Anda di halaman 1dari 6

REGULASI FREKUENSI SISTEM

Secara theory frekuensi merupakan nilai perubahan tegangan dan arus dalam satuan waktu. Pada
sebuah system grid (jaringan) ataupun infinitive. Nilai frekuensi merupakan parameter utama
dalam menjaga kualitas listrik yang dipasok dan yang dikonsumsi. Beberapa regulasi yang
berkaitan dengan frekuensi dan sudah diatur sesuai standar yang telah dibuat PLN dan disepakati
bersama oleh penyedia listrik, yaitu :

1. PRIMARY FREQUENCY CONTROL

Merupakan regulasi utama pada frekuensi yang ditanggungi oleh masing-masing pembangkit
(generator) yang paralel terhadap jaringan. Definisi dari control ini adalah generator beroperasi
(menghasilkan daya actual) dengan mengacu pada perubahan nilai frequency dimana 100%
output generator beroperasi dengan metode free governor. Mode free governor merupakan mode
operasi governor untuk mempertahankan speed turbin tetap steady pada speed rate nya dalam
kondisi system (frequency) yang dinamis. Secara sederhana, output generator (dalam hal ini daya
actual/aktif) beroperasi menyesuaikan perubahan frequency dalam system (grid). Hal ini sesuai
dengan karakteristik dari mode free governor, adalah :

 Responsive saat terjadi gangguan generation – load mismatch (


 Masih terdapat error steady pada frequency system
 Mencegah drop frekuensi pasca inersia moment

Berikut adalah diagram yang menggambarkan perubahan beban yang diikuti oleh perubahan
nilai frequency pada system tenaga listrik
Pada pada kurva diagram diatas, menjelaskan bahwa karakteristik mode operasi free governor
saat beban meningkat adalah menghindari frekuensi jatuh terlalu jauh atau delta f yang tinggi
saat frekuensi dinamis terjadi pada system tenaga listrik

Responsif mode operasi free governor sebagai primary frequency control dalam menjaga
kestabilan frekuensi system tenaga listrik sangat bergantung pada speed drop masing-masing
pembangkit, speed drop merupakan respon batas titik drop frekuensi dalam mengaktivasi mode
operasi dari normal mode menjadi free governor mode (FG) atau dengan kata lain speed drop
adalah perubahan 100% nilai output generator (daya aktif yang dibangkitkan) pada tiap %
perubahan nilai frekuensi.

Contoh speed drop 5% adalah merupakan perubahan nilai daya yang dibangkitkan menyesuaikan
kebutuhan system guna mengembalikan/memperbaiki nilai frekuensi system pada tiap 5%
perubahan frekuensi atau speed.

Noted : semakin kecil nilai speed drop, maka akan semakin responsive governor dalam
mengontrol frekuensi system, sedangkan semakin besar speed drop akan mengurangi tingkat
responsive pembangkit dalam partisipasi perbaikan frekuensi dalam jaringan.

Berikut formulasi free governor (FG) mode dalam partisipasi guna menormalkan frekuensi
system tenaga listrik :
Berikut contoh perhitungan jatuh frekuensi dengan membandingkan jatuh frekuensi dalam free
governor mode dengan jatuh frekuensi tanpa mode free governor.

Case :

Bila pada suatu system grid, memiliki beban daya sebesar 25.000 MW pada frequency steady
state 50 Hz, bila suatu saat terjadi kegagalan pada suatu pembangkit sehingga lepas (unsinkron)
dan system kehilangan 1000 MW. Berapakah nilai jatuh frekuensi tanpa FG mode dan berapakah
jatuh frekuensi dengan FG mode sebesar 10% dan 50% dari kapasitas daya dengan speed drop
seragam yaitu 5% ?

Jawab :

Tanpa free governor :

1000/25000 x 50Hz = 2 Hz

Sedangkan bila presentase FG mode sebesar 10 % dari total daya yang dikonsumsi, maka:

10% x 25000 = 2500 MW

1000 MW/2500 MW x 50 Hz x 5% = 1 Hz

Sedangkan bila FG mode sebesar 50 % dari kapasitas daya yang dikonsumsi maka :

50% x 25000 = 12500 MW


1000 MW/12500 MW x 50 Hz x 5% = 0.2 Hz

Pada contoh soal diatas kita dapat menyimpulkan bahwa free governor mode dengan speed drop
tertentu (dalam hal ini speed drop 5 % seragam) mempunyai peranan penting dalam menjaga
nilai frekuensi saat terjadi gangguan seperti lepasnya generator pembangkit pada suatu system
atau grid. Pada mode operasi free governor pada pembangkit (10% dan 50% dari total daya yang
dibangkitkan) Frekuensi mampu turun hanya 1 Hz hingga 0.2 Hz, sedangkan bila dibandingkan
system tanpa mode free governor, nilai frekuensi turun hingga 2 Hz. Hal ini menjadi contoh
nyata pemanfaatan free governor dalam mengantisipasi gangguan system untuk terhindar dari
black out (pemadaman) yang disebabkan drop frekuensi

2. Secondary Frequency Control

Secondary frequency control merupakan pengaturan otomatis (automatic generation


control/AGC) oleh pusat control (pengatur beban) dalam mengatur variasi beban agar terciptanya
frekuensi system tenaga listrik yang stabil.

Berikut formulasi secondary frekuensi control oleh unit pengatur beban :

Karakteristik AGC mempunyai perbedaan dibandingkan dengan FG ( free Governor) yaitu


AGC merupakan regulasi frequency untuk mengembalikan (recovery) nilai frekuensi ke
frekuensi nominal dengan respons yang lebih lama sedangkan karakteristik FG mode adalah
merupakan system control yang responsive untuk menstabilkan frekuensi dalam deviasi nilai
frekuensi yang rendah

Berikut kurva gambaran respons regulasi frekuensi pada periode gangguan drop frekuensi :
Jika diperhatikan kurva diagram diatas, terdapat 3 periode, yaitu :

 Periode A: Merupakan periode nilai frekuensi normal, yaitu daya yang di-generated
(dibangkitkan) sama dengan daya yang dikonsumsi + rugi-rugi transmisi
 Periode C: Merupakan periode drop frekuensi hingga titik nadirnya, kondisi ini bisa
dicegah oleh gaya (momen) inersia dari prime mover (dalam hal ini turbin), makin besar
massa turbin/prime mover maka maka makin besar pula gaya inersianya. Besaran inersia
tentunya sangat berkaitan dengan kapasitas generator pembangkit, karena semakin besar
kapasitas generator dalam membangkitkan daya maka akan semakin besar pula torsi yang
dibutuhkan dalam menggerakan prime mover.
 Periode B: Merupakan periode FG dengan rating waktu penormalan 20 – 50 seconds
 Periode D: Merupakan periode secondary frequency control dengan waktu respons
terlama yaitu 1 – 10 menit untuk mengembalikan nilai frekuensi pada kondisi idealnya

Demikian pembahasan yang berkaitan dengan regulasi frekuensi system tenaga listik, apabila ada
koreksi dan pertanyaan dipersilahkan untuk disampaikan lewat kolom komentar. Terimakasih

Riko Saputra / 23 Desember 2021

Diterbitkan oleh

Riko Saputra
Planning analyst at PLN Indonesia Power
Diterbitkan • 1thn
15 artikel
kestabilan frekuensi pada sistem tenaga listrik merupakan hal krusial, dimana sistem harus dapat
menseimbangkan antara total daya yang dibangkitkan dengan total daya yang dibebankan serta
rugi-rugi pada jaringan. hal ini agar frekuensi sistem tetap pada nilai frekuensi ideal dan steady
state sehingga anomally frekuensi (over generation shedding, drop frequency) dapat dihindari.
atas dasar inilah maka regulasi frekuensi disepakati bersama antar pihak penyedia dan pengatur
beban pada suatu sistem jaringan tenaga listrik, regulasi frekuensi inilah yang menjadi point
penting dalam menghindari gangguan seperti spike, brown out hingga blackout akibat
ketidakstabilan frekuensi sistem hashtag#frequency hashtag#electrical hashtag#powergeneration

Anda mungkin juga menyukai