Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM KENDALI TENAGA LISTRIK

“LOAD FREQUENCY CONTROL”

OLEH :
WALIZAQHI RIDHOALLBIS

DOSEN PENGAMPU :
HERU DIBYO LAKSONO, S.T.,M.T

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
2024
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam suatu sistem tenaga listrik, Frekuensi Beban Pengendalian (LFC) adalah
sistem yang harus dipelihara secara wajar frekuensi seragam, untuk membagi beban
antara generator dan untuk mengontrol persimpangan tie-line jadwal. Kontrol Frekuensi
Beban sangat diperlukan untuk sistem tenaga karena jika frekuensi normalnya adalah 50
Hertz dan frekuensi sistem turun di bawah 47,5 Hertz atau naik diatas 52,5 Hertz maka
bilahnya turbin kemungkinan besar akan rusak untuk mencegah terhentinya generator.
Disini diberikan beberapa model itu cara mengontrol frekuensi beban pada sistem tenaga
listrik. Dua variabel utama yang berubah selama beban daya transien are- frekuensi area
dan perubahan daya saluran ikat (Kontrol Frekuensi Beban (LFC), 2013). Konsep dari
Kontrol Frekuensi Beban (LFC) berhubungan langsung dengan variabel yang disebutkan
di atas karena tugasnya adalah meminimalkan variasi ini (Load Frekuensi Control (LFC),
2013). Kuncinya adalah mempertahankan kondisi stabil pada nol posisi. Dalam hal ini,
tindakan efektif seperti Aktif Pengendalian Penolakan Gangguan (ADRC) telah
dilakukan dikembangkan yang memungkinkan kontrol praktis (Frekuensi Beban Kontrol
(LFC), 2013). Percabangan utama antara frekuensi dan tegangan pada sistem tenaga
listrik berada pada memperhitungkan daya aktif dan reaktif. Ketergantungan frekuensi
berada pada daya aktif sedangkan tegangan berada pada daya reaktif (Kontrol Frekuensi
Beban (LFC), 2013). Kombinasi daya aktif dan frekuensi kontrol umumnya dikenal
sebagai Kontrol Frekuensi Beban (Kontrol Frekuensi Beban (LFC), 2013). Hari modern
sistem tenaga listrik dibagi menjadi beberapa area. Untuk Contohnya di Bangladesh,
terdapat banyak tumbuhan, misal, Pembangkit Listrik Ashugonj, Pembangkit Listrik
Bheramara dll. Masing-masing bidang tersebut pada umumnya saling berhubungan satu
sama lain daerah tetangga. Jalur transmisi yang menghubungkan suatu daerah dengan
daerah tetangganya disebut garis pengikat (tie-lines). Pembagian kekuasaan antara dua
wilayah terjadi melalui hal ini garis dasi. Kontrol frekuensi beban, sesuai dengan
namanya mengatur aliran daya antara area yang berbeda sementara menjaga frekuensi
tetap konstan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan LFC (Load Frequency Control) ?


2. Apa saja tipe LFC (Load Frequency Control) ?
3. Bagaimana prinsip kerja LFC (Load Frequency Control) ?
4. Bagaimana bentuk diagram blok LFC (Load Frequency Control) ?
5. Bagaimana pemodelan LFC (Load Frequency Control) ?
6. Bagaimana perkembangan LFC (Load Frequency Control) ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari LFC (Load Frequency Control).
2. Untuk mengetahui tipe dari LFC (Load Frequency Control).
3. Untuk mengetahui prinsip kerja dari LFC (Load Frequency Control).
4. Untuk mengetahui bentuk diagram blok dari LFC (Load Frequency Control).
5. Untuk mengetahui pemodelan dari LFC (Load Frequency Control).
6. Untuk mengetahui perkembangan dari LFC (Load Frequency Control).
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian LFC (Load Frequency Control)
Load Frequency Control (LFC) dapat diartikann sebagai suatu sistem kontrol yang
bertanggung jawab untuk mempertahankan frekuensi sistem tenaga listrik pada nilai
nominalnya. Tujuan utama dari LFC adalah mengatur pembangkitan daya listrik agar
sesuai dengan permintaan beban, sehingga frekuensi sistem tetap berada dalam batas
yang diperbolehkan.
2.2 Tipe-tipe LFC (Load Frequency Control)
1. Proporsional-Integral (PI) Controller
Tipe LFC ini merupakan pendekatan yang umum digunakan dalam
mengendalikan frekuensi sistem. PI Controller menggabungkan unsur proporsional dan
integral untuk memberikan respons yang baik terhadap perubahan beban. Bagian
proporsional memberikan respons terhadap kesalahan saat ini, sedangkan bagian integral
menangani akumulasi kesalahan seiring waktu.

2. Optimal Control
Optimal Control menggunakan teknik-teknik optimasi matematis untuk
menentukan sinyal kontrol yang optimal guna meminimalkan kesalahan frekuensi.
Metode ini sering melibatkan penggunaan algoritma-algoritma seperti kontrol optimal
linier-kvadratik (LQ) atau kontrol optimal model prediktif.

3. Fuzzy Logic Control


Fuzzy Logic Control (FLC) memanfaatkan prinsip-prinsip logika fuzzy untuk
menghasilkan keputusan kontrol. Dalam konteks LFC, FLC dapat menangani
ketidakpastian dan kompleksitas sistem tenaga listrik dengan memperkenalkan konsep
variabel linguistik seperti "tinggi," "sedang," dan "rendah."

4. Decentralized Control
Decentralized Control melibatkan penggunaan beberapa kontroler yang
terdistribusi di seluruh sistem tenaga listrik. Setiap kontroler bertanggung jawab untuk
mengatur pembangkitan daya di wilayah atau zona tertentu. Pendekatan ini memberikan
kestabilan lokal dan dapat meningkatkan respons sistem secara keseluruhan.

5. Predictive Control
Predictive Control menggunakan model matematis sistem tenaga listrik untuk
meramalkan perubahan beban dan frekuensi di masa depan. Dengan menggunakan
prediksi ini, kontroler dapat mengambil keputusan yang lebih baik untuk mengatur
pembangkitan daya.

6. Adaptive Control
Adaptive Control mencakup penggunaan algoritma yang dapat mengadaptasi diri
terhadap perubahan kondisi sistem. Dalam konteks LFC, kontroler dapat mengubah
parameter-parameter kontrol secara otomatis sesuai dengan kondisi beban dan frekuensi
aktual.

7. Neural Network Control


Pendekatan ini menggunakan jaringan saraf tiruan untuk mengenali pola
kompleks dalam data beban dan frekuensi. Neural Network Control dapat belajar dari
pengalaman dan secara otomatis menyesuaikan responsnya terhadap perubahan sistem.

8. Hierarchical Control
Hierarchical Control melibatkan penggunaan beberapa tingkatan kontrol hierarkis.
Kontroler tingkat atas dapat mengambil keputusan besar seperti alokasi daya antar
wilayah, sementara kontroler tingkat bawah mengurus regulasi daya lokal.

2.3 Prinsip Kerja LFC (Load Frequency Control)


Load Frequency Control (LFC) adalah sistem pengendalian otomatis yang
digunakan dalam pembangkitan listrik untuk menjaga keseimbangan antara daya
yang dihasilkan dan daya yang dikonsumsi. Prinsip kerja Load Frequency Control
melibatkan pengukuran beban sistem dan perubahan dalam frekuensi listrik, dan
kemudian menghasilkan sinyal pengaturan untuk mengatur daya generator
sehingga dapat mempertahankan frekuensi listrik. Berikut adalah Prinsip kerja
sesuai dengan kemampuan Sistem LFC.
1. Pengukuran Frekuensi
Sistem LFC melakukan pemantauan terus-menerus terhadap frekuensi sistem
tenaga listrik. Deviasi dari frekuensi nominal diidentifikasi dan diukur untuk
menentukan perubahan yang diperlukan dalam produksi daya.
2. Pengukuran Beban
Selain itu, sistem LFC juga memantau beban terhubung ke jaringan. Informasi
ini digunakan untuk memahami besarnya perubahan yang diperlukan dalam daya
yang dihasilkan oleh generator.
3. Perbandingan Frekuensi
Deviasi frekuensi dari nilai referensi diukur dan dibandingkan dengan
threshold tertentu. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan arah
dan magnitudo perubahan daya yang dibutuhkan.

2.4 Pemodelan dalam bentuk diagram blok pada Load Frequency Control (LFP)
Daya aktif mempunyai hubungan erat dengan nilai frekuensi dalam suatu sistem,
sedangkan beban sistem yang berupa daya aktif selalu berubah dari waktu ke waktu.
Sehubungan dengan hal ini, maka untuk mempertahankan frekuensi dalam batas toleransi
yang diijinkan, penyediaan daya aktif dalam sistem harus sesuai dengan beban daya aktif.
Pengaturan penyesuaian daya aktif ini dilakukan dengan cara mengatur besarnya kopel
penggerak generator.

Gambar : Diagram blok load frequency control


Frekuensi merupakan faktor umum yang terdapat pada seluruh sistem, perubahan
permintaan daya aktif akan menyebabkan perubahan pada frekuensi. Oleh karena itu
terdapat banyak generator mensuplai daya ke sistem. Maka pada pembangkit harus
disediakan alokasi perubahan pada permintaan terhadap generator. Kecepatan governor
pada tiap pembangkit memberikan kecepatan pokok sebagai fungsi pengaturan.
2. Pemodelan Virtual Plant Turbin-Generator
Plant yang digunakan pada tugas akhir ini adalah turbingenerator yang digunakan
untuk pembangkit listrik tenaga uap, dengan menggunakan energi solar.Putaran yang
dihasilkan turbin untuk memutar generator mencapai 3000 RPM, sehingga menghasilkan
frekuensi 50 Hz.
Gambar : Blok diagram turbin-generator
Kontroler yang digunakan berfungsi untuk menjaga agar output frekuensi tetap
berada dinilai 50 Hz walaupun terjadi perubahan beban pada TL (torsi lawan). Torsi
lawan ini dihasilkan oleh poros generator bila terjadi perubahan pada daya beban, karena
poros turbin berhubungan langsung dengan turbin.
3 Pemodelan Control Valve
Steam yang dihasilkan boiler sebelum menggerakkan turbin akan melewati 2
valve utama yaitu main valve yang dioperasikan secara manual hanya pada saat starting
dan control valve. Pada Gambar 6 terlihat pressure yang masuk ke main valve bernilai
konstan yaitu 60 kg/cm2 .

Blok diagram control valve


Saat awal, laju aliran steam akan dikendalikan oleh manual valve dan akan
terbuka 100% hingga kecepatan tubin mencapai 3000 RPM, selanjutnya akan
dikendalikan sepenuhnya oleh controlvalve. Bukaan dari controlvalvesebanding dengan
kecepatan turbin yaitu sekitar 74% untuk putaran 3000 RPM.
4.Pemodelan Turbin
Plant yang digunakan pada tugas akhir ini adalah dalam bentuk virtual, yaitu
virtual plant turbin-generator yang diadaptasi dari buku Prabha Kundur dan ditunjukkan
oleh Gambar
Gambar : Blok diagram turbin
Turbin yang digunakan adalah jenis non-reheatdimana uap yang masuk ke turbin
tidak mengalami pemanasan ulang untuk menggerakkan turbin itu sendiri. Hanya saja
uap yang masih panas akan dimanfaatkan sebagai pemanas (preheating) air yang akan
diuapkan di dalam boiler.

2.5 Pemodelan matematis dalam bentuk fungsi alih dan persamaan keadaan
1. Model Generator
Generator merupakan instrument pembangkitan tenaga listrik yang mengubah
energi mekanis sebagai input menjadi energi listrik sebagai output. Generator terdiri dari
dua bagian yaitu bagian yang berputar yang disebut dengan rotor dan bagian yang diam
disebut dengan stator . Gambar pemodelan generator dapat dilihat pada gambar

Persamaan transfer function untuk blok diagram generator di atas adalah.

Dalam keadaan penyimpangan (deviasi) kecepatan kecil

Jika persamaan di atas ditransformasikan ke dalam persamaan laplace menjadi

Keterangan :
∆Ω(s) = Perubahan kecepatan (rad/s)
H = Konstanta inersia
∆Pm(s) = Perubahan daya mekanik (Watt)
∆Pe(s) = Perubahan daya akibat perubahan beban (Watt)

2.Model Beban
Beban pada sistem tenaga listrik terdiri dari gabungan peralatan listrik yang
dipasang pada sistem. Untuk beban resistif, seperti pencahayaan dan beban pemanasan,
daya listrik tidak bergantung pada frekuensi. Dalam kasus beban motor daya listrik sangat
tergantung pada perubahan frekuensi.
Komponen ΔPe(s) merupakan penjumlahan antara komponen frekuensi sensitive
(DΔω) dan non-frekuensi sensitive (ΔPL), seperti pada persamaan berikut ini.

Keterangan :
ΔPe : Perubahan nonfrequency-sensitive load
DΔω : Perubahan frequency-sensitive load
D : Konstanta redaman beban
Blok diagram beban dari persamaan diatas dapat dilihat pada gambar

Gambar : Diagram blok beban (load)


∆Pm adalah daya mekanis yang disebabkan karena adanya perputaran turbin, ∆Pe
merupakan daya elektris yang dihasilkan oleh adanya perubahan beban. Sedangkan D
(redaman) merupakan perubahan beban yang mempengaruhi perubahan frekuensi [5].
Diagram blok beban (load) dapat juga disederhanakan dalam bentuk gain dan time
constant dalam bentuk persamaan sebagai berikut.

Keterangan :
K = Power system gain (Hz/pu MW)
T = Area equivalent generating unit time constant (sec)
H = Inertia constant (sec)
3 Model Penggerak Mula
Pemodelan penggerak mula atau yang dimaksud dalam hal ini adalah turbin gas
adalah melihat adanya hubungan antara daya mekanik ΔPm dan perubahan posisi dari
katup (valve) ΔPV . Model matematis turbin dapat dituliskan dalam persamaan sebagai
berikut.
Blok diagram penggerak mula dengan persamaan di atas dapat dilihat pada gambar

Gambar : Diagram blok penggerak mula


4. Model Governor
Model matematis untuk suatu governor dapat dituliskan sebagai berikut

Daya output governor ∆Pg tersebut diubah dari penguat hidraulik ke sinyal input
posisi katup (valve) ΔPV, sehingga hubungan antara keduanya menjadi persamaan
berikut

Persamaan di atas dengan τg merupakan konstanta waktu governor. Sehingga


dapat digambarkan dalam bentuk diagram blok pada gambar

Diagram blok model governor


Menurut hukum Newton ada hubungan antara Kopel mekanis penggerak generator
dengan perputaran generator, yaitu:

Keterangan :
TG = Kopel penggerak Generator
TB = Kopel Beban yang membebani Generator
H = Momen Inersia
ω = Kecepatan Sudut perputaran Generator

Secara tidak langsung penyediaan daya reaktif dapat juga mempengaruhi


frekuensi sistem, karena penyediaan daya reaktif mempunyai pengaruh besar terhadap
kenaikan tegangan yang kemudian dapat menyebabkan kenaikan dari beban daya aktif
Fuzzy Logic
Logika Fuzzy (Fuzzy Logic) merupakan metode pemecahan masalah
menggunakan operasi aturan dasar (rule base) yang dapat memproses sejumlah input dan
output yang masuk akal pada sistem nonlinear dan sistem yang kompleks [8].
Cara kerja fuzzy logic terdiri dari empat proses. Proses tersebut adalah sebagai
berikut
1) Fuzzyfikasi merupakan suatu proses pengubahan nilai tegas atau real ke dalam
fungsi keanggotaan [9].
2) Penalaran (Interfrence Machine) merupakan proses implikasi penalaran nilai
input guna menetukan nilai output sebagai bentuk pengambilan keputusan. Salah satu
model penalaran yang biasa digunakan adalah metode mamdani (min-max) [9].
3) Aturan dasar (Rule Base) merupakan suatu bentuk aturan relasi atau implikasi
“If-Then” seperti pada pernyataan berikut ini: “If” X=A and “If” Y=B “Then” Z=C [9].
4) Defuzzifikasi merupakan proses pemetaan himpunan fuzzy ke himpunan tegas
(crisp). Proses ini adalah kebalikan dari proses fuzzyfikasi [9]
Proses dalam fuzzy inference system dapat digambarkan seperti pada gambar

Gambar : Proses fuzzy inference system [9]


2.6 Perkembangan dari sistem Load Frequency Control (LFC)
1 Perkembangan Teknologi Kontrol Otomatis
Seiring dengan kemajuan teknologi kontrol otomatis, sistem Load Frequency Control
(LFC) telah mengalami perkembangan yang signifikan. Penggunaan algoritma kontrol yang
lebih canggih, seperti kontrol adaptif dan kontrol prediktif, telah meningkatkan kemampuan
sistem dalam menanggapi perubahan beban dengan lebih akurat dan efisien.

2 Integrasi Energi Terbarukan


Peningkatan penetrasi sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, telah
memunculkan tantangan baru dalam pengelolaan frekuensi sistem. Perkembangan LFC
mencakup integrasi teknologi yang dapat mengoptimalkan koordinasi pembangkitan daya dari
sumber energi terbarukan, meminimalkan fluktuasi, dan mempertahankan keseimbangan
frekuensi.

3 Sistem Kontrol Terdistribusi


Konsep sistem kontrol terdistribusi, termasuk penggunaan kontroler terdistribusi dan
pendekatan hierarkis, telah berkembang untuk mengatasi kompleksitas sistem tenaga listrik yang
semakin besar. Sistem ini memungkinkan kontrol lokal yang lebih efisien dan respons yang cepat
terhadap perubahan kondisi di berbagai bagian jaringan.

4 Penggunaan Kecerdasan Buatan


Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan machine learning dalam Load Frequency
Control menghadirkan kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap dinamika sistem. Sistem
kontrol yang dilengkapi dengan AI dapat mempelajari pola-pola kompleks dalam data beban dan
frekuensi, sehingga dapat mengoptimalkan keputusan kontrol.

5 Interkoneksi Antar Negara


Perkembangan dalam interkoneksi antar negara atau antar wilayah juga memengaruhi
perkembangan Load Frequency Control. Sistem kontrol telah dirancang untuk mengelola
perpindahan daya lintas batas negara atau wilayah dengan efisien, mempertahankan
keseimbangan frekuensi di seluruh jaringan interkoneksi.

6 Responsif Terhadap Permintaan (Demand Response)


Konsep Demand Response telah diperkenalkan untuk meningkatkan fleksibilitas dalam
Load Frequency Control. Sistem dapat merespons perubahan permintaan beban dengan
menyesuaikan pembangkitan daya atau menggunakan sumber energi cadangan, membantu
menjaga keseimbangan frekuensi.

7 Sistem Monitoring dan Komunikasi yang Terintegrasi


Pengembangan sistem monitoring yang canggih dan infrastruktur komunikasi yang
terintegrasi memungkinkan pengumpulan data yang lebih cepat dan akurat. Hal ini mendukung
implementasi kontrol yang responsif terhadap perubahan kondisi sistem dengan waktu respon
yang lebih singkat.

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
1. Load Frequency Control (LFC) adalah sistem pengendalian otomatis yang
digunakan dalam pembangkitan listrik untuk menjaga keseimbangan antara
daya yang dihasilkan dan daya yang dikonsumsi
2. Fluktuasi beban, energi terbarukan, dan ancaman siber mendorong
pengembangan kontrol LFC yang canggih.
3. Prinsip kerja load frequency control (LFC) adalah untuk menjaga frekuensi
jaringan listrik tetap konstan pada 50 atau 60 Hz. Frekuensi jaringan listrik
dipengaruhi oleh keseimbangan antara beban dan pembangkit listrik.
4. Terdapat tipe dari LFC yaitu Proportional-Integral (PI) Controller,
Proportional-Integral-Derivative (PID) Controller, Fuzzy Logic Controller,
Optimal Control, Adaptive Load Frequency Control.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Robandi, I. Desain System Tenaga Modern. Yogyakarta: Penerbit Andi.
2006.
[2] Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. 2007. Aturan Jaringan
Sistem Tenaga Listrik Jawa-Madura-Bali. Jakarta: Departemen Energi
dan Sumber Daya Mineral.
[3] Kusumadewi, S. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya).
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2003.
[4] Patriandari. “Analisis Pengoperasian Speed Droop Governor sebagai
Pengaturan Frekuensi pada Sistem Kelistrikan PLTU Gresik”. Digilib
ITS Undergraduate. 2009.
[5] Saadat, H. Power System Control. London: Imperial Press. 1999.
[6] Armada, I. N. A., Suweden, I. N., Amrita, A. A. N. “Studi Analisis
Governor sebagai Load Frequency Control pada PLTG 2x42,5 MW PT.
Indonesia Power UBP Bali”. E-Journal Spektrum, Vol 5 No 6. 2013.
[7] Meilandari, E. D., Hartati, R. S., Sukerayasa, I. W. “Analisa Aliran
Daya Optimal pada Sistem Kelistrikan Bali”. Teknologi Elektro, Vol 11
No 1 (Januari-Juni): 36-40. 2012.
[8] Mataram, I. M. “Unjuk Kerja Fuzzy Logic Static Syncronous
Compensator (FLSTATCOM) untuk Meningkatkan Tegangan Sistem”.
Teknologi Elektro, Vol 15 No 1 (Januari-Juni) : 34-37. 2016.
[9] Naba, A. Belajar Cepat Fuzzy Logic Menggunakan Matlab. Yogyakarta:
ANDI Yogyakarta. 2009.
[10] Zhang, Y. “Load Frequency Control of Multiple-Area Power System,”
M. Eng. thesis, Cleveland State University, Ohio, United States, August.
2009.

Anda mungkin juga menyukai