCM) berfungsi untuk menghitung biaya produksi aktual dan
pemakaian bahan bakar serta membandingkannya dengan biaya produksi optimal. PCM
menghasilkan proyeksi prosedur optimasi biaya produksi untuk meningkatkan ekonomis
bisnis pembangkitan dengan metoda perbandingan antara target ED dengan hasil realisasi.

6. Interchange Transaction Schedule menyediakan kemampuan untuk memantau, mengedit,


serta me-review jadwal transaksi (export/ import) dengan utility atau sistem tenaga yang
lain, sesuai kontrak yang disepakati bersama. Disamping itu dapat mengakomodasi
kemungkinan transaksi darurat (Emergency Interchange) dengan tetap memperhatikan
fungsi cadangan (RM)
7. Interchange Transaction Evaluation memungkinkan operator untuk mengevaluasi
keuntungan ekonomis dari transaksi yang direncanakan dengan utility atau sistem tenaga
lain.

Poin – poin analisa tersebut adalah:

- beban sistem - besar transaksi energi (export/import)

- total pembangkitan - biaya transaksi energi (export/import)

- biaya bahan bakar - Margin cadangan (RM)

- besar lambda system

1.2 Pengoperasian LFC


Cara Pengoperasian LFC adalah :

1. Untuk mengakses LFC di JCC, dpat dilakukan dengan cara login ke Basic Signaling
Display JCC. Selanjutnya pilih tab EMS Apps kemudian klik LFC untuk mengetahui AGC
Overview (di Jawa Bali, LFC yang digunakan merupakan modifikasi Automatic
Generation Control standar yang dibuat oleh pabrikan Siemens)

Gb. AGC Overview


2. Untuk menunjukkan tampilan data JCC LFC Operating Overview, pilih tab LFC lagi.

3. Pilih tombol “500kV” pada display “JCC LFC Operating Overview” untuk menunjukkan
LFC 500kV Unit Overview dimana data LFC seperti “PoOP” and “PrOP” ditampilkan.

4. Pilih tombol “150kV” dari display “JCC LFC Operating Overview” untuk menunjukkan
LFC 150kV Unit Overview dimana data LFC seperti “PoOP” and “PrOP” ditampilkan

Gb. LFC Operating Overview

1.3 Pemeliharaan LFC


Pemeliharaan LFC di sisi JCC pada dasarnya adalah pemeliharaan database, seperti
halnya pemeliharaan NA. Berikut penjelasan mengenai tahapan/ prosedur yang harus
dilakukan mulai dari dari mempersiapkan data mentah hingga menghasilkan display PA
yang dinamis, (asumsi sistem masih off-line, belum menerima data realtime dari RTU).
Saat system sudah terkoneksi dengan baik seperti pada saat ini, maka yang perlu
dilakukan adalah poin pengecekan konsistensi data PA, yang bertujuan untuk
mensinkronkan antara data network SCADA dengan PA.

1.3.1 Data Modelling


Data Modelling pada PA meliputi :
Area sistem yang dikendalikan oleh sebuah control center. Pada sistem Jawa Bali
hanya ada 1 buah area (JCC = Java Control Centre)

Unit model pembangkit yang dimengerti oleh PA. Pemodelan unit pembangkit
tersebut dapat berupa :

1. Physical Unit, semua jenis unit pembangkit kecuali PLTGU

2. Logical Unit, pemodelan PLTGU (Combine Cycle). Pada sistem Jawa Bali
untuk PLTGU dimodelkan menjadi 1 unit tiap bloknya.

Interchange Jika jumlah area lebih dari 1, maka akan terjadi interchange. Untuk sistem
Jawa Bali tidak terdapat interchange.

Reactive Zone menentukan kelompok/ zone dari reactive power. Akan banyak digunakan
untuk Reserve Monitoring (RM). Pada sistem Jawa Bali terdapat 4 buah zone,
yaitu sesuai dengan Region 1 -4.

Berdasarkan prinsip 5 hirarki TA, pemodelan data PA dapat dijelaskan sebagai berikut :

B1 :

GCS

JCC

Area/ Zone

Substation/ GI

B2 :

Control

EnAcc

Schedule

Pemodelan (berdasarkan prinsip TA) :

AREA :

TA Nama Type

B1 : JCC B1 AD

B2 : --

B3 : --
Element : area area

GCS :

TA Nama Type

B1 : JCC B1 AD

B2 : Control B2 AD

EnAcc B2 AD

B3 : --

Element : ……

UNIT :

TA Nama Type

B1 : [AREA] Station

B2 : [VOLT] B2 AD

B3 : [UNIT] B3 AD

Element : Thermal Thermal

Hydro Hydro

AD : …… AD Info

…… Value

INTERCHANGE

TA Nama Type

B1 : INTCHG B1 AD

B2 : [SYSTEM] B2 AD

B3 : [LINE] B3 AD

Element : Intchg Intchg

AD : …… AD Info
…… Value

REACTIVE ZONE

TA Nama Type

B1 : [AREA] B1 AD

B2 : [REACTIVE] B2 AD

B3 : [ZONE] B3 AD

Element : ZonRM ZonRm

AD : -- --

-- --

1.3.2 Pemasukan Data SCADA


a) SCADA Side :

Setiap unit LFC harus mempunyai element (pada sisi SCADA):

Element Name Type

- AGC Mess AGC Mess

- POAQ mv P AQ

- POOP mv P OP

- PRAQ mv P AQ

- PROP mv P OP

- LFA D1GsGr7

- LFF D1GsGr7

- LFC S3GsPr

b) Data AD untuk PA

Pemasukan AD untuk PA dan Link ke SCADA dan NA

Setiap Unit LFC harus memiliki hirarki data sebagai berikut (berdasarkan TA) :

B1/B2/B3/Element => Unit


ACC-1/0SRLY7/Unit-5/Thermal

AD : (Calculation)

Info Name : - PRAQ

- POAQ

- PROP

- POOP

Link TA : cUnit (SCADA)

==> Hubungan : Combination 1:1

Simple Addition

Info Name : - ElConn

Link TA : CB (SCADA)

==> Hubungan : Combination 1:1

Generator 1 1/2 CB

Simple Addition

Info Name : - Remote

Link TA : AGCMess (SCADA)

Info Name : - P, Q

Link TA : P,Q

Info Name : - P, Q

Link TA : P,Q (SCADA)

Info Name : - PIF_Dist

Link TA : RTU Status (SCADA)


Jadi setiap unit LFC mempunyai dua TA, yaitu pada :

- sisi SCADA

- sisi AD

contoh :

SRLY7

sisi SCADA :

- 0SRLY7/23/Unit-5/ => swGen

- Element :

AGCMess

dll

sisi AD :

- ACC-1/0SRLY7/Unit-5/Thermal => B3 AD

- Element :

POOP

dll

Info :

 "AD Info", data isian statik (info name)

 "Calculation", data link ke TA SCADA, contoh : ElConn ,dll

 "Reference", data link ke NA Data dan DTS

- Generator -> NA (Gen)

- Alternator -> DTS (Alter)

TA : OSRLY7/23/cUnit-5/Gen :

AD :

 "AD Info", Gen Info -> Area & Capability Curve (Group)

 "Calculation", link ke P & Q (mvMoment)


 "Reference", Thermal

1.3.3 Pengecekan Konsistensi Data PA


Cara Mengecek penambahan unit :

1. CB -> status

Syarat :

Sisi SCADA dan PA konsisten

2. P,Q -> Measurement

Syarat :

Sisi SCADA dan PA konsisten

3. Remote/ Local

Syarat :

Pemberian sinyal dummy dapat mengubah status remote menjadi lokal dan sebaliknya

4. Batas minimum

Syarat :

Jika unit di dispatch dibawah batas minimum operasi, maka unit tersebut berubah status
menjadi off

5. Batas maksimum

Syarat :

Jika unit di dispatch di atas batas maksimum operasi, maka akan muncul alarm "Unit
Limits" berkenaan unit tersebut

6. Ramp Rate

Syarat :

Jika diberikan perubahan dispatch pada unit tersebut, unit tersebut akan berubah sesuai
Ramp Rate yang telah didefinisikan

7. Operating Mode

Syarat :

Jika diberikan sinyal dummy terhadap Operating Mode, status dapat berubah dari base
regulating menjadi RTU disturbed, demikian sebaliknya.

8. Reserve
Syarat :

Terdapat Reserve sesuai kriteria : Spinning, LongTerm/ Cold

9. Reactive

Syarat :

Tercantum cadangan reactive sesuai data capability curve.

1.3.4 Utility Tambahan PA


Beberapa utility tambahan untuk PA, yaitu :

• ADU (Application Data Utility)

ADU adalah utulity yang berfungsi melihat dan memodifikasi data-data yang berkaitan
dengan AD dalama level ODB.

• GCT (Generation Control Tool)

GCY adalah utility yang berfungsi melakukan simulasi untuk kebutuhan testing (simulasi)

• ASU (Archive and Schedule Utility)

ASU adalah utility yang berfungsi untuk melakukan penjadwalan dispatch untuk setiap unit
pembangkit. Utility ini akan banyak dipakai untuk fasilitas Economic Dispatch.

1.4 Penginputan Unit ke LFC


Dalam bagian ini akan dijelaskan mengenai unit apa saja yang diatur oleh LFC, detail TA
nya serta contoh apabila ada penambahan unit baru.

1.4.1 Karakteristik Unit yang diatur oleh LFC

B1 UNIT Jenis

0SRLY7 UNIT-5 THERMAL

UNIT-6 THERMAL

UNIT-7 THERMAL

0CRTA7 UNIT-1 HYDRO

UNIT-2 HYDRO
UNIT-3 HYDRO

UNIT-4 HYDRO

UNIT-5 HYDRO

UNIT-6 HYDRO

UNIT-7 HYDRO

UNIT-8 HYDRO

0MRTW7 BLOCK 1 THERMAL

BLOCK 2 THERMAL

BLOCK 3 THERMAL

BLOCK 4 THERMAL

0SGLN7 UNIT-1 HYDRO

UNIT-2 HYDRO

UNIT-3 HYDRO

UNIT-4 HYDRO

0GRSK7 PLTGU-2 THERMAL

PLTGU-3 THERMAL

0GRTI7 PLTGU-1 THERMAL

0PITO7 UNIT-1 THERMAL

UNIT-2 THERMAL

UNIT-5 THERMAL

UNIT-6 THERMAL

UNIT-7 THERMAL

UNIT-8 THERMAL
1.4.2 Technological Address (TA) untuk LFC di JCC

B1_Name B2_Name B2_Type

ACC_1 0SRLY7 B2 AD

1CLGBR

1MKRBR

1MKRNG

1PRBRU

1PRIO5

1SALAK

1SLBRU

ACC_2 0CRTA7 B2 AD

0MRTW7

0SGLN7

2DRJAT

2JTLHR

2KMJNG

2SRAGI

ACC_3 3KDNBO B2 AD

3MRICA

3TBROK

3WDLTG

ACC_4 0GRSK7 B2 AD
0GRTI7

0PITO7

4GRBRU

4GRLMA

4PERAK

4SGRUH

4SIMAN

4SLRJO

4STAMI

4TLGPA

4WLNGI

Contoh TA untuk Unit Thermal

0MRTW7 - 16,5 - UNIT 1.0

Block type = swGen

Element name Element type

Bl Spec Bloc Tags

GUC D1Sc150
P mv P 1

Q mv Q

U mv U

UT S2GsTr

0MRTW7 - 16,5 - UNIT 1.1

Block type = swGen

Element name Element type

BRF S3GsPr

Bl Spec Bloc Tags

CB CB nrc

GUC D1Sc150

P mv P 1

Q mv Q

U mv U

UT S2GsTr
0MRTW7 – 16,5 – UNIT 1.3

Block Type = swGen

Element name & type = UNIT 1.1

1.4.3 Cara Memasukkan Unit ke LFC


a Tentukan TA terlebih dahulu di SCADA

Misal:

0SRLY7 – 23 – UNIT 5 (swGen)

Element name Element type

AGC Mess AGC Mess

Bl Spec Bloc Tags

LFA D1GsGr7

LFC D1GsGr7

LFF S3GsPr

P mv P 1

POAQ mv P AQ

POOP mv P OP
PRAQ mv P AQ

PROP mv P OP

Q mv Q

U mv U

UT S2GsTr

Berikut adalah TA jika kita menggunakan sistem block:

0MRTW7 – 20 – BLOCK 1 (swBayGnr)

Element name Element type

AGC Mess AGC Mess

CombStat CombStat

LFA D1GsGr7

LFC D1GsGr7

LFF S3GsPr

P mv P calc

POAQ mv P AQ

POOP mv P OP

PRAQ mv P AQ

PROP mv P OP

b Buat aplikasi TA

ACC_1 – 0SRLY7 – UNIT_5 (B3 AD)

Element name = Thermal

Element type = Thermal

c Isi value: capacity dan turbine type

Klik AD (application data), kemudian kita isikan karakteristik berikut:


CapMax = 650, sesuaikan dengan kondisi lapangan

CapMin = 0

TurbType = 1

Turbin type Jenis turbin

0 Steam turbine

1 Gas turbine

2 Combined turbine

3 Hydro turbine

d Klik references untuk mencari link ke SCADA

Assigned generator 1 = 0SRLY7 – 23 – cUNIT5 – Gen

Assigned alternator = 0SRLY7 – 23 – cUNIT5 – Alter

Keterangan:

Generator merupakan link ke Network Analysis (NA) untuk Dispatcher Power Flow (DPF)

Alternator merupakan link ke Dispatcher Training Simulator (DTS)

e Klik Calculation (misal untuk 0SRLY7)

Info name = P

Formula = Combination 1:1

Operand =A

Type = TA

Constant = -

B1_name = 0SRLY7

B2_name = 23

B3_name = UNIT 5

Element_name =P

Info_name = MvMoment

f Misal untuk 0MRTW7

Info name = P
Formula = Simple addition

Operand Type B1 B2 B3 Element Info

A TA 0MRTW7 16,5 UNIT 1.0 P MvMoment

B TA 0MRTW7 16,5 UNIT 1.1 P MvMoment

C TA 0MRTW7 16,5 UNIT 1.2 P MvMoment

D TA 0MRTW7 16,5 UNIT 1.3 P MvMoment

Lakukan hal yang sama untuk Q

Info name = ElConn

Formula = Combination 1:1

Operand Type B1 B2 B3 Element Info

A On 0MRTW7 20 BLOCK 1 CombStat Status

g Link komponen generator P,Q dengan switching device

B1 = 0MRTW7

B2 = 16,5

B3 = cUNIT1.0 (cmpGen)

Element = Gen

Langkah berikut yaitu:

Klik AD (Application data)

Klik calculation

Info name = P

Formula = Combination 1:1

Operand Type B1 B2 B3 Element Info

A TA 0MRTW7 16.5 UNIT 1.0 P MvMoment

Lakukan hal yang sama untuk Q

h Kembali ke TA:

ACC_2 - 0MRTW7 - BLOCK 1 - Thermal


Lihat AvMode (unit available mode)

Value = 2 berarti unit available, sedangkan value = 1 berarti unit tidak available

Schedule = Thermal / AvMode

Anda mungkin juga menyukai